57
UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. VARIETAS BUAH KUNING TERHADAP PERTUMBUHAN SEL HeLa SECARA IN VITRO DAN PROFIL KANDUNGAN KIMIA BAGIAN TERAKTIF Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Muslihah Nur Hidayati NIM. M0406010 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

  • Upload
    hatruc

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. VARIETAS BUAH KUNING TERHADAP PERTUMBUHAN SEL HeLa SECARA IN VITRO DAN PROFIL KANDUNGAN KIMIA BAGIAN TERAKTIF

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh: Muslihah Nur Hidayati

NIM. M0406010

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan penyakit yang menempati peringkat kedua sebagai

penyebab kematian di dunia. Salah satu jenis kanker yang memiliki potensi

menimbulkan resiko kematian adalah kanker leher rahim. Kanker leher rahim

(kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak

antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi

karena adanya infeksi virus yang dikenal dengan Human Papiloma Virus (HPV).

Telah terbukti bahwa HPV (Human Papiloma Virus) merupakan sebab mutlak

terjadinya kanker serviks. Angka prevalensi di dunia mengenai karsinoma serviks

adalah 99,7 % (Yohanes, 2008).

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang terbanyak diderita wanita-

wanita di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju

kanker ini menduduki urutan ke-10. Hal ini menyebabkan penelitian untuk

menemukan obat-obat baru terus berkembang, bahkan dari bahan alampun kini

banyak diteliti untuk pengobatan penyakit kanker ini (Sukardiman et al., 2005).

Dewasa ini penelitian karsinogenesis banyak diarahkan pada salah satu

gen supresor tumor yang dikenal sebagai gen supresor tumor p53 atau disingkat

sebagai gen p53. Mutasi gen p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme

apoptosis sel. Sebagian besar sel kanker serviks mempunyai gen p53 dan p105Rb

Page 3: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

(retinoblastoma tumor suppressor gene product) dalam bentuk wild type. Gen

pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel

kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan

E7 dari HPV. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kanker pada tubuh dan

pertumbuhan sel menjadi tidak terkendali. Apabila ekspresi onkogen E6 dan E7

dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan sel

kanker serviks mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis.

(Meiyanto et al., 2007).

Obat-obatan yang digunakan dalam penyembuhan penyakit kanker

biasanya berupa obat kimia yang bekerja dengan system cycle dependent drug

yang membunuh kanker secara selektif pada fase-fase pertumbuhannya (Robin

dan Kumar, 1997) dengan mekanisme MDR (multidrug resistance) (Conze,

2001). Kebanyakan obat-obat kemoterapi mempunyai efek samping dan

komplikasi berupa kerusakan-kerusakan pada jaringan yang masih sehat. Oleh

karena itu mulai banyak dilakukan penelitian tentang bahan obat dari alam yang

dapat berfungsi sebagai antikanker (Wahyuningsih dan Yustina, 1999).

Beberapa penelitian mulai diarahkan pada pengujian potensi bahan alam

sebagai agen kemoprevensi yang berpotensi sebagai agen pendamping

kemoterapi. Tujuannya adalah untuk memperkecil efek negatif yang ditimbulkan

oleh agen kemoterapi. Agen kemoprevensi yang dimaksud disini umumnya

memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan tumor melalui mekanisme cell cycle

arrest (Saphiro and Harper, 1999), pemacuan apoptosis (Fisher, 1994) ataupun

Page 4: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

menghambat ekspresi protein yang berperan dalam Multi Drug Resistance

(Meiyanto et al., 2006).

Masalah utama dalam pengembangan obat tradisional untuk tujuan

pengobatan penyakit di Indonesia adalah kurangnya bukti ilmiah sehingga perlu

dilakukan penelitian dan pengujian yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Salah satu obat tradisional yang sekarang banyak beredar di masyarakat

untuk pengobatan penyakit kanker adalah buah kuning (Pandanus conoideus

Lam. varietas buah kuning). Menurut Budi (2005) senyawa yang terkandung

dalam sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning adalah α-tokoferol, karoten,

dan betakaroten yang memiliki kemampuan menyebabkan cell cycle arrest,

sehingga dapat menghambat proliferasi sel kanker. Hal ini juga sesuai dengan

penelitian Albright et al. (2004) yang menyatakan bahwa kombinasi antara

tokoferol dengan vitamin A terbukti mampu menghambat pertumbuhan dan

metastasis sel kanker payudara pada mencit transgenik. Kombinasi penggunaan

betakaroten dan α-tokoferol juga terbukti memiliki aktivitas kemopreventif dan

penghambatan tumorigenesis secara in vivo pada kanker paru-paru (King, 2000).

Hasil uji sitotoksisitas yang telah dilakukan oleh Pratiwi (2009)

menunjukkan bahwa LC50 sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap

sel kanker payudara T47D secara in vitro adalah 0,25 µl/ml. Menurut Ueda et al.

(2002) ekstrak tanaman yang memiliki LC50 < 100 g/ml berpotensi untuk

dikembangkan sebagai agen anti kanker. Untuk itulah diperlukan kajian lebih

lanjut tentang efek sitotoksik dari sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning

terhadap sel kanker.

Page 5: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana efek sitotoksik bagian Pandanus conoideus Lam. varietas buah

kuning terhadap sel HeLa secara in vitro?

2. Bagaimanakah profil kandungan kimia bagian Pandanus conoideus Lam.

varietas buah kuning yang toksik terhadap sel HeLa secara in vitro?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji efek sitotoksik bagian Pandanus conoideus Lam. varietas buah

kuning terhadap sel HeLa secara in vitro dengan menggunakan uji doubling

time.

2. Mengkaji profil kandungan senyawa kimia bagian Pandanus conoideus Lam.

varietas buah kuning yang toksik terhadap sel HeLa secara in vitro.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian uji sitotoksisitas bagian

Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap pertumbuhan sel HeLa

secara in vitro dan profil kandungan kimia bagian teraktif adalah:

1. Memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengobatan mengenai

penggunaan P. conoideus Lam. varietas buah kuning sebagai agen anti kanker.

2. Memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh

bagian P. conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap pertumbuhan sel

HeLa secara in vitro.

Page 6: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pandanus conoideus Lam.

Pandanus conoideus Lam. merupakan tanaman endemik Papua yang

termasuk ke dalam famili Pandanaceae. Secara umum habitat asal tanaman ini

adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembab. Tanaman ini ditemukan

tumbuh liar di wilayah Papua dan Papua New Guinea. Di wilayah Papua, P.

conoideus Lam. ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 2-2300

meter di atas permukaan laut (dpl). Hal ini berarti bahwa tanaman ini dapat

tumbuh di mana saja di wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga dataran

tinggi. Pandanus conoideus Lam. di Papua ditemukan pada daerah-daerah yang

berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Diantaranya Kelia,

Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema (Budi, 2000).

Pada dasarnya terdapat lebih dari 30 jenis atau kultivar P. conoideus

Lam. di Papua. Namun, secara garis besar diketahui ada 4 kultivar yang

dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni kultivar merah panjang,

merah pendek, cokelat dan kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masing-

masing jenis berbeda-beda (Budi dan Paimin, 2005).

a. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari P. conoideus Lam. varietas buah kuning

menurut Sadsoeitoboen (1999) adalah:

Page 7: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning

b. Deskripsi

Pandanus conoideus Lam. termasuk terna berbentuk semak, perdu

atau pohon. Daun tunggal berbentuk lanset sungsang berwarna hijau tua dan

letaknya berseling. Ujung daun runcing, pangkal daun memeluk batang.

Permukaan daun licin, dengan tepi daun berduri atau tidak berduri,

tergantung jenisnya. Batang bercabang banyak, tegak, bergetah, dan

berwarna coklat berbercak putih. Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan

tinggi batang bebas cabang 5-8 m diatas permukaan tanah. Akar tanaman

tergolong akar serabut dengan tipe perakaran diangkat. Akar cenderung

masuk hingga kedalaman tanah ± 94 cm. Akar-akar tunjang muncul dari

bagian batang dekat permukaan tanah. Tanaman ini berbuah saat berumur

tiga tahun sejak ditanam. Buah tersusun dari ribuan biji yang bebas tapi

membentuk kulit buah. Biji kecil memanjang 9-13 mm dengan bagian atas

meruncing. Bagian pangkal biji menempel pada bagian jantung. Sedangkan

ujungnya membentuk totol-totol di bagian kulit buah. Biji berwarna hitam

Page 8: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging buah dapat

berwarna kuning, coklat, atau merah bata tergantung jenisnya (Budi dan

Paimin, 2005).

Buah dari P. conoideus Lam. varietas buah kuning berbentuk

silindris, ujung tumpul dengan pangkal menjantung. Panjang buah 35-42

cm dan berdiameter 11-12 cm. Daun pelindung buah melancip. Tulang

utama berduri sepanjang 1/3 bagian dari pangkalnya. Buah muda berwarna

hijau, matang berwarna kuning dengan berat 2-3 kg (Budi dan Paimin,

2005).

Gambar 1. Habitus P.conoideus Lam. (Budi dan Paimin, 2005)

c. Kandungan Senyawa Aktif

Hasil analisis oleh I Made Budi menunjukkan kandungan gizi P.

conoideus Lam. varietas buah kuning adalah karoten (9500 ppm),

betakaroten (240 ppm), tokoferol (10400 ppm). Selain itu juga mengandung

asam oleat, asam linoleat dan dekonat, omega 3 dan omega 9 yang berperan

Page 9: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

sebagai senyawa anti radikal bebas pengendali beragam penyakit antara lain

kanker (Astirin, 2008).

1. Karoten dan Betakaroten

Istilah karoten digunakan untuk menunjuk ke beberapa zat

yang berhubungan yang memiliki formula C4OH56. Secara kimia,

karoten adalah terpena, disintesis secara biokimia dari delapan satuan

isoprena, dan terbagi dalam dua bentuk utama yaitu α-karoten dan β-

karoten (Mun’im, 2008).

Karotenoid berperan penting bagi kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia. Karotenoid diasosiasikan dengan respon

imun yang lebih baik terhadap serangan penyakit, perlindungan

terhadap kanker, dan juga berfungsi sebagai antioksidan. Karotenoid, β-

karoten dan α-karoten, secara umum dikenal untuk mengurangi radikal

bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel yang mungkin

bersifat karsinogenik. Aktivitas antioksidan dari karotenoid adalah

alasan di balik efek antikanker dan peningkatan sistem kekebalan tubuh

(Wyeth, 2008)

Betakaroten yang berfungsi sebagai antioksidan merupakan

penangkal yang kuat untuk oksigen reaktif. Suatu penelitian

epidemiologi menyebutkan bahwa orang yang banyak makan buah dan

sayuran yang banyak mengandung karotenoid atau memiliki kadar

betakaroten yang tinggi pada serum memiliki resiko rendah terhadap

serangan kanker (Russel, 2002). β-karoten dapat membantu mencegah

Page 10: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

kerusakan jaringan dan DNA. β-karoten juga berperan sebagai

stimulator enzim penghancur karsinogen (zat penyebab kanker) dan

menstimulasi kemampuan tubuh mengubah substansi toksik menjadi

senyawa tak berbahaya (Winarto, 2007). Adapun struktur kimia β-

karoten dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur kimia β- karoten (FAO, 2006)

2. Tokoferol

Analisis kandungan gizi buah kuning menunjukkan

kandungan tokoferolnya lebih tinggi daripada varietas lain P.conoideus

yang telah teranalisis kandungan gizinya. Tokoferol merupakan bentuk

vitamin yang larut dalam lemak yang berperan penting dalam proses

reproduksi. Tokoferol juga merupakan antioksidan penting yang dapat

menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009). Struktur

kimia tokoferol tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur kimia Tokoferol (FAO, 2006)

α-tokoferol merupakan senyawa 6-hidroksikromana (tokol).

