77
i UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LUKA EKSISI TIKUS PUTIH JANTAN SELAMA 10 HARI SKRIPSI Oleh : RAMA FERISKA PUTRA NIM : 1404116 PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA PERINTIS PADANG 2020

UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

i

UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)

TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LUKA

EKSISI TIKUS PUTIH JANTAN SELAMA 10 HARI

SKRIPSI

Oleh :

RAMA FERISKA PUTRA

NIM : 1404116

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

PERINTIS PADANG

2020

Page 2: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rama Feriska Putra

NIM : 1404116

Judul Skripsi : Uji Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Terhadap Gambaran

Histopatologi Luka Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 10

Hari

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari

unsur plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah benar

adanya

2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia Perintis Padang untuk dapat dimanfaatkan dalam kepentingan

akademis

Padang, 25 Februari 2020

Rama Feriska Putra

Page 3: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

iii

Lembar Pengesahan Skripsi

Dengan ini dinyatakan bahwa :

Nama : Rama Feriska Putra

NIM : 1404116

Judul Skripsi : Uji Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Terhadap Gambaran

Histopatologi Luka Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 10

Hari

Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan pada tanggal

17 Februari 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku

Ketua Sidang

Dr. Eka Fitrianda, Apt

Pembimbing I Anggota Penguji I

Sanubari Rela Tobat, M. Farm, Apt Sandra Tri Juli Fendri, M. Si

Pembimbing II Anggota Penguji II

Irwandi, M. Farm, Apt Yahdian Rasyadi, M. Farm, Apt

Mengetahui :

Ketua Program Studi S1 Farmasi

Dr. Eka Fitrianda, Apt

Page 4: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

iv

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh

(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(Qs. Alam Nasyrah: 7,9)

Syukur alhamdulillah hamba ucapkan kepada Allah S.W.T yang selalu memberikan semua

kesempatan untuk menyelesaikan studi ini, meskipun banyak masalah dan hambatan engkau

masih memberikan izinmu bagi hamba untuk mendapatkan kebahagian ini...

APAAA...AMAAA...

Terimakasih untuk semuanya, nasehat, usaha, setiap tetes keringat, materi, semua Apa, Ama

berikan, hanya untuk melihat anak Apa, Ama bisa mendapatkan kesuksesan, takkan pernah

terbalaskan jasa Apa dan Ama...

Semua ini Rama persembahkan untuk Apa dan Ama, Rama sayang, Rama cinta Apa, Ama...

Dan untuk adik-adikku tersayang...

Para dan Nino, kalian mentari dalam hidup ini, kalian selalu membuat abang jengkel, tapi

itulah kesenangan abang memiliki kalian, semoga nanti adik-adikku akan menjadi orang yang

lebih hebat dari abangnya ini...

Tak luput untuk keluarga besar ku yang selalu ikut andil dalam menasehati dan membimbing

Rama selama ini,

Terima kasih atas segala kasih sayang serta dukungan yang kalian berikan kepada

Rama...kalian lah alasan Rama tetap berjuang dan melangkah dalam hidup ini...

Teruntuk semua dosen dan staf STIFI Perintis Padang,

terimakasih untuk mu yang sangat berarti semoga berguna dimasa depan. Untuk uni-uni dan

abang-abang analis (Ni Ima, Ni Diana, Ni Deni, Ni Mayang, Bg Rahmat, Bg Anto, Bg ryan,

Bg ilham), Teristimewa kepada ibu Sanubari Rela Tobat M. Farm, Apt dan bapak Irwandi

M.Farm, Apt sebagai pembimbingku serta ibu Mimi Aria, M.Farm, Apt sebagai pembimbing

akademik yang sudah sangat membantu, membimbing serta menasehatiku selama ini.

Untuk Sahabat dan Teman-temanku

Haii ARUS....kita selalu bersama sejak masih di bangku SAA, terimakasih kalian tetap setia

dan selalu mnyemangati yaaa..selalu rindu menghabiskan waktu bersama kalian...

Untuk teman seangkatan ku bp 14 yang paling amazing meskipun sudah menyebar kesana

kemari, tapi kalian selalu menjadi keluargaku, karna berkat kalian jugalah aku bisa

menemukan jalan keluar atas sesmua masalah yang aku temui selama masa perkulian

ini..semoga masing-masing dari kita dapat menggapai apa yang selalu kita impi-impikan ya

kawan..

Page 5: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

v

My supportive people

Unutuk Da Ihsanoel dan Bang Ryan Terimakasih Uda dan Abang telah hadir sebagai

Abang dikehidupan ini, banyak yang Uda dan Abang ajarkan, Rama pun banyak mempelajari

hal-hal yang tidak rama ketahui dari Uda dan Abang...

Aris, Dede, Izet, Apuk, Erix, Yuda, Anggi, Iki, Dedi,Willy, Mucy, Memet

Melakukan kenakalan bersaman kalian sungguh menyenangkan, terimakasih boy..

Selanjutnya penyelamat skripsiku

Aji, Hesti, Fran, Icin, dan Ani, terimakasih ya sudah selalu membantu dan mensupport

disetiap kesulitan menyelesaikan skripsi, ga tau bakal jadi apa ini skripsi tanpa bantuan

kalian...

Teruntuk kamu, penyelamat hidupku

Yang menarikku dari keterpurukan,

Yang membuatku berlari

Dan menatap lurus kedepan

Selalu hadir dan mewarnai hari-hariku,

Memarahi, menyemangati, dan selalu menjadi tempat berbagi semua peluh kesah kehidupan

Kan selalu aku bisikkan namamu kepada langit,

Agar yang satu tau, bahwa engkau yang selalu aku idam-idamkan.

Semoga ia kabulkan, dan kita kan dipertemukan

Terimakasih untuk semua kasih sayang yang aku terima

Salam penuh cinta untuk bidadariku “RPR”

Tidak ada yan tidak mungkin, disetiap kegagalan akan selalu ada pembelajaran yang akan

mendewasakan kita...

Sakit dalam perjuangan itu hanya berlangsung sementara, tetapi ketika kita menyerah, rasa

sakit itu akan bertahan selamanya...

By : Rama Feriska Putra

Page 6: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu, kesehatan, dan

kemudahan, sehingga penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran (Phyllanthus Niruri L) Terhadap Gambaran Histopatologi Luka

Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 10 Hari” yang merupakan salah satu syarat

untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu pada Sekolah Tinggi

Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang.

Terima kasih yang tidak terhingga, penulis tujukan kepada berbagai pihak

yang telah memberikan doa, dukungan, bimbingan, motivasi moril dan materil

demi keberhasilan penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan

senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Sanubari Rela Tobat, M. Farm, Apt sebagai dosen Pembimbing I

yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan petunjuk, ilmu,

nasehat, arahan serta bimbingan selama penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

2. Bapak Irwandi, M. Farm, Apt selaku pembimbing II dan kepala

laboratorium Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis

Padang, yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan petunjuk,

ilmu, nasehat, arahan, bimbingan selama penelitian dan penyusunan

skripsi ini serta telah membantu dan mengizinkan menggunakan

fasilitas selama penelitian.

Page 7: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

vii

3. Bapak H. Zulkarni. R, S.Si, MM, Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi

Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang.

4. Ibu Mimi Aria M. Farm, Apt selaku Pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademis penulis di

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang.

5. Bapak/Ibu Dosen yang telah mendidik dan mencurahkan ilmu selama

ini kepada penulis dan Staf Karyawan/karyawati serta analis labor

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang.

Semoga Allah SWT membalas semua amalan dan budi baik yang telah

diberikan semua pihak dalam membantu penulis. Penulis menyadari sepenuhnya

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran guna kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Penulis

berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang berguna bagi ilmu

pengetahuan serta bermanfaat bagi pembaca khususnya di bidang kefarmasian.

Padang, November 2019

Penulis

Page 8: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

viii

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang uji pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat

daun meniran (phyllantus niruri L) selama 10 hari terhadap gambaran

histopatologi luka eksisi dengan menggunakan metode skor pada tikus putih

jantan yang punggungnya telah dilukai. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok

perlakuan masing-masing kelompok terdiri 6 ekor tikus, yaitu kelompok I

sebagai kontrol adalah kelompok yang diberikan basis salep, kelompok II adalah

kelompok yang berikan salep pembanding, kelompok III adalah kelompok

perlakuan yang diberikan salep fraksi etil asetat daun meniran konsentrasi 5%,

kelompok IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan salep fraksi etil asetat

daun meniran konsentrasi 10%. Pada hari ke-10 dilakukan pengukuran persentase

luas penyembuhan luka, dan histopatologi. Hasil dianalis menggunakan uji

statistik ANOVA. Dari hasil penilitian didapatkan hasil bahwa salep fraksi etil

asetat daun meniran dapat memberikan pengaruh dalam proses penyembuhan

luka. Dan menunjukkan percepataan luas penyembuhan luka, waktu epitelisasi,

peningkatan deposisi kolagen, perangsangan proliferasi sel fibroblast, dan

reepitelisasi pada jaringan kulit paska luka eksisi dengan pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran. Hasil analisa statistik dengan uji ANOVA didapatkan

hasil signifikansi p<0,05 dimana kelompok perlakuan dengan konsentrasi 10%

memiliki efek penyembuhan yang lebih baik dibandingkan dari semua kelompok.

Kata Kunci : Luka eksisi, Salep fraksi etil asetat daun meniran, Histopatologi

Page 9: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

ix

ABSTRACT

Research has been carried out on the test of the effect of giving ointment of

meniran leaf ethyl acetate fraction (phyllantus niruri L) for 10 days on the

histopatological features of excision wound using a scoring method on male white

rats whose backs have been injured. This study used 4 treatment groups, each

group consisted of 6 rats, namely group I as a control group was given an

ointment base, group II was a group that gave a comparative ointment, group III

was a treatment group that was given ointment of ethyl acetate fraction meniran

leaf concentration 5%, group IV is the treatment group that was given an

ointment of ethyl acetate fraction meniran 10% concentration. On the 10th day,

the percentage of wound healing area and histopatology were measured. The

results were analyzed using ANOVA statistical test. From the results of the study,

it was found that the ointment of meniran leaf ethyl acetate fraction can influence

the wound healing process. And shows the acceleration of extensive wound

healing, epithelialization time, increased collagen deposition. stimulation of

fibroblast cell proliferation, and reepithelialization in post-wound skin tissue

excision with the administration of meniran leaf ethyl acetate fraction. The results of statistical analysis with the ANOVA test showed significance results p <0.05

where the treatment group with a concentration of 10% had a better healing effect

than all groups.

