Tutorial Terapi Cairan Dan Transfusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nn

Citation preview

PEMBAHASAN

1.1. Komposisi Cairan TubuhKomponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air tubuh total (TBW, Total Body Water) yaitu persentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60 % dari berat seorang pria dan sekitar 50 % dari berat badan wanita. Pada orang tua, TBW sekitar 45 % sampai 50 % dari berat badannya. Karena lemak pada dasarnya bebas air, maka makin sedikit lemak akan mengakibatkan makin tinggi persentase air dari berat badan orang itu. Sebaliknya, jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Oleh karena itu dibandingkan dengan orang kurus, orang yang gemuk memiliki TBW yang relatif lebih kecil dibandingkan berat badannya. Secara proposional wanita umumnya mempunyai lebih banyak lemak, dan lebih sedikit otot jika dibandingkan dengan pria, sehingga kandungan airnya pun lebih kecil dibandingkan dengan berat badannya. Orang yang tua juga mempunyai presentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang muda.Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan 65 %, dewasa pria 60 % dan wanita 50 %, sisanya ialah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraseluler 40 %, ekstraseluler 20 %, Ekstraselular dibagi menjadi intertisisal (antar sel ) 15 %, dan plasma 5 %. Cairan antarsel khusus disebut cairan transelular misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll. Gbr (1). Gbr (2)Terapi cairan dibutuhkan kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit dapat dipenuhi, selain itu dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakana untuk menjaga keseimbangan asam-basa.

Gbr (1) : skema kompartemen cairan tubuh

Gbr (2) : Komponen cairan dari tubuh Kandungan air dalam setiap organ tidak seragam seperti terlihat pd tabel (1) :JaringanPersentase Air

- Otak- Ginjal- Otot lurik- Kulit- Hati- Tulang- Lemak 84 83 76 72 68 22 10

Tabel (2) : Air tubuh total dalam persentase berat badan Bayi (baru lahir) Dewasa pria (20 40 th) Wanita (20 40 th) - Usia lanjut (> 60 th) 75 % 60 % 50 %45 50 %

Ket : Data dari Maxwell M, Kleeman CR dan Narins RG: clinical disorders of fluid and electrolyte metabolism, ed 4. New York, 1987. Mc Graw Hill Book Co.Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau diperlukan proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi elektrolit didalam dan diluar sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, ion Mg, dan ion Fosfat, sedangkan ekstraselular mengandung banyak ion Na dan Cl.Plasma ialah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Serum ialah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya fibrinogen dan protombin. Hematokrit ialah presentasi volume eritrosit dalam darah.

1.2. Elektrolit-Elektrolit Utama dan DistribusinyaZat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non-elektrolit. Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan yang tidak bermuatan listrik. Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam organik. Garam yang terurai di dalam air menjadi satu atau lebih partikel-partikel bermuatan, disebut ion atau elektrolit. Elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4-) dan sulfat (SO4-). Larutan elektrolit menghantarkan aliran listrik. Ion-ion yang bermuatan positif disebut kation dan yang membawa muatan negatif disebut anion. Contohnya natrium korida (NaCl) terurai dalam larutan menjadi Na+ (kation) dan CL- (anion). Sebaliknya, ketika glikosa dilarutkan dalam air, ia tidak berubah menjadi komponen yang lebih kecil.Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian lainnya, dan dalam keadaan sehat mereka harus berada pada bagian yang tepat dan dalam jumlah yang tepat. Kation utama pada ECF (extraceluler fluid) adalah natrium (Na+), dan anion-anion utama adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-); konsentrasi dari elektrolit-elektrolit ini rendah pada ICF (intraceluler fluid). Pada ICF kalium (K+) adalah kation utama dan posfat (HPO4-) adalah anion utama, dan sebaliknya, konsentrasi-konsentrasi ion ini rendah pada ECF. Sebagai partikel terbanyak pada ECF, natrium memegang peranan penting dalam mengendalikan volume cairan tubuh total, sedangkan kalium penting dalam mengendalikan volume sel. Perbedaan muatan listrik di dalam dan diluar membran sel penting untuk menghasilkan kerja saraf dan otot, dan perbedaan konsentrasi K+ dan Na+ didalam dan diluar membran sel penting untuk mempertahankan perbedaan muatan listrik itu. Meskipun konsentrasi ion pada tiap bagian berbeda-beda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif (dalam satuan mili-equivalen) dalam setiap bagian. Mempertahankan muatan listrik yang netral adalah penting agar dapat menetukan pemindahan ion antara ECF dan ICF dan pada ginjal. Akhirnya, diperhatikan bahwa komposisi ion dari ISF mirip dengan IVF. Perbedaan utamanya adalah pada ISF mengandung sedikit sekali protein dibandingkan dengan IVF. Jumlah protein yang lebih tinggi didalam plasma berperanan penting dalam mempertahankan volume IVF.

