Upload
vantuong
View
265
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
i
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIFITAS CAMPURAN MINYAK ESENSIAL INDONESIA :
SEREH WANGI, KENANGA DAN NILAM
TERHADAP RELAKSASI SECARA INHALASI
“ Suatu Uji Klinis Pada Wanita Sehat yang Memiliki Risiko Stress”
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
RICHARD S.N. SIAHAAN
1006827354
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL
KEKHUSUSAN HERBAL ESTETIKA
DEPOK
JANUARI 2013
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
ii
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
iii
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
iv
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan ridho-Nya tesis yang berjudul “Efektifitas Campuran Minyak
Esensial Indonesia : Sereh Wangi, Kenanga dan Nilam Terhadap Relaksasi Secara
Inhalasi : “Suatu Uji Klinis Pada Wanita Sehat yang Memiliki Risiko Stress” dapat
disusun dan diselesaikan. Selama menempuh pendidikan dan penulisan serta
penyelesaian tesis pada magister herbal di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia ini
penulis banyak memperoleh dukungan baik secara moril maupun materiil dari
berbagai pihak.
Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis haturkan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. drg. Tri Budi Wahyuni Rahardjo, M.S. selaku dosen pembimbing
pertama yang di dalam berbagai kesibukannya masih menyempatkan diri
membimbing dan mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang sangat
berharga bagi penulisan tesis ini;
2. Dr. Anna S. Ranti, Apt. selaku dosen pembimbing kedua yang juga banyak
sekali memberi saran-saran dalam perbaikan tesis ini;
3. Kepada Prof. Eef Horgervorst, Ph.D., yang sudah membantu memberikan
arahan terhadap metode penelitian ini;
4. Kepada Bapak Herfriyan Hendra, S.Si., Apt., M.Sc. yang sudah banyak
memberikan saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini;
5. Kepada Ibu Fathimah, S.Kep. selaku Direktur Fakultas Kesehatan Universitas
Assafiah, dan Ibu Marini Agustine, S.Kep., selaku sekretaris, yang telah
memberikan kesediaan untuk membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;
6. Kepada Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memfasilitasi sehingga proses
belajar mengajar selama pendidikan dapat berjalan dengan baik.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
vi
7. Kepada Dr. Abdul Mun’im, MSi, Apt, selaku ketua program pendidikan
Magister Hebal yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis
selama pendidikan.
8. Kepada Dr. dr. Raden Irawati Ismail, SpKJ(K), M.Epid. dari Departemen
Psikiatri FKUI selaku penguji yang sudah banyak memberikan bimbingan
untuk perbaikan tesis ini;
9. Kepada Dr. Anton Bahtiar, M.Biomed, Apt. selaku penguji yang telah banyak
memberikan pengarahan dalam penyusunan teori pendukung tesis ini;
10. Kepada Dr. Katrin, M.S., Apt, yang telah memberikan banyak saran dalam
metode penulisan tesis ini.
11. Kepada dr. Elvira Moen selaku Pemilik Griya Chantika Salon yang sudah
memberikan kesediaannya untuk menggunakan fasilitasnya sebagai tempat
berlangsungnya penelitian, berserta staf yang telah membantu berlangsungnya
penelitian;
12. Kepada Neneng Suningsih, Amk, yang telah membantu pelaksanaan
penelitian ini;
13. Kepada Ibu Eflita, SKM, MKM. (staf pengajar di FKM UI) yang telah
membantu dalam analisis statistik;
14. Istri yang telah memberikan semangat dan dorongan moril kepada penulis.
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih PT Martina Berto yang sudah
memberikan fasilitas berupa buku referensi untuk penulisan tesis dan minyak esensial
yang digunakan dalam penelitian ini.
Akhirnya rasa terima kasih saya yang tidak terhingga dari hati yang paling
dalam kepada ayahanda A.M. Siahaan dan Ibunda saya R. Sitompul (Alm) yang
dengan sabar telah mendidik dan membesarkan saya,
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat dan anugrah-Nya
berlimpah bagi beliau-beliau yang tersebut di atas. Sangat disadari dalam tesis ini
terdapat banyak kekurangan oleh karena itu semua saran dan kritik penulis terima
dengan lapang dada demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
vii
Akhir kata semoga Tuhan YME memberikan rahmat Nya bagi kita semua dan
berkenan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan pendidikan ini. Akhirnya harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat
bagi kita semua.
Depok, Januari 2013
Penulis
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
viii
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
ix
ABSTRAK
Nama : Richard Sabar Nelson Siahaan
Program Studi : Magister Herbal
Judul : Efektifitas Campuran Minyak Esensial Indonesia : Sereh Wangi,
Kenanga, dan Nilam Terhadap Relaksasi, Secara Inhalasi. “Suatu
Uji Klinis Pada Wanita Sehat yang Memiliki Risiko Stress”
Relaksasi merupakan salah satu mekanisme coping yang digunakan untuk
menghadapi stress. Salah satu metode relaksasi yang banyak dipakai adalah
aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial. Minyak esensial yang berasal
dari tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk relaksasi adalah sereh wangi,
kenanga dan nilam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas campuran
minyak esensial Indonesia yang terdiri dari sereh wangi, kenanga dan nilam yang
diberikan secara inhalasi terhadap relaksasi secara psikologis dengan pengukuran
Visual Analog Scale (VAS) dan fisik dengan pengukuran tekanan darah (MAP),
frekuensi nadi, dan frekuensi nafas serta dibandingkan dengan minyak lavender dan
kontrol. Penelitian dilakukan dengan rancangan uji klinis tersamar tunggal, before
and after, dengan perlakuan intent to treat yang dilanjutkan dengan tes kejut pada 60
wanita sehat yang terdiri dari 20 subyek kelompok campuran minyak esensial
Indonesia, 20 subyek kelompok lavender, dan 20 subyek kontrol. Penelitian ini
memperlihatkan hasil bahwa campuran minyak esensial Indonesia memiliki
efektifitas relaksasi secara psikologis yang sama dengan minyak lavender dan kontrol
tetapi memiliki kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.
Sedangkan secara fisik campuran minyak esensial Indonesia memiliki efektifitas
relaksasi yang lebih baik dibandingkan dengan lavender dan kecenderungan yang
lebih baik dibandingkan dengan kontrol terutama pada parameter tekanan darah
(MAP).
Kata kunci : aromaterapi, campuran minyak esensial Indonesia, wanita sehat,
stress, relaksasi psikologis, relaksasi fisik
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
x
ABSTRACT
Name : Richard Sabar Nelson Siahaan
Study Program : Magister Herbal
Title : Effectiveness of Indonesian Essential Oil Blend : Sereh Wangi,
Kenanga, and Nilam to Relaxation Given by Inhalation.
“A Clinical Trial on Healthy Woman that Has Risk of Stress”
Relaxation is one of the coping mechanisms used to deal with stress. One method that
is widely used for relaxation is aromatherapy using essential oils. The essential oil
from Indonesian plants that can be used for relaxation is sereh wangi, kenanga and
nilam. This study aims to look at the effectiveness of Indonesian essential oils blend
consists of sereh wangi, kenanga and nilam that are administered by inhalation to the
psychological relaxation measurements of Visual Analog Scale (VAS) and physical
measurements of blood pressure (MAP), pulse rate, and breathing rate and compared
with lavender oil and control. The study was conducted with the design of a single-
blind clinical trials, before and after, with treatment intent to treat followed by startle
test on 60 healthy women consists of 20 subjects group of Indonesian essential oils,
20 subjects group of lavender oil, and 20 subjects group of control. This study
showed that an Indonesian essensial oil blend has the effectiveness of psychological
relaxation similar to lavender oil and control but have a tendency better than the
controls. While the physical measurenment showed that Indonesian essential oil
blend has better effectiveness on relaxation than lavender oil and has tendency better
than the controls, especially on the parameters of blood pressure (MAP).
Key word : aromatherapy, Indonesian essensial oil blend, healthy woman, stress,
psychological relaxation, physical relaxation
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 7
1.4. Hipotesis ..................................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
1.5.1. Manfaat Aplikatif ........................................................... 8
1.5.2. Manfaat Penelitian .......................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Limbik ........................................ 9
2.1.1. Hipotalamus .................................................................... 10
2.1.2. Amigdala ........................................................................ 12
2.1.3. Hipokampus .................................................................... 13
2.2. Stress Dan Mekanisme Stress ..................................................... 14
2.2.1. Definisi Stress ................................................................. 14
2.2.2. Fisiologi Stress ............................................................... 14
2.2.2.1. Respon Fight or Flight ...................................... 14
2.2.2.2. Mekanisme Stress dan Efek Stress .................... 15
2.3. Tanda dan Gejala Stress ............................................................. 17
2.4. Mekanisme Refleks Kejut (Startle Reflex) dan Efeknya
Terhadap Sistem Saraf Otonom .................................................. 20
2.5. Relaksasi Sebagai Mekanisme Penanggulangan Stress .............. 24
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xii
2.6. Fisiologi Aromaterapi Inhalasi untuk Relaksasi ......................... 25
2.7. Fisiologi dan Teknik Pemijatan (Massage) ................................ 32
2.7.1. Gerakan Effleurage ......................................................... 32
2.7.2. Gerakan Petrissage ......................................................... 33
2.7.3. Gerakan Tapotage (Tapotement) .................................... 34
2.7.4. Gerakan Vibration (Shaking Movement)/Menggetarkan . 35
2.8. Minyak Lavender ....................................................................... 36
2.8.1. Deskripsi Tanaman ......................................................... 36
2.8.2. Klasifikasi Tanaman ....................................................... 38
2.8.3. Kandungan Kimia ........................................................... 38
2.8.4. Efek Farmakologi Untuk Relaksasi ................................ 42
2.8.5. Toksisitas dan Kontraindikasi ........................................ 42
2.9. Minyak Kenanga ........................................................................ 43
2.9.1. Deskripsi Tanaman ......................................................... 43
2.9.2. Klasifikasi Tanaman ....................................................... 45
2.9.3. Kandungan Kimia ........................................................... 46
2.9.4. Efek Farmakologi Untuk Relaksasi ................................ 47
2.9.5. Toksisitas dan Kontraindikasi ........................................ 48
2.10. Minyak Sereh Wangi ................................................................. 49
2.10.1. Deskripsi Tanaman ......................................................... 49
2.10.2. Klasifikasi Tanaman ....................................................... 50
2.10.3. Kandungan Kimia ........................................................... 51
2.10.4. Efek Farmakologi Untuk Relaksasi ................................ 54
2.10.5. Toksisitas dan Kontraindikasi ....................................... 54
2.11. Minyak Nilam .............................................................................. 54
2.11.1. Deskripsi Tanaman ......................................................... 55
2.11.2. Klasifikasi Tanaman ....................................................... 55
2.11.3. Kandungan Kimia ........................................................... 56
2.11.4. Efek Farmakologi Untuk Relaksasi ................................ 59
2.11.5. Toksisitas dan Kontraindikasi ........................................ 60
2.12. Perbandingan Kandungan dan Sifat Farmakologi untuk
Relaksasi Minyak Uji dan Minyak Lavender ............................. 60
2.13. Beberapa Penelitian yang Melibatkan Minyak Kenanga,
Minyak Sereh Wangi dan Minyak Nilam ................................... 61
2.14. Metode Aplikasi dan Konsentrasi Minyak Esensial Secara
Inhalasi ........................................................................................ 63
2.15. Instrumen Pengukuran Relaksasi Subyektif ............................... 64
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 66
3.1. Kerangka Konseptual ................................................................. 66
3.2. Rancangan Penelitian ................................................................. 67
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 68
3.4. Persetujuan Protokol Penelitian dari Kaji Etik ........................... 68
3.5. Populasi dan Sampling ............................................................... 68
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xiii
3.5.1. Subyek Penelitian ........................................................... 68
3.5.2. Besar Sampel dan Randomisasi Subyek Penelitian ........ 68
3.6. Kriteria Seleksi ........................................................................... 69
3.6.1. Kriteria Inklusi ................................................................ 69
3.6.2. Kriteria Ekslusi ............................................................... 70
3.6.3. Kriteria Drop Out ............................................................ 70
3.7. Variabel Penelitian ..................................................................... 71
3.7.1. Variabel Bebas ................................................................ 71
3.7.2. Variabel Terikat .............................................................. 71
3.7.2.1. Respon Relaksasi Psikologi .............................. 71
3.7.2.2. Respon Relaksasi Fisik ..................................... 71
3.7.3. Variabel Kontrol ............................................................. 72
3.7.4. Definisi Operasional Variabel ........................................ 73
3.8. Bahan Uji, Alat, dan Cara Kerja ................................................. 75
3.8.1. Bahan Uji ........................................................................ 75
3.8.2. Persiapan Bahan Uji ....................................................... 75
3.8.2.1. Uji Panel Peringkat Kesukaan ........................... 75
3.8.2.2. Uji Panel Peringkat Manfaat Relaksasi ............. 76
3.8.3. Alat Diffuser Minyak Esensial ....................................... 77
3.8.4. Tenaga Pemijat ............................................................... 78
3.8.5. Persiapan Ruangan Uji ................................................... 78
3.9. Intrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...................... 79
3.9.1. Jenis Intrumen Penelitian ................................................ 79
3.9.1.1. Instrumen Terstruktur ........................................ 79
3.9.1.2. Data Tekanan Darah ......................................... 79
3.9.1.3. Data Frekuensi Nadi ......................................... 80
3.9.1.4. Data Frekuensi Nafas ......................................... 80
3.9.2. Pengukuran Intensitas Bunyi untuk Tes Kejut (Startle
Test) ................................................................................ 80
3.10. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 80
3.10.1. Tahapan Persiapan .......................................................... 80
3.10.2. Tahapan Pelaksanaan ...................................................... 81
3.10.3. Tahapan Penyusunan Laporan ........................................ 82
3.11. Analisis Statistik ......................................................................... 84
3.11.1. Analisis Univariat ........................................................... 85
3.11.2. Analisis Bivariat ............................................................. 85
BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 86
4.1. Uji Panel Peringkat Kesukaan dan Manfaat Relaksasi
Campuran Minyak Esensial Indonesia ....................................... 86
4.2. Karakteristik Umum dan Perilaku Terhadap Pengobatan
Tradisional Subyek Penelitian .................................................... 88
4.3. Gambaran Efekttifitas Minyak Esensial Terhadap Tingkat
Relaksasi Secara Psikologis (nilai VAS) dan Fisik .................... 90
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xiv
4.4. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Relaksasi Secara
Psikologis .................................................................................... 92
4.5. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Relaksasi Secara Fisik ... 97
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 107
5.1. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian ....................................... 107
5.1.1. Kekuatan Penelitian ........................................................ 107
5.1.2. Keterbatasan Penelitian .................................................. 109
5.2. Tingkat Kesukaan Terhadap Campuran Minyak Esensial
Indonesia ..................................................................................... 110
5.3. Efektifitas Campuran Minyak Esensial Indonesia dan Minyak
Lavender Terhadap Relaksasi Secara Psikologis ....................... 111
5.4. Efektifitas Campuran Minyak Esensial Indonesia dan Minyak
Lavender Terhadap Relaksasi Secara Fisik ................................ 112
5.5. Campuran Minyak Esensial Indonesia ....................................... 115
5.5.1. Kandungan Campuran Minyak Esensial Indonesia yang
Memberikan Efek Relaksasi ........................................... 115
5.5.2. Perkiraan Dosis Kandungan Utama Minyak Esensial
Indonesia yang Memberikan Efek Relaksasi .................. 117
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 118
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 118
6.2. Saran .......................................................................................... 118
6.2.1. Untuk Pelayanan dan Penggunaan Individu (Fungsi
Aplikatif) ........................................................................ 118
6.2.2. Untuk Penelitian ............................................................. 119
6.2.3. Untuk Publikasi .............................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 120
LAMPIRAN ........................................................................................................... 129
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Limbik ..................................................................... 9
Gambar 2.2. Mekanisme Stress dan Jalur Strees pada Sistem Limbik .................. 19
Gambar 2.3. Lintasan Auditori Sentral Secara Anatomi ........................................ 21
Gambar 2.4. Hipotesis Lintasan Reflex Kejut (Startle Pathway) dan
Hubungannya dengan Lintasan Auditori Pusat (Central Auditory
Pathway) ............................................................................................ 23
Gambar 2.5. Sistem Transduksi pada Sel Olfaktorius ............................................ 26
Gambar 2.6. Penjalaran Sinyal Neural Aromaterapi pada Sistem Olfaktorius ...... 27
Gambar 2.7. Mekanisme Aromaterapi Memasuki Tubuh Secara Inhalasi dan
Transmisi Sinyal Kimia ke Susunan Saraf Pusat ............................... 28
Gambar 2.8. Sistem Hantaran Sinyal dari Bulbus Olfaktorius pada Sistem Limbik 29
Gambar 2.9. Sistem Saraf yang Bisa Dipengaruhi oleh Minyak Aromaterapi ....... 30
Gambar 2.10. Efek Aromaterapi Pada Sistem Saraf Otonom ................................. 31
Gambar 2.11. Tahapan Tehnik Memijat Efflurage ................................................. 33
Gambar 2.12. Tahapan Gerakan Petrissage ............................................................ 34
Gambar 2.13. Tahapan Gerakan Tapotement ......................................................... 35
Gambar 2.14. Gerakan Pemijatan Vibration ........................................................... 36
Gambar 2.15. Deskripsi Lavandula angustivolia .................................................... 37
Gambar 2.16. Struktur Linalool, Geraniol, dan Linalil asetat ................................. 41
Gambar 2.17. Deskripsi Daun, Bunga, dan Buah Cananga odorata ...................... 44
Gambar 2.18. Pohon Cananga odorata (Lam) Hook. F & Thoms .......................... 45
Gambar 2.19. Morfologi Tanaman Sereh Wangi .................................................... 50
Gambar 2.20. Struktur Kimia Sitronelol, Sitronelal, dan Trans-Geranil asetat ...... 53
Gambar 2.21. Morfologi Nilam Aceh ..................................................................... 56
Gambar 2.22. Struktur Kimia Utama Penyusun Minyak Nilam ............................. 59
Gambar 2.23. Visual Analog Scale ......................................................................... 65
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................... 66
Gambar 3.2. Rancangan Penelitian ......................................................................... 67
Gambar 3.3. Kerangka Variabel Penelitian ............................................................ 72
Gambar 3.4. Diagram Uji Panel Kesukaan dan Efektifitas Relaksasi Bahan Uji ... 78
Gambar 3.5. Tahapan Penelitian ............................................................................. 83
Gambar 3.6. Skema Alur Penelitian (Kerangka Operasional) ................................ 84
Gambar 4.1. Grafik Tingkat Relaksasi secara Psikologis pada Setiap Waktu
Pengukuran Menurut Kelompok ........................................................ 96
Gambar 4.2. Grafik Perubahan MAP pada Tiap Waktu Pengukuran Menurut
Kelompok ........................................................................................... 104
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Frekuensi Nadi pada Tiap Waktu Pengukuran
Menurut Kelompok............................................................................. 105
Gambar 4.2. Grafik Perubahan Frekuensi Nafas pada Tiap Waktu Pengukuran
Menurut Kelompok............................................................................. 106
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Minyak Lavender ............................................................ 39
Tabel 2.2. Komposisi Minyak Kenanga ............................................................. 46
Tabel 2.3. Komposisi Minyak Sereh Wangi ....................................................... 51
Tabel 2.4. Komposisi Minyak Nilam ................................................................. 57
Tabel 2.5. Perbandingan Kandungan dan Sifat Farmakologi untuk Relaksasi
Minyak Uji dan Minyak Lavender dalam Masing-masing Minyak
Esensial Murni ................................................................................... 60
Tabel 4.1. Perbandingan Campuran Minyak Indonesia untuk Uji Panel ........... 86
Tabel 4.2. Tabel Distribusi Panel Peringkat Uji Kesukaan dan Manfaat
Relaksasi ............................................................................................ 86
Tabel 4.3. Rerata Panel Peringkat Kesukaan dan Manfaat Relaksasi 3 Jenis
Campuran dari Minyak Campuran Minyak Esensial Indonesia ........ 87
Tabel 4.4. Perkiraan Perhitungan Kandungan Utama dalam Campuran Minyak
Esensial Indonesia ............................................................................. 88
Tabel 4.4. Karakteristik Umum Subyek Penelitian ............................................ 89
Tabel 4.6. Karakteristik Perilaku Terhadap Perawatan SPA/Pijat dan Perilaku
Konsumsi Jamu/Obat Tradisional Subyek Penelitian ....................... 90
Tabel 4.7. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Tingkat Relaksasi Secara
Psikologis dan Fisik ........................................................................... 91
Tabel 4.8. Perubahan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (nilai VAS)
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Relaksasi pada Tiap Kelompok .... 92
Tabel 4.9. Perubahan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (nilai VAS) 5 Menit
Sesudah Tes Kejut pada Tiap Kelompok .......................................... 93
Tabel 4.10. Beda Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (selisih rerata nilai
VAS) Berdasarkan Waktu Pengukuran dan Kelompok Perlakuan .. 93
Tabel 4.11. Perbandingan Tingkat Relaksasi secara Psikologis (selisih rerata
nilai VAS) Antara Kelompok Minyak Esensial Indonesia dengan
Kelompok Minyak Lavender ........................................................... 94
Tabel 4.12. Perbandingan Tingkat Relaksasi secara Psikologis (selisih rerata
nilai VAS) Antara Kelompok Minyak Esensial Indonesia dengan
Kontrol ............................................................................................. 95
Tabel 4.13. Perbandingan Tingkat Relaksasi secara Psikologis (selisih rerata
nilai VAS) Antara Kelompok Minyak Lavender dengan Kontrol ... 95
Tabel 4.14. Efktifitas Minyak Esensial terhadap Relaksasi Secara Fisik (MAP,
Frekuensi Nadi, Frekuensi Nafas) Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Relaksasi pada Tiap Kelompok ........................................................ 97
Tabel 4.15. Perubahan Relaksasi Secara Fisik (MAP, Frekuensi Nadi,
Frekuensi Nafas) Sesudah Tes Kejut pada Masing-masing
Kelompok ......................................................................................... 98
Tabel 4.16. Perubahan Relaksasi Secara Fisik (MAP, Frekuensi Nadi, dan
Frekuensi Nafas) 5 menit setelah Tes Kejut pada Masing-masing
Kelompok ......................................................................................... 99
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
xvii
Tabel 4.17. Beda Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Relaksasi secara Fisik
Berdasarkan Waktu Pengukuran dan Kelompok Perlakuan ............ 100
Tabel 4.18. Perbandingan Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak
Esensial Indonesia dengan Kelompok Lavender ............................. 101
Tabel 4.19. Perbandingan Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak
Esensial Indonesia dengan Kontrol .................................................. 102
Tabel 4.20. Perbandingan Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak
Lavender dengan Kontrol ................................................................. 103
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Relaksasi merupakan salah satu strategi coping yang digunakan untuk
menghadapi stress. Strategi coping adalah proses atau upaya yang dilakukan individu
untuk menghadapi dan mengantisipasi situasi dan kondisi yang menekan atau
mengancam baik fisik maupun psikis yang dapat membebani dan melampaui
kemampuan dan ketahanan individu (Hertingjung, 2000). Relaksasi merupakan
tehnik intervensi yang telah terbukti efektif mengatasi berbagai gangguan dan mudah
diaplikasikan dalam berbagai setting, baik secara individual maupun kelompok (Rice,
2000).
Tegang dan rileks merupakan keadaan tubuh yang melibatkan sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Dalam keadaan terancam, takut atau tegang, sistem saraf
simpatis yang mengendalikan. Sistem ini merupakan sistem darurat yang disebut
sebagai fight-or-flight respons system (Jacobs, 2001), dan merupakan keadaan
dimana seseorang akan masuk dalam keadaan stress dengan gejala simpatisnya yang
menonjol yaitu peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah,
pernafasan menjadi lebih cepat dan pendek, peningkatan aktivitas mental dan
ketegangan otot secara dramatis (Rice, 2000)
Stress sudah menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh
dunia, terutama stress yang diakibatkan oleh kerja dan pekerjaan. Data di Eropa
menunjukkan 22% pekerja Eropa mengalami stress dengan keluhan nyeri pada leher,
nyeri otot, dan kelelahan umum (European Foundation for the Improvement of Living
and Working Conditions, 2010). Di Indonesia juga menunjukkan angka stress yang
cukup tinggi, terutama di kalangan pekerja dan kalangan akademisi. Hasil penelitian
oleh Sugijanto (1999) menunjukkan sebesar 51,5% guru merasa stress dan 60%
sampel guru mengatakan bahwa mereka mengalami stress kerja. Sebuah penelitian
lain menunjukkan bahwa sebanyak 30,27% guru mengalami stress kerja berat
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
2
Universitas Indonesia
(Safaria et al, 2011). Selain itu stress juga didapati cukup tinggi di kalangan
mahasiswa keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Jones et al (1997)
menunjukkan angka 50% mahasiswa keperawatan mengalami stress. Penelitian lain
dilakukan oleh kumar et al (2011) yang memperlihatkan sebanyak 38% mahasiswa
keperawatan pada usia 19-25 tahun berada pada level high stress dan 35% nya adalah
wanita, serta sebesar 32% adalah mahasiswa senior. Sebuah survei yang dilakukan di
Amerika ternyata menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengalami stress
dibandingkan pria (28% versus 20%) (American Phsycological Association Survey,
2010). Data di atas menunjukkan bahwa yang paling rentan terkena stress adalah
kalangan pekerja, dan kalangan mahasiswa keperawatan dengan rentang usia antara
19-25 tahun terutama pada mahasiswa keperawatan senior (tingkat 2 dan tingkat 3).
Masalah penyakit yang ditimbulkan oleh stress ini sangatlah kompleks. Di
Eropa sekitar ¼ pegawai terkena ketegangan akibat kerja (13% di Swedia dan 43%
di Yunani) dan stress akibat kerja ini menimbulkan masalah pada kesehatan karena
menimbulkan beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskular, kelainan
muskuloskeletal, masalah di bagian punggung, dan masalah di bagian leher-bahu-
siku-pergelangan tangan yang disebut sebagai repetitive strain Injury, dan
mengakibatkan mereka tidak masuk kerja untuk beberapa waktu (European
Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions, 2010).
Banyak sekali metode yang dapat dikembangkan akhir-akhir ini untuk
memulihkan stress, salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai tehnik dan
metode relaksasi. Lazarus & Folkman menyebutkan bahwa relaksasi ini termasuk
dalam strategi coping yang disebut sebagai problem-focused coping, yaitu suatu
mekanisme coping yang mengarah pada penyelesaian masalah (Rice, 2012).
Salah satu cara mendapatkan pelayanan relaksasi adalah dengan mendatangi
pusat kebugaran (SPA) profesional dan/atau klinik-klinik pemijatan. Alasan utama
seseorang datang ke SPA yaitu untuk mendapatkan relaksasi dan pengendalian stress,
dan ini menempati porsi 88% pengunjung SPA (Global SPA Summit, 2010).
Sedangkan kebugaran yang ingin dicapai dengan perawatan SPA yaitu kebugaran
secara fisik 82%, emosional 53%, mental 48%. Permintaan untuk SPA pada pasar
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
3
Universitas Indonesia
dunia mencapai total pendapatan $ 46,8 juta dan menguasai pasar di Wellness
Industry sekitar 78%. (Global SPA Summit, 2007) dan 94% pengunjung SPA
membutuhkan perawatan yang bersifat meningkatkan kesehatan secara mental dan
emosional (94% dan 91%) (Widjaja, 2011). Sedangkan untuk pengunjung SPA yang
terbanyak adalah wanita, yaitu 90% pengunjungnya adalah wanita dengan pilihan
utama perawatan adalah body treatment (pijat, lulur dan disertai dengan aromaterapi)
(Martha Tilaar SPA, 2011).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aromaterapi sangat berguna untuk
pemeliharaan kesehatan terutama untuk mendapatkan relaksasi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Kristanti (2010) pada orang tua yang sedang mengalami kecemasan di
panti werda dengan menggunakan minyak aromaterapi lavender yang diberikan
secara inhalasi menunjukkan adanya penurunan derajat kecemasan sebesar 60% dan
secara statistik menunjukkan adanya penurunan derajat kecemasan secara bermakna.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dunn et al (1995) menggunakan minyak lavender
dengan perlakuan pijat dan kontrol (terapi pijat saja), dengan lama intervensi 15-30
menit memperlihatkan adanya perbedaan secara klinis aromaterapi dengan lavender
dibandingkan dengan kontrol, dan secara statistik memiliki perbedaan penurunan
bermakna terhadap ansietas.
Tetapi sangat disayangkan aromaterapi yang dilakukan di Indonesia masih
banyak menggunakan bahan-bahan minyak esensial yang berasal dari tanaman luar.
Produksi minyak esensial Indonesia yang diekspor memiliki pangsa pasar yaitu untuk
minyak nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala 72%,
cengkih 63%, jahe 0,4% dan lada 0,5% untuk ekspor dunia dengan negara tujuan
USA, Inggris, Singapura, India, Spanyol, Perancis, Cina, Swiss, Jepang dan beberapa
negara lain, dan sebagian besar dalam bentuk masih minyak esensial yang belum
dimurnikan dan pangsa pasarnya di dunia pun kita hanya mencapai pasar 2,6% (Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2006). Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemanfaatan minyak esensial yang berasal dari tanaman obat Indonesia.
Beberapa minyak esensial yang berasal dari tanaman di Indonesia adalah
minyak kenanga, minyak sereh wangi, dan minyak nilam yang merupakan minyak
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
4
Universitas Indonesia
esensial yang juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan aromaterapi untuk relaksasi.
Fisiologi aromaterapi yang dapat mempengaruhi perilaku dan perasaan sehingga
menyebabkan relaksasi masih merupakan hipotesis dan pendekatan yang mungkin
dapat diterima adalah melalui sistem limbik, dimana efek aroma dari kandungan
minyak esensial mempengaruhi sistem sistem ini melalui jalur olfaktorius (Price,
2007). Beberapa kandungan dari minyak-minyak ini memiliki potensi untuk
menimbulkan efek relaksasi. Kandungan utama yang dimiliki oleh ketiga minyak
tersebut di atas adalah monoterpen alkohol yaitu linalool dan geraniol yang terdapat
pada minyak kenanga dan minyak sereh wangi yang memiliki aktifitas sebagai
analgesik, menenangkan, menyeimbangkan, stimulansia, efek vasodilator dan
hipotensif (Price, 2007, Bowels, 2003). Kandungan monoterpen alkohol yang lain
adalah sitronelol dan dari golongan aldehida yaitu sitronelal yang merupakan turunan
dari alkohol yang terdapat pada minyak sereh wangi memiliki efek farmakologi
sebagai analgetik, antidepresan, tonik dan stimulansia (Mc Guinness, 2006, Price,
2007). Sedangkan kandungan patchoulol yang terdapat pada minyak nilam memiliki
efek farmakologi sebagai stimulansia, dan sedatif (Price, 2007, Bowels, 2003).
Minyak lavender sendiri memiliki kandungan kimia linalool dan linalil asetat yang
memiliki efek sebagai anti depresan, tonik, hipotensif dan analgesik sedang (Price,
2007, Bowels, 2003).
Selain itu dalam aromaterapi diperlukan suatu zat yang memiliki efek yang
dapat berlangsung cukup lama sehingga aroma dari minyak tersebut tidak cepat habis,
maka diperlukan pencampuran 3 minyak yang memiliki kategori daya menguap yang
berbeda, yaitu minyak sereh wangi yang dikategorikan sebagai “top to middle note”,
minyak kenanga dengan kategori “middle to base note” dan minyak nilam dengan
kategori base note (Sharron, 2012).
Pemanfaatan dan penelitian dengan aromaterapi yang berasal dari tanaman
Indonesia masih sangat sedikit dan pada umumnya masih dilakukan oleh peneliti dari
luar. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2010) memperlihatkan penurunan
tekanan darah dan frekuensi nadi dengan menggunakan minyak lavender, chamomile
dan jeruk manis, ketiganya merupakan aromaterapi yang berasal dari tanaman luar.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
5
Universitas Indonesia
Penelitian lain menunjukkan efek relaksasi dari beberapa campuran minyak esensial
setelah pemberian 7 minggu dengan kombinasi minyak lavender, chamomile, mawar,
dan lemon, ini pun hanya mawar yang sudah dibudidayakan di Indonesia (Rho et al,
2006). Efek lain untuk perawatan pasien dengan dimensia menunjukkan adanya
peningkatan kualitas hidup dari pasien dengan menggunakan minyak lavender (Snow
et al, 2004). Untuk penelitian dengan kombinasi dari minyak sereh wangi, nilam dan
kenanga yang merupakan tanaman asli Indonesia masih belum ada. sedangkan secara
empiris, studi preklinis serta beberapa penelitian klinis lingkup kecil menunjukkan
ketiga minyak ini memiliki kandungan yang bisa memberikan efek relaksasi.
Penelitian manfaat minyak esensial sebagai aromaterapi untuk relaksasi yang
dilakukan selama ini selalu menggunakan penilaian secara subyektif selain
menggunakan pengukuran secara obyektif. Penilaian karateristik sikap yang sifatnya
subyektif yang memang sangat sulit dilakukan. Salah satu alat ukur yang mudah
untuk dimengerti dan mudah dalam pelaksanaannya adalah Visual Analog Scale
(VAS). Visual Analog Scale biasa dipakai untuk penilaian tingkat nyeri secara
subyektif tetapi sejauh ini terdapat beberapa penelitian yang menggunakan VAS
sebagai pengukuran sikap subyektif secara psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh
Parker et al (2004) menggunakan VAS untuk mengukur tingkat nafsu makan
terhadap laki-laki dan wanita muda, dibandingkan dengan laki-laki dan wanita lanjut
usia. Parker menggunakan skala VAS antara 0 – 100 mm dan dipakai untuk
mengukur 3 variabel yaitu nafsu makan, keinginan untuk makan dan rasa lapar atau
tidak lapar. Penelitian lain juga dilakukan oleh Whybrow et al (2006) yang
menggunakan VAS elektronik untuk mengukur 7 variabel untuk nafsu makan 10 laki-
laki dan wanita usia antara 20 – 37 tahun dan mengukur 9 variabel penelitian.
