112
UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM PEMASARAN SOSIAL “ONE DAY NO RICE” PEMERINTAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 TUGAS KARYA AKHIR YASIR MUKHTAR 0806463246 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI DEPOK JULI 2013 Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

  • Upload
    dobao

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI FORMATIF PROGRAM PEMASARAN SOSIAL

“ONE DAY NO RICE” PEMERINTAH KOTA DEPOK

TAHUN 2012

TUGAS KARYA AKHIR

YASIR MUKHTAR

0806463246

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

DEPOK

JULI 2013

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

i

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI FORMATIF PROGRAM PEMASARAN SOSIAL

“ONE DAY NO RICE” PEMERINTAH KOTA DEPOK

TAHUN 2012

TUGAS KARYA AKHIR

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana

YASIR MUKHTAR

0806463246

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Asus
Typewritten Text
ii
Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

iv

KATA PENGANTAR

Rasa syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Karya Akhir

yang berjudul Evaluasi Formatif Program Pemasaran Sosial “One Day No Rice”

Pemerintah Kota Depok tahun 2012 ini tepat pada waktunya. Banyak hambatan

yang harus saya lalui ketika menyusun skripsi ini. Akan tetapi, berkat dukungan

pembimbing, keluarga, dan teman-teman, saya mampu melewati hambatan

tersebut.

Permasalahan yang diangkat dalam Tugas Karya Akhir ini berawal dari

ketertarikan saya terhadap bidang social marketing. Saya mencermati, social

marketing merupakan sebuah alat yang sangat menjanjikan untuk menciptakan

perubahan perilaku. Ini sangat berhubungan dengan kondisi negara kita,

Indonesia, yang masih berada dalam keterpurukan di berbagai sektor kehidupan.

Menurut hemat saya, jika social marketing dapat digunakan dengan cara yang

tepat untuk permasalahan yang tepat, berbagai masalah Indonesia tersebut dapat

terselesaikan. Sebab, saya meyakini bahwa perubahan besar di negeri ini hanya

akan terjadi jika manusia-manusianya pun berupaya untuk berubah, dan menjadi

perubahan itu sendiri.

Sungguh, karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan

hati, semoga karya akhir ini dapat memberi manfaat, meskipun kecil, terutama

bagi rekan-rekan yang terus bersama-sama berusaha memperbaiki Indonesia

melalui berbagai cara.

Depok, 15 Juli 2013

Yasir Mukhtar

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil ’alamin. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah swt, atas

kasih sayang dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas karya akhir

ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini, tidak mungkin saya

bisa sampai pada titik ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada:

Dosen pembimbing, Dr. Pinckey Triputra, M.Sc;

Dosen penguji, Dr. Donna Asteria, S. Sos., M. Hum;

Ketua sidang, Dra. Ken Reciana Sanjoto, M.A;

Sekretaris sidang, Whisnu Triwibowo, S.Sos., M.A;

Dosen pembimbing akademik, Inaya Rakhmani S.Sos., M.A;

Seluruh dosen di Departemen Ilmu Komunikasi;

Sekretariat Departemen Komunikasi, Mas Gugi Mbak Inda;

Pemerintah Kota Depok, secara khusus Bapak Jumali, M.SE dan Bapak

Fathir Fajar Sidiq, S.STP. M.A;

Sahabat terbaik, Viskayanesya, S.Sos, hanya Allah yang bisa membalas

semua kebaikan dan pertolongan yang telah diberikan kepada saya;

Seluruh teman yang telah mendoakan dan memberikan dukungan;

Abi dan Ummi, atas doa, dukungan, dan segala yang telah diberikan.

Semoga Allah terus menjaga kalian, dan mempertemukan kita sebagai satu

keluarga lagi di surga nanti.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Asus
Typewritten Text
Asus
Typewritten Text
Asus
Typewritten Text
Asus
Rectangle
Asus
Typewritten Text
vi
Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

vii

ABSTRAK

Nama : Yasir Mukhtar

Program Studi : Komunikasi Media

Judul : Evaluasi Formatif Program Pemasaran Sosial “One Day

No Rice” Pemerintah Kota Depok

Tugas karya akhir ini merupakan evaluasi formatif terhadap program pemasaran

sosial “One Day No Rice” (ODNR) Pemerintah Kota Depok tahun 2013. Program

ODNR menarik untuk ditelaah, sebab program ini bertujuan untuk mengubah

perilaku konsumsi masyarakat dalam mengonsumsi beras padi sebagai makanan

pokok menjadi perilaku mengonsumsi aneka pangan lokal non-padi sebagai

makanan pokok. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program. Dari evaluasi

ini diperoleh desain program yang dikonstruksi dengan logic model. Evaluasi ini

juga memberikan rekomendasi untuk memperbaiki pelaksanaan program di masa

yang akan datang.

Kata kunci : evaluasi, formatif, pemasaran, sosial, One Day No Rice,

perilaku, padi, diversifikasi, logic model.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

viii

ABSTRACT

Name : Yasir Mukhtar

Study Program : Mass Communication

Title : Formative Evaluation of Social Marketing Program

“One Day No Rice” by the Government of Depok

City.

This is a formative evaluation of “One Day No Rice” (ODNR), a social marketing

program of the Government of Depok City on 2013. ODNR is interesting to be

discussed, because its aim is to change the behavior of its citizens in consuming

rice as staple food into consuming a diverse local staple food. This type of

evaluation is formative evaluation, which is intended to make improvement for

the program. From this evaluation, the design of the program has been constructed

by logic model. Also, this evaluation gives recomendations to improve the

program.

Keywords : formative, evaluation , social, marketing, One Day No

Rice, behavior, rice, diversification, logic model.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...............................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Permasalahan..............................................................................................8

1.3 Tujuan Karya Akhir..................................................................................11

2. KERANGKA EVALUASI

2.1 Model Evaluasi.........................................................................................12

2.2 Logic Model..............................................................................................16

3. GAMBARAN PROGRAM

3.1 Evaluasi Program......................................................................................20

3.1.1 Tujuan dan Objektif Program............................................................20

3.1.2 Jenis, Ruang Lingkup, dan Tujuan Evaluasi.....................................20

3.1.3 Pertanyaan Evaluasi..........................................................................21

3.1.4 Rencana Evaluasi..............................................................................22

3.1.5 Kriteria, Indikator, dan Sumber Data................................................22

3.1.6 Mengembangkan Instrumen..............................................................23

3.1.7 Jadwal Pengambilan Data.................................................................23

3.1.8 Pengumpulan Data............................................................................23

3.1.9 Pengorganisasian Data dan Analisis.................................................23

3.2 Desain Program.........................................................................................24

4. EVALUASI PROGRAM

4.1 Context Evaluation....................................................................................30

4.2 Input Evaluation........................................................................................33

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

x

4.3 Process Evaluation .................................................................................35

4.4 Product Evaluation...................................................................................36

5. REKOMENDASI

5.1 Background, Purpose, and Focus..............................................................38

5.1.1 Background.......................................................................................38

5.1.2 Purpose..............................................................................................38

5.1.3 Focus.................................................................................................38

5.2 SWOT Analysis........................................................................................38

5.2.1 Strengths............................................................................................38

5.2.2 Weaknesses.......................................................................................39

5.2.3 Opportunities.....................................................................................39

5.2.4 Threats...............................................................................................39

5.3 Target Market Profile................................................................................40

5.3.1 Demographics, psychographics, related behaviors...........................40

5.4 Stage of change.........................................................................................40

5.5 Marketing Objectives and Goals...............................................................41

5.5.1 Goal...................................................................................................41

5.5.2 Objectives..........................................................................................41

5.6 Target Market Barriers, Benefits, and the Competition............................42

5.6.1 Perceived barriers to desired behavior..............................................42

5.6.2 Potential benefits for desired behavior..............................................42

5.6.3 Competing behaviors........................................................................42

5.7 Positioning Statement...............................................................................43

5.8 Marketing Mix Strategies (4Ps)................................................................43

5.8.1 Product..............................................................................................43

5.8.2 Price...................................................................................................43

5.8.3 Place..................................................................................................44

5.8.4 Promotion..........................................................................................44

DAFTAR REFERENSI.......................................................................................48

LAMPIRAN

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Basic Logic Model..................................................................... 17

Gambar 2.2 Full Logic Model Framework........................................................... 19

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

xii

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1 Logic Model Program One Day No Rice.............................................. 29

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

1

Universitas Indonesia

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Pada September 2011, Walikota Depok menerbitkan sebuah Surat Edaran yang

berisi tentang himbauan kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan

Pemerintah Kota Depok untuk melaksanakan gerakan satu hari tanpa nasi “One

Day No Rice” (ODNR) setiap hari Senin. Surat Edaran tersebut kemudian direvisi

pada Desember 2011, melalui Surat Edaran Walikota Depok Nomor : 500/1688-

Ekonomi, yang menggeser gerakan satu hari tanpa nasi itu agar dilaksanakan

setiap hari Selasa.

Berdasarkan surat edaran tersebut, para PNS di lingkungan Pemerintah Kota

Depok dihimbau untuk tidak mengonsumsi nasi setiap hari Selasa, dan

menggantinya dengan konsumsi makanan pokok lain, seperti jagung, ubi,

singkong, dan panganan pokok lokal lainnya. Kini, makanan pokok pengganti

nasi tersebut telah tersedia dalam bentuk beras analog, yaitu beras yang telah

dimodifikasi dengan bahan baku jagung.

Melalui gerakan ini, Pemerintah Kota Depok ingin menumbuhkan kesadaran dan

mengubah perilaku masyarakat Kota Depok untuk mengurangi konsumsi nasi, dan

mulai memperkenalkan bahan makanan pokok selain nasi. Nur Mahmudi Isma‟il,

Walikota Depok, berpendapat bahwa gerakan ini akan memiliki dampak yang

sangat besar dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional1.

Dalam bukunya, One Day No Rice (2012), Nur Mahmudi menyampaikan berbagai

argumen yang melatari lahirnya gerakan ini. Pertama-tama, ia mengangkat potret

masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan. Desa-desa dengan tanah yang

subur dan luas ditinggalkan oleh para penduduknya yang merantau ke kota-kota

besar, dengan dibayang-bayangi sebuah kehidupan yang lebih sejahtera.

1 Isma‟il, Nur Mahmudi. (2012). One Day No Rice. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 2.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

2

Universitas Indonesia

Kota dengan segala kelengkapan fasilitasnya menjadi daya tarik yang begitu kuat

bagi masyarakat. Gambaran tentang kesejahteraan, seperti tersedianya berbagai

pusat hiburan, pendidikan berkualitas, fasilitas kesehatan, dan berbagai faktor

penarik lainnya seolah menjadi jawaban atas kondisi di pedesaan yang serba

berkebalikan. Bertani dan bercocok tanam di desa dianggap tidak menjanjikan

kesejahteraan jika dibandingkan dengan pekerjaan masyarakat di perkotaan.

Dampaknya, perpindahan masyarakat desa ke kota terus menerus terjadi dan

semakin banyak lahan menjadi terlantar di pedesaan.

Lahan-lahan di pedesaan yang terlantar akibat urbanisasi, yang awalnya

digunakan untuk bertani dan bercocok tanam, perlahan-lahan beralih fungsi

menjadi perumahan, pusat perbelanjaan, atau fungsi lainnya yang pada akhirnya

mengurangi kemampuan desa memproduksi pangan. Masalah ini mengarah pada

semakin melemahnya kemampuan pedesaan untuk memproduksi pangan. Jika

masalah ini tidak diantisipasi dengan serius, berbagai masalah yang lebih besar

akan mengancam di masa depan, salah satunya adalah masalah ketahanan pangan.

Dalam konteks ketahanan pangan, saat ini masyarakat Indonesia memiliki

ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan pokok.

Menurut Achmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian RI, tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia adalah

139,15 kg/tahun. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tingkat

konsumsi negara-negara lain di Asia. Korea Selatan, misalnya, memiliki angka

konsumsi beras sekitar 40 kg/tahun, sementara Malaysia memiliki angka

konsumsi 80 kg/tahun2.

Ketergantungan yang terlalu tinggi terhadap beras ini berbahaya bagi kestabilan

pangan Indonesia. Jika terjadi goncangan terhadap pasokan beras, dampaknya di

masyarakat akan besar. Kelangkaan terhadap komoditi pokok seperti ini akan

membuat harganya meroket. Belum termasuk dampak sosial jika terjadi

kelangkaan beras, mengingat kebutuhan akan makanan merupakan kebutuhan

paling mendasar manusia.

2 Ibid., hal. vii.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

3

Universitas Indonesia

Masalah mengenai ancaman ketahanan pangan ini diantisipasi pemerintah

diantaranya melalui Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Pada intinya,

solusi yang ditawarkan oleh pemerintah menghadapi masalah ketahanan pangan

ini adalah mengenai penganekaragamana (diversifikasi) pangan.

Gagasan dasarnya, dengan diversifikasi, ketergantungan masyarakat terhadap

bahan makanan pokok tertentu saja menjadi berkurang. Sehingga, jika terjadi

gangguan terhadap pasokan bahan makanan tersebut, pola konsumsi masyarakat

tidak terlalu tergoncang. Dengan diversifikasi pula, lahan-lahan di pedesaan yang

tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian padi dapat memproduksi panganan

pokok non-padi. Dengan demikian, kemandirian pangan dapat terwujud, sebab

pasokan pangan tidak bergantung pada produksi beras dan impor pangan.

Selain alasan ketahanan pangan, menurut Nur Mahmudi, divesifikasi pangan juga

memiliki berbagai manfaat turunan, diantaranya untuk mewujudkan

keseimbangan asupan gizi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pedesaan.

Saat ini, pola konsumsi masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras

menyebabkan terjadinya asupan gizi yang kurang seimbang, dengan asupan

karbohidrat yang melebihi kebutuhan. Konsumsi nasi yang berlebih ini

meningkatkan resiko masyarakat Indonesia terkena penyakit diabetes. Sebab, nasi

memiliki karbohidrat sederhana, dimana indeks glikemik (kecepatan glukosa

diserap ke aliran darah setelah makan) yang tinggi, dengan kata lain orang yang

mengonsumsi nasi cenderung memiliki kadar gula darah yang langsung

meningkat.

Sementara itu, sumber karbohidrat lain yang dikenal oleh masyarakat Indonesia,

seperti ubi, jagung, atau singkong, mengandung kadar gula yang lebih rendah,

serat yang lebih tinggi dari padi, dan memiliki karbohidrat kompleks. Tidak

seperti nasi yang karbohidratnya sederhana, glukosa dari karbohidrat kompleks

tidak langsung diserap ke aliran darah setelah makanan dikonsumsi. Glukosa dari

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

4

Universitas Indonesia

karbohidrat kompleks disimpan dalam bentuk zat yang dinamakan glikogen di

hati dan otot, yang akan dipecah menjadi glukosa jika tubuh membutuhkannya.

Dengan demikian, konsumsi sumber karbohidrat non-padi sebenarnya

mendatangkan manfaat kesehatan yang lebih baik dan resiko penyakit yang lebih

sedikit dibanding dengan konsumsi karbohidrat dari padi.

Selanjutnya, jika masyarakat menyadari akan pentingnya pola konsumsi yang

beragam, permintaan dan nilai ekonomis bahan pangan non-padi akan meningkat.

Hal ini akan mendorong masyarakat di pedesaan untuk mengoptimalkan kembali

lahan-lahan di desa mereka untuk memenuhi permintaan pasar, dengan

diversifikasi pertanian. Pada akhirnya, hal ini akan menghidupkan perekonomian

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan3.

Bila dilihat pada tataran konseptual, gerakan ODNR memiliki fokus tujuan pada

perubahan perilaku. Nur Mahmudi sendiri menyatakan bahwa tujuan dari ODNR

ini adalah “..menumbuhkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat,

sehingga mereka mau mulai mengurangi makan nasi dan mulai membiasakan

mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman berbasis

sumber daya lokal.”4

Berdasarkan tujuan tersebut, gerakan ODNR dapat dikategorikan sebagai gerakan

social marketing. Secara umum, social marketing merupakan bagian dari disiplin

marketing yang memiliki tujuan utama untuk memengaruhi perilaku manusia.

Terminologi social marketing sendiri mulai dikenal kira-kira sejak awal 70-an,

dan sejak saat itu social marketing digunakan secara luas untuk mempromosikan

gaya hidup sehat, pencegahan terhadap kecelakaan, kampanye lingkungan, dan

berbagai gerakan komunikasi atau marketing yang berfokus pada perubahan

perilaku.

Marketing sendiri, oleh The American Marketing Association, didefinisikan

sebagai “an organizational function and a set of processes for creating,

3 Ibid., hal. 18.

4 Nur Mahmudi Isma‟il, Op. Cit., hal. 3.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

5

Universitas Indonesia

communicating and delivering value to customers and for managing customer

relationships in ways that benefit the organization and its stakeholders.”5

Sementara itu, beberapa definisi mengenai social marketing yang secara umum

sering digunakan sebagai acuan untuk memahami social marketing, diantaranya :

“Social marketing is a process that applies marketing principles and

techniques to create, communicate, and deliver value in order to influence

target audience behaviors that benefit society (public health, safety, the

environment, and communities) as well as the target audience.” (Kotler,

Lee, dan Rothschild, 2006)

“Social marketing is a process for creating, communicating, and delivering

benefits that a target audience(s) wants in exchange for audience behavior

that benefits society without financial profit to the marketer (Smith, 2006)

“Social marketing is the application of commercial marketing technologies

to the analysis, planning, execution, and evaluation of gerakans designed to

influence the voluntary behavior of targets audiences in order to improve

their personal welfare and that of their society (Andreasen, 1995)6

“Social marketing is the systematic application of marketing concepts and

techniques to achieve specific behavioral goals relevant to social good.

(French & Blair-Stevens, 2005)7

Dari beberapa definisi di atas, kita dapat menarik tiga proposisi utama. Pertama,

social marketing memiliki teknik dan sistematika sebagaimana marketing pada

umumnya. Kedua, sasaran dari social marketing adalah perubahan perilaku.

Ketiga, tujuan social marketing adalah kebermanfaatan sosial bagi masyarakat,

seperti peningkatan kesehatan atau kesejahteraan, di atas keuntungan bagi

shareholders perusahaan.

5 American Marketing Association. (2007). Diakses pada 12 April 2013, dari

http://www.marketingpower.com/mg-dictionary.php?SearchFor=marketing&Searched=1 6 Andreasen, Alan. (1995). Marketing Social Change: Changing Behavior to Promote Health, Social

Development, and the Environment..San Fransisco: Jossey-Bass, hal. 7. 7 French, J. & Blair-Stevens. (2005) Social Marketing Pocket Guide. London: National Social

Marketing Centre of Excellence.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

6

Universitas Indonesia

Kotler dan Lee (2008) mengemukakan beberapa hal yang membedakan social

marketing dari marketing tradisional atau commercial marketing8. Pertama, dalam

commercial marketing, aktivitas utamanya berorientasi pada penjualan barang dan

jasa. Sementara social marketing berfokus pada penjualan “perilaku” (desired

behavior). Umumnya, social marketing menawarkan salah satu, atau beberapa,

jenis perubahan perilaku berikut :

1. Mengadopsi sebuah perilaku baru.

2. Mengantisipasi adopsi perilaku yang tidak diharapkan.

3. Memodifikasi perilaku saat ini

4. Meninggalkan sebuah perilaku.9

Kedua, commercial marketing membidik pendapatan finansial (financial gain)

sebagai tujuan. Sementara itu, social marketing menempatkan pendapatan sosial

(societal gain) sebagai pencapaian utama. Implikasinya, commercial marketing

akan membidik segmen pasar berdasarkan potensi segmen tersebut untuk

mendatangkan keuntungan yang paling optimal. Sementara pada social marketing,

segmen pasar dibidik berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, misalnya kerentanan

terhadap sebuah permasalahan sosial, kesiapan segmen tersebut untuk berubah,

dan lain-lain.

Ketiga adalah mengenai kompetitor. Pada commercial marketing, kompetitor

dijelaskan sebagai pihak yang menawarkan barang dan/atau jasa yang mampu

memenuhi kebutuhan atau keinginan yang juga berusaha dipenuhi oleh barang

dan/atau jasa kita. Sementara itu, dalam social marketing, kompetisi berlangsung

antara pilihan-pilihan perilaku yang mungkin dipilih oleh masyarakat.

Social marketing menawarkan sebuah perangkat komprehensif yang

menitikberatkan pada upaya penciptaan perubahan perilaku melalui cara-cara

yang sistematis. Nedra Weinreich (2011) mengemukakan, “Social marketing

8 Kotler, P. & Lee, N. R. (2008). Social Marketing: Inluencing Behaviors for Good, Thousand Oaks:

Sage Publications, hal. 13. 9 Ibid., hal. 8.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

7

Universitas Indonesia

provides a systematic process to follow that ensures that gerakans are based on

research rather than on one person’s idea of what looks good.”10

Secara umum,

elemen-elemen dalam perangkat social marketing meliputi analisis,

pengembangan strategi, perancangan gerakan dan desain komunikasi, pretest,

implementasi, monitoring dan evaluasi.11

Mengacu pada pandangan tersebut, sistematisasi merupakan salah satu kunci

kesuksesan social marketing. Dengan kata lain, sukses atau tidaknya sebuah

social marketing bergantung, salah satunya, pada determinasi social marketer

untuk menjalani seluruh dalam social marketing secara rapi dan konsisten.

Kotler (2008) kemudian mengemukakan elemen-elemen dalam menyusun sebuah

gerakan social marketing sebagai berikut :

1. Background, Purpose, and Focus

2. Situation Analysis

2.1 SWOT: Strengths, weaknesses, opportunities, threats

2.2 Past or similiar efforts

3. Target Market Profile

3.1 Size

3.2 Demographics, geographics, related behaviors, psychographics

3.3 Stage of change (readiness to “buy”)

4. Marketing Objectives and Goals

4.1 Social marketing objectives: behavior, knowledge, and beliefs

4.2 Goals: measurable and time sensitive

5. Target Market Barriers, Benefits, and the Competition

5.1 Perceived barriers to desired behavior

10

Weinreich, N. K. (2011). Hands-On Social Marketing: A Step-by-Step Guide to Designing Change for Good. Thousand Oaks: Sage Publications, hal. 10. 11

Ibid., hal. 24.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

8

Universitas Indonesia

5.2 Potential benefits for desired behavior

5.3 Competing behaviors

6. Positioning Statement

7. Marketing Mix Strategies (4Ps)

7.1 Product: core, actual, augmented

7.2 Price: monetary fees, incentives, and disincentives; nonmonetary

incentives and disincentives

7.3 Place

7.4 Promotion: messages, messengers, communication channels

8. Evaluation Plan

8.1 Purpose and audience for evaluation

8.2 What will be measured: output/process, outcome, and impact

measures

8.3 Methods and timing

9. Budget

9.1 Cost for implementing marketing plan

9.2 Any anticipated incremental revenues or cost savings

10. Implementation Plan

1.2 Permasalahan

Sebagai sebuah program social marketing, gerakan ODNR menarik untuk ditelaah

secara mendalam. Sebab, perilaku yang ingin diubah oleh gerakan ini merupakan

perilaku yang telah mengakar di masyarakat Indonesia, yaitu perilaku

mengonsumsi nasi sebagai makanan utama.