Keywords : Excision wounds, Meniran leaf ethyl acetate fraction ointment,

Histopathology

Page 10: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

x

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS & PENYERAHAN HAK CIPTA.......... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1 Tinjauan Botani Daun Meniran ................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi ........................................................................................... 4

2.1.2 Sinonim ............................................................................................... 4

2.1.3 Nama Daerah ...................................................................................... 4

2.1.4 Morfologi ............................................................................................ 4

2.2 Tinjauan Farmakologi.................................................................................. 5

2.3 Tinjauan Kimia ............................................................................................ 6

2.3.1 Flavonoid ............................................................................................ 6

2.3.2 Steroid ................................................................................................. 6

2.4 Tinjauan Farmasetika .................................................................................. 7

2.5 Ekstraksi ...................................................................................................... 7

2.6 Fraksinasi ..................................................................................................... 8

2.7 Kulit ............................................................................................................. 8

2.8 Luka ............................................................................................................. 10

2.8.1 Pengertian Luka .................................................................................. 10

2.8.2 Klasifikasi Luka .................................................................................. 11

2.8.3 Fase Penyembuhan Luka .................................................................... 13

2.8.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka .............................. 16

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 17

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 17

3.2.1 Alat ...................................................................................................... 17

3.2.2 Bahan .................................................................................................. 17

3.2.3 Hewan Percobaan ................................................................................ 17

3.3 Prosedur Penelitian........................................................................................ 18

3.3.1 Pengambilan Sampel ........................................................................... 18

3.3.2 Identifikasi Sampel ............................................................................. 18

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran .......................................... 18

3.3.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Meniran ........................................... 18

Page 11: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

xi

3.3.5 Karakterisasi Fraksi Etil Asetat .......................................................... 19

3.3.6 Pembuatan Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ........................... 21

3.4 Persiapan Hewan Percobaan ......................................................................... 21

3.4.1 Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ............................ 22

3.4.2 Pembuatan Luka ................................................................................. 22

3.4.3 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka ............................................ 23

3.5 Parameter Yang Diukur Pada Penyembuhan Luka ....................................... 23

3.5.1 Persentase Luas Penyembuhan Luka .................................................. 23

3.5.2 Waktu Epitelisasi ................................................................................ 23

3.6 Histopatologi ............................................................................................. 23

3.6.1 Prosesing Jaringan .............................................................................. 24

3.6.2 Pewarnaan hematoksilin-eosin ........................................................... 24

3.6.3 Pemeriksaan Mikroskopis Sediaan Histologi Jaringan luka............... 25

3.6.4 Pemeriksaan Jumlah Fibroblast dan reepitelisasi ............................... 25

3.7 Analisis Data ............................................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 27

4.1 Hasil ............................................................................................................. 27

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 42

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 42

5.2 Saran ............................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43

LAMPIRAN ....................................................................................................... 45

Page 12: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar ........................................................................................................ 45

2. Identifikasi Sampel ...................................................................................... 49

3. Skema Kerja ................................................................................................. 50

4. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Meniran .................................. 53

5. Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ......................................... 55

6. Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka ............................................... 56

7. Hasil Perhitungan Statistik Persentase Luas Penyembuhan Luka ............... 59

8. Hasil Perhitungan Statistik Waktu Epitelisasi ............................................. 61

9. Ethical Clearance ........................................................................................ 63

Page 13: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Daun Meniran ........................................................................... 5

2. Formula Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran ............................ 21

3. Skor dan Kriteria Jumlah Sel Fibroblast dan Reepitelisasi .......................... 25

4. Hasil Pengukuran Persentase Luas Penyembuhan Luka ............................. 32

5. Hasil Waktu Epitelisasi ................................................................................ 34

6. Hasil Skor Histopatologi Semua Kelompok ................................................ 36

7. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Fraksi Etil Asetat DaunMeniran ... 53

8. Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ............................................... 53

9. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat Daun Meniran .... 54

10. Hasil Uji Skrining Fitokimia Fraksi Etil Asetat Daun Meniran................... 54

11. Hasil Uji Organoleptis salep fraksi etil asetat .............................................. 55

12. Hasil Uji Homogenitas salep fraksi etil asetat ............................................. 55

13. Hasil Uji pHsalep fraksi etil asetat ............................................................... 55

14. Pengukuran penyembuhan luka ................................................................... 56

15. Hasil Perhitungan Statistik Persentase Luas Penyembuhan Luka ............... 59

16. Hasil Perhitungan Statistik Waktu Epitelisasi ............................................. 61

Page 14: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimia Flavonoid ............................................................................ 6

2. Struktur Kimia Steroid ................................................................................. 6

3. Histologi Kulit.............................................................................................. 9

4. Diagram Hasil Perbandingan Persentase Luas Penyembuhan Luka ............ 33

5. Histopatologis Jaringan Kulit hewan Percobaan ......................................... 38

6. Tanaman Meniran ........................................................................................ 45

7. Seperangkat Alat Rotary Evaporator ........................................................... 45

8. (a) Sediaan Salep Daun Meniran (b) Pembanding ....................................... 46

9. Waktu Epitelisasi Perlakuan Kontrol ........................................................... 47

10. Waktu Epitelisasi Perlakuan Pembanding ................................................... 47

11. Waktu Epitelisasi Perlakuan Konsentrasi 5% .............................................. 48

12. Waktu Epitelisasi Perlakuan Konsentrasi 10% ............................................ 48

13. Identifikasi Sampel ...................................................................................... 49

14. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran ....................................... 50

15. Skema Pengaruh Pemberian Sediaan ........................................................... 51

16. Skema Pembuatan Sediaan Histopatologi .................................................... 52

17. Ethical Clearance ........................................................................................ 63

Page 15: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan fungsi spesifik bagi tubuh, yaitu fungsi protektif, sensorik,

dan termoregulatorik. Ketika kulit kehilangan kontinuitasnya, maka fungsi-fungsi

tersebut tidak dapat berjalan seperti seharusnya (Mescher, 2012). Masalah kulit

yang sering dialami manusia adalah luka, Luka adalah hilang atau rusaknya

sebagian tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau

tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.

(Syamsuhidajat et al, 2010).

Salah satu jenis luka berdasarkan mekanisme luka adalah luka eksisi, luka

eksisi adalah luka yang diakibatkan terpotongnya jaringan oleh goresan benda

tajam. Tujuan utama dalam penatalaksanaan luka adalah untuk mencapai

penyembuhan yang cepat dengan fungsi yang optimal dan hasil yang bagus. Hal

ini dapat dicapai dengan cara mencegah infeksi dan trauma selanjutnya dengan

tersedianya lingkungan yang dapat mengoptimalkan penyembuhan luka tersebut.

(Singer & Dagum, 2008).

Terdapat banyak substansi yang dapat mempercepat penyembuhan luka

diantaranya beberapa ekstrak tanaman walaupun sebenarnya penggunaan tersebut

merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat tradisional. (Mathivanan.,

et al 2006). Oleh karena itu tanaman lebih banyak dipilih sebagai obat alternatif

dan alami untuk pengobatan berbagai penyakit, tetapi masih kurangnya kebenaran

khasiat secara ilmiah (Madhavi, 2012).

Tanaman obat yang biasa dipakai untuk mempercepat penyembuhan luka

diantaranya ialah tanaman herbal meniran (BPOM, 2010). Meniran (Phyllanthus

Page 16: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

2

niruri L.) merupakan famili Euphorbiaceae yaitu semacam tanaman liar berasal

dari Asia tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia dan sangat mudah ditemui

di Indonesia (Dalimarta, 2000).

Studi fitokimia meniran yang ditandai dan adanya berbagai senyawa seperti

lignan, filantin, hypofilantin, flavonoid, glycosinoid dan tannin (Hakim & Obydul,

2016). Berfungsi sebagai antihepatotoksik, antiradang, antivirus, diuretik,

antikarsinogen, antitusif, hipoglikemik, mengobati sariawan, sakit perut, eksim,

epilepsi, batu kandung empedu, batu ginjal dan diare. Menurut hasil penelitian

terbaru, meniran dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh (Djauhari, E &

Hernani, 2004).

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji gel dari ekstrak etanol daun

meniran (Phyllanthus niruri L.) menunjukan bahwa pada kelompok tikus yang

diberikan ekstrak daun meniran 5% dan 10% dapat mengurangi lebar bekas luka,

meningkatkan proliferasi fibroblast, serta meningkatkan jumlah kolagen dan

angiogenesis dibandingkan dengan kelompok diberikan plasebo. Namun pada

penelitian ini tidak disebutkan angka parameter penyembuhan luka (Ahmed,

2012). Sedangkan hasil penelitian dari (Gusriyani, 2019) uji salep fraksi etil asetat

daun meniran (Phyllantus niruri L) dengan menggunakan konsentrasi 5%, 10%

dan 20% dapat memberikan pengaruh terhadap penyembuhan luka pada tikus

putih jantan yang terlihat pada persentase penyembuhan luka, waktu epitelisasi

dan persentase kadar hidroksiprolin, dimana kelompok perlakuan dengan

konsentrasi 10% memiliki efek penyembuhan luka yang lebih baik (Gusriyani,

2019).

Page 17: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

3

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lanjutan tentang pengaruh pemberian fraksi etil asetat daun meniran

(Phyllanthus niruri L.) dengan konsentrasi 5% dan 10% selama 10 hari terhadap

histopatologi yang mencakup persentase penyembuhan luka, waktu epitelisasi,

pembentukan serabut kolagen, periksaan jumlah fibroblast dan re-epitelisasi

menggunakan metode skor pada tikus putih jantan yang punggungnya telah

dilukai.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat ekstrak daun meniran

(Phyllanthus niruri L) 5% dan 10 % secara topikal selama 10 hari dalam

membantu proses penyembuhan luka eksisi terhadap tikus putih jantan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran histopatologi penyembuhan luka eksisi menggunakan

fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L) konsentrasi 5% dan 10%

selama 10 hari.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi gambaran histopatologi mengenai

pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun meniran (Phyllanthus

niruri L) konsentrasi 5% dan 10% terhadap proses penyembuhan luka

eksisi tikus putih jantan selama 10 hari.

2. Dapat menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi peneliti

sendiri.