Penelitian lain dilakukan oleh Hongratanaworakit (2006) terhadap relaksasi setelah
penggunaan secara transdermal minyak kenanga dengan subyek penelitian 20 laki-
laki dan wanita yang berusia antara 19 – 48 tahun. Skala yang digunakan adalah
dalam mm (millimeter) antara 0 – 100 mm. Pada penelitian tersebut
Hongratanaworakit mengukur 5 variabel penelitian terhadap relaksasi yaitu tingkat
perhatian, kewaspadaan, ketenangan, relaksasi, mood, dan semangat.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
6
Universitas Indonesia
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas maka dalam penelitian ini peneliti
ingin mengetahui efektifitas campuran minyak sereh wangi, minyak kenanga dan
minyak nilam terhadap relakasasi secara psikologis dengan menggunakan alat ukur
Visual Analog Scale (VAS) dan fisik dengan dengan pengukuran tekanan darah,
frekuensi nadi, dan frekuensi nafas. Selanjutnya campuran minyak sereh wangi,
minyak kenanga dan minyak nilam disebut sebagai “campuran minyak esensial
Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Relaksasi merupakan salah satu mekanisme coping yang digunakan untuk
mengatasi stress dan salah satu tehnik relaksasi yang digunakan adalah dengan
aromaterapi dan pemijatan yang dapat dilakukan di SPA atau tempat-tempat
pemijatan.
Tingginya permintaan minyak esensial Indonesia di pasar Internasional tetapi
masih dijual dalam bentuk mentah sedangkan pemanfaatannya untuk aromaterapi
masih belum banyak dimanfaatkan terutama untuk relaksasi.
Kandungan kimia “campuran minyak esensial Indonesia” dari ketiga minyak
secara terpisah memiliki efek relaksasi. Selain itu juga belum ada kombinasi yang
memanfaatkan kombinasi 3 kategori minyak yaitu top note, middle note, dan base
note. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang memanfaatkan 3 jenis minyak
dari 3 kategori minyak esensial sebagai aromaterapi untuk relaksasi, dengan
pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Apakah “campuran minyak esensial Indonesia” yang diberikan secara inhalasi
memiliki efektifitas terhadap relaksasi?
b. Apakah ada perbedaan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia” yang
diberikan secara inlahasi terhadap relaksasi dibandingkan dengan minyak
lavender.
c. Apakah ada perbedaan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia” yang
diberikan secara inhalasi terhadap relaksasi dibandingkan dengan kontrol.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
7
Universitas Indonesia
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia” yang diberikan
secara inhalasi terhadap relaksasi pada wanita sehat yang memiliki resiko
mendapatkan stress dan setelah diprovokasi dengan tes kejut (Startle Test)
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menilai efektifitas pemberian “campuran minyak esensial Indonesia” secara
inhalasi terhadap relaksasi secara psikologis dengan menggunakan alat ukur
Visual Analog Scale (VAS) pada wanita sehat yang memiliki resiko
mendapatkan stress dan setelah diprovokasi dengan tes kejut (Startle Test)
b. Menilai efektifitas pemberian “campuran minyak esensial Indonesia” secara
inhalasi terhadap relaksasi secara fisik dengan menilai perubahan tekanan darah,
frekuensi nadi, dan frekuensi nafas, pada wanita sehat yang memiliki resiko
mendapatkan stress dan setelah diprovokasi dengan tes kejut (Startle Test)
c. Membandingkan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia” dengan
minyak lavender dan kontrol secara inhalasi terhadap relaksasi secara psikologis
berdasarkan alat ukur VAS pada wanita sehat yang memiliki resiko mendapatkan
stress dan setelah diprovokasi dengan tes kejut (Startle Test).
d. Membandingkan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia” dengan
minyak lavender dan kontrol secara inhalasi terhadap relaksasi secara fisik
berdasarkan pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas pada
wanita sehat yang memiliki resiko mendapatkan stress dan setelah diprovokasi
dengan tes kejut (Startle Test).
1.4. Hipotesis
Terdapat efektifitas campuran minyak esensial Indonesia terhadap relaksasi
secara psikologis dan fisik dengan menggunakan alat ukur VAS dan penilaian
terhadap perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
8
Universitas Indonesia
Terdapat perbedaan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia”
terhadap relaksasi secara psikologis dibandingkan dengan minyak lavender dan
kontrol dengan menggunakan alat ukur VAS.
Terdapat perbedaan efektifitas “campuran minyak esensial Indonesia”
terhadap relaksasi secara fisik dengan penilaian perubahan tekanan darah, frekuensi
nadi, dan frekuensi nafas dibandingkan dengan minyak lavender dan kontrol.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Aplikatif
Meningkatkan nilai jual minyak esensial yang berasal dari tanaman asli
Indonesia sehingga dapat digunakan untuk industri SPA dan Wellness Industry.
1.5.2. Manfaat Penelitian
a. Mendapatkan hasil secara klinis efek relaksasi aromaterapi inhalasi “campuran
minyak esensial Indonesia”
b. Memperkaya pembuktian secara ilmiah manfaat minyak esensial yang berasal
dari tanaman asli Indonesia.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
9 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistim Limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju, limbik diartikan sebagai perbatasan. Sistim limbik itu sendiri diartikan
secara keseluruhan sebagai lintasan yang mengatur tingkah laku emosional dan
dorongan motivasional sehingga bagian ini disebut sebagai “seat of emotional”.
Bagian utama dari sistem limbik terdiri dari beberapa bagian yaitu hipotalamus,
amigdala, kortek limbik, dan hipokampus (lihat gambar 2.1.) (Greenberg, 2002).
Hipotalamus, amigdala, dan hipokampus ini berperanan sangat penting dan
berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian otak penting lainnya.
Karena hubungan langsung sistem limbik dengan sistem otonom, maka bila ada
stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh sistem limbik dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan jantung, hipertensi maupun
gangguan saluran cerna (Conn, 2003).
[Sumber : Neurofeedback, 2012]
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Limbik
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
10
Universitas Indonesia
2.1.1. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian ujung depan diensefalon yang terletak paling
depan dari diensefalon dan di bawah talamus mulai dari kiasma optikus sampai ke
lamina terminalis dan komisura anterior. Hipotalamus memiliki berat kurang dari 1%
massa otak (± 4 gram). Hipotalamus mengandung sejumlah nukleus neuron yang
berguna untuk pengaturan sekresi hormon. Hipotalamus memiliki nukleus-nukleus
yang terbagi dalam empat wilayah utama yaitu wilayah mamiliari, wilayah tuberal,
wilayah supraoptik dan wilayah preoptik (Ganong, 2003). Wilayah mamiliari terdiri
dari badan mamiliari dan nukleus hipotalamus posterior, dan terletak pada bagian
paling posterior dari hipotalamus. Wilayah tuberal terdiri dari nukleus dorsomedial,
nukleus ventromedial, dan nukleus arkuata ditambah dengan tangkai infudibulum
yang menghubungkan kelenjar hipofisis dengan hipotalamus (Greenstein, 2000,
Ganong, 2003). Wilayah supraoptik terletak pada kiasma optikus dan terdiri dari
nukleus paraventrikular, nukleus supraoptik, nukleus hipotalamus anterior dan
nukleus suprakiasmatik. Wilayah terakhir yaitu wilayah preoptik yang dianggap
sebagai bagian dari hipotalamus karena partisipasinya dengan hipotalamus dalam
mengatur kegiatan otonom tertentu. Wilayah preoptik mengandung nukleus preoptik
medial dan lateral (Guyton, 2006).
Hipotalamus memegang peranan penting dalam aliran adrenalin, pusat emosi,
mengontrol molekul-molekul yang membuat seseorang merasa marah, atau tidak
senang. Hipotalamus bukan saja mengatur sistem hormon, namun juga sistem saraf
dengan tingkat keahlian yang tinggi. Pengaturan fungi vegetatif dan fungsi endokrin
hipotalamus adalah sebagai berikut : (Ganong, 2003)
2.1.1.1. Mengontrol sistem saraf otonom dan sistem endokrin serta mengatur
beberapa perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi vegetatif untuk
kehidupan yaitu :
a. Peningkatan atau penurunan denyut jantung dan tekanan darah
b. Pengaturan suhu tubuh
c. Pengaturan rasa lapar dan haus
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
11
Universitas Indonesia
d. Sekresi air lewat ginjal (sekresi ADH)
e. Pengaturan kontraksi rahim dan pengeluaran
2.1.1.2. Fungsi Afektif sensoris
a. Pusat-pusat rasa bersalah atau motivasi
b. Pusat-pusat rasa takut, marah, termasuk nyeri dan respon untuk melarikan diri
(flight response)
c. Pusat Dorongan untuk bereproduksi
2.1.1.3. Pengaturan Tidur dan Jaga
a. Hipotalamus dorsal berhubungan dengan Sistem Aktivasi Retikularis (SAR).
b. Hipotalamus lateral anterior menghambat SAR
2.1.1.4. Mengontrol sistem endokrin melalui hormon-hormon yang dihasilkan
hipotalamus kemudian melalui pembuluh darah dihubungkan dengan
kelenjar hipofisis anterior.
Hormon-hormon yang dilepaskan oleh hipotalamus bila ada perangsangan
pada hipotalamus adalah sebagai berikut : (Wyss et al, 2003)
a. CRH (Corticoid Releasing Hormon)
CIH (Corticoid Inhibiting Hormon)
b. TRH (Thyroid Releasing Hormon)
TIH (Thyroid Inhibiting Hormon)
c. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
GnIH (Gonadotropin Inhibiting Hormon)
d. PTRH (Parathyroid Releasing Hormon)
PTIH (Parathyroid Inhibiting Hormon)
e. PRH (Prolaktin Releasing Hormon)
PIH (Prolaktin Inhibiting Hormon)
f. GHRH (Growth Hormon Releasing Hormon)
GHIH (Growth Hormon Inhibitng Hormon)
g. MRH (Melanosit Releasing Hormon)
MIH (Melanosit Inhibitng Hormon)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
12
Universitas Indonesia
2.1.2. Amigdala
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di
bawah koteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.
Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipotalamus begitu
juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari
semua bagian kortek limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis,
dan oksipitalis terutama dari area auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena
hubungan yang multipel ini, amigdala disebut sebagai “Jendela” yang dipakai oleh
sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia. Sebaliknya, amigdala
menjalarkan sinyal-sinyal kembali ke area kortikal, hipokampus, septum, talamus dan
khususnya ke hipotalamus (Ganong, 2003; Wyss et al, 2003).
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan
langsung pada hipotalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali dari
amigdala kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : (Wyss et al, 2003)
a. Peningkatan dan penurunan tekanan arteri
b. Peningkatkan atau penurunkan frekuensi denyut jantung
c. Peningkatkan atau penurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal
d. Defekasi atau miksuria
e. Dilatasi pupil atau terkadamg konstriksi pupil
f. Piloekreksi
g. Sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan
adeno kortikotropin
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, perangsangan
amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni :
a. Pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukan badan
b. Pergerakan melingkar
c. Kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan berbagai macam pergerakan yang
berkaitan dengan penciuman dan makan seperti menjilat, mengunyah, dan
menelan.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
13
Universitas Indonesia
Selain itu, perangsangan pada nukleus amigdala tertentu dapat menimbulkan
pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang sangat, dan rasa takut seperti
pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus. Jadi secara keseluruhan amigdala
merupakan area kesadaran yang bekerja pada tingkat di bawah sadar. Amigdala juga
tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam berhubungan
dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap dapat membuat respon perilaku
seseorang sesuai dengan tiap keadaan (Guyton, 2006; Wyss et al, 2003; Morgane et
al, 2005).
2.1.3. Hipokampus
Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke
dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel lateralis. Hipokampus
merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang
dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan berbeda. Seperti halnya struktur-struktur
limbik lainnya, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu
dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola perilaku, misalnya marah, ketidak
pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan (Wyss et al, 2003; Morgane et al,
2005).
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan
menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus terletak di antara
lobus temporal otak dan bagian medial lobus temporal (bagian yang terletak paling
dekat dengan garis tengah badan) juga berperanan dalam proses penggabungan
ingatan. Jadi fungsi hipokampus secara keseluruhan pada pembelajaran yaitu dapat
menyebabkan timbulnya dorongan untuk mengubah ingatan jangka pendek menjadi
jangka panjang (Wyss et al, 2003; Guyton,2006).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
14
Universitas Indonesia
2.2. Stress dan Mekanisme Stress
2.2.1. Definisi Stress
Teori stress pertama didefinisikan oleh Dr Hans Selye pada tahun 1930-an,
yang mendifinisikan stress sebagai suatu respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang mengalami stres maka akan
terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak
lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, dan inilah yang disebut
sebagai distress (Hans Selye, 1930 dalam Burg, 2009). Menurut Hans Selye stress
bukan selalu merupakan suatu hal yang negatif. Hanya saja bila individu menjadi
terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distress, barulah stress itu merupakan
hal yang merugikan (Karnadi, 1999).
Teori mengenai stress lain datang dari Lazarus dan Folkman yang menyatakan
stress sebagai suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi
tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara fisiologis,
seperti jantung berdebar, gemetar dan pusing serta secara psikologis seperti takut
cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung. Dalam ilmu psiko-fisiologi,
stress diartikan sebagai suatu stimulus yang memperdaya dan menimbulkan
ketegangan sehingga mudah diakomodasi oleh tubuh dan akan muncul dalam bentuk
gangguan kesehatan (Greenberg, 2002)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stress memiliki 2 komponen
yaitu adanya stimulus (kebutuhan atau desakan) dan adanya respon tubuh terhadap
stress tersebut, dan stress tersebut menimbulkan ketegangan secara fisik dan
psikologis.
2.2.2. Fisiologi Stress
2.2.2.1.Respon Fight or Flight
Dalam reaksi yang disebut sebagai fight or flight response, stress merupakan
reaksi tubuh terhadap stressor (stimulus) yang dimulai dengan reaksi awal di
hipotalamus yang memulai reaksi rantai melalui serabut saraf dan reaksi biokimiawi,
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
15
Universitas Indonesia
selanjutnya melalui sistem saraf otonom simpatik menimbulkan berbagai perubahan
di seluruh tubuh (Karnadi, 1999).
Respon fight or flight ini adalah suatu respon yang dapat mengaktifkan sistem
saraf simpatis. Setelah kita menerima stimulus stress dan merekamnya di dalam otak,
maka otak akan segera mengaktifkan sistem saraf yang berasal langsung dari pusat
pengontrolan stress di otak. Hal ini akan menyebabkan sekresi berbagai hormon yaitu
steroid glikogen dan adrenalin. Sekresi hormon-hormon tersebut menyokong dari
reaksi fight or flight response yang merupakan reaksi klasik awal yang harus ada
sebagai respon adanya bahaya. Gejala-gejala dari respon ini dikenal sebagai gejala
awal berupa sensasi geli, berkeringat, kewaspadaan yang tinggi, nadi yang makin
cepat, tekanan darah yang meninggi, dilatasi pupil dan perasaan ketakutan secara
umum, dan semua merupakan gejala awal yang dirasakan segera setelah menerima
suatu stimulus stress (Price, 2007).
Dalam masyarakat modern saat ini, respon fight or flight yang mendasar ini
akan berkali-kali tercetus bukan hanya sebagai respon terhadap resiko fisik akut
jangka pendek tetapi juga terhadap ancaman seperti jaminan kerja, perceraian, dan
masalah keuangan. Gaya hidup modern bertekanan tinggi yang dianut oleh sebagian
besar orang bertanggungjawab atas berbagai situasi yang mengancam, baik kronis
maupun akut, dan umumnya kini diakui bahwa sebagian permasalahan fisik dalam
masyarakat kita memiliki komponen nonfisik dan etiologinya (Price, 2007).
2.2.2.2. Mekanisme Stress dan Efek Stress
Secara fisiologi situasi stress akan mengaktifkan hipotalamus, yang
selanjutnya akan mengaktifkan 2 jalur utama stress, yaitu sistem endokrin (Korteks
adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpastis). (Greenberg, 2002).
Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus menerima stimulus
stress, bagian anterior hipotalamus akan melepaskan Corticotrophin Releasing
Hormone (CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior
untuk mensekresikan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Dengan
disekresikannya hormon ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
16
Universitas Indonesia
zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan hormon glukortikoid yaitu
kortisol. Hormon kortisol memiliki peranan dalam respon fight or flight dengan
meningkatkan glukosa darah dan juga meningkatkan cadangan energi hati dengan
meningkatkan glukoneogenesis yang berasal dari asam amino. Respon ini merupakan
respon yang digunakan sebagai persiapan respon fight terhadap stress. Hormon
kortisol ini juga berperanan dalam proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke
hipotalamus, dan kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat
pengaruh stress terhadap emosi seseorang. Selain itu umpan balik negatif ini akan
merangsang hipotalamus bagian anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic
Releasing Hormone (TRH) dan akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior
untuk melepaskan Thirotropic Hormone (TTH). TTH ini akan menstimuliasi kelenjar
tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin, yang mengakibatkan meningkatnya
sekresi T3 dan T4 dalam darah. Hormon T3 dan T4 ini bersifat inotropik dan
kronotopik positif terhadap kontraktilitas otot jantung, sehingga meningkatkan
cardiac output dan tahanan perifer. Akibat dari perubahan ini adalah peningkatan
tekanan darah dan frekuensi nadi (Guyton 2006, Molina 2010). Selain itu hormon
tiroksin ini menyebabkan perubahan lain yaitu peningkatkan Basal Metabolic Rate
(BMR), peningkatkan asam lemak bebas, peningkatkan glukoneogenesis,
peningkatkan motilitas sistem gastrointestinal, peningkatkan ansietas, dan penurunan
perasaan lelah (Greenberg, 2002; Guyton, 2006). Selain itu juga hipotalamus akan
menginstruksikan langsung kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresi Antidiuretic
Hormon (ADH) atau vasopresin dan oksitosin. Vasopresin ini juga akan
mengakibatkan peningkatan retensi cairan, peningkatan reabsorbsi Na+, dan
vasokonstriksi arteriole sehingga mengakibatkan volume dan tekanan darah juga akan
meningkat (Greenberg, 2002; Guyton, 2006, Molina, 2010). (lihat gambar 2.2.)
Mekanisme kedua dari stress yaitu melalui jalur sistem saraf otonom. Setelah
stimulus stress diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus langsung mengaktifkan
sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi jantung, dilatasi arteri koronaria,
dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan kekuatan otot rangka, melepaskan
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
17
Universitas Indonesia
glukosa melalui hati dan meningkatkan aktivitas mental. Perangsangan saraf simpatis
juga mengakibatkan aktivasi dari medula adrenalis sehingga menyebabkan pelepasan
sejumlah besar epinefrin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk kemudian kedua
hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin
akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1 adrenergik dan memperkuat respon simpatis
untuk meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi (Greenberg, 2002; Molina,
2010). Sedangkan aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya
asetilkolin dari postganglionik n. vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan
berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan
mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas (Guyton, 2006, Molina, 2010). (lihat
gambar 2.2.)
2.3. Tanda dan Gejala Stress
Untuk mendefinisikan stress sangat sulit bagi para profesional disebabkan
gejala yang terjadi sangatlah bersifat subjektif bergantung pada tiap individu.
Beberapa hal bagi sebagian individu sangat menekan, tetapi bagi individu lainnya
tidak menjadi masalah.
Beberapa tanda dan gejala dari stress adalah sebagai berikut : (Klinic
Community Health Centre, 2010)
2.3.1. Gejala Kognitif
a. Masalah ingatan
b. Kesukaran dalam berkonsentrasi
c. Tidak bisa memberikan penilaian
d. Hanya melihat hal-hal yang negatif
e. Pikiran yang terkotak-kotak, dan selalu cemas
f. Kecemasan yang terus menerus
2.3.2. Gejala Secara Emosional
a. Selalu murung
b. Mudah marah
c. Kelihatan gelisah dan tidak bisa relaks
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
18
Universitas Indonesia
d. Perasaan yang berlebihan atau meluap-luap
e. Merasa sendiri dan terisolasi
f. Depresi dan ketidakbahagiaan secara umum
2.3.3. Gejala Fisik
a. Banyak keluhan fisik dan ketegangan otot
b. Diare atau konstipasi
c. Mual, merasa pusing, sering merasa gugup
d. Nyeri dada atau detak jantung yang cepat
e. Kehilangan gairah seks
f. Kadang-kadang merasa demam
g. Nafas yang pendek dan berkeringat
2.3.4. Gejala perubahan kebiasaan
a. Makan makin banyak atau makin sedikit
b. Tidur yang terlalu lama atau bahkan sukar tidur
c. Mengisolasi dirinya terhadap orang lain
d. Menunda-nunda atau menghindari tanggungjawab
e. Menggunakan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk relaksasi
f. Melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan kegelisahan seperti menggigit
kuku dan berjalan terburu-buru.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
19
Universitas Indonesia
Interpretasi Stresor pada
sistem limbik
Aktivasi
Simpatis
Corteks
Hipotalamus
Talamus
Pelepasan Epinefrin
dan Norepinefrin
Hipofisis Anteroir
Aktivasi Korteks
Adrenal zona
fasikulata
Pelepasan
ACTH
Pelepasan
TRH
Pelepasan
Tiroksin
Aktivasi Kelenjar
Tiroid
Pelepasan
TTH
Hipofisis
Posterior
Pelepasan
Vasopressin
(ADH)
Amigdala Hipokampus
Emosi Memori
Pelepasan
CRH
Aktifasi
Medula
Adrenal
1. Inotropik positif
2. Kontraktilitas
Jantung ↑
3. Vasokontriksi
arteriole
Aktifasi
Frekuensi Nadi, dan
Tekanan darah ↑
1. Retensi cairan
2. Me ↑ absorbsi Na+
3. Vasokontriksi arteriole
Tekanan darah ↑Pe ↑ sekresi T3
dan T4
Berikatan dengan
Reseptor β1 dan ɑ1-
adrenegik
Pelepasan
Kortisol
Um
pan
Bal
ik N
egat
if
Inotropik dan
kronotropik positif, ↑
Cardiac Out dan Volume
Darah
Frekuensi Nadi, dan
Tekanan darah ↑
Aktivasi Para
Simpatis
Peningkatan
Frekuensi
Nafas
Pelepasan Asetilkolin
Postganglionik
N. Vagus
Berikatan dengan
reseptor M3 otot polos bronkus
[Sumber : Modifikasi dari Greenberg, 2002]
Gambar 2.2. Mekanisme Stress Dan Jalur Stress pada Sistim Limbik
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
20
Universitas Indonesia
2.4. Mekanisme Refleks Kejut (Startle Reflex) dan Efeknya Terhadap Sistem
Saraf Otonom
Salah satu mekanisme yang bisa digunakan untuk memodulasi stress adalah
Startle Reflex, dimana respon yang dihasilkannya disebut sebagai reaksi terkejut
(Startle Respon). Reaksi terkejut (Startle Respon) adalah salah satu dari ekspresi
emosional dan merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan didapat sejak lahir
(inborn), jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individu. Oleh
karena itu reaksi terkejut ini sama pada setiap orang, (Gold, 2000).
Gerakan kejut adalah suatu gerakan otot yang tiba-tiba dari otot wajah atau
tubuh yang bisa ditimbulkan oleh rangsangan taktil yang kuat, visual atau stimulus
suara yang diberikan secara tiba-tiba. Bentuk dari reaksi ini adalah tertutupnya
kelopak mata, dan kontraksi dari otot wajah, leher, dan rangka, serta peningkatan
detak jantung. Bentuk respon ini merupakan suatu cara pertahanan yang dipakai
untuk persiapan respon flight (menghindar) atau fight (melawan) dari suatu ancaman
(Koch et al, 1997; Ramirez et al, 2005).
Telah disebutkan di atas bahwa startle reponse dapat ditimbulkan dengan
rangsangan taktil, visual atau stimulus suara. Rangsangan yang paling banyak
dipergunakan dalam penelitian adalah perangsangan dengan stimulus suara yang
disebut sebagai Acoustic Startle Reflex (ASR) (Ramirez et al, 2005). Acoustic startle
reflex dapat diperoleh dengan menggunakan stimulus suara dengan intensitas lebih
dari 80 desibel selama beberapa detik. (Davis, 1984 dalam Koch et al, 1997).
Mekanisme perangsangan simpatis pada acoustic startel reflex ini masih
merupakan suatu hipotesis, dan belum bisa sepenuhnya dimengerti (Koch, 1997).
Secara fisiologis jalur utama pendengaran sentral dimulai dari koklea. Sewaktu
stimulus suara sampai ke dalam koklea, impuls akan diinterpretasikan secara kimiawi
dan kemudian dihantarkan ke nervus vertibulokoklearis yang terdapat dalam koklea.
Kemudian impuls dihantarkan ke kaudal dan ventral cohlear nucleus, untuk
selanjutnya impuls akan diteruskan ke lemniskus lateralis dan ke korpus genikulatum
medialis, dan sinyal pendengaran diteruskan ke korteks auditori di lobus temporalis
(lihat gambar 2.9) (Guyton, 2006).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
21
Universitas Indonesia
[Sumber : Guyton 2006]
Gambar 2.3. Lintasan Auditori Sentral Secara Anatomi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
22
Universitas Indonesia
Sedangkan lintasan afferent impuls pendengaran ke korteks serebri dan
pengaruhnya terhadap sistem saraf otonom masih belum bisa sepenuhnya dimengerti.
Mekanisme yang masih mungkin adalah melalui jalur formasio retikularis dengan
Reticuler Activating System. Melalui mekanisme ini sebagian impuls suara yang
berasal dari nervus vestibuloretikularis akan dihantarkan ke Caudal Pontine Reticular
yang berada di formasio retikularis yang terdapat di medula spinalis, dan dari sini
sinyal dari berbagai impuls saraf diolah. Selanjutnya sinyal dari formasio retikularis
ini kemudian dihantarkan kembali ke korteks serebri, dan menyebar ke talamus,
hipotalamus dan sistem limbik. Setelah sinyal diolah di hipotalamus, sinyal akan
diteruskan ke pusat saraf simpatis dan parasimpatis di medula spinalis untuk
mempengaruhi organ yang dilalui oleh sistem saraf ini. Sinyal yang berasal dari
formasio retikularis ini juga akan langsung bisa diteruskan ke sistem pengaturan saraf
otonom di medula oblongata dan mengontrol mekanisme kontrol kardiovaskuler dan
vasomotorik (Greenstein, 2000; Guyton, 2006; Patestas, 2006).
Mekanisme yang mendasari lintasan ASR diungkapkan pertama kali oleh
seorang ilmuwan bernama Davis pada tahun 1982. Hasil penelitian mengungkapkan
kemungkinan jalur saraf yang memediasi respon ini terdapat pada jalur yang
berlokasi di daerah ponto-medulary pada susunan saraf pusat (Frankland, 1989 dalam
Koch, 1998). Dari hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan jalur saraf yang
memediasi Acoustic Startle Reflex terdiri dari saraf auditori, nukleus koklea bagian
ventral, nukleus bagian dorsal dari lemniskus lateralis, nukleus retikularis pontinal
bagian kaudal, interneuron spinalis dan motor neuron spinalis. Kemudian pada tahun
1991 Kandler dan Herbert menemukan bahwa saraf retikularis dari nukleus retikularis
menerima secara langsung input suara dari nukelus yang berbeda dari jalur sistem
auditori pusat termasuk nukelus koklea bagian dorsal dan ventral (Koch et al, 1997).
Secara fisiologis mekanisme ASR dimulai dari adanya rangsangan suara yang
masuk melalui pendengaran akan diterima di koklea. Disini sinyal diolah secara
kimiawi dan ditransformasikan dalam bentuk impuls. Impuls kemudian diteruskan ke
nervus vertibulokoklearis pada koklea kemudian impuls langsung diteruskan ke
nukleus Caudal Pontinal Reticular (PnC) yang merupakan bagian dari traktus
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
23
Universitas Indonesia
vestibulo spinalis pada formasio retikularis. Dari PnC ini impuls langsung diteruskan
ke motor neuron dan diteruskan langsung ke motor enplate yang terdapat pada otot,
dan menimbulkan gerakan refleks kejut yang disebut sebagai startle reflex. Gerakan
refleks ini berupa kontraksi otot pada daerah wajah dan otot rangka. (Koch et al,
1997; Greenstein,2000, Guyton, 2006) (Lihat gambar 2.4.)
Koklea
Medial Geniculate
Caudal Colliculus
Medial Nucleus of
Trapzeoid body
Cortex Auditory, di
lobus temporalis
Caudal Pontine Reticular
nucleus (PnC)
Terdapat dalam jalur Tractus
Vestibulo spinalis
Motor
Neurons
Nervus
Vestibuloko
klearis
Motor End
Plate
Motor Output
Formatio Reticularis
Hipotalamus Talamus
Medula
Spinalis
STARTLE
PATHWAY
CENTRAL
AUDITORY
PATHWAY
Sistim
Limbik
Kontrol
Kardiovaskuler
dan Vasomotorik
di MO
Pengaturan
Saraf Otonom
[Sumber : Modifikasi dari Koch et al, 1997]
Gambar 2.4. Hipotesis Lintasan Reflex Kejut (Startle Pathway) dan hubungannya
dengan Lintasan Auditori Pusat (Central Auditory Pathway).
Efek ASR terhadap perangsangan sistem saraf simpatis pada sistem
kardiovaskular diperlihatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ramirez et al
(2005). Pada penelitian tersebut terlihat adanya perbedaan reaksi kardiovaskuler pada
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
24
Universitas Indonesia
setiap detik stimulus yang diberikan. Stimulus yang diberikan kurang dari 0,25 detik
menimbulkan peningkatan sementara detak jantung untuk kemudian menurun dengan
cepat dan kembali normal setelah 10 detik. Stimulus yang diberikan lebih dari 0,5
detik akan mengakibatkan peningkatan detak jantung yang kedua dan lebih lama yang
mencapai puncak setelah 35 detik dan tidak memiliki reaksi apa-apa setelah
pemberian stimulus yang pertama. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Eder et al (2009) dengan menggunakan stimulus suara 107 desibel menunjukkan
peningkatan tekanan darah terlihat setelah pemberian stimulus pada kurang dari 1
detik dan menurun tajam pada detik ke 3, setelah 5 detik meningkat kembali dan
mencapai puncak pada detik ke 20. Sedangkan untuk frekuensi nafas mengalami
peningkatan setelah pemberian stimulus pada detik ke 5 dan menurun tajam pada
detik ke 10 dan mengalami puncaknya setelah detik ke 20.
Dari data di atas maka untuk perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis
dengan ASR dapat diberikan pada detik ke 20 sampai ke 30 yang memiliki respon
yang stabil untuk pengukuruan secara manual terhadap frekuensi nadi, tekanan darah,
dan frekuensi nafas pada 1 kali pengukuruan.
2.5. Relaksasi Sebagai Mekanisme Penanggulangan Stress
Mekanisme penanggulangan stress disebut juga sebagai mekanisme coping
with stress. Menurut Lazarus dan Folkman coping didefinisikan sebagai upaya
kognitif dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan
eksternal dan/atau internal tertentu yang dinilai berat dan melebihi sumber daya atau
kekuatan seseorang (Lazarus & Folkman (1984) dalam Price, 2007). Berbagai cara
dilakukan oleh setiap manusia untuk mengatasi stress yang terjadi di dalam dirinya
dengan mekanisme coping ini.
Salah satu mekanisme coping terhadap stress adalah tehnik relaksasi, dan
relaksasi ini merupakan mekanisme coping yang termasuk ke dalam problem-focused
coping, yaitu suatu mekanisme coping yang mengarah pada penyelesaian masalah
(Lazarus & Folkman (1984) dalam Price, 2007). Teori lain diungkapkan pada tahun
1960 an oleh seorang ilmuwan bernama Herbert Benson (ilmuwan berasal dari
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
25
Universitas Indonesia
Harvard Medical School) adalah mekanisme yang disebut counter-balancing
terhadap respon stress. Herbert Benson menyatakan bahwa dengan menstimulasi area
lain dari otak dapat mengurangi efek dari stress dan dia memberikan nama dari
respon ini dengan nama “Relaxation Response” atau “Respon Relaksasi”. Beliau
mendifinisikan respon relaksasi ini sebagai suatu mekanisme alamiah yang dapat
digunakan untuk melawan efek dari respon stress fight or flight. Menurut beliau
respon relaksasi merupakan suatu keadaan fisik dengan istirahat yang dalam yang
dapat merubah respon fisik dan emosional terhadap stress.
Ciri-ciri tubuh dalam keadaan relaksasi tersebut adalah metabolime tubuh
menurun; detak jantung berkurang dan otot menjadi relaks; pernafasan menjadi
melambat; tekanan darah juga menjadi turun; kembali pada keadaan yang lebih
tenang (Burg, 2009).
Salah satu metode penanggulangan stress yang dapat menimbulkan respon
relaksasi adalah melalui modulasi fisik dan fikiran dengan cara pelatihan relaksasi
yang progresif, berolahraga, meditasi, membaca buku, mendengarkan musik yang
disenangi, serta dapat dengan dilakukan juga pijat dan aromaterapi (Price, 2007).