1.3. Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hariAsupan Cairan Harian. Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama : (1) berasal dari larutan atau cairan makanan yang dimakan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar 2100 ml/hari, dan (2) berasal dari sintesis dalam badan sebagai hasil oksidasi karbohidrat, menambah sekitar 200 ml/hari. Kedua hal ini memberikan asupan cairan harian total kira-kira 2300 ml/hr. (tabel - 3). Asupan cairan sangat bervariasi pada masing-masing orang dan bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda, bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik. Tabel 3 : Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari) NormalLatihan berat yg lama

Asupan Cairan dari makanan Dari metabolisme Asupan total :Keluaran Insensible-kulit Insensible paru Keringat Feses Urin Total pengeluaran 2100 2002300

35035010010014002300?200?

350 6505000 100 5006600

Insesible water loss, yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada keringat bahkan tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat; jumlah rata-rata kehilangan cairan dengan cara difusi melalui kulit kira-kira 300-400 ml/hr. Kehilangan ini diminimalkan oleh lapisan korneumkulit yang mengandung kolesterol, yang memberikan perlindungan terhadap kehilangan yang berlebihan lewat difusi ini. Bila lapisan korneum ini hilang, seperti terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat meningkat sampai 10 kali lipat, mencapai 3 sampai 5 liter/hari. Karena alasan ini, maka korban luka bakar harus diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya intravena, untuk mengimbangi kehilangan cairan.Insesible water loss melalui traktus respiratorius rata-rata berkisar 300 sampai 400 ml/hr. Ketika udara memasuki traktus respiratorius maka kemudian dijenuhkan dengan pengembunan, dan mencapai tekanan uap kira-kira 47 mmHg, sebelum dikeluarkan. Karena tekanan uap dari udara inspirasi kurang dari 47 mmHg, maka dengan respirasi, cairan terus menerus hilang melaui paru-paru. Pada udara dingin, tekanan uap atmosfer turun sampai 0, menyebabkan kehilangan cairan bahkan lebih besar dari paru-paru bersamaan dengan turunnya suhu tubuh. Hal ini menjelaskan perasaan kering pada saluran napas saat cuaca dingin.Kehilangan cairan lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada aktifitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 liter/jam. Hal ini akan cepat mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan, sehubungan dengan aktivasi mekanisme haus.Kehilangan cairan lewat feses. Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melaui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare. Karena alasan ini, maka diare berat dapat membahayakan jiwa jika tidak dikoreksi dalam beberapa hari. Kehilangan cairan lewat ginjal. Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan oleh ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Sebenarnya, cara yang paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini. Sebagai contoh, volume urin dapat serendah sampai 0,5 liter/hari pada pasien dehidrasi atau bisa setinggi 20 liter/hari pada orang yang minum cairan yang luar biasa.Variasi yang sangat ekstrim inijuga terjadi pada kebanyakan elektrolit tubuh, seperti natrium, clorida, dan kalium. Pada beberapa orang, asupan natrium dapat serendah 20 mEq/hari, sedangkan pada orang lainnya, dapat mencapai 300 500 mEq/hari. Ginjal dihadapkan dengan keharusan untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi cairan dan elektrolitnya dengan asupan zat-zat ini, demikian juga mengkompensasi kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi pada keadaan penyakit tertentu.

Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai berikut :30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1C ditambah 10-15%Pada anak sesuai berat badan : *0-10 kg : 100ml/kgBB* 10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg * > 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg

Elektrolit : Na+ : 1,5 2 mEq/kgBB (100 mEq/hari = 5,9 g)K+ : 1 mEq/kb/BB (60 mEq/hari = 4,5 g)

1.4.Cairan IntravenaBerdasarkan fungsinya cairan dapat dikelompokkan menjadi :1.Cairan pemeliharaan : ditujukan untuk mengganti air yang hilang lewat urine, tinja, paru dan kulit (mengganti puasa). Cairan yang diberikan adalah cairan hipotonik, seperti D5 NaCl 0,45 atau D5W.2.Cairan pengganti : ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat sekuestrasi atau proses patologi lain seperti fistula, efusi pleura asites, drainase lambung. Cairan yang diberikan bersifat isotonik, seperti RL, NaCl 0,9 %, D5RL, D5NaCl.3.Cairan khusus : ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang dipakai seperti Natrium bikarbonat, NaCl 3%.

Pembagian cairan :1. Kristaloid Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine.Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.

2. KoloidKoloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah yang hilang. Contoh cairan koloid antara lain dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.

Secara umum koloid dipergunakan untuk :1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (shock hemoragik) sebelum transfusi tersedia.2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar

Perbedaan kristaloid dengan koloid :

1.5. Terapi Cairan Perioperatif- pra-pembedahan- selama pembedahan- pasca pembedahanMeliputi :Penggantian kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan pulihnya perfusi ke jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi iskemia jaringan dan kemungkinan kegagalan organ

a. Cairan Prabedah : Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut. Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir, jumlah dan warnanya. Pemeriksaan fisik : Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan mukosa. Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan protein.

Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.

Fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya meningkat sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara serius. Dehidrasi pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).

Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.

Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi, terjadi pada kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit biasanya menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB atau lebih.

Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan,

a. Pada dewasa 2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan lebih dari 20 kg.

a. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.

Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.

Terapi cairan selama operasi meliputi : kebutuhan dasar cairan dan penggantian sisa defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama operasi. Berdasarkan beratnya trauma pembedahan dikenal pemberian cairan pada trauma ringan, sedang dan berat.

Pada Dewasa : Trauma ringan Cairan 2 ml/kg BB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam sebagai pengganti akibat trauma pembedahan. Trauma pembedahan sedang 6 ml/kg BB/jam Trauma pembedahan berat 8 ml/kg BB/jam

Pada anak : Ringan 2 ml/kg BB/jam, Sedang 4 ml/kgBB/jam dan Berat 6 ml/kgBB/jam.Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan perkiraan jumlah perdarahan.

Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk memperkirakan jumlah perdarahan dengan {mengukur jumlah darah di dalam botol suction + perkiraan jumlah darah di kain kasa dan kain operasi} . Satu lembar duk dapat menampung 100 150 ml darah, sedangkan untuk kain kasa sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana selisih 1 gram dianggap sama dengan 1 ml darah.

Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin secara serial

Teknik Pemberian Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vene-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau di kepala. Bayi baru lahir dapat digunakan vena umbilikalis.Penggunaan jarum anti karat atau kateter plastic anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infuse lebih lama dari tiga hari, sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena kubiti, vena subklavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.