Page 18: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Daun Meniran

2.1.1 Klasifikasi (Aspan, 2010)

Tanaman daun meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub-class : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Species : Phyllanthus niruri L.

2.1.2 Sinonim

Nama lain dari meniran (Phyllanthus niruri L.) adalah Phyllanthus amarus

Schum, Phyllanthus swarzii Kostel dan Phyllanthus nanos Hook. f (Aspan, 2010).

2.1.3 Nama Daerah

Sidukuang anak (Minang); Meniran, meniran (Jawa); Gosau ma dungi

(Maluku) (Dalimartha, 2008).

2.1.4 Morfologi

Merupakan semak semusim yang tegak, tinggi 30 – 100 cm hingga 1 m.

Batang hijau, bulat, licin, tak berambut, diameter ±3 mm. Daun tunggal tepi

tersusun seperti daun majemuk, berseling, anak daun 15-24, bulat telur, ujung

tumpul, pangkal membulat, panjang ±1,5 mm, lebar ±7 mm, tepi rata, hijau.

Bunga tunggal, dekat tangkai daun, menggantung, putih, daun kelopak bentuk

Page 19: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

5

bintang, benang sari dan putik tidak tampak jelas, mahkota kecil, putih. Buah

kotak, bulat, pipih, diameter ±2 mm, hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk

ginjal, coklat. Akar tunggang, putih kotor (Arbain., et al 2014).

2.2 Tinjauan Farmakologi

Efek farmakologis meniran (Phyllanthus niruri L.) diantaranya peluruh air

seni (diuretik), pembersih hati, antiradang, pereda demam, peluruh dahak, peluruh

haid, penrang penglihatan, penambah nafsu makan, astringent, obat dysuria,

gonorrhoe, sifilis, nyeri ginjal, tetanus, pembersih darah dan diare, sedangkan akar

meniran untuk nyeri perut dan sakit gigi (Arief, 2011). Selain itu meniran juga

memiliki efek sebagai imunomodulator, antispasmodik, antilitik (untuk batu ureter

dan empedu), penghilang rasa nyeri, antihipertensi, antiviral, antibakteri,

antimutagenik dan juga efek hipoglikemia (Lestari, 2015).

Kandungan daun meniran yang memiliki efek dalam proses penyembuhan

luka diantaranya (Kaur, 2017):

Tabel 1. Kandungan daun meniran

Kandungan Kimia EfekTerapi

Cyanidin Antioksidan, antiinflamasi, photoprotective, anti-

neurodegenerative skin

Flavonoid, alkaloid, lignan,

delphidin

Antioksidan, anti inflamasi, antihistamin

Malvidin Anti inflamasi dan antikarsinogenik

Kaempferol Antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antikanker

Flavonol Antioksidan, antikarsinogenik, antiviral, dan

antiplatelet.

Page 20: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

6

Antosianidin Antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba.

Quercetin Antivirus, antibakteri, antikanker, antiinflamasi

Saponin, triterpenoid Antimikroba

2.3 Tinjauan Kimia

2.3.1 Flavonoid

Gambar 1. Struktur Kimia Flavonoid (Arifin dkk, 2018)

Flavonoid merupakan suatu senyawa polar dengan adanya beberapa gugus

hidroksil bebas, sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol,

butanol dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid

lebih mudah larut dalam air, sedangkan aglikon yang kurang polar seperti flavon

yang termetoksilasi cendrung lebih mudah larut dalam pelarut non polar seperti

eter dan kloroform (Arifin dkk, 2018).

2.3.2 Steroid

Gambar 2. Struktur Kimia Steroid (Arifin dkk., 2018)

Page 21: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

7

Steroid adalah senyawa triterpenoid yang kerangka dasarnya sistem cincin

siklopentane perhidro penantren. Senyawa ini tersebar luas di alam dan

mempunyai fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk antiinflamasi

(Arifin dkk, 2018).

Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan

antara lain esterogen merupakan jenis steroid hormone seks yang digunakan untuk

kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin merupakan steroid sintetik

digunakan untuk mencegah keguguran dan uji kehamilan, glikokortikoid sebagai

antiinflamasi, alergi, demam, leukemia, dan hipertensi serta kardenolida

merupakan steroid glikosida jantung digunakan sebagai obat diuretik dan penguat

jantung (Arifin dkk, 2018)

2.4 Tinjauan Farmasetika

Meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan masyarakat sebagai bahan baku

obat tradisional dan dikembangkan dalam bentuk sediaan farmasi, dewasa ini

meniran dibuat dalam berbagai sediaan farmasi seperti contoh obat paten dalam

bentuk tablet effervescent dengan nama sediaan Promuno®, dalam bentuk kapsul

dan juga sirup dengan nama sediaan Stimuno® yang khasiatnya membantu

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal dan membantu sistem

imun tubuh agar bekerja lebih aktif sehingga kekebalan tubuh meningkat (Sari,

2013).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari

suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan

Page 22: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

8

dengan berbagai metode sesuai dengan sifat dan tujuannya yaitu dengan maserasi,

sokletasi, perkolasi dan perebusan. Pada proses esktraksi ini dapat digunakan

sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat

tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi (Harborne, 1987).

2.6 Fraksinasi

Fraksinasi merupakan metoda pemisahan campuran menjadi beberapa

fraksi yang berbeda susunannya. Fraksinasi diperlukan untuk pemisahan golongan

utama kandungan yang satu dari golongan utama lainnya. Prosedur pemisahan

senyawa dilakukan berdasarkan perbedaan kepolarannya, metoda dari fraksinasi

yang biasa digunakan adalah metoda ekstraksi cair-cair dan kromatografi

(Harborne, 1987).

2.7 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan

sensitive (Hamzah & Aisyah, 2008).

Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan

hipodermis (Maharani, 2015).

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki

tebal yang berbeda-beda: 400-600 µm untuk kulit tebal dan 75-150 µm untuk kulit

tipis. Epidermis yang paling tipis yaitu di kelopak mata dan yang paling tebal

yaitu pada bagian yang sering digunakan seperti telapak tangan dan kaki.

Page 23: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

9

2. Dermis

Dermis yaitu lapisan kulit dibawah epidemis, memiliki ketebalan yang

bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah

punggung. Lapisan ini menjadi ujung saraf perasa, masing-masing saraf perasa

memiliki fungsi tertentu seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,

sentuhan, tekana, panas dan dingin. Lapisan ini mengandung akar rambut ,

pembuluh darah, kelenjar dan saraf. Lapisan dermis juga mengandung saraf yang

elastis sehingga dapat membuat kulit yang dikerutkan akan kembali kebentuk

semula.

3. Hipodermis

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang

disebut jaringan hipodermis atau subkutan dan mengandung sel lemak yang

bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan yang paling dalam pada struktur kulit.

Pada lapisan kulit ini terdapat saraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi ini adalah

melindungi tubuh dari benturan fisik dan mengatur panas tubuh.

Gambar 3. Histologi kulit (Mescher, 2012)

Page 24: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

10

Fungsi kulit yaitu sebagai pelindung akan melindungi tubuh bagian dalam

dari keruskan akibat gesekan, trauma, tekanan, tarikan, saat melakukan aktifitas.

Menjaga dari gangguan mikrobiologi serta melindungi tubuh dari serangan zat-zat

kimia dari lingkungan yang polusif, kulit sebagai fungsi absorpsi, kulit sebagai

fungsi eksresi, kulit sebagai pengatur suhu tubuh, kulit sebagai pembentuk

vitamin D, kulit sebagai tempat penyimpanan, kulit sebagai alat peraba, dan kulit

untuk menunjang penampilan (Maharani, 2015).

2.8 Luka

2.8.1 Pengertian Luka

Luka didefinisikan sebagai gangguan dari seluler, anatomi dan fungsi yang

berkelanjutan dari jaringan hidup yang disebabkan oleh trauma fisik, kimia, suhu,

mikroba, atau imunologi yang mengenai jaringan (Thakur et al., 2011).

Luka adalah suatu keadaan kerusakan jaringan dan dapat mengenai

struktur yang lebih dalam dari kulit seperti, saraf, otot atau membran. Luka, cacat

atau kerusakan kulit dan jaringan di bawahnya dapat disebabkan oleh :

1. Trauma mekanis yang disebabkan oleh terpotong, tergesek, terpukul,

terkepit dan terbentur.

2. Trauma elektris yang disebabkan oleh cidera akibat listrik dan petir.

3. Trauma termis yang disebabkan oleh panas atau dingin.

4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat asam atau basa dan zat iritatif

lainnya (Karakata S et al, 1995).

Page 25: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

11

2.8.2 Klasifikasi Luka

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi (Nasution, 2015):

a. Cleand Wounds (Luka Bersih), yaitu luka bedah tidak terinfeksi, tidak

terjadi proses peradangan (inflamasi). Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadi infeksi luka

sekitar 1-5%.

b. Clean-Contamined Wounds (Luka Bersih Terkontaminasi), merupakan

luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau

perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi atau tidak selalu

terjadi kemungkinan timbulnya infeksi luka 3-11%.

c. Contamined Wound (Luka Terkontaminasi, termasuk luka terbuka,

fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar

dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada

kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi non purulen.

Kemungkinan infeksi luka 10-17%.

d. Dirty Infected Wounds (Luka Kotor atau Infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka.

a. Stadium I : Luka superfisial (Non-Bleaching Erithema), yaitu luka

yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka Partial Thickness, yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis, adanya tanda klinis

seperti lubang yang dangkal.

Page 26: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

12

c. Stadium III: Luka Full Thickness, yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jarigan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang

dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV: Luka Full Thickness, yang telah mencapai lapisan otot,

tendon dan tulang dengan adanya kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka.

a. Luka akut yaitu luka masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka

baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang

diperkirakan. Contoh: luka bakar, luka sayat dan luka tusuk.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam

penyembuhan, dapat terjadi karena faktor endogen dan eksogen. Pada

luka kronik gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak

berespon baik terhadap terapi dan punya tedensi timbul kembali.

Contoh: ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous dll.