Menurut Nur Mahmudi, secara historis, sebenarnya perilaku konsumsi nasi

berkembang pesat seiring dengan gencarnya program swasembada beras dan

modernisasi gaya hidup pada masa orde baru. Pada tahun 1954, hanya 58%

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

9

Universitas Indonesia

masyarakat Indonesia yang mengonsumsi nasi, selebihnya masyarakat

mengonsumsi panganan pokok lokal, seperti singkong, sagu, jagung, dan lain

sebagainya12

. Sementara pada 2011, sekitar 95% masyarakat Indonesia

mengonsumsi nasi13

.

Mengubah sebuah perilaku yang telah diadopsi selama puluhan tahun tentu

merupakan sebuah tantangan besar. Misalnya saja, sejak awal kemunculannya,

gerakan ini langsung memunculkan pro dan kontra, baik di kalangan internal PNS

di lingkungan Pemerintah Kota Depok, jugadi masyarakat melalui pemberitaan di

media massa. Berikut beberapa kutipan pemberitaan dalam perspektif kontra

mengenai gerakan ODNR di media cetak.

Harian Jurnal Depok, Kamis, 16 Februari 2012, mengangkat opini Bambang

Wibarawata, seorang pengamat budaya dari Universitas Indonesia, mengenai

gerakan ODNR :

“Gerakan ODNR dinilai sebagai gerakan instan dan tak memikirkan dampak

di segala aspek, “Meski ini tujuannya untuk ketahanan pangan, namun

seharusnya Pemerintah Kota Depok mempersiapkan terlebih dulu food

strategy-nya. Ini tidak logis. Seharusnya disurvei terlebih dulu, apakah

masyarakat siap dengan gerakan itu, bagaimana dengan ketersediaan

penggantinya. Apalagi, ini menyangkut budaya makan nasi yang sudah ada

sejak zaman nenek moyang.”14

Kemudian, harian Kompas pada Jumat, 17 Februari 2012 mengangkat tanggapan

dari salah seorang warga Depok:

12

Nur Mahmudi Isma‟il, Op. Cit., hal. 4. 13

Machmur, M. (2010). Diakses pada 13 Julil 2013, dari http://finance.detik.com/read/2010/10/13/123257/1463600/4/konsumsi-beras-indonesia-terbesar-di-dunia 14

Pengamat UI: Itu Tak Logis. (2012, 16 Februari). Jurnal Depok, hal. 1.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

10

Universitas Indonesia

“Ita (37) pedagang nasi di Jalan Akses UI, Depok, heran dan baru tahu ada

program tersebut. Menurut dia, aneh jika pemerintah memaksa warganya

tidak memakan nasi walau dalam sehari.”15

Dalam harian Monitor Depok, Rabu, 22 Februari 2012, Reydonnyzar Moenek

(Juru Bicara Kemendagri) berkomentar :

“Gerakan ODNR dinilai terlalu jauh mengatur ranah pribadi. „Peraturan

kepala daerah itu seharusnya terkait persoalan ruang publik, sehingga

sejatinya esensi kebijakan tersebut tidak mengikat dan sebatas imbauan.‟”16

Dengan tantangan-tantangan yang ada, jika gerakan ODNR mencapai

keberhasilan sebagai sebuah program social marketing, penerapan metode social

marketing oleh pemerintah untuk menciptakan kebermanfaatan sosial bisa

berkembang pada ruang lingkup yang lebih luas dan pada tahap lebih jauh lagi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perbaikan dan peningkatan pada gerakan

ODNR menjadi hal yang penting.

Dalam sistematika social marketing, upaya perbaikan dan peningkatan tersebut

merupakan fungsi dari tahap evaluation plan. Weinreich (2011) mengatakan, jika

dilaksanakan dengan baik, evaluasi akan memberikan peningkatan pada program,

baik pada program yang masih berjalan maupun untuk program yang telah selesai

yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Dengan mengidentifikasi apa

yang berhasil dan apa yang tidak, sumber daya dapat dialokasikan dengan

efisien17

.

Namun, untuk dapat dievaluasi, program ini memiliki sebuah kelemahan besar,

yaitu berjalannya gerakan ini tidak didasari dengan adanya desain program.

Sebuah evaluasi program yang baik mensyaratkan adanya desain program yang

baik. Parsons (1999) mengatakan, “you can't do 'good' evaluation if you have a

15

Program Sehari Tanpa Nasi Sebaiknya Imbauan. (2012, 17 Februari). Kompas, hal. 2. 16

Terlalu Jauh Bikin Aturan. (2012, Februari 22). Monitor Depok, hal. 1. 17

Weinrich, N. K. Op. Cit., hal. 259.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

11

Universitas Indonesia

poorly planned program18

." Penggunaan sumber daya untuk mengevaluasi

program yang tidak didesain dengan baik adalah penggunaan sumber daya yang

inefisien19

.

1.3 Tujuan Karya Akhir

Berangkat dari latar belakang masalah dan permasalahan tersebut, tujuan yang

ingin dicapai melalui karya akhir ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang gerakan ODNR.

2. Memberikan masukan untuk peningkatan kualitas gerakan ODNR di masa

yang akan datang.

18

Parsons, B. A. (1999). Making logic models more systemic. Annual Meeting of the American Evaluation Association. Orlando. 19

Parsons, B. A.. (2001). Dalam W.K. Kellog Foundation Logic Development Guide, hal. 4.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

12

Universitas Indonesia

BAB II

KERANGKA EVALUASI

2.1 Model Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian integral dalam sebuah program social marketing.

TenBrink (1974) mendefinisikan evaluasi sebagai “the process of obtaining

information and using it to for judgments which in turn are to be used in decision

making20

.” M. C. Alkin (1973) mendefinisikan evaluasi sebagai “the process of

ascertaining the decision areas of concern, selecting appropriate information,

and collecting and analyzing information in order to report summary data useful

to decision makers in selecting among alternatives21

.” Sementara Cronboach

(1975) mendefinisikan evaluasi dengan “the collection and use of information to

make decisions about an educational program22

.”asdas

Evaluasi dapat memerankan beberapa fungsi penting dalam pengembangan

sebuah program, seperti penajaman tujuan, dokumentasi, penentuan dampak, dan

peningkatan kualitas program23

(Hawkes, 2000). Hanson (1978) mengatakan,

“Good evaluation is central to the continued development of a profession24

.”

Menurut intensinya, evaluasi dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan

evaluasi summatif. Isitlah evaluasi formatif pertama kali diperkenalkan oleh

Michael Scriven (1967), yang mengacu pada pengertian “outcome evaluation of

an intermediate stage in the development of the teaching instrument25

.”

20

TenBrink. (1974). The evaluation process: A model for classroom teachers, Evaluation: A practical guide for teachers. New York: McGraw-Hill, hal. 8. 21

Alkin. (1973). Evaluation theory development. In B. R. Worthen & J. R. Sanders (Eds.). Educational Evaluation: Theory and Practice. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc., hal. 150. 22

Cronbach. (1975). Course improvement through evaluation. In D. A. M. Payne, R. F. (Ed.). Educational and psychological measurement: Contributions to theory and practice (2nd ed.). Morristown, N.J.: General Learning Press, hal. 244. 23

Hawkes. (2000). Evaluating school-based distance education programs: Some thoughts about methods. North Carolina Regional Educational Laboratory (NCREL), http://www.ncrel.org/tandl/eval5.htm. 24

Hanson. (1978). Conclusions and further resources. New Directions for Student Services (1), hal. 97. 25

Scriven, M. (1990). In Flagg. Formative evaluation for educational technologies. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, hal. 5.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

13

Universitas Indonesia

Kemudian, istilah tersebut terus berkembang. Definisi terkini dari evaluasi

formatif sebagaimana yang dipaparkan oleh Tessmer (1993) adalah “a judgment

of the strengths and weaknesses of instruction in its developing stages, for

purposes of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal26

.”

Dalam kalimat yang lebih sederhana, evaluasi formatif mengevaluasi program

saat program berlangsung, dengan intensi untuk memperbaiki atau meningkatkan

program.

Sementara itu, evaluasi summatif dilaksanakan pada akhir program, dengan

intensi untuk mengukur efektivitas program. Beberapa tujuan dari evaluasi

summatif diantaranya :

Mengukur kesuksesan program secara umum;

Mengukur apakah tujuan dan objektif program tercapai;

Mengukur bagaimana partisipan mendapat manfaat dari program;

Mengukur komponen mana yang paling efektif atau sebaliknya;

Mengukur outcome yang tidak terantisipasi;

Mengukur cost dan benefit;

Mengkomunikasikan hasil temuan dari evaluasi kepada stakeholder

program27

.

Evaluasi gerakan ODNR ini merupakan evaluasi formatif. Dalam evaluasi ini,

proses evaluasi dilaksanakan pada tahap implementasi program, dimana ODNR

baru berjalan kurang dari dua tahun dan masih berlangsung. Intensi dari evaluasi

ini adalah untuk melakukan pemantauan dan peningkatan terhadap berjalanannya

program.

26

Tessmer. (1993). Planning and conducting formative evaluations. London: Kogan Page, hal. 11. 27

Stevens, F., Lawrenz, F., & Sharp, L.(1997). User-friendly handbook for project evaluation: Science, mathematics, engineering, and technology education. Arlington, VA: National Science Foundation.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

14

Universitas Indonesia

Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif yang dikembangkan oleh

Gwendolyn J. Ogle (2002) yang telah disesuaikan sistematikanya dengan format

TKA ini. Model tersebut dipilih karena evaluator pandang model tersebut

merupakan model yang paling komprehensif diantara literatur yang ada, sebab

model tersebut dikembangkan dari berbagai model evaluasi dalam berbagai

literatur evaluasi28

.

Adapun model dari evaluasi formatif tersebut adalah sebagai berikut :

5. Clarify product/program goals and objectives

6. Define purpose of evaluation

a. Clarify evaluation type

b. Clarify evaluation goals and objectives

7. Determine evaluation questions

8. Plan the evaluation

a. Determine evaluator’s role(s)

b. Identify evaluation design

9. Select criteria, indicators, and data sources

10. Develop instruments

11. Submit evaluation proposal

a. Determine time schedule

b. Determine budget

28

Ogle, G. J. (2002). Towards a formative evaluation tool. (Order No. 3110286, Virginia Polytechnic Institute and State University). ProQuest Dissertations and Theses. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/305489824?accountid=17242.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

15

Universitas Indonesia

c. Submit evaluation plan, time schedule, budget, and instruments for

feedback

12. Make revisions to the evaluation proposal (if necessary)

13. Schedule appointments for evaluation

14. Conduct evaluation

a. Revise evaluation instruments (if necessary)

15. Organize and analyze results

16. Report results

17. Revise instruction accordingly

18. Publish results

Model tersebut kemudian dimodifikasi sesuai dengan sistematika dan konteks

evaluasi ini, menjadi :

1. Clarify program goals and objectives

2. Define purposes of evaluation

2.1 Evaluation type

2.2 Evaluation goals and objectives

3. Determine evaluation questions

4. Plan the evaluation

4.1 Determine evaluator’s role

4.2 Identify evaluation design

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

16

Universitas Indonesia

5. Select criteria, indicators, and data sources

6. Develop instruments

7. Submit evaluation proposal

7.1 Determine time schedule

7.2 Determine budget

7.3 Submit evaluation plan, time schedule, budget, and instruments for

feedback

8. Conduct evaluation

9. Organize and analyze results

10. Report results

2.2 Logic Model

Dalam evaluasi ini, untuk mengkonstruksi desain gerakan ODNR, digunakan

sebuah framework yang dinamakan “Logic Model.”

Logic model merupakan framework yang digunakan untuk memandu perencanaan

sebuah program dan evaluasi29

. Joseph S. Wholey (1979) pertama kali logic

model melalui publikasinya, Evaluation: Promise and Performance. Term logic

model, mengacu pada Chen, Cato, dan Rainford (1999), dinamakan demikian

sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu “... to see more clearly the underlying

rationale or logic of a program.”

The W.K. Kellog Foundation (2004) mendefinisikan logic model sebagai “... a

picture of how your organization does its work – the theory and assumptions

underlying the program. A program logic model links outcomes (both short- and

29

Goertzen, Fahlman, Hampton, & Jeffrey. (2003); Lai & Mercier. (2002); Rowan. (2000); Weiss.

(1997); In Taylor, L. B. (1989).

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

17

Universitas Indonesia

long-term) with program activities/processes and the theoretical

assumptions/principles of the program.”

Sementara itu, Frechtling (2007), menggambarkan logic model sebagai “.. a tool

that describes the theory of change underlying an intervention, product, or

policy. It characterizes a project through a system of elements that include

components and connections, with context being an important qualification.”

Dalam implementasinya, logic model terus berkembang, dan para ahli memiliki

nama yang berbeda-beda untuk model ini, seperti Program Theory (Weiss, 1998),

Program Approach atau Theory of Action (Patton, 1997).

Pada intinya, logic model merupakan sebuah metode yang sistematis dan visual

untuk memetakan sebuah program, inisiatif, atau intervensi ke dalam sebuah

model, sehingga menunjukkan hubungan logis antara sumber daya yang

diinvestasikan, aktivitas yang diimplementasikan, dan dampak yang dihasilkan

dari suatu program, inisiatif, atau intervensi.

Model dasar dari logic model adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 The Basic Logic Model

(W.K. Kellog Foundation Logic Model Development Guide, 2004)

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

18

Universitas Indonesia

Mengacu pada model tersebut. logic model memiliki komponen-komponen yang

dijelaskan sebagai berikut :

1. Inputs adalah sumber daya yang dimiliki yang relevan untuk menjalankan

aktivitas program. Elemen dari inputs meliputi, namun tidak terbatas

pada, waktu, sumber daya manusia, dana, peralatan, partnership, basis

penelitian, teknologi30

.

2. Activities adalah proses, alat, kegiatan, teknologi, dan tindakan yang

menggunakan sumber daya untuk mencapai output tertentu, yang melalui

ini diharapkan tujuan atau hasil dari program tercapai31

.

3. Outputs adalah sesuatu (produk, service) yang langsung dihasilkan karena

adanya activities.

4. Outcome adalah perubahan spesifik pada partisipan program yang

meliputi perilaku, pengetahuan, kemampuan, status, dan level of

functioning. Outcome dapat dibedakan berdasarkan jangka waktunya,

yaitu jangka pendek (1-3 tahun), jangka menengah (4-6 tahun), dan

jangka panjang (7-10 tahun). Outcome jangka panjang pada sebagian

besar logic model disebut juga sebagai impact.

5. Impact adalah perubahan mendasar, baik disengaja maupun tidak

disengaja, yang terjadi pada organisasi, komunitas, atau sistem sebagai

hasil dari aktivitas program dalam 7 sampai 10 tahun32

.

Sementara itu, model yang komprehensif dari logic model adalah sebagai berikut :

30

University of Wisconsin-Extension. (2003). Enhancing Program Performance with Logic Models, hal. 40. 31

W.K. Kellog Foundation. (2004). Logic Model Development Guide. Michigan, hal. 2. 32

W.K. Kellog Foundation, Op. Cit., hal. 2. 32

Ibid., hal. 2.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

19

Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Full Logic Model Framework

(University of Wisconsin-Extension, 2003)

Mengacu pada berbagai definisi mengenai logic model yang telah dipaparkan

sebelumnya, selain berguna untuk memandu evaluasi, model ini juga dapat

berperan sebagai panduan untuk membuat perencanaan program. Menurut W.K.

Kellog Foundation, “In program and design planning, logic model serves as a

planning tool to develop program strategy and enhance your ability to clearly

explain and illustrate program concepts and approach for key stakeholders,

including funders. Logic models can help craft structure and organization for

program design..33

Dalam evaluasi ini, selain untuk mengonstruksi desain program ODNR, logic

model juga akan digunakan sebagai kerangka rekomendasi yang akan diberikan

pada Bab V.

33

Ibid., hal. 5.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

20

Universitas Indonesia

BAB III

GAMBARAN PROGRAM

3.1 Evaluasi Program

3.1.1 Tujuan dan Objektif Program

Tujuan dari program adalah membangun kembali dan menyempurnakan budaya

makan aneka pangan lokal, menuju Indonesia sehat dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan tersebut, program memiliki beberapa objektif :

1. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pola Hidup yang Bergizi,

Beragam, Seimbang, dan Aman;

2. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Untuk Menurunkan Konsumsi Beras

Padi;

3. Peningkatan Konsumsi Karbohidrat Non Beras Padi Berbasis Produk

Lokal.

3.1.2 Jenis, Ruang Lingkup, dan Tujuan Evaluasi

Tipe evaluasi ini adalah evaluasi formatif.

Ruang lingkup evaluasi ini meliputi evaluasi context evaluation (evaluasi

konteks), input evaluation (evaluasi input/sumber daya), process evaluation

(evaluasi proses/implementasi), dan product evaluation (evaluasi produk). Ruang

lingkup tersebut diperoleh berdasarkan CIPP Model (Context, Input, Process,

Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam (1973)34

.

Tujuan dari evaluasi ini adalah mendapatkan gambaran mengenai desain program

dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas program.

34

Stufflebeam, D. L. (1973). Educational evaluation and decision-making. In B. R. Worthen & J. R. Sanders (Eds.), Educational Evaluation: Theory and Practice. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

21

Universitas Indonesia

3.1.3 Pertanyaan Evaluasi

Untuk mendapatkan gambaran desain program, gerakan ODNR dipetakan ke

dalam logic model. Untuk membangun logic model tersebut, sejumlah pertanyaan

evaluasi dirumuskan dalam beberapa kategori sesuai logic model, yaitu situations,

priorities, input/resources, activities, outcomes, impacts, assumptions, dan

external factors.

Situations

1. Apa yang menjadi masalah?

2. Mengapa hal tersebut merupakan sebuah masalah?

3. Apa yang menyebabkan masalah tersebut?

4. Bagi siapa masalah tersebut berdampak?

5. Siapa yang concern terhadap keberadaan masalah tersebut?

6. Apa yang kita tahu berdasarkan riset atau pengalaman tentang masalah

tersebut?

Priorities

7. Apa misi yang menjadi prioritas berdasarkan gambaran situasi tersebut?

Input/Resources

8. Adakah alokasi anggaran untuk program ini? Berapa?

9. Adakah alokasi jangka waktu tertentu untuk program ini mencapai

tujuannya? Atau adakah target waktu tertentu yang ingin dicapai program

ini? Kapan?

10. Adakah sumber daya manusia yang khusus diberdayakan untuk

merencanakan, menjalankan, mengelola program ini? Berapa? Siapa?

11. Adakah partner yang diperlukan untuk menjalankan program ini? Siapa?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

22

Universitas Indonesia

12. Adakah teknologi yang diperlukan untuk mendukung berjalannya program

ini?

13. Adakah penelitian yang dibutuhkan untuk mendukung berjalannya

program ini?

14. Selain hal-hal di atas, adakah hal lain yang diinvestasikan untuk

berjalannya program ini?

Activities & Outputs

Indikator: waktu, intensitas, durasi, jumlah, pencapaian.

15. Apa saja aktivitas yang dilakukan sebagai bagian dari program ini?

Outcomes

16. Apakah hal-hal yang ingin dicapai melalui aktivitas-aktivitas tersebut?

Dalam jangka 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun, dan setelahnya?

Impacts

17. Apakah dampak utama yang ingin diciptakan melalui program ini?

3.1.4 Rencana Evaluasi

a. Peran Evaluator

Peran evaluator adalah sebagai evaluator eksternal program.

b. Prosedur Evaluasi

Sumber data untuk evaluasi didapat melalui wawancara mendalam dengan

pelaksana program.

3.1.5 Kriteria, Indikator, dan Sumber Data

Sumber data untuk menjawab pertanyaan evaluasi berbeda pada kategori tertentu.

Untuk menjawab pertanyaan evaluasi pada kategori situations, evaluator

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

23

Universitas Indonesia

mengambil data dengan literature review dari buku, dokumen, alat sosialisasi, dan

berita di media massa mengenai program. Metode ini dipilih dengan tujuan

efisiensi, sebab informasi mengenai hal ini bisa didapat tanpa melalui metode

wawancara. Dengan demikian, wawancara dapat difokuskan untuk menggali

informasi yang lebih mendalam dan sulit didapatkan dari sumber lain. Sementara,

untuk menjawab pertanyaan evaluasi pada kategori input/resources, activities,

outcomes, impacts, assumptions, dan external factors, sumber data diperoleh

melalui wawancara dengan Jumali, MSE (Plt. Subdit. Pertanian dan Ketahanan

Pangan) dan Fathir Fajar Sidiq (Plt. Kasubag Analisa Kebijakan Publik, Bagian

Humas dan Protokol, Sekretariat Daerah Kota Depok). Keduanya adalah

konseptor awal gerakan ODNR bersama-sama dengan Walikota Depok.

3.1.6 Mengembangkan Instrumen

Instrumen evaluasi ini adalah daftar pertanyaan wawancara. Daftar pertanyaan

wawancara tersebut dikembangkan dari logic model yang diformulasikan oleh

University of Wisconsin-Extension, dalam Enhancing Program Performance with

Logic Models (2003).

3.1.7 Jadwal Pengambilan Data

Pengambilan data dijadwalkan berlangsung diantara tanggal 12 hingga 28 Juni

2013. Untuk mengambil data dari Pemerintah Kota Depok selama rentang waktu

tersebut, evaluator harus melapor dan meminta surat rekomendasi dari Kantor

Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemerintah Kota Depok.

3.1.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data telah berlangsung dengan metode wawancara dengan

narasumber, yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2013 bersama Jumali, MSE;

dan pada tanggal 17 Juni 2013 bersama Pak Fathir. Kedua wawancara tersebut

dilaksanakan di lingkungan kantor Pemerintah Kota Depok.

3.1.9 Pengorganisasian Data dan Analisis

Pengorganisasian data dan analisis akan dibahas di BAB IV.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

24

Universitas Indonesia

3.2 Desain Program

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi diajukan untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam mengonstruksi desain program dengan

logic model. Berikut adalah logic model dari gerakan ODNR.

Situations Priorities Inputs Activities Outcomes Impacts

Lapangan kerja

bidang pertanian

semakin kurang

mensejahterakan,

mendorong

urbanisasi

masyarakat

pedesaan ke

perkotaan

meninggalkan

lahan-lahan

produktif.

Mewujudkan

diversifikasi

produk pangan

untuk mewujudkan

kemandirian

pangan, mendorong

perekonomian di

desa, dan

mewujudkan pola

konsumsi pangan

yang bergizi

seimbang.

Dana untuk kegiatan

sosialisasi di

kecamatan dan

pembuatan alat

publikasi ODNR

sejumlah Rp 190

juta.