TRANFUSI DARAH PERIOPERATIF

Jenis golongan darah ABO :JenisAntibodiKekerapan

Golongan AAnti B45 %

Golongan BAnti A8 %

Golongan AB-4 % resipien universal

Golongan OAnti A, Anti B43 % donor universal

Indikasi Transfusi Darah :Transfusi darah umumnya > 50 % diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskuler.Indikasi : 1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht < 30 %, pada orang tua kelainan paru, kelainan jantung Hb < 10 g%2. Bedah mayor, kehilangan darah > 20 % volume darah.

Jenis dan Bahan Transfusi : Darah lengkap (whole blood), segar (< 48 jam), baru (< 6 hari) dan biasa (35 hari). untuk perdarahan akut, syok hivpovolemik, bedah mayor perdarahan >1500 mL. Plasma biasa dan Plasma segar beku (FFP, fresh frozen plasma) diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin, dan koagulopati pada penyakit hepar. Packed cells biasa dan cuci digunakan pada perdarahan lambat, anemia, atau pada kelainan jantung. Faktor pembekuan : Trombosit mampat (thrombocyte concetrate) Cryopricipitate-AHF Komponen lain, Buffycoat-granolocyt concentrate

TRANSFUSI INTRAOPERATIVE Packed Red Blood CellsTransfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan bank darah. Packed Red Blood Cell ideal untuk pasien yang memerlukan sel darah merah tetapi tidak penggantian volume ( misalnya, pasien anemia dengan congestive heart failure). Pasien yang dioperasi memerlukan cairan seperti halnya sel darah merah; kristaloid dapat diberikan dengan infuse secara bersama-sama dengan jalur intravena yang kedua untuk penggantian volume cairan. Sebelum transfusi, masing-masing unit harus diperiksa secara hati-hati dicek dengan kartu dari bank darah dan identitas dari penerima donor darah. Tabung transfusi berisi 170-J.m untuk menyaring gumpalan atau kotoran. Dengan ukuran sama dan saringan berbeda digunakan untuk mengurangi leukocyte isi untuk mencegah febrile reaksi transfusi febrile pada pasien yang sensitif. Darah untuk transfusi intraoperative harus dihangatkan sampai 37C. terutama jika lebih dari 2-3 unit yang akan ditransfusi; jika tidak akan menyebabkan hypothermia. Efek tambahan hypothermia dan secara khas 2,3-diphosphoglycerate ( 2,3-DPG) konsentrasi rendah dalam darah yang disimpan dapat menyebabkan suatu pergeseran kekiri ditandai hemoglobin-oxygen kurva-disosiasi ( lihat Bab 22) dan, menyebabkan hipoxia jaringan. Penghangat darah harus bisa menjaga suhu darah > 30C bahkan pada aliran rata-rata sampai 150 ml/menit

Fresh Frozen Plasma Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma, termasuk semua factor pembekuan. Transfusi FFP ditandai penanganan defisiensi faktor terisolasi, pembalikan warfarin therapy, dan koreksi coagulopathy berhubungan dengan penyakit hati. Masing-Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor pembekuan 2-3% pada orang dewasa. Pada umumnya dosis awal 10-15 mL/kg. Tujuannya adalah untuk mencapai 30% dari konsentrasi faktor pembekuan yang normal. FFP boleh digunakan pada pasien yang sudah menerima transfusi darah masive. Pasien dengan defisiensi ANTI-THROMBIN III atau purpura thrombocyto-penic thrombotic dapat diberikan FFP transfusi. Masing-Masing unit FFP membawa resiko cepat menyebar yang sama sebagai unit darah utuh. Sebagai tambahan, pasien dapat menjadi peka terhadap protein plasma. ABO-COMPATIBLE biasanya diberi tetapi tidak wajib. Seperti butir-butir darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37C sebelum transfusi.