4. Berdasarkan mekanisme terjadinya luka.

a. Luka Insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang

tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan.

b. Luka Memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu

tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,

pendarahan dan bengkak.

c. Luka Lecet (Abraded Wound), terjadi akibat bergesekan dengan benda

lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

Page 27: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

13

d. Luka Tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda. Seperti

peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang

kecil.

e. Luka Gores (Locerated Wound), terjadi karna tergores benda yang

tajam. Seperti tergores kaca atau kawat.

f. Luka Tembus (Penetrasing Wound), yaitu luka yang menembus organ

tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi

pada bagian ujung lukanya akan melebar.

g. Luka Bakar (Combustio Wound).

h. Luka Gigitan Hewan, disebabkan karena adanya gigitan dari hewan

liar atau hewan piaraan. Hewan liar yang biasanya menggigit adalah

hewan yang ganas dan memakan daging, yaitu dalam usaha untuk

membela diri. Luka gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil.

i. Luka Eksisi (Excised Wound), luka yang diakibatkan terpotongnya

jaringan oleh goresan benda tajam.

2.8.3 Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1. Fase inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai sekitar

hari ke-5. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

pendarahan dan tubuh akan berubah menghentikannya dengan

vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retraksi) dan

reaksi hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh

darah saling melekat, dan bersama jala fibrin yang terbentuk, membekukan

Page 28: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

14

darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu, terjadi reaksi

inflamasi.

Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine

yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi dan

perangsangan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan

udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi

jelas yang berupa kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat

(kalor), nyari (donor) dan pembengkakan (tumor).

Aktivasi seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus

pembuluh darah (diapedesi) menuju luka karena daya kemotaksis.

Leukosit mengandung enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri

dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut

menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase

ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru

sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

2. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasma karena yang

menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari

akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke-3. Fibroblast berasal

dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan

mukopolisakarida, asam aminoglikosida, prolin yang merupakan bahan

dasar serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.

Fase ini, serat-serat dibentuk dan di hancurkan kembali untuk

penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut.

Page 29: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

15

Sifat ini, menyebabkan tarikan pada tepi luka.Pada akhir fase ini, kekuatan

tegangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya dalam proses

penyudahan, kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intermolekul

dan antarmolekul.

Pada fase fibroflasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan

kolagen, membentuk jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas

sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.

Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses

migrasi. Proses migrasi terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses

ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh

permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia

dengan pembentukan jaringan granulasi juga terhenti dan mulailah proses

pematangan dalam fase penyudahan.

3. Fase penyudahan (Remodelling)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan

gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru

terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan

berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Udem dan sel radang

diserap, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih

diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama

proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta

mudah digerakkan dari dasar dan terlihat pengerutan maksimal pada luka.

Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-

Page 30: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

16

kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan

setelah penyembuhan.

2.8.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka tidak hanya sebatas pada proses regenerasi yang

bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

1. Faktor intrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh

dalam proses penyembuhan meliputi usia, status nutrisi dan hidrasi,

oksigenasi dan perfusi jaringan, status immunologi, dan penyakit

penyerta (hipertensi, DM, arthereosclerosis).

2. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang

dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi:

pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma

jaringan.

Page 31: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

17

BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama ±3 bulan di Laboratorium

Farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Yayasan Perintis Padang

dan Laboratorium Histopatologi Universitas Andalas (UNAND) Padang.

3.2 Alat, Bahan dan Hewan Percobaan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah kapas, pencukur bulu, gunting bedah,

tabung reaksi, pipet tetes, penggaris, rotary evaporator, timbangan digital, pinset,

erlemeyer, gelas ukur, labu ukur, cawan penguap, botol semprot, batang

pengaduk.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah makanan tikus, daun

meniran, etanol, aquadest, aqua bidest, alkohol 70%, kloroform, vaselin flavum.

3.2.3 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan yang berumur

2-3 bulan sebanyak 24 ekor dengan berat badan antara ±200 gram. Tikus 24 ekor

ini dibagi menjadi 4 kelompok besar, dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 6

ekor tikus. Sebelum diperlakukan tikus diaklimatisasi selama 7 hari dengan diberi

makan dan minum yang cukup. Tikus yang digunakan adalah tikus yang sehat dan

tidak menunjukan perubahan berat badan lebih dari 10% yang berarti serta secara

visual menunjukan perilaku yang normal.

Page 32: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

18

H

A

H

A

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun meniran

(phyllantus niruri L ) yang diambil di Anak Air, Lubuk Buaya, Padang.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi, Fakultas

MIPA, Universitas Andalas Padang (UNAND).

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruriL )

Ekstraksi sampel dilakukan dengan metoda maserasi (perendaman). Daun

meniran segar yang telah di bersihkan di timbang sebanyak 1 kg lalu di potong

kecil-kecil. Kemudian dimasukkan kedalam botol berwarna gelap, direndam

dengan etanol 96% selama 3 hari dan disimpan ditempat gelap sambil sesekali di

aduk. Maserat diaduk setiap hari. Setelah 3 hari perendaman, disaring dan

ampasnya direndam kembali. Penyaringan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Filtrat

etanol yang dari hasil ketiga perendaman diatas di destilasi vakum untuk

menguapkan pelarut kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator sampai

diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang (Depkes, 2000).

3.3.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruriL )

Ekstrak etanol kental daun meniran diencerkan dengan aquadest (1:5), lalu

dimasukkan kedalam corong pisah. Fraksinasi dengan pelarut eter (2:1) secara

berulang hingga diperoleh fraksi terakhir eter yang sudah tidak berwarna lagi.

Semua fraksi eter diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sehingga

diperoleh fraksi non polar daun meniran. Selanjutnya fasa air difraksinasi dengan

Page 33: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

19

etil asetat (2:1) secara berulang seperti prosedur diatas sehingga diperoleh fraksi

kental semi polar.

Pada penelitian ini selanjutnya digunakan fraksi semi polar, yaitu fraksi

etil asetat yang kemudian dibuat menjadi sediaan salep untuk diujikan pada hewan

percobaan.

3.3.5 Karakterisasi Fraksi Etil Asetat

1. Penentuan Rendemen Fraksi (Depkes, 1995)

Rendemen fraksi etil asetat dihitung dengan persamaan:

2. Pemeriksaan organoleptis (Depkes, 1995)

Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan mengamati

bentuk, warna dan bau.

3. Pemeriksaan susut pengeringan (Depkes, 1995)

Krus porselen bersih dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105º

C, Dinginkan dalam desikator, setelah dingin kemudian timbang. Masukkan

sampel sebanyak 1 gram kedalam cawan porselen. Krus porselen yang berisi

sampel dimasukkan kedalam oven pada suhu 105º C selama 1 jam. Setelah itu

krus dikeluarkan dari oven dan pindahkan ke dalam desikator selama 10-15 menit

dan kemudian ditimbang. Pemanasan dilanjutkan sampai berat tetap. Kandungan

air sampel diperoleh dengan menggunakan rumus :

( ) ( )

( )

Page 34: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

20

Keterangan : A = Berat cawan kosong (g)

B = Berat cawan + sampel sebelum dipanaskan (g)

C = Berat cawan + sampel setelah dipanaskan (g)

4. Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia (Harborne, 1987)

Fraksi kental etil asetat dari daun Meniran (Phyllanthus niruri L.)

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml

kloroform asetat, dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan, lapisan air dan kloroform.

Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)

Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan

serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan adanya

flavonoid.

Uji Saponin

Ambil lapisan air, kocok kuat – kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya

busa yang permanen (±15 menit) menunjukkan adanya saponin.

Uji Terpenoid dan Steroid (Metode “Simes”)

Ambil sedikit lapisan kloroform dengan menggunakan pipet tetes yang

didalamnya telah terdapat kapas dan norit. Teteskan filtrat pada plat tetes,

biarkan mengering. Residu ditambah 1 tetes asam asetat anhidrat dan 2

tetes H2SO4 (p), terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya

steroid, sedangkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya

terpenoid.

Uji Alkaloid (Metode “Culvenore – Fristgerald”)

Ambil sedikit lapisan kloroform tambahkan 10 mL kloroform amoniak

0,05 N, aduk perlahan tambahkan 2-3 tetes H2SO4 2N kemudian dikocok

Page 35: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

21

perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan 2 tetes pereaksi

mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga

gumpalan putih.

3.3.6 Pembuatan Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi

5% dan 10% sediaan yang akan dibuat sebanyak 30 g selama 10 hari pengamatan.

Tabel 2. Formula salep fraksi etil asetat ekstrak daun meniran

Nama Bahan F1 (5%) F2 (10%)

Fraksi Etil Asetat Daun Meniran 1,5 g 3 g

Vaselin Flavum ad 30 g 28,5 g 27 g

Keterangan :

F1 = salep fraksi etil asetat daun meniran 5%

F2 = salep fraksi etil asetat daun meniran 10%

Masukkan fraksi etil asetat ekstrak daun meniran kedalam lumpang

kemudian timbang dasar salep masukkan kedalam lumpang kemudian digerus

hingga homogen. Keluarkan dari lumpang, masukkan kedalam wadah yang

disiapkan.

3.4 Persiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan dengan berat

badan ±200 gram sebanyak 24 ekor. Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi

untuk membiasakan hewan berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan

minuman diberikan secukupnya. Tikus yang digunakan adalah tikus yang sehat

dan tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% dan secara visual

menunjukkan perilaku yang normal dan tidak terdapat gejala penyakit.

Page 36: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

22

3.4.1 Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

Hewan ditimbang dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 6 ekor.

Kelompok I : Tikus yang dioleskan basis salep (kontrol)

Kelompok II : Tikus yang dioleskan salep fraksi etil asetat ekstrak

daun meniran dengan konsentrasi 5%

Kelompok III : Tikus yang dioleskan salep fraksi etil asetat ekstrak

daun meniran dengan konsentrasi 10%

Kelompok IV : Tikus yang dioleskan salep yang beredar (Tekasol®

)

3.4.2 Pembuatan Luka

Sehari sebelum pembuatan luka, hewan percobaan dioleskan dengan krim

veet® pada bagian punggung kemudian dicukur bulunya, kemudian dibersihkan

dengan menggunakan kapas yang diberi alkohol 70% dan dilakukan anestesi pada

tikus dengan menggunakan kloroform. Selanjutnya dibuat luka yang berbentuk

lingkaran dengan diameter ±2 cm dengan kedalaman ±1 mm dengan cara

mengangkat kulit tikus pada bagian punggung dengan pinset lalu dilukai dengan

gunting bedah.

3.4.3 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka

a. Sediaan salep sebanyak ±200 mg, kemudian dioleskan pada bagian

punggung tikus, pemakaian 2 kali sehari yang diberikan pada jam 8 pagi

dan jam 4 sore selama 10 hari

b. Sediaan diberikan pada masing-masing kelompok sesuai dengan

pengelompokkannya.