Berperan dalam pertahanan terhadap peroksidasi asam lemak dan

sebagai antioksidan dengan memutuskan berbagai reaksi rantai radikal

Page 11: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

bebas (Murray et al., 2003). Vitamin E juga dikenal sebagai tokoferol,

khususnya molekul α-tokoferol (Brock, 1993).

3. Asam – asam lemak

Buah P. conoideus mengandung asam–asam lemak antara

lain berupa asam Oleat, asam Palmitoleat dan asam Alfalinolenat.

Asam lemak berperan sebagai inhibitor pertumbuhan dan

perkembangan tumor. Asam lemak yang memiliki lebih dari delapan

atom karbon memiliki aktivitas sitolitik yang menyebabkan disrupsi

dan disintegrasi sel. Saat asam lemak dimasukkan ke dalam membran

inti, asam lemak tersebut akan memicu pemecahan sel. Apabila asam

lemak diberikan pada sel tumor dalam konsentrasi tinggi akan

menyebabkan lisis sel tumor tersebut, hanya dengan sedikit atau sama

sekali tidak terjadi kerusakan pada sel normal (Mun’im, 2008).

2. Kanker

Kanker merupakan penyakit yang menempati peringkat kedua sebagai

penyebab kematian. Hal ini menyebabkan pengembangan penelitian untuk

menemukan obat-obat baru terus berkembang, bahkan dari bahan alampun kini

banyak diteliti untuk pengobatan penyakit kanker ini. Kanker serviks merupakan

kanker yang terbanyak diderita wanita-wanita di negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju kanker ini menduduki urutan

ke-10 sebagai penyakit penyebab kematian. Hal ini menyebabkan

pengembangan penelitian untuk menemukan obat-obat baru terus berkembang,

Page 12: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

bahkan dari bahan alampun kini banyak diteliti untuk pengobatan penyakit

kanker ini (Meiyanto et al., 2008).

Salah satu pemicu terjadinya kanker adalah adanya radikal bebas dalam

tubuh. Radikal bebas (free radical) didefinisikan sebagai suatu atom atau

molekul yang mempunyai satu elektron atau lebih yang tanpa pasangan

(Halliwel, 1985). Radikal bebas dianggap berbahaya karena menjadi sangat

reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya, dapat pula terbentuk

radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk

berpasangan dengan radikal bebas baru yang akhirnya bertambah banyak yang

selanjutnya akan menyerang sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan jaringan.

Radikal bebas secara alami sudah terbentuk di dalam tubuh melalui berbagai

proses kimiawi yang kompleks. Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan

radikal bebas yang umumnya terdapat dalam tubuh yang terbentuk melalui

berbagai aktivitas metabolisme (Pratiwi, 2009).

Radikal bebas akan dinetralkan oleh senyawa antioksidan menjadi

senyawa yang tidak berbahaya. Penelitian in vitro yang telah dilakukan

menjelaskan bahwa radikal bebas berperan dalam kerusakan DNA (Phillip,

1956). Penelitian menggunakan kultur sel menunjukkan bahwa molekul yang

mengalami kerusakan akibat radikal bebas tidak hanya DNA, molekul protein

seperti enzim DNA repair, yang mencakup modulator apoptosis dan protein p53

juga akan mengalami modifikasi apabila terpapar radikal bebas (Marshall,

2000). Namun, karena kompleksitas pada radikal bebas, maka sulit untuk

Page 13: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

menentukan peran spesifik dari tiap radikal bebas dalam karsinogenesis (Syah,

2005).

Salah satu senyawa yang berpotensi untuk menghambat kerja radikal

bebas adalah antioksidan. Antioksidan akan menghambat oksidasi dengan cara

bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang

relatif stabil. Antioksidan melawan radikal bebas dengan cara memberikan satu

elektron untuk menutupi satu elektron yang dibutuhkan radikal bebas.

Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan antioksidan vitamin.

Antioksidan golongan vitamin lebih populer dibandingkan antioksidan enzim.

Antioksidan vitamin mencakup asam askorbat (vitamin C), α-tokoferol (vitamin

E), dan β-karoten (Winarto, 2007).

Interaksi betakaroten dan tokoferol dengan protein meningkatkan

produksi antibodi, hingga meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan

memperbanyak aktifitas T helpers dan limfosit. Tokoferol, α-tokoferol, dan β-

karoten yang terkandung dalam buah merah dan kuning berfungsi sebagai

antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Ketiga senyawa inilah yang

diduga membantu proses penyembuhan kanker dan juga HIV/AIDS (Astirin et

al., 2008).

3. Kanker Serviks

Kanker leher rahim adalah tumor ganas (karsinoma) yang tumbuh di

dalam leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita

yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)

Page 14: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang

telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat

juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Meiyanto,

2005).

Penyebab paling utama kanker serviks adalah anggota famili Papovirida

yaitu HPV (Human Papiloma Virus) yang mempunyai diameter 55 µm dan

virus ini ditularkan secara seksual. HPV memiliki kapsul isohedral yang

telanjang dengan 72 kapsomer, serta mengandung DNA circular double

stranded dengan panjang kira-kira 8000 pasang basa (La Russo, 2004;

Sjamsuddin, 2001). Berdasarkan penelitian Sjamsuddin (2001), disimpulkan

bahwa terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker

serviks, yaitu : 1) HPV resiko rendah, yaitu HPV tipe 6, 11, dan 46 yang jarang

ditemukan pada karsinoma invasif ; 2) HPV resiko sedang, yaitu HPV 33, 35,

40, 43, 51, 56, dan 58 ; 3) HPV resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, dan 31.

Ketiga jenis HPV ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal,

namun hanya tipe 2 dan 3 yang menyebabkan kanker (Syah, 2005).

Untuk tumbuh menjadi kanker leher rahim dibutuhkan beberapa tahun

sejak sel-sel leher rahim mengalami perubahan. Sel-sel leher rahim abnormal

yang bukan merupakan sel kanker namun dapat berkembang menjadi kanker

disebut dengan cervical intra-epithelial neoplasia (CIN). CIN juga disebut

sebagai sel-sel prekanker yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berpotensi

untuk berkembang menjadi kanker. Namun tidak semua wanita yang memiliki

Page 15: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

CIN akan menderita kanker. Keberadaan CIN identik dengan displasia (Hidayat,

2002).

Perkembangan kanker serviks meliputi displasia ringan (5 tahun),

displasia sedang (3 tahun), displasia berat (1 tahun) sampai menjadi kanker

stadium 0. Tahap pra kanker ini sering tidak menimbulkan gejala (92%),

selanjutnya masuk tahap kanker invasif berupa kanker stadium I sampai stadium

IV (DeFilippis et. al., 2007).

4. Sel HeLa

Sel yang sering dijumpai pada kanker serviks adalah sel HeLa. Kultur sel

HeLa atau HeLa cell line merupakan continuous cell line yang diturunkan dari

sel epitel kanker leher rahim (cervix) seorang wanita penderita kanker leher

rahim bernama Henrietta Lacks yang meninggal akibat kanker pada tahun 1951.

Kultur sel ini memiliki sifat semi melekat dan digunakan sebagai model sel

kanker dan untuk mempelajari sinyal transduksi seluler. Sel HeLa ini cukup

aman dan merupakan sel manusia yang umum digunakan untuk kepentingan

kultur sel (Syaifuddin, 2007).

HeLa bersifat imortal yang artinya tidak dapat mati karena tua dan dapat

membelah secara tidak terbatas selama kondisi dasar bagi sel untuk tetap hidup

masih terpenuhi. Strain-strain baru dari sel HeLa telah dikembangkan dalam

berbagai macam kultur sel, tapi semua sel HeLa berasal dari keturunan yang

sama. Sel HeLa telah mengalami transformasi akibat infeksi Human Papiloma

Page 16: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Virus 18 (HPV 18) dan berbeda dengan sel leher rahim yang normal (Parhardian

et al., 2004).

Sel HeLa dapat tumbuh dengan agresif dalam media kultur. Media yang

digunakan adalah media RPMI 1640-serum. Di dalamnya terkandung nutrisi

yang cukup untuk pertumbuhan, yaitu asam amino, vitamin, garam-garam

anorganik, dan glukosa. Serum yang ditambahkan mengandung hormon-hormon

yang mampu memacu pertumbuhan sel. Albumin berfungsi sebagai protein

transport, lipid diperlukan untuk pertumbuhan sel, dan mineral berfungsi

sebagai kofaktor enzim (Freshney, 2000).

Sel HeLa adalah sel kanker leher rahim akibat infeksi HPV sehingga

mempunyai sifat yang berbeda dengan sel leher rahim normal. Sel kanker leher

rahim yang diinfeksi HPV diketahui mengekspresikan 2 onkogen, yaitu E6 dan

E7. Protein E6 dan E7 terbukti dapat menyebabkan sifat imortal pada kultur

primer keratinosit manusia, namun sel yang imortal ini tidak bersifat

tumorigenik hingga suatu proses genetik terjadi. Jadi, viral onkogen tersebut

tidak secara langsung menginduksi pembentukan tumor, tetapi menginduksi

serangkaian proses yang pada akhirnya dapat menyebabkan sifat kanker

(Hussain et. al., 2003).

Sebagian besar sel kanker leher rahim, termasuk sel HeLa, mempunyai

gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type. Kedua gen pengatur pertumbuhan

yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim.

Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV

(Parhardian et. al., 2004).

Page 17: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

5. Gen p53

Gen p53 dikenal juga sebagai TP53 atau tumor protein adalah sebuah

gen yang berperan dalam regulasi siklus sel dan termasuk golongan tumor

suppressor gen. Sedemikian penting perannya bagi organisme multisel untuk

mencegah keganasan sehingga dia dijuluki “the guardian of the genome”,

sehubungan dengan perannya dalam menjaga stabilitas sel dan mencegah mutasi

genome (Pecorino, 2004). Pada tahun 1979, gen p53 ditemukan berupa

fosfoprotein dengan berat molekul 53 kD (Foulkes, 2007).