Mengampanyekan

gerakan tidak

mengonsumsi beras

padi dan

menggantinya

dengan makanan

pokok non-beras

padi setiap hari

selasa di lingkungan

kantor Pemerintah

Kota Depok.

Terciptanya

keanekaragaman

konsumsi pangan:

terlampauinya target

angka Pola Pangan

Harapan (PPH)

nasional (sebesar

89,6 pada 201235

),

yaitu sebesar 94,7

(BPS, 2012).

Terciptanya

budaya konsumsi

aneka pangan

lokal.

35

Badan Ketahanan Pangan. (2012). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hal. 1.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

25

Universitas Indonesia

Pola konsumsi

masyarakat yang

terlalu bergantung

kepada beras

memiliki dampak

sistemik jika terjadi

gangguan pasokan.

Jangka waktu tak

terbatas.

Sosialisasi rutin

terhadap para PNS

di lingkungan

Pemerintahan Kota

Depok.

Penurunan angka

konsumsi beras:

terlampauinya target

penurunan

konsumsi beras

yang ditetapkan

nasional (sebesar

1,5% per tahun36

),

yaitu sebesar 2,96%

(2011-2012).

Konsumsi

karbohidrat dari

beras yang

berlebihan melebihi

kebutuhan gizi

masyarakat,

mengundang

penyakit diabetes.

Dewan Ketahanan

Pangan sebagai

perumus kebijakan,

mengevaluasi, dan

mengendalikan

penyelenggaraan

ketahanan pangan.

Pembinaan kantin di

kantor pemerintahan

untuk menyediakan

menu non-nasi padi

setiap hari Selasa.

36

Ibid.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

26

Universitas Indonesia

Oorganisasi

Perangkat Daerah

(OPD) yang

berkaitan dengan

penyelenggaraan

ketahanan pangan.

Pembinaan beberapa

rumah makan di

Depok untuk

menyediakan menu

non-nasi padi setiap

hari Selasa.

Hubungan

kerjasama dengan

IPB, Unej, dan UI

untuk

pengembangan

teknologi

pengolahan pangan

pokok non-beras,

termasuk

didalamnya

pengadaan beras

analog.

Sosialisasi langsung

ke masyarakat

melalui Kecamatan,

Kelurahan, RT atau

RW.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

27

Universitas Indonesia

Sosialisasi kepada

siswa di sekolah-

sekolah;

mengadakan

kegiatan pemecahan

rekor MURI “Makan

Makanan Lokal

Non-Beras dengan

Peserta Terbanyak.”

Menjadi narasumber

di berbagai kegiatan

yang membahas

ketahanan pangan, di

Kota Depok maupun

nasional.

Pelatihan terhadap

UKM untuk

menciptakan variasi

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

28

Universitas Indonesia

olahan makanan

non-terigu dan non-

beras padi.

Diseminasi

informasi melalui

alat publikasi seperti

flyer, brosur

Penyelenggaraan

konferensi pers,

penerbitan siaran

pers, pemberitaan di

media massa.

Mengadakan

kerjasama dengan

berbagai pemerintah

daerah dalam

kerangka

diversifikasi dan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

29

Universitas Indonesia

ketahanan pangan.

Gambar 3.1 Logic Model Program One Day No Rice

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

30

Universitas Indonesia

BAB IV

EVALUASI PROGRAM

4.1 Context Evaluation

Nur Mahmudi (2012) dalam bukunya “One Day No Rice” memaparkan konteks

permasalahan yang melatari gerakan ODNR dalam tiga payung argumen:

pertama mengenai kesejahteraan masyarakat pedesaan dan produktivitas pedesaan

untuk memproduksi pangan, kedua mengenai kestabilan dan kemandirian pangan,

dan ketiga mengenai keseimbangan asupan gizi. Pemaparan mengenai ini telah

dibahas pada BAB I.

Lebih lanjut, Jumali (2013) menambahkan poin bahwa masalah ketahanan pangan

merupakan salah satu tanggung jawab utama pemerintah. Dalam Undang-Undang

(UU) Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, disebutkan bahwa “Pangan

merupakan kebutuhan dasar yang pemenuhannya merupakan bagian dari hak

asasi manusia yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945”. Disebutkan pula bahwa “negara berkewajiban

mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan

yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional

maupun daerah.”

Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana gerakan ODNR menjawab argumen-

argumen tersebut? Mengapa harus padi? Apakah gerakan tersebut tepat?

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbang) Departemen

Pertanian RI (2005), di Indonesia padi diusahakan oleh 18 juta petani, dan

menyumbang 66% Produk Domestik Bruto (PDB) dari seluruh tanaman pangan.

Selain itu, usaha tani padi telah memberi kesempatan kerja kepada lebih dari 21

juta rumah tangga di Indonesia37

.

37

Departemen Pertanian RI. (2005). Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Jakarta: Badan Litbang Pertanian, hal. 1.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

31

Universitas Indonesia

Dari sisi tingkat konsumsi, 95% masyarakat Indonesia mengonsumsi beras

sebagai makanan pokoknya (Machmur, 2010), dengan tingkat konsumsi sebesar

139,15 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian RI, 2012). Angka tersebut

membawa Indonesia sebagai negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia38

,

dengan angka konsumsi beras rata-rata dunia sebesar 60 kg/kapita/tahun.

Tingkat konsumsi beras yang sedemikian tinggi menjadikan beras sebagai

komoditas yang strategis, yaitu memantapkan ketahanan pangan, ketahanan

ekonomi, dan ketahanan nasional. Bahkan, karena peran strategisnya, beras dapat

menjadi komoditas politik dan memengaruhi inflasi nasional (Suryana, et. al.,

2001).

Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap beras ini berbahaya bagi kestabilan

pangan Indonesia. Jika terjadi goncangan terhadap pasokan beras, dampaknya di

masyarakat akan besar. Kelangkaan terhadap komoditi pokok seperti ini akan

menciptakan fluktuasi harga yang signifikan dan mempengaruhi kenaikan inflasi.

Nur Mahmudi (2012) mengatakan, setiap kenaikan harga beras 10% dapat

memberi kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,5%39

. Kita juga belum menghitung

dampak sosial jika terjadi kelangkaan beras, mengingat kebutuhan pangan

merupakan kebutuhan paling mendasar manusia.

Selain memiliki kontribusi penting terhadap perekonomian, persoalan tingginya

konsumsi beras nasional juga berkaitan dengan pola asupan gizi yang baik. Untuk

mengukur kualitas konsumsi pangan, pemerintah menggunakan indikator yang

dinamakan “Pola Pangan Harapan” (PPH), yang dihitung berdasarkan tingkat

keragaman dan keseimbangan konsumsi antar kelompok makanan. PPH

berbentuk scoring dengan skor tertinggi adalah 100. Semakin tinggi skor PPH,

artinya semakin bervariasi pola konsumsi pangan, dan semakin seimbang asupan

gizinya. Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin buruk keseimbangan

38

Sulihanti, Sri. (2013). Konsumsi Beras Di Indonesia Masih Tertinggi Di Dunia. http://www.merdeka.com/uang/konsumsi-beras-di-indonesia-masih-tertinggi-di-dunia.html, diakses pada 20 Juni 2013. 39

Isma’il, N. M. (2013). Inilah Maksud Gerakan One Day No Rice di Kota Depok, http://www.depok.go.id/21/02/2012/01-berita-depok/inilah-maksud-gerakan-one-day-no-rice-di-kota-depok, diakses pada 20 Juni 2013.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

32

Universitas Indonesia

asupan gizi, yang berarti pula semakin besar potensi munculnya gangguan

kesehatan.

Menurut Survey Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, pada tahun 2009 angka

PPH nasional berada pada 75,7. Pada tahun 2010, terjadi kenaikan menjadi 77,5.

Kemudian pada tahun 2011 terjadi penurunan menjadi 77,3, dan bahkan terjadi

penurunan lagi di tahun 2012 ke angka 75,4 %. Pemerintah menargetkan angka

PPH nasional pada tahun 2014 mencapai 93,3. Artinya, selama tahun 2013 sampai

2014 nanti, pemerintah harus menggenjot angka PPH untuk bertambah sebesar

17,9% agar mencapai target di tahun 2014. Padahal, pada 2009 hingga 2010

kenaikan hanya terjadi sebesar 1,8%, setelah itu dua tahun berturut-turut terjadi

penurunan skor PPH sebesar 0,2% dan 1,9%.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah memiliki produk-produk

hukum maupun rencana strategis yang salah satu intinya adalah mengarahkan

kebijakan pangan kepada diversifikasi pangan dan pengembangan pangan lokal.

seperti yang tertuang pada Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan

(Pasal 12 ayat 2; Pasal 12 ayat 3; Pasal 16 ayat 1; Pasal 50 ayat 3; Pasal 41; Pasal

42; Pasal 59; Pasal 60 ayat 1) atau pada Roadmap Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) milik Kementerian Pertanian RI.

Dari pemaparan situasi tersebut, premis yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:

1. Saat ini, konsumsi beras masyarakat Indonesia terlalu tinggi, hal ini

merupakan sebuah permasalahan sebab:

a. beras merupakan komoditas yang strategis. Fluktuasi harga beras

akan signifikan memengaruhi laju inflasi;

b. rentan menimbulkan persoalan sosial, mengingat beras merupakan

kebutuhan pokok bagi 95% masyarakat Indonesia;

c. asupan gizi yang kurang beragam dan kurang berimbang dilihat

dari indikator PPH, dengan asupan karbohidrat yang melebihi

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

33

Universitas Indonesia

kebutuhan dan tidak dibarengi dengan penganekaragaman asupan

gizi.

2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk

menyediakan dan mengelola pangan, dengan beberapa titik tekan,

diantaranya :

a. ketersediaan pangan;

b. penetapan dan pengembangan pangan lokal;

c. promosi untuk mengonsumsi pangan lokal;

d. pemenuhan kualitas dan kuantitas pangan masyarakat, termasuk di

dalamnya aspek kelengkapan dan keberagaman gizi pangan;

e. mewujudkan penganekaragaman pangan;

f. Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam dan berbasis

potensi sumber daya lokal.

Berdasarkan premis-premis tersebut, upaya Pemerintah Kota Depok melalui

gerakan ODNR evaluator pandang merupakan upaya yang relevan dan tepat

sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan dan melaksanakan

kewajiban pemerintah daerah. Perspektif need assesment dalam evaluasi konteks

ini adalah “Discrepancy View”, dimana suatu kebutuhan/objektif muncul akibat

adanya gap antara kondisi yang diharapkan/ideal dengan kondisi nyata/riil. Dalam

kasus ini, kondisi yang diharapkan adalah suatu keadaan penyelenggaraan pangan

yang beragam, dengan indikator PPH yang sesuai dengan target yang dicanangkan

dan angka konsumsi beras yang berada pada angka yang mendekati rata-rata

konsumsi beras dunia. Sementara itu, keadaan riil indikator PPH dan angka

konsumsi beras saat ini menggambarkan kenyataan yang berlainan.

4.2 Input Evaluation

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

34

Universitas Indonesia

Input gerakan ODNR meliputi anggaran, waktu, sumber daya manusia, dan

partnership.

Dalam evaluasi ini, evaluasi terhadap anggaran tidak bisa dilaksanakan, sebab

tidak ada data atau dokumentasi yang menggambarkan bagaimana dana yang

dianggarkan digunakan dalam aktivitas program.

Dari segi jangka waktu, tidak adanya jangka waktu yang definitif dalam mencapai

tujuan sekilas dapat dilihat sebagai sumber daya yang melimpah, namun

sebenarnya merupakan sebuah kelemahan. Jangka waktu memiliki keterkaitan

erat dengan monitoring dan evaluasi program. Dua hal ini merupakan bagian

penting yang tak terpisahkan dalam sebuah program social marketing,diantaranya

karena pengukuran tersebut dapat membantu pelaksanaan program yang lebih

baik di masa yang akan datang, membantu dalam keputusan untuk

mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif dan efisien, juga untuk

mengetahui perbaikan-perbaikan yang diperlukan di tengah-tengah

berlangsungnya program agar program berhasil sampai pada tujuannya40

.

Dari segi sumber daya manusia, Pemerintah Kota Depok memiliki dua jenis

sumber daya manusia yang berperan sebagai input, yaitu Dewan Ketahanan

Pangan dan OPD-OPD. Dewan Ketahanan Pangan berperan sebagai perumus

kebijakan, evaluasi, dan pengendali penyelenggaraan ketahanan pangan.

Sementara OPD-OPD, yang meliputi Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (BPMK), Setda. Bagian Humas, dan

Setda. Bagian Ekonomi, berfungsi sebagai pelaksana program dengan

menerjemahkan arah kebijakan penyelenggaraan diversifikasi dan ketahanan

pangan sesuai bidang dan tugas masing-masing.

Dalam tataran kebijakan, Dewan Ketahanan Pangan memerankan fungsi yang

vital sebagai sentral dari semua penyelenggaraan diversifikasi dan ketahanan

pangan. Untuk mengevaluasinya, diperlukan data mengenai output dari aktivitas

Dewan Ketahanan Pangan, seperti kualitas dan kuantitas kebijakan yang telah

dihasilkan, dan bentuk pengawasan dan pengendalian yang telah dilakukan.

40

Kotler, Op. Cit., hal. 328.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

35

Universitas Indonesia

Namun data mengenai hal-hal tersebut tidak diperoleh dalam evaluasi ini,

sehingga perlu diadakan evaluasi lanjutan untuk menyempurnakan evaluasi ini.

Dalam tataran pelaksanaan, OPD-OPD memiliki kebebasan untuk menerjemahkan

arah kebijakan ke dalam program masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah

integrasi dari program-program tersebut, sehingga alokasi sumber daya dan

berjalanannya aktivitas dapat berlangsung dengan efisien dan efektif. Hasil

temuan lapangan menunjukkan bahwa meski dalam beberapa hal masing-masing

dinas memiliki implementasi kebijakan yang khas sesuai dengan bidang dan tugas

masing-masing, namun ditemukan pula overlapping aktivitas yang dilaksanakan

antara satu OPD dengan OPD yang lain.

Bentuk overlapping aktivitas yang ditemukan adalah pembuatan alat sosialisasi,

berupa brosur. Masing-masing OPD membuat alat sosialisasi, yang kontennya

disesuaikan dengan bidang masing-masing. Meski demikian, antar satu media

sosialisasi dengan media yang lain terdapat beberapa pengulangan pesan, yang

berarti ada inefisiensi di sana.

Integrasi yang dapat dilakukan dapat berupa pembuatan alat sosialisasi oleh

bidang tertentu yang memiliki kapasitas dalam merancang pesan sedemikian rupa,

sehingga media sosialisasi yang diterbitkan kepada publik efisien dan efektif,

meski disampaikan dalam perspektif yang berbeda-beda sesuai dengan OPD yang

berkaitan. Aspek efektivitas dari integrasi aktivitas ini juga dapat dicapai dengan

strategi branding yang konsisten.

Dari segi partnership, kerjasama dengan IPB sangat signifikan perannya dalam

aktivitas suplai beras analog. Saat ini, IPB merupakan salah satu pemasok utama

beras analog yang menggantikan beras padi pada implementasi ODNR di Depok.

Sementara kerjasama dengan Universitas Jember lebih bersifat umum, meliputi

aktivitas pendidikan, pelatihan, aplikasi penelitian dan aplikasi pengabdian kepada

masyarakat dalam hal diversifikasi pangan.

4.3 Process Evaluation

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

36

Universitas Indonesia

Pemerintah Kota Depok mengatakan bahwa belum ada perencanaan yang

sistematis untuk gerakan ODNR. Menurut Jumali (2013), awalnya gerakan ini

hanya ditujukan bagi para PNS di lingkungan Pemerintah Kota Depok sebagai

prototype untuk mewujudkan penyelenggaraan penganekaragaman pangan dan

mengurangi konsumsi beras padi. Namun, karena gerakan ODNR tanpa

diintensikan terlanjur diketahui secara luas oleh publik, maka gerakan ini

diperluas tidak hanya sebatas sosialisasi di lingkungan PNS Pemerintah Kota

Depok, melainkan juga kepada masyarakat Kota Depok secara khusus, dan

kepada pemerintah-pemerintah daerah lain di Indonesia.

Meski tersosialisasikannya gerakan ODNR kepada publik secara luas adalah

sesuatu yang awalnya tidak diintensikan, adanya desain program yang terencana

dan sistematis menjadi masukan penting bagi Pemerintah Kota Depok. Sebab,

setelah gerakan ODNR mulai dikenal oleh publik, Pemerintah Kota Depok

meningkatkan banyak aktivitas dalam kerangka gerakan ODNR, baik sebagai

inisiatif dari Pemerintah Kota Depok sendiri maupun karena permintaan publik.

Intensitas aktivitas yang semakin tinggi menjadi kurang efisien jika dilakukan

secara sporadis, tanpa perencanaan program yang sistematis, yang berarti

berpotensi tersia-siakannya sumber daya yang dimiliki, kurang optimalnya

pencapaian outcome, tidak terantisipasinya dampak yang tidak diharapkan,

bahkan tidak tercapainya tujuan utama (impact) dari program.

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada BAB I, bahwa sistematisasi merupakan

salah satu kunci kesuksesan social marketing, bahkan menjadi bagian dari definisi

social marketing itu sendiri. Sistematisasi membutuhkan adanya strategi yang

komprehensif, bukan hanya di tataran permukaan yang terlihat, seperti pembuatan

alat kampanye, tetapi juga meliputi bagian yang tak terlihat, seperti riset,

penentuan target audience, pengembangan strategi pemasaran, dan langkah-

langkah lainnya.

4.4 Product Evaluation

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

37

Universitas Indonesia

Product evaluation adalah evaluasi terhadap perkembangan dan outcome

program41

. Untuk mengukur pencapaian program-program diversifikasi dan

ketahanan pangan masyarakat, pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian

Pertanian RI, menggunakan dua ukuran outcome, yaitu skor PPH (Pola Pangan

Harapan) dan penurunan angka konsumsi beras setiap tahun42

.

PPH atau desirable dietary pattern, menurut Food and Agriculture Organization

(FAO) - Regional Office for Asia and the Pacific (RAPA) (1989) adalah

“komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. PPH merupakan susunan beragam pangan

yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok

pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan

mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan

agama43

. PPH merupakan standar yang digunakan secara nasional oleh

pemerintah dalam membuat perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan

pangan yang ideal di suatu wilayah44

.

Untuk tahun 2012, pemerintah pusat menargetkan outcome berupa skor PPH

sebesar 88 dan penurunan angka konsumsi beras sebesar 1,5% per kapita45

.

Jika dibandingkan dengan outcome yang dicapai oleh Pemerintah Kota Depok

pada tahun 2012, Pemerintah Kota Depok telah berhasil melampaui kedua target

yang ditetapkan pemerintah pusat. Pada tahun 2012 Kota Depok mencapai skor

PPH sebesar 94,7 (BPS, 2012), dan terjadi penurunan konsumsi beras padi sebesar

2,96% per kapita (dari 260,33 gr/kapita/hari menjadi 252,62 gr/kapita/hari).

41

Pace, C. R., & Friedlander, J. (1978). Approaches to evaluation: Models and perspectives. In G. R. Hanson (Ed.), New Directions for Student Services. San Francisco: Jossey-Bass Inc, hal. 9. 42

Kementerian Pertanian RI. (2012). Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun 2012. Disampaikan Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2012. 43

P2KP. (2013). Pedoman Analisis Konsumsi Pangan Mandiri di Wilayah P2KP. http://www.promedia.co.id/p2kp/downlot.php?file=PEDOMAN%20ANALISIS%20PANGAN.pdf, diakses pada 14 Juli 2013. 44

Nugrayasa, O. (2013). Pola Pangan Harapan Sebagai Pengganti Ketergantungan Pada Beras. http://www.setkab.go.id/artikel-7199-pola-pangan-harapan-sebagai-pengganti-ketergantungan-pada-beras.html, diakses pada 14 Juli 2013. 45

Kementerian Pertanian RI, Op. Cit.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

38

Universitas Indonesia

BAB V

REKOMENDASI

5.1 Background, Purpose, and Focus

5.1.1 Background

a. Lapangan kerja bidang pertanian semakin kurang mensejahterakan, mendorong

urbanisasi masyarakat pedesaan ke perkotaan meninggalkan lahan-lahan

produktif.

b. Pola konsumsi masyarakat yang terlalu bergantung kepada beras memiliki

dampak sistemik jika terjadi gangguan pasokan.

c. Konsumsi karbohidrat sederhana dari beras yang melebihi kebutuhan gizi

masyarakat, menyebabkan penyakit diabetes tipe-2.

d. Diversifikasi dan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah.

5.1.2 Purpose

“Mewujudkan diversifikasi produk pangan untuk mewujudkan kemandirian dan

ketahanan pangan.”

5.1.3 Focus

Mengganti perilaku mengonsumsi nasi setiap hari sebagai makanan pokok dengan

perilaku mengonsumsi aneka pangan lokal sebagai makanan pokok.

5.2 SWOT Analysis

5.2.1 Strengths

a. Program memiliki landasan argumen-argumen yang kuat dan logis;

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

39

Universitas Indonesia

b. Skor PPH dan target penurunan angka konsumsi beras padi telah melampaui

target nasional;

c. 88,82% penduduk Kota Depok merupakan masyarakat yang terdirik

(memiliki ijazah);

d. Terdapat 10,28% kelompok masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi;

5.2.2 Weaknesses

a. Banyaknya anggapan negatif mengenai program;

b. Akronim program (ODNR) yang kurang deskriptif;

c. Nama program (One Day No Rice) yang ambigu, berpotensi memunculkan

kesalahpahaman;

d. Tidak adanya desain program;

e. Anggaran yang terbatas;

5.2.3 Opportunities

a. Populasi penduduk Kota Depok pada usia produktif sangat tinggi dibanding

usia non-produktif, terutama pada kelompok usia 20-49 (BPS, 2012).

b. Penetrasi internet dan keberadaan social media telah merambah ke kehidupan

masyarakat Kota Depok.

5.2.4 Threats

a. Nasi telah puluhan tahun menjadi makanan pokok masyarakat

b. Adanya potensi resistensi masyarakat terhadap gerakan ODNR.

c. Adanya potensi framing pemberitaan media massa yang kontra dengan

gerakan ODNR.

-

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

40

Universitas Indonesia

5.3 Target Market Profile

5.3.1 Demographics, psychographics,related behaviors

Target market adalah kelompok masyarakat yang diutamakan menjadi sasaran

program. Target market menyasar dua segmen:

a. Wanita usia 20-40 tahun, tingkat pendidikan minimal Diploma, telah

menikah, memiliki anak, memiliki peran sebagai Ibu Rumah

Tangga/pemegang keputusan dalam hal menu makanan keluarga, peduli

dengan asupan gizi dan kesehatan keluarga, senang bersosialisasi dan

berkomunitas di lingkungan tempat tinggalnya.

b. Dewasa muda usia 18-25 tahun, berpendidikan minimal Diploma, bersiap-

siap atau sedang mengawali keluarga baru, memiliki kesadaran tentang gaya

hidup modern, memiliki kesadaran tentang asupan gizi dan kesehatan, melek

internet dan social media.