Platelets.Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan thrombocytopenia atau dysfunctional platelets dengan pendarahan. Profilaxis Transfusi trombosit dapat diberikan pada pasien dengan hitung trombosit 10,000-20,000 oleh karena resiko perdarahan spontan.Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109/L dihubungkan dengan peningkatan perdarahan selama pembedahan. Pasien dengan thrombocytopenia yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive harus diberikan profilaxis transfusi trombosit sebelum operasi, hitung trombosit harus meningkat diatas 100,000 x 109/L. Persalinan pervaginam dan prosedur bedah minor dapat dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit yang agak rendah tapi fungsi trombosit normal dan hitung trombosit >50,000 x 109/L. Masing-Masing unit platelets mungkin diharapkan untuk meningkatkan 10,000-20,000 x 109/L dari trombosit. Plateletpheresis unit berisi yang sejenisnya enam unit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien dengan suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. . Transfusi. Platelet diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan pada pembedahan. ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat meningkatkan platelet survival. Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanya beberapa butir-butir darah merah di (dalam) Rh-Positive platelet Unit. Lebih dari itu, anti-A atau anti-B zat darah penyerang kuman di (dalam) yang 70 mL plasma pada setiap platelet unit dapat menyebabkan suatu reaksi hemolytic melawan terhadap butir-butir darah merah penerima ketika sejumlah besar ABO-incompatible platelet unit diberi. Administrasi Rh immuno-globulin ke Rh-Negative Individu dapat melindungi dari Rh sensitisasi yang mengikuti Rh-Positive platelet Transfusi. Pasien yang kembang;kan zat darah penyerang kuman melawan terhadap HLA antigens lymphocytes di (dalam) platelet berkonsentrasi) atau platelet spesifik antigens memerlukan HLA-COMPATIBLE atau single-donor unit. Penggunaan plateletpheresis transfusi boleh ber/kurang kemungkinan sensitisasi.

Transfusi GranulocitTransfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek, sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulocytes pada umumnya diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-versus-host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit ( lihat di bawah), tetapi mempengaruhi fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-CSF) dan sargramostim ( granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF) telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.

Pada perdarahan untuk mempertahankan volume intravena dapat diberikan kristaloid atau koloid sampai tahap timbulnya bahaya karena anemia.

Pada keadaan ini perdarahan selanjutnya diganti dengan transfusi sel darah merah untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin ataupun hematokrit pada level aman, yaitu Hb 7 10 g/dl atau Hct 21 30%.

Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai hematokrit dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85 ml/kgBB, bayi 80 ml/kgBB pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 85 ml/kgBB.