Page 37: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

23

c. Lalu setiap hari dilakukan pengamatan pengukuran diameter penyembuhan

luka untuk menghitung persentase penyembuhan luka.

3.5 Parameter Yang Diukur Pada Penyembuhan Luka

3.5.1 Persentase Luas Penyembuhan Luka

Persentase luas penyembuhan luka dengan menghitung luas luka pada hari

pertama setelah dilukai dan pada hari ke-10 pada masing-masing kelompok.

Dicari persentase luas penyembuhan lukanya dihitung dengan rumus :

3.5.2 Waktu Epitelisasi

Waktu yang diperlukan untuk terbentuknya epitel baru yang sempurna

menutupi daerah luka. Dalam hal ini dicatat hari ke pengelupasan krusta dari luka

tanpa meninggalkan sisa luka di area eksisi.

3.6 Histopatologi

Dilakukan pengamatan terhadap serabut kolagen pada jaringan luka. Dari

tiap kelompok diambil 2 tikus, yaitu tikus yang penyembuhannya paling bagus

yang akan dilakukan pada hari ke-10

3.6.1 Prosesing jaringan (Bancroft, 2001)

• Pemotongan Jaringan basah; jaringan dipotong dengan ketebalan ±4

mm, dan dimasukkan kedalam kaset jaringan

• Fiksasi; fiksasi dengan formalin 10% buffer phosphat dengan ph

normal (7)

Page 38: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

24

• Dehidrasi dalam bertingkat masing-masing 30 menit dalam larutan

ethanol 70%, 95% dan 100%

• Clearing dalam larutan Xylene I, dan Xylene II masing masing 30

menit

• Impregnasi dalam parafin cair (paraplast) I, dan II, pada suhu 54oC

selama masing masing 1 jam

• Blocking jaringan dengan parafin cair dalam tissue mold, kemudian

didinginkan pada suhu ruang.

• Pemotongan Block dengan rotary mikrotom dengan ketebalan ±4 µm,

kemudian di tempelkan pada kaca objek

3.6.2 Pewarnaan hematoksilin-eosin (Bancroft, 2001)

• Panaskan slide di oven 65 oC 30 menit

• Rendam slide dalam Xylene I, II ( masing 1-3 menit)

• Rehidrasi dengan merendam slide pada larutan alkohol bertingkat

dari konsentrasi tinggi ke rendah,

• EtOH (ethanol alkohol) 100% (2-3 menit)

• EtOH (ethanol alkohol) 96% (2-3 menit)

• EtOH (ethanol alkohol) 70% (2-3 menit)

• Aquadest 3 menit

• Hematoxylin, 5-10 menit

• Bilas Aquadest 5-10 menit

• Rendam Eosin Y ; 3 menit

• Bilas dalam Alkohol 70% 3 menit

Page 39: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

25

• Dehidrasi dengan merendam slide pada larutan alkohol bertingkat dari

konsentrasi rendah ke tinggi

• EtOH (ethanol alkohol) 96% (menit)

• Absolut 100% ethanol, (3 menit)

• Clearing dalam; Xylene, 3 menit

• Mounting dengan entelan dan tutup sediaan dengan cover slip

3.6.3 Pemeriksaan Mikroskopis Sediaan histologi jaringan Luka Eksisi

Sediaan yang telah ditutup dengan cover slip kemudian diamati dibawah

mikroskop dan dibuat skor dengan kriteria: (Burkitt et al., 1995).

0 : tidak tampak serabut kolagen

1 : serabut kolagen menyebar tipis atau sedikit

2 : serabut kolagen menyebar sedang dan tampak penyatuan

3 : serabut kolagen menyebar banyak dan terikat sempurna

3.6.4 Pemeriksaan jumlah fibroblast dan re-epitelisasi

Pengamatan Histopatologi Pemeriksaan jumlah fibroblast dan re-epitelisasi

menggunakan metode skor. Adapun tabel skor jumlah fibroblast dan re-epitelisasi

dapat. Karimi dkk., (2013) & Roodbari dkk., (2012).

Tabel 3. Skor dan kriteria jumlah sel fibroblast dan reepitelisasi

Skor

Parameter 0 1 2 3

Fibrolast Tidak ada 5-10 Sel 10-50 Sel > 50 Sel

Re-

Epitelisasi

Absent Starting Incomplete Complete

Page 40: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

26

Keterangan Skor Re-epitelisasi :

0 = absent (kerusakan menyeluruh pada bagian epidermis)

1 = starting (mulai terbentuk lapisan epidermis)

2 = Incomplete (lapisan epidermis sudah terbentuk, tetapi masih ada penebalan)

3 = complete (lapisan epidermis sudah terbentuk secara sempurna dan tidak

ditemukan penebalan pada lapisan epidermis).

3.7 Analisis Data

Pada Penelitian ini data yang didapatkan berupa data kategorik dan

numerik yang bersifat objektif, konsentrasi yang diujikan bervariasi (lebih dari

satu), maka digunakan Analisa Statistik (ANOVA). Analisa ANOVA yang

digunakan pada penelitian ini adalah ANOVA satu arah karena variabel bebas dan

terikat yang dianalisa tidak lebih dari satu.Dimana variabel bebasnya adalah

konsentrasi, variabel terikatnya adalah hasil. Hasil uji ANOVA akan berbeda

secara nyata apabila didapatkan secara statistik (P<0,05)

Analisa data dilanjutkan dengan Uji Lanjut Berjarak Duncan (Duncan New

Multiple Range Test) menggunakan SPSS 23,0 for Windows Evaluation.

Tujuannya untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan hasil dari masing-masing

konsentrasi.

Page 41: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian salep fraksi

etil asetat ekstrak daun meniran (Phyllanthus niruri L) konsentrasi 5% dan 10%

secara topikal selama 10 hari dalam membantu proses penyembuhan luka

terhadap tikus putih jantan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan organoleptis salep fraksi etil asetat daun meniran

menunjukkan berupa sediaan setengah padat, berwarna coklat kehijauan,

dan berbau khas (Lampiran 5, Tabel 11).

2. Hasil pemeriksaan homogenitas salep fraksi etil asetat menunjukkan

bahwa sediaan salep homogen (Lampiran5, Tabel 12).

3. Hasil pemeriksaan pH salep fraksi etil asetat daun meniran menunjukkan

pH salep konsentrasi 5% = 6 ; konsentrasi 10% = 5 (Lampiran 5, Tabel

13).

4. Hasil pengukuran persentase luas penyembuhan luka hari ke-10 rata-rata

kelompok kontrol :46.09 ± 2.35, konsentrasi 5% : 64.20 ± 1.88,

konsentrasi 10% : 71.77 ± 2.54, pembanding : 67.83 ± 3.01 (Lampiran 6,

Tabel 4).

5. Waktu epitelisasi rata-rata dari kelompok kontrol, konsentrasi 5%, 10%,

dan pembanding, berturut-turut adalah hari ke-9, hari ke-8, hari ke-7, hari

ke-7 (Tabel 5).

6. Hasil pemeriksaan skor rata-rata serabut kolagen kelompok kontrol : 2,

konsentrasi 5% : 3, konsentrasi 10% : 3, pembanding : 3 (Tabel 6).

Page 42: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

28

7. Hasil pemeriksaan skor rata-rata jumlah sel fibroblast kelompok kontrol :

2, konsentrasi 5% : 3, konsentrasi 10%: 3 pembanding : 3 (Tabel 6).

8. Hasil pemeriksaan skor rata-rata reepitelisasi kelompok kontrol : 2,

konsentrasi 5% : 2, konsentrasi 10% : 3, pembanding : 3 (Tabel 6).

Page 43: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

29

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah fraksi etil asetat daun

meniran yang didapatkan dari peneliti sebelumnya (Gusriyani 2019). Dimana dari

130,81 gr ekstrak kental didapatkan 20,06 gr fraksi etil asetat dengan persentase

rendemen 15,33%, uji organoleptis menunjukkan bentuk berupa cairan kental,

bau yang khas, dan bewarna coklat kehijauan, kemudian uji susut pengeringan

didapatkan hasil 16,33%, dalam uji skrining fitokimia fraksi etil asetat daun

meniran hanya positif mengandung flavonoid, fenolik, dan steroid (Gusriyani

2019).

Selanjutnya fraksi etil asetat kental daun meniran dibuat dalam bentuk

sediaan salep karena salep cukup baik sebagai penghantar untuk sediaan topical

yang bersifat stabil, lunak, mudah dipakai dan terdistribusi secara merata

(Maryani et al, 2013). Hasil pengamatan secara organoleptis terhadap salep fraksi

etil asetat daun meniran menunjukkan bentuk berupa sediaan setengah padat, bau

yang khas, dan bewarna coklat kehijauan. Hasil organoleptis dari sediaan

menunjukkan bahwa sediaan homogen yang ditandai dengan tidak terdapatnya

gumpalan pada hasil pengolesan. Hasil uji pH salep menunjukkan salep

konsentrasi 5% memiliki pH 6, dan salep konsentrasi 10% memiliki pH 5, salep

tersebut memiliki nilai pH yang baik karena sesuai dengan nilai pH kulit manusia

yaitu 4,5 - 6,0 (Wasita 1997).

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini ialah tikus. Tikus

yang digunakan adalah tikus putih jantan, disamping keseragaman jenis kelamin

hewan uji yang digunakan juga mempunyai keseragaman bobot, berat badan rata-

rata 180 – 200 gram dan umur tikus yang digunakan antara 2 – 3 bulan karena

Page 44: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

30

pada umur tersebut tikus sudah cukup dewasa, organ-organ tubuhnya sudah

lengkap dan berfungsi sempurna. Keseragaman ini dilakukan bertujuan agar dapat

memberikan respon yang relatif lebih seragam. Hewan percobaan sebelumnya

diaklimatisasi selama 1 minggu. Hewan percobaan yang digunakan tikus putih

jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri

dari 6 ekor tikus yaitu kelompok 1 (kontrol) tikus yang dilukai dan dioleskan

vaselin flavum, kelompok 2 (pembanding) tikus yang dilukai dan dioleskan

sediaan pembanding (Tekasol®

), kelompok 3 (perlakuan) tikus yang dilukai dan

dioleskan salep fraksi etil asetat daun meniran konsentrasi 5%, kelompok 4

(perlakuan) tikus yang dilukai dan dioleskan salep fraksi etil asetat daun meniran

konsentrasi 10%.