2.6. Fisiologi Aromaterapi Inhalasi untuk Relaksasi
Fisiologi aromaterapi inhalasi yang dapat mempengaruhi perilaku dan
perasaan sehingga menyebabkan relaksasi masih merupakan hipotesis. Pendekatan
yang bisa dimengerti adalah melalui sistem limbik yang merupakan pendekatan
secara psikofarmakologi melalui organ penciuman dan direfleksikan oleh sistem
limbik dan menyebabkan efek relaksasi.
Fisiologi aromaterapi pada sistim limbik dimulai dari organ hidung sebagai
organ penghidu. Proses penghidu dimulai dengan proses penerimaan molekul bau
oleh olfactory epithelium, yang merupakan reseptor yang berisi dua puluh juta saraf
pembau. Pada saat minyak aromaterapi dilepaskan ke udara, minyak akan masuk
melalui hidung dan akan mencapai nostril pada dasar hidung. Sebelum molekul
aromaterapi menempel dengan silia sel okfaktorius, odoran tersebut harus dapat larut
dalam mukus yang melapisi silia tersebut. Untuk dapat larut dalam mukus maka
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
26
Universitas Indonesia
minyak aromaterapi tersebut harus bersifat hidrofilik. Struktur kimia dari minyak
esensial ini memiliki sifat bagian yang hidrofilik (polar) sehingga dapat larut pada
mukus. Di bawah mukus pada epitel olfaktorium, reseptor khusus yang disebut
sebagai neuron reseptor olfaktorius mendeteksi adanya bau (Lihat gambar 2.5.).
Neuron ini bisa mendeteksi jutaan bau-bauan yang berbeda. Setiap sel okfaktori
hanya memiliki satu jenis reseptor bau (odorant receptor = OD), dan satu reseptor
hanya mampu mendeteksi jumlah terbatas bahan-bahan berbau, berarti sel-sel
pembau kita sangat terspesialisasi sejumlah kecil bau. Untuk selanjutnya molekul bau
akan berikatan OD. Pengikatan antara OD dengan molekul bau menyebabkan aktivasi
dari protein G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenilsiklase dan mengaktifkan
cAMP. Pengaktifan cAMP membuka kanal Na+ sehingga terjadi influks natrium dan
menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini kemudian
menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditransmisikan ke glomerulus
(lihat pada gambar 2.5.) (Ganong, 2003; Guyton, 2006).
(Sumber : Despopoulos, 2003)
Gambar 2.5. Sistem Transduksi pada Sel Olfaktorius
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
27
Universitas Indonesia
Dari glomerulus ini sinyal aromaterapi akan diteruskan ke sel mitral. Sinyal
pada sel mitral pada bulbus olfaktorius menjalar menuju traktus olfaktorius, dan dari
traktrus olfaktorius sinyal diteruskan ke korteks serebri menuju 2 area, yaitu area
olfaktorius medial dan area olfaktorius lateral. Area olfaktorius lateralis membawa
akson-akson ke area olfaktorius pada korteks serebri, yang disebut sebagai area
periamygdaloidea dan area peripiriformis dan area ini dikenal sebagai area olfaktorius
primer (pusat penghidu pada korteks serebri), pada lobus temporalis bagian inferior
medialis. Aktivasi daerah ini menyebabkan adanya kesadaran terhadap bau tertentu
yang dihirup. Selain itu area olfaktorius lateralis ini akan membawa informasi ke
sistim limbik dan hipokampus. Sedangkan area olfaktorius medial terdiri atas
sekumpulan nukleus yang terletak pada anterior dari hipotalamus. Nukleus pada area
ini merupakan nukleus septal yang kemudian berproyeksi ke hipotalamus dan sistem
limbik (lihat gambar 2.6. dan 2.7.) (Guyton, 2006).
[Sumber : Guyton, 2006]
Gambar 2.6. Penjalaran Sinyal Neural Aromaterapi pada sistem Olfaktorius
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
28
Universitas Indonesia
Pada sistim limbik sinyal bau akan dihantarkan ke hipotalamus, amigdala dan
hipokampus (lihat gambar 2.8.). Melalui perangsangan hipotalamus akan
mengaktifkan sistem endokrin dan sistem saraf otonom, dari hipotalamus sinyal akan
dihantarkan ke amigdala yang akan mempengaruhi perilaku, suasana hati, emosi, dan
senang yang dikategorikan sebagai relaksasi secara psikologis. Apabila sinyal sampai
di hipokampus maka bau-bauan akan diingat sebagai suatu yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan tergantung dari pengalaman sebelumnya terhadap bau-baun
tersebut. Semua sinyal akan dihantarkan kembali ke hipotalamus sebagai jembatan
dari semua sensor di otak untuk mengontrol segala sesuatu yang berhubungan dengan
sistem saraf otonom dan sistem endokrin (Conn et al, 2003).
[Sumber : Betharani et al, 2007]
Gambar 2.7. Mekanisme Aromaterapi Memasuki Tubuh Secara Inhalasi dan
Transmisi Sinyal Kimia ke Susunan Saraf Pusat
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
29
Universitas Indonesia
[Sumber : Despopoulus, 2003]
Gambar 2.8. Sistem Hantaran Sinyal dari Bulbus Olfaktorius pada Sistem Limbik
Hasil akhir efek aromaterapi secara psikologis adalah modulasi pada sistem
saraf baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi yang efeknya berupa respon
relaksasi yaitu menenangkan (calming), menyeimbangkan (balancing) atau efek
stimulasi (stimulating). (Cook, 2008).
Terhadap susunan saraf otonom aromaterapi juga akan mempengaruhi sistim
saraf simpatis (sistem torakolumbal) dan sistem saraf parasimpatis (sistem
kraniosakral). Pengaturan untuk sistem saraf simpatis terdapat pada persarafan mulai
dari medula spinalis torakal sampai ke lumbal (Greenstein, 2000; Patestas, 2006).
Efek yang dihasilkan pengaturan sistem saraf parasimpatis di daerah medula
oblongata dan medula spinalis sakralis. Pusat pengaturan di medula oblongata
mempengaruhi organ-organ jantung, bronkhus, dan sistem pencernaan. Sedangkan
pusat pada sakrum mempengaruhi organ rektum, kandung kemih, uterus, dan organ
seks dan reproduksi (Greenstein, 2000; Patestas, 2006). Efek yang dihasilkan dari
modulasi aromaterapi pada sistem saraf otonom yaitu penurunan efek dari simpatis
dan penguatan efek dari parasimpatis yang menimbulkan efek relaksasi secara fisik
berupa penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi, (Chang et al, 2007). Efek yang
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
30
Universitas Indonesia
dihasilkan akibat modulasi oleh aromaterapi pada sistem saraf otonom dapat dilihat
pada gambar 2.10.
(Sumber : Cook, 2008)
Gambar 2.9. Sistem Saraf yang Bisa Dipengaruhi oleh Minyak Aromaterapi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
31
Universitas Indonesia
Midriasis Miosis
Sekresi
Saliva
Inhibisi
Sekresi Saliva
Menurunkan
Frekwensi
Jantung
Meningkatakan
Frekwensi
Jantung
Kontstriksi
Bronkus
Dilatasi
Bronkus
Meningkatkan
Peristaltik dan
Sekresi
Menstimulasi
pelepasan
empedu
Kontraksi
Kandung
kemih
Menurunkan
Peristaltik dan
Sekresi
Meningkatkan
Glikolisis
Menginhibisi
Kontraksi Kandung
kemih
Skresi
Adrenalin dan
noradrenalin
[Sumber : Patestas, 2006]
Gambar 2.10. Efek Modulasi Aromaterapi Pada Sistem Saraf Otonom
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
32
Universitas Indonesia
2.7. Fisiologi dan Teknik Pemijatan (Massage)
Pemijatan merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling
bermanfaat dalam perawatan fisik (badan). Pemijatan biasa dilakukan sebagai salah
satu cara untuk merelaksasi otot-otot tubuh yang mengalami ketegangan. Pemijatan
selalu dilakukan di SPA dan biasanya dilakukan sebagai satu bagian dari perawatan
SPA untuk merelaksasi tubuh. Cara pemanfaatan pijat di SPA dilakukan dengan
menggunakan minyak aromaterapi yang dicampur dengan minyak pijatnya atau juga
pemijatan dengan minyak pijat saja dan ditambah dengan menghirup aroma yang
berasal dari minyak esensial yang diberikan dengan cara inhalasi menggunakan
diffuser atau dihirup secara langsung. Dengan demikian pemberian aromaterapi selalu
menjadi salah satu bagian dan tidak dapat dipisahkan dari suatu ritual pemijatan
dalam terapi-terapi yang dialukan di perawatan SPA di Indonesia (Jumarini, 2009).
Pengertian pemijatan adalah suatu tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna mengurangi nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Pengetahuan akan struktur tubuh dan
fungsinya adalah hal yang penting dikuasai oleh seorang terapis untuk mendapatkan
hasil yang efektif dan dapat menjelaskannya kepada klien kita (Rosser, 2004; Wang
et al, 2010).
Terdapat 4 dasar gerakan pemijatan yang umum dilakukan yang dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan merelaksasi yaitu :
2.7.1. Gerakan Effleurage
Tehnik memijat dengan tenang berirama, bertekanan lembut ke arah distal.
Tehnik ini dilakukan dengan cara melakukan pemijatan dengan tekanan sambil
didorong dengan cara mengusap, posisi telapak tangan tetap (tidak diangkat), ujung-
ujung jari bergerak dengan lembut. Tehnik ini dilakukan di awal pemijatan untuk
melemaskan otot-otot. Gerakan pemijatan ini bertujuan untuk meningkatkan aliran
darah karena tekanan yang dalam akan mendorong darah dalam vena ke bagian distal,
sehingga aliran darah vena menjadi lancar sampai ke pembuluh kapiler sehingga
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
33
Universitas Indonesia
dapat meningkat peredaran darah arteri, oksigen di jaringan dan transport nutrisi
menjadi lebih cepat (lihat gambar 2.11.) (Rosser, 2004; Ekowati et al, 2009).
[Sumber : Rosser, 2004]
Gambar 2.11. Tahapan Tehnik Memijat Effleurage (a) Effleurage (b) Stroking
2.7.2. Gerakan Petrissage
Gerakan yang menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk menjepit
beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan yang dilakukan secara
ringan dan berirama. Fulling adalah suatu bentuk petrissage yang kebanyakan dipakai
untuk memijat lengan. Dengan jari kedua belah tangan, lengan dipegang dan satu
gerakan memijat dilakukan pada otot. Manfaat gerakan ini adalah untuk
memperlancar penghantaran zat-zat yang penting dalam jaringan ke dalam pembuluh-
pembuluh darah dan getah bening, kemudian darah dan getah bening mengantarkan
sari makanan ke jaringan dan membawa ampas pertukaran zat dari jaringan ke alat-
alat pembuangan (lihat gambar 2.12) (Rosser, 2004).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
34
Universitas Indonesia
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
[Sumber : Rosser, 2004]
Gambar 2.12. Tahapan Gerakan Petrissage (a), Meremas, (b) Memeras, (c)
Picking up, (d) Skin Rolling, (e) Muscle Rolling, (f) Friction
2.7.3. Gerakan Tapotage (Tapotement)
Gerakan pijat dengan melakukan ketukan yang berturut-turut dan cepat, yang
dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari. Ketukan dilakukan untuk
mengembalikan tonus otot-otot yang kendur dan pula untuk merangsang ujung urat
saraf. Gerakan mencincang adalah gerakan menepuk yang dilakukan dengan
menggunakan bagian samping luar kedua tangan, yang ditepukkan pada kulit secara
berturut-turut dan berganti-ganti untuk pemijatan bagian punggung, bahu dan lengan
(lihat gambar 2.13.) (Rosser, 2004).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
35
Universitas Indonesia
(a) (b)
(c)(d)
[Sumber : Rosser, 2004; Kusantati 2008]
Gambar 2.13. Tahapan Gerakan Tapotement (a) Hacking (b) Cupping (c)
Beating (d) Pounding
2.7.4. Gerakan Vibration (Shaking Movement)/Menggetarkan
Gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan urat saraf dan dapat
menghilangkan kerut pada wajah. Gerakan pijat dilakukan dengan ujung-ujung jari
tangan, getarannya ringan dan lembut dengan gerakan yang lebih berat. Penerapan di
kepala bagian samping dengan arah ke atas, bagian depan dan belakang/tengkuk
(batas pertumbuhan rambut dan belakang) juga ke atas. Gerakan ini berguna untuk
meningkatkan absorbsi dari cairan di jaringan lunak, menenangkan saraf-saraf
superfisialis yang dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan relaksasi, dan bila
dilakukan disepanjang usus besar dapat menyebabkan flatus (lihat gambar 2.14.)
(Rosser, 2004).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
36
Universitas Indonesia
(Sumber : Rosser, 2004)
Gambar 2.14. Gerakan Pemijatan Vibration
Semua gerakan di atas adalah gerakan dasar dalam pemijatan dan bisa
dikombinasikan untuk mendapatkan efek sesuai dengan manfaat yang diinginkan.
2.8. Minyak Lavender
Minyak lavender merupakan minyak yang merupakan hasil ekstraksi dengan
destilasi uap bunga dari tanaman Lavandula agustifolia P. Miller (suku Lamiaceae).
Memang ada satu spesies lain yang masih dalam satu famili yang bisa menghasilkan
minyak lavender yaitu Lavandula latifolia Medicus, tetapi yang paling sering dipakai
dan sudah banyak dipakai sebagai aromaterapi adalah dari tanaman Lavandula
agustifolia P. Miller.
2.8.1. Deskripsi Tanaman
Lavandula angustifolia merupakan tanaman dengan tinggi 1 – 2 m dan
perawakannya seperti rumput dan sering disebut sebagai rumput raksasa. Susunan
bunganya mengumpul di tengah dengan jumlah 6-8 bunga pada setiap
gerombolannya. Bunga berwarna ungu kecil-kecil dengan panjang 2-8 cm dengan
kebiruan di ujung daun dan mengeluarkan aroma wangi. Daunnya berukuran 2-6 cm
dan lebar 4-6 mm, bertulang sejajar, tangkai daunnya pendek dan berwarna hijau dan
tumbuh di ujung batang bunga. Batangnya berwarna coklat abu-abu atau coklat gelap
dengan kulit kayunya mempunyai pola memanjang sesuai dengan batang kayunya
(lihat gambar 2.15.) (WHO monographs, 2007).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
37
Universitas Indonesia
Tanaman ini tumbuh liar di Indonesia, hanya membutuhkan sedikit air, tetapi
tidak tumbuh baik di tanah yang selalu lembab. Tanaman ini sering dipakai sebagai
tanaman hias. Asal tumbuhan ini dari wilayah Laut Tengah, Afrika Timur sampai
dengan India, dan sejak kapan jenis ini dimasukkan ke Indonesia belum ada data jelas
(WHO Monographs, 2007). Tanaman lavender tumbuh baik di ketinggian 600 –
1350 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin baik
kualitas minyak yang dihasilkannya. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan secara
vegetatif melalui setek batang dan secara generatif menggunakan biji. Tetapi biasanya
perbanyakan menggunakan biji-biji yang tua dan sehat yang disemaikan dan bila
sudah menjadi benih dapat tumbuh atau dipindahkan ke polybag.
[Sumber : http://ca.wikibooks.org/wiki/Gpm/Lavandula_angustifolia]
Gambar 2.15. Deskripsi Lavandula angustifolia
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
38
Universitas Indonesia
2.8.2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Lavandula angustifolia adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Subregnum : Viridaeplantae
Infraregnum : Streptophyta
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina
Infradivisio : Angiospermae
Classis : Magnoliopsida
Superordo : Asteranae
Ordo : Lamiales
Familia : lamiaceae
Genus : Lavandula L.
Species : Lavandula angustifolia Mill
Nama : Peter Pan, Ashdown Forest, Princess Blue, Engglish lavender
(ITIS, 2012)
Familia lamiaceae ini merupakan familia yang sama dengan beberapa spesies
tanaman penghasil minyak atsiri lainnya yaitu basil, rosemary, sage, marjoram,
oregano, dan thyme (Chu et al, 2001).
2.8.3. Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari Lavandula angustifolia ini sangatlah bervariasi
tergantung dari musim dan maturasi dari tanaman tersebut sewaktu dipanen. Selain
itu cara ekstraksi juga sangatlah berpengaruh terhadap konsentrasi zat yang terdapat
dalam minyak atisirinya (Chu et al, 2001). Tetapi dengan metode destilasi uap
minyak atsirinya dapat mengandung alfa-terpineol, linalool dan linalil asetat dalam
konsentrasi yang paling tinggi dibandingkan dengan metode destilasi air superfisial
(Chu et al, 2001).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
39
Universitas Indonesia
Nama minyak atsiri dari Lavandula angustifolia adalah minyak lavender dan
biasanya diperoleh dengan ekstraksi dari bunga segar dan/atau dari kumpulan bunga
pada tangkainya dengan menggunakan metode destilasi uap. Kandungan minyak
atsiri yang didapat dengan metode ini adalah 1-3% (WHO monograph, 2007;
Gruenwald et al, 2009).
Kandungan utama penyusun minyak lavender adalah linalool 26 – 49%
(PRice, 2000) , 25 – 38% (Bowels, 2003) dan linalil asetat 36 – 53% (Price, 2007), 25
– 45% (Bowels, 2003). Kandungan lengkap dari minyak lavender dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi Minyak Lavender
[Sumber : PRice, 2000]
Keluarga Komposisi Jumlah
Hidrokarbon 1 Monoterpena 4 – 5%
- ɑ-pinena 0,02 - 1,1%
- Cis-ocimena 1,3 – 10,9%
- trans-β-ocimena 0,8 - 5,8%
- Limonena 0,2 - 7%
- cis-β-limona 1,3 - 10,0%
- β-pinena 0,1 - 0,2%
- Camphena 0'1 - 0,3%
- δ-3-carena 0,5%
- Allo-ocimena < 1%
2 Seskuiterpena
- β-cariopillena 2,6 - 7,6%
- β-farnesena 1%
Alkohol 1 Monoterpenol
- Linalool 26 - 49%
- Terpinen-4-ol 0,03 - 6,4%
- α-terpineol 0,1 - 1,4%
- Borneol 0,8 - 1,4%
- Geraniol 1%
- Lavandulol 0,5 - 1,5%
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
40
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Keluarga Komposisi Jumlah
Aldehida (2%) 1 Monoterpenal - Mirtenal 0,1% - Neral dan geranial 0,4%
2 Aromatik - Kuminal 0,4% - Benzaldehida 0,2%
Esters (40 - 55%) 1 Monoterpenil 36 - 53%
- Linalil asetat 36 - 53%
- lavandulil asetat 0,2 - 5,9%
- Terpenil asetat 0,5%
- Geranil asetat 0,5%
Oksida 1 Monoterpenoid
- 1,8-sineol 0,5 - 2,5%
- linalool oksida tidak terlacak
2 Seskuiterpenoid
- Kariofilena oksida tidak terlacak
Keton 1 Monoterpenon
- Kamfor < 1%
2 Lain –lain
- Oktanon 0,5 - 3%
Lakton, kaumarin (0,3%) - Unsur-renik herniarin tidak terlacak
- Unsur-renik butanolid tidak terlacak
- Koumarin 0,04%
- Umbelliferon tidak terlacak
- Santonin tidak terlacak
Kandungan terbesar dari minyak lavender ini adalah linalool dan linalil asetat.
Linalool memiliki struktur monoterpenol yang merupakan struktur alkohol dengan
cirinya memiliki rantai hidroksil (–OH) yang berikatan dengan struktur terpen.
Struktur alkohol ini sangat baik sebagai tonik untuk sistem saraf dan dapat
menstimulasi respon imunitas tubuh (Pengelly, 2003). Dengan struktur alkohol ini
minyak atsirinya memiliki sifat kurang menguap dibandingkan dengan grup
monoterpen dan menempati posisi dalam kategori minyak atisiri di top note to middle
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
41
Universitas Indonesia
note (Bowels,2003 ; Price, 2007). Susunan kimia lainnya yang termasuk dalam grup
alkohol adalah geraniol. Sifat kerja dari grup alkohol ini adalah sebagai antiseptik
(bakterisid, antivirus, dan stimulansia). Sifat lain dati grup alkohol ini tidaklah
bersifat toksik dan tidak menyebabkan iritasi (PRice, 2000).
Kandungan terbesar lainnya adalah linalil asetat yang digolongkan ke dalam
grup fungsi ester. Grup ester ini dibentuk dari gabungan antara asam organik dengan
alkohol dengan reaksi sebagai berikut : (Bowels, 2003)
Asam organik + Alkohol = Ester + air
Linalool + Asam asetat = linalil asetat
Sifat dari ester organik ini adalah dapat larut dalam air karena memiliki ikatan
polar tetapi tidak terlalu larut. Hal ini disebabkan karena struktur yang seharusnya
polar dinetralkan oleh struktur lain 2 ikatan karbon yang non polar yang merupakan
bagian yang tebesar (Bowels, 2003 ; Pengelly, 2003). Daya menguap dari struktur ini
hampir sama dengan grup fungsi pada alkohol karena memang merupakan ekuivalen
dari alkohol (Bowels, 2003). Karena struktur dari linalil asetat ini merupakan asam
organik maka sangat mudah dimetabolisme oleh tubuh dan bisa dieskresikan melalui
urine. Karena strukturnya merupakan gabungan molekul dari terpenoid, ester dan
asam, maka potensial dapat menyebabkan reaksi sensitisasi pada kulit dan dapat
membuat kulit lebih kering pada penggunaan yang relatif cukup lama (Bowels, 2003).
[Sumber : Bowels,2003]
Gambar 2.16. Struktur Linalool (a), Geraniol (b), dan Linalil asetat (c)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
42
Universitas Indonesia
2.8.4. Efek Farmakologi Untuk Relaksasi
Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan efek relaksasi
dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan linalil asetat serta sedikit
dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakologi dalam menimbulkan
relaksasi secara fisik dan psikologis dari minyak lavender ini cukup lengkap.
Berikut ini efek farmakologi untuk relaksasi yang bisa ditimbulkan oleh
minyak lavender :
a. Memiliki sifat analgesik (Price, 2007; Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Jane,
2003; de Sousa, 2011; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010)
b. Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontraktilitas otot lurik) (Price, 2007;
Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Balchin et al, 1999)
c. Menyeimbangkan sistem saraf tepi (Price, 2007)
d. Memiliki sifat menenangkan (Price, 2007; Bowels, 2003, Cook, 2008; Jane,
2003)
e. Memiliki efek sedatif (PRice, 2000; Bowels, 2003; Cook, 2008; McGuinness,
2007; Jane, 2003; Chu et al, 2001)
f. Hipotensif (PRice, 2000; McGuinness, 2007)
g. Menurunkan frekuensi jantung (Price, 2007)
h. Antidepresan (Rich, 1994; Cook, 2008; Jane, 2003; Conrad et al, 2012)
i. Antiansietas (Cooke, 2000; Kristanti, 2010; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010;
Conrad et al, 2012)
j. Antiinsomnia (Chien et al, 2012)
k. Meningkatkan daya konsentrasi (Price, 2007)
Secara farmakologis minyak lavender memang memiliki efek terapeutik yang
cukup luas dalam mempengaruhi sistem saraf simpatis, parasimpatis dan sistim
limbik.
2.8.5. Toksisitas dan Kontraindikasi
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan minyak lavender
secara inhalasi yaitu reaksi sensitisasi, yang dikaitkan dengan kandungan dari
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
43
Universitas Indonesia
monoterpenolnya yaitu linalool. Tetapi dari beberapa laporan reaksi ini sangat sedikit
terjadi karena kandungan kimianya yaitu linalool sangat kecil untuk menimbulkan
reaksi sensitiasasi (Gruenwald, 2000). Reaksi sensistisasi terjadi jika menggunakan
minyak lavender dengan tingkat kemurnian > 97% (98.6%) untuk kandungan linalool
nya. (Price, 2007)
Dosis untuk LD50 (oral) dari Lavandula angustifolia adalah 3.8 g/kg BB (pada
tikus), dan dosis letal (oral) minyak esensialnya pada anak-anak dengan berat ≤ 15 kg
adalah 83 mL, pada dewasa dengan berat badan 70 kg adalah 389 mL (Price, 2007).
Berdasarkan kriteria Occupational Safety and Health Administration (OSHA) LD50
minyak Lavender ini tidaklah toksik (5 – 15 g tidak toksik) (Price, 2007).
2.9. Minyak Kenanga
Minyak Kenanga merupakan minyak yang merupakan hasil ekstraksi dengan
destilasi uap bunga dari tanaman Cananga odorata (Lam.) Hook. F & Thoms (suku
Annonaceae) dan sering disebut juga sebagai minyak ylang-ylang. Tanaman ini
merupakan tanaman asli Indonesia-Malaysia dan sudah menyebar sampai ke daerah
Polinesia, Mikronesia, serta Eropa sampai ke kepulauan pasifik (seperti Samoa)
(Manner et al, 2006).
2.9.1. Deskripsi Tanaman (Manner et al, 2006)
Cananga odorata memiliki ciri-ciri tanaman yang memiliki tinggi 10 – 40
meter dan memiliki rata-rata tinggi 30 meter. Pohonnya biasanya memiliki dahan
yang menjuntai, dan memiliki daun yang lebat dengan juntain mencapai 3 – 6 m.
Tetapi terdapat batang utama yang selalu membengkok pada sudut tertentu. Kulit
kayu dari batangnya sangatlah halus, dengan warna putih keabu-abuan sampai seperti
perak (lihat gambar 2.18.)
Bunga dari tanaman ini berbentuk “bintang” majemuk menggarpu, pendek,
menggantung dan berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi kuning setelah
masak. Bunga itu muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon, dengan
susunan yang khas. Mahkota bunga umumnya berjumlah 6, namun terkadang
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
44
Universitas Indonesia
berjumlah 8 atau 9, berdaging yang terlepas satu sama lainnya, dan tersusun dalam 2
lingkaran yang masing-masing biasanya berjumlah 3. Benang sarinya banyak, dan
ruang tempat sari berhubungan terdapat di ujung tangkai sari, berbentuk memanjang
dan tertutup, berwarna cokelat muda. Jumlah bakal buah sekitar 7-15. Kepala putik
berbentuk tombol (lihat gambar 2.17.b).
Daun berwarna hijau tua dengan bentuk lonjong , tersusun berselang-seling
dengan ukuran helai daun mencapai 8 – 20 cm x 5 – 10 cm, dan petiol yang
berukuran ± 1,3 cm. Bagian tepi daun berbentuk keriting atau berombak dan bagian
pangkal daun berbentuk membulat (lihat gambar 2.17.a)
Buah Cananga odorata berwarna kehitaman, dengan diameter 1,5 – 2,5 cm,
dan tersusun dari 6 – 12 buah tiap tangkainya, dengan daging buah yang tebal, dan
memiliki 6 – 12 biji yang kecil dan berwarna coklat muda. Sedangkan bijinya
berwarna coklat muda, berukuran kecil dengan diameter 6 – 7 mm x 4 – 5 mm,
berbentuk pipih dengan permukaan biji yang keras (lihat gambar 2.17.c)
(a) (b) (c) [Sumber : Manner et al, 2006]
Gambar 2.17. Deskripsi Daun (a); Bunga (b); dan Buah (c) Canganga
odorata
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
45
Universitas Indonesia
(Sumber : http://www.plantamed.com.br )
Gambar 2.18. Pohon Cananga odorata (Lam.) Hook. F & Thoms
2.9.2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Canganga odorata adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Subregnum : Viridaeplantae
Infraregnum : Streptophyta
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina (Spermatophyta)
Infradivisio : Angiospermae
Classis : Magnoliopsida
Superordo : Magnolianae
Ordo : Magnoliales
Familia : Annonaceae
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
46
Universitas Indonesia
Genus : Cananga (DC.) Hook. F & Thomson
Species : Cananga odorata (DC.) Hook.f. & Thomson
Nama umum : Peter Pan, Ashdown Forest, Princess Blue
(ITIS, 2012)
2.9.3. Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari minyak kenanga tergantung dari daerah asal dan cara
penanaman dan sangat bervariasi. Minyak atsiri dari bunga kenanga diambil dengan
cara penyulingan bunga segar yang sudah dikeringkan dengan destilasi uap dengan
kandungan minyak atsirinya 1 – 2 % (Orwa et al, 2009), varian lain bunga Cananga
odorata yang berasal dari Bogor mengandung minyak atsiri 1,34% (Susilawati et al,
2007). Kandungan lengkap minyak kenanga yang berasal dari bunga Cananga
odorata dapat dilihat pada tabel 2.2..
Tabel 2.2. Komposisi Minyak Kenanga
[Sumber : PRice, 2000]
Keluarga Komposisi Jumlah
Hidrokarbon 1 Monoterpena
- ɑ-pinena tak terlacak
- β-pinena tak terlacak
2 Seskuiterpena
- ɑ-farnesena, γ-kardinena 6,5-17,4%
- β-karofilena 15 - 22%
- germacrena D 15 - 25%
- δ-Kadianena 2 - 4,7%
- α-humulena 0,9 - 2,5%
Alkohol 1 Monoterpenol
- Linalool 11,6 – 30%
- Geraniol dan nerol tak terlacak
2 Seskuiterpenol
- Farnesol tak terlacak
3 Aromatik
- Benzil alkohol tak terlacak
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
47
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. (lanjutan)
Keluarga Komposisi Jumlah
Phenols
Eugenol, isoeugenol tak terlacak
Fenil Metil Eter - p-cresil metal eter 15% - metil eugenol tak terlacak - safrol, isosafrol tak terlacak
Ester (15%)
1 Monoterpenil
- Geranil asetat 5 - 10%
2 Seskuiterpenil
- farnesil asetat 1 - 7%
3 Aromatik
- Metil anthranilat tak terlacak
- Metil salisilat 1 - 10%
- benzil benzoate 5 - 12 %
- Metil benzoate 1 - 5,5%
- p-cresil asetat tak terlacak
Kandungan minyak kenanga ini hampir sama dengan minyak lavender dimana
kandungan linalool, yang merupakan golongan dari alkohol memiliki konsentrasi
yang cukup besar di dalam minyak atsirinya. Dengan adanya kandungan linalool ini
maka minyak kenanga memiliki sifat sedatif dan analgesik (Bowels, 2003) seperti
yang dimiliki oleh minyak lavender. Kandungan lainnya yang cukup besar adalah
kandungan seskuiterpennya. Kandungan ini secara kimiawi memiliki efek
meningkatkan tidur yang dalam, dan meningkatkan mood atau keinginan (suasana
hati) (Bowels, 2003).
Dengan kandungan kandungan monoterpenol yang tidak setinggi pada
lavender maka minyak ini masuk ke dalam kategori middle note to base note.
(Bowels, 2003).
2.9.4. Efek Farmakologi untuk Relaksasi
Efek Farmakologi yang mempengaruhi fungsi tubuh untuk relaksasi dari
minyak kenanga ini yaitu sebagai analgesik, sedatif, dan relaksan pada pembuluh
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
48
Universitas Indonesia
darah aorta yang memiliki efek hipotensif. (McGuinness, 2007). Berikut efek
farmakologi yang ditimbulkan oleh minyak kenanga adalah sebagai berikut :
a. Efek Analgesik (McGuinness, 2007; Bowels, 2003)
b. Antidepresan (McGuinness, 2007)
c. Antiansietas (Butje et al, 2008)
d. Stimulansia untuk sistem sirkulasi (Mc Guinness, 2006)
e. Sedatif (McGuinness, 2007; Bowels, 2003; Price, 2007)
f. Hipotensif (McGuinness, 2007; Cook, 2008; Hongratanaworakit et al, 2006;
Price, 2007)
g. Meningkatkan mood (suasana hati) (Rich, 1994)
h. Memberikan efek menenangkan saraf (untuk gangguan bipolar) (Jane, 2003)
i. Menurunkan frekuensi nadi (Cook, 2008)
j. Meningkatkan kewaspadaan (Alertness) dan perhatian (Cook, 2008;
Hongratanaworakit et al, 2006; Limberger, 2001)
k. Antispasmodik (Price, 2007)
2.9.5. Toksisitas dan Kontraindikasi
Data toksisitas untuk kandungan linalool dapat dilihat pada data toksisitas
pada minyak Lavender (Bab 2.7.5.). Dosis (oral) untuk LD50 dari Cananga odorata
yaitu 5 g/kg BB (pada tikus), dosis letal (oral) minyak esensialnya pada anak 83 mL,
dan pada dewasa 389 mL. Berdasarkan kriteria dari OSHA maka minyak kenanga ini
tidaklah beresiko toksik (Price, 2007, MSDS 1365).
Untuk pemakaiannya tidak terdapat kontraindikasi yang diketahui pada
penggunaan aromaterapi bila sesuai dengan aturan yang diperbolehkan. Reaksi
sensitisasi terjadi bila penggunaan dengan kosmetik, oleh karena itu tidak
diperbolehkan dipergunakan dalam kosmetik. Reaksi sensitisasi tidak terjadi pada
pengenceran 10% pada manusia (Price, 2007).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
49
Universitas Indonesia
2.10. Minyak Sereh Wangi
Minyak Sereh Wangi yang sering juga disebut sebagai citronella oil,
merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi uap dari daun dan batang
tanaman Cymbopogon nardus Rendle. Tanaman ini merupakan tanaman asli
Indonesia dan dibudidayakan atau dapat tumbuh liar di pekarangan, tegalan dan sela-
sela tumbuhan. Tanaman ini memang berasal dari selatan India atau Srilanka, dan
sekarang sudah banyak tumbuh di Asia Tropika, Amerika dan Afrika (Fatimah,
2012).
Tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang merupakan tanaman
perkebunan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 511 tahun 2006. Tanaman
ini dari dulu dipercaya dapat dijadikan obat dan dapat menjaga kebugaran. Ada 2
jenis varietas dari sereh wangi ini yaitu varietas Lena batu dan verietas Mahapengiri
(jenis sereh wangi jawa) (Fatimah, 2012).
2.10.1. Deskripsi Tanaman
Sereh wangi mempunyai perawakan berupa rumput-rumputan tegak, dan
mempunyai akar yang sangat dalam dan kuat. Batangnya dapat tegak ataupun
condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat dan sering kali dibawah buku-
bukunya berlilin. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 1 – 1,5 m. Daunnya
merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris, gundul, seringkali
bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah, dengan panjangnya hingga
70 – 80 cm dan lebar 2 – 5 cm lebar (Ssegawa, 2007).
Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun
pelindung nyata, biasanya berwarna sama dan umumnya berwarna putih. Sereh wangi
jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah cukup matang yaitu pada peringkat
umur melebihi 8 bulan. Kelopak bunga bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodikula,
berfungsi untuk membuka bunga di pagi hari. Benang sari berjumlah 3 – 6, membuka
secara memanjang, kepala putik sepasang berbentuk buku dengan perpanjangan
berbentuk jambul. Buahnya berupa buah padi, memanjang, pipih dorso ventral,
embrio separo bagian biji (Ssegawa, 2007).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
50
Universitas Indonesia
2.10.2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Cymbopogon nardus Rendle adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Subregnum : Viridaeplantae
Infraregnum : Streptophyta
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina (Spermatophyta)
Infradivisio : Angiospermae
Classis : Magnoliopsida
Superordo : Lilianae (Monocotyledonae)
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Cymbopogon Spreng
Jenis : Cymbopogon nardus (L) Rendle
Nama umum : Sereh Wangi
(ITIS, 2012)
[Sumber : Info Tanaman Obat Indonesia, 2011]
Gambar 2.19. Morfologi Tanaman Sereh wangi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
51
Universitas Indonesia
2.10.3. Kandungan Kimia
Minyak atsiri dari sereh wangi diambil dengan cara penyulingan dari daun dan
batang sereh segar dengan metode destilasi uap dengan kandungan minyak atsirinya
0,5 – 1,2 % (Ginting, 2004). Kandungan utama dari minyak atsirinya yaitu sitronelal,
sitronelol, geraniol, dan sitral. Jumlah kandungan senyawa yang dikandungnya
ternyata berkaitan juga dengan spesies dari penghasil minyak atsirinya, dan jenis
Cymbopogon nardus memiliki kandungan sitronelal dan geraniol yang paling tinggi
(Arswenditumna et al, 2011). Selain itu kadar minyak atsirinya dan kandungannya
dipengaruhi juga oleh lamanya penyulingan (Ginting, 2004). Kandungan lengkap
minyak sereh wangi yang berasal dari daun dan batang Cymbopogon nardus dapat
dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Komposisi Minyak Sereh Wangi
[Sumber : Bowels, 2003; PRice, 2000]
Keluarga Komposisi Jumlah
Hidrokarbon 1 Monoterpena 15%
- ɑ-pinena 0,2 - 2,2%
- Kamfena 2 - 7,6%
- β-pinena Trace
- Limonena 2,6 - 11,3%
- Sabinena 0,1 - 0,3%
- ɑ-terpinena Trace
- β-myrcena 0,2 - 0,8%
- α-terpinol 0,3 - 0,6%
- δ-3-carena Trace
- ɑ-phellandrena 0,1%
- β-phellandrena 0,2 - 0,4%
- Trisiklena 1,2%
- cis-β-ocimonena 2,1%
- trans-β-ocimonena 1,1%
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
52
Universitas Indonesia
Tabel 2.3. (lanjutan)
Keluarga Komposisi Jumlah
Hirokarbon 2 Seskuiterpena - β-elemena 0,7% - δ-kardinena 0,6% - α-kariofillena 1% - β-kariofillena 0,1% - α-bergamotena Trace - 1%
Alkohol 1 Monoterpenol
- Linalool 0,5%
- Nerol 0,6%
- Geraniol 17%
- ɑ-terpineol 0,1 - 1%
- Sitronelol 6,5%
- tepinen-4-ol 0,4%
- Isopulegol 0,4%
- Borneol 5%
2 Seskuiterpenol
- Elemol 0,7%
Aldehida 1 Monoterpenol - Sitral Tak terlacak
- Sitronelal 25 – 55%
- Geranial 0,6%
- Neral 0,4%
Keton - Metil heptenon 0,2%
Methyl Eter - Metil eugenol Tak terlacak
- Cis-metil isoeugenol 0,4%
- Trans-metil isoeugenol 10%
Ester 1 Monoterpenil
- Sitronelil asetat 0,7%
- Geranil asetat 20 – 40%
- Bornil asetat 0,5%
- Geranil format Tak terlacak
- β-terpenil asetat 0,4%
- Geranil butanoat 0,5%
Oksida 1 Monoterpenoid 5 – 12%
- 1,8-cineol 1 – 5,5%
2 Seskuiterpenoid Tak terlacak
- Kariofilen oksida 0,1%
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
53
Universitas Indonesia
Komposisi kimia penyusun utama dari minyak sereh wangi ini adalah
golongan monoterpen alkohol dan aldehida, sehingga minyak atisirinya memiliki sifat
fisik dan kimia yang termasuk dalam kelas alkohol. Geraniol merupakan
pesenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isopropena dan 1 molekul air,
sedangkan sitronelol termasuk dalam grup alkohol (gambar 2.20 a), dan sitronelal
merupakan hasil kondensasi dari sitronelol termasuk dalam grup aldehida (gambar
2.20 b). Dengan kandungan minyak ini seperti ini maka daya menguapnya termasuk
dalam golongan cepat sampai sedang (Top to Middle note) (Price, 2007, Sharon
2011).
Kandungan sitronelal dan sitral memiliki potensi efek biologis sebagai
analgesik yang sedang (De sousa, 2011), efek menenangkan dan sedatif (Bowels,
2003). Sedangkan geraniol juga memiliki potensi sebagai analgesik (Bowels, 2003).
Selain itu kandung kimia lainnya sitronelol memiliki sifat hipotensif dengan
peningkatkan frekuensi jantung tanpa tergantung dosis dari sitronelol yang diberikan
dibandingkan dengan nifedipin (Bastos, et al, 2009).
[Sumber : European Commision, 2008]
Gambar 2.20. Struktur Kimia Sitronelol(a); Sitronelal(b); Trans-Geranil asetat(c)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
54
Universitas Indonesia
2.10.4. Efek Farmakologi untuk Relaksasi
Efek Farmakologi dari minyak sereh wangi ini dilihat dari struktur kimianya
yang memiliki komposisi terbesar adalah golongan monoterpen alkohol dan aldehida
maka memiliki efek sebagai analgesik, sedatif, menenangkan, tonik, hipotensif,
vasodilator dan stimulansia. Berikut efek farmakologi yang ditimbulkan oleh minyak
sereh wangi adalah :
a. Analgesik (Price, 2007; de Sousa, 2011)
b. Vasodilator (Price, 2007; Bastos et al, 2009)
c. Hipotensif (Price, 2007; Bastos et al, 2009)
d. Antispasmodik (Price, 2007)
e. Mengurangi nyeri pada otot yang cedera (Rich, 1994)
f. Meningkatkan kewaspadaan mental (alertness) (Rich, 1994)
2.10.5. Toksisitas dan Kontraindikasi
Toksisitas yang pernah dilaporkan untuk minyak sereh wangi adalah reaksi
iritan pada kulit dan reaksi alergi dengan menggunakan minyak murni. Reaksi yang
terjadi yaitu dermatitis kontak, reaksi asma, dan gatal-gatal pada kulit untuk
penggunaanya di dalam kosmetik (Price, 2007), terutama pada penggunaan yang
lama (Natural Sourcing MSDS, 2010), dan untuk penggunaan secara inhalasi tidak
ada laporan mengenai efek samping yang serius (Natural Sourcing MSDS, 2010).
Toksisitas minyak esensial (LD50) untuk penggunaan internal (oral) pada tikus besar
adalah 7,2g/kg BB, dan secara intraperitoneal adalah 713 mg/kg BB (MSDS Green
Valley Aromatherapy, 2011).
2.11. Minyak Nilam
Minyak nilam merupakan minyak dari hasil ekstraksi dengan destilasi uap
daun kering dari tanaman Pogostemon cablin Benth (suku Lamiaceae), dan
minyaknya sering juga disebut sebagai patchouli oil. Nilam merupakan salah satu
tanaman yang merupakan tanaman asli dari Filipina dan sudah dibudidayakan di
Malaysia, Singapura, Cina, India dan Indonesia (Hussain, 2009). Tanaman nilam ini
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
55
Universitas Indonesia
sekarang merupakan ekspor unggulan dari minyak atsiri dari indonesia karena
kandungan minyak atisirinya yang cukup tinggi (BPPT, 2006).
Pada dasarnya terdapat 3 varietas nilam yang telah tumbuh dan berkembang di
Indonesia, yaitu verietas Tapak Tuan, Lhoksoeumawe (nilam Aceh), dan Sidikalang
(BPPT, 2006), namun nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) lebih dikenal dan telah
ditanam secara meluas, dan jenis nilam inilah yang minyak atisirinya dikenal dunia
dengan nama patchouli oil (BPPT, 2006). Tanaman ini juga termasuk ke dalam jenis
tanaman yang merupakan tanaman perkebunan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No 511 tahun 2006 (Republik Indonesia, 2006).
2.11.1. Deskripsi Tanaman (BPPT, 2006)
Nilam merupakan jenis tanaman perdu dengan ketinggian mencapai 1 meter
dan dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Tanaman ini
memiliki akar serabut, bentuk daun delta, bulat telur dan lonjong dengan dengan
pangkal daun berbentuk datar, membulat, bagian ujungnya meruncing, warna
daunnya hijau dan jenis pertulangannya menyirip. Ukuran daun panjang 6,23 - 6,75
cm dan lebar 5,16 - 6,36 cm, dan panjang tangkai daun 2,66 - 4,28 cm dengan jumlah
daun bercabang primernya yaitu 48 - 118 daun. Batang berkayu dengan diameter 10 -
20 mm. dengan sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara
3 - 5 cabang setiap tingkatnya. Panjang cabangnya 38 - 63 cm dan panjang cabang
sekundernya berukuran 20 - 35 cm (lihat gambar 2.21.)
2.11.2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Pogostemon cablin Benth adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Subregnum : Viridaeplantae
Infraregnum : Streptophyta
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina (Spermatophyta)
Infradivisio : Angiospermae
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
56
Universitas Indonesia
Classis : Magnoliopsida
Superordo : Asteraceae
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Pogostemon Desf.
Species : Pogostemon cablin (Blanco) Benth
Nama umum : Nilam Aceh , dilem, Patchouli
(ITIS, 2012)
[Sumber : BPPT, 2006]
Gambar 2.21. Morfologi Nilam Aceh
2.11.3. Kandungan Kimia
Minyak atsiri dari tanaman nilam aceh diambil dengan cara penyulingan dari
daun kering dengan menggunakan metode destilasi uap dan memiliki kandungan
minyak atsirinya 2,5 – 5,0%. Kandungan ini lebih tinggi dibangdingkan dengan
kandungan minyak atsiri dari 2 varietas lainnya yaitu rata-rata 0,5 – 1,5% (BPPT,
2006). Kandungan kimia minyak atsiri dari jenis Pogostemon cablin ini terdiri dari
banyak campuran kimia yang kebanyakan jumlahnya dalam persentasi yang sedikit
dalam minyak astisirinya. Terdapat total 21 komposisi kimia yang bisa
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
57
Universitas Indonesia
diidentifikasikan dasi jenis ini. Kandungan kimia utamanya adalah patchoulol
(20,7%), ɑ-bulnesena (19,1%), ɑ-guaiena (13,8%), γ-patchoulena (9,47%) dan β-
patchoulena (7,45%) (Hussain, 2009).
Seperti dengan minyak atsiri lainnya komposisi dari minyak nilam ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, cara budi daya, lingkungan
tumbuh, penanganan panen dan pasca panen. Kandungan lengkap minyak nilam yang
berasal dari daun Pogostemon cablin Benth dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Komposisi Minyak Nilam
[Sumber : PRice, 2000; Hussain, 2009]
Keluarga Komposisi Jumlah
Hidrokarbon 1 Monoterpena
- ɑ-pinena <1%
- β-pinena <1%
- Limonena trace
2 Seskuiterpena 40 - 50%
- ɑ-bulnesena 19,1%
- β-bulnesena 14 - 16%
- ɑ-guaiena 6 - 15,6%
- β-guaiena trace
- ɑ-patchoulena 3 - 5,3%
- β-phatcoulena 7,45%
- γ-patchoulena 9,47%
- Seikelena 5 - 12%
- Sikloseikelena <1%
- β-kariofilena 2 - 4,2%
- δ-kadinena 1 - 2,8%
- Aromadendrena 10,8 - 20,9%
- ɑ-humulena Tidak terlacak
- β-gurjunena <0,1%
- α-gurjunena 0 - 2,8%
- β-elemena <1%
- α-kopaena 2%
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
58
Universitas Indonesia
Tabel 2.4. (Lanjutan)
Keluarga Komposisi Jumlah
Alkohol 1 Monoterpenol - Borneol Tidak terlacak
2 Seskuiterpenol - Patchoulol 23,6 - 45,9% - Pogostol 1 - 3% - Bulnesol 1% - Guaiol Tidak terlacak - Norpatchoulenol <1%
Aldehida 1 Aromatik
- Benzaldehida Tidak terlacak
- Sinamaldehida Tidak terlacak
Keton 1 Monoterpenon
- Kamfor Tidak terlacak
2 Seskuiterpenon
- Patchoulenon 2,2%
- Isopatchoulenon 1%
Oksida 1 Monoterpenoid
- ɑ-guaiena oksida 1%
- ɑ-bulnesene oksida 4%
2 Seskuiterpenoid
- Kariofilena oksida 0,5 - 1%
- 1,5-epoksi-α-guaiena 0,1 - 0,4%
- 1,10-epoksi-α-bulnesena 0,2 - 0,6%
- epoksi-1α,5α-V-α-guaiena Trace
- epoksi-1β,5β-V-α-guaiena Trace
- Epoksicaryophyllena Trace
- epoksi-1,10α-bulnesena <1%
Lakton Pogoston Tidak terlacak
Dari komposisi di atas terlihat bawah komposisi utama dari minyak nilam
adalah dari kelompok hidrokarbon seskuiterpena, dan diikuti dengan seskuiterpenol
(patchoulol). Dari struktur kimianya maka minyak atsirinya memiliki sifat dapat larut
dalam alkohol dan minyak sayur, dan sedikit larut dalam air. Intensitas dari baunya
sangat tajam, oleh karena itu harus dengan pengenceran dengan konsentrasi yang
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
59
Universitas Indonesia
rendah, dan daya menguapnya dikategorikan sebagai base note (PRice, 2000;
Mcguinness, 2007).
Dari kandungan terbesarnya yang merupakan seskuiterpenol dan hidrokarbon
seskuiterpena maka secara kimiawi minyak nilam ini memiliki efek farmakologi
untuk relaksasi sebagai anti depresan, sedatif, tonik (Mcguinness, 2007; Bowels,
2003); anti epilepsi dengan cara mengurangi level potassium yang menginduksi
kejang; vasodilatasi pada otot aorta dan arterial relaxant (Bowels, 2007).
(a)
(d)(c)
(b)
[Sumber : Shukor, 2008]
Gambar 2.22. Struktur Kimia Utama Penyusun Minyak Nilam; Patchoulol (a); β-
Patcholulena (b); α-guaiena (c); α-Bulnesena (d)
2.11.4. Efek farmakologi untuk Relaksasi
Efek Farmakologi dan hasil penelitian terhadap minyak nilam dapat dilihat di
bawah ini :
a. Anti depresan (McGuinness, 2007; Betharani et al, 2007; Manglani, 2011)
b. Sedatif (McGuinness, 2007)
c. Stimulan (Pengelly, 2003; McGuinness, 2007)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
60
Universitas Indonesia
d. Anti ansietas (Rich, 1994; Davis et al, 2005)
e. Untuk kelelahan fisik (Rich, 1994)
f. Anti stress (Rich, 1994)
g. Menurunkan efek simpatis (Haze, et al., 2002)
2.11.5. Toksisitas dan Kontraindikasi
Tidak ada reaksi iritasi dan sensitisasi pada konsentrasi 10% larutan ketika
dilakukan uji pada manusia. Tidak ada reaksi fototoksik yang serius yang pernah
dilaporkan (Price, 2007). LD50 untuk minyak nilam pada penggunaan oral adalah 5
g/kg BB tikus, dosis letal pada anak-anak adalah 83 mL, dan pada dewasa 389 mL
(Price, 2007), dan berdasarkan kriteria OSHA maka minyak ini tidaklah toksik.
Kontraindikasi dari penggunaan minyak ini adalah hindari pada orang-orang yang
kehilangan nafsu makan dan anoreksia, karena penggunaan minyak ini dapat
mengurangi nafsu makan (American College of Healthcare Science, 2012).
2.12. Perbandingan Kandungan dan Sifat Farmakologi ntuk Relaksasi Minyak
Uji dan Minyak Lavender
Perbandingan efektifitas ketiga minyak uji dan minyak lavender untuk
relaksasi serta kandungannya dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Perbandingan Kandungan dan Sifat Farmakologi untuk Relaksasi Minyak
Uji dan Minyak Lavender dalam masing-masing Minyak Esensial Murni
Jenis Minyak
Golongan
kandungan
Kimia
Kandungan
Kimia Utama Sifat Farmakologi
Minyak
Lavender
Monoterpenol
(alkohol)
Linalool Tonik, analgesik,
Antispasmodik,
antidepresan, sedatf
hipotensif menurunkan HR
Geraniol Analgesik sedang
Monoterpenil
(Ester)
Linalil asetat
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
61
Universitas Indonesia
Tabel 2.5. (lanjutan)
Jenis Minyak
Golongan
kandungan
Kimia
Kandungan
Kimia Utama Sifat Farmakologi
Minyak Sereh
wangi
Aldehida Sitral Analgesik sedang
Sitronelal Menenangkan
Sedatif
Monoterpenol Sitronelol Sifat hipotensif
Geraniol Analgesik
Minyak
Kenanga Monoterpenol Linalool
Sedatif
Analgesik
Geraniol
Merelaksasi pembuluh darah
aorta
Seskuiterpena
B-
cariophyllena
Meningkatkan tidur yang
dalam
germacrena D Meningkatkan mood
Minyak Nilam Seskuiterpenol Patchoulol Anti depresan
Sedatif
Tonik
2.13. Beberapa Penelitian Melibatkan Minyak Kenanga, Minyak Sereh wangi
dan Minyak Nilam
Pada peneltian yang dilakukan oleh Moss et al (2006) di Inggris dengan
menggunakan minyak peppermint dan minyak kenanga dengan membandingkan
kedua efek minyak tersebut terhadap mood dan peningkatan kognitif (sebuah RCT),
ternyata hasilnya menunjukkan bahwa minyak kenanga hanya memiliki efek
menenangkan (Calmness) lebih baik dari pada peppermint, sedangkan untuk efek
dalam kecepatan dalam “perhatian” minyak kenanga hanya menunjukkan efek lebih
baik dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian yang dilakukan di Thailand dengan menggunakan minyak kenanga
yang diaplikasikan secara transdermal yang melibatkan 40 orang sukarelawan
menunjukkan adanya perangsangan pada sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Pada
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
62
Universitas Indonesia
akhir penelitian terlihat adanya penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik,
peningkatan suhu tubuh, meningkatkan ketenangan dan meningkatkan relaksasi
dibandingkan dengan kontrol grup (Hongratanaworakit, 2006).
Penelitian lain untuk minyak sereh wangi yang dilakukan pada tikus dengan
menyuntikkan minyak sitronelal secara intravena dengan pengenceran dosis yang
digunakan adalah 1, 5 , 10 dan 20 mg/kgBB dengan pembandingnya adalah nifedipin.
Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan adanya efek vasodilatasi dan hipotensif
dari minyak sitronelal ini (Bastos et al, 2009).
Pada penelitan yang dilakukan oleh Betharani et al (2007) dengan
menggunakan minyak kenanga dan minyak nilam secara inhalasi pada mencit
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktifitas motorik yang cukup bermakna
pada penggunaan minyak kenanga (3%) dan minyak nilam (1%) dibandingkan
dengan kontrol, sedangkan untuk minyak nilam (3%) tidak menunjukkan peningkatan
aktivitas motorik yang bermakna dibandingkan dengan kontrol.
Pada penelitan lain yang melibatkan banyak minyak esensial menunjukkan
bahwa minyak kenanga memiliki efek untuk meningkatkan perhatian dan
kewaspadaan, tetapi bila dibandingkan dengan minyak-minyak lain (Mentol, jasmine,
peppermint) masih belum menunjukkan adanya hasil yang cukup baik (Limberger,
2001).
Pada penelitian klinis dengan metode kwasi eksperimental pre-post test yang
melibatkan campuran 4 minyak esensial yaitu lavender, kenanga, bergamot dan
nilam, yang dicampur dalam minyak pijat dan dilakukan pemijatan serta ditambakan
dengan musik selama 12 minggu, yang dilakukan tim peneliti dari Australia pada
perawat unit gawat darurat, menunjukkan adanya penurunan skor stress dan skor
ansietas secara signifikan. Tetapi dalam penelitian ini subyek penelitian diminta pada
awalnya untuk memilih sendiri minyak yang akan mereka gunakan untuk penelitian,
jadi efek yang ditimbulkan mungkin dipengaruhi oleh kesukaan dari aromaterapi
tersebut (Davis et al., 2005).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
63
Universitas Indonesia
Sedangkan penelitian yang melibatkkan langsung ketiga minyak tersebut di
atas yaitu dengan mencampur ketiga minyak tersebut belum ditemukan dan minyak
hanya diteliti untuk masing-masing minyak itu sendiri.
2.14. Metode Aplikasi dan Konsentrasi Minyak Esensial Secara Inhalasi
Beberapa cara yang dipakai untuk mendapatkan efek aromaterapi dengan
inhalasi yaitu dengan kertas tissue, pengusapan langsung di tangan, alat
penguap/steamer, rendaman, botol penyemprot dan vaporizer/diffuser (PRice, 2000)
Dari ke enam teknik aromaterapi secara inhalasi tersebut metoda yang paling
banyak disukai adalah dengan cara vaporizer atau diffuser. Vaporizer bekerja dengan
cara membebaskan molekul-molekul minyak esensial yang paling ringan dan
kemudian baru melepaskan molekul-molekul yang lebih berat secara progresif.
Meskipun ada banyak tipe vaporizer, jenis yang elektrik adalah jenis yang paling
aman jika ditinjau dari sudut pasien. Vaporizer elektrik harus dikontrol secara
termostatik pada suhu yang rendah untuk mencegah agar minyak esensial tidak
menjadi terlalu panas. Jika terlalu panas minyak esensial itu bukan hanya cepat habis,
tetapi molekul-molekul yang lebih berat dapat terbakar sehingga menimbulkan bau
hangus yang tidak enak. Alat diffuser lebih efisien karena dapat menyemprotkan
semua molekul yang ukurannya berbeda-beda pada waktu yang bersamaan. Berbeda
dengan alat vaporizer yang menggunakan panas, residu tidak akan terbakar ketika
minyak esensial habis terpakai, sehingga aplikasi aromaterapi inhalasi dengan
diffuser inilah merupakan metode yang paling ideal untuk menghasilkan efek
relaksasi (PRice, 2000).
Metode aplikasi minyak esensial dalam diffuser yang digunakan dalam
praktek sehari-hari yaitu dengan meneteskan minyak ke dalam diffuser pada
konsentrasi tertentu. Terdapat beberapa rekomendasi konsentrasi yang dapat
digunakan untuk aplikasi minyak esensial dengan metode diffuser. Price
merekomendasikan 20 tetes dalam 50 mL air (konsentrasi 2%) (Price, 2007), Chang
menggunakan konsentrasi 3% minyak lavender dalam air untuk digunakan secara
inhalasi (Chang et al, 2010), dan Betharani menggunakan dosis 1% dan 3% untuk
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
64
Universitas Indonesia
minyak nilam dan dosis 3% untuk minyak kenanga (Betharani et al, 2007). Dari data
tersebut maka rekomendasi konsentrasi minyak esensial untuk aplikasi dengan
metode inhalasi yaitu 1 – 3%, dan konsentrasi 3% adalah konsentrasi yang paling
banyak digunakan.
2.15. Instrumen Pengukuran Relaksasi Subyektif
Alat ukur relaksasi yang dipakai untuk pengukuran tingkat relaksasi secara
subyektif adalah Visual Analog Scale (VAS). Alat ini merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur karakteristik dari sikap yang diyakini untuk dapat
memberi jarak dari suatu rangkaian nilai yang tidak mudah secara langsung dapat
dinilai. Pada awalnya alat ukur ini digunakan untuk penilaian nyeri oleh penemunya
yaitu Keele (1948) yang didasarkan pada tingkat 3 – 5 tingkat nyeri numerik yang
menggambarkan kata “tidak nyeri”, “nyeri ringan”, “nyeri sedang”, dan “nyeri hebat.
Alat ukur VAS sudah digunakan dan dikembangkan 70 tahun lalu dan mungkin
memang saat ini sudah menjadi yang paling luas digunakan untuk mengukur nyeri
dan bahkan VAS sudah digunakan secara luas untuk pengukuran beberapa
karateristik sikap yang sifatnya subyektif yang memang sangat sulit mengukurnya
(Crichton, 2001; Williamson et al, 2005).
VAS merupakan alat ukur yang memiliki skala berupa garis lurus, dan
biasanya panjangnya 10 cm, atau kadang-kadang 15 atau 16 cm. Ujung kiri garis ini
melambangkan tingkatan relaks yang paling jelek yaitu “tidak relaks sama sekali” dan
ujung kanannya melambangkan tingkatan yang sangat relaks yaitu “Sangat Relaks
(hampir tertidur)”. Subyek diminta untuk menandai satu titik pada garis itu yang
menggambarkan tingkatan relaksasi yang dirasakan subyek. Skala relaksasi diukur
dari ujung garis yang paling kiri sampai tanda yang ditunjuk subyek, biasanya
menggunakan satuan millimeter. Tingkatan relaksasi ini lalu dicatat sebagai skala
angka antara 0 – 100 (Crichton, 2001).
Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan VAS untuk penilaian sikap
secara subyektif. Parker et al (2004) melakukan penelitian penelitian nafsu makan
terhadap laki-laki dan wanita muda, dibandingkan dengan laki-laki dan wanita lanjut
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
65
Universitas Indonesia
usia. Parker menggunakan skala 0 – 100 mm yang dipakai untuk mengukur 3 variabel
yaitu nafsu makan, keinginan untuk makan dan rasa lapar atau tidak lapar. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Whybrow et al (2006) yang menggunakan VAS elektronik
untuk mengukur 7 variabel untuk nafsu makan 10 laki-laki dan wanita usia antara
20 – 37 tahun dan mengukur 9 variabel. Penelitian berikutnya dilakukan oleh
Hongratanaworakit (2006) terhadap relaksasi setelah penggunaan secara transdermal
minyak kenanga dengan subyek penelitian 20 laki-laki dan wanita yang berusia antara
19 – 48 tahun. Skala yang digunakan adalah dalam millimeter (mm) antara 0 – 100
mm. Pada penelitian tersebut Hongratanaworakit mengukur 5 variabel penelitian
terhadap relaksasi yaitu tingkat perhatian, kewaspadaan, ketenangan, relaksasi, mood,
dan semangat.
Pada penelitian ini akan diambil pengukuran nilai VAS sebanyak 3 kali
pengukuruan yaitu sebelum intervensi dengan minyak esensial, sesudah intervensi
dengan minyak esensial, dan setelah intervensi Startle Test. Tidak ada kategorial yang
digunakan dan hanya akan diambil rata-rata perubahan dari nilai VAS yang
dikumpulkan. Instrumen VAS dapat dilihat pada gambar 2.23.
Tidak Relaks
Sama Sekali
0 100Sangat Relaks
(Hampir Tertidur)
Gambar 2.23. Visual Analog Scale (VAS)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
66 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Setelah mempelajari tinjauan pustaka terutama tentang fisiologi stress dan
peran minyak esensial terhadap tubuh yang mempengaruhi sistem limbik, maka
konsentrasi peneliti adalah dalam hal pengaruh minyak minyak esensial campuran
sebagai aromaterapi yang diberikan secara inhalasi yang dapat memodulasi sistim
limbik sehingga menimbulkan efek relaksasi secara psikologis dan fisik.
Stress Sistem Limbik
HipotalamusAMIGDALA HIPOKAMPUS
Aktivasi Sistem Saraf
Simpatis
Aktivasi Sistem Endokrin
Memperkuat Efek Simpatis
Modulasi oleh Aromaterapi
Inhalasi Memblok Efek dari
Stress
StressEfek Relaksasi Psikologis dan Fisik
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
67
Universitas Indonesia
3.2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah sebuah uji klinis tersamar
tunggal dengan rancangan pararel before and after, kasus, pembanding dan kontrol
dengan cara perlakukan subyek penelitian Intent to Treat pada subyek penelitian
wanita sehat yang berusia antara 18 – 25 tahun yang memiliki resiko stress yang
diambil melalui mekanisme perekrutan dan penapisan. Perbandingan yang akan
dilakukan adalah perlakukan dengan campuran minyak esensial Indonesia (minyak
kenanga. minyak sereh wangi dan minyak nilam) dibandingkan dengan minyak
lavender dan kontrol.
Gambar 3.2. Rancangan Penelitian
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
68
Universitas Indonesia
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Griya Chantika Salon, Ruko Pondok Gede Plaza, blok
F, no. 30 Bekasi dengan waktu dari bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember
2012
3.4. Persetujuan Protokol Penelitian dari Kaji Etik
Protokol penelitian ini sudah mendapatkan Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
(Ethical Approval) dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia RSCM Jakarta dengan no 666/H2.F1/ETIK/2012 (lampiran 7).
3.5. Populasi dan Sampling
3.5.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah wanita sehat berusia antara 18 – 25 tahun yang
berasal dari mahasiswa akademi perawat yang memiliki resiko stress dan diambil
melalui mekanisme perekrutan dan penapisan dan dilakukan randomisasi sederhana
untuk mengacak perlakukan yang akan diterima subyek penelitian.
3.5.2. Besar Sampel dan Randomisasi Subyek Penelitian
Karena ini merupakan rancangan uji klinis komparatif numerik berpasangan
maka perhitungan besar sampel yang diambil adalah dengan rumus sebagai berikut :
(Dahlan, 2010)
Ditetapkan untuk mendapatkan jumlah sampel maka diambil salah satu dari
simpangan baku penelitian dari 3 minyak yang menggunakan alat ukur Visual Analog
Scale. Simpangan baku untuk pengukuran relaksasi dengan menggunakan Visual
Analog Scale (VAS) yaitu 11,4 (Hongratanaworakit, 2006). Bila ditetapkan selisih
minimal skor relaksasi yang dianggap bermakna adalah 10, serta kesalahan tipe 1
ditetapkan sebesar 5%, untuk hipotesis dua arah, sehingga Zα = 1,96, dan tingkat
kepercayaannya adalah 95% maka kesalahan tipe II adalah 5%, maka Zβ adalah 1,28,
maka perhitungan jumlah sampelnya adalah sebagai berikut :
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
69
Universitas Indonesia
Zα = 1,96
Zβ = 1,645
P1-P2 = 7
S = 14.48
n1 = n2= n3 = 16,81 (dibulatkan menjadi 17)
Dari perhitungan di atas dengan demikian besar sampel untuk tiap kelompok
adalah 17. Untuk mengantisipasi drop out, maka jumlah sampel ditambah 10%
dengan rumus n’ =
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop-out
maka perhitunganya n’ =
= 19 ≈ 20
Dari perhitungan di atas maka besar sampel masing-masing kelompok
perlakukan adalah 20 orang, sehingga jumlah total subyek penelitian ini sebanyak 60
subyek.
Kemudian subyek penelitian dialokasikan secara acak dengan randomisasi
sederhana untuk kedua kelompok perlakukan, sehingga dapat menentukan subyek
penelitian mana yang akan mendapat perlakukan dan mana yang menjadi
pembanding serta kontrol.
3.6. Kriteria Seleksi
Penelitian ini melibatkan sukarelawan wanita sehat dewasa pada akademi
perawat yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
3.6.1. Kriteria Inklusi :
a. Wanita dewasa berusia 18 – 25 tahun, yang memiliki risiko stress dengan
kriteria : sedang mengikuti ujian akhir; sedang dalam pengerjaan tugas-tugas
kuliah; sedang melakukan praktek klinik.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
70
Universitas Indonesia
b. Mempunyai berat badan tidak obesitas (IMT tidak lebih dari 30, berdasarkan
kriteria IMT oleh WHO tahun 1998).
c. Tidak mengidap penyakit kronis dan tidak ada riwayat penyakit kronis dalam
keluarga, terutama diabetes militus, hipertensi, gagal ginjal, sakit jantung,
epilepsi.
d. Tidak mengalami penyakit gangguan pernafasan seperti Asma Bronkhial, PPOK,
Pneumonia, Tuberkulosis Paru.
e. Tidak mengkomsumsi jamu, atau suplemen tertentu, 1 minggu sebelum penelitian
berlangsung/ selama penelitian berlangsung.
f. Tidak melakukan perawatan relaksasi (pijat, aromaterapi) selama 1 minggu
sebelum penelitian berlangsung/selama penelitian berlangsung.
g. Dalam 24 jam sebelumnya tidak mengkomsumsi minuman yang mengandung
kafein, jus buah maupun merokok.
h. Uji hedonik menunjukkan bahwa subyek penelitian menyukai bau minyak
penelitian dan minyak pembanding.
i. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.