5.4 Stage of change

Pemilihan target market di atas didasarkan pada teori diffusion of innovations,

yang mengatakan bahwa sebuah inovasi akan masuk ke dalam masyarakat melalui

sekelompok populasi tertentu terlebih dahulu46

. Menurut teori ini, ketika sebuah

inovasi baru diperkenalkan, akan ada sekelompok orang yang menjadi kelompok

pertama yang mengadopsi inovasi tersebut, sementara kelompok lainnya akan

menunggu sampai lebih banyak orang mengadopsi inovasi tersebut, bahkan ada

kelompok yang tidak mengadopsi inovasi tersebut sama sekali.

Teori ini membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan tingkat

kesiapan adopsi inovasi, yaitu para innovators (kelompok yang menciptakan

inovasi), early adopters (kelompok yang paling awal mengadopsi inovasi), early

majority adopters (kelompok besar masyarakat yang mengadopsi perilaku setelah

46

Rogers, E. (1983). Diffusion of innovations (3rd ed.). New York: Free Press.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

41

Universitas Indonesia

cukup banyak orang yang memulainya), late majority adopters (kelompok besar

masyarakat yang mengadopsi perilaku setelah kebanyakan orang telah

mengadopsi inovasi), dan laggards (kelompok yang paling akhir mengadopsi

inovasi, atau yang tidak mengadopsi inovasi).

Target market di atas dipilih karena dipandang merupakan kelompok early

adopters, dimana tingkat pendidikan yang relatif tinggi mendukung kelompok ini

untuk memahami cost and benefit dari adopsi gerakan ODNR. Jumlah populasi

kelompok ini hanya 10,28% dari populasi masyarakat Kota Depok (BPS, 2012).

Meski dari segi jumlah relatif kecil, namun kelompok ini merupakan kelompok

yang memiliki tingkat adopsi inovasi yang paling cepat diantara kelompok

masyarakat lain, dengan harapan kelompok late majority adopters dan seterusnya

akan mengikuti kelompok early adopters.

Kelompok wanita yang telah menikah dan memegang tanggungjawab dalam

mengelola makanan dipilih sebab kelompok ini memiliki dampak langsung

terhadap konsumsi kelompok masyarakat lainnya (keluarganya).

Sementara itu, kelompok dewasa muda yang sedang bersiap-siap memulai

keluarga baru atau yang baru memulainya dipilih sebab kelompok ini masih

berada dalam tahap awal pembentukan perilaku mengelola makanan untuk

keluarganya.

5.5 Marketing Objectives and Goals

5.5.1 Goal

Menurunnya angka konsumsi beras padi hingga 200 gr/kapita/hari, atau 20,8%

dari tahun 2012, dalam jangka waktu 5 tahun.

5.5.2 Objectives

a. Menciptakan awareness target market hingga 80% setelah satu tahun

program diluncurkan.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

42

Universitas Indonesia

b. Mendorong program diadopsi oleh 50% target market di tahun kedua.

c. Mendorong program diadopsi oleh 80% target market di tahun ketiga.

d. Meningkatkan suplai bahan pangan pokok non-beras padi 20% per-tahun.

5.6 Target Market Barriers, Benefits, and the Competition

5.6.1 Perceived barriers to desired behavior

a. Masyarakat sudah familiar dengan rasa nasi padi, sementara rasa nasi analog

atau makanan pokok lokal lainnya asing sebagai makanan pokok.

b. Pengetahuan yang minim tentang alternatif makanan pokok dan cara

mengolahnya selain nasi padi.

c. Cara memasak atau mengolah menu non-beras sebagai makanan pokok

menuntut pembelajaran baru dalam mengolah makanan.

d. Beras padi bisa didapatkan hingga di warung-warung kecil, sementara

jaringan suplai panganan pokok non-beras padi belum sebaik itu.

5.6.2 Potential benefits for desired behavior

a. Asupan gizi yang lebih seimbang, menjanjikan kesehatan yang lebih baik.

b. Meminimalisasi resiko terkena penyakit diabetes.

c. Dengan lebih banyak alternatif makanan pokok, menyajikan pengalaman

makan yang lebih variatif dan baru.

d. Citra/persepsi pola makan yang lebih modern, menyerupai pola makan

masyarakat di negara maju yang tidak terus menerus mengonsumsi nasi

dalam setiap aktivitas makan.

5.6.3 Competing behaviors

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

43

Universitas Indonesia

a. Perilaku mengonsumsi nasi padi setiap kali makan, setiap hari.

5.7 Positioning Statement

Positioning statement adalah seperti apa program diharapkan dipahami dan

dipersepsikan oleh khalayak. Positioning statement program ini adalah: “Gerakan

yang cerdas, menyehatkan, dan menyenangkan yang mengganti konsumsi nasi

dengan konsumsi aneka pangan lokal non-padi.”

5.8 Marketing Mix Strategies (4Ps)

5.8.1 Product

Perilaku yang diharapkan diadopsi oleh target market:

Perilaku mengganti konsumsi beras padi dengan konsumsi makanan pokok lokal

non-padi. Target market akan hidup lebih sehat dengan gizi yang beragam dan

seimbang, merasakan pengalaman yang lebih variatif dalam aktivitas makan, dan

memiliki citra diri sebagai masyarakat yang berpemikiran maju.

5.8.2 Price

Harga atau halangan yang khalayak asosiasikan jika ingin mengadopsi perilaku:

a. Berubahnya cita rasa makanan yang selama ini sudah nyaman dengan cita

rasa makanan dengan nasi padi. Untuk mengatasi hal ini, beras analog

berbahan baku jagung dikampanyekan dengan gencar, sebab memiliki cita

rasa yang mirip dengna cita rasa nasi.

b. Perlu mempelajari cara mengolah makanan lokal non-padi. Untuk mengatasi

hal ini, cara pengolahan makanan lokal non-padi dipublikasikan melalui

tradisional dan media baru; maupun dengan mengadakan berbagai event,

seperti festival kuliner.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

44

Universitas Indonesia

c. Perlu usaha lebih keras untuk mencari bahan pangan pokok lokal non-beras.

Untuk mengatasi masalah ini, suplai bahan pangan ditingkatkan ke titik-titik

pembelian target market.

5.8.3 Place

Tempat di mana target market akan mengambil keputusan untuk mengadopsi

perilaku:

a. Meningkatkan suplai bahan baku makanan pokok lokal non-beras di pasar

dan warung-warung penyedia bahan makanan.

b. Melakukan publikasi, sosialisasi dan simulasi mengolah makanan pokok

lokal non-beras di lingkungan tempat tinggal target market.

c. Menempatkan alat kampanye program di tempat makan/restoran yang

menyediakan menu makanan pokok lokal non-beras.

5.8.4 Promotion

a. Strategi pesan dikembangkan berdasarkan teori Health Belief Model. Health

Belief Model47

(HBM) dikembangkan oleh Hochbaum, Kegels, dan

Resnstock, yang menggambarkan kondisi-kondisi yang mendorong

perubahan perilaku dalam konteks perilaku kesehatan. Teori ini mengatakan

bahwa individu akan mengambil tindakan tertentu dengan dipengaruhi oleh

kondisi-kondisi berikut:

1. Perceived susceptibility, yaitu kepercayaan bahwa individu rentan

terhadap sebuah kondisi.

2. Perceived severity, yaitu kepercayaan bahwa berada dalam kondisi

tersebut memiliki konsekuensi tertentu terhadap dirinya.

47

Strecher, V., & Rosenstock, I. (1997). The Health Belief Model. In K. Glanz, F. M. Lewis, & B. Rime (Eds), Health behavior and health education: Theory, research, and practice (2nd ed.). San Fransisco: Jossey-Bass, hal. 41-59.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

45

Universitas Indonesia

3. Perceived benefits, yaitu kepercayaan bahwa melakukan tindakan

preventif dapat menghindarkan individu dari kondisi tertentu atau

menimbulkan konsekuensi positif lainnya.

4. Perceived barriers, yaitu kepercayaan tentang kesulitan, halangan,

tantangan yang harus dihadapi individu jika melakukan sebuah perilaku.

5. Cues to action, yaitu faktor eksternal maupun internal individu yang

memicu individu untuk melakukan sebuah perilaku.

6. Self-efficacy, yaitu kepercayaan bahwa individu bisa melakukan tindakan

tersebut.

Berdasarkan teori tersebut, strategi pesan menembak koginisi khalayak bahwa

khalayak rentan terkena penyakit diabetes, yang disebabkan konsumsi beras

padi yang berlebih. Pengenalan tentang apa itu penyakit diabetes dilakukan

kepada target market, baik dampak negatifnya dan cara pencegahannya.

Kemudian, program menawarkan perilaku mengganti konsumsi beras padi

dengan konsumsi aneka pangan lokal non-beras padi dengan segala

manfaatnya, terutama manfaat kesehatan. Setelah itu, kepada target market

dipaparkan bahwa masyarakat di negara-negara maju tidak terlalu banyak

mengonsumsi nasi, melainkan mengonsumsi pangan yang beragam, dan

bahwa dalam sejarah bangsa Indonesia nenek moyang kita dahulu

mengonsumsi aneka panganan pokok lokal. Terakhir, pesan akan

memberikan call for action, yaitu petunjuk bagaimana mendapatkan dan

mengolah panganan lokal non-beras.

b. Program ini juga menggunakan strategi endorser. Strategi penggunaan

endorser didasarkan pada teori Social Cognitive Theory (SCT). Social

Cognitive Theory (SCT) dikembangkan oleh Bandura pada 1986,

mengatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi dinamis

antara dirinya, perilakunya, dan lingkungannya. SCT mengatakan bahwa

manusia merupakan makhluk yang secara aktif dan sadar terlibat dalam

pengembangan diri mereka sendiri. Manusia memiliki kemampuan self-

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

46

Universitas Indonesia

reflective, yaitu kemampuan mengobservasi dan mengevaluasi perilaku

mereka sendiri terhadap nilai-nilai internal individu dan terhadap lingkungan

mereka (vicarious learning).

Penggunaan endorser adalah bagian dari intervensi agar target market dapat

mengobservasi perilaku baru yang dibawa oleh endorser, yaitu perilaku

mengganti konsumsi beras padi dengan panganan pokok lokal non-beras padi.

Agar lebih efektif, endorser digunakan pada dua tingkat, yaitu tingkat Kota

Depok dan tingkat lingkungan tempat tinggal (RT/RW/Kelurahan). Endorser

pada tingkat kota adalah public figure yang memiliki popularitas, namun

tidak mampu memiliki kedekatan personal dengan semua target market.

Sementara, para endorser pada tingkat lingkungan tempat tinggal merupakan

tokoh masyarakat dengan tingkat popularitas yang tidak begitu besar, namun

memiliki kedekatan personal dengan target market di lingkungannya masing-

masing, sehingga proses vicarious learning oleh target market dapat

berlangsung lebih baik.

c. Saluran komunikasi yang digunakan meliputi :

Program Radio

Pemberitaan koran

Majalah pemerintah

Iklan majalah

Billboard

Brosur

Website

Social media

Event: festival kuliner

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

47

Universitas Indonesia

Event: perkumpulan NGO dan komunitas pemerhati gizi dan

keanekaragaman pangan

Komunikasi interpersonal, terutama bagi tokoh masyarakat di lingkungan

tempat tinggal dan bagi para PNS Kota Depok.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

48

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Buku

Alkin. (1973). Evaluation theory development. In B. R. Worthen & J. R. Sanders

(Eds.). Educational Evaluation: Theory and Practice. Belmont, California:

Wadsworth Publishing Company, Inc.

Andreasen, Alan. (1995). Marketing Social Change: Changing Behavior to

Promote Health, Social Development, and the Environment..San Fransisco:

Jossey-Bass.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thoughtand action: A social cognitive

theory. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Bryant, J., & Zillmann, D. (Ed.). (1994). Mmedia effects: Advantages in theory

and research. Hillsdale, New Jersey: Erlbaum.

Cronbach. (1975). Course improvement through evaluation. In D. A. M. Payne, R.

F. (Ed.). Educational and psychological measurement: Contributions to theory and

practice (2nd ed.). Morristown, New Jersey.: General Learning Press.

French, J. & Blair-Stevens. (2005) Social Marketing Pocket Guide. London:

National Social Marketing Centre of Excellence.

Hornik, R. C. (2002). Public health communication: Making sense of

contradictory evidence. In R. C. Hornik (Ed). Public health communication:

Evidence for behavior change. Mahwah, New Jersey: Erlbaum.

Hovland, C., Lumsdaine, A., & Sheffield, F. (1949). Experiences on mass

communication. Princeton, New Jersey: Princeton University Press.

Isaac & Michael. (198). Handbook in Research and Evaluation, Second Edition.

San Diego, California: Edits Publishers.

Isma‟il, Nur Mahmudi. (2012). One Day No Rice. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

49

Universitas Indonesia

Kotler, P. & Lee, N. R. (2008). Social Marketing: Inluencing Behaviors for Good.

Thousand Oaks: Sage Publications.

Pace, C. R., & Friedlander, J. (1978). Approaches to evaluation: Models and

perspectives. In G. R. Hanson (Ed.), New Directions for Student Services. San

Francisco: Jossey-Bass Inc.

Paisley, W. (1989). Public Communication campaigns: The American Experience.

In R. L. Nabi & M. B. Oliver (Ed.). The SAGE handbook of media processes and

effects. Thousand Oaks, California: Sage Publications.

Scriven, M. (1990). In Flagg. Formative evaluation for educational technologies.

Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Stevens, F., Lawrenz, F., & Sharp, L.(1997). User-friendly handbook for project

evaluation: Science, mathematics, engineering, and technology education.

Arlington, Virginia: National Science Foundation.

Suryana, A., Mardianto, S., & Tim Pengkajian Kebijakan Perberasan Nasional.

(2001). Bunga Rampai Ekonomi Beras. Jakarta: LPEM-UI & Bappenas.

Strecher, V., & Rosenstock, I. (1997). The Health Belief Model. In K. Glanz, F.

M. Lewis, & B. Rime (Eds), Health behavior and health education: Theory,

research, and practice (2nd ed.). San Fransisco: Jossey-Bass.

TenBrink. (1974). The evaluation process: A model for classroom teachers.

Evaluation: A practical guide for teachers. New York: McGraw-Hill.

Tessmer. (1993). Planning and conducting formative evaluations. London: Kogan

Page.

Viswanath, K., Ramanadhan, S., & Kontos, E. Z. (2007). Mass media and

population health: A macrosocial view. In S. E. Galea (Ed.). Macrosocial

determinants of population health. New York: Springer.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

50

Universitas Indonesia

Weinreich, Nedra Kline. (2011). Hands-On Social Marketing: A Step-by-Step

Guide to Designing Change for Good. Thousand Oaks: Sage Publications.

Weiss, C. (1998). Evaluation 2nd. New Jersey: Prentice-Hill, Inc.

Jurnal Dan Publikasi Ilmiah

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and

Human Decision Process, 50, hal. 179-211.

Chen, W. W., Cato, B., & Rainford, N. (1999). Using A Logic Model To Plan

And Evaluate A Community Intervention Program: A Case Study. International

Quarterly of Community Health Education, 18 (4), 449-458.

Gerbner, G., & Gross, L. (1976) Living with television: The violence profile.

Journal of Communication, 26 (2), 173-199.

Guo, R., Bain, B. A., & Willer, J. (2011). Application of a Logic Model to an

Evidence-based Practice Training Program for Speech-Language Pathologists and

Audiologists. Journal of Allied Health, 40 (1), 23-25.

Goertzen, J., Fahlman, S., Hampton, M., Jeffery, B. (2003). Creating Logic

Models Using Grounded Theory: a Case Example Demonstrating a Unique

Approach to Logic Model Development. The Canadian Journal of Program

Evaluation, 115-138.

Hanson. (1978). Conclusions and further resources. New Directions for Student

Services, 1978 (1), 97. Diakses dari

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/ss.37119780101/pdf.

Hawkes. (2000). Evaluating school-based distance education programs: Some

thoughts about methods. North Carolina Regional Educational Laboratory

(NCREL). Diakses dari http://www.ncrel.org/tandl/eval5.htm.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

51

Universitas Indonesia

Kosicki, G. M. (1993). Problems and opportunities in agenda-setting research.

Journal of Communcation, 43 (2), 100-127.

Lane, A. J. & Martin, M. T. (2005). Logic Model Use for Breast Health in Rural

Communities. Oncology Nursing Forum, 32 (1), 105.

Ogle, G. J. (2002). Towards a formative evaluation tool. (Order No. 3110286,

Virginia Polytechnic Institute and State University). ProQuest Dissertations and

Theses. Diakses dari

http://search.proquest.com/docview/305489824?accountid=17242.

Randolph, W., & Viswanath, K. (2004). Lessons learned from public health mass

media campaigns: Marketing health in a crowded media world. Annual Review of

Public Health, 25, 419-438.

Rowan, M. S. (2000). Logic Models in Primary Care Reform: Navigating the

Evaluation. The Canadian Journal of Program Evaluation, 15 (2), 81-92.

Taylor, L. B. (2006). An evaluation tool for an early psychosis program: Program

logic model. (Order No. MR41359, University of New Brunswick (Canada)).

ProQuest Dissertations and Theses, , 85-n/a. Diakses dari

http://search.proquest.com/docview/304935495?accountid=17242.

Internet

American Marketing Association. (2007). http://www.marketingpower.com/mg-

dictionary.php?SearchFor=marketing&Searched=1, diakses pada 12 April 2013.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Republik Indonesia. (Roadmap Peningkatan

Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton Pada Tahun

2014.

http://tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/44_BAB%20I%20dan%20II.pdf,

diakses pada 18 Juni 2013.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

52

Universitas Indonesia

Isma‟il, N. M. (2013). Inilah Maksud Gerakan One Day No Rice di Kota Depok.

http://www.depok.go.id/21/02/2012/01-berita-depok/inilah-maksud-gerakan-one-

day-no-rice-di-kota-depok, diakses pada 20 Juni 2013.

Sulihanti, Sri. (2013). Konsumsi Beras Di Indonesia Masih Tertinggi Di Dunia.

http://www.merdeka.com/uang/konsumsi-beras-di-indonesia-masih-tertinggi-di-

dunia.html, diakses pada 20 Juni 2013.

University of Wisconsin-Extension. (2003). Enhancing Program Performance

with Logic Models.

http://www.uwex.edu/ces/pdande/evaluation/evallogicmodel.html, diakses pada

28 Mei 2013.

W.K. Kellog Foundation. (2004). Logic Model Development Guide. Michigan.

http://www.wkkf.org/knowledge-center/resources/2004/12/enhancing-program-

performance-with-logic-models.aspx, diakses pada 28 Mei 2013.

Nugrayasa, O. (2013). Pola Pangan Harapan Sebagai Pengganti Ketergantungan

Pada Beras. http://www.setkab.go.id/artikel-7199-.html, diakses pada 20 Juni

2013.

Surat Kabar

Pengamat UI: Itu Tak Logis. (16 Februari 2012). Jurnal Depok, hal. 1.

Program Sehari Tanpa Nasi Sebaiknya Imbauan. (17 Februari 2012). Kompas,

hal. 2.

Selasa Tanpa Nasi dan Mobil Dinas. (Juni 2012). Warta Depok, hal. 1.

Terlalu Jauh Bikin Aturan. (22 Februari 2012). Monitor Depok, hal. 1.

Warta Ekonomi, No.26/XXII/29 Desember 2010-12 Januari 2011.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

53

Universitas Indonesia

ODNR dan Upaya Mengurangi Ketergantungan Pangan Impor. (Juni 2012).

Warta Depok, hal. 3.

One Day No Rice, Program Cerdas Atasi Masalah Pangan dan Kesehatan. (Juni

2012). Warta Depok, hal. 4.

Wawancara

Jumali. (12 Juni 2013). Wawancara personal.

Sidiq, Fathir Fajar. (17 Juni 2013). Wawancara personal.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara Informan

Nama Informan : Jumali, M.SE

Usia Informan : -

Pendidikan Informan : S2

Pekerjaan Informan : Pelaksana Tugas Sub. Direktorat Pertanian dan Ketahanan

Pangan.

Situasi Wawancara : Wawancara dilaksanakan pada pada Rabu, 12 Juni 2013

pukul 13.47 – 14.47 WIB, di ruang kerja informan, Gedung

Balaikota Depok Lt. 3.

Yasir Mukhtar (YM): Assalamualaikum Wr Wb. Sebelumnya terima kasih Pak Jumali atas

waktu dan kesempatan yang diberikan. Saya Yasir Mukhtar, mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Saat ini sedang mengadakan penelitian tugas akhir yang judulnya adalah “Monitoring

Program Pemasaran Sosial One Day No Rice oleh Pemerintah Kota Depok.” Intinya

penelitian ini pertama ingin mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang program One

Day No Rice sebagai sebuah program, istilahnya, social marketing. Kemudian yang kedua

bagaimana program ini menggunakan media massa di dalam menjalankan kampanyenya. Dan

yang ketiga melihat hubungan logis dari mulai resources yang dimiliki, aktivitas yang

dilaksanakan, dengan outcome-outcome dan impact jangka panjangnya. Nah saya saat ini ada

kira-kira 19 pertanyaan yang ingin saya tanyakan untuk menggali informasi. Pertanyaan-

pertanyaan ini saya bagi jadi beberapa bagian. Yang pertama, mungkin bisa langsung kita

mulai Pak, mengenai ini Pak, mengenai sumber daya, input atau resources yang dimiliki

oleh, yang diinvestasikan oleh Pemkot Depok untuk program ini. Mulai dari anggaran, mulai

dari waktu dan sebagainya, mungkin bagian pertama saya ingin mengetahui hal itu dulu Pak.

Pertama mungkin mengenai anggaran ya Pak, apakah program ini punya alokasi anggaran

tertentu dari pemerintah?