Dikenal ada 2 tipe protein p53 yaitu protein p53 tipe wild dan tipe

mutan. Gen p53 tipe wild berperan menghambat proliferasi sel, transkripsi sel,

reparasi DNA dan apoptosis, sedangkan protein p53 tipe mutan berfungsi

menghambat protein p53 tipe wild sehingga proliferasi sel kehilangan

hambatannya (Brock, 1993).

Protein P53 merupakan protein tumor regulator checkpoint yang

diaktivasi oleh adanya kerusakan DNA atau adanya stress tertentu pada sel.

Protein ini dapat memacu proses apoptosis melalui peningkatan ekspresi Bax,

gen yang menyandi suatu protein Bax yang berperan dalam apoptosis. Namun

demikian ekspresi Bax oleh p53 masih belum cukup untuk memacu proses

apoptosis sendirian sehingga masih diperlukan pemacu lainnya. Dalam hal ini

Bax bersama-sama dengan protein lainnya akan mengaktifkan sitokrom c yang

dilepas dari mitokondria dan selanjutnya akan terjadi aktivasi berantai terhadap

caspase 9 dan caspase 3 hingga apoptosis terjadi (Meiyanto, 2008).

Page 18: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Sebagian besar sel kanker serviks mempunyai gen p53 dan p105Rb

dalam bentuk wild type. Kadar protein P53 tipe wild dalam inti sangat sedikit,

bersifat labil dan mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga tidak

terdeteksi dengan teknik pewarnaan immunositokimia. Protein ini berperan

menghambat proliferasi sel, transkripsi sel, reparasi DNA, dan apoptosis.

Sedangkan protein P53 tipe mutan berperan menghambat protein P53 tipe wild

sehingga proliferasi sel kehilangan hambatannya (Brock, 1993). Terjadinya p53

mutan menyebabkan terganggunya fungsi kontrol terhadap adanya kerusakan

DNA sehingga mengakibatkan tidak teraktivasinya jalur caspase (Hanahan dan

Weinberg and Hanahan, 2000).

Gen p53 menghasilkan produk yang berfungsi sebagai aktivator

transkripsi yang berperan mengatur siklus sel pada titik tertentu, khususnya fase

G1 dan G2. Sebagian besar mutasi gen p53 terletak antara codon 120 dan 290

pada exon 5-9 (DBD). Bagian ini disebut “hot-spot” mutasi p53. Pada manusia

paling tidak terdapat 4 hotspot (daerah rawan mutasi) dalam gen p53, yaitu

terletak pada kodon yang menyandi asam amino nomor 175, 248, 273, dan 282.

Mutasi kodon-kodon hotspot tersebut diperkirakan mencapai 30% dari semua

bentuk mutasi gen p53 (Sherman cit Syaifuddin, 2007).

6. Uji Sitotoksisitas

Penelitian terkait pengobatan kanker serviks terus dilakukan. Salah satu

metode yang sering digunakan adalah melalui uji sitotoksisitas senyawa yang

diduga berpotensi sebagai senyawa antikanker. Uji sitotoksisitas dilakukan

Page 19: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

untuk konfirmasi dari kemampuan sitotoksik fraksi uji terhadap sel HeLa. Dari

morfologi sel Hela dapat diketahui adanya efek toksik yang ditimbulkan oleh

fraksi uji. Efek toksik terlihat melalui adanya fenomena dose dependent yang

menunjukkan korelasi antara konsentrasi fraksi uji dengan sitotoksisitasnya.

Seiring dengan bertambahnya konsentrasi, jumlah sel yang mati semakin

banyak. Hal ini mengakibatkan semakin tinggi konsentrasi fraksi uji, semakin

rendah absorbansi sumuran sehingga persen kehidupannya semakin kecil.

Sedangkan pada kontrol, tidak terdapat korelasi yang signifikan antara

konsentrasi dan persen kehidupan sel (Meiyanto et. al., 2005).

Sitotoksisitas adalah sifat toksik atau beracun yang dimiliki suatu

senyawa terhadap suatu sel hidup. Uji sitotoksisitas adalah suatu uji yang secara

in vitro dilaksanakan menggunakan kultur sel dalam mengevaluasi keamanan

suatu obat, makanan, kosmetik, maupun bahan-bahan kimia lainnya. Uji ini

selain menggunakan kultur sel juga uji farmakokinetika in vitro untuk

mengembangkan obat-obat terapeutik dan mengamati toksisitas baik akut

maupun kronik (Freshney, 2000).

Dari sejumlah data eksperimental terbukti bahwa sebagian besar

tanaman yang memiliki aktivitas antimikroba pada umumnya menunjukkan

potensi sebagai antikanker karena sifat toksisitas yang dimilikinya tersebut

dapat pula bekerja terhadap fase tertentu dari siklus sel tumor (Nursid et al.,

2006).

Page 20: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

7. Uji Doubling Time

Doubling time adalah waktu yang diperlukan sel untuk menggandakan

diri menjadi dua kali dari jumlah sel semula. Setiap sel kanker memiliki waktu

yang berbeda dalam menggandakan diri. Doubling time juga dapat digunakan

untuk membandingkan karakteristik biologi antara cell line serta

mendeskripsikan pola pertumbuhan sel (Kim, 1995). Proliferasi sel dapat

digunakan untuk menjelaskan respon sel terhadap pengaruh stimulasi atau

senyawa toksik. Hal ini berguna untuk melihat konsistensi sel dan mengetahui

waktu subkultur sel yang terbaik (Freshney, 2000). Meiyanto et al. (2007)

menyampaikan bahwa senyawa yang mampu memperpanjang waktu doubling

time menunjukkan kemampuan senyawa tersebut untuk menghambat proliferasi

sel kanker melalui mekanisme cell cycle arrest.

Mekanisme yang terjadi dalam penghambatan doubling time ini dapat

dijelaskan melalui sinyal tranduksi dalam cell cycle arrest yang diduga dimulai

dari penghambatan kerja enzim oksidasi yang berperan dalam produksi ATP

oleh α-tokoferol, sehingga energi yang digunakan untuk pembelahan sel kurang

tersedia (Kawai et al., 1974), selain itu juga dikarenakan adanya penghambatan

protein kinase C (Prasad et al., 1999). Protein kinase C berfungsi dalam

fosforilasi pRb. Saat pRb menjadi hipofosforilasi maka pRb akan mengikat E2F

sehingga menghambat aktivitas dari E2F yang merupakan faktor transkripsi.

Penghambatan E2F ini akan menyebabkan cell cycle arrest (Guasconi et al. cit

Pratiwi, 2009).

Page 21: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

8. Apoptosis

Apoptosis adalah tipe kematian terprogram melalui serangkaian

perubahan struktural sebagai hasil dari rangsang fisiologis atau patologis. Ciri

morfologi apoptosis adalah pengerutan sel, penonjolan membran (membrane

blebbing), kondensasi kromatin, dan fragmentasi inti sel (Suryadi et. al., 2004).

Dalam kaitannya dengan pengendalian tumorigenesis, apoptosis

merupakan mekanisme penting untuk mencegah proliferasi sel yang mengalami

kerusakan DNA, agar sel-sel dengan lesi DNA tersebut tidak dilipatgandakan,

sehingga dalam hal ini apoptosis berfungsi sebagai salah satu kontrol checkpoint

dalam siklus sel. Kegagalan sel-sel tumor untuk melaksanakan mekanisme

apoptosis merupakan salah satu faktor yang mendasari pertumbuhan tumor yang

makin lama makin besar, instabilitas genetik sel-sel bersangkutan dan resistensi

terhadap kemoterapi (Weinberg and Hanahan, 1996). Tidak adanya mekanisme

apoptosis dapat meningkatkan ketahanan hidup sel dan menambah kemungkinan

ekspansi sel ganas. Selain itu, tidak adanya mekanisme apoptosis akan

memperbesar kemungkinan terjadinya keganasan sel akibat instabilitas genetik

dan akumulasi kelainan genetik dan merupakan akibat dari ketidaktaatan

terhadap aturan yang ditentukan pada checkpoint siklus sel untuk menginduksi

apoptosis (Reed, 1997).

9. Penelitian Bahan Alam

Uji eksperimental secara in vitro dengan menggunakan kultur sel tumor

yang diberi perlakuan ekstrak tanaman obat tradisional merupakan model yang

Page 22: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

bisa dikembangkan sebagai dasar dalam mempelajari efek molekul anti kanker

yang ditampilkan. Hal ini sangat diperlukan guna menjawab dan memastikan

potensi anti kanker dari suatu tanaman obat. Penggunaan human cell lines

sebagai model dalam eksperimental biomedik sering dijumpai. Keutamaan

penggunaan cell lines atau galur sel didapatkan homogenitas genetik dan fenotip

sampel yang cukup tinggi, serta tidak dijumpainya variasi individual. Selain hal

tersebut cancer cell lines memiliki sifat specific accumulate multiple genetic

change, khususnya pada proto-oncogenes dan tumor suppressor genes

(Wozniak and Keely, 2005).

Penggunaan bahan-bahan alam dalam pengobatan kanker didasari oleh

sistem kerja obat kimia secara system cycle dependent drug yang membunuh

kanker secara selektif pada fase-fase pertumbuhannya seperti pada tahap mitosis

sel (Robin dan Kumar, 1997). Kebanyakan obat-obat kemoterapi mempunyai

efek samping dan komplikasi berupa kerusakan-kerusakan pada jaringan yang

masih sehat, oleh karena itu mulai banyak dilakukan penelitian tentang bahan

obat dari alam yang dapat berfungsi sebagai antikanker (Wahyuningsih dan

Yustina, 1999).

10. Pemisahan Kandungan Senyawa Kimia

Pemanfaatan bahan alam sebagai agen terapi kanker yang sering

dijumpai adalah melalui senyawa aktif yang dikandung suatu tumbuhan.

Senyawa aktif tumbuhan dapat diperoleh melalui beberapa metode pemisahan.

Salah satunya adalah dengan metode partisi dan fraksinasi untuk memperoleh

Page 23: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

senyawa spesifik yang potensinya paling besar terhadap penghambatan

proliferasi sel kanker (Nursid et al., 2006).

Untuk identifikasi senyawa hasil pemisahan sering digunakan metode

KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Prinsip metode ini adalah pemisahan senyawa

berdasarkan tingkat polaritasnya. Dua fase yang berperan di dalamnya adalah

fase diam dan fase gerak. Senyawa yang dipisahkan akan terelusi oleh pelarut

yang digunakan sebagai fase gerak sehingga dapat diidentifikasi golongannya

(Bogoriani et. al., 2007).

Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf (Retardation factor) yang

berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat

dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan

sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak

yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu

lebih kecil dari 1,0 (Rossaria, 2007).