3.6.2. Kriteria Eksklusi
a. Subyek dengan anosmia
b. Subyek dengan komsumsi obat-obatan antidepresan dan obat tidur.
c. Sedang hamil dan menyusui
d. Mengalami gejala psikiatri yaitu apabila status psikiatri singkat terdapat jawaban
ya (Lampiran 3, halaman 133).
e. Ikut serta dalam penelitian lain dalam waktu 3 bulan sebelum penelitian ini
3.6.3. Kriteria Drop Out
a. Subyek penelitian tidak datang ke tempat pelaksanaan penelitian pada waktu yang
telah ditentukan.
b. Mengundurkan diri secara sukarela dengan menandatangani pernyataan tertulis
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
71
Universitas Indonesia
3.7. Variabel Penelitian
3.7.1. Variabel Bebas
a. Minyak Lavender
Minyak lavender yang sudah dilakukan pengenceran dengan air dan dimasukkan
ke dalam diffuser aromaterapi.
b. Campuran Minyak Esensial Indonesia
Minyak kenanga, minyak sereh wangi, dan minyak nilam
Masing-masing dicampur dengan perbandingan yang ditentukan kemudian
dan kemudian dilakukan pengenceran sampai 3 % dan dimasukkan ke dalam diffuser
aromaterapi.
3.7.2. Variabel Terikat
3.7.2.1.Respon Relaksasi Psikologi
Diukur dengan VAS yang memiliki ukuran dari 0 – 100 mm dengan panjang 10
cm dan diukur dengan menggunakan penggaris dalam millimeter (mm). dimana
angka 0 berarti sama sekali tidak relaks dan 100 adalah sangat relaks (hampir tertidur)
(lampiran 6).
3.7.2.2.Respon Relaksasi Fisik
a. Tekanan darah
Diukur pada awal, setelah perlakukan relaksasi, setelah tes kejut dan 5 menit
setelah tes kejut.
b. Frekuensi Nadi
Diukur pada awal, setelah perlakukan relaksasi, setelah tes kejut dan 5 menit
setelah tes kejut.
c. Frekuensi Nafas
Diukur pada awal, setelah perlakukan relaksasi, setelah tes kejut dan 5 menit
setelah tes kejut.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
72
Universitas Indonesia
d. Mean Arterial Pressure (MAP)
Diukur dengan menggunakan rumus yang melibatkan tekanan darah sistolik dan
diastolik.
3.7.3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan disini adalah massage (pemijatan) yaitu
pemijatan yang dilakukan pada daerah punggung dan kaki dengan tehnik efflurage.
Ringkasan variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.3.
Minyak Lavender
Campuran :
Minyak Kenanga
Minyak Sereh Wangi
Minyak Nilam
VARIABEL BEBAS EFEK FARMAKOLOGI
MEMPENGARUHI :
- SISTEM SARAF
PUSAT (SISTEM LIMBIK)
- PARASIMPATIK DAN
SIMPATIK
VARIABEL TERIKAT
PENILIAIAN STATUS
RELAKSASI :
1. NILAI VAS
MENINGKAT
2. TEKANAN DARAH
LEBIH RENDAH
3. FREKWENSI NADI
LEBIH LAMBAT
4. FREKWENSI
NAFAS LEBIH
LAMBAT
5. MAP LEBIH
RENDAH
Gambar 3.3. KerangkaVariabel Penelitian
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
73
Universitas Indonesia
3.7.4. Definisi Operasional Variabel
a. Minyak Lavender
Minyak hasil hasil penyulingan dengan destilasi uap dari jenis Lavandula
angustivolia.
Skala nominal
b. Minyak Kenanga
Minyak hasil penyulingan dengan destilasi uap dari jenis Cananga odorata
Skala nominal
c. Minyak Sereh Wangi
Minyak hasil penyulingan dengan destilasi uap dari jenis Cymbopogon nardus
Skala nominal
d. Minyak Nilam
Minyak hasil penyulingan dengan destilasi uap dari jenis Pogostemon cablin
Skala nominal
e. Respon Psikologis Relaksasi
Diukur dengan menggunakan VAS dengan penggaris dalam satuan millimeter
(mm). Nilai 0 mm berarti sama sekali tidak relaks (hampir tertidur) dan 100 mm
sangat relaks (hampir tertidur).
f. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan oleh darah terhadap satuan darah
pada dinding pembuluh darah, diukur dengan cara memasang manset pada
lengan atas sebelah kanan subyek penelitian. Hasil ukuran tekanan darah
dinyatakan dalam satuan mm/Hg. Tekanan darah yang diambil adalah : tekanan
darah sistole antara 90 – 140 mm/Hg, dan tekanan darah diastole antara 60 – 90
mm/Hg
Skala Interval
g. Frekwensi Nadi
Frekwensi nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
pada daerah distal lengan bawah sebelah radial tanan kanan di atas permukaan
kulit. Alat ukurnya dengan menggunakan stopwatch, cara pengukuran dihitung
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
74
Universitas Indonesia
dalam 1 menit, hasil pengukuran adalah denyut nadi/menit. Frekuensi nadi yang
diambil adalah antara 60 – 100 x/menit.
Skala : nominal
h. Frekuensi nafas
Frekuensi nafas adalah frekuensi paru-paru dalam mengeluarkan dan
memasukkan oksigen yang dihitung dengan melihat gerakan pada dada subyek
penelitian. Alat ukurnya dengan menggunakan stopwatch, cara pengukuran
dihitung dalam 1 menit, hasil pengukuran adalah frekuensi nafas/menit.
Frekuensi nafas yang diambil adalah antara 12 – 22 x/menit.
Skala : nominal
i. Mean Arterial Pressure (MAP)
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah tekanan arteri rata-rata yang mendorong
darah masuk ke jaringan selama siklus jantung. Dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
(Tekanan darah sistolik + 2 x Tekanan darah diastolik)/ 3.
Skala : nominal
j. Massage (Pemijatan)
Pemijatan adalah suatu tindakan penekanan oleh tangan dengan gerakan teratur
pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligament, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi. Tehnik yang digunakan adalah efflurage
dan dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah berpengalaman.
Skala : Kategorial
3.8. Bahan Uji, Alat, dan Cara Kerja
3.8.1. Bahan Uji
Bahan uji adalah minyak lavender, minyak kenanga, minyak sereh wangi, dan
minyak nilam yang diambil dari PT Martina Berto dan memiliki Certificate of
Analisys (COA) dan Material Safety Data Sheet (MSDS) sebagai berikut :
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
75
Universitas Indonesia
a. Minyak Lavender
Berasal dari PT Martina Berto Tbk dan sudah memiliki COA (lampiran 11) dan
MSDS (lampiran 15).
b. Minyak Kenanga
Berasal dari PT Martina Berto Tbk dan sudah memiliki COA (lampiran 9) dan
MSDS (lampiran 13).
c. Minyak Sereh Wangi
Berasal dari PT Martina Berto Tbk dan sudah memiliki COA (lampiran 8) dan
MSDS (lampiran 12).
d. Minyak Nilam
Berasal dari PT Martina Berto Tbk dan sudah memiliki COA (lampiran 10) dan
MSDS (lampiran 14).
3.8.2. Persiapan Bahan Uji
Sebelum digunakan bahan uji untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji
panel untuk tingkat kesukaan dan manfaat relaksasi. Uji panel dilakukan untuk
menentukan perbandingan campuran minyak atisiri memiliki tingkat kesukaan yang b
tinggi dan kemungkinan yang memiki efek terhadap relaksasi. Tahapan pengujian ini
terdiri dari 2 tahap, yaitu :
3.8.2.1. Uji Panel Peringkat Kesukaan
a. Bahan Uji yaitu Minyak sereh wangi, minyak kenanga, dan minyak nilam dibuat
dalam 3 jenis perbandingan campuran yaitu :
Minyak sereh wangi : Minyak kenanga : Minyak nilam (v/v/v) : (a) 1 : 1 : 1;
(b) 1 : 2 : 2 ; (c) 1 : 3 : 3.
b. Setelah minyak dicampur dengan perbandingan di atas maka setiap campuran
minyak dibuatkan larutan 3% dengan minyak minyak soya (minyak pembawa).
c. Larutan di atas kemudian dibagi ke dalam botol-botol berukuran 10 mL pada 3
kelompok botol yang berbeda dan kemudian botol diberi label a, b, dan c.
d. Sebanyak 30 sukarelawan dipersiapkan untuk melakukan uji panel.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
76
Universitas Indonesia
e. Setiap sukarelawan menghirup setiap campuran uji (campuran uji a, campuran uji
b, dan campuran uji c) yang sudah disediakan pada meja yang tersedia dan
kemudian diminta memberikan peringkat dari ketiga campuran uji (peringkat 1
sampai peringkat 3) dan mencatat pada tabel yang sudah disediakan (lampiran 6).
f. Hasil uji panel dianalisis dengan menghitung jumlah peringkat 1 dari ketiga
campuran uji yang dipilih oleh sukarelawan, dan tingkat kemaknaannya diuji
kembali dengan statistik uji peringkat (Analisis Friedmand).
g. Campuran bahan uji yang paling banyak dipilih oleh sukarelawan dengan
peringkat no. 1 dipilih sebagai bahan uji yang paling disukai.
3.8.2.2. Uji Panel Peringkat Manfaat Relaksasi
Untuk uji panel manfaat relaksasi ini diambil 30 sukarelawan sehat yang
sudah diikutsertakan pada uji panel proporsi kesukaan. Langlah pengujiannya adalah
sebagai berikut :
a. Bahan Uji yaitu Minyak sereh wangi, minyak kenanga, dan minyak nilam dibuat
dalam 3 jenis perbandingan campuran yaitu : minyak sereh wangi : minyak
kenanga : minyak nilam (v/v/v) : (a) 1 : 1 : 1; (b) 1 : 2 : 2 ; (c) 1 : 3 : 3.
b. Setiap campuran minyak dibuatkan larutan 3% dengan minyak soya (minyak
pembawa).
c. Campuran larutan dibagi ke dalam botol-botol berukuran 10 mL pada 2
kelompok botol yang berbeda dan kemudian botol diberi label a,b, dan c.
d. Sukarelawan sebanyak 30 orang dipersiapkan untuk melakukan uji panel.
e. Kemudian sukarelawan diminta menghirup ketiga jenis campuran tersebut secara
bergantian, dimana setiap campuran dihirup selama lebih kurang 5 menit,
kemudian diminta memberikan peringkat dari ketiga campuran uji (peringkat 1
sampai peringkat 3) dan mencatat pada tabel yang sudah disediakan (lampiran 6).
f. Hasil uji panel dianalisis dengan menghitung jumlah peringkat 1 dari ketiga
campuran uji yang dipilih oleh sukarelawan yang memberikan manfaat relaksasi,
dan tingkat kemaknaannya diuji kembali dengan statistik uji peringkat (Analisis
Friedmand).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
77
Universitas Indonesia
g. Campuran bahan uji yang paling banyak dipilih oleh sukarelawan dengan
peringkat no 1 dipilih sebagai bahan uji yang paling mungkin menimbulkan
manfaat relaksasi secara subyektif.
3.8.3. Alat Diffuser Minyak Esensial
Alat diffuser yang digunajan dalam penelitian ini adalah jenis Ultrasound
dengaan Label Aroma dot Ultransmit®
model KW-017 dari PT. Ace Hardware
Indonesia.
Cara penggunaan diffuser adalah sebagai berikut :
a. Letakkan Atomizer pada permukaan yang rata, dan usahakan agar air yang
dimasukkan ke dalam diffuser tidak melebihi garis (± 50 mL) yang ada pada
tabung untuk mencegah meluap keluar.
b. Isi tabung dengan air yang memiliki temperatur normal (lebih baik air untuk
minum) sebanyak 50 mL.
c. Setelah tabung diisi air masukkan “campuran minyak esensial Indonesia” atau
minyak lavender sebanyak 30 tetes (konsentrasi 3%)
d. Tutup tabung dengan clear floral-shaped lid (tutup tabung).
e. Setelah itu masukan kabel diffuser pada tempatnya dan nyalakan tombol switch
atomizer tersebut. Aromanya dihirup 20 menit, cukup untuk ruangan seluas 10
m2.
f. Bila ingin menghentikan pemakaian, matikan tombol switch kemudian tutup
tabung dengan clear floral-shaped lid dengan rapat.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
78
Universitas Indonesia
Gambar 3.4. Diagram Uji Panel Kesukaan dan Manfaat Relaksasi Bahan Uji
3.8.4. Tenaga Pemijat
Tenaga pemijat diambil dari tenaga pemijat wanita profesional dan terlatih
yang bekerja di tempat penelitian di Griya Chantika Salon.
3.8.5. Persiapan Ruangan Uji
Ruangan yang akan dijadikan tempat penelitian dipersiapkan dengan 1 – 2
tempat tidur untuk pemijatan, dengan ruangan yang memiliki air conditioner. Setelah
itu bahan uji dan diffuser disiapkan. Setelah bahan uji dan atau bahan minyak
pembanding dicampur kemudian dimasukkan ke dalam diffuser, kemudian
dinyalakan.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
79
Universitas Indonesia
Setengah jam sebelum subyek penelitian masuk ke dalam ruangan uji
dilakukan penjenuhan ruangan dengan suspensi minyak esensial tadi dengan alat
diffuser dan pintu ruangan ditutup rapat. Setelah setengah jam subyek penelitian
dapat memasuki ruangan dan melakukan pemijatan.
3.9. Intrumen Penelitian dan Cara pengumpulan data
3.9.1. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrument
terstruktur, pengukuran dan pemeriksaan fisik singkat.
3.9.1.1.Instrument terstruktur
a. Data karakteristik subyek penelitian berupa kuisioner yang berisi data demografi
yang meliputi usia, riwayat perjalanan penyakit, riwayat pengobatan (penggunaan
obat-obatan yang berhubungan dengan susunan saraf pusat), dan status psikiatri
singkat (lampiran 5).
b. Data relaksasi psikologi diambil dengan menggunakan Visual Analog Scale
(VAS) untuk tingkat relaksasi.
Instrumen ini terdiri dari garis yang panjangnya 10 cm (100 mm). Garis paling
kiri menyatakan “Tidak Relaks sama sekali” dengan gambar lambang kepala
orang yang sedang bersedih, Dan garis yang paling kanan menyatakan “Sangat
Relaks (hampir tertidur)” dengan gambar lambang kepala orang yang terlihat
tertidur (lampiran 8).
3.9.1.2.Data Tekanan Darah
Data tekanan darah diambil dengan menggunakan alat pengukur tekanan
darah air raksa secara manual bermerek “Fujito”. Pengukuran dilakukan dengan
meletakkan manset pada lengan atas sebelah kanan 1/3 tengah.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
80
Universitas Indonesia
3.9.1.3.Data Frekuensi Nadi
Data frekuensi nadi diukur secara manual dengan meletakkan 3 jari tengah
bagian tengah pada bagian paling distal os radialis, dan dihitung dengan
menggunakan stop wacth merek omron.
3.9.1.4.Data Frekuensi Nafas
Data Frekuensi nafas diambil dengan melihat pergerakan dada dan dihitung
selama 1 menit dengan menggunakan stop wacth merek omron.
3.9.2. Pengukuran Intensitas Bunyi untuk Respon Kejut (Startle Test)
Suara yang digunakan adalah suara tembakan dan dentuman senjata yang
keras yang berlangsung selama 30 detik dengan menggunakan Earphone. Sebelum
digunakan suara tembakan ini diukur terlebih dahulu intensitas bunyinya dengan
menggunakan desibel meter elektronik. Hasil pengukuran didapatkan bahwa suara
tembakan yang akan digunakan memiliki intensitas 95 – 107 DB.
3.10. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
3.10.1. Tahapan Persiapan
a. Rekruitmen subyek penelitian dan penapisan subyek penelitian dengan
menggunakan kuisioner data demogradi dan status kesehatan calon sukarelawan
dan Uji Hedonik (Uji Kesukaan terhadap minyak aromaterapi Uji dan kontrol).
b. Penjajakan Lokasi Penelitian
c. Perencanaan dan pengadaan bahan penelitian berupa minyak esensial murni dari
minyak kenanga, minyak sereh wangi, minyak nilam dan minyak lavender yang
didapat dari PT. Martina Berto.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
81
Universitas Indonesia
3.10.2. Tahapan Pelaksanaan
a. Subyek yang sudah terpilih di atas akan diwawancarai oleh peneliti, dan
dijelaskan secara lengkap tujuan dan prosedur penelitian baik secara lisan maupun
tertulis dengan disaksikan oleh petugas salon kecantikan dan menanyakan
kesediaannya untuk dilibatkan dalam penelitian ini. Penelitian akan berjalan bila
subyek sudah jelas dan mengerti prosedur penelitian, efek samping serta hak dan
kewajibannya (lampiran 1) dan menandatangani informed consent (lampiran 2).
Sebelum menandatangani informed consent Sukarelawan diberi waktu 2 hari
untuk mempertimbangkan kesediaan mereka untuk ikut dalam penelitian ini.
b. Subyek yang akan mengikuti penelitian akan datang ke tempat penelitian dengan
hanya membawa nomer kode random perlakuan yang sudah dimasukkan ke
dalam amplop berwarna hitam tertutup, dimana amplop yang akan diberikan
hanya dibuka oleh terapis yang akan melakukan terapi di salon kecantikan.
c. Penelitian diawali dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi,
dan frekuensi nafas, kemudian subyek disuruh menunggu selama 5 menit, setelah
itu subyek mengisi Alat ukur Visual Analog Scale (VAS)
d. Setelah pengisian VAS maka dilakukan intervensi yaitu aromaterapi dengan
minyak uji dengan pemijatan, aromaterapi minyak lavender dengan pemijatan
sebagai pembanding dan pemijatan saja dengan minyak pijat tanpa aromaterapi.
e. Ruangan intervensi dipersiapkan (seperti protokol persiapan ruangan) terlebih
dahulu yaitu 3 ruangan; satu ruangan untuk aromaterapi uji dan satu ruangan lagi
untuk aromaterapi pembanding, dan satu ruangan untuk pemijatan saja. Setelah
ruangan siap maka subyek penelitian dipersilahkan memasuki ruangan yang
sudah dipersiapkan.
f. Di dalam ruangan subyek penelitian diminta untuk mengganti pakaiannya untuk
terapi massage, dan subyek dipersilahkan berbaring dengan posisi memunggungi
terapis. Terapis yang akan melakukan adalah terapis wanita.
g. Terapis kemudian melakukan pemijatan tradisional pada bagian punggung dan
kaki selama 20 menit dengan minyak pijat serta mencium bau aromaterapi yang
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
82
Universitas Indonesia
keluar dari diffuser. Untuk kelompok kontrol, subyek penelitian hanya dilakukan
pemijatan selama 20 menit tanpa mencium bau aromaterapi apa-apa.
h. Setelah dilakukan pemijatan subyek penelitian diminta untuk memakai kembali
pakaiannya dan dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan terapi.
i. Setelah itu subyek diminta untuk mengisi VAS kembali.
j. Setelah itu subyek diminta untuk beristirahat selama 5 menit untuk adaptasi
sambil dipasangkan Earphone pada kedua telinganya, setelah 5 menit dilakukan
pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas.
k. Subyek diberikan tes kejut (Startle Test) dengan suara tembakan selama 30 detik.
l. Segera setelah diberikat test kejut subyek langsung diukur tekanan darah,
frekuensi nadi, dan frekuensi nafas.
m. Kemudian subyek diberikan istirahat selama 5 menit untuk adaptasi
n. Setelah 5 menit subyek diminta kembali mengisi VAS dan sambil diukur tekanan
darah, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas.
o. Setelah semua intervensi di atas selesai maka subyek dipersilahkan meninggalkan
tempat penelitian.
p. Perlakuan di atas dilakukan untuk semua subyek penelitian. Setiap subyek
penelitian akan mendapatkan intervensi hanya dalam 1 hari saja.
3.10.3. Tahap Penyusunan Laporan
a. Setelah semua data dikumpulkan dengan lengkap maka dilakukan editing, coding,
dan tabulasi data.
b. Lalu dilakukan analisis data dan penyusunan laporan penelitian
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
83
Universitas Indonesia
Gambar 3.5. Tahapan Penelitian
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
84
Universitas Indonesia
Base
Combination Oil +
Massage
Lavender Oil+
Massage
Massage+
Massage oil(no aroma)
1
2
3
TDNadiRR
Perlakuan
5 menit 20 menit
VAS
Ada
ptas
i
VAS
Ada
ptas
i
5 menit
TDNadiRR
Base T1
Test Kejut(Startle Test)
TDNadiRR
T1 T2
30 menit
Ada
ptas
i
5 menit
VASTD
NadiRR
T3
Analisis Data
Keterangan Gambar : Base : Baseline ; T2 : Post Treatment 2
T1 : Post Treatment 1 ; T3 : Post Treatment 3
Gambar 3.6. Skema Alur Penelitian (Kerangka Operasional)
3.11. Analisis Statistik
Semua data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan
komputer dengan perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS 13 untuk dianalisis
secara univariat dan bivariat.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
85
Universitas Indonesia
3.11.1. Analisis Univariat
Analisis univariat ditujukan untuk data deskriptif dengan melihat perbedaan
mean, standar deviasi, nilai minimal-maksimal dan estimasi dengan derajat kepekaan
95%. Bentuk data yang disajikan yaitu berupa bentuk tabel distribusi proporsi, grafik
batang dan linier.
3.11.2. Analisis Bivariat dan Multivariat
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis bivariat yaitu
perbedaan rerata antara 2 perlakukan pre and post treatment, yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan
paired student t-test. Perbedaan rerata pengukuran antara ketiga kelompok perlakuan
dianalisis dengan anova test satu arah. Sedangkan untuk perbandingan perbedaan
rerata antara 2 kelompok dianalisis dengan menggunakan independent t-test. Data
akan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik batang serta linier.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
86 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Uji Panel Peringkat Kesukaan dan Manfaat Relaksasi Campuran
Minyak Esensial Indonesia
Dilakukan uji peringkat panel kesukaan dan uji manfaat terhadap masing-
masing 30 responden pada setiap panel. Perbandingan campuran yang dibuat dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Perbandingan Campuran Minyak Esesnsial Indonesia untuk Uji Panel
Jenis minyak Campuran 1 (v/v/v)
Campuran 2 (v/v/v)
Campuran 3 (v/v/v)
Sereh Wangi 1 1 1 Kenanga 1 2 3 Nilam 1 2 3 Keterangan : v/v/v (campuran dalam perbandingan volume ketiga minyak)
Tabel 4.1. menunjukkan formula campuran minyak esensial Indonesia yang
akan dilakukan peringkat kesukaan dan manfaat relaksasi terhadap 30 responden
yang sudah dipilih. Proporsi hasil uji panel peringkat kesukaan dan manfaat relaksasi
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Tabel Distribusi Uji Panel Peringkat Kesukaan dan Manfaat Relaksasi
Campuran 1 Campuran 2 Campuran 3
Tingkat
Kesukaan
(n=30)
Manfaat
Relaksasi
(n=30)
Tingkat
Kesukaan
(n=30)
Manfaat
Relaksasi
(n=30)
Tingkat
Kesukaan
(n=30)
Manfaat
Relaksasi
(n=30)
Peringkat 1 6 (20%) 6 (20%) 9 (30%) 6 (20%) 15 (50%) 18 (60%)
Peringkat 2 7 (23%) 8 (26,7%) 16 (53,3%) 17 (56,7%) 7 (23,3%) 5 (16,7%)
Peringkat 3 17 (56,7%) 16 (53,3%) 5 (16,7%) 7 (23,3%) 8 (26,7%) 7 (23,3%)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
87
Universitas Indonesia
Dari tabel distribusi peringkat panel peringkat uji kesukaan dan manfaat
relaksasi terlihat bahwa campuran 3 yaitu campuran minyak sereh : minyak kenanga :
minyak nilam (v/v/v) dengan perbandingan 1 : 3 : 3 memiliki peringkat no 1 paling
banyak dipilih oleh responden baik untuk peringkat kesukaan maupun manfaat
relaksasi dibandingkan dengan campuran lainnya.
Untuk perbandingan rerata antara ketiga jenis campuran dan analisisnya dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rerata Panel Peringkat Kesukaan dan Manfaat Relaksasi 3 Jenis
Campuran dari Minyak Esensial Indonesia
Campuran 1
(n = 30)
Campuran 2
(n = 30)
Campuran 3
(n = 30) Nilai P*
Rerata SB Rerata SB Rerata SB
Panel Kesukaan 1,63 0,81 2,13 0,68 2,3 0,85 0,045
Panel Manfaat
Relaksasi 1,67 0,80 1,97 0,67 2,37 0,85 0,025
*P Friedman test ;ɑ=0,05
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa angka rerata tertinggi didapat dari
campuran 3 minyak esensial Indonesia, pada kedua panel yaitu panel kesukaan (2,3)
dan panel manfaat (2,37) dan terlihat adanya perbedaan bermakna secara statistik (p <
0,05) uji peringkat dari ketiga campuran baik peringkat Panel kesukaan dan Manfaat
Relaksasi. Oleh karena ini minyak uji yang dipilih dalam penelitian ini adalah minyak
campuran 3 yaitu campuran minyak sereh wangi : minyak kenanga : minyak nilam
dengan perbandingan 1 : 3 : 3 (v/v/v).
Pada penelitian ini memang tidak mengukur kadar dari minyak atsiri tersebut
karena memang masih merupakan penelitian yang hanya bertujuan memperlihatkan
adanya efektifitas dari campuran minyak esensial Indonesia terhadap relaksasi. Oleh
karena itu tidak dilakukan pemeriksaan kadar dari minyak esensial Indonesia.
Identitas dan keamanan dari minyak atsiri yang digunakan diambil dari data yang
didapatkan dari Certificate of Analysis (COA) dari masing-masing minyak dan
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
88
Universitas Indonesia
Material Safety Data Sheet (MSDS) dari distributor dimana minyak ini diambil.
Perkiraan perhitungan kandungan utama dalam campuran minyak esensial Indonesia
yang terdiri dari minyak sereh wangi, minyak kenanga dan minyak nilam dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Perkiraan Perhitungan Kandungan Utama dalam Campuran Minyak
Esensial Indonesia
Jenis
Kandungan
Utama
Asal
Minyak
Esensial
Persentase Dalam
Minyak Murni
(Price, 2007)
Persentase
Dalam
Campuran
Persentase
Dalam
Konsentrasi
3%
Jumlah
dalam
Diffuser
(50 mL)
Sitronelol Sereh wangi 15 2.10 0.06 0.03 mL
Linalool Kenanga 30 12.60 0.38 0.19 mL
Geraniol Sereh wangi 17 2.38 0.07 0.04 mL
Sitronelal Sereh wangi 55 7.70 0.23 0.12 mL
Patchoulol Nilam 45 18.90 0.57 0.28 mL
Total 0.66 mL
Dari tabel 4.4. terlihat bahwa kandungan utama campuran minyak dalam
campuran minyak esensial Indonesia adalah sitronelol 0,06%, geraniol 0,07%, dan
sitronelal 0,23% pada minyak sereh wangi, sedangkan pada minyak kenanga kadar
linaloolnya adalah 0,38%, sedangkan pada minyak nilam kandungan patchoulol
0,57%.
4.2. Karakteristik Umum dan Perilaku Terhadap Pengobatan Tradisional
Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Tgl 2 Nopember 2012 – 16 Nopember 2012. Dari
pengambilan data penelitian, didapatkan 60 wanita muda sehat yang dibagi ke dalam
3 kelompok, yaitu kelompok pertama yang mendapatkan perlakuan inhalasi
campuran minyak esensial Indonesia (dengan jenis minyak dan formula yang sudah
didapatkan pada uji panel) (lihat bab 4.1.) ditambah dengan pijat dan selanjutnya
disebut sebagai kelompok uji, yaitu sebanyak 20 wanita sehat, kelompok kedua yang
mendapat perlakuan inhalasi minyak lavender ditambah dengan pijat, selanjutnya
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
89
Universitas Indonesia
disebut sebagai kelompok pembanding yaitu sebanyak 20 wanita sehat, dan
kelompok ketiga yang hanya mendapatkan perlakuan pijat tanpa minyak esensial,
disebut sebagai kelompok kontrol, yaitu sebanyak 20 wanita sehat. Data karakteristik
umum subyek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Karakteristik Umum Subyek Penelitian
Subyek Penelitian
Umur (Tahun) Rerata 19,8
Range 18 – 22
Berat Badan (kg) Rerata 48,6
Range 37 – 64
Tinggi Badan (m) Rerata 1,55
Range 1,45 – 1,71
IMT Rerata 20,29
Range 16,26 – 27,77
Kategori IMT Kurus 14 (23,3%)
Normal 42 (70%)
Berat Badan Lebih 4 (6,7%)
Keterangan : IMT = Indeks Massa Tubuh (Kategori WHO)
Pada Tabel 4.5. terlihat bahwa rerata umur subyek memiliki rerata 19 tahun.
Sedangkan range umurnya antara 18 – 22 tahun. Demikian juga pada berat badan
angka rerata dari berat badan yaitu 48,6. Sedangkan untuk rerata berat badan
memikili range antara 37 - 64 kg dengan rerata 48,6 kg. Rerata tinggi badan berada
pada kisaran 1,55 m, dengan range antara 1,45 – 1,71 cm. Sedangkan pada Indeks
Masa Tubuh (IMT) rerata 20,29, dan kategori IMT subyek penelitian paling banyak
pada kisaran berat badan normal (70%) dan tidak ada yang masuk dalam kategori
obesitas (sesuai dengan kriteria inklusi). Dengan data ini maka disimpulkan bahwa
subyek penelitian memiliki proporsi dengan karakteristik umum yang rata-rata
normal.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
90
Universitas Indonesia
Untuk karakteristik perilaku subyek penelitian terhadap perawatan SPA atau
pijat dan mengkomsumsi jamu dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Karakteristik Perilaku Terhadap Perawatan SPA/Pijat dan Perilaku
Konsumsi Jamu/Obat Tradisional Subyek Penelitian.
Proporsi
Pernah mengkomsumsi Jamu Ya 40 (66,7%)
Tidak 20 (33,3%)
Perawatan SPA Ya 51 (85%)
Tidak 9 (15%)
Dari data pada tabel 4.6. terlihat bahwa sebagian besar subyek penelitian
belum pernah mengkomsumsi jamu dalam bentuk apapun, yaitu 66,7%. Sedangkan
untuk perawatan SPA atau pijat profesional sebagian besar subyek penelitian belum
pernah melakukan perawatannya yaitu sebesar 85%.
4.3. Gambaran Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Tingkat Relaksasi
Secara Psikologis (Nilai VAS) Dan Fisik.
Pada Tabel 4.7. dapat dilihat efektifitas aromaterapi pada tiap kelompok
sesuai dengan waktu pengukuran dari tiap kelompok dan hubungan hasil
pengukurannya antara ketiga kelompok.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
91
Universitas Indonesia
Tabel 4.7. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Tingkat Relaksasi Secara
Psikologis dan Fisik
Variabel Waktu
Pengukuran
Minyak Esensial Indonesia
(n=20)
Minyak Lavender (n=20)
Kontrol (n=20) Nilai P*
Rerata SB Rerata SB Rerata SB
Visual Analogue
Scale (VAS)
VASBase 61,3 14,65 51,4 19,95 61,3 15,37 0,13
VAST1 76,3 12,96 81,8 10,26 80,2 15,44 0,39
VAST3 76,0 14,47 84,1 14,04 79,5 13,47 0,19
Mean Arterial Pressure
(MAP)
MAPBase 83,49 10,28 76,5 5,24 84,50 10,05 0,01
MAPT1 75,75 7,67 76,25 6,07 78,67 7,68 0,39
MAPT2 80,83 5,81 75,9 6,93 83,17 8,20 0,01
MAPT3 80,17 7,45 74,42 6,08 77,33 6,80 0,03
Frekuensi Nadi
NadiBase 73,4 13,44 67 9,53 69,2 9,46 0,18
NadiT1 68,4 7,44 65,6 18,10 70,2 10,58 0,53
NadiT2 75,3 4,51 77 8,37 81,0 8,98 0,05
NadiT3 68,6 5,39 70,15 9,09 68,6 5,39 0,71
Frekuensi Nafas
RRBase 15,9 1,36 15,55 1,39 15,6 1,14 0,52
RRT1 15,6 1,23 15,55 1,23 15.9 0,88 0,63
RRT2 15,9 0,75 16 0,65 15,8 0,64 0,51
RRT3 15,7 1,13 15,55 0,69 15,7 1,13 0,86
*P Anova test satu arah ; ɑ=0,05
Keterangan : Base = pengukuran awal;
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi T2 = pengukuran segera setelah tes kejut T3 = pengukuran 5 menit sesudah tes kejut (setelah adaptasi)
Dari tabel 4.7. di atas terlihat bahwa rerata tingkat relaksasi (nilai VAS) pada
ketiga kelompok setelah perlakuan relaksasi terlihat memiliki peningkatan yang
cukup besar pada ketiga kelompok, tetapi terlihat bahwa selisih rerata yang paling
besar terdapat pada kelompok lavender dan diikuti oleh kelompok campuran minyak
esensial Indonesia, walaupun reratanya tidak memiliki perbedaan secara statistik
(P>0,05). Setelah tes kejut tingkat relaksasi pada ketiga kelompok penelitian terlihat
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
92
Universitas Indonesia
tidak mengalami perubahan yang bermakna. Pada perubahan Mean Arterial Pressure
(MAP) terlihat bahwa terjadi penurunan setelah perlakukan relaksasi pada kelompok
campuran minyak esensial Indonesia dan kontrol, sedangkan pada kelompok lavender
relatif tidak terjadi perubahan. Pada kelompok campuran minyak esensial Indonesia
terlihat memiliki selisih rerata penurunan yang paling besar dibandingkan dengan
kelompok lavender dan kontrol walaupun reratanya tidak memiliki perbedaan secara
statistik, begitu juga pada frekuensi nadi. Setelah tes kejut terlihat bahwa peningkatan
rerata MAP dan frekuensi nadi dari ketiga kelompok tidak memiliki selisih yang
cukup besar, tetapi terlihat bahwa nilai MAP pada ketiga kelompok memiliki
perbedaan bermakna dan kelompok minyak esensial Indonesia memperlihatkan
peningkatan 3 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pada frekuensi
nafas tidak terlihat adanya perubahan yang bermakna pada ketiga kelompok.