Jumali, M.SE (JUM): Saya pernah jelaskan, jadi One Day No Rice itu adalah program, bagian

program dari program Diversifikasi Pangan kan. Ada program yang namanya Program

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Ketahanan Pangan, dan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-

undang 32 juga, bahwa ketahanan pangan merupakan kewajiban, urusan wajib, urusan ke-18

dari Pemerintah Daerah. Nah di sana pastinya kita juga mengalokasikan. Nah One Day No

Rice itu bagian dari sana. Berapa nilai anggarannya, itu kita juga menggabungkan dengan

program secara menyeluruh. Jadi anggarannya ada di APBD gitu, tapi tidak spesifik

disebutkan untuk One Day No Rice, di dalam scope Diversifikasi Pangan, dan Ketahanan

Pangan. Jadi kalau kita bicara Ketahanan Pangan itu ada banyak, ada dari sisi cadangan

pangan ya, ada distribusi, gitu kan, ada sisi konsumsi. Jadi banyak, banyak faktor. Jadi kalau

kita bicara Ketahanan Pangan kita harus memikirkan dari hulu ke hilirnya. Jadi anggaran kita

itu tidak fokus pada yang namanya One Day No Rice. Nah, memang secara spesifik kita

menganggarkan untuk sosialisasi, sosialisasinya kemana gitu kan, ke masyarakat, dan

terutama untuk PNS, kalangan PNS, pemerintah yang berada di kelurahan gitu ya, karena

memang itu yang kita kejar dulu kan. Kemudian ke masyarakat, masyarakat itu mulai dari

tokoh masyarakat, kemudian juga kita ke tokoh-tokoh agama, kemudian ke kader PKK,

karena merekalah nanti yang akan, ujung tombak kita untuk sosialisasi, apa sih One Day No

Rice. Nah, selain sosialisasi kita juga ada tools-nya kan. Perlu kita atur siapkan, ada banner,

ada leaflet, ada pin gitu ya. Nah itu juga kita siapkan untuk memperluas, ya kan. Untuk

memperluas memperkenalkan One Day No Rice. Nah itu anggaran kita juga fokusnya ke sana

untuk sementara ini, dan kebanyakan kita yang namanya sifatnya gerakan lebih kepada

inisiatif dari pemerintah maupun inisiatif dari masyarakat. Bagaimana kegiatan-kegiatan

keseharian mereka tanpa dibiayai oleh kita begitu, dari pemerintah, mereka mulai

mensosialisasikan sendiri dalam kehidupan sehari-harinya, apa sih One Day No Rice, begitu.

Jadi mereka mulai mengganti, misalkan dalam pertemuannya mereka juga sudah mulai

mengganti konsumsinya begitu. Jadi resource kita untuk masalah anggaran tidak besar untuk

khusus ke One Day No Rice. Tapi fokus ke yang namanya program Ketahanan Pangan.

YM: Jadi secara umum, diversifikasi tadi termasuk tadi ya, pengadaan bahan-bahan alternatif

tadi ya?

JUM: Iya, iya itu bagian dari kita. Karena kan kita ingin, kita menghimbau masyarakat,

menghimbau masyarakat untuk mengganti konsumsi berasnya. Jadi kan kita harus

mempersiapkan kan, nah termasuk bahan beras alternatif tadi, yang jagung misalkan. Ada

beras jagung, nah ini kan yang kita harus mencari resource yang ada kan atas kontak teman-

teman yang ada di daerah lain, yang memiliki sumber daya, gitu kan. Kemudian bagaimana

kita menghadirkan produk itu kesini, bagaimana produk itu kita promosikan di setiap event

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

kita, kita coba jual, kita pasarkan di kantin terutama, kita kenalkan ke rumah makan dalam

event-event tertentu. Jadi tanpa biaya yang memang, kita tidak mengeluarkan biaya yang dari

pemerintah sendiri. Misalkan kita mengadakan pertemuan di rumah makan, rumah makan itu

silahkan berkreasi, ini bahan kita siapkan gitu kan ya. Nah nanti kita lihat di sana apakah ada,

bagaimana alternatif itu.

YM: Tadi Bapak sebutkan, untuk sosialisasinya sendiri termasuk pengadaan berbagai tools-

nya tadi, itu saja mungkin yang dikhususkan Pak ya?

JUM: Iya, karena peran pemerintah lebih kepada untuk, apa namanya, terutama

mempromosikan, tidak sepenuhnya harus ditanggung oleh pemerintah kan. Karena memang

resource-nya akan besar, sedangkan Pemerintah Kota Depok kan juga memiliki agenda

pembangunan yang lain kan.

YM: Nah kalau boleh tau Pak, berapa ya investasi dana yang di-spent untuk sosialisasi dan

pengadaan tools kampanye tadi?

JUM: Kalau untuk kita, anggaran khusus tadi ya, kecil. Di bawah 200 juta. Jadi kalau kita

untuk bicara program yang sebegitu besar, yang teranggarkan real gitu ya, itu dibawah 200

juta.

YM: Kalau boleh tau tepatnya mungkin Pak?

JUM: Kalau di saya sendiri itu hampir, sekitar 190 juta-an lah. Saya belom bisa inikan angka

pastinya karena memang anggaran ini kan menyebar. Tapi yang bicara tentang One Day No

Rice itu sendiri sosialisasinya di sekitar segitu.

YM: Yang selanjutnya gini Pak, program ini kan punya goal ya Pak, punya tujuan. Dari

Pemerintah Kota Depok, untuk menjalankan program ini, berapa waktu yang ditargetkan,

diinvestasikan, sampai tujuan dari program ini tercapai ya Pak? Jadi jangka waktunya?

JUM: Unlimited.

YM: Unlimited?

JUM: Karena proses ini kan terus berjalan ya, yang namanya kewajiban. Ini kan urusan wajib

pemerintah daerah ya, kita bicara ini. Sedangkan One Day No Rice itu hanya tools, salah satu

tools kita untuk memperkokoh ketahanan pangan, intinya itu. Jadi kalau kita bicara berapa

lama yang dibutuhkan pemerintah untuk sampai pada akhir tujuannya, itu tidak bisa kita

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

inikan. Karena memang ini kita lakukan setiap tahunnya gitu kan. Kemudian juga kasus-

kasus yang terkait dengan Ketahanan Pangan itu ada juga banyak kan. Penyebabnya apa, ya

pasti pola makan. Selama kita itu mensosialisasikan, ya kita nanti berharap akhirnya bahwa

derajat kesehatan masyarakat itu meningkat, ya kan. Artinya jumlah gizi buruk, misalkan di

Depok kan ada ya, nah itu juga berkurang. “Kerawanan pangan” memang ga ada di Depok ga

ada “rawan pangan”, cukup. Kemudian misalkan distribusi makanannya, pangannya,

tercukupi gitu kan. Terus juga konsumsi beras yang terutama itu menurun, diganti dengan

produk-produk lainnya. Itu yang kita ingin kejar. Nah waktunya sampai berapa lama, sampai

memang kita anggap bahwa apa yang kita sosialisasikan itu bisa diterapkan gitu,

diaplikasikan terutama untuk di keluarga. Itu yang target utama kita adalah target terkecil

ketahanan pangan..(terpotong)

YM: Apa ada target-target yang dikejar oleh pemerintah?

JUM: Target apa ini? Kalau kita bicara target pemerintah pusat, itu setiap tahun harus

menurunkan konsumsi beras 1,5% sampai dengan, iya setiap tahun ya. Depok sendiri kan dari

data yang Mas pegang itu juga udah lebih, udah 2 koma kan, sebenarnya udah cukup.

Kemudian yang kedua, ada Pola Pangan Harapan. Skor Pola Pangan Harapan ditargetkan

pemerintah itu, itu di atas 80, gitu kan. Kita sudah jauh, 90-an. Terus Angka Kecukupan Gizi,

AKG, yang dibilang itu di sana itu minimal 2000 gitu kan. Nah itu juga sudah kita inikan.

Jadi sebenarnya dari sisi kualitas gizi, dari sisi pangan di Depok itu sebenarnya sudah cukup,

sudah tercapai. Namun memang bagaimana kita merubah mindset, karena dalam Pola Pangan

Harapan itu kita bicara goal-nya, itu Pola Pangan-nya kan ada strukturnya. Struktur

karbohidrat misalkan, mineral, vitamin dan sebagainya. Nah di dalam itu, mana yang

berlebih. Jadi skor tertinggi itu ternyata di karbohidrat, udah melebihi 100% dari yang

diinginkan. Nah ini yang kita ingin turunkan supaya orang itu beralih dari karbohidrat

bergeser ke proteinnya yang diperbanyak. Yang di Depok itu itu polanya, itu tidak merubah

skor total akhir, tapi di dalamnya.

YM: Oh jadi menyeimbangkan?

JUM: He eh menyeimbangkan. Jadi kadar di dalamnya yang perlu kita geser-geser gitu ya,

jadi sudah ada yang over, terlalu over, ada yang kurang. Tapi secara totally itu sudah cukup.

Jadi itu target kita, sebenarnya kalau kita urutkan antara target Depok dengan target Nasional

kita sudah tidak ada masalah. Tapi kita punya namanya SPM, Standar Pelayanan Minimal,

Standar Pelayanan Minimal Pangan, itu menjadi indikator sampai dengan tahun 2016.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Itu standar itu yang buat siapa Pak? Pemerintah pusat?

JUM: Dari pemerintah, pemerintah pusat ada dasarnya, kemudian diturunkan ke kita melalui

Peraturan Walikota, gitu ya. Perwal tentang SPM, Standar Pelayanan Masyarakat. Itu ada kita

standarnya.

YM: Baik, selanjutnya ini Pak. Untuk menjalankan program ini apakah ada SDM khusus

yang diberdayakan, artinya mungkin ada pembentukan tim khusus untuk melaksanakan

program, baik di lapangan maupun konsep?

JUM: Kalau tim khusus yang dibentuk, secara ini, untuk melaksanakan program One Day No

Rice, memang ada beberapa orang yang diminta untuk itu ya. Cuma memang tidak secara

khusus spesifik fokus di sana. Cuma sekarang kita coba kembalikan fungsi ini ke OPD

masing-masing. Kita ada yang namanya Lembaga Dewan Ketahanan Pangan, jadi Dewan

Ketahanan Pangan Kota Depok inilah yang menjadi ujung tombak dalam program Ketahanan

Pangan Kota Depok termasuk di dalamnya program One Day No Rice itu.. (terpotong)

Bagaimana kita ingin menguatkan kembali, gitu kan. Karena memang dari sisi kajian-kajian

akademis kita juga masih kurang gitu ya. Karena memang di Depok, terkait juga Dewan

Ketahanan Pangan-nya masih belum lama.. (terpotong) Coba diperkuat lagi di mulai tahun

2013 ini sebenarnya ada Tim Ketahanan Pangan. Jadi kita ada beberapa orang yang ditunjuk

secara tidak langsung. Namanya Tim Ketahanan Pangan, saya juga bingung siapa yang

menunjuk waktu itu..

YM: Ini lintas OPD?

JUM: Lintas OPD, iya. Ada dari bagian Ekonomi, BPMK, ada Dinas Kesehatan, mereka

bergabung. Kita bergabung, ada masalah apa ni, kita bicarakan. Jadi tim ini yang berbicara.

YM: Tim Ketahanan Pangan dengan Dewan Ketahanan Pangan itu beda?

JUM: Awalnya Tim Ketahanan Pangan. Karena waktu itu kita, seperti yang saya bilang,

vakum tadi. Sekarang kita luruskan bahwa Tim Ketahanan Pangan itu adalah Dewan

Ketahanan Pangan. Nah anggotanya ada lintas sektoral juga dari apa namanya, dari instansi

vertikal, DPS, ada dari universitas, gitu ya.

YM: Tugasnya itu apa Pak, merumuskan..?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

JUM: Merumuskan kebijakan, dari semua aspek ya, nanti tinggal diterjemahkan ke OPD,

OPD itu menterjemahkan. Jadi sebenarnya kita bicara pangan itu, pangan asupan anak-anak

kan. Pastinya kan kita harus memikirkan berapa porsi yang mereka konsumsi gitu kan.

Bagaimana dengan anak-anak yang dari keluarga tidak mampu, misalkan begitu. Dari

keluarga tidak mampu kan otomatis ada tambahan makanan kan, nah itu juga bagian dari

program Ketahanan Pangan One Day No Rice itu. Jadi kita tidak harus mengganti semuanya

dari beras, kita ganti dengan makanan sehat itu ya. Kita ada namanya PMT..

YM: Jadi tataran eksekusi, OPD yang mengerjakannya?

JUM: Iya

YM: Dan meskipun, tidak berarti bikin program baru di OPD itu?

JUM: Tidak harus. Tapi kan bisa kita hubungkan. Bisa juga misalkan program pameran ya,

pameran kuliner misalkan. Itu kan bagian dari usaha kita untuk mensosialisasikan kan, bahwa

pangan kita yang berasal dari terigu itu sudah banyak sekali. Tapi sebenarnya ada pangan

alternatif lain, yang bisa kita buat dari non-terigu, ya kan. Banyak gitu. Nah kita biasanya

kalau ada event yang sifatnya seminar apa gitu kita juga mengundang UKM, industri rumah

tangga, maupun skala perusahaan kecil, itu untuk memamerkan produknya, untuk

memperkenalkan. Itu bagian dari usaha kita supaya orang juga mencari alternatifnya mudah,

bahwa di Depok itu banyak.

YM: Kemudian Pak, untuk partner yang dilibatkan dalam pelaksanaan program ini, mungkin

baik konsultan mungkin atau peneliti yang mengadakan riset tentang bahan alternatif..

(terpotong)

JUM: IPB itu kita bicara tentang ketersediaan berasnya itu ya, produk alternatifnya kan.

YM: Mereka bikinin..?

JUM: Bikinin beras pengganti itu. Terus dengan Universitas Jember juga, yang sekarang

continue itu dengan Universitas Jember. Jadi yang namanya beras ODNR itu produksi

mereka, kita coba pasarkan.

YM: Oh.. Yang namanya beras, jagung?

JUM: Iya jagung, kemudian ada kasava isi tepung sagu, eh tepung singkong ya. Nah itu dari

mereka. Jadi kita melakukan kerjasama semua. Kemudian juga ke Temanggung misalkan.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Jadi beberapa daerah kita ajak kerjasama. Itupun bagian dari kita mengajak teman-teman dari

tempat lain bisa memasarkan produk mereka. Kemudian juga dengan dari sisi misalkan

kajian kesehatannya FKM, kita libatkan. Bagaimana sih dampak dari One Day No Rice itu

untuk kesehatan masyarakat, mereka coba mengkaji. Ada seminar-seminar yang dibuat oleh

mahasiswa, kaya besok nih hari Minggu, mereka ada kajian tentang makanan pengganti bagi

diabetasi. Nah itu kan sebenarnya hasil dari provokasi kita bahwa penyebab diabetes itu

adalah kebanyakan bahan karbohidrat terutama yang bersumber dari beras, kelebihan

konsumsi kan. UPN, UPN juga hari Selasa ini dia juga melakukan kegiatan tentang

sosialisasi mereka yang melakukan, karena memang mereka melihat dampak positifnya. Jadi

banyak sih. Di FISIP sendiri kita juga pernah mensosialisasikan kepada asosiasi ibu-ibu

FISIP, jadi dosen, istri-istrinya, itu pernah juga. Waktu itu yang buka Pak Dekan. Kebetulan

saya ikut di sana, jadi mereka kita inikan, kemudian mereka membuat pangan alternatif yang

di luar beras. Jadi itu tujuan kita menggugah, supaya seperti yang dibilang tadi, bahwa makan

itu bukan hanya dari satu sumber saja tapi banyak.

YM: Jadi untuk supply bahan pangan pengganti beras itu dari Universitas Jember tadi?

JUM: UNEJ..

YM: UNEJ juga?

JUM: UNEJ tuh Jember, Universitas Negeri Jember. Ada juga dari.. Banyak sih, banyak Mas.

YM: Kalau untuk IPB itu..?

JUM: Sama beras juga.

YM: Tapi masih jalan juga?

JUM: Masih, masih.

YM: Kalau daerah-daerah gitu Pak, selain Temanggung tadi mana lagi ya yang diajak

kerjasama?

JUM: Kita coba ada dari Pandeglang.

YM: Pandeglang. Mereka ini apa ya, pemasok bahan..?

JUM: Ada yang pemasok ada juga kita share terhadap kegiatan Ketahanan Pangan, artinya

kerjasama antar daerah ya. Jadi dampak manfaatnya juga membuka peluang usaha

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

sebenarnya. Dalam MoU itu dipersilakan kepada pengusaha yang ingin, mungkin menjual

produk-produknya di sini, silakan. Ini kan udah banyak ni tumbuh industri-industri yang

makanan, dia menyiapkan makanan non-beras, kaya Tiktok misalkan, kaya Rumah Makan

Mang Kabayan, ada juga Bubur Jagung, yang kita sedang bina juga. Nah itu ada, mereka

menyiapkan itu. Dan juga akhirnya kan memunculkan ini baru, produk UKM baru. Misalkan

kaya makan snack-snack gitu kan, kita sekarang tidak, hampir setiap hari kalau ada rapat kita

usahakan tidak pakai tepung terigu. Nah ini kan mereka cari alternatif tepung dari yang lain

kan. Itu kan olahan lokal semua. Nah akhirnya muncul berbagai alternatif lain.

YM: Kalau spesifik mengenai sosialisasi dan kampanyenya Pak, apakah ada, baik di eksekusi

maupun di konsepnya, apakah ada tim khusus yang dibentuk untuk memikirkan sosialisasi

dan program kampanye ini?

JUM: Kalau tim khusus, tidak, kita tidak bicara tim khusus ya. Artinya tadi, kembali lagi

bahwa yang melakukan Ketahanan Pangan itu siapa. Semua OPD yang terkait kan, nah

mereka memikirkan juga bagaimana mereka mensosialisasikan untuk program ini

berdasarkan kebutuhannya. Misalkan kami yang di Ekonomi, kita mensosialisasikan

kebijakannya plus juga memperkenalkan bahwa program itu ada di mana saja. Jadi secara

global kita ambil. Di Badan Pemberdayaan Masyarakat pun mensosialisasikan terkait pola

konsumsinya. Kemudian di Dinas Kesehatan itu mereka terkait masalah tentang

kesehatannya, dari sisi gizinya, dan sebagainya ya, dari kebutuhan pangannya. Jadi One Day

No Rice dihubungkan dengan kesehatan. Lalu di UKM, itu juga bagaimana peluang usaha

One Day No Rice, jadi banyak sekali. Jadi kita coba buka peluang-peluang, ide-ide baru itu.

Jadi silakan OPD itu memikirkan. Di pertanian bagaimana mereka memikirkan produksinya.

Produksi apa? Produksi tadi, pangan alternatif, seperti jagungnya, kentangnya, ubinya, jadi

bagaimana meningkatkan produksi pengganti beras tadi. Selain beras ditingkatkan, jadi bukan

mengurangi beras juga, tapi produksi beras ditingkatkan, pangan pengganti juga ditingkatkan.

Tetap sama. Jadi semua OPD, aspek itu bekerja, gitu.

YM: Tadi ada bidang Ekonomi, Dinas Kesehatan, UKM, Pertanian, apa lagi Pak bidangnya?

JUM: Ada Perindag, itu untuk distribusi gitu ya.. (terpotong) Jadi pemuda itu juga kita bina

untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya, apa namanya, entrepeneur ya. Kan kita ada program

800, ya kan, program unggulan kan, 8000 pemuda. Nah itu kita arahkan ke program

entrepeneur, larinya kesana. Supaya nanti mereka juga, apa namanya, mencari, ini ada

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

peluang usaha untuk olahan, gitu kan. Yang terbuat dari non-terigu misalkan. Mereka kita

arahkan kesana.

YM: Baik. Kemudian terkait teknologi yang digunakan untuk mendukung program ini

terutama tadi mungkin pengadaan bahan alternatif, apakah Pemkot menginvestasikan

teknologi tertentu? Dalam arti mendukung untuk dibuat sebuah teknologi khusus untuk

menciptakan bahan tadi? Atau diserahkan ke..?

JUM: Jadi gini. Ini kan gerakan. Jadi kita mempersilakan masyarakat menangkap peluang ini,

apa produknya yang mereka hasilkan, itu yang coba kita pasarkan, bantu. Bantu pasarkan

dalam artian, kita kan sering ada kegiatan-kegiatan sifatnya perkotaan maupun nasional gitu

ya. Itu kita bawa. Misalkan gini, ini loh rumah makan Anda udah ada One Day No Rice-nya,

kita bawa fotonya, kita sebarkan ke seluruh Indonesia. Nih, kalau Anda ke Depok nyari

makanan yang, nyari yang ga ada berasnya, ada di sini. Itu kan promosi sebenarnya murah

tapi mahal kan, murah karena.. (terpotong) Jadi ada benefit effect yang positif, benefit-nya

kan. Nah itu. Nah tentang teknologi yang kita arahkan kita ngga bicara masalah teknologi

yang kita arahkan. Silakan masyarakat mencari seperti misalkan kita kerjasama dengan IPB,

dengan Jember. Tujuannya apa, supaya produk mereka, mereka kan riset, ini loh kita ada

permasalahan seperti ini, kita perlu ini. Mereka riset. Hasilnya mana, layak ngga. Coba di

trial di Depok, gitu kan. Jadi ada feedback-nya. Depok trial, kita coba konsumsi, oh ternyata

harus gini. Hasil trial-nya pun kita kembalikan, “mbak ini kurang”. Teknologinya ada di

sana, teknologinya di Jember, teknologinya di IPB, gitu kan. Mereka silakan, kita jadi

lapangan, kita jadi laboratorium lapangan. Ya mereka ga ada masalah selama di sisi baik kan.

Nah gitu. Jadi kita tidak menginvestasikan secara khusus teknologi apa yang untuk pengganti.

Nah tapi kami juga mengupayakan ada pelatihan, ada namanya mesin pengolahan tepung gitu

kan, kita ada. Itupun kita tidak menginvestasikan secara khusus, itu program bantuan dari

provinsi Jawa Barat. Nah itu sekarang ini memang belum diberdayakan secara maksimal

karena kita juga masih menggali sumber-sumber pangan alternatif yang dari Depoknya itu

apa aja sih yang masih ada. Karena keterbatasan lahan kita itu. Kan 97% pangan Depok itu

impor, impor itu ngambil dari daerah lain, itu 97%. Jadi lahan kita juga..

YM: Mesin pengelola tepung tadi itu bisa bikin tepung dari bahan selain beras gitu Pak?

JUM: Mungkin kalau kita bicara mesin pengolah tepung sama aja ya untuk mengelola tepung

dari beras, dari beras jadi tepung beras, hasilnya untuk sana kan. Tepung ubi misalkan, ubi

setelah diproses bagaimana mengelolanya, SOP-nya ada dijadikan tepung.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Mesinnya sebenarnya sama aja ya untuk beras..?

JUM: Sama saja. Dasarnya sama ga ada teknologi khusus. Jadi mesin pengelolaan tepung tu

sama, mau tepung beras, mau tepung ubi, sama. Yang pasti teknologinya sama.

YM: Nah Pak tadi, ada dana, ada waktu, kemudian SDM, partner juga teknologi. Mungkin

Pak ada hal-hal lain yang belum berhasil saya gali terkait sumber daya yang, resource,

sumber daya yang diinvestasikan Pemerintah Depok untuk berlangsungnya program ini?