Sebelum diberikan sediaan uji hewan percobaan dibuat luka ekisisi,

dengan cara punggung tikus dirontokkan bulunya dengan krim veet® dimana

sebelum dilukai pada punggung tikus, tikus dianastesi terlebih dahulu dengan

menggunakan kloroform, kemudian pada daerah punggung yang telah

dirontokkan bulunya dibersihkan dengan alkohol 70%. Setelah itu dibuat luka

berbentuk lingkaran dengan diameter ±2 cm, dengan cara mengangkat kulit tikus

dengan pinset dan dipotong dengan gunting bedah. Setelah dilukai ukur diameter

luka awal yang terbentuk. Kemudian sediaan uji diberikan secara topikal sebanyak

2 kali sehari pada pagi dan sore selama 10 hari sebanyak ±200 mg. Pengukuran

diameter luka yang terbentuk dilakukan setiap hari untuk menghitung persentase

penyembuhan luka.

Persentase penyembuhan luka yang diamati yaitu pengukuran luas luka

awal dengan pengukuran luas luka pada hari ke-10, dimana persentase yang tinggi

Page 45: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

31

menandakan penyembuhan luka efektif dengan semakin mengecilnya ukuran luka

dari hari kehari.Pada pengamatan yang dilakukan, luka mulai mengecil pada hari

ke-4 sampai hari ke-5 karena sudah mengalami reaksi hemostatis, dimana

trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melekat disertai terbentuknya

keropeng, sedangkan pada hari ke-6 sampai hari ke-10 luka lebih cepat mengecil.

Ini menunjukkan bahwa sediaan memiliki efek yang lebih baik pada fase

proliferasi dibandingkan fase inflamasi.

Dari hasil pengukuran persentase penyembuhan luka pada hari ke 10

didapatkan bahwa kelompok perlakuan yang dioleskan dengan sediaan salep yang

mengandung fraksi etil asetat daun meniran 10% memberikan hasil rata-rata

persentase penyembuhan luka yang paling besar dibandingkan semua kelompok

dimana dipatkan hasil rata-rata persentase luas penyembuhan luka 71,77%, lalu

diikuti oleh kelompok pembanding memberikan hasil rata-rata persentase

penyembuhan luka 67,83% lebih besar dibandingkan kelompok perlakuan

konsentrasi 5% yaitu 64,20%, Sedangkan kelompok kontrol memberikan hasil

rata-rata persentase penyembuhan luka yang paling kecil diantara semua

kelompok yaitu 46,09%. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh perbedaan

masing-masing konsentrasi sediaan uji yang dapat mempengaruhi kecepatan

penyembuhan luka dari masing-masing kelompok, sehingga didapatkan hasil yang

berbeda untuk tiap kelompok hewan uji, dimana semakin tinggi konsentrasi

sediaan uji, maka kecepatan penyembuhan luka akan semakin cepat.

Page 46: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

32

Tabel 4. Hasil pengukuran persentase luas penyembuhan luka

Kelompok HP % Penyembuhan

Luka Hari ke-10 Rata-Rata ± SD

Kontrol

1 42,25

46,09 ± 2,35

2 49,37

3 45,33

4 45,71

5 47,11

6 46,82

Konsentrasi

5%

1 63,99

64,20 ± 1,88 2 64,01

3 66,15

4 61,93

5 66,63

6 62,51

Konsentrasi

10%

1 72,97

71,77 ± 2,54

2 75

3 69,41

4 68,85

5 73,97

6 70,47

Pembanding

1 71,16

67,83 ± 3,01 2 63,58

3 65,51

4 70,43

5 66,79

6 69,56

Page 47: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

33

Gambar 4. Diagram Hasil perbandingan persentase luas penyembuhan luka

Waktu epitelisasi adalah waktu yang dicatat dari hari pertama pengelupasan

keropeng tanpa meninggalkan sisa luka. Dari hasil pengamatan yang dilakukan

selama 10 hari pada hewan percobaan kelompok perlakuan sediaan pembanding

dan salep fraksi etil asetat 10% pengelupasan jaringan terjadi pada hari ke-7, Pada

kelompok konsentrasi 5% pengelupasan jaringan terjadi pada hari ke-8,

Sedangkan kelompok kontrol pengelupasan jaringan terjadi pada hari ke-9.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

kontrol pembanding konsentrasi 5% konsentrasi 10 %

% l

uas

Pen

yem

bu

han

Lu

ka

Sediaan Dan Pembanding

rata-rata persentase luas penyembuhan luka hari ke-10

Page 48: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

34

Tabel 5. Waktu epitelisasi

Kelompok HewanPercobaan Waktu Epitelisasi Rata-rata

Kontrol

1 9

Hari ke 9 2 8

3 10

4 8

5 9

6 9

Total 53

Pembanding

1 7

Hari ke 7 2 8

3 8

4 7

5 7

6 7

Total 44

Konsentrasi

5%

1 7

Hari ke 8 2 7

3 8

4 8

5 7

6 9

Total 56

Konsentrasi

10%

1 7

Hari ke 7 2 8

3 7

4 8

5 7

6 7

Total 44

Dari hasil uji didapatkan hasil waktu epitelisasi yang berbeda hal ini dapat

disebabkan oleh perbedaan konsentrasi dari sediaan uji yang dapat mempercepat

tumbuhnya epitel baru, sehingga pelepasan keropeng dapat terjadi di hari yang

berbeda-beda.

Selain dilakukan uji penyembuhan luka dan waktu epitelisasi pada

jaringan luka eksisi juga dilakukan uji histopatogi, uji histologi yang dilakukan

adalah pengamatan terhadap serabut kolagen, pemeriksaan jumlah fibroblast dan

Page 49: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

35

reepitelisasi dari jaringan kulit yang telah tumbuh kembali pada hari ke-10, dari

tiap kelompok diambil 2 tikus untuk di dekapitasi dan diambil salah satu data

sampel jaringan yang menunjukkan hasil paling baik, Sampel jaringan luka eksisi

diambil ±4 mm dari arah tepi luka eksisi dan di buat sediaan histologis dengan

beberapa tahap yaitu tahap fiksasi yang bertujuan agar jaringan tidak berubah

struktur ataupun bentuknya setelah waktu pengambilannya, tahap dehidrasi yang

bertujuan untuk menghilangkan air dari jaringan, tahap clearing bertujuan untuk

membersihkan jaringan sampai transparan, tahap embedding bertujuan untuk

langkah awal sebelum pemotongan jaringan dimana jaringan ditanam ke dalam

paraffin hingga mengeras sehingga memudahkan dalam pemotongan dengan

mikrotom, tahap pemotongan bertujuan untuk memotong jaringan dengan tebal

yang sesuai untuk pewarnaan. Kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan

Hematoksilin-Eosin (HE) untuk pengamatan serabut kolagen, jumlah fibroblast

dan re-epitelisasi (Bancroft 2001). Setelah dilakukan pewarnaan dilakukan

pengamatan dan penilaian menggunakan mikroskop pada jaringan kulit dengan

menggunakan skor, dan dari hasil pelaksanaan penelitian didapatkan skor :

Page 50: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

36

Tabel 6. Hasil skor histologi semua kelompok sampel uji

no Kelompok Sampel Skor histopatologi penyembuhan luka

Kolag

en

Rata-

rata

fibrolast Rata-

rata

Reepitelisasi Rata-

rata

1 Kontrol 1 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2

2 Pembanding 1 3 3 2 2,5 3 2,5

2 3 3 2

3 Konsentrasi

5%

1 2 2,5 2 2,5 2 2

2 3 3 2

4 Konsentrasi

10%

1 3 3 3 3 2 2,5

2 3 3 3

Dari Tabel skor pada kelompok kontrol tampak serabut kolagen menyebar

sedang dan terlihat penyatuan (skor 2), pertumbuhan sel fibroblast 10 – 50 sel

(skor 2), dan reepitelisasi incomplete (skor 2), untuk kelompok pembanding

Tampak serabut kolagen menyebar banyak dan terlihat sempurna (skor 3),

pertumbuhan sel fibroblast >50 sel (skor 3), dan reepitelisasi complete (skor 3),

untuk kelompok konsentrasi 5% Tampak serabut kolagen menyebar banyak dan

terlihat sempurna (skor 3), pertumbuhan sel fibroblast >50 sel (skor 3), dan

reepitelisasi incomplete (skor 2), sedangkan pada kelompok konsentrasi 10%

Tampak serabut kolagen menyebar banyak dan terlihat sempurna (skor 3),

pertumbuhan sel fibroblast >50 sel (skor 3), dan reepitelisasi complete (skor 3).

Page 51: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

37

Dari hasil skor bisa dilihat deposisi serabut kolagen, proliferasi fibroblast

dan reepitelisasi dari sampel, pada kelompok perlakuan dengan salep fraksi etil

asetat daun meniran dan salep pembanding tekasol lebih baik dibanding salep

basis, namun untuk histologi kulit hewan dengan perlakuan konsentasi 5%

didapatkan hasil yanglebih rendah dari konsentrasi 10% dan salep standar,

sedangkan kulit hewan dengan perlakuan 10% didapatkan hasil yang setara

dengan kelompok pembanding.

Page 52: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

38

Page 53: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

39

Terdapat perbedaan pada gambaran histopatologis jaringan kulit paska

luka hewan coba antar kelompok, pada sampel penelitian. perbedaan meliputi,

Deposisi kolagen yang ditunjukkan dengan tanda (panah/↓) dimana terdapat

peningkatan deposisi kolagen pada sampel pemberian ekstrak meniran dibanding

dengan sampel salep basis, dan peningkatan kolagen pada sampel konsentrasi

10% lebih tinggi dibanding sampel konsentrasi 5%, hasil ini juga sejalan dengan

peningkatan jumlah fibroblast.

Proliferasi sel fibroblast yang ditunjukkan dengan tanda (lingkaran/○)

yang mana terdapat peningkatan proliferasi fibroblast pada pemberian ekstrak

meniran dibanding dengan pemberian basis salep, dan peningkatan fibroblast pada

sampel konsentrasi 10% lebih tinggi dibanding sampel konsentrasi 5%.