4.4. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Relaksasi Secara Psikologis
Hasil analisa perubahan tingkat relaksasi secara psikologis dengan VAS
sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi pada ketiga kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8. Perubahan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (nilai VAS) Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Relaksasi pada Tiap Kelompok
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20) Nilai
P
Minyak
Lavender
(n = 20) Nilai
P
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Rerata SB Rerata SB Rerata SB
Nilai VAS Base 54 14,65 0.00
51,4 19,95 0,00
61,25 15,37 0.00
Nilai VAS T1 76,25 12,96 81,8 10,26 80,2 15,44
*P Paired t-test; ɑ=0,05
Keterangan : VAS = Visual Analog Scale
Base = pengukuran awal;
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
Dari tabel 4.8. terlihat terdapat peningkatan tingkat relaksasi secara psikologis
(nilai VAS) secara bermakna pada saat sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi pada
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
93
Universitas Indonesia
ketiga kelompok. Sedangkan perubahan tingkat relaksasi 5 menit setelah tes kejut
(setelah adaptasi) dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Perubahan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (nilai VAS) 5 Menit
Sesudah Tes Kejut pada Tiap Kelompok
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20) Nilai
P
Minyak
Lavender
(n = 20) Nilai
P
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Rerata SB Rerata SB Rerata SB
Nilai VAS T1 76,25 12,96 0.92
81,8 10,26 0,37
80,2 0,85 0,84
Nilai VAS T3 76 14,47 84,1 14,04 79,5 0,85
*P Paired t-test; ɑ=0,05
Keterangan : T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit sesudah tes kejut (setelah adaptasi)
Dari tabel 4.9. terlihat bahwa tidak terdapat perubahan tingkat relaksasi (nilai
VAS) secara bermakna pada saat 5 menit setelah tes kejut pada ketiga kelompok.
Perbandingan tingkat relaksasi secara psikologis antara kelompok penelitian dapat
dilihat pada tabl 4.10.
Tabel 4.10. Beda Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (selisih rerata nilai VAS)
Berdasarkan Waktu Pengukuran dan Kelompok Perlakuan
Waktu Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Minyak
Lavender
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
∆ T1 – Base 22,25 14,99 30,4 15,67 18,95 13,43 0,04
∆ T3 – T1 -0,25 11,29 2,3 11,27 -0,7 15,33 0,73
∆ T3 – Base 22 18,09 32,7 21,39 18,25 18,86 0,06
*P Anova Test; ɑ= 0,05 Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
94
Universitas Indonesia
Pada tabel 4.10. di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan tingkat relaksasi
secara psikologis (nilai VAS) yang bermakna pada ketiga kelompok perlakukan,
dimana pada minyak lavender memiliki selisih yang paling besar dan diikuti oleh
campuran minyak esensial Indonesia. Sedangkan pada 5 menit setelah tes kejut
selisih rerata pada masing-masing kelompok tidak terlalu jauh dibandingkan dengan
pengukuran pada kondisi relaks. Sedangkan tabel perbandingan tingkat relaksasi
antara tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.11. dan tabel 4.12.
Tabel 4.11. Perbandingan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (selisih rerata nilai
VAS) Antara Kelompok Minyak Esensial Indonesia dengan Kelompok Minyak
Lavender.
Waktu
Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Minyak
Lavender
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
∆ T1 – Base 22,25 14,99 30,4 15,67 0,10
∆ T3 – T1 -0,25 11,29 2,3 11,27 0,48
∆ T3 – Base 22 18,09 32,7 21,39 0,09
Nilai P* Independent t-Test
Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Dari tabel 4.11. di atas terlihat bahwa tingkat relaksasi minyak esensial
Indonesia secara psikologis sama dibandingkan dengan minyak lavender. Sedangkan
pada 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi) terlihat bahwa tingkat relaksasi antara
campuran minyak esensial Indonesia dengan lavender juga sama.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
95
Universitas Indonesia
Tabel 4.12. Perbandingan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (selisih rerata nilai
VAS) Antara Kelompok Minyak Esensial Indonesia dengan Kontrol
Waktu Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
∆ T1 – Base 22,25 14,99 18,95 13,43 0,47
∆ T3 – T1 -0,25 11,29 -0,7 15,33 0,92
∆ T3 – Base 22 18,09 18,25 18,86 0,53
Nilai P* Independent t Test Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Dari tabel 4.12. di atas terlihat bahwa tingkat relaksasi minyak esensial
Indonesia secara psikologis memiliki kecenderungan yang lebih baik dibandingkan
dengan kontrol, walaupun belum bermakna secara statistik. Sedangkan pada 5 menit
setelah tes kejut (setelah adaptasi) terlihat bahwa tingkat relaksasi secara psikologis
antara campuran minyak esensial Indonesia dengan kontrol sama. Untuk tabel
perbandingan tingkat relaksasi antara minyak lavender dengan kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Perbandingan Tingkat Relaksasi Secara Psikologis (selisih rerata nilai
VAS) Antara Kelompok Minyak Lavender Lavender dengan Kontrol
Waktu Pengukuran
Minyak Lavender
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
∆ T1 – Base 30,4 15,67 18,95 13,43 0,02
∆ T3 – T1 2,3 11,27 -0,7 15,33 0,49
∆ T3 – Base 32,7 21,39 18,25 18,86 0,03
Nilai P* Independent t Test Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
96
Universitas Indonesia
Pada tabel 4.13. terlihat bahwa minyak lavender masih lebih baik tingkat
relaksasinya dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pada 5 menit setelah tes kejut
terlihat bahwa tingkat relaksasi minyak lavender lebih baik dibandingkan dengan
kontrol.
Sedangkan grafik tingkat relaksasi pada tiap waktu pengukuran pada ketiga
kelompok uji dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik Tingkat Relaksasi Secara Psikologis pada Setiap Waktu Pengukuran
Menurut Kelompok (n=20).
Pada gambar 4.1. terlihat bahwa sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi
kelompok lavender memiliki selisih rerata tingkat relaksasi (nilai VAS) yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok minyak esensial Indonesia dan kelompok
kontrol, tetapi kelompok esensial Indonesia memiliki selisih rerata tingkat relaksasi
yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol, tetapi pada 5 menit setelah tes kejut
terlihat bahwa tidak terdapat peningkatan yang cukup bermakna pada ketiga
kelompok perlakuan.
Keterangan Gambar :
1. Kel. Campuran Minyak
Esensial Indonesia
2. Kel. Lavender
3. Kel. Kontrol
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
97
Universitas Indonesia
4.5. Efektifitas Minyak Esensial Terhadap Relaksasi Secara Fisik (Perubahan
MAP, Frekuensi Nadi dan Frekuensi Nafas)
Hasil analisa pengaruh aromaterapi terhadap relaksasi secara fisik pada saat
sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi pada ketiga kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.14.
Tabel 4.14. Efektifitas Minyak Esensial terhadap Relaksasi Secara Fisik (MAP,
Frekuensi Nadi, Frekuensi Nafas) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Relaksasi pada
Tiap Kelompok
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Nilai
P*
Minyak
Lavender
(n = 20) Nilai
P*
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Rerata SB Rerata SB Rerata SB
MAP Base 83,49 10,26 0,02
76,5 5,23 0,73
84,5 10,04 0.04
MAP T1 75,75 7,67 76,25 6,06 78,67 7,68
Frekuensi Nadi Base 73,4 13,13 0,09
67 9,52 0,77
69,2 9,46 0,68
Frekuensi Nadi T1 68,4 7,44 65 18,09 70,2 10,58
Frekuensi Nafas Base 15,9 1,37 0,29
15,5 1,39 0,89
15,6 1,14 0,31
Frekuensi Nafas T1 15,5 1,23 15,55 1,23 15,85 0,88
*P Paired Sample t-Test; ɑ=0,05
Keterangan : Base = pengukuran awal;
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
Dari tabel 4.14. terlihat terdapat penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
secara bermakna pada saat sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi pada kelompok
campuran minyak esensial Indonesia dan kelompok kontrol. Sedangkan pada
kelompok lavender tidak terlihat penurunan MAP yang bermakna setelah perlakuan
relaksasi. Sedangkan untuk frekuensi nadi dan frekuensi nafas tidak terlihat
penurunan secara bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi pada
ketiga kelompok perlakuan.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
98
Universitas Indonesia
Tabel 4.15. Perubahan Relaksasi Secara Fisik (MAP, Frekuensi Nadi, dan Frekuensi
Nafas) Sesudah Tes Kejut Pada Masing-masing Kelompok
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Nilai
P*
Minyak
lavender
(n = 20) Nilai P
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Rerata SB Rerata SB Rerata SB
MAP T1 75,49 10,26 0,00
76,25 6,07 0,73
78,67 7,68 0.05
MAP T2 80,83 7,67 75,92 6,93 83,17 8,2
Frekuensi
Nadi T1 68,4 13,13
0,00
65,6 18,09
0,01
70,2 10,58
0,00 Frekuensi
Nadi T2 75,3 7,44 77 8,37 81 8,98
Frekuensi
Nafas T1 15,55 1,37
0,43
15,55 1,23
0,07
15,85 0,88
0,65 Frekuensi
Nafas T2 15,85 1,23 16 0,65 15,75 0,64
*P Paired Sample t-Test; ɑ=0,05
Keterangan : MAP = Mean Arterial Pressure
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T2 = pengukuran setelah refleks kejut
Dari tabel 4.15. terlihat bahwa terlihat kenaikan MAP dan frekuensi nadi
secara bermakna pada kelompok campuran minyak esensial Indonesia dan kelompok
kontrol. Sedangkan pada frekuensi nafas tidak terlihat perubahan yang bermakna
pada semua kelompok perlakuan. Pada kelompok lavender hanya terlihat peningkatan
bermakna pada frekuensi nadi saja.
Sedangkan perubahan relaksasi secara fisik 5 menit sesudah tes kejut (sesudah
adaptasi) dapat dilihat pada tabel 4.16.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
99
Universitas Indonesia
Tabel 4.16. Perubahan Relaksasi Secara Fisik (MAP, Frekuensi Nadi, dan Frekuensi
Nafas) 5 menit Setelah Tes Kejut Pada Masing-masing Kelompok
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Nilai
P*
Minyak
lavender
(n = 20) Nilai P
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Rerata SB Rerata SB Rerata SB
MAP T1 75,49 10,28 0,00
76,25 5,23 0,1
78,67 10,05 0.39
MAP T3 80,17 7,45 74,42 6,08 77,33 6,8
Frekuensi
Nadi T1 68,4 13,44
0,92
65,6 9,53
0,24
70,2 9,46
0,81 Frekuensi
Nadi T3 68,6 5,39 70,15 9,09 68,6 5,39
Frekuensi
Nafas T1 15,55 1,36
0,72
15,55 1,39
1,00
15,85 0,88
0,59 Frekuensi
Nafas T3 15,7 1,13 15,55 0,69 15,7 0,64
*P Paired Sample t-Test; ɑ=0,05
Keterangan : MAP = Mean Arterial Pressure
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Pada tabel 4.16. terlihat bahwa pada ketiga kelompok tidak terdapat
perbedaan relaksasi fisik pada 5 menit sesudah tes kejut pada parameter MAP dan
frekuensi nadi. Hanya saja pada campuran minyak esensial Indonesia terlihat adanya
perbedaan bermakna antara pengukuran akhir dan setelah relaksasi. Ini berarti pada
saat akhir semua perlakuan subyek penelitian kembali ke kondisi relaksasi.
Perbandingan beda efektifitas aromaterapi terhadap relaksasi secara fisik
antara ketiga kelompok perlakuan diperlihatkan dengan menganalisis selisih rerata
pada setiap intervensi pada masing-masing kelompok (tabel 4.17).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
100
Universitas Indonesia
Tabel 4.17. Beda Efektifitas Minyak Esensial terhadap Relaksasi secara Fisik
Berdasarkan Waktu Pengukuran dan Kelompok Perlakuan
Variabel Waktu
Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Minyak
Lavender
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai
P* Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Mean Arterial
Pressure (MAP)
∆ T1 – Base -7,75 13,05 -0,25 3,16 -5,83 8,08 0,03
∆ T3 – T1 4,42 5,36 -1,83 4,77 -1,33 6,79 0,00
∆ T3 – Base -3,33 12,23 -2,08 4,62 -7,17 8,26 0,18
Frekuensi Nadi
∆ T1 – Base -5 12,64 -1,4 20.94 1 10,6 0,47
∆ T3 – T1 0,2 8,65 4,55 16,89 -1,6 10,42 0,29
∆ T3 – Base -4,8 12,62 3,15 11,42 -0,6 10,72 0,11
Frekuensi Nafas
∆ T1 – Base -0,4 1,64 0,05 1,7 0,25 1,07 0,38
∆ T3 – T1 0,15 1,81 0 0,97 -0,15 1,23 0,79
∆ T3 – Base -0,25 1,86 0,05 1,47 0,1 1,8 0,79
*P Anova test; ɑ=0,05
Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Pada tabel 4.17. di atas didapatkan pada ketiga kelompok terdapat perbedaan
selisih rerata relaksasi secara fisik yang bermakna pada parameter MAP. Sedangkan
pada parameter frekuensi nadi dan frekuensi nafas tidak terdapat perbedaan. Pada 5
menit setelah tes kejut terlihat bahwa terdapat perbedaan selisih rerata relaksasi
secara fisik pada parameter MAP saja, dan selisih peningkatan terbesar pada
campuran minyak esensial Indonesia. Pada 5 menit setelah tes kejut terlihat bahwa
selisih rerata frekuensi nadi sama pada ketiga kelompok, sedangkan pada MAP
campuran minyak esensial Indonesia memiliki selisih nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak lavender dan kontrol. Pada pengukuran akhir terlihat
bahwa tidak terdapat selisih rerata yang bermakna pada seluruh pengukuran.
Sedangkan untuk perbandingan efektifitas relaksasi secara fisik antara ketiga
kelompok dapat dilihat pada tabel 4.18. sampai 4.20.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
101
Universitas Indonesia
Tabel 4.18. Perbandingan Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak Esensial
Indonesia dengan Kelompok Minyak Lavender
Variabel Waktu
Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Minyak
Lavender
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Mean
Arterial
Pressure
(MAP)
∆ T1 – Base -7,75 13,05 -0,25 3,16 0,02
∆ T3 – T1 4,42 5,36 -1,83 4,7 0,00
∆ T3 – Base -3,33 12,23 -2,08 4,62 0,67
Frekuensi
Nadi
∆ T1 – Base -5 12,64 -1,4 20.94 0,51
∆ T3 – T1 0,2 8,6 4,5 16,89 0,31
∆ T3 – Base -4,8 12,62 3,15 11,42 0,04
Frekuensi
Nafas
∆ T1 – Base -0,4 1,64 0,05 1,7 0,39
∆ T3 – T1 0,15 1,81 0 0,97 0,74
∆ T3 – Base -0,25 1,86 0,05 1,47 0,58
P* Independent t-Test; ɑ = 0,05
Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T2 = pengukuran setelah tes kejut
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Pada tabel 4.18. di atas terlihat bahwa terdapat penurunan MAP pada minyak
esensial Indonesia lebih baik dibandingkan dengan minyak lavender, dan bermakna
secara statistik, pada frekuensi nadi penurunan paling besar pada campuran minyak
esensial Indonesia. Pada 5 menit setelah tes kejut terlihat bahwa kenaikan MAP lebih
besar pada campuran minyak esensial Indonesia dibandingkan dengan minyak
lavender. Pada frekuensi nadi terlihat bahwa minyak esensial Indonesia kenaikannya
tidak begitu tinggi dibandingkan dengan minyak lavender. Sedangkan pada frekuensi
nafas tidak terdapat perubahan selisih rerata (selisih rerata hampir nol) pada semua
perlakuan.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
102
Universitas Indonesia
Tabel 4.19. Perbandingan Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak Esensial
Indonesia dengan Kontrol
Variabel Waktu
Pengukuran
Minyak Esensial
Indonesia
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Mean
Arterial
Pressure
(MAP)
∆ T1 – Base -7,75 13,05 -5,83 8,08 0,58
∆ T3 – T1 4,42 5,36 -1,33 6,7 0,74
∆ T3 – Base -3,33 12,23 -7,17 8,26 0,25
Frekuensi
Nadi
∆ T1 – Base -5 12,64 1 10,6 0,11
∆ T3 – T1 0,2 8,6 -1,6 5,8 0,00
∆ T3 – Base -4,8 12,62 -0,6 10,72 0,26
Frekuensi
Nafas
∆ T1 – Base -0,4 1,64 0,25 1,07 0,38
∆ T3 – T1 0,15 1,81 -0,15 1,25 0,54
∆ T3 – Base -0,25 1,86 0,1 1,8 0,79
P* Independent t-Test; ɑ = 0,05 Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Pada tabel 4.19. di atas terlihat bahwa campuran minyak esensial Indonesia
selisih rerata MAP masih lebih baik (selisih penurunan 2 mmHg) dibandingkan
dengan kontrol, walapun masih belum bermakna secara statistik, begitu juga pada
frekuensi nadi. Sedangkan pada 5 menit setelah tes kejut terlihat bahwa campuran
minyak esensial Indonesia memiliki selisih rerata MAP dan frekuensi nadi yang lebih
besar dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak bermakna secara statistik, pada
frekuensi nadi selisih reratanya bermakna secara statistik. Pada frekuensi nafas
selisih reratanya hampir nol.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
103
Universitas Indonesia
Tabel 4.20. Perbandingan Tingkat Relaksasi Secara Fisik Antara Kelompok Minyak
Lavender dengan Kontrol
Variabel Waktu
Pengukuran
Minyak
Lavender
(n = 20)
Kontrol
(n = 20) Nilai P*
Selisih
Rerata SB
Selisih
Rerata SB
Mean
Arterial
Pressure
(MAP)
∆ T1 – Base -0,25 3,16 -5,83 8,08 0,07
∆ T3 – T1 -1,83 4,77 -1,33 6,7 0,79
∆ T3 – Base -2,08 4,62 -7,17 8,26 0,02
Frekuensi
Nadi
∆ T1 – Base -1,4 20.94 1 10,6 0,65
∆ T3 – T1 4,55 16,89 -1,6 5,8 0,17
∆ T3 – Base 3,15 11,42 -0,6 10,72 0,29
Frekuensi
Nafas
∆ T1 – Base 0,05 1,7 0,25 1,07 0,66
∆ T3 – T1 0 0,97 -0,15 1,25 0,67
∆ T3 – Base 0,05 1,47 0,1 1,8 0,92
P* Independent t-Test; ɑ = 0,05 Keterangan : Base = pengukuran awal
T1 = pengukuran setelah perlakuan relaksasi
T3 = pengukuran 5 menit setelah tes kejut (setelah adaptasi)
Dari tabel 4.20. di atas terlihat bahwa penurunan MAP dan frekuesni nadi pada
minyak lavender sama dibandingkan dengan kontrol, walaupun terlihat selisih
penurunan MAP pada kontrol lebih besar. Pada Frekuensi nadi terlihat penurunannya
lebih baik pada minyak lavender dibandingkan dengan kontrol walaupun tidak
bermakna secara statistik. Pada 5 menit setelah tes kejut terlihat penurunan MAP
pada minyak lavender sama dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pada frekuensi
nadi terlihat bahwa penurunan pada kelompok lavender tidak berbeda bermakna
dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan untuk frekuensi nafas tidak terlihat adanya
perubahan (selisih hampir nol).
Sedangkan grafik perubahan MAP, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas dapat
dilihat pada gambar 4.2. sampai 4.4.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
104
Universitas Indonesia
Gambar 4.2. Grafik Perubahan MAP pada Tiap Waktu Pengukuran Menurut
Kelompok (n=20)
Pada gambar 4.2. terlihat bahwa pada kelompok campuran minyak esensial
Indonesia setelah perlakuan relaksasi memiliki selisih rerata penurunan MAP lebih
besar dibandingkan dengan kelompok lavender dan kelompok kontrol. Setelah tes
kejut selisih rerata peningkatan MAP pada kelompok uji terlihat hampir sama dengan
kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok lavender bahkan terjadi penurunan
grafik.
Keterangan Gambar :
1. Kel. Campuran Minyak
Esensial Indonesia
2. Kel. Lavender
3. Kel. Kontrol
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
105
Universitas Indonesia
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Frekuensi Nadi pada Tiap Waktu Pengukuran
Menurut Kelompok (n=20)
Pada gambar 4.3. telihat bahwa kelompok campuran minyak esensial
Indonesia setelah perlakuan relaksasi menunjukkan selisih rerata penurunan frekuensi
nadi lebih besar dibandingkan dengan kelompok lavender dan kontrol, bahkan pada
kelompok kontrol terjadi kenaikan frekuensi nadi setelah perlakuan relaksasi.
Sedangkan kelompok lavender terlihat tidak terdapat selisih rerata yang cukup jauh
dibandingkan dengan kelompok campuran minyak esensial Indonesia. Setelah tes
kejut ternyata kelompok uji menunjukkan selisih rerata kenaikan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok lavender dan kontrol.
Keterangan Gambar :
1. Kel. Campuran Minyak
Esensial Indonesia
2. Kel. Lavender
3. Kel. Kontrol
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
106
Universitas Indonesia
Gambar 4.4. Grafik Perubahan Frekuensi Nafas pada Tiap Waktu Pengukuran
Menurut Kelompok (n=20)
Pada gambar 4.4. terlihat bahwa baik pada kelompok campuran minyak
esensial Indonesia, kelompok lavender dan kontrol tidak didapatkan perubahan
frekuensi nafas yang berarti.
Keterangan Gambar :
1. Kel. Campuran Minyak
Esensial Indonesia
2. Kel. Lavender
3. Kel. Kontrol
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
107 Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Pemakaian minyak esensial sebagai aromaterapi untuk relaksasi sudah sangat
luas digunakan di masyarakat. Aromaterapi merupakan intervensi nonfarmakologis
yang bersifat noninstruktif, noninvasif, murah sederhana, dan efektif (Price, 2007).
Penelitian efektifitas aromaterapi untuk meningkatakan rasa relaksasi sudah banyak
dilakukan. Salah satu penelitian yang hampir memiliki metodologi yang sama dengan
penelitian ini dilakukan oleh Kim et al (2010) yang membandingkan efektifitas
campuran aromaterapi minyak lavender, chamomile, dan jeruk manis yang
dibandingkan dengan kontrol (tanpa minyak aromaterapi). Pada penelitian tersebut
Kim mengamati efektifitas aromaterapi dengan menggunakan penilaian relaksasi
psikologis (dengan VAS dan McNair’s tension anxiety scale) dan pengaruhnya ke
sistem saraf otonom dengan penilaian tekanan darah sistolik, diastolik, dan frekuensi
nadi.
Pada penelitian ini walaupun terdapat beberapa kesamaan metode yang
digunakan tetapi terdapat hal-hal yang menjadikan penelitian ini memiliki kekuatan
dan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya, walaupun terdapat keterbatasan
yang memang belum bisa dihindarkan oleh peneliti.
5.1. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian
5.1.1. Kekuatan Penelitian
Penelitian dilakukan pada subyek penelitian yang dipilih sudah memiliki
pendidikan yang cukup baik yaitu mahasiswa akademi keperawatan, karena memang
rata-rata pengunjung fasilitas pengobatan tradisional adalah orang-orang yang cukup
pendidikannya, dan ini mempengaruhi persepsi mereka secara psikologis terhadap
perawatan aromaterapi (Global SPA Summit, 2010). Selain itu juga subyek penelitian
dipilih yang memang menyukai bau minyak aromaterapi yang dipakai dalam
pengujian sehingga dapat mengurangi faktor bias dari variabel bebasnya.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
108
Universitas Indonesia
Selain itu juga tempat penelitian yang digunakan adalah tempat penelitian
yang pemiliknya tidak memiliki kepentingan terhadap produk ataupun jenis layanan
yang ada di tempat tersebut sehingga tempat penelitian bisa dikontrol dengan baik
sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan di dalam metode penelitian.
Pada pemilihan alat ukur untuk penilaian secara psikologis digunakan alat
ukur Visual Analog Scale (VAS) yang sudah digunakan secara luas di berbagai
negara dan sudah cukup terbukti efektif untuk penilaian karakteristik sikap secara
subyektif yang sangat sulit mengukurnya seperti pada penilaian psikologis terhadap
relaksasi pada penelitian ini (Crichton 2001; Williamson et al, 2005). Beberapa
penilaian yang menggunakan VAS adalah penilaian nafsu makan, (Parker, 2004,
Whybrow et al, 2006), penilaian efektifitas minyak kenanga terhadap relaksasi
dengan beberapa parameter psikologis yaitu tingkat perhatian, kewaspadaan,
ketenangan, relaksasi, mood, dan semangat (Hongratanaworakit, 2006). Dengan
beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa VAS sudah cukup valid untuk
pegukuran sikap terhadap aromaterapi secara subyektif.
Pada penelitian ini juga menggunakan metoda yang belum pernah dilakukan
pada penelitian sebelumnya yaitu dengan menambahkan tes kejut (startle test)
sebagai salah satu tes provokasi untuk melihat sejauh mana efektifitas dari minyak
esensial dapat mengurangi efek psikologis, dan efek simpatis yang diakibatkan stress
yang dibuat.
Pada penelitian ini efektifitas minyak esensial terhadap relaksasi secara fisik
dinilai dengan menggunakan parameter tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi
nafas. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini juga dilakukan oleh penelitian
aromaterapi terhadap penurunan ansietas yang dilakukan oleh Kim et al (2010)
dengan menggunakan parameter tekanan darah, dan frekuensi nadi. Penelitian lain
dilakukan oleh Sihotang (2009) yang menguji efektifitas aromaterapi terhadap
penurunan tekanan darah frekuensi nadi dan frekuensi nafas pada persalinan kala 1.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
109
Universitas Indonesia
5.1.2. Keterbatasan Penelitian
Pada penapisan subyek penelitian karena keterbatasan waktu penelitian,
peneliti masih mengunakan kuisioner dan diambil secara bersama-sama pada satu
hari pengambilan data, dan peserta diminta mengisi kuisioner sendiri (self
assessment) yang mungkin menimbulkan faktor keengganan dari responden untuk
mengisi kuisioner penapisan, tetapi hal ini dikurangi dengan mengkonfirmasi ulang
pertanyaan yang memiliki jawaban yang bertentangan terhadap pertanyaan lain yang
saling berhubungan. Selain itu juga pada penelitian ini pada kriteria ekslusi tidak
menyingkirkan responden berdasarkan dengan siklus menstruasinya karena
keterbatasan jumlah responden yang akan direkrut mungkin ini bisa berpengaruh
terhadap tingkat kecemasan subyek penelitian (Presti et al, 2012), sehingga bisa
membuat respon yang tidak terhadap aromaterapi.
Pada penelitian ini juga responden yang akan masuk dalam penelitian belum
dilakukan penapisan yang seragam terhadap resiko stress. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan jumlah subyek yang akan direkrut, karena sebagian calon subyek
penelitian ada yang sudah masuk dalam praktek di rumah sakit sehingga jadwal tidak
bisa disamakan dengan jadwal penelitian, dan sebagian lagi respondennya adalah
laki-laki yang memang tidak bisa masuk dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini juga masih belum memperhatikan adanya faktor-faktor
kovariat yang mungkin bisa mempengaruhi terhadap hasil penelitian antara lain
faktor usia, indeks massa tubuh, faktor perilaku meminum jamu, perilaku terhadap
perawatan SPA, dan faktor kesehatan reproduksi, baik terhadap variabel tergantung
maupun variabel bebasnya. Salah satu variabel yang sudah diteliti adalah persepsi
orang yang datang ke suatu pengobatan tradisional memperlihatkan bahwa ternyata
50% pengunjung yang datang ke apotik tradisional memiliki persepsi yang baik
terhadap pengobatan tradisional (Hidayati et al, 2011), dan ini bisa dijadikan dasar
untuk penelitian lebih lanjut terhadap hubungan dengan variabel di atas dengan
tingkat relaksasi akibat aromaterapi.
Pada penelitian ini alat ukur terhadap perubahan relaksasi secara fisik masih
menggunakan alat ukur sederhana berupa tekanan darah air raksa untuk mengukur
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
110
Universitas Indonesia
tekanan darah, pengukuran frekuensi nadi dan frekuensi nafas secara manual,
dikarenakan keterbatasan biaya, sehingga bias pengukuran masih mungkin terjadi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2010) tekanan darah dan frekuensi
nadi serta aktivitas simpatis dan parasimpatis diukur dengan menggunakan satu alat
dengan berbagai parameter tersebut.
Penelitian ini juga masih merupakan penelitian pendahuluan untuk mengukur
efektifitas campuran minyak esensial Indonesia terhadap relaksasi jadi belum
memperhatikan dosis terapeutik yang memang dapat menyebabkan relaksasi, dan
dosis pemberian yang ada memang dosis yang sudah lazim digunakan pada tempat-
tempat perawatan SPA dan pusat-pusat kebugaran yang sudah luas digunakan yaitu
pada konsentrasi 3% (Bowels, 2003). Penelitian klinis lanjutan mungkin perlu
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi minyak atsiri yang tepat untuk menghasilkan
tingkat relaksasi yang berbeda.
5.2. Tingkat Kesukaan Terhadap Campuran Minyak Esensial Indonesia
Pada awal penelitian dilakukan pengujian pendahuluan untuk mendapatkan
perbandingan minyak sereh wangi, kenanga dan nilam yang paling disukai dan paling
memiliki manfaat relaksasi secara subyektif. Hasil pengujian menunjukkan
perbandingan campuran yang diminati yaitu minyak minyak sereh wangi, minyak
kenanga, dan minyak nilam yang dipilih dalam uji peringkat kesukaan dan manfaat
relaksasi adalah dengan perbandingan 1 : 3 : 3 (v/v/v). Dengan perbandingan seperti
di atas maka bau minyak sereh wangi yang sangat tajam akibat kandungan
terpenoidnya yaitu sitronelal (sampai 55%) (Price, 2007) dapat dikurangi. Dari
perhitungan kandungan kimia dari sitronelal dalam campuran minyak esensial
(pengenceran jadi 3%) di atas dengan komposisi di atas didapatkan konsentrasi
sitronelal dalam campuran minyak esensial Indonesia adalah 0,23% (lihat tabel 4.3.).
Dengan konsentrasi ini dapat diperkirakan bahwa campuran dengan sitronelal 0,23%
adalah persentase yang paling baik banyak disukai dalam suatu campuran
aromaterapi. Penelitian lebih lanjut bisa dilakukan untuk melihat berbagai komposisi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
111
Universitas Indonesia
sitronelal dalam berbagai konsentrasi terhadap tingkat kesukaan suatu campuran
aromatetapi sehingga dapat digunakan untuk kepentingan industri aromaterapi.
5.3. Efektifitas Campuran Minyak Esensial Indonesia dan Minyak Lavender
Terhadap Relaksasi Secara Psikologis
Campuran minyak esensial Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini
adalah minyak sereh wangi, minyak kenanga dan minyak nilam. Pada penilitian ini
efektifitas aromaterapi secara psikologis dinilai dengan menggunakan Visual Analog
Scale (VAS), dengan skala dari 0 – 100 mm.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa baik campuran minyak esensial
Indonesia, minyak lavender dan pijat saja memiliki efektifitas untuk menghasilkan
relaksasi. Tetapi minyak lavender memiliki kecenderungan efektifitas yang lebih baik
dibandingkan dengan campuran minyak esensial Indonesia dan pijat saja secara
psikologis. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hongratanaworakit et al (2006) dengan menggunakan alat ukur VAS yang
menunjukkan bahwa aromaterapi (dengan minyak kenanga) memiliki efek relaksasi
secara psikologis dengan perbedaan nilai 13 mm. Pada penelitian ini juga terlihat
bahwa ketiga kelompok perlakuan belum ada perbedaan yang bermakna terhadap
relaksasi baik campuran minyak esensial Indonesia, minyak lavender dan pijat.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa salah satu dari ketiga kelompok perlakuan tidak
memiliki keunggulan yang bermakna. Hal ini memperlihatkan bahwa mekanisme
apapun yang digunakan untuk relaksasi memiliki efek secara psikologis yang sama
untuk menimbulkan perasaan relaks dan tenang, tetapi terlihat bahwa kecenderungan
tingkat relaksasi semakin baik, dan seseorang akan menjadi relaks apabila
ditambahkan dengan aromaterapi, dan terlihat bahwa efek relaksasi yang paling baik
didapat dari minyak lavender dan diikuti oleh campuran minyak Indonesia (gambar
4.1.). Hasil ini juga membuktikan bahwa pemijatan dapat menyebabkan relaksasi
yang sama dengan minyak esensial karena mekanisme yang terjadi didasari pada
mekanisme yang sama yaitu melalui sistem limbik, dimana efek pemijatan yang
dilakukan akan merangsang motor end plate pada otot kemudian sinyal ini
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
112
Universitas Indonesia
dihantarkan melalui saraf sensoris ke medual spinalis dan otak. Di otak sinyal
kembali dihantarkan ke hipotalamus dan ke amigdala sehingga mempengaruhi pusat
emosi pada sistem limbik (Rosser, 2004).