Page 24: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Kanker Serviks dengan gen p53 termutasi (Parhardian et. al., 2004)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Bagan alir proses penelitian

Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di

seluruh dunia. Kanker serviks terjadi karena adanya infeksi dari Human Papiloma

Virus (HPV) dengan gen p53 yang termutasi. Angka kematiannya yang cukup

Angka kematian tinggi (Yohanes, 2008)

Kemoterapi menimbulkan efek negatif (Wahyuningsih, 1999)

Bahan alam sebagai antikanker

Sari Pandanus conoideus Lam. Varietas buah kuning

Berpotensi senyawa antikanker payudara

Pemisahan kandungan senyawa kimia

Uji doubling time

Uji sitotoksisitas sel HeLa terhadap 2 bagian hasil pemisahan

Penentuan golongan senyawa kimia

Bagian teraktif terhadap sel HeLa

Page 25: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

tinggi mendorong para peneliti untuk menemukan alternatif senyawa antikanker

dari bahan alam. Mengingat penggunaan bahan-bahan kimia sebagai agen

kemoterapi terbukti menimbulkan efek negatif bagi sistem tubuh.

Salah satu bahan alam yang mulai dikembangkan sebagai senyawa

antikanker adalah Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning. Hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) menunjukkan bahwa

sari Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning terbukti memiliki sifat

sitotoksik terhadap penghambatan aktivitas pertumbuhan sel kanker payudara.

Berdasarkan data di atas maka akan dilakukan uji sitotoksisitas sari

Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap sel HeLa yang

diturunkan dari kanker serviks. Penelitian diawali dengan pemisahan kandungan

senyawa kimia, dilanjutkan dengan uji sitotoksisitas hasil pemisahan terhadap

kultur sel HeLa kemudian dilakukan penentuan golongan senyawa kimia dan uji

doubling time untuk mengetahui waktu penggandaan dari sel tersebut terhadap

bagian teraktif.

C. Hipotesis

1. Bagian Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning diduga memiliki

efek sitotoksik terhadap kultur sel HeLa dan mampu menghambat laju

pertumbuhan sel setelah dilakukan uji doubling time.

2. Bagian Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning diduga

mengandung senyawa aktif yang berpotensi sebagai senyawa antikanker.

Page 26: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juni-Agustus 2009 di Laboratorium

Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminer air flow cabinet,

timbangan digital, inkubator CO2, refrigerator, mikroskop cahaya, mikroskop

inverted, mikroplate 96 sumuran, mikroplate 24 sumuran, kamera digital, pipet

mikro, sentrifuse, pipet pastur, hemasitometer, tissue culture flask 40 ml,

vortex, alat gelas, filtermikro (milipore 0,22 µm), conical tube, deck glass,

obyek glass yang dilapisi poly L-lysine, coverslip plastik Ф 12 mm, tabung

eppendorf, bunzen buchner, corong pisah, pipa kapiler, chamber, pipet tetes,

penyemprot dan oven.

Page 27: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

2. Bahan

a. Bahan Utama

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah sari

Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning yang diperoleh dari I

Made Budi, peneliti bahan alam dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Cendrawasih (UNCEN) Papua.

b. Bahan untuk Pemisahan Kandungan Senyawa Kimia

Bahan yang digunakan untuk pemisahan kandungan senyawa

kimia adalah MeOH 100% (Brataco), eter (Brataco) dan KOH 30%

(Brataco) (dalam aquades).

c. Bahan untuk Penentuan Golongan Senyawa Kimia

Bahan yang digunakan untuk penentuan golongan senyawa kimia

adalah SiOH, alumina, wash benzena, eter, pereaksi semprot FeCl3,

pereaksi semprot Lieberman Burchard, pereaksi semprot dragendorf, dan

pereaksi semprot vanilin-H2SO4 pekat.

d. Bahan untuk uji Sitotoksisitas

Bahan yang digunakan untuk uji sitotoksisitas adalah bagian P.

conoideus Lam. varietas buah kuning hasil pemisahan, kultur sel HeLa,

Media RPMI 1640, Aquades, alkohol 70% HCl, NaOH, Phosphate Buffer

Saline (PBS), Fetal Bovine Serum (FBS), Penicillin / Streptomycin,

Fungizon, Hepes, Natrium bicarbonate, Tryphan blue, dan Tripsin.

Page 28: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

C. Cara Kerja

1. Pemisahan Kandungan Senyawa Kimia

Sari buah kuning dipartisi menjadi dua bagian. Pelarut yang

digunakan adalah MeOH : eter : KOH 30% (dalam aquades) dengan

perbandingan 1:1:1. Setelah diperoleh dua bagian, profil kandungan senyawa

kimia dimonitor menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

dengan fase diam silika : alumina (3:2 b/b) dan fase gerak wash benzena : eter

(1:1 v/v). Hasil pemisahan kemudian dideteksi di bawah UV 254 dan 366 serta

pereaksi semprot Serium (IV) Sulfat (Sr IV SO4).

2. Uji Sitotoksisitas

Sel HeLa diambil dari tangki nitrogen cair, segera dicairkan dalam

penangas air pada suhu 37°C, kemudian ampul disemprot dengan etanol 70 %.

Selanjutnya sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril berisi media RPMI.

Suspensi sel kemudian disentrifugasi 325 g selama ± 5 menit. Supernatan

dibuang sedangkan endapan ditambah 1 mL medium penumbuh yang

mengandung 20 % PBS dan diresuspensi perlahan hingga homogen, kemudian

sel ditumbuhkan pada tissue culture flask kecil dan diinkubasi pada inkubator

CO2 suhu 37°C dengan aliran 5% CO2. Setelah 24 jam media diganti dan sel

ditumbuhkan hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian.

Setelah jumlah sel cukup, dilakukan pemanenan sel. Sel HeLa

dicuci dengan PBS pH 7,2 sebanyak 5 mL. Selanjutnya sel yang melekat pada

dinding tissue culture flask dilepas dengan tripsin. Sel dipindahkan ke dalam

tabung konikal steril, diberi 10 mL media RPMI dan disentrifugasi 325 g

Page 29: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

selama 5 menit. Dihitung jumlah selnya menggunakan hemasitometer tanpa

penambahan tryphan blue. Suspensi sel ditambah 100 µl medium RPMI

komplit (FBS, Pen-Strep, Fungizon ®) sehingga diperoleh konsentrasi sel 2 x

104 sel / 100 mL.

Suspensi sel yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam

mikrokultur 96 sumuran. Ditambahkan bagian buah kuning hasil partisi

sebanyak 100 µl pada peringkat konsentrasi yang berbeda secara triplet.

Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 10 µl/ml; 5 µl/ml; 2,5 µl/ml; 1,25

µl/ml; 0,625 µl/ml; 0,3125 µl/ml; 0,15625 µl/ml, 0,078125 µl/ml; 0,0390625

µl/ml; 0,01953125 µl/ml; 0,009765625 µl/ml; 0,0048828125 µl/ml;

0,00244140625 µl/ml; 0,001220703125 µl/ml dan 0,0006103515625 µl/ml.

Dengan menggunakan mikropipet masing-masing konsentrasi ekstrak sampel

uji yang telah disiapkan dalam eppendorf steril dipindahkan ke sumuran.

Disiapkan pula kontrol negatif media RPMI 1640 dan kultur sel

kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO2 37°C dengan kadar

CO2 5%. Setelah 24 jam media RPMI 1640 dibuang dan diresuspensi dengan

100 µl tripsin-EDTA 0,25%, didiamkan hingga sel terlepas dari dasar sumuran

±3-5 menit. Selanjutnya pada setiap sumuran ditambahkan 100 µl trypan blue,

kemudian diambil kira-kira 10 µl diletakkan pada hemasitometer dan dihitung

jumlah sel mati maupun sel hidup di bawah mikroskop cahaya dengan

perbesaran 100 kali.

Page 30: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

3. Uji Doubling Time (waktu penggandaan)

Uji doubling time dilakukan dengan menstarvasi sel selama 24 jam

dalam media kultur yang mengandung FBS 5%, streptomisin 2%, penisilin 2%

dan fungizon 0,5% kemudian sel HeLa dengan kerapatan sekitar 2x104 sel/mL

dimasukkan dalam microplate 96 sumuran sebanyak 100 µl. Selanjutnya sel

diinkubasi dalam inkubator CO2 selama semalam. Setelah semalam media

RPMI 1640 diganti baru dan ditambahkan larutan uji hasil pemisahan masing-

masing sebanyak 100 µl dalam biakan sel kultur, dengan ulangan sebanyak 3

untuk tiap perlakuan. Konsentrasi larutan uji yang digunakan adalah 4

konsentrasi di bawah LC50 hasil uji sitotoksisitas. Pengambilan sampel

dilakukan pada jam ke 0, 24, 48 dan 72. Selanjutnya media RPMI 1640

dibuang dan ditambahkan tripsin sebanyak 100 µl, diinkubasi 10 menit

kemudian ditambahkan 100 µl tryphan blue. Suspensi sel dari masing-masing

perlakuan diambil 10 µl untuk dihitung menggunakan hemasitometer. Hasil

perhitungan kemudian ditampilkan dalam kurva jumlah sel dan waktu

inkubasi.

4. Penentuan Golongan Senyawa Kimia

Penentuan golongan senyawa kimia dilakukan pada bagian yang

menunjukkan nilai sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel HeLa dengan

menggunakan beberapa pereaksi semprot kimia spesifik. Deteksi golongan

senyawa kimia dilakukan dengan mengelusi bagian hasil partisi menggunakan

silika alumina (3:2 b/b) sebagai fase diam dan wash benzena : eter ( 1:1 v/v)

sebagai fase gerak serta pereaksi semprot besi (III) klorida untuk deteksi

Page 31: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

keberadaan senyawa fenolik, pereaksi semprot dragendorf untuk deteksi

senyawa alkaloid, pereaksi semprot vanilin-H2SO4 pekat untuk deteksi

terpenoid dan pereaksi semprot Lieberman Burchard untuk deteksi senyawa

steroid.

D. Analisis Data

1. Uji Sitotoksisitas

Hasil pengamatan kematian sel uji ditampilkan dalam bentuk

persentase kematian sel dengan rumus:

% kematian sel = 100% - % viabel sel

dimana, % viabel sel =

Signifikansi data dianalisis menggunakan analisis probit. Data

ditampilkan dalam bentuk kurva hubungan konsentrasi senyawa uji dengan

persentase kematian sel uji. Aktivitas sitotoksik dinyatakan dengan LC50 yang

ditetapkan melalui hasil perhitungan direct counting.

2. Uji doubling time

Masing-masing sumuran dihitung jumlah sel hidup dengan

hemasitometer lalu dibuat kurva antara jumlah sel dengan waktu inkubasi

(Mursyidi, 1985). Perhitungan jumlah sel hidup dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

(Doyle and Griffith, 2000)

x 100% Jumlah sel hidup total sel

Page 32: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

N =

Dimana,

N : Jumlah sel hidup

4 : Jumlah bilik hitung yang digunakan

A : Jumlah suspensi sel yang diambil (misal 10µl)

B : Pengenceran (misal 100 µl tripsin dan 100 µl tryphan blue)

Perbedaan waktu penggandaan sel dihitung dari slope pada kurva dari

persamaan grafik log antara jumlah sel hidup dan waktu pengamatan.