Reepitelisasi yang ditunjukkan dengan tanda (E) pada pemberian basis

salep tampak reepitelisasi incomplete, sedangkan pemberian ekstrak meniran

memperlihatkan reepitelisasi yang lebih baik, epitelisasi lebih tebal pada sampel

konsentrasi 10% dibanding sampel konsentrasi 5%, begitu pula pada pemberian

salep pembanding, pada sampel perlakuan basis salep belum ditemukan epitelisasi

yang sempurna. Epitelisasi complete dapat ditemukan pada pada sampel dengan

sediaan pembanding dan kelompok konsentrasi 10%.

Dari hasil uji histopatologi dapat terlihat bahwasannya salep fraksi etil

asetat daun meniran memiliki efek penyembuhan luka yang baik, dapat terlihat

dari gambaran histopatologi luka pada sampel percobaan, efek yang paling baik

adalah salep dengan konsentrasi 10% dibandingkan konsentrasi 5%, dimana salep

konsentrasi 10% menunjukkan hasil menyerupai salep pembanding, hal ini dapat

disebabkan oleh jumlah kandungan senyawa aktif yang berbeda pada sediaan uji,

Page 54: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

40

untuk sediaan uji dengan konsentrasi 10% memiliki dosis atau senyawa aktif

lebih tinggi dari konsentrasi 5%, maka semakin tinggi konsentrasi sediaan salep

fraksi etil asetat daun meniran akan memberikan efek penyembuhan luka yang

lebih baik.

Senyawa kimia yang diduga berperan dalam proses penyembuhan luka ini

adalah senyawa flavonoid yang diduga dapat menghambat enzim siklooksigenase

dan lipooksigenase. Penghambatan jalur siklooksigenase dan lipooksigenase ini

menyebabkan penghambatan biosintesis prostaglandin dan leukotrien yang

merupakan produk akhir dari jalur siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga

penghambatan enzim ini dapat mengurangi inflamasi. Dalam penghambatan

enzim tersebut secara tidak langsung juga terjadi penghambatan akumulasi

leukosit didaerah inflamasi. Dimana dalam kondisi normal leukosit bergerak

bebas sepanjang dinding endotel tetapi selama terjadinya inflamasi berbagai

mediator menyebabkan adhesi leukosit ke dinding endotel sehingga leukosit

menjadi immobil. Jadi dengan adanya kandungan flavonoid dalam ekstrak etanol

meniran dapat menurunkan jumlah leukosit immobil sehingga dapat menurunkan

adhesi leukosit ke endotel dan terjadi penurunan respon inflamasi (Aria et al.,

2015).

Inflamasi itu sendiri merupakan tahap dari proses penyembuhan luka,

dimana ketika inflamasi berkurang atau dihambat, maka mediator nyeri, yaitu

prostaglandin tidak dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah atau tidak

terjadinya rangsangan terhadap nyeri, sehingga tahap penyembuhannya akan

dipercepat menuju proliferasi dan maturasi (remodelling). Pada steroid yang

terdapat dalam ekstrak etanol daun meniran kemungkinan juga dapat menghambat

Page 55: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

41

enzim fosfolipase sehingga asam arachidonat dan prostaglandin tidak terbentuk

dengan cara merintangi bebasnya enzim, menstabilkan membran lisosom,

menghambat pelepasan mediator-mediator inflamasi dan menghambat migrasi

serta infiltrasi leukosit (Aria et al., 2015).

Page 56: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan:

1. Fraksi etil asetat daun meniran dapat memberikan pengaruh dalam

proses penyembuhan luka eksisi.

2. Terdapat percepataan luas penyembuhan luka, waktu epitelisasi,

peningkatan deposisi kolagen, perangsangan proliferasi sel fibroblast,

dan reepitelisasi pada jaringan kulit paska luka eksisi dengan

pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran dimana kelompok

perlakuan dengan konsentrasi 10% memiliki efek penyembuhan yang

lebih baik dibandingkan dari semua kelompok.

5.2 SARAN

Penilaian ini menggunakan pewarnaan hematoksilin eosin, yang

merupakan pewarnaan standar pada setiap pemeriksaan histopatologis, disarankan

untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan teknik pewarnaan yang

spesifik guna menilai deposisi kolagen seperti metoda sirius red, serta penilaian

sel fibroblast dengan metoda immunohistokimia.

Page 57: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

43

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed K.A.A, Abdulla M.A, Mahmoud F.M. 2012. Wound Healing Potential of

Phillanthus niruri L Ekstract in Experimental Rats. Middle-East Journal of

Scientific Research. 11(11): 1614-1618.

Arbain D, Bakhtiar A, Putra DP, Nurainas. 2014. Tumbuhan Obat Sumatera.

Kampus Unand Limau Manis Padang: UPT Sumber Daya Hayati Sumatera

Universitas Andalas.

Aria M, Arel A, Monika. 2015. Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Piladang

(Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) Terhadap Mencit Putih Betina.

Jurnal Scientia. 5(2): 84–91.

Arief H. 2011. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta. Penebar Swadaya.

Arifin B, Ibrahim S. 2018. Struktur Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid.

Jurnal Zarah. 6(1): 21-29.

Aspan R. 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta. Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Meniran (Phyllanthus niruri L).,

Acuan Sediaan Herba Volume Kelima. Jakarta.

Bancroft, John D. 2001. Theory And Practice Of Hystological Techniques.

Churcill Living Stone. New York.

Burkit HG, Healt JW, Young B. 1995. Histologi Fungsiona Edisi 3. Penerjemah:

Tambayong J. Judul buku asli: Fungsional Histology. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG.

Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya,

Anggota IKAPI PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Dalimartha S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (edisi 2). Jakarta: Trubus

Agriwidya, Anggota IKAPI PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV.

Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Djauhari E, Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta. Penebar Swadaya.

Gusriyani S. 2019. Pengaruh Pemberian fraksi Etil Asetat Daun Meniran

(Phyllantus niruri Linn.) Terhadap Penyembuhan Luka Eksisi Pada Tikus

Putih Jantan. Skripsi. Padang. STIFI..

Hakim K, Obydul H. 2016. A review on ethnomedicinal, phytochemical and

pharmacological properties of Phyllanthus niruri. Journal of Medicinal Plants

Studies. 4(6): 173-180

Hamzah M, Aisyah S. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. FK UI-

Press..

Page 58: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

44

Harborne J. 1987. Metoda Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung. ITB.

Karakata, S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates.

Karimi M, Parsaei P, Asadi SY, Ezzati S, Boroujeni RK, Zamiri A, Rafieian-

Kopaei M. 2013. Effects of Camellia sinensis Ethanolic Extract on

Histometric and Histopathological Healing Process Of Burn Wound In Rat.

Middle-East Journal Of Scientific Research. 13(1): 14-19.

Kaur N, Kaur B, Sirhindi G. 2017. Phytochemistry and Pharmacology of

Phyllanthus niruri L. Review Phytotherapy Research. DOI: 10.1002.

Lestari IAS. 2015. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Tanaman Meniran

(Phyllanthus niruri L.). Medan: Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Madhavi P. 2012. Evaluation of Anti-Inflammatory Activity of Citrullus lanatus

Seed Oil by In-vivo and In-vitro Models, irjpas.Com. 2(4): 104-108.

Maharani A. 2015.Penyakit Kulit, Perawatan, Pencegahan dan Pengobatan.

Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Mathivanan N, Surendiran G, Srinivasan K, Malarvizhi K. Morinda pubescens JE

Smith (Morinda tinctoria Roxb.). 2006. Fruit extract accelerates wound

healing in rats. J Med Food. 4(1): 591-3.

Maryani, Siswati, Yanthy S, Liana T, Elizabeth LW, Elly H, Ninis S, I. A. S.,

2013. Ilmu Resep Kelas X. Jakarta: Pilar Media.

Mescher AL. 2012. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas Edisi 12. Egc:

Jakarta

Morris P J, Malt RA.1990. Oxford Textbook of Surgery. Oxford University Press.

New York.

Nasution N. 2015. Uji aktivitas ekstrak etanol umbi talas jepang (Colacasia

esculenta (L.) Schoot var. antiquorum) terhadap Penyembuhan Luka terbuka

pada Tikus Putih (rottus novergicus) Jantan Galur Sprague Dawley. UIN:

Syarif Hidayatullah.

Roodbari N, Sotoudeh A, Jahanshahi A, Takhtfooladi MA. 2012. Healing Effect

OfAdiantumcapillus Veneris On Surgical Wound In Rat. Research Opinions

In Animal & Veterinary Sciences. 12: 591-595.

Sari WN. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Meniran (Phyllanthus

niruri L.)Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag Peritoneal

Mencit Putih Jantan. Padang: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Singer AJ, Dagum AB. 2008. Current Management of Acute Cutaneous

Wounds.N Engl J Med. 359 (10): 1037-1046

Sjamsuhidajat, Jong WD. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 3). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Thakur R, Jhain N, Phatak R, Shandu SS. 2011. Practices in Wound Healing

Studies Plants.India: Jurnal Hindawi Publishing Corporation.

Wasita A, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta. Universitas

Indonesia.

Page 59: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

45

Lampiran 1. Gambar

Gambar 6. Tanaman Meniran

Lampiran 1. (Lanjutan)

1

3

2

Gambar 7. Gambar Seperangkat Alat Rotary Evaporator

Keterangan :

1. Kondensor

2. Labu pelarut

3. Labu rotary

Page 60: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

46

Lampiran 1. (Lanjutan)

(a)

(b)

(b)

Gambar 8. (a) Sediaan Salep Daun Meniran (b) Pembanding

Page 61: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

47

Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 9. Waktu Epitelisasi Kelompok Perlakuan Kontrol

Gambar 10. Waktu Epitelisasi Kelompok Pembanding

Luka Awal

Luka Awal Luka setelah terbentuk epitel

baru (hari ke 10)

Luka setelah terbentuk epitel

baru (hari ke 10)

Page 62: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

48

Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 11. Waktu Epitelisasi Kelompok Perlakuan Konsentrasi 5%

Gambar 12. Waktu Epitelisasi Kelompok Perlakuan Konsentrasi 10%

Luka Awal

Luka Awal Luka setelah terbentuk epitel

baru (hari ke-10)

Luka setelah terbentuk epitel

baru (hari ke-10)

Page 63: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

49

Lampiran 2. (lanjutan)

Gambar 13. Identifikasi Sampel

Page 64: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

50

Lampiran 3. Skema Kerja

Gambar 14. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Kental Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.)