JUM: Resource sih sebenarnya secara umum karena kita di pemerintahan kita berjalan

berdasarkan program yang sudah di tentukan selama 5 tahun, itu yang pertama yang dibilang,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam setahun-annya itu RKPD, kemudian ada juga yang

namanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah, RPJMD Daerah, gitu kan. Nah RPJMD

ini yang menjadi acuan utama kita. Bagaimana kita mentargetkan hasil program

pembangunan kita. Nah One Day No Rice ini merupakan program bagian untuk nanti

akhirnya mengerucutkan pada outcome yang kita inginkan dalam program RPJMD 5 tahun-

an itu. Jadi targetnya sudah ada secara garis besar ya, selain juga ada target-target dari

Pemerintah Pusat yang kita harus ikuti karena Pemerintah Daerah adalah eksekutor dari

kegiatan pusat juga. Yang artinya nanti terakumulasi ke atas kan, seperti itu.

YM: Baik. Itu bagian pertama Pak, sudah selesai. Selanjutnya ada bagian lain, cuma Bapak

kira-kira ada waktu sampai jam berapa ya?

JUM: Ya mangga aja dulu.

YM: Baik. Selanjutnya ini Pak, apa saja aktifitias yang dilakukan dalam menjalankan

program ini, mulai dari workshop misalnya, kemudian aktifitas sosialisasi, mengadakan

peraturan pelatihan dan lain-lain Pak?

JUM: Jadi gini, banyak sekali kegiatan kita yang terkait kegiatan ini. Misalkan tadi

sosialisasi. Hari ini saya habis sosialisasi di kelurahan, kecamatan Boyongsari ke masyarakat

tentang One Day No Rice ini. Biasanya di sosialisasi itu kita juga memberikan contoh

makannya bahwa makanan ini bukan berasal dari tepung-tepungan, dari tepung terigu. Makan

siangnya pun ini kita sudah kenalkan alternatifnya, bukan dari beras gitu. Makanan pokoknya

ya. Nasinya kita ganti. Jadi sosialisasi sekaligus memperkenalkan contohnya. Itu lebih dapat

kan. Nah kita juga ada pelatihan, kayak kemaren kita ada lomba bawang, masak bawang dan

beras tapi, non-bawang, tapi itu dari bahan pokoknya tetap non-beras juga. Jadi ODNR non-

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

bawang. Mau makan nasi goreng dari situ silakan tapi tidak ada bawangnya dan berasnya kita

ganti dengan beras alternatif lain gitu. Kemudian juga kita coba melakukan pembinaan

kepada rumah makan, kan gitu. Yang paling utama kita adalah rumah makan supaya

menyediakan itu. Dari Tiktok, kemudian di Bumi Wiyata. Kamu kan, udah banyak tuh

ceritanya yah, di media massa yah, nah itu bagian dari usaha kita untuk itu. Ada workshop

juga, jadi kita coba adakan workshop supaya masyarakat juga tahu bahwa One Day No Rice

itu seperti apa sih, itu kan yang paling penting. Sekolah-sekolah juga, pembinaan kantin,

sekolah maupun di pusat pemerintah ya. Pokok kita kan pusat pemerintah..

YM: Seluruh ini maksudnya kecamatan?

JUM: He eh kecamatan. Kantor-kantor pemerintahan setiap Selasa itu baik di kantinnya

diusahakan tidak ada yang namanya beras gitu ya dan terigu, mie juga termasuk juga, mie.

Nah itu. Kemudian juga yang paling penting itu yang sekarang kita coba terus galakkan

adalah, nah pembinaan, sebenarnya yang masih kita kejar adalah pembinaan terhadap rumah

makan supaya ada rumah makan yang buka, bahwa rumah makan tradisional seluruh

Indonesia menunya ada tapi tetap tidak dari bahan beras. Itu yang khusus kita inikan, kita

mau pendekatan ke Rumah Makan Padang. Rumah Makan Padang kan identik dengan nasi

yang banyak kan. Kita coba ini, kalau itu bisa berhasil ya Alhamdulillah ya. Kan bagian dari

usaha pemerintah supaya, apa namanya, stabilitas terhadap pangan pokok itu bisa terjaga.

Memang butuh waktu yang panjang. Kalau Pemerintah Kota Depok saja yang melakukan itu

rasanya tidak cukup. Tapi kita bagaimana di bawahnya kita yang jalan, di atasnya pimpinan

yang mensosialisasikan. Jadi saling menguatkan antara bawah dengan atasnya.

YM: Bapak ada ini ga Pak, dokumen atau data tentang jumlah workshop yang sudah

dilaksanakan, sosialisasi yang sudah dilaksanakan?

JUM: Nanti di Humas ada. Jadi kamu bisa lihat foto-fotonya di mana saja gitu kan. Jadi ada

satu bundel tentang One Day No Rice dan One Day No Car. Itu isinya tentang media massa,

ataupun media gambar juga ada, itu ada. Atau kamu klik di depok.go.id kamu bisa temukan,

cari One Day No Rice, kamu bisa lihat, sudah berapa banyak sih, Bapak itu sudah kemana

saja. Itu pasti kelihatan dan kamu bisa lebih matang datanya.

YM: Baik. Kemudian Pak saya mau cek juga nih tentang pelatihan tadi, dilaksanakan Pak ya?

JUM: Pelatihan itu kita arahkan pembinaan untuk misalkan UKM. UKM itu untuk UKM

olahan yang tidak, makanan-makanan yang non-terigu gitu. Jadi arahnya kesana.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Kemudian apa ya, tentang kerja sama dengan media massa Pak, apa ada aktifitas khusus

untuk membangun kemitraan sehingga..?

JUM: Ya, kalau nanti itu bisa ditanya di Humas sejauh mana sih kerja sama media massa

untuk program ini. Yang pasti sih kita selalu merangkul ya, merangkul yang namanya media

massa untuk bisa memberikan, memberitakan sesuatu yang baik kan.

YM: Untuk aktifitas sosialisasi atau kampanye sendiri Pak, kampanye khusus gitu ya,

pelaksananya tadi kan OPD-OPD ya. Cuma apakah ada, kan untuk kampanye itu terkadang

kita butuh misalkan desainer, perancang pesannya, di mana kita memetakan misalkan

backdrop, billboard itu pelaksananya siapa Pak ya?

JUM: Nah itu tadi. Tetap menyebar, ketika kita melakukan sosialisasi misalkan untuk

billboard yang skala besar kita Kominfo. Kominfo kan yang berkaitan dengan promosi,

sosialisasi secara keluar itu adalah Kominfo dan Humas. Nah Kominfo lah yang memetakan

misalkan billboard-nya mau ditaroh di mana gitu kan, yang mendesain billboard-nya. Tapi

kalau yang kecil-kecil kayak leaflet gitu ya OPD aja. (terpotong)

YM: Selanjutnya tentang outcome. Saya ingin tahu Pak apa saja, apa istilahnya, outcome

yang ingin dicapai dalam waktu dekat, jangka pendek, jangka menengah maupun jangka

panjangnya Pak?

JUM: Nah ini kalau bicara tentang ini memang kita belum merumuskan, jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjangnya karena memang itu harus ada yang namanya kajian,

apa namanya, kajian tentang ketahanan pangannya. Nah kita memang belum membuat kajian

itu, kita masih mengikut kepada RJPMD-nya saja dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah.

Jadi tahun ini dan tahun depan itu ada yang fokus ke Ketahanan Pangan, itu. Tapi kalau

misalkan target menengah, target jangka pendek, jangka panjang, kita belum buat yang

namanya Rencana Aksi Ketahanan Pangan. Baru mau kita buat, yang namanya Rencana Aksi

Ketahanan Pangan. Tapi kita sudah punya SPM. SPM itu mengindikasikan target-target

jangka pendek tahunan, setiap tahun kan dinilai tuh SPM-nya. Nah itu ada targetnya kalau

kita bicara itu.

YM: Saya bisa akses SPM ini dari mana ya Pak ya?

JUM: SPM itu.. Sebentar ya. Nah ini yang SPM, ini yang SP Dewan Ketahanan Pangan.

Nanti kamu bisa copy kok. Nah ini yang saya bilang Dewan Ketahanan Pangan, nanti fungsi

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

pokoknya ada di sini semua kamu bisa pelajari. Nah ini yang saya bilang target minimal, kita

punya Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan. Nah ini cukup ngjelimet kalau

kamu nanti baca datanya. Ini belum ada, data ininya. Nah ini ada target capaian tahunan ya

kan. Sebenarnya ini namanya target menengah kalau 5 tahun kan, nah ini yang tahunan. Nah

ini yang kita lakukan. Sebagian besar sudah di atas rata-rata. Ada memang beberapa dari

target ini yang memang masih kita rancang. Nah itu. Jadi ada beberapa yang memang masih

di dalam proses apa namanya, dokumentasi, perbaikan, kajiannya.

YM: Ya selanjutnya Pak, tentang impact utama ya, goal utama dari produk ini. Kalau yang

saya tangkap dari apa yang saya baca kan, pertama adalah tentang menciptakan supply ini ya

Pak, ketahanan pangan yang baik, artinya kalau kita bergantung sama beras kan, kalau kata

Pak Nur Mahmudi dalam bukunya, ketika ada gangguan pasokan, nanti masyarakat shock

gitu, sulit. Kemudian yang kedua yang saya tangkap juga keseimbangan gizi, tadi asupan gizi

yang terlalu fokus pada karbohidrat, padahal sudah terpenuhi, tidak baik gitu ya. Selain itu

mungkin ada lagi Pak yang belum saya tuliskan?

JUM: Impact-nya. Jadi gini, kalau Mas baca di bagian bawahnya itu kan sini diharapkan

“membangun kembali menyempurnakan budaya makan aneka pangan lokal menuju

Indonesia Sehat dan Sejahtera”. Nah ini tujuan, goal besarnya. Jadi ada merubah,

membangun kembali, kenapa harus dibangun kembali, itu tadi, pola makan orang Indonesia

sudah bergeser, ya kan, menyempurnakan budaya makan aneka pangan lokal. Jadi budaya

makan kita pun sudah bergeser. Dulu dari lokal, sekarang sudah bergeser ke makanan-

makanan apa tuh, cepat saji ya. Nah, dan belum tentu itu juga nilai gizinya sama. Sedangkan

masyarakat, pangan lokal kita, makanan tradisional kita itu sudah mengandung kadar gizi

yang baik gitu. Kemudian menuju Indonesia Sehat. Inti sehat itu, karena memang dampak

dari makan itu akan memberikan kualitas kesehatan manusia. Tujuan akhirnya sejahtera. Nah

itu, jadi goal utamanya sebenarnya ada di situ dengan ini. Jadi Mas bisa baca di sini, ya.

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan stabilitas ekonomi.

YM: Selanjutnya Pak, ini bagian terakhir. Apa sih Pak biasanya faktor-faktor, eksternal ya,

yang biasanya baik mengancam maupun berpotensi, baik yang sifatnya ancaman, threat,

maupun yang sifatnya kesempatan, opportunity. Hal-hal yang sifatnya eksternal gitu Pak.

JUM: Jadi kalau yang eksternal itu pertama kita bicara masalah One Day No Rice-nya ya. Di

Pemerintah Kota Depok sendiri ancaman itu bisa kan awalnya kita mewujudkan program ini

banyaknya cemoohan kan, cemoohan baik dari internal maupun eksternal. Dari internal kita

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

sendiri menyatakan, “kenapa sih Saya mau makan aja diatur” gitu ya. Kenapa sih orang mau

makan ini kok dilarang-larang, gitu ya. Itu dari pemerintah sendiri. Nah kemudian juga ketika

ini diterapkan, pertama hari Senin itu ternyata langsung ada gejolak kan. Lemes gitu, tau gitu

saya puasa aja. Akhirnya digeser, kan ada kesempatan. Akhirnya bergeser Selasa. Terus kita

pikirkan. Nah itu ancaman sendiri, internal. Ancaman di luarnya banyak. Dari Pemerintah

Pusat sendiri pun ga ngeh, kayak waktu kita membuat pertama program One Day No Rice itu

juru bicara Kementerian Depdagri langsung mengomentari kurang bagus. “Ngapain sih

Depok ngurusin pangan, urusin aja urusan itunya.” Nah ternyata setelah kita jelaskan, kita

samperin gitu ya, oh ternyata udah, mungkin karena One Day No Rice-nya itu ya, satu hari

tanpa nasinya itu jadi dilarang itu. Tapi begitu dijelaskan konsepnya semua malah

mendukung. Sekarang kita juga jadi, kadang-kadang, kemaren jadi narasumber di Depdagri,

salah satunya, untuk kegiatan Kepala Daerah, calon-calon Kepala Daerah baru di, Walikota,

Bupati baru itu sempat kita kasih materi tentang One Day No Rice. Mereka supaya menggali

potensi pangan yang ada di mereka sendiri. Jadi awalnya itu. Opportunity-nya apa,

kesempatannya. Bahwa memang sekarang tingkat derajat kesehatan masyarakat lagi turun.

Ini adalah waktu yang tepat untuk kita mengkampanyekan bahwa program ini adalah

program kesehatan. Bahwa penyebab Diabetes Melitus yang ada di nomer 4 di Indonesia itu,

iya, nomer 4 kan di Indonesia? Nah itu pola utamanya, penyebab utamanya adalah pola

makan yang kurang baik, kan gitu. Ini kesempatan kita untuk itu. Jadi banyak opportunity-

nya. Kemudian sekarang produksi padi kita juga stuck. Lahan kita berkurang, cenderung

berkurang dan bahkan terus menurun. Kualitas lahan kita berkurang. Terus yang kedua, yang

ketiganya juga bahwa, impor. Impor kita itu tinggi terhadap terigu kan, hampir 100%

impornya. Nah itu harus kita galakkan bahwa kedaulatan pangan itu harus ada dari kita gitu.

Jadi semangat patriotisme pangan kita harus kita munculkan lagi ya, nah tujuannya itu. Itu

sudah ada kajiannya di Lemhannas. Jadi di Lemhannas kita bikin kajian itu.. (terpotong)

..diatur orang lain. Masih misalkan, berasnya masih ngandelin yang ada di tetangganya.

Padahal kalau dia mau ngambil beras dari kepulauannya itu sama dia butuh berapa. Padahal

di kepulauannya dia ada jagung. Kemaren saya ke Selayar itu, jadi mereka makannya jagung.

Tapi yang terjadi, sekarang mereka konsumsinya beras. Berasnya dari mana saya tanya,

berasnya dari Makassar. Dari Selayar ke Makassar butuh waktu kurang lebih empat jam,

coba. Empat jam dia harus ngambil beras dari sini ke sana. Dan di wilayahnya ada potensi

jagung yang enak luar biasa. Cocok gitu. Bagus sekali. Nah itu yang harusnya, mereka itu ga

ini, itu tadi karena memang perubahan mindset yang luar biasa. Justru yang pemasaran sosial,

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

yang marketing social ini, yang perlu kita inikan terus, baik di media massa maupun di apa

namanya, di setiap rutinitas kita.

YM: Kalau dari respon masyarakat sendiri Pak, misalkan dari sosialisasi, itu bagaimana

biasanya responnya?

JUM: Mereka awalnya bingung, apa sih One Day No Rice gitu kan. tadi juga saya bingung

nih, apa ya yang mereka tangkap. Cuma kita akhirnya kan bisa menggali, dari bapak-ibu

sekalian yang kita inikan kita gali dulu latar belakang mereka. Jadi kita kembalikan ke

mereka, kita seolah-olah ikut usia mereka waktu kecil dulu kan. Kalau ga dijelaskan seperti

itu mereka ga bakal ini, ga bakal nyambung. Jadi misalkan kita langsung jelaskan tentang

One Day No Rice, mereka ga akan nyambung. Tapi kita kembalikan. Dulu makan apa, terus

dampak kesehatannya bagaimana. Kita bandingkan dengan yang sekarang makan apa,

dampak kesehatannya bagaimana. Kalau kita sudah jelaskan itu mereka akan ngeh gitu,

artinya apa. Nostalgia mereka, pola pikir mereka akan kembali ke waktu dia ingin sehat kan,

waktu dia sehat. Nah sekarang umur 40, orangtua kita sekarang sih ga ada yang kena diabet

tapi kalau kita balikin lagi makannya yang sehat itu, walaupun sederhana tapi sehat kan.

Sekarang lengkap tapi macam-macam kan. Nah itu jadi, sulit juga sih kita awalnya ingin

menjelaskan ke mereka. Cuma bagaimana kita menjelaskan maknanya saja, One Day No Rice

itu harus kaya gini, bukan ini, bukan melarang. Petani pun kalau kita jelasin ga bakal marah.

Kalau kita bilang One Day No Rice petani pasti marah, “Pak ga boleh makan nasi.” “Loh

saya nanti nanam padi siapa yang mau beli? Gitu. Nah tapi kalau kita jelaskan bahwa One

Day No Rice ini tidak akan menggangu produksi padi. Silahkan Bapak meningkatkan

produksi padi, bahkan bisa dijual kemana-mana kan. Saya bilang gitu. Kemudian, “loh saya

kan sudah ga ini Pak, tanam ubi,” gitu. “Bapak silakan lanjutkan tanam ubi, Bapak bisa

konsumsi sendiri, bisa jual ke tetangga, Bapak dapat uang. Jadi ga mengganggu sama sekali.”

YM: Jadi secara umum masalah eksternal yang mungkin mengancam tadi ada, pemerintah ga

memberikan respon yang negatif, internal eksternal, bahkan dari Kementerian pusat.

Kemudian yang kedua adalah penolakan dari masyarakat, atau mungkin ketidakpahaman..

JUM: Karena ketidakpahaman. Karena ketidakpahaman mereka justru kita butuh sosialisasi

yang terus menerus kan, supaya ya yang pertama meninggalkan dampak, manfaatnya. Jadi

mengurangi lah ya. Mengurangi bahwa konsumsi yang terus menerus pada bahan yang sama

akan memberikan dampak yang negatif. Jadi yang kita jual memang kesehatannya juga,

kemudian kelangkaan terhadap faktor produksi juga, itu yang perlu kita jual. Gitu.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Selanjutnya, kalau melihat progres program ini sejauh ini Pak ya, kira-kira bagaimana

ya asumsi-asumsi keberjalanan programnya kedepan?

JUM: Iya. Kita sudah memikirkan untuk tahun 2014 ini juga sudah kita padukan. Jadi

program-program yang terkait Ketahanan Pangan kita arahkan ke program yang namanya

One Day No Rice itu, jadi 2014. Kita fokus betul bahwa kegiatan ditangani OPD yang tadi

saya bilang itu ada beberapa hal yang sudah mengarah ke sana. Jadi dari pemberdayaan

masyarakatnya, mulai dari kelurahan, kecamatannya silakan membuat pembinaan tentang

One Day No Rice, kemudian juga pembinaan terhadap “wawasan rumah tangga lestari” yang

nanti di dalamnya kita bisa tanam berbagai alternatif makanan karbohidrat konsumsi lainnya

yang ada di lokalnya. Jadi potensi lokalnya. Kamu juga mungkin ga kenal yang namanya

Garut kan, pohon Garut. Kamu paling kenalnya pohon ubi, singkong, gitu kan. Kan di kita

banyak ada ubi, singkong, ada Gadung, kamu mungkin ga kenal. Nah itu dia. Padahal di

kecamatan ini di Depok masih ada yang namanya, nah itu maksudnya itu. Itu diberdayakan.

Itu kan kalau di sosial itu ada penelitian kalau orang semakin sering makan singkong apa

saka gitu, identik dengan orang miskin, risetnya. Padahal itu riset yang dilakukan tahun,

tahun berapa ya, 2000-an kalau ga salah ada tabelnya. Tapi begitu orang makan potato, itu

identik dengan orang kaya. Makan beras itu identik dengan orang kaya. Itu sebenarnya salah..

(terpotong) Ga harus orang miskin, gitu kan. Sekarang kamu makan roti, ada tamu dikasih

singkong gimana, kesannya kok miskin amat. Padahal kan engga kan, singkong itu lebih

bagus nilainya dibanding roti. (terpotong) ...gula darah. Itu sederhana sebenarnya konsepnya.

YM: Kemudian juga mungkin diasumsikan bahwa kedepannya karena sosialisasi yang terus

menerus tadi masyarakat pun akan semakin menerima gitu ya dengan, dan juga supply bahan

penggantinya pun disediakan.

JUM: Iya artinya gini, kita coba mensosialisasikan prinsip kita menyediakan pangan

alternatif, mengembangkan pangan alternatif. Kemudian yang kedua kita coba untuk

memfasilitasi lokasi-lokasi yang untuk berjualan yang untuk non-beras non-terigu ini. Jadi

rumah makan non beras gitu ya apapun jenisnya itu kita coba. Supaya aksesnya ke

masyarakat dengan apa yang kita sosialisasikan itu gampang. Terus yang kedua membina

juga pengusaha-pengusaha katering, kemudian pengusaha-pengusaha makanan itu juga

supaya dia mulai melirik tentang konsumsi non-terigunya. Itu yang harus kita lakukan.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Baik, selanjutnya pihak-pihak luar nih Pak, di luar pemerintahan. Misalkan LSM,

media, dan lain-lain. Sampai, dari awal sampai hari ini Pak sikapnya seperti apa ya, dan

trennya ke depan seperti apa kira-kira?

JUM: Kalau LSM mendukung, mendukung. Jadi beberapa LSM seperti Kehati..

YM: Sehati?

JUM: Kehati..

YM: Itu LSM apa ya Pak?

JUM: Dia pemerhati pangan juga. Beberapa kali kita diundang untuk talk show tentang One

Day No Rice. Jadi yang LSM terkait dengan pangan mereka begitu paham One Day No Rice

ini, mereka mendukung. Cuma memang kadang-kadang kan yang ini, gebrakannya apa sih..

(terpotong) Memang kita libatkan LSM, masyarakat gitu tokoh masyarakat yang Insya Allah

mereka biasanya satu pikiran. Juga ada yang namanya LSM Bangun Desa, mereka juga kita

ajak bicara ternyata itu dia sepakat bahwa, dengan program ini gitu.

YM: Boleh di-list lagi Pak ada Kehati, ada Bangun Desa, ada apa lagi tadi Pak?

JUM: LSM Bangun Desa yang selama ini.. Tapi.. LSM yang di sini ya, kalau LSM di Depok

sendiri ga ada yang terkait dengan pangan ya. Ini kan biasanya fokus hanya LSM tertentu

saja, jarang yang LSM-LSM terjun langsung gitu.

YM: Kalau media Pak, trennya gimana sampai sekarang?

JUM: Media.. terakhir kita diliput sama media dari Singapura.

YM: Apa namanya Pak?

JUM: Apa ya saya lupa namanya..

YM: TV? Koran?

JUM: TV. Untuk TV lokal Singapur yang terakhir itu..

YM: Pak Nur Mahmudi di wawancara?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

JUM: Pak Nur Mahmudi, kemudian kita liput makannya juga yang Tiktok rumah makan

alternatifnya. Jadi banyak sih media nanti kamu bisa lihat di Humas lah kalau yang itu, apa

saja yang sudah masuk.

YM: Kalau tren pemberitaannya Pak, maksud saya adalah tren positif atau negatifnya.