3. Profil Kandungan Kimia Bagian Teraktif

Senyawa kimia yang terkandung dalam bagian dengan aktifitas

sitotoksik lebih tinggi dianalisa berdasarkan reaksi positif yang ditunjukkan

oleh reagen yang digunakan sebagai pereaksi semprot spesifik.

N 4

x A x B

Page 33: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kanker serviks merupakan salah satu jenis penyakit dengan angka

kematian yang cukup tinggi bagi seluruh wanita di dunia. Menurut data yang

disampaikan oleh Yohanes (2008) angka prevalensinya di dunia mencapai 99,7%.

Oleh karena itu penelitian terkait pengobatan kanker serviks terus saja

dikembangkan. Salah satunya adalah melalui penelitian bahan alam. Hal ini

didukung oleh adanya efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan agen

kemoterapi. Sebagaimana disebutkan oleh Wahyuningsih dan Yustina (1999)

kebanyakan agen kemoterapi mempunyai efek samping dan komplikasi pada

jaringan yang masih sehat.

Salah satu jenis bahan alam yang mulai dikembangkan sebagai senyawa

anti kanker adalah Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning. Menurut

Pratiwi (2009) sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning yang diujikan secara

in vitro pada sel kanker payudara T47D memberikan aktivitas sitotoksik dengan

nilai LC50 sebesar 0,25 µl/ml. Selain itu, Wibowo et. al. (2007) dan Astirin (2008)

juga menyampaikan bahwa P. conoideus Lam. varietas buah kuning diduga

berperan dalam penghambatan pertumbuhan dan toksisitas terhadap sel kanker

karena di dalamnya terkandung beberapa komponen diantaranya karoten, β-

karoten, tokoferol, dan asam lemak yang memiliki potensi sitotoksis terhadap cell

line T47D, MCF7, HT29, Raji, dan HeLa.

Page 34: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Hal tersebut di atas melatarbelakangi dilaksanakannya penelitian ini yang

bertujuan untuk mengkaji efek sitotoksik serta profil kandungan kimia bagian P.

conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap sel HeLa secara in vitro. Dalam

penelitian ini dilakukan uji sitotoksisitas untuk mendapatkan nilai LC50 dari

bagian hasil partisi serta uji waktu penggandaan (doubling time) untuk

mengetahui aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan sel kanker.

A. Pemisahan Kandungan Senyawa Kimia

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemisahan

kandungan kimia terhadap sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning yang akan

digunakan sebagai bahan uji. Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan

kandungan senyawa kimia yang ada sehingga akan diperoleh dua bagian dengan

aktivitas sitotoksik yang berbeda. Pemisahan dilakukan menggunakan corong

pisah dengan melarutkan sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning ke dalam

metanol, eter dan KOH 30% (dalam aquades).

Salah satu komponen yang terdapat dalam sari P. conoideus Lam. varietas

buah kuning adalah karotenoid. Karotenoid yang ada ini kemungkinan masih

terikat dengan ester (misalnya karotenol ester) sehingga diperlukan tahap

penyabunan untuk memisahkannya secara optimal. Dalam penelitian ini

penyabunan dilakukan dengan memasukkan sari P. conoideus Lam. varietas buah

kuning ke dalam campuran metanol serta eter yang telah ditambah dengan KOH

30% (dilarutkan dalam aquades).

Page 35: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Setelah dilakukan proses pencampuran dan dilanjutkan dengan

penggojogan dalam corong pisah, maka diperoleh dua lapisan. Lapisan atas

berwarna kuning keruh sedangkan lapisan bawah berwarna kuning cerah,

sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Lapisan atas merupakan bagian yang larut

dalam eter dan KOH 30% sehingga dimungkinkan mengandung lebih banyak

karotenoid karena eter dan KOH 30% memiliki kemampuan untuk menarik

karotenoid. Hal ini terlihat dari warna lapisan atas yang tampak lebih keruh. Hasil

pemisahan kemudian diuapkan di atas penangas air dengan tujuan untuk

mempurifikasi hasil pemisahan dari pelarut yang digunakan.

Gambar 5. Hasil pemisahan terbentuk dua lapisan dengan warna yang berbeda. (a) bagian atas berwarna coklat kehitaman; (b) bagian bawah berwarna kuning cerah.

Hasil pemisahan yang telah dipurifikasi kemudian dimonitor

pemisahannya menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif. Fase

diam yang digunakan adalah silika : alumina (3:2 b/b) sedangkan fase geraknya

adalah wash benzena : eter (1:1 v/v). Modifikasi fase diam bertujuan untuk

mengoptimalkan deteksi hasil pemisahan. Hal ini disebabkan karena plat alumina

mampu menghasilkan jumlah spot yang lebih banyak daripada plat silika. Namun,

plat alumina bersifat sangat rapuh karena tidak menggunakan binder (perekat),

a

b

Page 36: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

sedangkan plat silika lebih rekat dan tidak mudah rapuh karena menggunakan

binder sehingga dilakukan pencampuran keduanya.

Hasil pemisahan ini dideteksi di bawah sinar UV pada panjang gelombang

354 dan 366 nm serta menggunakan pereaksi semprot Serium (IV) Sulfat. Sinar

UV digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikatan rangkap terkonjugasi

sedangkan Sr (IV) Sulfat untuk mendeteksi keberadaan senyawa organik dalam

bagian hasil pemisahan. Hasil deteksi UV terlihat pada Gambar 6. Sedangkan

hasil deteksi menggunakan pereaksi semprot Se (IV) Sulfat ditunjukkan pada

Gambar 7.

a b Gambar 6. Hasil deteksi bagian P. conoideus Lam. varietas buah kuning di

bawah sinar UV: 254 nm (a), 366 nm (b). Keduanya menunjukkan hasil negatif (tidak muncul peredaman).

Deteksi UV 254 dan 366 nm memberikan reaksi negatif yang ditunjukkan

dengan tidak adanya peredaman. Hal ini terjadi karena bagian hasil pemisahan

tidak mengandung senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi.

Sedangkan hasil deteksi dengan pereaksi semprot Se (IV) Sulfat menunjukkan

terbentuknya dua spot yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa senyawa organik

Bagian atas

Bagian bawah

Bagian atas

Bagian bawah

Page 37: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

yang terkandung dalam sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning telah

mengalami pemisahan sehingga memunculkan dua bagian yang masing-masing

menunjukkan bercak dengan profil yang berbeda. Bagian bawah memberikan nilai

Rf sebesar 0,05 sedangkan bagian atas memberikan nilai Rf 1 sebesar 0,03, Rf 2

sebesar 0,24 dan Rf 3 sebesar 0,97.

a b

Gambar 7. Hasil deteksi bagian P. conoideus Lam. varietas buah kuning dengan pereaksi semprot Sr (IV) Sulfat menunjukkan bercak yang berbeda: bagian bawah (a), bagian atas (b). Fase diam : silika alumina (3:2 b/b), Fase gerak : wash benzena dan eter (1:1 v/v).

B. Uji Sitotoksisitas

Setelah diperoleh dua bagian uji hasil pemisahan, yaitu bagian atas dan

bawah kemudian dilanjutkan dengan uji sitotoksisitas. Langkah ini bertujuan

untuk mengetahui efek sitotoksik dari masing-masing bagian hasil pemisahan

terhadap kultur sel HeLa sehingga dapat ditentukan besarnya nilai LC50 dari tiap

bagian untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk menentukan bagian

teraktif.

Rf

0,05

Rf 0,97

0,24

0,03

Page 38: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Tahap uji sitotoksisitas dan doubling time dilaksanakan dengan

menggunakan metode direct counting. Untuk mengetahui jumlah sel digunakan

hemasitometer sebagai media hitung dan tryphan blue sebagai counterstain.

Metode ini dipilih karena senyawa uji yang digunakan merupakan senyawa

berwarna. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa senyawa berwarna akan

menimbulkan bias jika menggunakan metode ELISA reader dengan prinsip kerja

menggunakan absorbansi. Theiszova et al. (2005) juga menyebutkan bahwa

metode direct counting memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap

penghambatan pertumbuhan sel fibroblast NIH-3T3 dibandingkan dengan

pengukuran yang dilakukan menggunakan metode MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-

2yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide). Metode MTT merupakan salah satu

metode uji sitotoksik yang prinsipnya didasarkan pada kemampuan sel hidup

untuk mereduksi garam MTT menjadi kristal formazan.

Menurut Rode et al. (2004) apabila menggunakan metode direct counting

sel yang mati akan terpulas biru karena tryphan blue berikatan dengan protein

intraseluler pada sel yang rusak akibat permeabilitas membran selnya terganggu

(Rode et al., 2004), sedangkan sel hidup masih memiliki membran sel yang utuh

sehingga tryphan blue tidak dapat masuk ke dalam sel dan sel tampak transparan.

Menurut Syaifuddin (2007) kultur sel HeLa sering digunakan sebagai

model dalam penelitian karena tumbuh lebih cepat sehingga mampu memproduksi

lebih banyak sel dalam satu flask dan merupakan sel manusia yang umum

digunakan untuk kepentingan kultur sel. Kultur sel HeLa memiliki sifat semi

melekat. Hal ini disebabkan karena sel kultur melepas suatu protein matriks

Page 39: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

ekstraseluler sehingga menyebabkan sel–sel tersebut menempel satu sama lain dan

menempel pada dasar microplate. Oleh karena itu diperlukan penambahan Tripsin

untuk melepas sel-sel tersebut dari dasar microplate. Menurut Freshney (2000)

Tripsin merupakan protease yang akan mendigesti ekstraselular matriks tersebut

sehingga sel dapat terpisah satu sama lain dari dasar microplate. Sel–sel yang

telah terlepas dari dasar microplate akan tampak berbentuk bulat–bulat, seperti

terlihat pada Gambar 8.

a b Gambar 8. Sel HeLa sebelum ditambahkan tripsin (a), sel HeLa setelah

penambahan tripsin (b). Keterangan: 1a. sel hidup (berbentuk lonjong seperti daun), 2a. sel mati (berbentuk bulat), 1b. Sel hidup (tampak bercahaya), 2b. Sel mati (berbentuk bulat tidak bercahaya)

Uji sitotoksisitas diawali dengan menumbuhkan sel HeLa hingga konfluen

pada medium RPMI 1640-serum. Menurut Freshney (2000) dalam medium ini

terkandung nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan, yaitu asam amino, vitamin,

garam-garam anorganik, dan glukosa. Serum yang ditambahkan mengandung

hormon-hormon yang mampu memacu pertumbuhan sel. Albumin berfungsi

sebagai protein transport, lipid diperlukan untuk pertumbuhan sel, dan mineral

berfungsi sebagai kofaktor enzim. Komposisi medium RPMI 1640 secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 1.

1a

2a

1b 2b

Page 40: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Setelah sel yang akan digunakan sebagai model uji jumlahnya cukup

kemudian dilakukan pemanenan sel yang dilanjutkan dengan pencucian

menggunakan PBS. Hal ini bertujuan untuk membersihkan serum yang

terkandung dalam medium RPMI karena serum ini dapat menghambat kerja

tripsin. Selanjutnya dilakukan penambahan tripsin untuk melepas sel dari dasar

tabung dan dilanjutkan dengan penambahan medium RPMI sehingga diperoleh

suspensi sel yang dapat langsung dipindahkan ke dalam microplate.