Sedangkan 5 menit setelah dilakukan provokasi stress dengan tes kejut
(Startle Test) terlihat ternyata bahwa baik campuran minyak esensial Indonesia,
minyak lavender dan pemijatan saja tidak membuat perubahan apapun pada tingkat
relaksasi secara psikologisnya. Hal ini mungkin disebabkan karena relaksasi secara
psikologis yang didapatkan sudah maksimal dan efek stress yang bisa dihasilkan
dengan tes kejut tidak langsung bisa mengubah emosi seseorang secara psikologis.
5.4. Efektifitas Campuran Minyak Esensial Indonesia dan Minyak Lavender
Terhadap Relaksasi Secara Fisik
Pada penelitian ini juga terlihat adanya pengaruh aromaterapi dengan minyak
esensial Indonesia, dan minyak lavender terhadap relaksasi secara fisik yang dinilai
dengan parameter Mean Arterial Pressure (MAP), frekuensi nadi, dan frekuensi
nafas.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa baik campuran minyak esensial
Indonesia, dan pemijatan saja memiliki efektifitas relaksasi fisik pada parameter
MAP, sedangkan pada parameter frekuensi nadi dan frekuensi nafas terlihat bahwa
campuran minyak esensial Indonesia, minyak lavender dan pemijatan tidak memiliki
pengaruh yang cukup, walaupun pada campuran minyak esensial Indonesia memiliki
kecenderungan menimbulkan relaksasi yang pada parameter frekuensi nadi. Pada
kontrol pun terlihat bahwa penurunan frekuensi nadi untuk relaksasi penurunan tidak
terlihat besar, hal ini juga dikarenakan pada frekuensi nadi pada kontrol mungkin
sudah berada pada kondisi relaks. Sedangkan pada frekuensi nafas perlakukan
relaksasi tidak menimbulkan reaksi apa-apa. Hal yang sama didapat dari penelitian
yang dilakukan oleh Antony (2006) memperlihatkan adanya efek relaksasi fisik
dengan aromaterapi terhadap sistem simpatis pada parameter tekanan darah sistolik
dan diastolik yang bermakna, sedangkan pada frekuensi nadi tidak menunjukkan
perubahan yang bermakna, begitu juga dengan frekuensi nafas (Antony, 2006).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
113
Universitas Indonesia
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (2010) dan Chang et al
(2010) dengan minyak aromaterapi yang berbeda, memperlihatkan penurunan
tekanan darah dan frekuensi nadi yang bermakna, sedangkan frekuensi nafas tidak
terlihat adanya perubahan. Hal ini membuktikan bahwa efektifitas aromaterapi
dengan inhalasi sangat berpengaruh terhadap sistem simpatis terutama pada
parameter tekanan darah dan frekuensi nadi. Pada minyak Lavender memang seakan-
akan tidak terlihat pengaruh relaksasi fisik terutama pada parameter MAP oleh
intervensi aromaterapi, hal ini bisa disebabkan karena pada kelompok minyak
lavender pada awal pengukuran memang sudah berada pada kondisi relaks dilihat dari
hasil setelah intervensi aromaterapi (Tabel 4.12). Pada pengukuran juga terlihat
bahwa bisa disimpulkan kondisi relaksasi untuk MAP berada pada range 75 – 78
mmHg, sedangkan untuk frekuensi nadi berada pada range 65 – 70 x/menit, karena
pada range tersebut terlihat tidak terjadi efek relaksasi secara fisik, tetapi hal ini
masih memerlukan pembuktian pada penelitian yang lebih lanjut, sehingga dapat
dijadikan kriteria kondisi relaksasi pada parameter fisik.
Selain itu juga pada penelitian ini terlihat segera setelah provokasi tes dengan
tes kejut terlihat adanya peningkatan parameter MAP pada kelompok minyak esensial
Indonesia dan tanpa aromaterapi, dan peningkatan parameter frekuensi nadi pada
semua kelompok, sehingga terlihat bahwa hampir semua parameter mengalami
kenaikan kecuali pada frekuensi nafas (tabel 4.13). Hal ini menunjukkan bahwa efek
relaksasi akan berkurang bila diberikan provokasi stress walaupun telah diberikan
aromaterapi maupun perlakuan relaksasi yang lainnya. Respon ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lynch et al (2009), yang memperlihatkan tetap terjadi
peningkatan efek simpatis pada parameter frekuensi nadi setelah diberikan tes kejut
walaupun setelah pemberian musik klasik subyek dalam kondisi relaks. Meskipun
terjadi peningkatan efek simpatis terlihat hasil yang cukup baik pada intervensi
dengan campuran minyak esensial Indonesia dimana selisih perubahan MAP dan
frekuensi nadi, masih lebih rendah dibandingkan dengan yang mendapat pemijatan
saja (gambar 4.2 dan 4.3).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
114
Universitas Indonesia
Sedangkan 5 menit setelah dilakukan provokasi stress (setelah adaptasi)
terlihat bahwa hampir semua tehnik relaksasi, secara fisik subyek penelitian kembali
pada kondisi relaksasi terutama pada parameter MAP dan frekuensi nadi. Hal ini
memperlihatkan bahwa semua kondisi pada saat 5 menit setelah tes kejut dapat
kembali lagi kepada kondisi setelah adaptasi. Hanya pada campuran minyak esensial
Indonesia yang tidak kembali pada kondisi relaksasi 5 menit setelah tes kejut,
meskipun begitu tetap tidak kembali kepada kondisi sebelum dilakukan intervensi.
Dari hasil ini membuktikan bahwa intervensi relaksasi secara keseluruhan dapat
menghambat pengaruh stress pada saat setelah adaptasi dari kondisi stress, dan akan
kembali kepada keadaan relaks. Mekanisme penghambatan stresor ini memang belum
bisa sepenuhnya dimengerti tetapi, jalur yang paling mungkin adalah hubungan pada
sistem retikularis yang ada dibatang otak dengan korteks sereberi dan sistem saraf
otonom. Setelah bau-bauan diterima pada sistem bulbus olfaktorius dan diteruskan ke
korteks serebri dan sinyal diteruskan ke hipotalamus pada sistem limbik, hipotalamus
mengirimkan sinyalnya ke sistem retikularis di batang otak, dan dari sini melalui
serabut eferennya formatio retikularis mengirimkan impuls ke pengaturan saraf
otonom di medulla spinalis dan memodulasi pusat pengaturan kardiovaskuler di
medulla oblongata (Guyton, 2007).
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa efektifitas relaksasi secara fisik
campuran minyak esensial Indonesia lebih baik dibandingkan dengan lavender pada
parameter MAP, sedangkan pada parameter frekuensi nadi perbedaan antara
campuran minyak esensial Indonesia dan lavender tidak begitu kuat, namun
campuran minyak esensial Indonesia masih lebih unggul (tabel 4.16). Sedangkan
apabila dibandingkan dengan pemijatan saja, campuran minyak esensial Indonesia
tidak begitu unggul, karena perubahannya tidak berbeda jauh dibandingkan dengan
pemijatan saja, tetapi secara klinis campuran minyak esensial Indoneisia masih lebih
unggul, terutama pada parameter MAP dan frekuensi nadi. Sedangkan antara minyak
lavender dengan pemijatan saja memang masih memiliki efektifitas yang sama
terhadap relaksasi secara fisik teruatama pada parameter MAP dan frekuensi nadi.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
115
Universitas Indonesia
Pada parameter frekuensi nafas pada seluruh perlakuan tidak mengalami pengaruh
apapun.
Secara fisiologi seharusnya terjadi perubahan relaksasi fisik pada frekuensi
nafas akibat pengaruh intervensi aromaterapi maupun pijat melalui mekanisme sistem
limbik yang memodulasi saraf parasimpatis sehingga frekuensi nafas menurun dan
terjadi relaksasi, tetapi pada penelitian ini tidak terlihat pengaruh apa-apa pada baik
setelah relaksasi, setelah tes kejut dan 5 menit setelah tes kejut. Antony et al (2006),
dan Hongratanaworakit et al (2006) yang menggunakan minyak lavender dan minyak
kenanga juga mendapatkan hasil yang sama terhadap parameter frekuensi nafas ini.
Hal ini membuktikan bahwa susunan kimia pada minyak aromaterapi dan juga
pemijatan saja tidak dapat mempengaruhi sistem saraf parasimpatis melalui jalur
sistem limbik, dan frekuensi nafas tidak sensitif untuk menilai aktifitas dari sistem
saraf otonom, sehingga frekuensi nafas tidak direkomendasikan untuk digunakan
sebagai parameter relaksasi secara fisik.
5.5. Campuran Minyak Esensial Indonesia
5.5.1. Kandungan Campuran Minyak Esensial Indonesia yang Memberikan
Efek Relaksasi
Kandungan dari campuran minyak esensial Indonesia merupakan campuran
kandungan utama dari minyak sereh wangi, kenanga, dan nilam. Kandungan dari
minyak sereh wangi adalah golongan monoterpen alkohol yaitu sitronelol dan
geraniol, dan golongan aldehida yaitu sitronelal dan sitral. Sedangkan kandungan
utama minyak kenanga adalah monoterpenol juga yaitu linalool dan geraniol, dan
pada minyak nilam memiliki kandungan patchoulol yang termasuk ke dalam
golongan seskuiterpen alkohol. Sehingga pada campuran minyak esensial Indonesia
terdapat kandungan aldehida, monoterpen alkohol dan seskuiterpen alkohol. Secara
keseluruhan kandungan dari campuran minyak esensial Indonesia yang berpotensi
menghasilkan efek relaksasi adalah sitronelol, linalool, geraniol, sitronelal, citral, dan
patchoulol.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
116
Universitas Indonesia
Efektifitas secara psikologis dan fisik dari campuran minyak esensial
Indoneisia didapat melalui aktivasi sistem limbik dimana sinyal bau akan dihantarkan
ke area olfaktorius bagian lateral pada korteks serebri dan selanjutnya dihantarkan ke
sistem limbik. Melalui hipotalamus sinyal ini akan diolah dan dihantar ke amigdala
dan menghasilkan emosi terhadap aroma yang sudah dihirup, selain itu bila
rangsangan dihantarkan ke sistem saraf pusat otonom di medulla spinalis maka akan
mengaktifkan efek penghambatan sistem simpatis dan penguatan sistem
parasimpatis.(Guyton, 2006).
Berdasarkan struktur kimia dari kandungan campuran minyak esensial
Indonesia yaitu golongan terpen alkohol baik monoterpen dan seskuiterpen diduga
memiliki cara kerja yang sama dengan benzodiazepin (gambar 6.1.) yaitu aktifitas
potensiasi terhadap neurotransmiter GABAA (γ-aminobutyric acid) (Joewana, 2003).
Reseptor GABAA merupakan reseptor yang terletak di possinaptik neuron pada
susunan saraf pusat dan berperanan sebagai receptor site dari beberapa obat yang
bekerja di susunan saraf pusat dengan cara meningkatkan afinitas dari reseptor
GABA dengan membuka kanal Cl- (Joewana, 2003; Johston, 2005). Dari strukturnya
semua senyawa golongan terpen alkohol merupakan golongan monoterpen alkohol
dengan satu gugus –OH yaitu linalool dan geraniol (lihat gambar 2.16) yang memiliki
2 ikatan rangkap, sedangkan sitronelol (lihat gambar 2.20) dan patchoulol (lihat
gambar memiliki 2.22.a.) memiliki 1 ikatan rangkap. Gugus –OH pada terpen alkohol
diduga kuat memberikan peran pada mekanisme kerja farmakologi senyawa-
senyawanya. Gugus –OH dapat meningkatkan frekuensi pembukaan saluran Cl- sel
syaraf, sehingga membantu meningkatkan afinitas GABA pada reseptornya (Aoshima
et al, 2001). Melalui mekanisme ini maka terjadi benzodiazepin like effect yaitu efek
ansiolitik, sedasi, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal dan ini menyebabkan tubuh
relaks secara psikologis dan fisik. Begitupun senyawa yang temasuk ke dalam
golongan aldehida yaitu sitronelal sangat berperanan dalam menurunkan aktifitas
lokomotor pada mencit (Aoshima, 1999). Kombinasi dari senyawa-senyawa di atas
akan meningkatkan afinitas GABAA lebih besar dibandingkan dengan senyawa
tunggalnya (Aoshima, 1999).
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
117
Universitas Indonesia
Modulasi simpatis oleh campuran minyak esensial Indonesia diperoleh dari
kandungan sitronelol. Penelitian yang dilakukan oleh Bastos et al (2009)
memperlihatkan adanya efek hipotensif dengan peningkatan frekuensi nadi dan
penurunan tekanan darah tidak tergantung dari dosis yang digunakan. Lima et al
(2012) memperlihatkan adanya penurunan efek stress pada parameter tekanan darah
dan frekuensi nadi dengan pemberian (-)linalool secara inhalasi pada manusia.
5.5.2. Perkiraan Dosis Kandungan Utama Minyak Esensial Indonesia yang
Memberikan Efek Relaksasi
Pada penelitian ini perkiraan dosis terapeutik minyak esensial Indonesia yang
memberikan efek relaksasi baik secara psikologis dan fisik diolah dari kandungan
utama minyak yang diambil dari kepustakaan dan dibandingkan dengan penelitian
yang sudah ada.
Dari perhitungan perkiraan konsentrasi kandungan kimia minyak esensial
yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 4.4.) diperoleh bahwa kandungan
sitronelol 0.03 mL (0.06%), linalool 0.19 mL (0.38%), geraniol 0,04 mL (0,07%),
sitronelal 0,12 mL (0,23%) dan patchoulol 0,28 (0,57%) dalam campuran minyak
esensial Indonesia dengan konsentrasi 3% Pada penelitian yang dilakukan oleh
Aoshima et al (1999) diperlihatkan bahwa konsentrasi kandungan yang memiliki efek
potensiasi pada reseptor GABAA adalah sitronelol 0.09 mL, sitronelol 0.1 mL
(Aoshima et al,1999). Sedangkan linalool dengan konsentrasi 2% sudah cukup untuk
menurunkan aktifitas lokomotor pada mencit (Aoshima et al, 2001), dan peningkatan
dosis tidak berpengaruh terhadap tingkat ansietas pada mencit (Maior,2011). Pada
penelitian ini terlihat bahwa perkiraan dosis kandungan minyak esensial Indonesia
yang dapat digunakan untuk menghasilkan efek relaksasi lebih rendah dari dosis yang
digambarkan pada penelitian lain. Perlu ada penelitian selanjutnya untuk
membuktikan bahwa adanya pengaruh beda konsentrasi minyak esensial Indonesia
yang diberikan terhadap tingkat relaksasi pada tingkat stress yang berbeda.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
118 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Campuran minyak esensial Indonesia : minyak sereh wangi, minyak
kenanga dan minyak nilam, memiliki efektifitas terhadap relaksasi pada wanita
sehat yang memiiki resiko stress.
a. Campuran minyak esensial Indonesia, dapat memberikan efek relaksasi
secara psikologis, dan efek relaksasi setelah tes kejut.
b. Campuran minyak esensial Indonesia, memberikan efek terhadap relaksasi
secara fisik pada parameter Mean Arterial Pressure (MAP), kecenderungan
relaksasi pada parameter frekuensi nadi, dan tidak memberikan efek terhadap
parameter frekuensi nafas.
c. Peningkatan tingkat relaksasi secara psikologis antara campuran minyak
esensial Indonesia dan lavender sama, begitu juga antara campuran minyak
esensial Indonesia dan tanpa aromaterapi. Tetapi kecenderungan peningkatan
relaksasi secara psikologis campuran minyak esensial Indonesia lebih baik
dibandingkan tanpa aromaterapi;
d. Efektifitas campuran minyak esensial Indonesia terhadap relaksasi secara
fisik berdasarkan selisih rerata pada parameter MAP lebih baik dibandingkan
dengan lavender, tetapi memiliki kecenderungan yang lebih baik
dibandingkan dengan kontrol, sedangkan antara minyak esensial dan tanpa
aromaterapi sama pada pengukuran setelah relaksasi.
6.2. Saran
6.2.1. Untuk pelayanan dan Penggunaan Individu (fungsi aplikatif)
a. Minyak esensial Indonesia perlu dipromosikan untuk pemakaiannya sebagai
pengobatan komplementer di rumah sakit dan pelayanan kedokteran primer,
melalui asosiasi jamu dan kementerian kesehatan.
b. Untuk perempuan dengan resiko stress dapat direkomendasikan untuk
menggunakan campuran minyak esensial Indonesia.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
119
Universitas Indonesia
6.2.2. Untuk Penelitian
a. Pada penelitian lanjutan perlu diperhatikan faktor-faktor kovariat seperti usia,
indeks massa tubuh, perilaku terhadap pengobatan teradisional, dan siklus
menstruasi.
b. Hasil penelitian dapat diajukan untuk mendapatkan paten.
6.2.3. Untuk Publikasi
Campuran minyak esensial Indonesia sebagai komoditi aromaterapi yang berasal
dari tanaman asli Indonesia perlu dipromosikan.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
120 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aoshima H., Hamamoto, K. (1999). Potentiation of GABAA Receptors Expressed in
Xenopus Oocytes by Perfumes and Food Adictives. Biosci Biotechnol
Biochem, 61(12), 2051-2057.
Aoshima H., Hossain, S.J., Hamamoto, K., Yokoyama, T., Shingai, R. (2001).
Kinetic Analyses of Alcohol-Induced Potentiation of Response of GABAA
Receptors Composed of α1 and β1 Subunits. Journal of Biochem, 130, 730 –
709.American College of Healthcare Science. (2012). Essential Oli of
Patchouli : Pogostemon cablin (Syn. Pogostemon patchouli). Portland, US :
Author.
American College of Healthcare Science. (2012). Essential Oli of Patchouli :
Pogostemon cablin (Syn. Pogostemon patchouli). Portland, US : Author.
American Psychological Association. (2010). Stress in America Findings.
<http://www.stressinamerica.org>.
Antony, J.V. (2006). A Study to Access the Effectiveness of Aromatherapy on
Physiological and Psychological Components of Relaxation in Orthopedic
Clients Admitted to St. John’s Medical College Hospital, Bangalore. Tesis.
Bangalore : St. John’s College of Nursing Bangalore.
Arswendiyumna, R., Burhan., R.Y.P., Zetra, Y. (2006). Minyak Atsiri dari Daun dan
Batang Tanaman Spesies Genus Cymbopogon, Family Gramineae sebagai
Insektisida Alami dan Antibakteri. Skripsi. Surabaya : Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengaetahuan Alam ITS Surabaya.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. (2006). Strategi Pengembangan
Minyak Atsiri Indonesia. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 28 (5), 13 – 14.
Balchin, Maria L. (2006). The Safety Issue in Aromatherapy. Aromatherapy Science
: A Guide for Healthcare Proffesionals , 75 – 92. London : Pharmaceutical
Press.
Bastos, Joana F.A., Morcira, Italo, J.A., Riberiro, Thais, P., Medeiros, Isac, A.,
Antoniolli Angelo, R., De Sousa, Damao, P., & Santos, Marcio R.V. (2009).
Hypotensive and Vasorelaxant Effects of Citronellol, a. Monoterpene
Alcohol, in Rats. Journal of Basic and Clinical Pharmacology and
Toxicology, 106, 331 – 337.
Betharani, B., Juniarti, L., & Agustina, M. (2007). Aromaterapi Minyak Nilam dan
Minyak Kenanga Sebagai Antidepresan Terhadap Aktivitas Motorik Mencit.
Anima, Indonesian Psychological Journal, 22 (2), 163 – 175.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
121
Universitas Indonesia
Bowels, E Joy. (2003). The Chemistry of Aromatherapeutic Oils 3rd
edition.
Adelaide, Australia : Griffin Press.
BPPT (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian). (2006). Nilam : Perbenihan
dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Bogor : Tim Penulis.
Burg, Matthew M. (2009). Stress, Behavior, and Heart Disease. Yale University
School of Medicine Heart Book, 95 – 104.
Butje, A., Repede, E., & Shattell, M. (2008). Healing Scents : An Overview of
Clinical Aromatherapy for Emotional Distress. Journal of Psycological
Nursing and Mental Health Services, 46 (10), 46 – 52.
Chang, K.M., Shen, C.W. (2010). Aromatherapy Benefits Autonomic Nervous System
Regulation for Elementary School Faculty in Taiwan. Laporan Penelitian.
Taichung, Taiwan : Departement of Photonics and Communication
Engineering Asia University Taiwan.
Chien, Li-Wei., Cheng, Shu Li., & Liu, Chi Feng. (2012). The Effect of Lavender
Aromatherapy on Autonomic Nevous System in Midlife Women with
Insomnia. Hindawi Publishing Corporation Evidence Based Com
Chu, Catherine J., & Kemper, Kathi J. (2001). Lavender (Lavandula spp). Longwood
Herbal Task Force : <http://www.mcp.edu/herbal/>.
Conn, P. Michael et al. (2003). Neuroscience in Medicine 2nd
edition. Totowa, NJ :
Humana Press Inc.
Conrad, Parm., Adams, Cindy. (2012). The Effecs of Clinical Aromatherapy for
Ansiety and Depression in th High Risk Postpartum Woman – A. Pilot Study.
Journal of Complementary Therapies in Clinical Practice, 18, 164 – 168.
Cook, Neal. (2008). Aromatherapy : Reviewing Evidence for its Mechanisms of
Action and CNS Effects. British Journal of Neuroscience Nursing, 4(12), 595
– 601.
Cooke, Brian., & Ernist, Edzard. (2000). Aromatherapy : A. Systematic Review.
British Journal of General Practice, 50, 493 – 496.
Crichton, N. (2001). Information Point : Visual Analogue Scale (VAS). Journal of
Clinical Nursing, 10, 227 – 236.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
122
Universitas Indonesia
Davis, Cathty., Cooke, Marie., Holzhauser, K., Jones., M., & Finucane, J. (2005). The
Effects of Aromatherapy Massage with Music on the Stress and Anxiety
Levels of Emergency Nurses. Australian Emergency Nursing Journal, 8, 43 –
50.
de Sousa, Damio P. (2011). Analgesic-Like Activity of Essential Oils Constituents.
Journal of Molecules, 16, 2233 – 2252.
Despopoulus, A., Silbernagl, S. (2003). Color Atlas of Physiology 5th
edition. New
York : Thieme.
Dobetsberger, Clara M. (2010). Effects of Essential Oils on the Central Nervous
System – an Update. A. Thesis. Vieana, Austria : Pharmacys Faculty,
University of Vienna.
Dunn, C., Sleep, J., Collett, D. (1995). Sensing an Improvement: an Experimental
Study to Evaluate the Use of Aromatherapy, Massage and Periods of Rest in
an Intensive Care Unit. Journal of Advanced Nursing, 21(1), 34-40.
Eder, D.N., Elam, M., Wallin B.G. (2009). Sympathetyc Nerve and Cardivascular
Respons to Auditory Startle and Prepulse Inhibition. International Journal of
Psychophysiology, 71, 149 – 155.
Ekowati, R., Wahjuni, Endang S., & Alifa, Anna. (2009). Efek Tehnik Masase
Efflurage pada Abdomen Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Dismenore Primer Mahasiswa PSIK FKUB Malang. Laporan Penelitian.
Malang : Laboratorium Faal FKUB.
European Agency for Safety and Health Work. (2009). OSH in Figures Stress at
Work – Facts and Figures. Luxembourg : Office for Official Publications of
the European Communities.
European Commission Health and Consumers Directorate-General. (2008). Review
Report for Active Substance Plant Oils/Citronella Oil. Reported on the Food
Chain and Animal Health, October, 28.
European Fondation for the Improvement of Living and Working Conditions. (2010).
Work-related Stress. <http://www.employment-studies.co.uk/pdflibrary
/ef_1110.pdf>.
Fatimah, Nur. (2012). Serai Wangi : Tanaman Perkebunan yang Potensial. Makalah
Ilmiah. Surabaya : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBP2TP).
Ganong, W.F. (2003). Review of Mecical Physiology 21th
Edition. New York : Lange
Medical Books.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
123
Universitas Indonesia
Ginting, Sentosa. (2004). Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan
Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi. Laporan Penelitian. Medan : Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Global SPA Summit. (2007). The Global SPA Economy 2007. Arlington, USA : SRI
International.
Global SPA Summit. (2010). SPAS and the Global Wellness Market : Synergies and
Opportunities.. Arlington, USA : SRI International.
Gold, L. (2000). An Expanded View of The Three Reflexes of Stress :“We become
how we live.”. <http://www.somatics.com/pdf/Psychflx-psnl.pdf>.
Green Valley MSDS. (2011). MSDS of Citronella Oil. Courtenay, BC, Canada :
Green valley Aromatherapy Ltd.
Greenberg, Jerrrold S. (2002). Comprehensive Stress Management 7th
edition. New
York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Greenstein, B., Greenstein A. (2000). Color Atlas of Neuroscience : Neuroanatomy
and Neurophysiology. New York : Thieme Stuugart.
Gruenwald, Joerg et al. (2000). PDR for Herbal Medicines”. Montvale : Medical
Economics Company Inc.
Guyton, A.C., Hall, J.E. (2006). Text Book of Medical Physiology 8th
Edition.
Pennsylvania : Elsevier Saunders.
Haze,Shinichiro., Sakai, Keiko., & Gozu, Yoko. (2002). Effects of Fragance
Inhalation on Sympathetic Activity in Normal Adults. Japan Journal of
Pharmacology, 90, 247 – 253.
Hertinjung, W.S. (2000). Penguasaan Diri Sebagi Karakter Unggul Melalui Koping
Aktif (Studi Kasus Pada Anak Korban Kekerasan Seksual). Naskah Penelitian.
Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.
Hidayati, A., Perwitasari, D.A. (2011). Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai
Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan
Muju-muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian,
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Hongratanaworakit, T. (2004). Physiological Effects in Aromatherapy. Journal of
Songaklanakarin J. Sci. Technol, 26 (1), 117 – 125.
Hongratanaworakit, T. (2006). Relaxing Effect of Ylang-ylang Oil on Humans after
Transdermal Absorption. Journal of Phytotherapy Research, 20, 758 – 763.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
124
Universitas Indonesia
Hussain A.I. (2009). Characterization and Biological Activities of Essential Oils of
some Species of Lamiaceae. A Thesis. Faisalabad, Pakistan : Departement of
Chemistry and Biochemistry Faculty of Sciences University of Agriculture.
ITIS (Integrated Taxonomic Information System). (2012).
<http://www.itis.gov/index.html>.
Jacobs, G. D. (2001). The Physiology of Mind-Body Interactions: The Stress
Response and the Relaxation Response. The Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 7 (1), 83 – 92.
Jane, Burkhle. (2003). Clinical Aromatherapy 2nd
edition. Philadelphia : Elsevier
Science.
Jones, M.C., Johnston, D.W. (2006). Is the Introduction of a Student Centred,
Problem-based Curriculum Associated with Improvements in Student Nurse
Well-being and Performance?. International Journal of Nursing Studies, 43,
941–952.
Joewana, S. (2003). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif : Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba edisi ke-2. Jakarta : EGC.
Johston, Graham A.R. (2005). GABAA Receptor Channel Pharmacology. Current
Pharmaceutical Design, 11, 1867 – 1885.
Jumarini, L. (2009). The Essence of Indonesian SPA : SPA Indonesia Gaya Jawa dan
Bali. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Karnadi, J. (1999). Stress Dalam Kehidupan Sehari-hari. Cermin Dunia Kedokteran
123, 20 – 22.
Kim, Mijong., & Kwon, Yun Jung. (2010). Effects of Aroma Inhalation on Blood
Pressure, Pulse, Visual analog Scale, and McNair Scale in Nursing Students
Practicing Intravenous Injection at the First Time. International Journal of
Advanced Science and Technology, 23, 21 – 32.
Klinic Community Health Centre. (2010). Stress and Stress Management. Wanitoba,
Canada : Klinic Community Health Centre.
Koch, M., Schnitzler, H.U. (1997). The Acoustic Startle Response in Rats – Circuits
Mediating Evocation, Inhibition, and Potentiation. Behaviorul Brain
Research, 89, 35 – 49.
Koch, M. (1998). The Neurobiology of Startle. Journal of Progress in Neurobiology,
59, 59 – 107.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
125
Universitas Indonesia
Kristanti, Erva E. (2010). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan
Derajat Kecemasan pada Lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri. Jurnal
STIKES RS. Bapti Kediri, 3 (2), 94 – 100.
Kumar, R., Nancy. (2011). Stress and Coping Strategies among Nursing Students.
Nursing and Midwifery Journal, 2 (4), 141 – 151.
Kusantati, Herni., Prihatin, Pipin T., & Wiana, Winwin. (2008). Tata Kecantikan
Kulit untuk SMK Jilid 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Lima, T.C., Mota, M.M., Filho, J.M.B., Santos, M.R.V., De Sousa, D.P. (2012).
Structural Relationships and Vasorelaxant Activity of Monterpenes. DARU
Journal of Pharmaceutical Sciences, 20 - 23.
Limberger, Josef., Heuberger, E., Mahrohofer, C., Dessovic, H., Kowarik, D., &
Bucbauer, G. (2001). The Influence of Essential Oils on Human Attention. I :
Alertness. Journal of Chem Sense, 26, 239 – 245.
Lynch, H., Patel, P., Konrat, S., Blodgett, D. (2009). The Effect of Music as a Prepuls
Stimulus on the Activation of the Sympathetic Nervous System. Laporan
Penelitian. Madison : University Ave.
Manner, H.I., & Elevitch, Craig R. (2006). Spesies Profile for Pacific Island
Agroforestry: Cananga odorata (ylang-ylang).
<http://www.traditionaltree.org>.
Manglani, N., Deshmukh, V.S., & Kashyap, P. (2011). Evaluation of Anti-depressant
Activity of Pogostemon Cablin (Labiatae). International Journal of
PharmTech Research, 3 (1), 58 – 61.
Martha Tilaar SPA. (2011). Laporan Bulanan Kunjungan Pelanggan SPA Martha
Tilaar tahun 2011. Jakarta : Martha Tilaar SPA.
Material Safety Data Sheet 1365. Ylang-ylang oils Complete. London : Shirley Price
Aromatherapy Ltd.
Maior, Flavia N.S., Carvalho, F.L., Morais, Liana C.S.L., Netto, S.M., Sousa, D.P.,
Almeida, R.N. (2011). Anxiolytic-like Effects of Inhaled Linalool Oxide in
Experimental Mouse Anxiety Models. Pharmachology, Biochemistry and
Behavior Journal, 100, 259 – 263.
Natural Sourcing MSDS. (2010). Citonella Essential Oil. London : Natural Sourcing
Ltd.
McGuinness, Helen. (2007). Aromatherapy, Therapy Basics 2nd
edition. London :
Hodder Arnold.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
126
Universitas Indonesia
Molina, P.E. (2010). Endocrine Physiology 3rd
edition. NewYork : MacGraw-Hill
Companies, Inc.
Morgane, Peter J., Galler, Janina R., & Mokler, David J. (2005). A Review of System
and Network of the Limbic Forebrain/Limbic Midbrain. Journal of Progress
in Neurobiology, 75, 143 – 160.
Moss, Mark., Hewitt, S., & Moss, Lucy. (2006). Modulation of Cognitive
Performance and Mood by Aromas of Peppermint and Ylang-ylang.
International Journal Neuroscience, 118, 59 – 77.
Neurofeedback. (2012). Limbic System. <http://neurofeedback.wikispaces.com
/12+Anatomy+and+Physiology>.
Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Anthony S. (2009). Agroforestree
Database: A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0. Kenya : World
Agroforestry Centre.
Parker, B.A., Sturm, K., MacIntosh, C.G., Feinle, C., Horowitz, M. Chapman, I.M.
(2004). Relation Between Food Intake and Visual Analogue Scale Ratings of
Appetite and Other Sensations in Healthy Older and Young Subjects.
European Journal of Clinical Nutrition, 58, 212 – 218.
Patestas, Maria A., Gartner, Leslie P. (2006). A Textbook of Neuroanatomy. Oxford :
Blackwell Publishing.
Pengelly, A. (2003). Chemistry of Essential Oils. <http://survival-
training.info/Library/Chemistry/Chemistry%20%20Chemistry%20of%20Esse
ntial%20oils%20-%20Andrew%20Pengelly.pdf>.
Presti, H.O., Puspitosari, W.A. (2012). Hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan
Tingkat Kecemasan pada Remaja. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Price, Shirley. (2007). Aromatherapy for Health Proffesionals. Philadelphia : Elsevier
Science.
Ramirez, I. Sanchez, M.B., Fernandez, M.C., Lipp, O.T., Vila, J. (2005).
Differentiation Between Protective Reflexes : Cardiac Defense and Startle.
Journal of Psychophysiology, 42, 732 – 739.
Republik Indonesia. (2006). Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006
tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Holtikultura.
Jakarta : MenPen RI.