JUM: Oh tipe pemberitaannya ada dua sih di awal-awal itu ya, di awal itu, yang namanya

Depok itu kan wilayah seksi ya, seksi dalam artian seksi dalam pemberitaan. Apapun yang

dilakukan Depok, baik buruk dia akan muncul di pemberitaan kan. Jadi kalau untuk sisi One

Day No Rice awalnya memang agak ini, tapi ternyata booming, ga ada masalah. Ternyata

bagus, positif malah.

YM: Kesini-sini pemberitaannya..?

JUM: Jadi dari media, bahkan banyak yang penasaran kan. akhirnya ada media asing, CNN

juga pernah liput kita juga, Metro TV di Mata Najwa juga pernah masuk. Nanti ada kamu

bisa gambarkan ininya.

YM: Nah terakhir ini Pak, pertanyaan terakhir. Kondisi-kondisi apa saja Pak ya yang

membuat program ini kira-kira bisa berjalan dengan kondusif? Baik kondisi mungkin

masyarakat, mungkin secara teknologi, secara segala macamnya?

JUM: Ya harus, semuanya harus dijaga kan, dari semua sisi. Bagaimana kita juga..

(terpotong) Bagaimana kegiatan-kegiatan di pembinaan masyarakat itu tadi menunjang

kegiatan ini. Jadi di berbagai event yang kita inikan, jadi kondusifitas itu harus tetap dijaga.

Dan juga kita ingin memberikan kebijakan-kebijakan lagi kan, perumusan kebijakan kajian-

kajian lagi, kira-kira apa sih yang perlu kita perbaiki. Masih banyak kekurangan dan masih

sangat jauh.

YM: Terkait dengan effort-nya, maksud saya adalah usaha untuk menciptakan kondisi ideal

itu apa saja yang dilakukan ya? Misalnya tadi kalau untuk masyarakat kan untuk

membuatnya kondusif berarti diadakanlah sosialisasi misalkan ya. Nah itu contoh kondusif.

Selain yang tadi soal masyarakat, kemudian tadi Bapak juga sebutkan semangat dari

pemerintah sendiri untuk terus-menerus, apa lagi ya Pak ya? Apa ya, mungkin kondisi

ekonomi, mungkin masalah demografi, mungkin masalah pasokan pangan nasional yang

membuat perubahan ini kalau misalkan itu terjamin, program ini bisa berjalan dengan baik.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

JUM: Ini gambaran ya, kita hanya ingin melihat secara umum saja bahwa kondisi riil yang

ideal itu seperti apa. Kondisi riil yang paling ideal adalah, pertama, memang dengan

Kebijakan Nasional yang adanya swasembada beras itu bisa berjalan. Jadi kan swasembada

ada 5 unsur, swasembada termasuk yang satunya pokok beras. Nah itu, biar bisa berjalan

dengan baik, orang akan fokus kan ke pangan, itu untuk konsumsi lokal maupun nanti untuk

diekspor kan, ketika konsumsi itu menurun. Yang kedua adalah diversifikasi pangan terhadap

panganan yang non-beras tadi. Pengembangan wilayah-wilayah sentral ubi dan sentral

singkong, gitu ya. Terus pembuatan produk-produk alternatif tadi. Jadi banyak sih, banyak

faktor ya yang perlu kita lakukan terus baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah. Yang ketiga masalah lahan. Lahan kita itu sudah luar biasa rusak kan. Nah itu yang

perlu terus diinikan, untuk meningkatkan program lahan. Lahan itu kan banyak sekarang

lahan tidur..

YM: Di Depok?

JUM: Di Depok sendiri lahan tidur ada tapi tidak termanfaatkan karena masalah perijinan

dari pemilik kan. Kalau lahan private kan susah ya..

YM: Jadi lahan publik sudah..?

JUM: Lahan publik kita udah jarang. Semua di Depok itu lahan private. Nah untuk di Depok

sendiri kalau bicara lahan tinggal 5% lahan pertanian kita. Sisanya sudah rapat. Lahan

pertanian itu lahan produktif ya, 5% itu pertanian produktif. Sawah kita juga udah 25%. Jadi

ya idealnya sih yang paling utama di Depok adalah pola distribusi. Karena distribusi pangan

kita kalau lancar Insya Allah sih ga ada gangguan. Yang kedua harga, stabilitas harga. Ini

BBM naik ini kan mempengaruhi, ya kan. Mengganggu stabilitas. Inflasi kan, inflasi beras itu

berapa, tinggi sekali kan, pengaruhnya di atas 100%. Ketika ada gejolak harga beras, inflasi

naik. Inflasi naik, daya beli masyarakat turun. Akibatnya apa, pola distribusi terhambat,

terjadilah kemiskinan. Nah itu yang ideal yang akan terjadi kalau misalnya kita bicara tentang

pangan.

YM: Baik Pak, sementara ini sudah sepertinya. Saya minta izin nanti fotokopi. Nanti saya

simpan di sini?

JUM: Nanti kamu kembalikan sini.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara Informan

Nama Informan : Fathir Fajar Sidiq, S.STP. M.A.

Usia Informan : 29 tahun

Pendidikan Informan : S2

Pekerjaan Informan : Pelaksana Tugas Kepala Sub-Bagian Analisa Kebijakan

Publik, Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota

Depok

Situasi Wawancara : Wawancara dilaksanakan pada pada Senin, 17 Juni 2013

pukul 14.53 – 15.33 WIB, di ruang kerja informan, Gedung

Balaikota Depok Lt. 1.

Fathir Fajar Sidiq (FF): Jadi memang gerakan One Day No Rice ini kalau dilihat aktivitasnya

itu lebih banyak upaya sosialisasi, hanya bentuknya sosialisasi karena Pak Wali ini selalu

menyebut ini dengan gerakan ya, gerakan One Day No Rice jadi upaya nya adalah

pemberdayaan melalui sosialisasi-sosialisasi. Nah kalau Mas Yasir nanyakan mengenai

dihitung frekuensi misalnya berapa kali, nah itu yang belum ada, belum menginventarisir

secara detail, tapi yang pasti yang bisa saya katakan adalah setiap hari Selasa itu adalah

bentuk kegiatan dari sosialisasi One Day No Rice, dari gerakan ini.

YM: Jadi sosialisasi semuanya diadakan di hari Selasa?

FF: Setiap hari Selasa, walaupun tidak menutup kemungkinan di hari yang lain, tetapi yang

bisa saya pastikan setiap hari Selasa adalah hari sosialisasi, hari mengkomunikasikan gerakan

ini, ke semua pihak.

YM: Bentuknya apa?

FF: Bentuknya macam-macam. Nah, saya bilang tadi karena ini belum diinventarisir tapi

secara umum yang pertama adalah karena gerakan ini awalnya adalah gerakan untuk

aparatur. Nah, yang perlu Mas Yasir pahami ini belum keluar dulu ini.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Sampai sekarang pun belum ya sebenarnya?

FF: Sampai sekarang sebenarnya belum dideklarasikan secara.. Untuk publik, belum, tapi

bergulirnya waktu, entah kenapa itu jadi sudah jadi meluas. Nah kegiatan yang pertama

secara internal aparatur adalah bahwa setiap Selasa, setiap pegawai, itu selalu dihimbau

melalui apel pagi. Minimal itu. Di apel pagi Pak Wali dari sejak tahun lalu itu secara intens

kemudiam mengkomunikasikan hal ini. Karena begini, Pak Wali menyadari betul bahwa

untuk mensosialisasikan gerakan ini salah satu hal yang fundamental adalah bagaimana

mengubah mindset. Itu yang susah. Makanya terus menerus kontinyu itu setiap hari Selasa

pasti dikomunkasikan, ini lho One Day No Rice itu seperti ini. Bukan indoktrinasi, bukan ya.

Tapi, melalui sarana itu, aparatur diajak untuk paham, ooh ternyata ini. Nah, tidak cukup di

situ, dan setelah gerakan ini berjalan awalnya, kantin kemudian diajak untuk terlibat.

Sosialisasi lisan terus di lakukan dan kemudian lari ke kantin.

YM: Ini kantin di kantor pemerintahan ya?

FF: Kantin di kantor pemerintahan. Itu yang pertama disasar. Nah, terjadilah bentuk

sosialsiasi itu. Tapi kemudian tidak berhenti di situ. Kemudian melalui OPD-OPD terkait..

Jadi OPD yang terkait itu, kita punya, yang pertama ada.. diketuai dari Walikota Depok ya,

itu ada asisten, selain Sekda, ada asisten Ekbangsos yang membidangi Ekonomi

Pembangunan Sosial, kemudian ada OPD-nya Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Keluarga, Dinas Pertanian, dan salah satu yang terkait mengkomunikasikan ini One Day No

Rice adalah bagian Humas Protokol. Nah, dari stakeholder itu, mereka macem-macem. Kalau

kayak kita misalnya buat leaflet, buar brosur, buat.. lain lain. Terkait itu juga, kita biasanya

men-setting atau menjadwalkan setelah adanya gerakan ini kita panggil wartawan. Pertemuan

dengan wartawan, wartawan cetak, wartawan elektronik, wartawan televisi di dalamnya itu.

Nah, komunikasi kaya gitu yang kita lakukan awal-awalnya. Walaupun tanpa harus kita ada

press conference.. Ini tidak perlu sebenarnya, karena saat itu berita itu jadi seksi. Nah,

gerakan One Day No Rice itu jadi sebuah hal yang pasti dikejar, walaupun awalnya negatif.

Bentuknya, apa namanya, persepsinya sangat-sangat negatif terhadap gerakan ini. Ya sudah

tidak jadi soal, tidak jadi masalah. Jadi itu beberapa hal yang kemudian dilakukan oleh kita

secara internal, dan kemudian seiring dengan waktu saya bilang tadi, setelah terus menerus

kita lakukan di kantor, kemudian kita lakukan pendekatan ke sekolah-sekolah, karena kita

yakin yang kita lakukan saat ini adalah merubah mindset, kalau orang dewasa agak susah.

Makanya kemudian kita berlanjut ke (terpotong). Jadi begitu internal sudah mulai lumayan

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

ngeh lah, seiring waktu, Pak Wali malah sering jadi narasumber nih. Nah, kegiatan-kegiatan

itu nambah. Dari di internal, mulailah kemudian.. Oh sebelum ke situ, yang tadi ke sekolah.

Kenapa kita nargetin ke sekolah, karena kita melihat bahwa sekolah ini potensial. Anak-anak

sekolah masih bisa dibentuk, masih bisa dikasih tau, masih bisa dibina. Nah, itu yang kita

lakukan.

YM: Itu bentuknya, jadi, didatangi sekolahnya..

FF: Kita datengin, jadi kita pasti nanya.. Ee.. Biasanya setelah ada gerakan ini, guru-guru tuh

yang aktif. “Wah Pak, kalau yang Bapak sampaikan sih kita sudah menerapkan”, “Oh gitu,

yaudah kayak apa?”, “Bapak dateng aja deh”. Nah, kita datang. Kita datang ke sana, kita

tinjau, di kantinnya, anak-anak sekolah bawa bekel, segala macem, kumpul biasanya. Sambil

Pak Wali ngasih pengarahan sedikit, makan mengenakan panganan lokalnya. Nah itu yang

kita lakukan. Kalau anak-anak sekolah biasanya lebih gampang, lebih cepat ininya. Selesai,

kemudian anak sekolah kita libatkan sampai akhirnya kemudian tercetuslah pemikiran Pak

Wali, “Ya sudah, kayaknya bagus nih kalau kita buat ini jadi satu hal yang booming.

Pecahkan Rekor Muri.” Itulah yang kemudian derr gitu kan, Pak Wali merasa kayanya dari

segi publikasinya bagus, ini hal ini mungkin akan, apa ya, boleh dibilang kaya leverage-nya

lah Jadi mengungkit gerakan ini. Nah, bikinlah Rekor Muri. Pak Wali menggagas itu, jadilah

Rekor Muri, anak-anak sekolah. Setelah itu, ini sudah jadi hal-hal yang jadi isu lokal, naik

jadi isu nasional. Orang-orang mulai melihat, pakar-pakar di luar, pihak-pihak di luar melihat,

“Loh, Pak Wali ini bikin apa sih sebenarnya?” Nah mulailah tertarik orang-orang Gizi,

orang-orang Pangan. Jadilah kemudian Pak Wali narasumber-narasumber, termasuk di

Kementerian Pertanian yang pusatnya program One Day No Rice ini. Nah kemudian di

situlah kemudian, nah itulah yang membuat kesan akhirnya gerakan ini kok sudah jadi

meluas gitu loh, bukan hanya di aparatur. Padahal kalau kamu ditanya, orang ini cuma buat

aparatur kok awalnya. Pilot project-nya ini kan aparatur. Kalau aparatur ini sudah sadar,

aparatur ini kemudian akan nambah lagi, nambah lagi. Ya multiply effect-nya lah, sama

halnya dengan anak sekolah, kita multiply effect-nya biar ga cuma anaknya aja, kan ada orang

tuanya. Nah kaya gitu. Makanya gurunya juga segala macam kan terlibat. Itu yang pengen

kita inikan. Nah setelah level nasional itu (terpotong). Akhirnya Bapak ya sudah, sampai saat

ini. Sampai saat ini kemudian.. (terpotong) Besok misalnya kalau kamu butuh data, seperti

yang saya bilang tadi buka bab saya di UPN, di UPN Veteran, Bapak jadi narasumber. Sama

persis untuk membahas masalah ini. Kalau kamu bisa dateng silakan aja dateng.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: Jam berapa Pak?

FF: Sekitar jam 09:00. Bapak sih datang kesana jam 10:00 Insya Allah. Mudah-mudahan

beliau datang jam 10:00 di sana. Kalau kamu mau dateng silakan aja dateng. Bilang aja kalau

misalnya ditanya, “Saya mahasiswa UI, lagi ini..” Bilang ngikut saya aja. Gapapa dateng

kesana, malah kamu bisa menyaksikan secara langsung bentuk sosialisasi yang Pak Wali

lakukan. Dan termasuk bentuk-bentuk konkretnya. Karena begini, Pak Wali sekarang lebih

kepada tidak hanya lisan tapi kemudian langsung mencontohkan ke praktek nyata. Praktek

nyatanya apa, Pak Wali ingin mencontohkan bahwa One Day No Rice ini bukan berarti itu

orang jadi susah makan. Malah One Day No Rice itu cuma membuang nasinya saja, ganti

karbohidratnya dengan yang lain. Dan itu dicontohkan melalui makanan-makanan sehari

Bapak. Sehari-hari Bapak itu Bapak selalu masukin di Twitter-nya, “Ini loh makanan saya

setiap hari. Nih Selasa makannya ini. Ternyata kan gampang nih, ubah aja menu nasinya

aja.” Cuma itu aja yang diminta Pak Wali. Nah contoh-contoh konkret itu yang sekarang

mulai dilakukan Pak Wali. Karena melihat bahwa, “Saya udah cukup bicara konsep. Bicara

konsep biar orang browsing aja deh. Tapi kemudian langkah nyatanya apa.” Nah kemudian

kita paling bisa bantu itu, kita bantu untuk mensosialisasikan hal itu, kalau di Humas Protokol

ya paling itu, kalau ada kegiatan Bapak kita publikasikan. Bapak makan apa, makan di mana.

Mungkin orang ngeliatnya, “Ini kok Pak Wali jadi makan mulu?” Tapi di situ, bukan

esensinya di situ, tapi bagaimana kemudian One Day No Rice ini jadi praktis. Nah PR-nya

sebenarnya ke depan, PR-nya adalah bagaimana kemudian gerakan ini jadi sebuah lifestyle,

bagaimana kemudian mengkampanyekan gerakan ini jadi lifestyle. Karena kalau di tangannya

Pak Wali, seolah-olah ini jadi satu hal yang serius. Nah, PR-nya itu. Nah kita juga masih agak

sulit bagaimana kemudian mengemas ini jadi sebuah gerakan yang lifestyle. Bisa jadi ini

gerakan diet bisa. Nah hal-hal kaya gitu itu yang belum tergarap secara total. Karena, ya

mungkin karena nuansa pemerintahan ya, jadi agak kaku. Itu yang mungkin belum bisa kita

lakukan. Sementara sih itu kalau untuk menjawab yang satu dan dua. Kalau frekuensi, itu PR

buat saya sebenarnya. Soalnya gini, saya lagi nyusun, saya di, seharusnya saya bisa nunjukin

kamu ini, kliping One Day No Rice yang tahun kemaren, 2012 kliping koran satu tahun full.

Nah itu tergambar itu tiap hari ada berita..

YM: Pemberitaan?

FF: Pemberitaannya. Itu sudah lengkap di tahun 2012. Walaupun pilihannya, saya ambil

pilihan berita-berita itu. Cuma sekarang lagi dipinjam buat difoto-kopi. Besok kalau kamu

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

bisa kesana, ke UPN, pulangnya bisa aja kamu kesini lagi kalau misalnya kamu sempat,

kamu bisa pinjem itu. Tapi saya pinjemin aja.

YM: Oke saya usahakan.

FF: Kamu saya pinjemin aja itu, satu bundel tebal juga One Day No Rice itu di tahun 2012.

Kalau tahun 2013-nya beberapa, belum banyak yang saya kodifikasi. Nanti kamu bisa lihat

itu satu tahun itu full, pemberitaan dari media massanya. Walaupun memang banyak yang

negatif seperti yang saya bilang tadi. Tapi memang ya itulah.

YM: Tren-tren pemberitaan yang negatif sekarang jadi gimana Pak?

FF: Sekarang cenderung malah jadi positif.

YM: Itu kira-kira sejak kapan ya momentumnya?

FF: Momentumnya sebenarnya sejak kemudian Pak Wali melarikan, bukan melarikan,

melarikan isu ini jadi nasional. Bergeser isu ini kemudian tidak hanya jadi pemikiran hanya

seorang Pak Wali. Ternyata ini jadi isu yang jadi ketahanan pangan. Nah disaat gerakan ini

bergerak menjadi isu ketahanan pangan nasional, di situ orang mulai mikir-mikir untuk nulis

bahwa ini negatif. Gitu. Itu kuncinya di situ. Karena orang akhirnya lihat dengan sendirinya,

“Loh kok Pak Wali..” Orang kan waktu itu ngomongnya gini, “Makan aja pake diatur.” Ya

kan. Nah setelah Pak Wali diundang kemana-kemana orang jadi mulai sadar, “Loh, ternyata

ngga ya. Ini ada apa sebenarnya?” Nah di situlah mulai akhirnya, sudah ada pergeseran

orang mikir gitu, “Oh iya ya, mungkin ada bagusnya juga.” Nah kemudian selalu akhirnya

kita mengkaitkan gerakan ini, selalu kita gandeng dengan itu, ketahanan pangan nasional,

kedaulatan pangan nasional. Selalu kita gandeng itu, karena memang itu bagiannya. One Day

No Rice ini bagian dari hal yang kecil, hal yang kecil bagian dari turunan dari ketahanan

pangan itu. Ketahanan pangan melalui diversifikasi pangannya, muncullah ini. Ini cuma

anaknya aja sebenarnya. Karena yang kita keluarin ini seolah-olah kayanya Bahasa Inggris ya

kan, sok-sok ini. Padahal ga tau, ini kan bahasa FAO sebenarnya, bukan bahasa kita juga.

Karena itulah jadi orang kemudian, “Apa sih ini? One Day No Rice – One Day No Rice.”

Bahkan sempat waktu itu di pas Pak Wali launching bukunya, buku One Day No Rice-nya,

One Day No Rice.

YM: Siapa yang baca gitu?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

FF: Itu orang yang tamu di situ. “Kenapa sih Pak namanya ini? Kenapa ngga udah cukup aja

Satu Hari Tanpa Nasi? Kenapa harus pake Bahasa Inggris? Cucu saya bacanya one day no

rice,” katanya. Tapi toh pembahasan.. (terpotong)

YM: Pak, awalnya ini kan pilot project yan untuk PNS-PNS di lingkungan pemerintahan.

Apa sebelumnya memang sudah ada rencana gitu, katakanlah ada momentum di mana, oke

berarti kita sudah ready untuk dijadikan program publik (terpotong)

FF: Kalau kita lihat sejarahnya ini dilihat dari latar belakang pendidikan Pak Wali dulu ya.

Latar belakang Pak Wali kalau Mas Yasir lihat kan teknologi pangan. Jadi memang program

ini memang lebih, pake hati ya. Ini program pake hati yang Pak Wali cetuskan gitu. Jadi tidak

semata-mata memang, out of the blue ngomongin ini, ngga. Karena memang sebenarnya

sudah dipikirkan dari awal, cuma kitanya yang, Pak Wali melakukan ini memang tanpa,

melakukan persiapan yang sebegitu, tidak. Tapi memang latar belakang beliau di teknologi

pangan, kemudian ini seolah-olah jadi hal yang biasa buat beliau. Nah bagi kita sebenarnya

ini sudah jadi program OPD sebenarnya, program ketahanan pangannya. Cuma kan

pembahasaanya ini saja yang orang agak kecele, bahasa apa ini. Kalau kita dulu awalnya

mempropagandakan ini dengan bahasa ketahanan pangan, mungkin tidak akan sebegitu

derasnya (terpotong). Terlepas dari kontennya, terlepas dari siapa yang menyampaikannya.

Tapi yang jelas kalau, masalah pembahasaan aja sebenarnya. Kalau masalah pembahasaan

dia ketahanan pangan, karena begini, di provinsi bahasanya adalah kemandirian pangan. Nah

di kita bahasanya adalah ketahanan pangan. Nah kalau dari runutan Ilmu Pemerintahan, di

Pemerintahan ketahanan pangan adalah urusan wajib yang memang harus dilakukan oleh

Pemerintah Daerah. Jadi salah kaprah kalau misakan dibilang, “ih ngapain?” Nah,

sebenarnya itu. Cuma karena ini ni, kata-kata no rice, ini yang sensitif. Itu. Satu sisi ini

sensitif satu sisi ini ngejual. Jadi orang agak, “apa sih ini”, awalnya agak, “masa no rice,

kita kan makan nasi.” Nah tapi kemudian toh Pak Wali tidak berhenti di situ. Bukan sengaja

untuk memancing, bukan, tapi kemudian sengaja kemudian dengan bahasa yang gamblang

untuk menjelaskan masalah ketahanan pangan itu. Bahasa yang gamblang sedemikian rupa

sehingga akhirnya orang tidak ragu-ragu untuk mengkritik. Tapi malah itu jadi positif.

Karena begini. Pernah satu ketika saya tanyakan ke Bapak langsung, “Mohon maaf Pak, saya

pribadi termasuk orang yang tidak setuju terhadap Bapak.” Saya katakan begitu langsung

kepada Bapak.

YM: Karena namanya atau programnya?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

FF: Ini One Day No Rice. Programnya juga. “Kenapa Pak orang dilarang untuk makan nasi?

Toh kita budaya kita udah makan nasi.” Awal-awalnya ni awal diskusi. Akhirnya, “Mohon

maaf Pak, saya akan memposisikan diri sebagai orang yang negatif, sebagai orang yang

kontra terhadap Bapak.” Bapak bilang apa, “Oh terima kasih,” dia bilang. “Silakan kamu

kontra terhadap program ini, silakan kamu ambil sisi negatif terhadap program ini, silakan.