- Dibersihkan dan dirajang halus

sebanyak 1 kg

- Maserasi dengan elanol 96% selama 3

hari (3 x pengulangan)

- Saring

Meniran

(Phyllanthus niruri L.) segar

Ampas Maserat

Diperoleh ekstrak etanol kental

Fraksinasi dengan eter

Uji Pemeriksaan Uji Skrining Fitokimia

Perhitungan Rendemen,

Pemeriksaan Organoleptis,

dan Susut Pengeringan

Uji Flavanoid, Saponin,

Terpenoid Dan Steroid

Fraksinasi dengan etil asetat 2:1

Diperoleh fraksi non polar

Pembuatan Sediaan Salep

Rotary evaporator

Fraksi kental semi polar

Page 65: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

51

Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 15. Skema Kerja Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap

Penyembuhan Luka

Hewan percobaan diaklimatisasi

Penimbangan BB dan pengelompokkan hewan percobaan

Kelompok I

Tikus yang

dioleskan

basis salep

(kontrol)

Kelompok III

Tikus yang

dioleskan

salep fraksi

etil asetat

daun meniran

dengan

konsentrasi

10%

Kelompok IV

Tikus yang

dioleskan

sediaan yang

beredar yaitu

salep

Tekasol®

- % Proses penyembuhan luka

- Waktu epitelisasi

- Pembentukan serabut kolagen

- Re-epitelisasi

Analisa data

Kelompok II

Tikus yang

dioleskan

salep fraksi

etil asetat

daun meniran

dengan

konsentrasi

5%

Hewan dilukai dengan diameter ±2 cm

Page 66: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

52

Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 16. Skema Kerja Pembuatan Sediaan Histopatologi

Dekapitasi hewan percobaan

Pengambilan jaringan kulit

Fiksasi dalam formalin 10%

Dehidrasi dalam alkohol

bertingkat (dimulai dengan

alkohol 30%, 50%, 70%, 80%,

95%, alkohol absolute)

Clearing (Penjernihan) menggunakan Xylol

Embeding (Pembuatan blok parafin)

Section (Pemotongan blok jaringan

menggunakan mikrotom)

Pewarnaan dengan Hematoxylin-Eosin

Mounting (Penutupan sediaan) dengan

balsam canada dan cover glass

Pengamatan - serabut kolagen

- jumlah sel fibroblast

- reepitelisasi

Page 67: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

53

Lampiran 4. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Tabel 7. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Organoleptis Hasil Pengamatan

Bentuk Cairan kental

Warna Coklat kehijauan

Bau Khas

Tabel 8. Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Berat Ekstrak Etanol

Daun Meniran

Berat Fraksi Etil Asetat

Duan Meniran

% Rendemen

130,8136 g 20,0603 g 15,335%

Penentuan rendemen :

Rendemen (%) =

=

= 15,335%

Page 68: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

54

Lampiran 4. (Lanjutan)

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Berat cawan

kosong (A)

Cawan + ekstrak

sebelum di oven

(B)

Cawan + ekstrak

setelah di oven

(C)

%Susut

pengeringan

40,2748 g 41,2764 g 41,1128 g 16,33%

( ) ( )

( )

= ( ) ( )

( )

= 16,33%

Tabel 10. Hasil Uji Skrinning Fitokimia Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Keterangan : (+) = Terdeteksi

(-) = Tidak Terdeteksi

Kandungan

kimia Pereaksi Hasil teoritis Hasil pengamatan Kesimpulan

Alkaloid Mayer Terbentuk kabut

putih

Tidak terbentuk

kabut putih -

Flavonoid Mg/HCl (p) Terbentuk warna

merah

Terbentuk warna

merah +

Fenol FeCl3

Terbentuk warna

biru

Terbentuk warna

biru +

Saponin Air Terbentuk busa Tidak terbentuk

busa -

Terpenoid/Ste

roid

H2SO4/

As.asetat

anhidrat

Terbentuk warna

merah/ warna ungu

Terbentuk warna

biru ungu - /+

Page 69: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

55

Lampiran 5. Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat DaunMeniran

Tabel 11. Hasil Uji Organoleptis

Organoleptis Hasil Pengamatan

Bentuk Setengah padat

Warna Coklat kehijauan

Bau Khas

Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas

Sediaan Hasil Pengamatan

Konsentrasi 5% Homogen

Konsentrasi 10% Homogen

Tabel 13. Hasil Uji pH

Sediaan Hasil Pengamatan

Konsentrasi 5% pH 6

Konsentrasi 10% pH 5

Page 70: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

56

Lampiran 6. Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka

Tabel 14. Hasil pengukuran penyembuhan luka

Kelompok no Diameter Luas Luka

Awal

Diameter Luas Luka

Akhir

% luas

penyemb

uhan luka

Kontrol 1 2,5 cm 4,906 cm3

1,9 cm 2.833 cm3 42,25

2 2,6 cm 5, 306 cm3

1,85 cm 2,686 cm3 49,37

3 2,85 cm 6,331 cm3

2,1 cm 3,461 cm3 45,33

4 1,9 cm 2,833 cm3

1,4 cm 1,538 cm3 45,71

5 2,2 cm 3,799 cm3

1,6 cm 2,009 cm3 47,11

6 2,4 cm 4,521 cm3

1,75 cm 2,404 cm3 46,82

Rata-rata 46,09

Pembanding 1 2,65 cm 5,722 cm3

1,45 cm 1,650 cm3 71,16

2 2,9 cm 6,601 cm3

1,75 cm 2,404 cm3 63,58

3 3,15 cm 7,789 cm3

1,85 cm 2,686 cm3 65,51

4 2,85 cm 6,376 cm3

1,55 cm 1,885 cm3 70,43

5 2,95 cm 6,831 cm3

1,7 cm 2,268 cm3 66,79

6 2,9 cm 6,601 cm3

1,6 cm 2,009 cm3 69,56

Rata-rata 67,83

Konsentrasi

5%

1 2,75 cm 5,936 cm3 1,65 cm 2,137 cm

3 63,99

2 2 cm 3,14 cm3 1,2 cm 1,130 cm

3 64,01

3 2,75 cm 5,936 cm3 1,6 cm 2,009 cm

3 66,15

4 2,35 cm 4,335 cm3 1,45 cm 1,650 cm

3 61,93

5 2,25 cm 3,974 cm3 1,3 cm 1,326 cm

3 66,63

6 2,45 cm 4,711 cm3 1,5 cm 1,766 cm

3 62,51

Rata-rata 64,20

Konsentrasi

10%

1 2,5 cm 4,906 cm3 1,3 cm 1,326 cm

3 72,97

2 2 cm 3,14 cm3 1 cm 0,785 cm

3 75

3 2,35 cm 4,335 cm3 1,3 cm 1,326 cm

3 69,41

4 2,15 cm 3,628 cm3 1,2 cm 1,130 cm

3 68,85

5 2,45 cm 4,711 cm3 1,25 cm 1,226 cm

3 73,97

6 2,3 cm 4,152 cm3 1,25 cm 1,226 cm

3 70,47

Rata-rata 71,77

Page 71: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

57

Lampiran 6. (lanjutan)

Contoh Perhitungan Luas Permukaan Penyembuhan Luka

Diameter 1 = 2,5 cm

Diameter 2 = 2,5 cm

Rata-rata diameter luka =

= ( )

= 2,5 cm

Contoh Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka

% Luas Penyembuhan Luka = ( )

Kontrol HP 1

Diameter luka awal = 2,5 cm

Diameter luka akhir = 1,9 cm

Jari-jari (r) awal

Jari-jari (r) =

r =

= 1,25 cm

Jari-jari (r) akhir

Jari-jari (r) =

r =

= 0,95 cm

π = 3,14

Luas luka awal :

L = π x r²

L = 3,14 x (1,25) 2cm

L = 4,906 cm²

Page 72: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

58

Lampiran 6. (Lanjutan)

Luas luka akhir :

L = π x r²

L = 3,14 x (0,95) 2 cm

L = 2,833 cm²

% Luas Penyembuhan Luka

% Luas Penyembuhan Luka =

=

= 42,25 %

Page 73: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

59

Lampiran 7. Hasil perhitungan statistik persentase luas penyembuhan luka

Tabel 15. Hasil perhitungan statistik persentase luas penyembuhan luka

Descriptives

Luas penyembuhan luka

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Min Max Lower Bound Upper Bound

Kontrol 6 46.0983 2.35792 .96262 43.6239 48.5728 42.25 49.37

Pembanding 6 67.8383 3.01224 1.22974 64.6772 70.9995 63.58 71.16

konsentrasi 5% 6 64.2033 1.88661 .77021 62.2235 66.1832 61.93 66.63

konsentrasi 10% 6 71.7783 2.54945 1.04081 69.1028 74.4538 68.85 75.00

Total 24 62.4796 10.30504 2.10351 58.1281 66.8310 42.25 75.00

Test of Homogeneity of Variances

Luas penyembuhan luka

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.132 3 20 .360

ANOVA

Luas penyembuhan luka

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 2318.998 3 772.999 125.221 .000

Within Groups 123.462 20 6.173

Total 2442.459 23

Page 74: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

60

Lampiran 7. (lanjutan)

Luas penyembuhan luka

Duncana

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

kelompok basis 6 46.0983

kelompok 5% 6 64.2033

Kelompok

pembanding 6 67.8383

kelompok 10% 6 71.7783

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

Page 75: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

61

Lampiran 8. Hasil perhitungan statistik waktu epitelisasi

Tabel 16. Hasil perhitungan statistik waktu epitelisasi

Descriptives

Waktu epitelisasi

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Min Max Lower Bound Upper Bound

Kontrol 6 8.83 .753 .307 8.04 9.62 8 10

Pembanding 6 7.33 .516 .211 6.79 7.88 7 8

Konsentrasi 5% 6 7.67 .816 .333 6.81 8.52 7 9

konsentrasi10% 6 7.33 .516 .211 6.79 7.88 7 8

Total 24 7.79 .884 .180 7.42 8.16 7 10

Test of Homogeneity of Variances

Waktu epitelisasi

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.698 3 20 .564

ANOVA

Waktu epitelisasi

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 9.125 3 3.042 6.887 .002

Within Groups 8.833 20 .442

Total 17.958 23

Page 76: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

62

Lampiran 8. (lanjutan)

Waktue pitelisasi

Duncana

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kelompok pembanding 6 7.33

kelompok 10% 6 7.33

kelompok 5% 6 7.67

kelompok basis 6 8.83

Sig. .422 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

Page 77: UJI PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT …

63

Lampiran 10. Ethical Clearance

Gambar 17. Ethical Clearance