Setelah sel dalam microplate siap kemudian dilakukan penambahan bagian

uji hasil pemisahan dengan konsentrasi yang berbeda. Variasi konsentrasi yang

digunakan adalah 10 µl/ml; 5 µl/ml; 2,5 µl/ml; 1,25 µl/ml; 0,625 µl/ml; 0,3125

µl/ml; 0,15625 µl/ml, 0,078125 µl/ml; 0,0390625 µl/ml; 0,01953125 µl/ml;

0,009765625 µl/ml; 0,0048828125 µl/ml; 0,00244140625 µl/ml; 0,001220703125

µl/ml dan 0,0006103515625 µl/ml. Selain itu dibuat pula kontrol negatif berupa

kultur sel dalam medium RPMI 1640.

Setelah inkubasi 24 jam dan diamati di bawah mikroskop maka terlihat

adanya perubahan dari morfologi sel. Morfologi sel kontrol dan setelah perlakuan

dapat dilihat pada Gambar 9. Sedangkan gambar lengkap untuk morfologi sel

tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengamatan mikroskopis

menunjukkan adanya perbedaan morfologi pada sel HeLa kontrol dan perlakuan

(Gambar 9). Sel kontrol tampak berbentuk seperti daun, menempel di dasar

sumuran, sedangkan sel dengan perlakuan konsentrasi 2,5 µl/ml untuk bagian

bawah dan 0,15625 µl/ml untuk bagian atas tampak banyak yang mati. Sel yang

mati tampak berubah bentuknya, keruh dan mengapung.

Page 41: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Dari pengamatan terlihat bahwa penambahan konsentrasi bagian uji

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kematian sel. Jumlah sel hidup yang

ada pada kontrol jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sel hidup

yang ada pada sumuran dengan penambahan konsentrasi bagian uji. Data hasil

penghitungan direct counting jumlah sel yang hidup maupun yang mati disajikan

pada Lampiran 2.

a b c

Gambar 9. Kenampakan morfologi sel HeLa pada perbesaran 100x setelah penambahan bagian P. conoideus Lam. varietas buah kuning pada perlakuan (a) kontrol, (b) LC50 bagian atas (konsentrasi 0,15625 µl/ml), (c) LC50 bagian bawah (konsentrasi 2,5 µl/ml).

Keterangan: : sel hidup, : sel mati.

Selanjutnya ditentukan persentase kematian sel dan dihitung nilai rata-

ratanya untuk menentukan nilai LC50 dari masing-masing bagian yang diujikan.

LC50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sel sebesar 50% dari

populasi sel. Berdasarkan hasil analisa probit maupun direct counting yang

dilakukan didapatkan nilai LC50 sebesar 0,15625 µl/ml untuk bagian atas dan 2,5

µl/ml untuk bagian bawah.

Perhitungan probit secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil

analisa probit ini diperoleh dengan mengubah persentase kematian menjadi angka

probit dengan menggunakan tabel probit (Lampiran 3), kemudian dibuat grafik

Page 42: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

persamaan regresi linier probit dan log konsentrasi. Menurut Ueda et al. (2002)

ekstrak tanaman yang memiliki LC50 < 100 g/ml berpotensi untuk dikembangkan

sebagai agen anti kanker. Dari hasil perhitungan LC50 ini terlihat bahwa bagian

atas merupakan bagian yang lebih aktif karena menunjukkan nilai LC50 yang lebih

kecil. Hubungan tingkat kematian sel dengan konsentrasi bagian P. conoideus

Lam. varietas buah kuning dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata persentase kematian sel HeLa setelah perlakuan dengan bagian P. conoideus Lam. varietas buah kuning.

No. Konsentrasi

(µl/ml)

Rata-rata kematian sel

(%) ± SD bagian atas

Rata-rata kematian sel

(%) ± SD bagian bawah

1. 10 100%±0,00 77,87%±0,32

2. 5 96,47%±1,50 64,22%±1,41

3. 2,5 78,90%±0,29 50,00%±0,00

4. 1,25 66,91%±0,42 43,87%±0,63

5. 0,625 61,65%±0,74 37,97%±0,42

6. 0,3125 56,57%±0,50 34,75%±0,37

7. 0,15625 50,00%±0,00 29,40%±0,72

8. 0,078125 46,02%±0,49 25,28%±0,66

9. 0,0390625 39,89%±0,40 22,03%±0,00

10. 0,01953125 33,90%±0,57 17,51%±0,73

11. 0,009765625 29,67%±0,28 13,11%±0,00

12. 0,0048828125 23,65% ± 0,64 7,52%±0,83

13. 0,00244140625 21,24%±0,83 3,82%±0,89

14. 0,001220703125 21,50%±0,79 3,66%±0,89

15. 0,0006103515625 18,41%±0,86 3,55%±0,86

Dari Tabel 1 terlihat bahwa kenaikan persentase kematian sel HeLa

sebanding dengan kenaikan konsentrasi bagian P. conoideus Lam. varietas buah

Page 43: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

kuning yang diberikan, peningkatan konsentrasi secara linier juga menyebabkan

meningkatnya persentase kematian. Apabila disajikan dalam grafik (Lampiran 3),

maka akan diperoleh nilai R2 yang mendekati satu dan menunjukkan kedekatan

hubungan antara konsentrasi sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning yang

digunakan dengan persentase kematian sel, kematian sel benar-benar disebabkan

oleh adanya perlakuan sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning.

Menurut Budi dan Paimin (2005) sari P. conoideus Lam. varietas buah

kuning mengandung senyawa yang diduga memiliki efek sitotoksik pada sel

kanker, yaitu karoten, betakaroten, dan α-tokoferol. Ketiga senyawa ini bersifat

sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Antioksidan melawan

radikal bebas dengan cara memberikan satu elektron untuk menutupi satu elektron

yang dibutuhkan radikal bebas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) menyatakan bahwa

ketiga senyawa tersebut berinteraksi dengan sel kanker dimulai dari membran sel.

Karoten, α-tokoferol, dan betakaroten merupakan senyawa yang larut dalam

lemak sehingga dapat berdifusi melalui membran sel, kemudian masuk ke dalam

sitoplasma. Alfa tokoferol di dalam membran sel maupun membran mitokondria

akan menghambat aktivitas Na dan K ATPase sehingga α-tokoferol dapat

mengganggu aktivitas pertukaran ion melalui Na dan K channel. Alfa tokoferol

juga telah terbukti menghambat aktivitas beberapa enzim oksidasi, diantaranya

adalah enzim-enzim yang terlibat dalam proses glikolisis dan fosforilasi oksidatif

ADP menjadi ATP, sehingga akan menurunkan produksi ATP dalam sel.

Page 44: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Penurunan produksi ATP akan berpengaruh terhadap penurunan aktivitas sel

untuk melakukan pembelahan (Kawai et al., 1974).

Penelitian Prasad et al. (1999) juga menyebutkan bahwa α-tokoferol

terbukti menghambat protein kinase C, meningkatkan sintesis dan transformasi

growth factor B yang merupakan salah satu sinyal penghambat pertumbuhan

termasuk di dalamnya pembelahan sel. Bagian P. conoideus Lam. varietas buah

kuning yang mengandung α-tokoferol diduga dapat menghambat proliferasi sel

HeLa. Hasil uji sitotoksisitas yang menunjukkan bahwa bagian atas P. conoideus

Lam. varietas buah kuning merupakan bagian teraktif dengan nilai LC50 sebesar

0,15625 µl/ml selanjutnya digunakan untuk menentukan dosis yang akan

digunakan untuk uji doubling time, yaitu dipilih 4 dosis di bawah LC50 bagian

teraktif.

C. Uji Doubling Time

Uji doubling time dilakukan untuk mengetahui efek penghambatan

proliferasi sel HeLa oleh bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah kuning.

Moeljoprawiro et al. (2007) menyebutkan bahwa kemampuan proliferasi sel dapat

diartikan sebagai kemampuan sel untuk tumbuh membelah dan berkembang.

Apabila proliferasi sel kanker dihambat melalui mekanisme cell cycle arrest maka

sel akan berhenti membelah, sehingga pengaruh hambatan ini berupa kematian

sel.

Proses kematian sel yang terjadi dapat melalui dua proses yaitu apoptosis

dan nekrosis. Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis

Page 45: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan

mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas

membran. Sel yang mengalami nekrosis mengalami kehilangan integritas

membran. Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk

badan apoptosis. Sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk

kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh,

sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom (Iswanto et al.,

2002).

Uji doubling time ini dilakukan dengan menghitung jumlah sel yang hidup

dan mati oleh masing-masing bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah

kuning setiap satuan waktu. Doubling time sendiri merupakan waktu yang

diperlukan oleh sel untuk menggandakan dirinya menjadi dua kali jumlah semula.

Senyawa yang mampu memperpanjang waktu doubling time menunjukkan

kemampuan senyawa tersebut untuk menghambat proliferasi sel kanker melalui

mekanisme cell cycle arrest (Meiyanto et al., 2007).

Doubling time dilakukan dengan menstarvasi sel dalam media RPMI 1640

yang ditambah FBS (Fetal Buffer Serum). Hal ini dimaksudkan agar sel–sel yang

akan diberi perlakuan berada dalam kondisi yang sama. Starvasi dilakukan selama

semalam (over night) dalam inkubator CO. Setelah starvasi, sel–sel yang telah

diberi perlakuan diinkubasi selama 24, 48, dan 72 jam, kemudian jumlah sel hidup

dan sel mati dihitung dengan bantuan haemositometer dan tryphan blue sebagai

counterstain.

Page 46: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Dosis yang digunakan dalam uji doubling time adalah 4 dosis di bawah

LC50. Hal ini dikarenakan uji doubling time dilakukan sampai jam ke-72 sehingga

diperlukan dosis yang relatif tidak mematikan sel. Selain itu juga untuk

memastikan bahwa apabila terjadi kematian sel adalah benar-benar karena bagian

teraktif bersifat toksik terhadap sel, bukan karena konsentrasi yang terlalu besar

sehingga dapat mengganggu kesetimbangan media. Hasil perhitungan jumlah sel

setelah inkubasi ditampilkan pada Gambar 10.

Dari Gambar 10 terlihat bahwa jumlah sel HeLa setelah diinkubasi akan

mengalami perubahan. Peningkatan jumlah sel terbesar terlihat pada kontrol

sedangkan pada perlakuan bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah

kuning, peningkatan jumlah sel berbanding terbalik dengan besarnya konsentrasi

yang diberikan. Semakin besar konsentrasi bagian uji maka peningkatan jumlah

sel akan lebih kecil.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Waktu Inkubasi (jam)

Jum

lah

sel

kontrol0.0781250.03096250.019531250.0097656

Gambar 10. Grafik hubungan jumlah sel dan waktu inkubasi pada uji doubling time bagian aktif P. conoideus Lam. varietas buah kuning konsentrasi 0,078125 µl/ml; 0,0309625 µl/ml; 0,01953125; dan 0,0097656 µl/ml yang dilakukan perhitungan pada waktu inkubasi 0, 24, 48, dan 72 jam.