Reaksi transfusi akibat golongan darah yang tidak cocokBila darah donor dengan golongan tertentu ditransfusikan ke resipien dengan golongan darah yang lain, maka reaksi transfusi yang cenderung terjadi adalah agutinasi dari sel darah merah dari darah donor. Jarang terjadi bahwa darah yang ditransfusi akan menyebabkan aglutinasi pada sel-sel darah resipien, karena alasan berikut; Bagian plasma dari darah donor dengan segera akan diencerkan oleh seluruh plasma dari resipien, dengan demikian menurunkan titer aglutinin yang diinfuskan sampai kadarnya sangat rendah untuk dapat menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya, darah yang diinfuskan tidak mengencerkan aglutinindalam plasma resipien sampai sedemikian besar. Oleh karena itu, aglutinin resipien tetap masih dapat mangaglutinasikan sel-sel donor.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua reaksi transfusi akhirnya menyebabkan hemolisis segera akibat hemolisin atau hemolisis kemudian akibat fagositosis sel yang teraglutinasi. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel darah merah kemudian diubah oleh sel-sel fagosit menjadi bilirubin dan kemudian dieksresikan ke dalam empedu oleh hati. Konsentrasi bilirubin dalam cairan tubuh seringkali meningkat cukup tinggi sehingga menyebabkan ikterus yaitu, jaringan seseorang menjadi berwarna kuning akibat pigmen empedu. Tetapi, bila fungsi hati normal, maka ikterus biasanya tidak timbul kecuali jika lebih dari 400 mililiter darah dihemolisis dalam waktu kurang dari sehari.Penghentian fungsi ginjal akut setelah reaksi transfusi. Salah satu efek reaksi transfusi yang paling mematikan adalah penghentian fungsi ginjal, yang dapat mulai terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam dan terus berlangsung sampai orang itu meninggal karena gagal ginjal. Penghentian fungsi ginjal sepertinya disebabkan oleh tiga hal; Pertama, reaksi antigen-antibodi dari reaksi transfusi akan mengeluarkan zat toksik yang berasal dari darah yang mengalami hemolisis, yang kemudian menimbulkan vasokonstriksi ginjal yang kuat. Kedua, hilangnya sel-sel darah merah dari sirkulasi disertai produksi zat toksik dari sel yang mengalami hemolisis dan dari reaksi imun seringkali menyebabkan syok sirkulasi. Tekanan darah arteri turun sangat rendah dan aliran darah ginjal serta pengeluaran urin menurun. Ketiga, bila jumlah total hemoglobin bebas dalam darah sirkulasi lebih besar dari jumlah hemoglobin yang berikatan dengan haptoglobin (suatu protein plasma yang dapat mengikat sedikit hemoglobin), maka hemoglobin yang berlebihan tersebut akan menerobos membran glomerulus masuk kedalam tubulus ginjal. Bila jumlahnya sedikit, hemoglobin tersebut dapat direabsorbsi melalui epitel tubuli masuk ke dalam darahdan tidak akan menimbulkan kerusakan; tetapi bila jumlahnya besar, hanya sedikit yang direabsorbsi. Karena air di dalam tubulus terus-menerus di reabsorbsi, maka konsentrasi hemoglobin di dalam tubulus dapat meningkat sedemikian tinggi sehingga mengendap dan menyumbat banyak tubulus; hal ini terutama terjadi bila urin bersifat asam. Jadi, vasokonstriksi ginjal, syok sirkulasi, dan penyumbatan tubulus, bersama-sama akan menyebabkan penghentian fungsi ginjal akut. Jika fungsi ginjal ini bersifat sempurna dan tubulus gagal untuk membuka, maka penderita akan meninggal dalam waktu satu minggu sampai 12 hari, kecuali jika penderita ini diobati dengan ginjal buatan.

Komplikasi Transfusi Darah : Reaksi hemolitik- pada pasien sadar : demam, mengigil, nyeri dada panggul, dan mual.- pd pasien dalam anestesia : demam, takikardi tak jelas asalnya, hipotensi, perdarahan merembes ke daerah operasi, syok, spasme bronkus Hb uria, ikterus, dan Renal shut down Infeksi- Virus (Hepatitis, HIV-AIDS, CMV)- Bakteri (stafilokok, yesteria, citrobakter)- Parasit (malaria) Lain-lain : urtikaria, anafilaksis, edema paru non-kardial, purpura, intoksikasi sitrat, hiperkalemia, asidosis

Penanggulangan Transfusi darah : Stop transfuse Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah vasokonstriksor, inotropik Berikan O2 100 % Diuretika manitol 50 mg atau furosemid (lasix) 10-20 mg Antihistamin Steroid dosis tinggi Jika perlu exchanged transfusion Periksa analisis gas darah dan pH darah.

Cairan Pasca bedah Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris).c. Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.

Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit, vitamin dan trace element. Pemberian kalori sampai 40 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 0,24 N/kg. Nutrisi parenteral ini penting, karena pada penderita paska bedah yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75 125 gr/hari. Hipoalbuminemia menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi luka operasi, terjadi penurunan enzym pencernaan yang menyulitkan proses realimentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Muhinan et al : Anestesiologi. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FKUI, 1989.

Latief et al : Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FKUI, 2007.

Purwadianto, Agus & Sampurna, Budi : Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Jakarta : 2000.

Boulton TB, Blogg CE, Anestesiology, Edisi 10. EGC: Jakarta 1994

Ery Leksana: Terapi Cairan dan Elektrolit. Bagian Anestesi dan Terapi Intensif: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

21