Rho, Kook-Hee., Han, Sun-Hee., Kim, Keum-Soon., & Lee, Myeong S. (2006).
Effects of Aromatherapy Massage on Anxiety and Self-Esteem in Korean
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
127
Universitas Indonesia
Elderly Women : A. Pilot Study. Intern, Journal of Neuroscience, 116, 1447 –
1455.
Rice, Virginia H. (2000). Hanbook of Stress, Coping, and Health : Implication for
Nursing Research, Theory, and Practice 2nd
edition. Detroit : Sage
Publications, Inc.
Rich, Penny. (1994). Practical Aromatherapy. London : Parragon Book Service Ltd.
Rosser, Mo. (2004). Body Massage, Therapy Basics 2nd
edition. India, Chennai :
Charon Tec Pvt. Ltd.
Safaria, Trianto. (2011). Peran Religius Coping Sebagai Moderator dari Job
Insecurity Terhadap Stress Kerja Pada Staf Akademik. Jurnal Humanitas, 7
(2), 155 – 170.
Sharon. (2012). Essential Oil Blends How to Make Your Own. Serene Aromatherapy.
<http://www.serenearomatherapy.com/essential-oil-blend.html>.
Shukor, M.Z. (2008). Extraction of Essential Oils from Patchouli Leaves Using
Ultrasonic-Assted Solvent Extraction Method. Tesis. Pahang : Faculty of
Chemical & Natural Resources Engineering Universiti Malaysia Pahang.
Sihotang, Dame R. (2009). Pengaruh Armaterapi Lavender Terhadap Perubahan
TD, HR, RR Ibu Kala I Persalinan. Skripsi tidak dipublikasi. Medan :
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
Snow, A.L., Hovanec, L., & Brandt, J. (2004). A Controlled Trial of Aromatherapy
for Agitation in Nursing Home Patients with Dementia. The Journal of
Alternative and Complementary Medicine, 10, 431-437.
Ssegawa, P. (2007). Effects of Herbicide on the Invasive grass, Cymbopogon nardus
(Franch.) Stapf (Tussocky Guienea grass) and Responses of Native Plants in
Kikatsi Subcounty, Kiruhuura District, Werstern Uganda. Laporan Penelitian.
Kampala : Faculty of Botany Herbarium Makerere University.
Sugijanto. (1999). Studi tentang Stres pada Guru SLTP Negeri di Wilayah Jakarta
PusatTahun 1998. Tesis. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Susilawati, Y., W, Moelyono M., & Ulina Marina N. (2007). Analisis Minyak Atsiri
Bunga Kenanga (Cananga odorata Hook. F & TH.). Journal of Farmaka, 5 (1),
56 – 60.
Wang, Amy T., Sundt, Thoralf M., Cutchall, Susanne M., & Bauer, Brent A. (2010).
Massage Therapy After Cardiac Surgery. Seminars in Thoracic and
Cardiovascular Surgery, 22 (3), 225 – 229.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
128
Universitas Indonesia
Whybrow, S., Stephen, J.R., Stubbs, R.J. (2006). The Evaluation of an Electronic
Visual Analogue Scale System for Appetite an Mood. European Journal of
Clinical Nutrition, 60, 558 – 560.
Widjaja, Bernard T. (2011). Spa Management. Disampaikan pada Kuliah Hidroterapi,
Aromaterapi dan Kecantikan Holistik, Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia.
Williamson, A., Hogart, B. (2005). Pain : A Review of Three Commonly Used Pain
Rating Scale. Journal of Clinical Nursing, 14, 798 – 804.
World Health Organization. (2007). WHO Monographs on Selected Medicinal Plants
Vol. 3. Ottawa : WHO.
Wyss, J. Michael., van Groen, Thomas., & Canning, Kevin J. (2003). The Lymbic
System. Neuroscience in Medicine 2nd
edition, 369 – 387. Totowa, NJ :
Humana Press.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
129
Lampiran 1
Rincian Informasi
Penjelasan Mengenai Penelitian Efek Aromaterapi Terhadap Relaksasi
Selamat pagi/siang/sore kepada saudari yang telah bersedia untuk datang ke tempat ini untuk
menerima informasi mengenai penelitan yang akan saya lakukan yaitu penelitan yang bertujuan
untuk membandingkan efektifitas pemberian aromaterapi dari campuran minyak esensial Indonesia
yaitu minyak sereh wangi, minyak kenanga dan minyak terhadap relaksasi dengan pembandingnya
adalah minyak lavender. Pada penelitian ini akan diikutertakan sekitar enam pulu dua wanita sehat
berusia 18 – 25 tahun yang memiliki resiko stress.
Penelitian ini akan menilai minyak campuran minyak esensial tersebut untuk relaksasi dan
kita merekrut wanita sehat yang memiliki resiko resiko stress sehingga membutuhkan relaksasi.
Anda termasuk ke dalam kategori yang wanita sehat yang memiliki resiko stress oleh karena itu
anda diminta untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Bila anda bersedia ikut pada waktu pelaksanaan penelitian anda akan dilakukan pemeriksaan
fisik sederhana berupa pengukuran tekanan darah, frekuensi nafas, frekuensi nadi, pemeriksaan
bunyi jantung dan nafas dengan steteskop dan diminta untuk mengisi kuisioner tingkat relaksasi
sebanyak 3x yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, dan sesudah refleks kejut. Anda akan
mendapatkan 3 jenis perlakuan dengan 2 jenis campuran minyak aromaterapi, dan dua tahap
perlakukan.
Pada tahap pertama adalah Perlakuan I yaitu pemberian aromaterapi campuran minyak sereh
wangi, minyak kenanga, dan minyak nilam yang diberikan dengan alat yang disebut diffuser, dan
disertai dengan pemijatan pada bagian punggung selama lebih kurang 20 menit. Perlakukan II yaitu
pemberian aromaterapi lavender dengan cara yang sama dan disertai dengan pemijatan selama 20
menit. Perlakuan III yaitu pemijatan saja selama 20 menit. Pada tahap pertama ini semua perlakuan
dilakukan pada ruangan tertutup dan tenaga pemijat adalah terapis wanita. Pemijatan hanya
diberikan pada bagian punggung sampai kaki dengan menggunakan minyak pijat dasar dan selama
perlakuan anda harus menggunakan baju khusus biasa digunakan untuk terapi di salon dan SPA.
Pada tahap kedua anda akan ditempatkan disuatu ruangan khusus untuk untuk
mendengarkan suara dari Tape Recorder dengan menggunakan Earphone, dan setelah itu anda akan
diukur kembali tekanan darah, frekuensi nadi, dan nafas, serta mingisi kembali kuisioner tingkat
relaksasi. Perlakuan dilakukan pada anda hanya dilakukan dalam 1x kunjungan dalam satu hari
kunjungan.
Bahan minyak esensial yang akan digunakan sebagai aromaterapi ini merupakan bahan
minyak yang memang sudah digunakan secara luas di dunia industri kecantikan dan SPA dan secara
empiris masing-masing minyak esensial tersebut sudah memiliki khasiat untuk relaksasi. Penelitian
klinis untuk ketiga jenis minyak esensial ini dan minyak lavender sudah cukup banyak, namun
belum ada penelitian klinis yang melibatkan campuran ketiga minyak esensial di atas. Penggunaan
minyak esensial ini jarang menimbulkan efek samping, tetapi reaksi yang mungkin bisa ditimbulkan
yaitu reaksi alergi sehingga menimbulkan sesak nafas itupun bila menggunakan minyak esensial
murni (tingkat kemurnian > 97%) sedangkan pada aromaterapi kita mengencerkan minyak sampai
dengan konsentrasi 3%. Oleh karena itu pada penelitian ini kita akan menyingkirkan setiap anda
yang memiliki riwayat gangguan pernafasan sebelumnya. Selain itu semua bahan minyak esensial
dalam penelitian ini sudah memiliki data analisis bahan dan data keamanannya dari perusahaan
yang memproduksi minyak esensial ini.
Manfaat langsung yang dapat anda dapat dari penelitian ini adalah mendapatkan perlakuan
relaksasi dengan aromaterapi dan pemijatan yang dialukan oleh tenaga profesional. Selain itu bila
anda dapat menyelesaikan semua prosedur penelitian dengan baik maka anda akan mendapatkan
souvenir menarik pada setiap kunjungan. Sedangkan manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mendapatkam bukti yang dapat dipertanggungjawabkan di
masyarakat bahwa campuran minyak pada penelitan ini mungkin bisa menimbulkan efek relaksasi.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
130
Aromaterapi dan pemijatan ini mungkin bisa bermanfaat untuk menimbilkan relaksasi bagi
tubuh anda, tapi mungkin juga tidak. Anda akan mendapatkan pemberian aromaterapi dan
pemijatan secara cuma-cuma.
Bila anda mengalami efek samping ataupun efek yang tidak diinginkan dari kedua perlakuan
tersebut di atas maka kami akan memberikan pengobatan Cuma-Cuma sampai pulih kembali.
Anda tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini bila anda tidak
menghendaki. Anda hanya boleh ikut mengambil bagian atas kehendak sendiri. Anda berhak untuk
sewaktu-waktu menolak melanjutkan partisipasi anda tanpa perlu memberikan suatu alasan Bila
anda memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh memaksa anda untuk berubah
pikiran. Segera setelah anda berhenti berpastisipasi, tak seorangpun boleh melakukan diskriminasi
apapun terhadap anda Peneliti dapat memutuskan bahwa anda tidak boleh lagi ikut serta dalam
penelitian ini, terlepas dari keinginan anda untuk tetap berpartisipasi atau tidak. Keputusan ini
diambil dengan selalu memperhatikan hal yang terbaik bagi anda, yaitu untuk melindungi anda
terhadap kemungkinan efek buruk dari perlakuan uji.
Semua data dan catatan mengenai hasil pemeriksaan anda akan dirahasiakan. Kalaupun
dikaji kembali oleh badan-badan kesehatan pemerintah, anda akan dikenal dengan nomor saja, dan
tidak akan diketahui siapa yang turut mengambil bagian dalam penelitian ini.
Selama anda ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat mempengaruhi
pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini akan segera disampaikan
kepada anda.
Protokol ini uji klinik ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan FKUI.
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan
penelitian ini.
Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan, anda dapat
menghubungi dokter Richard S. di IGD RSUD kota Bekasi No telp rumah sakit 8841005 dan no
telp IGD 88953275.
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
131
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah
dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat
jawaban dari dr. Richard S.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam penelitian ini.
Tandatangan subyek : Tanggal
(Nama Jelas …………………..)
Tandatangan saksi :
(Nama Jelas……………………)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
132
Lampiran 3
FORMULIR PENELITIAN
DATA KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN
(Penapisan awal)
1. Kode Responden : diisi oleh Peneliti
2. Nama Responden :
3. Inisial Responden :
4. Nomor Pokok Mahasiswa :
5. Usia :
6. Semester :
7. Agama :
8. Suku Bangsa :
9. Status Perkawinan :
10. No. Telp/HP : (Boleh tidak diisi)
11. Tinggi Badan :
12. Berat Badan :
13. IMT : diisi peneliti
14. Riwayat Penyakit :
14.1. Apakah anda pernah mengalami atau dinyatakan oleh dokter memiliki salah penyakit
di bawah ini ? (lingkari yang sesuai, boleh lebih dari 1 penyakit)
a. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
b. Diabetes Melitus (Gula pernah di atas 200 g/dl)
c. Penyakit Jantung (gagal jantung, penyakit jantung bawaan, penyakit pembuluh
darah jantung)
d. Penyakit kegagalan ginjal (atau pernah mengalami cuci darah)
e. Penyakit kejang-kejang (epilepsi)
f. Penyakit Asma
g. Penyakit Sumbatan Paru menahun
h. Penyakit Tuberculosis paru
i. Demam dengan sesak nafas (Pneumonia)
15. Riwayat komsumsi jamu dan obat tradisional lainnya :
15.1. Apakah anda pernah mengkomsumsi jamu atau obat tradisional lainnya?
a. Ya
b. Tidak
Kalau Ya terus ke pertanyaan 11.2.
15.2. Sebutkan jenis jamu atau obat tradisional yang anda komsumsi.
15.3. Kapan terakhir anda mengkomsumsi jamu atau obat tradisional tersebut?
a. 1 minggu terakhir
b. > 1 minggu terakhir
16. Kesehatan Reproduksi dan Organ Reproduksi
16.1. Apakah anda sekarang hamil?
a. Ya
b. Tidak
16.2. Apakah anda sekarang sedang menyusui?
a. Ya
b. Tidak
17. Riwayat perawatan SPA dan pijat :
17.1. Apakah anda pernah melakukan perawatan SPA, pijat dan/atau aromaterapi?
a. Ya
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
133
b. Tidak
Jika Ya terus ke pertanyaan 17.2.
17.2. Kapan terakhir anda melakkan perawatan di atas?
a. 1 minggu terakhir
b. > 1 minggu terakhir
18. Riwayat penggunaan Obat-obat penenang :
18.1. Apakah anda mengkomsumsi obat penenang, seperti diazepam, Xanax, Sibelium
atau yang lain (sebutkan)?
a. Pernah (sesekali saja karena anjuran dokter)
b. Rutin karena dipakai untuk pengobatan
Kalau jawabannya pernah terus ke pertanyaan 18.2., kalau jawabannya rutin, terus ke
pertanyaan 18.3.
18.2. Kapan terakhir anda menggunakan ?
a. 1 minggu terakhir
b. > 1 minggu terakhir
18.3. Jenis pengobatan apa yang anda gunakan (sebutkan obatnya)?
19. Apakah anda pernah mengikuti penelitian mengenai pijat dan aromaterapi sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
20. Status Psikiatri Singkat :
Dalam 30 terakhir ini apakah pernah mengalami periode tertentu sebegai berikut :
Berikan tanda (√) jawaban yang sesuai dengan keadaan anda :
Ya Tidak
1 Hidup ini mengecewakan, hal-hal yang kualami membuatku menderita
2 Aku tidak dapat menyelesaikan tugaku dengan baik
3 Aku yakin sedang diikuti
4 Kadang-kadang saya mendengar suara orang memanggil atau suara orang berbicara
padahal setelah diperhatikan tidak ada orang yang memanggil atau berbicara
5 Kadang-kadang saya merasa ada yang merayap di kulit saya tetapi setelah diperiksa
ternyata tidak ada apa-apa
6 Aku yakin ada komplotan jahat memusuhiku
7 Aku merasa bahwa hidup ini tidak adil
8 Ada orang yang berusaha meracuni aku
9 Ada orang yang bermaksud mencuri buah pikirannku
10 Kadang-kadang saya melihat bayangan manusia atau bayangan lainnya dan
kemudian bayangan tersebut hilang begitu saja
11 Dosaku sangat besar, tidak bisa diampuni
12 Aku yakin suamiku/isteriku selingkuh
13 Aku dilahirkan untuk menyelamatkan dunia
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
134
14 Aku dapat membaca isi pikiran orang
15 Pikiran saya dapat dibaca orang
16 Tindakan saya dikendalikan kekuatan luar
17 Saya merasa diri saya seperti bukan diri saya
18 Saya tidak bisa menjalankan tugas saya sebagai kepala rumah tangga/ibu rumah
tangga
19 Akhir-akhir ini saya sulit menjalin komunikasi dengan orang lain
20 Saya yakin bahwa saya dibicarakan orang lain
PEMERIKSAAN FISIK SINGKAT
1. Keadaan Umum :
2. Tekanan darah :
3. Fekwensi Nadi :
4. Frekwensi Nafas :
5. Auskultasi :
Jantung
Murmur : Gallop :
Pernafasan :
Wheezing : Ronkhi :
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
135
Lampiran 4
FORMULIR PENELITIAN
Lembar Penilaian Uji Kesukaan
Nama Panelis : ____________________
Tanda tangan : ____________________
Campuran I Campuran II Campuran III
Lembar Penilaian Uji Manfaat Relaksasi
Nama Panelis : ____________________
Tanda tangan : ____________________
Campuran I Campuran II Campuran III
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
136
Lampiran 5
FORMULIR PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA SUBYEK PENELITIAN
Nama Subyek : ________________________________________
Tanggal pengambilan Data : _____________
Kode Subyek
I. Data subyektif
1. Suku Bangsa : ______________ (harus diisi)
2. No Telp : _____________
3. Apakah anda aktif berolahraga ?
a. Ya
b. Tidak
4. Berkaitan dengan siklus menstruasi
a. Apakah Siklus mentruasi anda teratur tiap bulan ?
Ya
Tidak
b. Mentruasi bulan sekarang tanggal berapa? …………………
c. Berapa lama (hari) siklus mentruasi anda?
< 28 hari
28 hari
> 28 hari
d. Menstruasi yang akan datang kira-kira tanggal berapa? ……….
e. Apakah anda mengalami nyeri menstruasi/dismenore?
Ya
Tidak
f. Apakah anda sekarang mengalami dismenore?
Ya
Tidak
g. Instensistas nyeri mentruasi yang dirasakan
Ringan
Sedang
Berat
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
137
II. Data Obyektif
Tinggi Badan : _____________cm
Berat Badan : _____________kg
IMT : ____________
B1 VAS :
B0 TD :
Nadi :
RR :
T1 VAS :
TD :
Nadi :
RR :
T2 TD :
Nadi :
RR :
T3 VAS :
TD :
Nadi :
RR :
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
138
Lampiran 6
LEMBAR PENILAIAN TINGKAT RELAKSASI
Nama Subyek : ______________________________ Tanggal :
Kode Subyek Panjang
(dalam mm)
VISUAL ANALOG SCALE
0 100Sangat Relaks
(Hampir Tertidur)
Tidak Relaks
Sama Sekali
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
139
Lampiran 7
Surat Persetujuan Protokol Peneletian dari Kaji Etik (Ethical Approval)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
140
Lampiran 8
Certificate of Analysis (COA) Minyak Sereh Wangi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
141
Lampiran 9
Certificate of Analysis (COA) Minyak Kenanga
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
142
Lampiran 10
Certificate of Analysis (COA) Minyak Nilam
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
143
Lampiran 11
Certificate of Analysis (COA) Minyak Lavender
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
144
Lampiran 12
Material Safety Data Sheet (MSDS) Minyak Sereh Wangi
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
145
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
146
Lampiran 13
Material Safety Data Sheet (MSDS) Minyak Kenanga
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
147
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
148
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
149
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
150
Lampiran 14
Material Safety Data Sheet (MSDS) Minyak Nilam
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
151
Page: 1 / 9
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
152
Lampiran 15
Material Safety Data Sheet (MSDS) Minyak Lavender
MATERIAL SAFETY DATA SHEET
According to Regulation ST/SG/AC.10/30/Rev.4 UN GHS
18123900
01 Identification of the substance/mixture and of the company/undertaking
1. Product identifier • Trade name:
LAVANDE MB 40/42 • CAS Number:
8000-28-0 • EINECS Number:
289-995-2
2. Relevant identified uses of the substance or mixture and uses advised against
• Application of the substance / the preparation Aromatic ingredient(s).
Industrial use only.
3. Details of the supplier of the safety data sheet
• Manufacturer/Supplier:
CHARABOT 10 av. Yves Emmanuel BAUDOIN BP22070 06131 GRASSE CEDEX FRANCE Tel: +33 (0)4 93 09 33 33
4. Further information obtainable from: Call center Charabot
• Emergency telephone number: 33(0)4 93 09 33 33 (during normal opening times 8h-18h)
3 Hazards identification
1. Classification of the substance or mixture • Classification according to Regulation (EC) No 1272/2008
Asp. Tox. 1 - H304 May be fatal if swallowed and enters airways. Skin Irrit. 2 - H315 Causes skin irritation. Skin Sens. 1 - H317 May cause an allergic skin reaction. H227 Combustible liquid. H333 May be harmful if inhaled. H402 Harmful to aquatic life. Aquatic Chronic 3 - H412 Harmful to aquatic life with long lasting effects.
• Classification according to Directive 67/548/EEC or Directive 1999/45/EC Xn Harmful
R 38 Irritating to skin. R 43 May cause sensitisation by skin contact. R 52/53 Harmful to aquatic organisms, may cause long-term adverse effects in the aquatic environment. R 65
Harmful: may cause lung damage if swallowed.
• Additional information: Full text of R and H statements: see section 16
2. Label elements
• Labelling according to Regulation (EC) No 1272/2008
• Hazard pictograms
GHS08 GHS07
• Signal word
Danger
• Hazard-determining components of labelling: OTHER HYDROCARBONS/ beta-Pinene/ 1-Octen-3-yl acetate (Amyl vinyl carbinyl acetate)
(continued on page 2) USA
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
153
Page: 2 / 9 MATERIAL SAFETY DATA SHEET
According to Regulation ST/SG/AC.10/30/Rev.4 UN GHS 18123900
PRODUCT : LAVANDE MB 40/42
(continued of page 1) • Hazard statements
H304 May be fatal if swallowed and enters airways. H315 Causes skin irritation. H317 May cause an allergic skin reaction. H227 Combustible liquid. H333 May be harmful if inhaled. H412 Harmful to aquatic life with long lasting effects.
• Precautionary statements P210 Keep away from heat/sparks/open flames/hot surfaces. — No smoking. P261 Avoid breathing dust/fume/gas/mist/vapours/spray. P264 Wash thoroughly after handling. P301+P310 IF SWALLOWED: Immediately call a POISON CENTER or doctor/ physician. P403+P235 Store in a well-ventilated place. Keep cool. P501 Dispose of contents/container in accordance with local/regional/ national/international regulations.
3. Other hazards • Results of PBT and vPvB assessment • PBT:
Not applicable. • vPvB:
Not applicable.
4 Composition/information on ingredients
• Chemical characterization Composition: The essential oil obtained from the flowers of the Lavandula angustifolia, Labiatae
• CAS Number: 8000-28-0 • EINECS Number: 289-995-2 • Dangerous components: CAS NO. Description Index R-phrases % 78-70-6 Linalool 30,00- 40,00 EINECS: 201-134-4
Xi
38
Skin Irrit. 2 - H315; H227, H303, H402
OTHER HYDROCARBONS 10,00- 20,00 Xn
65
Asp. Tox. 1 - H304
562-74-3 4-Terpinenol 1,00- 5,00 EINECS: 209-235-5
Xn
22-38
Acute Tox. 4 - H302, Skin Irrit. 2 -
H315, Eye Irrit. 2 - H319; H227, H313, H402
127-91-3 beta-Pinene 1,00- 5,00 EINECS: 204-872-5
Xn
10-38-43-65
Asp. Tox. 1 - H304; Flam. Liq. 3
- H226; Skin Irrit. 2 - H315, Skin
Sens. 1 - H317
2442-10-6 1-Octen-3-yl acetate (Amyl vinyl carbinyl 1,00- 5,00 acetate)
EINECS: 219-474-7
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
154
Page: 3 / 9 MATERIAL SAFETY DATA SHEET
According to Regulation ST/SG/AC.10/30/Rev.4 UN GHS
PRODUCT : LAVANDE MB 40/42
(continued of page 2) 22-43 Acute Tox. 4 - H302, Skin Sens. 1 -
H317; H227
98-55-5 alpha-Terpineol 1,00- 5,00 EINECS: 202-680-6
Xi
36/38
Skin Irrit. 2 - H315, Eye Irrit. 2 -
H319; H227, H303
76-22-2 Camphor 0,10- 1,00 EINECS: 200-945-0
Xn
11-20-68/22
Flam. Sol. 2 - H228; Acute Tox.
4 - H332; STOT SE 2 - H371; H303,
H316, H402
3391-86-4 1-Octen-3-ol (Amyl vinyl carbinol) 0,10- 1,00 EINECS: 222-226-0
N Xn
20/22-36/38-50 Acute Tox. 4 - H302, Acute Tox. 4 -
H332, Skin Irrit. 2 - H315, Eye Irrit. 2 - H319; Aquatic Acute 1 - H400; H227,
H313
1139-30-6 Caryophyllene oxide 0,10- 1,00
N
51/53
H316
5989-27-5 (R)-p-mentha-1,8-diene (d-limonene) 0,10- 1,00
EINECS: 227-813-5
N Xn
10-38-43-50/53-65
Asp. Tox. 1 - H304; Flam. Liq. 3
- H226; Skin Irrit. 2 - H315, Skin
Sens. 1 - H317; Aquatic Acute 1 -
H400, Aquatic Chronic 1 - H410
79-92-5 Camphene 0,10- 1,00
EINECS: 201-234-8
N Xi
11-36-50/53
Flam. Sol. 2 - H228; Eye Irrit.
2 - H319; Aquatic Acute 1 - H400,
Aquatic Chronic 1 - H410; H316
586-62-9 Terpinolene 0,10- 1,00
EINECS: 209-578-0
N Xn
10-51/53-65
Asp. Tox. 1 - H304; Flam. Liq. 3
- H226; H303, H316; Aquatic Chronic 2
- H411; H401 (continued on page 4)
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
155
Page: 4 / 9 MATERIAL SAFETY DATA SHEET
According to Regulation ST/SG/AC.10/30/Rev.4 UN GHS
PRODUCT : LAVANDE MB 40/42
(continued of page 3) 99-87-6 p-Cymene 0,10- 1,00
EINECS: 202-796-7
N Xn
10-51/53-65
Asp. Tox. 1 - H304; Flam. Liq. 3
- H226; H303, H316; Aquatic Chronic 2
- H411; H401
5 First aid measures
1. Description of first aid measures • General information:
Seek immediate medical advice. • After inhalation:
Supply fresh air; consult doctor in case of complaints. • After skin contact:
Immediately wash with water and soap and rinse thoroughly. • After eye contact:
Rinse opened eye for several minutes under running water. • After swallowing:
If symptoms persist consult doctor.
2. Information for doctor: • Most important symptoms and effects, both acute and delayed
No further relevant information available.
3. Indication of any immediate medical attention and special treatment needed No further relevant information available.
5 Firefighting measures
1. Extinguishing media • Suitable extinguishing agents:
CO2, sand, extinguishing powder. Do not use water. • For safety reasons unsuitable extinguishing agents:
Water spray
2. Special hazards arising from the substance or mixture No further relevant information available.
3. Advice for firefighters No specific advice
6 Accidental release measures
1. Personal precautions, protective equipment and emergency procedures Wear protective equipment. Keep unprotected persons away.
2. Environmental precautions: Do not allow to enter sewers/ surface or ground water.
3. Methods and material for containment and cleaning up: Absorb with liquid-binding material (sand, diatomite, acid binders, universal binders, sawdust). Dispose contaminated material as waste according to item 13.
4. Reference to other sections See Section 13 for disposal information.
U
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
156
Lampiran 16
Tabel 15.1. Uji Panel Peringkat Kesukaan Tabel L.15.1.a Uji Panel Peringkat Kesukaan
N Mean Std. Deviation
Campuran 1 30 1.6333 .80872
Campuran 2 30 2.1333 .68145
Campuran 3 30 2.2333 .85836
Tabel L15.1.b. Rangking pada Friedman Test Mean Rank
Campuran 1 1.63
Campuran 2 2.13
Campuran 3 2.23
Tabel L15.1.c. Uji Statistik Friedman N 30
Chi-Square 6.200
Df 2
Asymp. Sig. .045
a. Friedman Test
Tabel 15.2. Uji Panel Peringkat Relaksasi
Tabel L.15.2.a. Uji Panel Peringkat Relaksasi N Mean Std. Deviation
Camp_1 30 1.6667 .80230
Camp_2 30 1.9667 .66868
Camp_3 30 2.3667 .85029
Tabel L15.2.b. Rangking pada Friedman Test Mean Rank
Camp_1 1.67
Camp_2 1.97
Camp_3 2.37
Tabel L15.2.c. Uji Statistik Friedman Test N 30
Chi-Square 7.400
Df 2
Asymp. Sig. .025
a. Friedman Test
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
157
Lampiran 17
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel L.17.1. Statistik Deskriptif Variabel Terikat
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Vas_B1 60 20.00 80.00 55.5500 15.98667
Vas_T1 60 30.00 100.00 79.4167 13.05567
Vas_T3 60 50.00 100.00 79.8667 14.16186
MAP1 60 63.33 110.00 81.4992 9.39651
MAP2 60 60.00 93.33 76.8883 7.17276
MAP3 60 60.00 93.33 79.9716 7.56909
MAP4 60 60.00 96.67 77.3047 7.09120
Nadi_B0 60 52.00 108.00 69.8667 11.10728
Nadi_T1 60 .00 100.00 68.0667 12.76630
Nadi_T2 60 60.00 100.00 77.7667 7.80345
Nadi_T3 60 60.00 88.00 69.1167 6.77256
RR_B0 60 12.00 18.00 15.6833 1.29525
RR_T1 60 12.00 18.00 15.6500 1.11728
RR_T2 60 15.00 18.00 15.8667 .67565
RR_T3 60 14.00 18.00 15.6500 .98849
Valid N (listwise) 60
Tabel L.17.2. Statistik Deskriptif Beda Rerata Pengukuran Variabel Terikat
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Vas_B1 – Vas_T1 -23.86667 15.26985 1.97133
Pair 2 Vas_T1 – Vas_T3 -.45000 12.62822 1.63030
Pair 3 MAP1 – MAP2 4.61083 9.45475 1.22060
Pair 4 MAP2 – MAP3 -3.08322 5.52152 .71283
Pair 5 MAP4 – MAP2 .41639 6.29269 .81238
Pair 6 Nadi_B0 – Nadi_T1 1.80000 15.33225 1.97939
Pair 7 Nadi_T1 – Nadi_T2 -9.70000 11.63761 1.50241
Pair 8 Nadi_T3 – Nadi_T1 1.05000 12.55959 1.62144
Pair 9 RR_B0 – RR_T1 .03333 1.49538 .19305
Pair 10 RR_T1 – RR_T2 -.21667 1.26346 .16311
Pair 11 RR_T1 – RR_T3 .00000 1.36543 .17628
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
158
Lampiran 18
Analisis Statistik Paired t-Test
Paired Samples Test
Paired Differences Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Vas_Base - Vas_T1 -23.86667 15.26985 1.97133 .000
Pair 2 Vas_T1 - Vas_T3 -.45000 12.62822 1.63030 .783
Pair 3 MAP_Base - MAP_T1 4.61083 9.45475 1.22060 .000
Pair 4 MAP_T1 – MAP_T2 -3.08322 5.52152 .71283 .000
Pair 5 MAP_T1 – MAP_T3 -.41639 6.29269 .81238 .610
Pair 6 Nadi_Base - Nadi_T1 1.80000 15.33225 1.97939 .367
Pair 7 Nadi_T1 - Nadi_T2 -9.70000 11.63761 1.50241 .000
Pair 8 RR_T1 - Nadi_T3 -53.46667 6.49241 .83817 .000
Pair 9 RR_Base - RR_T1 .03333 1.49538 .19305 .864
Pair 10 RR_T1 - RR_T2 -.21667 1.26346 .16311 .189
Pair 11 RR_T1 - RR_T3 .00000 1.36543 .17628 1.000
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
159
Lampiran 19
Tabel L.19.1. Analisis Statistik Independent t-Test Campuran Minyak Esensial Indonesia dengan Minyak Lavender
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
MAPT1_Base Equal variances assumed -2.498 38 .017 -7.49900 3.00247
MAPT3_T1 Equal variances assumed 3.895 38 .000 6.24950 1.60465
MAPT3_Base Equal variances assumed -.427 38 .672 -1.24950 2.92446
NadiT1_Base Equal variances assumed -.658 38 .514 -3.60000 5.46876
NadiT3_T1 Equal variances assumed -1.025 38 .312 -4.35000 4.24455
NadiT3_Base Equal variances assumed -2.089 38 .043 -7.95000 3.80642
RRT1_Base Equal variances assumed -.853 38 .399 -.45000 .52753
RRT3_T1 Equal variances assumed .326 38 .746 .15000 .46041
RRT3_Base Equal variances assumed -.566 38 .575 -.30000 .52990
Tabel L.19.2. Analisis Statistik Independent t-Test Campuran Minyak Esensial Indonesia dengan Kontrol
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
MAPT1_Base Equal variances assumed -.558 38 .580 -1.91650 3.43224
MAPT3_T1 Equal variances assumed 2.973 38 .005 5.74950 1.93383
MAPT3_Base Equal variances assumed 1.161 38 .253 3.83300 3.30070
NadiT1_Base Equal variances assumed -1.626 38 .112 -6.00000 3.69067
NadiT3_T1 Equal variances assumed .594 38 .556 1.80000 3.02794
NadiT3_Base Equal variances assumed -1.134 38 .264 -4.20000 3.70348
RRT1_Base Equal variances assumed -1.488 38 .145 -.65000 .43695
RRT3_T1 Equal variances assumed .613 38 .544 .30000 .48963
RRT3_Base Equal variances assumed -.604 38 .549 -.35000 .57936
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013
160
Tabel L.19.3. Analisis Statistik Independent t-Test Minyak Lavender dengan Kontrol Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
MAPT1_Base Equal variances assumed 2.876 38 .007 5.58250 1.94089
MAPT3_T1 Equal variances assumed -.270 38 .789 -.50000 1.85512
MAPT3_Base Equal variances assumed 2.403 38 .021 5.08250 2.11501
NadiT1_Base Equal variances assumed -.457 38 .650 -2.40000 5.24876
NadiT3_T1 Equal variances assumed 1.386 38 .174 6.15000 4.43780
NadiT3_Base Equal variances assumed 1.070 38 .291 3.75000 3.50314
RRT1_Base Equal variances assumed -.445 38 .659 -.20000 .44927
RRT3_T1 Equal variances assumed .429 38 .671 .15000 .35000
RRT3_Base Equal variances assumed -.096 38 .924 -.05000 .51999
Efektifitas campuran..., Richard S.N. Siahaan, F Farmasi, 2013