Page 47: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Menurut Astirin, et. al (2009) nilai uji doubling time dapat ditentukan

melalui persamaan regresi linier antara log jumlah sel dengan waktu inkubasi

sehingga diperoleh nilai slope yang merupakan parameter kinetika proliferasi

(Tabel 2). Semakin tinggi nilai slope maka semakin cepat waktu doubling time

yang diperlukan. Kontrol dengan nilai slope tertinggi 0,0129 memiliki waktu

doubling time tercepat yaitu 23,23 jam, sedangkan konsentrasi 0,078125 µl/ml

memiliki nilai slope terendah senilai 0,01 dengan waktu doubling time paling

lama yaitu 32,97 jam.

Tabel 2. Persamaan garis regresi dari waktu inkubasi dan jumlah sel, serta nilai doubling time

Konsentrasi (µl/ml)

Persamaan garis waktu inkubasi dan jumlah sel

Nilai slope

R2 Nilai doubling time (jam)

Kontrol Y=0,0129x +1,6033 0,0129 0,999 23,23 0,078125 Y=0,01x + 1,5733 0,01 0,998 32,97 0,0309625 Y=0,0115x + 1,56 0,0115 0,999 29,82 0,01953125 Y=0,0115x + 1,5967 0,0115 0,999 26,63 0,0097656 Y=0,0117x + 1,6133 0,0117 0,998 24,76

Hasil uji doubling time menunjukkan bahwa bagian teraktif P. conoideus

Lam. varietas buah kuning pada konsentrasi 0,078125 µl/ml membuat waktu

penggandaan sel menjadi 1,42 kali dibandingkan dengan kontrol, sedangkan pada

konsentrasi 0,0309625 µl/ml waktu penggandaan sel menjadi 1,28 kali dari

kontrol. Pada konsentrasi 0,01953125 µl/ml waktu penggandaan sel menjadi 1,15

kali dari kontrol dan pada konsentrasi 0,0097656 µl/ml membuat waktu

penggandaan sel lebih lama 1,06 kali dibandingkan dengan sel kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai doubling time berbanding lurus dengan besarnya variasi

konsentrasi yang diberikan. Semakin besar konsentrasi bagian teraktif maka

Page 48: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

semakin besar pula waktu yang diperlukan oleh sel untuk menggandakan

jumlahnya.

Hasil uji doubling time menunjukkan bahwa kandungan senyawa yang

terdapat pada bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah kuning dalam hal

ini α-tokoferol, karoten, dan betakaroten dapat menyebabkan cell cycle arrest,

sehingga dapat menghambat proliferasi sel kanker. Hal ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astirin, et. al (2009) yang

menunjukkan bahwa nilai LC50 dari sari P. conoideus Lam. varietas buah kuning

yang diujikan pada sel kanker payudara T47D berpotensi untuk dikembangkan

sebagai anti kanker.

Mekanisme yang terjadi dalam penghambatan doubling time ini dapat

dijelaskan melalui sinyal tranduksi dalam cell cycle arrest yang diduga dimulai

dari penghambatan kerja enzim oksidasi yang berperan dalam produksi ATP oleh

α-tokoferol, sehingga energi yang digunakan untuk pembelahan sel kurang

tersedia (Kawai et al., 1974), selain itu juga dikarenakan adanya penghambatan

protein kinase C (Prasad et al., 1999). Protein kinase C berfungsi dalam fosforilasi

pRb, dimana pRb akan menjadi hipoposforilasi sehingga akan mengikat E2F dan

menghambat aktivitas dari E2F yang merupakan faktor transkripsi. Penghambatan

E2F ini akan menyebabkan cell cycle arrest (Guasconi et al. cit Pratiwi, 2009).

Pada saat siklus sel terhenti inilah dimungkinkan adanya kesempatan sel

kanker untuk melakukan DNA repair. Penghambatan aktivitas dari E2F ini

kemungkinan dapat mengatur ekspresi gen p53 tipe wild sebagai salah satu tumor

suppressor gen pada fase G1/S dan menginduksi apoptosis (Pacifico and Leone,

Page 49: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

2007). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carlisle et al. (2000) dimana

tokoferol terbukti mampu menginduksi apoptosis dan meningkatkan ekspresi gen

p53 tipe wild pada kanker paru-paru (HLF cell).

Sebagai antioksidan di dalam sel kanker, kemungkinan aktivitas α-

tokoferol akan menurunkan konsentrasi ROS penyebab kerusakan oksidatif

sehingga akan dapat meningkatkan kemampuan sel untuk melakukan DNA

repair. Konsentrasi ROS di dalam sel yang menurun dapat memaicu keluarnya

sitokrom C dari mitokondria, sitokrom C dapat memacu aktivitas gen-gen

pengatur apoptosis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Salganik

(2001).

Menurut Bohm et. al (1997) interaksi antara α-tokoferol dan betakaroten

bersifat sinergis. α-tokoferol yang telah mendonorkan elektronnya pada senyawa

radikal bebas akan berubah menjadi α-tokoferoksil radikal yang tidak reaktif

apabila dibandingkan dengan ROS. Alfa tokoferoksil radikal ini kemudian akan

menerima elektron dari betakaroten sehingga menjadi α-tokoferol kembali,

selanjutnya betakaroten radikal akan dihilangkan oleh adanya aktivitas anti

oksidan endogen seperti superoxside dismutase dan gluthation peroksidase dari

sel.

D. Penentuan Golongan Senyawa Kimia

Penentuan golongan senyawa kimia dilakukan pada bagian teraktif P.

conoideus Lam. varietas buah kuning terhadap sel HeLa dengan menggunakan

beberapa pereaksi semprot kimia spesifik. Deteksi golongan senyawa kimia

Page 50: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

dilakukan dengan mengelusi bagian teraktif menggunakan silika alumina (3:2 b/b)

sebagai fase diam dan wash benzena : eter ( 1:1 ) sebagai fase gerak serta pereaksi

semprot besi (III) klorida untuk deteksi keberadaan senyawa fenolik, pereaksi

semprot Dragendorf untuk deteksi senyawa alkaloid, pereaksi semprot Vanilin-

H2SO4 pekat untuk deteksi terpenoid dan pereaksi semprot Lieberman Burchard

untuk deteksi senyawa steroid.

a b c d Gambar 11. Profil kromatografi preparatif bagian teraktif P. conoideus

Lam. varietas buah kuning hasil deteksi dengan pereaksi semprot spesifik : (a) Dragendorf; (b) Lieberman Burchard; (c) vanilin-H2SO4 dan (d) FeCl3.

Fase diam : silika alumina (3 : 2 b/b) Fase gerak : wash benzena dan eter (1:1 v/v).

Hasil dari deteksi golongan senyawa kimia dapat dilihat pada Gambar 11.

Reaksi positif ditunjukkan oleh pereaksi Lieberman Burchard yang memberikan

warna hijau kebiruan dan pereaksi vanilin-H2SO4 yang memberikan warna coklat.

Sedangkan reaksi negatif ditunjukkan oleh pereaksi Dragendorf yang seharusnya

menunjukkan bercak berwarna orange serta pereaksi FeCl3 yang seharusnya

menunjukkan warna merah. Hasil deteksi menunjukkan bahwa bagian teraktif P.

Page 51: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

conoideus Lam. varietas buah kuning mengandung senyawa kimia yang masuk ke

dalam golongan terpenoid dan steroid.

Selain itu, dari profil Kromatografi Lapis Tipis Preparatif yang dilakukan

pada bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah kuning juga diperoleh nilai

Rf 1 sebesar 0,03, Rf 2 sebesar 0,24 dan Rf 3 sebesar 0,97. Nilai Rf diperoleh

dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh bagian teraktif P. conoideus

Lam. varietas buah kuning yang dielusikan dengan jarak yang ditempuh oleh fase

gerak dari titik awal penotolan.

Hasil deteksi ini sesuai dengan penelitian yang disampaikan oleh I Made

Budi (2005) bahwa senyawa yang terkandung dalam P. conoideus Lam. varietas

buah kuning diantaranya adalah karoten, betakaroten, tokoferol serta asam-asam

lemak. Karoten merupakan senyawa yang masuk ke dalam golongan terpenoid

karena disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena, dan terbagi dalam

dua bentuk utama yaitu α-karoten dan β-karoten (Mun’im et. al., 2008).

Karoten merupakan senyawa yang mengandung pigmen warna merah dan

kuning bersifat larut dalam lipid serta merupakan salah satu komponen minyak

atsiri. Karoten selain berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan juga

merupakan senyawa yang memberi warna pada bunga maupun buah. Oleh karena

itulah bagian teraktif P. conoideus Lam. varietas buah kuning dinyatakan

mengandung karoten karena menunjukkan warna kuning dan masuk ke dalam

golongan senyawa terpenoid. Sedangkan tokoferol serta asam-asam lemak

merupakan bagian dari golongan steroid (Harborne, 1987).

Page 52: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bagian atas Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning hasil pemisahan

merupakan bagian teraktif yang memiliki efek sitotoksik terhadap sel HeLa

dengan menunjukkan LC50 sebesar 0,15625 µl/ml dan mampu menghambat

laju pertumbuhan sel HeLa menjadi 1,42 kali dibandingkan kontrol dengan

waktu penggandaan sel sebesar 32,97 jam pada konsentrasi 0,078125 µl/ml.

2. Bagian teraktif Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning mengandung

senyawa aktif golongan terpenoid dan steroid sehingga berpotensi sebagai

senyawa antikanker.

B. Saran

1. Perlu dilakukan pemisahan komponen kandungan kimia yang lebih lanjut

terhadap bagian teraktif Pandanus conoideus Lam. varietas buah kuning untuk

menentukan senyawa yang menunjukkan efek sitotoksisitas.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas Pandanus conoideus Lam.

varietas buah kuning sebagai agen antikanker secara in vivo.

Page 53: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Albright, C. D., R. I., Salganik, and T. V., Dyke. 2004. Dietary Depletion of Vitamin E and Vitamin A Inhibits Mammary Tumor Growth and Metastasis in Transgenic Mice. Journal of Nutrition 134:1139-1144.

Astirin, O. P., M. Harini, dan N. S. Handajani. 2009. The Effect of Crude Extract of Pandanus conoideus Lamb. Var Yellow Fruit on Apoptotic Expression of The Breast Cancer Cell Line (T47D). Journal of Biological Diversity. 10 (1).

Astirin, O. P. 2008. Efek Potensiasi Ekstrak Buah Kuning (Pandanus conoideus. Lam.) dan Komponen VCO terhadap Ekspresi P53 Mutan Galur Sel Kanker Payudara T47D. Laporan Penelitian. Hibah Riset Grant PHK A2 Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Astirin, O. P., D. R. Budiani, dan F. R. Wibowo. 2008. Ekspresi P53 pada Kultur Sel T47D sesudah Pemberian Buah Merah sebagai Kandidat Antikanker. Makalah Seminar disampaikan dalam Seminar Biodiversitas UNAIR 2008 [13 April 2009].