Kamu katakan ke saya, kamu tuliskan kalau perlu. Karena apa, melalui yang negatif-negatif

itu sebenarnya saya membangun argumen. Bagaimana kemudian saya harus menjelaskan,

mengkomunikasikan kepada orang bahwa bukan itu, gitu loh.” Dari awal saya udah bilang

gitu. Makanya saya selalu memposisikan diri sebagai orang yang negatif. Jadi Bapak pun

sudah tahu jawabannya jadinya kalau negatif, karena membangun argumen jadinya kalau

Bapak, melalui negatif-negatif itu. Dan di bukunya yang pertama itu yang dicatat kan cuma

yang negatif, karena yang itu sebenarnya yang perlu. Karena kalau yang positif, beliau

bilang ya itu biasalah kalau orang dipuji itu hal biasa, tapi kalau orang dikritik itu bagus, kita

malah jadi buat ngebangun. Nah itu jadi sebenarnya.

YM: Nah, terus yang selanjutnya gini Pak, spesifik, kalau yang buat media itu siapa ya Pak

ya? Kominfo atau Humas?

FF: Jadi begini, kalau di Humas Protokol, kita melekat di pimpinan. Melekat di pimpinan, di

Walikota, Wakil, Sekda. Diskominfo scope-nya lebih luas, bisa jadi juga masuk. Tapi lebih

porsinya kalau untuk pimpinan, kalau untuk Kepala Daerah, di Humas protokolnya. Supaya

spesifik ya. Jadi pemberitaan terkait apapun, terkait Walikota dan Wakil, ada di sini pusatnya.

YM: Kemudian penciptaan tools untuk sosialisasi ini tanggung jawabnya di sini atau di

Kominfo?

FF: Tanggung jawabnya di sini. Tanggung jawabnya di sini, toh bukan berarti kita

bertanggung jawab secara total, bukan. Karena secara konten kita ga memiliki kan. Konten

kita pasti ngambil dari leading sector yang bersangkutan. Saya bilang tadi, ada Pertanian

yang kita ambil, badan pertahanan yang kita ambil. Nah itu. Jadi yang kita lakukan adalah

mengambil itu semua kemudian kita ramu, kita publish.

YM: Lalu perannya Diskominfo apa ya Pak?

FF: Kalau di Diskominfo sebenarnya sama ya, sebenarnya sama. Sebenarnya

mengkomunikasikan juga program-program walikota tapi secara lebih luas. Jadi tidak hanya

menyangkut kebijakan yang dilakukan Walikota Depok. Karena gini, kalau kita nempel

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

dengan Walikota Depok. Jadi tiap perkataan Walikota Depok, Wakil Walikota Depok dan

Sekda, kita bisa record, dan kita bisa jadikan quote untuk di-list dan sebagainya. Kalau

mereka kan tidak. Mereka hanya memantau kegiatan secara keseluruhan. OPD yang

jumlahnya lebih 40, itu mereka yang mantau. Mereka yang memberitakan kegiatan-kegiatan

itu. Jadi kayak gitu.

YM: Kalau boleh tahu, media-media apa saja yang sudah diciptakan untuk program ini?

FF: (terpotong) Di Diskominfo, karena semua di sana kalau buat nyetak-nyetak.

YM: Media cetak itu, leaflet?

FF: Bukan, media cetak kita punya Warta Depok. Warta Depok yang terbit setiap bulan. Nah

itu media kita ya, artinya media Pemerintah Kota. Warta Depok. Plus yang memang selalu

aktif adalah di media online, di depok.go.id. Plus nanti juga ditambah di Humas kita juga

punya blogspot sendiri yang kemudian meramu setiap berita yang ada.

YM: Blogspot-nya Humas?

FF: Blogspot-nya Humas. Itu masih gratisan walaupun kita sudah ada yang (terpotong). Aktif

yang rutin kemudian jadi tools kita untuk mensosialisasikan itu. Disamping kalau leaflet-

leaflet untuk media cetak sih itu udah banyak. Artinya masing-masing, kayak Dinas

Kesehatan nyetak..

YM: Oh gitu mereka bikin masing-masing?

FF: Mereka bikin masing-masing, dengan sesuai arahan dari Pak Wali, misalnya tentang apa,

perspektif kesehatan, ya Dinas Kesehatan bikin. Pertanian-nya bikin, Ketahanan Pangan-nya

bikin. Dan kita juga bikin, kalau kita contohnya kita runtutan, kronologis dari awal. Ada

kegiatan-kegiatan.

YM: Bukan yang ini Pak?

FF: Nah bukan, yang ini bagian Ekonomi nih. Ni Jumali (22:06) yang bikin.

YM: Itu kalau Saya mau dapat semuanya saya datangin masing-masing OPD-nya aja ya?

FF: Sebenarnya saya, sebenarnya ada saya. Ini, berantakan nih berantakan. Ada saya, tapi

kalau mau lebih lengkap ya iya memang, datang langsung sih sebenarnya.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

YM: OPD-OPD kantornya di sini semua atau?

FF: Ngga, DPMK ada di sana, di Ramanda. Dinas Kesehatan ada di sampingnya Mandiri

Syariah. Pertanian ada di sini.

YM: Jadi yang berkaitan itu ada Pertanian..?

FF: Ada Pertanian, ada Dinas Kesehatan, ada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Keluarga.

YM: BP..

FF: BPMK. Iya, tiga ini. Kalau di sini bagian Ekonomi. Kalau kita di bagian Ekonomi,

Humas Protokol. Dah itu aja. Itu yang terkait secara langsung.

YM: Yang ada di sini OPD-nya yang mana Pak?

FF: Yang ada di sini cuma Pertanian aja. Pertanian yang di gedung baru. Di sana dia punya

ininya juga. Yang bagus, dari Kesehatan juga bagus. Pertanian, nah Pertanian itu bisa

nyambung ke implementasi ini nih, One Day No Rice. Jadi sekarang udah ada yang namanya

KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari. Nah di situ ada program baru lagi dari, sama

sebenarnya dengan ini, jadi kemudian bagaimana dari gerakan ini orang udah paham, orang

udah mulai paham juga untuk mencukupi kebutuhan ya minimal kebutuhannya sehari-hari itu

dari pekarangannya sendiri. Nanam bawang, nanam cabe, hal yang kecil-kecil aja. Ga perlu

nanam ini ngga. Buat kebutuhan sehari-hari aja. Nah itu yang kemudian Kawasan Pangan

Lestari itu. Pekarangan-pekarangan itu kemudian dihijaukan. Nah sekarang itu yang jalan.

Nah bisa tu nanya ke Pertanian salah satunya.

YM: Tentang tools-nya Pak, saya khawatir kalau nyari-nyari ke Kesehatan dan lain-lain ini

agak jauh. Kemaren saya juga sempat nyasar. Boleh minta bantuannya Pak?

FF: Nanti gini aja. Saya stoknya di mana ya. Saya ambil (terpotong). Ini terbaru dari

Ekonomi. Iya ini terbaru banget.

YM: Kalau pasang di public places, billboard gitu pernah Pak?

FF: Pernah.

YM: Itu bagian dari Kominfo?

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

FF: Dari Kominfo. Itu Diskominfo.

YM: Yang di depan Detos, Margo juga itu, Diskominfo?

FF: Diskominfo. Kalau terkait masalah billboard, inian luar-luar, spanduk, dari dia. Itu dari

Diskominfo kalau itu.

YM: Kalau terkait pemberitaan, wartawan, press conference dan segala macam itu di sini ya?

FF: Di sini. Itu di sini.

YM: Nah terakhir Pak, tentang ini. Capaian-capaian yang sudah dicapai program ini, apa saja

Pak?

FF: Kalau, kita melihatnya tidak secara fisik. Capaian-capaian itu kita bisa lihat memang dari

semakin banyaknya orang-orang yang paham terhadap gerakan ini. Jadi goals-nya adalah

bagaimana kemudian masyarakat mindset-nya berubah, culture set-nya berubah. Nah itu

dilihat dari pola makannya. Pola makan yang dianjurkan adalah B2SA. Bergizi, Beragam,

Seimbang dan Aman. Nah dari situ akhirnya kan kita bingung. Terus bagaimana kemudian

kita mengukur secara objektif ini udah berhasil atau belum. Bagaimana kemudian kita tau

orang sudah mulai beranjak pola konsumsinya berubah dari nasi oriented jadi less nasi

oriented kan gitu. Bagaimana. Nah kemudian alat ukurnya sudah dibuat Kementerian

Pertanian yang namanya PPH. Kalau kamu bisa baca di situ, pola pangan harapan itulah yang

kemudian diukur menjadi satu ukuran objektif, oh ternyata sudah bagus pola konsumsinya,

oh ternyata sudah beragam. Nah itu yang kemudian, yang bisa kita lakukan. Nah ternyata dari

hasil BPS sudah ada kemudian tren yang signifikan mengenai gerakan ini. Ternyata orang-

orang sudah lebih banyak mengkonsumsi pangan lokalnya. Ternyata PPH-nya mengalami

kenaikan. Jadi PPH itu kan dari 100 tuh paling tinggi. Sudah ada kenaikan, kalau ga salah

naik berapa persen gitu. PPH tahun 2011, 93.7, nah naik menjadi 94.7. Jadi sudah ada

kenaikan. Nah terus total konsumsi beras. Dari sekian menjadi sekian atau turun sekian. Nah

jadi itu alat ukur yang kita lakukan di tingkat kota melalui data statistiknya itu. Walaupun

memang itu tidak jadi satu ukuran yang memang wajib ya. Yang gampangnya adalah di saat

orang nih, sebenarnya kalau saya yang ngeliat ya, kalau saya ngeliat secara pribadi melihat

bahwa di saat orang mulai ngeh saja terhadap apa makna gerakan ini, itu sudah jadi goals. Itu

sudah masuk kriteria itu sudah oke. Karena apa, karena begitu orang paham gerakan ini,

karena begini, kan tidak mesti satu hari orang itu tidak makan nasi. Artinya bisa dalam satu

hari ya sudahlah siangnya tidak makan nasi, atau malamnya tidak makan nasi. Nah disaat

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

orang paham bahwa kenapa dia tidak makan nasi, dia sudah tahu jawabannya kenapa saya

tidak makan nasi, alasannya, bisa dia bilang alasan kesehatan, alasan buat cadangan panen

dan lain-lain, berarti orang itu udah paham, goals itu udah tercapai. Nah itulah kemudian

kenapa Pak Wali sering jadi narasumber itu untuk anak-anak mahasiswa. Karena apa, karena

mereka bisa menjelaskan, mereka bisa kritis kenapa saya ga boleh makan nasi. Nah disaat

mereka sudah tahu, dan sadar kenapa dia ga makan nasi karena apa alasannya, itu sudah

berhasil.

YM: Terus begini Pak, ini kan tadi ada kenaikan sekitar satu koma sekian persenlah kira-kira

dari PPH. Kalau di Depok misalnya ada sekian juta itu kan mungkin jumlahnya ada puluhan

ribu. Nah sementara yang disosialisasikan, yang wajiblah ya, itu baru untuk PNS kan. PNS

emang jumlahnya berapa sih Pak di Depok?

FF: PNS jumlahnya ada kalau di sini 4000 ada 8000.

YM: Nah berarti sekitar, ada banyak kan. Kira-kira siapa Pak yang mulai mengadopsi

perilaku ini, program ini?

FF: Kalau selain PNS yang paling dekat ya, yang paling dekat sebenarnya adalah masyarakat-

masyarakat di level Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Jadi, karena gini, karena ini basisnya

adalah basis sosial kemasyarakatan, Pak Wali turunnya langsung ke bawah (terpotong). Hari

Selasa ya, salah satu juga nih belum saya ceritakan tadi. Pak Wali rutin itu pasti dalam satu

minggu itu pasti diundang, di mana-mana, dan pasti di masyarakat. Nah cara yang Pak Wali

lakukan adalah, “Boleh kamu undang saya tapi ada syaratnya, syaratnya apa, kamu ga boleh

pake terigu nyiapin snack saya. Kamu ga boleh nyiapin nasi di saat saya makan siang. Snack

saya harus pangan lokal.” Request-nya hanya itu. Kemudian orang awalnya kaget, Pak Wali

dikasih rebus-rebusan, Pak Wali dikasih ini, kok ga mau makan nasi ga mau makan roti.

Orang awalnya kaget. Tapi kemudian di situlah sebenarnya lebih menyentuh. Orang-orang

akhirnya lebih, entah kenapa ya, orang akhirnya lebih ada semacam sentuhan emosional di

saat orang itu disuruh makan-makanan lokalnya. Makanan-makanan yang dulu mungkin

dianggap, “Ah ini sih makanan gua setiap hari gitu, ngapain gua di suruh. Orang udah

sering kok.” Akhirnya orang mulai sadar, “Oh Pak Wali ini ternyata membangkitkan hal-hal

yang dulu, yang sekarang jadi nostalgia misalnya, tapi dibangkitkan oleh beliau.” Nah itulah

yang kemudian akhirnya lebih melekat. Secara emosional lebih nyambung ya, lebih

nyambung masyarakat itu, “Oh iya ya, bener juga nih.” Nah akhirnya dari situlah orang

mulai perlahan-lahan mulai, walaupun begini ya, mohon maaf, mohon maaf saya bisa

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

katakan bahwa secara konseptual mungkin ga paham One Day No Rice-nya ya. Tapi di

bahasa masyarakat Pak Wali kan ga ngomong One Day No Rice. Yang diomongin adalah

bagaimana kemudian kita menghidupkan kembali, menggairahkan kembali, membudayakan

kembali, membangun kembali budaya makan aneka pangan lokal. Itu bahasanya yang

dikeluarin. Bukan bahasa ini. Nah itu yang kemudian lebih melekat. Memang Pak Wali ya

bisa menempatkan ya, bisa menempatkan mana yang saatnya dia harus ngomong One Day

No Rice, mana saatnya dia ga ngomong One Day No Rice, tapi ngomongnya “Bapak makan

gembili ngga? Makan singkong ngga? Suka makan ubi ngga?” Nah bahasa-bahasa ringan

yang kemudian akhirnya mereka sadar, “Oh iya ya. Padahal dulu kita suka makan itu.” Nah

akhirnya dari situ, gini loh, tanpa harus tahu konsep ini mereka akhirnya dengan sendirinya

mempraktekkan. Nah itu paling lebih melekat dibanding dengan mungkin kita misalnya, Pak

Wali mendiskusikan hal ini dengan pakar atau anak-anak muda, lebih banyak kritisnya

daripada prakteknya. Bedanya itu. Kalau ini dengan masyarakat lebih banyak prakteknya.

Masyarakat kita plus sama anak-anak sekolah. Itu lebih banyak prakteknya. Makanya

kemudian ini lebih malah masuk ke sendi-sendi masyarakat. Kalau di level wacana,

pemikiran, diskusi, itu gencar ya, kuat gitu ya perlawanan. Tapi kalau di masyarakat, cuman

tinggal ngomong praktek Pak Wali aja. Itu selesai sudah. Jadi itu. Ga perlu banyak ngomong

Pak Wali. Nah itu biasanya. Makanya memang, tapi ya ga cukup di situ. Karena memang kan

Pak Wali memang ingin membidik bahwa, “Yuk mahasiswa, masa iya dengan saya jelasin

gini tidak tercerahkan juga. Kan gitu, sebenarnya itu sebenarnya. Dengan kita lebih

komunikasi intens saya yakin mahasiswa ini, karena begini, Pak Wali percaya bahwa ada

seratus orang masyarakat gitu dibanding dengan satu orang mahasiswa yang paham, itu lebih

bagus itu. Karena mahasiswa yang cerdas, yang kuat, yang bisa kemudian menjadi juru

bicara, mengkampanyekan kampanye ini secara luas itu jauh lebih dahsyat efektif dibanding

yang seratus orang itu. Karena apa, karena Pak Wali tahu, makanya Pak Wali juga sekarang

aktif di media sosial kan, ya itu. Karena apa. Cukup satu orang yang bicara, kemudian dia di

dengar orang, itu nyampe sebenarnya. Nah ini kan dahsyat. Nah itu yang disasar. Tapi ya

tidak melupakan itu juga. Karena tetap kita masuk ke wilayah-wilayah masyarakat yang

kemudian kita membahasakannya secara lebih sederhana.

YM: Kalau boleh tahu, kalau misalnya ada acara-acara di RT atau RW, itu inisiatif dari

warga, minta dateng, dari RT, atau Pak Wali?

FF: Biasanya warga. Kita itu, biasanya gini. Kenapa itu inisiatif dari warga, karena biasanya

RT atau RW itu ngadain acara. Minimal kelurahan lah. Ngadain acara di kelurahan X

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

misalnya, ngadain acara apa, nah Pak Wali diundang. Jadi memang boleh dibilang ya bahkan

level RT-RW pun, Pak Wali datengin, untuk apa, ya untuk mensosialisasikan hal ini

sebenarnya. Makanya apa namanya, tidak pilih-pilih. Kalaupun emang ada, ya itu ditingkat

RT-RW tapi. Saya mau datang, ada syaratnya, itu aja. Sampai saat ini, sampai saat ini ya

kemanapun syaratnya itu. Ke UPN pun sama syaratnya itu. Cuma karena mungkin mereka

udah dapa bocoran, begitu kita tawarkan syaratnya ini, mereka udah siap. Mereka udah tau

kebiasaan Pak Wali seperti apa, bahkan rupanya kalau di UPN sudah punya kebun, sudah

punya kebun khusus buat panganan lokal, singkong, jagung. Nah itu yang didorong. Nah

kemudian sama halnya dengan di kita punya kantin, nah Pak Wali menghimbau itu.

Perguruan tinggi-perguruan tinggi kan punya kantin, nah kantinnya mulai dari situ. Kalau

mahasiswanya sudah tercerahkan, coba kantinnya. Bisa ga kamu berkreasi tentang makanan

pangan lokal. Karena begini, di daerah luar sudah (terpotong). Kita punya beras ODNR, kita

punya nanti beras jagung yang sudah diolah. Kita punya nanti mie, mienya itu ada yang dari

jagung dan lain-lain. Nah itu kan kreasi-kreasi yang sebenarnya kalau kita makan beras

jagung udah ga tampak kayak beras, eh udah ga tampak kayak jagung. Gitu kan. Nah ini yang

kemudian dikembangkan. Nah mahasiswa kenapa kemudian diajak untuk berpikir itu karena

mahasiswa ini rata-rata kan, apalagi mungkin jurusannya dia Ketahanan Pangan, jurusannya

Gizi, jurusannya masak-memasak, Tata Boga, itu kan masuk tuh. Nah disitulah berkreasi. Itu

yang diharapkan. Nah sama besok juga nanti mau kita lihat, katanya mereka sudah akan

memasak hal-hal yang kaya gitu. Nah kita mau lihat seberapa kuatnya mereka melakukan

upaya ini. Kira-kira ada menu-menu apa aja. Selalu ada menu-menu yang menarik. Ya kan,

bayangin aja, bikin lontong tapi bukan dari beras. Bikin arem-arem bukan dari beras. Itu kaya

gitu-gitu, itu kreasi-kreasilah yang kaya gitu.

YM: Ada hal yang ingin saya verifikasi juga kemaren Pak dari wawancara sama Pak Jumali,

ada kerja sama ya katanya dengan beberapa daerah di luar? Pak Jumali kemaren sebut ada

Temanggung, ada Pandeglang, mungkin ada yang lain lagi. Cuma saya ini ya, apa kerja sama

yang dibentuk, MoU yang dibikin itu tentang apa ya Pak?

FF: Jadi bingkai MoU ya, MoU itu kan biasanya antara pemerintah satu dengan pemerintah

yang lain. Kecuali Jember, kalau Jember itu dengan Universitas Jember, Pemerintah Kota

Depok dengan Universitas Jember. Bingkainya adalah bingkai umum biasanya. Bingkai

umumnya itu apa, Ketahanan Pangan dan Diversifikasi Pangan. Hanya di situ bingkai

umumnya. Nah kemudian dari situ ada turunannya. Kaya gini, Undang-undang turunannya

PP. Nah ini ada MoU turunannya PKS, Perjanjian Kerja Sama. Nah Perjanjian Kerja

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI FORMATIF PROGRAM …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351356-TA-Yasir Mukhtar.pdf · ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras sebagai bahan makanan

Samanya itu bisa macam-macam. Misal kalau Universitas Jember kita bikinnya mengenai

Beras Cerdas. Yang nanti akan kita jadikan beras ODNR. Kalau misalkan dengan pemerintah

kabupaten kota lain misalnya, kalau kita kerja sama di mana nih, di jagungnya, terkait

apanya.

YM: Oh pemasokan..?

FF: Pemasokannya, terkait sosialisasinya, terkait apa gitu. Jadi udah seperti itu kalo MoU.

YM: Sebagian besar tentang apa ya, jual-beli produknya, atau apa?

FF: Biasanya kita selalu menempatkan diri seperti ini. Depok itu adalah kota yang ingin

menjadi outlet, showcase-nya gitu. Kita tuh jadi outlet. Jadi begini, kita kerja sama di tempat

lain, itu mereka punya produk khas. Mereka punya jagung, mereka punya singkong, mereka

punya ini punya ini. Oke ga jadi soal, yok kita kerja sama ama kita. Kita jadi outlet-nya, gitu.

Kita itu kaya tenaga pemasaran. Bayangkan setiap kita pergi kemana-mana, di seluruh

Indonesia Pak Wali jadi narasumber, pasti akan selalu mengangkat budaya-budaya lokal-

lokal yang ada di kabupaten kota lain. Bukan ngomongin Depok loh. Bukan ngomongin

“Ooh Depok begini,” ngga. Yang diomongin adalah, lihat di Jember punya ini, lihat di

Magelang punya ini. Itu yang diinikan. Jadi kita itu tenaga pemasaran sebenarnya. Kita yang

kemudian memasarkan produk-produk lokal yang ada di seluruh Indonesia ini ke khalayak

ramai. Ke tingkat nasional kita bawa terus. Gitu. Nah itu yang biasanya kita lakukan. Jadi, ga

ini ya. Karena kita ga punya produk. Produk original kita kan pertanian juga ga ada. Ya kita

paham keterbatasan itu. Tetapi begitu orang tahu Depok, akhirnya orang tahu ya di sini ada

semua. Kita nerima semua, kita siap menerima. Gitu sih.

YM: Baik, itu saja Pak untuk pertanyaannya. Mungkin besok saya mau minjem..

FF: Iya, nanti mudah-mudahan udah dikembaliin sama orangnya besok. Nanti kalau sudah

ada ada di meja saya paling saya titip sama ibu ini.

YM: Di UPN itu ruangannya apa Pak ya?

FF: Tinggal tanya aja sih, acara One Day No Rice. Di situ kamu enak kok malah bisa ngelihat

dinamikanya.

Evaluasi formatif ..., Yasir Mukhtar, FISIP UI, 2013