Bohm F., R. Edge, E. J. Land, D. McGarvey, and T. G. Truscott. 1997. Carotenoids Enhance Vitamin E Antioxidant Efficiency. J Am Chem Soc. 119:621–622.

Brock, D. H. J. 1993. Molecular for The Clinician. University Press, Chambridge.

Budi, I. M. 2000. Kajian Kandungan Zat Gizi dan Sifat Fisika Kimia Berbagai Jenis Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Hasil Ekstraksi secara Tradisional di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya. Tesis Program Pasca Sarjana. IPB-Bogor.

Budi, I. M., dan F. R. Paimin. 2005. Buah Merah. Seri Agrisehat. Penebar Swadaya. h:20-48, Jakarta.

Carlisle, D. L., D. E. Pritchard, J. Singh, B. M. Owens, L. J. Blakenship, J. M. Orestein, and S. R. Patieno. 2000. Apoptosis and p53 Induction in Human Lung Fibroblast Exposed to Chromium (VI): Effect of Ascorbate and Tocopherol. Toxicological Science 55:55-68.

DeFilippis, R. A., E. C. Goodwin, W. Lingling, and D. DiMaio. 2007. Endogenous Human Papillomavirus E6 and E7 Proteins Differentially Regulate Proliferation, Senescence, and Apoptosis in HeLa Cervical Carcinoma Cells. Journal of Virology. 77 (2): 1551-1563.

Doyle, A., and J. B. Griffith. 1988. Cell and Tissue Culture for Medical Research. Chichester: John Willey and Sons LTD. p.12-16.

Page 54: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

FAO. 2006. Composition of Dietary Fat. www.fao.org/docrep/V4700E /V4700E07.htm [22 April 2009].

Foulkes, W. D. 2007. Gene p53 Master and Commander. The New England Journal of Medecine 357: 2539-2541.

Freshney, R. 2000. Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique 4th Edition. John Wiley and Sons. Inc, New York.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB, Bandung.

Hidayat, M.A. 2002. Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak Heksana Daun Eupatorium triplinerve Vahl. terhadap Kultur Sel Meioloma. Jurnal Ilmu Dasar. 3 (2).

Hussain, S. P., L. J. Hofseth, and C. C. Harris. 2003. Radical Causes Cancer. Journal of Nature (3):1-5.

Iswanto, J., A. Turchan, dan J. Wahyuhadi. 2002. Apoptosis. Kajian Multi Trauma RSUD. Dr. Soetomo Vol. XV No. 2.

Kawai, K., M. Nakao, T. Nakao, and G. Katsu. 1974. Inhibition of Membrane Cell Adenosine Triphosphatase By Alpha-tokopherol and Its Derivates. J. Clin. Nutr. 27:987 -994.

Kim, Y., N. Chongviriyaphan, C. Liu, R. M. Russel, and X. D. Wang. 2006. Combined Antioxsidan (β-Carotene, α-Tocopherol, and Ascorbic Acid) Suplementation in Increase The Level of Lung Retinoic Acid and Inhibits The Activation of Mitogen-Activated Protein Kinase in The Ferret Lung Cancer Model. Carcinogenesis 27(7):1410-1419

King, R. J. B. 2000. Cancer Biology 2nd edition. Pearson Education Limited, London.

Meiyanto, Susidarti, Handayani, Rahmi. 2008. Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) mampu Menghambat Proliferasi dan Memacu Apoptosis Sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 12 – 19, Yogyakarta.

Meiyanto, E., F. Rahmi, dan S. Riyanto. 2007. Efek Sitotoksik Fraksi Semipolar Ekstrak Metanolik Kulit Batang Cangkring (Erythrina fusca Lour) terhadap Sel HeLa. Majalah Obat Tradisional, 11(41): 1-11.

Meiyanto, E., Supardjan, M. Da'i, dan D. Agustina. 2006. Efek Antiproliferatif Pentagamavunon-0 terhadap Sel Kanker Payudara T47D. Jurnal Kedokteran Yarsi, 14 (1) : 011-015.

Meiyanto, E., R. I. Jenie, F. Rahmi, dan E. P. Septisetyani. 2005. Aktivitas Antikanker Minyak Buah Merah terhadap Sel Kanker Plasma Darah, Sel

Page 55: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Kanker Payudara, dan Sel Kanker Leher Rahim. Laporan Penelitian Kerjasama UGM dengan Bernard T. Wahyu Wiryanta.

Murray, R. K., M. L. Rand, and E. J. Harferints. 2003. Biokimia Harper. Diterjemahkan oleh: dr. Andry Hartono. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mun‘im, A., R. Andrajati, dan H. Susilowati. 2008. Uji Hambatan Tumorigenesis Sari Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap Tikus Putih Betina yang Diinduksi 7,12 Dimetilbenz (a) Antrasen (DMBA). Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No. 3: 153 – 161.

Mursyidi, A. 1985. Statistika Farmasi dan Biologi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursid, M., T. Wikanta, N. Fajarningsih, dan E. Marraskuranto, 2006. Aktifitas Sitotoksik, Induksi Apoptosis dan Ekspresi Gen p53 Fraksi Metanol Spons Petrosia cf.nigricans terhadap Sel Tumor HeLa. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Vol.1 No.2.

Pacifico, A., dan G. Leone. 2007. Role of p53 and CDKN2A Inaktivation in Human Squamus Cell Carcinoma. Journal of Biomedicine and Biotechnology. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1874671 [Mei 2009].

Parhardian, Sudjadi, dan Mubarika. 2004. Selektivitas Antikanker Ekstrak Kasar dan Fraksi Kolom Biji Momordica charantica L. terhadap Sel Raji, HeLa dan T47D. Berkala llmu Kedokteran Vol. 36, No. 2.

Prasad, K. N., A. Kumar, V. Kochupillai, and W. C. Cole. 1999. High Doses of Multiple Antioxidant Vitamins: Essential Ingredients in Improving the Efficacy of Standard Cancer Therapy. Journal of the American College of Nutrition, 18(1):13–25.

Pratiwi, A. P. 2009. Uji Sitotoksissitas Campuran Ekstrak Pandanus conoideus Lam. Varietas Buah Kuning dan Asam Laurat dari VCO terhadap Sel Kanker Payudara T47D secara In Vitro. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pratiwi, D. I. 2009. Uji Sitotoksisitas dan Efek Antproliferasi Sari Pandanus conoideus Lam. Varietas Buah Kuning pada Sel Kanker Payudara T47D secara In Vitro. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Radji, Sumiati, dan I. Nuning. 2004. Uji Mutagenitas dan Antikanker Ekstrak Aseton dan n-heksana dari Kulit Batang Sesoot (Garcinia picrorrhiza

Page 56: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Miq.). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.2, Agustus 2004, 69 – 78. Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia.

Reed, J. C. 1997. Bcl2 family proteins: Regulators of Apoptosis and Chemoresistance in Hematologic Malignancies. Semin in Hematol; 34: 9-19.

Rode, H. D., D. Eisel, and I. Frost. 2004. Apoptosis, Cell Death and Cell Proliferaton Manual, 3rd ed. Roche Applied Science.

Rossaria, N. 2007. Kajian Antiproliferatif Ekstrak Daun Benalu Duku (Loranthaceae dendropthoe species) terhadap Sel Meiloma secara InVitro. FKH Universitas Airlangga, Surabaya.

Russel, R. M. 2002. Beta Carotene and Lung Cancer. IUPAC Pure Applied Chemistry 74(8):1461-1467.

Sadsoeitoboen, dan M. Justina. 1999. Pandanaceae: Aspek Botani dan Etnobotani

dalam Kehidupan Suku Arfak Irian Jaya. Tesis Program Pasca Sarjana. IPB-Bogor.

Salganik, R. I. 2001. The Benefits and Hazards of Antioxidants: Controlling Apoptosis and Other Protective Mechanisms in Cancer Patients and the Human Population. Journal of the American College of Nutrition 20(5):464S–472S.

Sukardiman, A. Rahman, W. Ekasari, dan Sismindari. 2005. Induksi Apoptosis Senyawa Andrografolida dari Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap Kultur Sel Kanker. Majalah Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Vol. 21, No. 3.

Suryadi, H., S. G. Malik, H. Sudoyo, dan S. Marzuki. 2004. Mitochondrial Medicine. Eijkmann Lecture Series 2. Lembaga Eijkmann h: 145-64. Jakarta.

Syah, A. N. A. 2005. Perpaduan Sang Penakluk VCO Penyakit VCO dan Minyak Buah Merah. Agromedia Pustaka, Depok.

Syaifuddin, M. 2007. Gen Penekan Tumor p53, Kanker dan Radiasi Pengion. Buletin Alara, Volume 8 Nomor 3,119 – 128.

Theiszova, M., S. Jantova, J. Dragunova, P. Grznarova, and M. Palou. 2005. Comparison The Cytotoxicity of Hidroxyapatite Measured by Direct Cell Counting and MTT Test in Murine Fibroblast NIH-3T3 Cells. Biomed Pap Med 149(2): 393-396.

Page 57: UJI SITOTOKSISITAS BAGIAN Pandanus conoideus Lam. …/Uji... · kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Daging ... menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Pratiwi, 2009)

Ueda, Y., Y. Tezuka, A. H. Banskota, Q. L. Tran, Q. K. Tran, Y. Harimaya, I. Saiki, and S. Kadota. 2002. Antiproliferatif Activity of Vietnamese Medicinal Plants. Biol.Pharm Bull 25 (6): 753-760.

Wahyuningsih, dan A. Yustina. 1999. Effect of Benalu (Dendrophtoe sp.) Leaves Extract on The Male Rat (Rattus Norvegicus) Benzidine Induced Hepatotoxicity. Jurnal Kedokteran Yarsi 7 (1) : 121-132.

Weinberg, R. A., and D. Hanahan. 2000. The molecular pathogenesis of cancer. In: BishopJM and Weinberg RA (eds). Molecular oncology. Scientific American 1996; 179-204, New York.

Wibowo F. R., O. P. Astirin, dan D. R. Budiani. 2007. Sitotoksisitas buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap Sel Kanker, in-press.

Winarto. 2007. Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap Gambaran Sel β-Pankreas dan Efek Hipoglikemik Glibenklamid pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar Diabetik. Tesis Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis Minat utama Histologi dan Biologi Sel Universitas Gajah Mada.

Wozniak, M. A., and P. J. Keely. 2005. Use of Three-Dimensional Collagen Gels To Study Mechanotransduction in T47D Breast Epithelial Cell. Biol. Proced. Online 7(1):144-161.

Wyeth. 2008. Antioksidan. http://wyethindonesia.com/$$Anti%20Oksidan.html [11 April 2009].

Yohanes, R. 2008. The Evaluation of Cervix Cancer. Australia Ltd.co.al., New South Wales.