Upload
lewishoppus
View
11
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cu
Citation preview
Diagnosis Kerja
• Gejala berdasarkan skenario :– Sulit berjalan– Sulit bicara– Gangguan pertumbuhan– Spastik hemiplegia (Hemiparesis dekstra)– Kejang– Strabismus Konvergen– Tremor– Retardasi Mental
Dengan Membagi Kelainan Motorik atas 6 kategori :
1.POSTURES AND MOVEMENT PATTERNS2.ORAL MOTOR PATTERNS3.STRABISMUS4.TONE OF MUSCLES (TONUS OTOT)5.EVALUATION OF POSTURAL REACTION AND
LANDMARKS6.DEEPTENDON, INFANTILE AND PLANTAR
REFLEKS
Menurut LEVINE, Disimpulkan :
• Diagnosa CEREBRAL PALSY Ditegakkan jika minimum terdapat 4 abnormalitas dari 6 kategori diatas.
• Dapat dibedakan apakah penderita CEREBRAL PALSY atau bukan, dari kriteria diatas
• Bila hanya terdapat asatu kategori kelainan motorik, bukan suatu diagnostik, tetapi hanya kecurigaan CEREBRAL PALSY.
Diagnosis– Diagnosis Cerebralpalsy ditegakkan berdasarkan Pemeriksaan
lengkap berdasarkan :• Riwayat Kehamilan , Perinatal , Pascanatal• Gejala
– Spastisitas » Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
reflek Babinski yang positif – Tonus otot yang berubah
» Pasien akan terlihat Flaksid (Lemas) dan berbaring sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang otot tonusnya berubah menjadi spastis
– Koreo-atetosis» Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement). – Ataksia
» Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk
– Gangguan bicara , Gangguan mendengar , Gangguan mata (strabismus)
Diagnosis• Gangguan pendengaran
– Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
• Gangguan bicara– Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan
sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
• Gangguan mata– Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia
yang berat dapat terjadi katarak • Gangguan mental
– Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
• Kejang atau epilepsi– Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selam kejang, aktivitas elektri dengan pola normal
dan teratur di otak mengalami gangguan karena letupan listrik yang tidak terkontrol • Gangguan pertumbuhan
Epilepsi
• Gangguan pada sistem saraf karena terjadi aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron.
• Terbagi 2:– Epilepsi Simptomatik• Epilepsi yang terjadi akibat sisa penyakit terdahulu
– Epilepsi Idiopatik• Epilepsi yang terjadi namun tidak diketahui apa
penyebabnya
Epilepsi
• Gejala klinis:– Terjadinya kejang– Terjadi gerakan involunteer yang terus menerus• Kejang parsial tanpa gangguan kesadaran• Kejang parsial sederhana dengan sedikit gangguan
kesadaran• Kejang tonik klonik yang lama dan diikuti kehilangan
kesadaran
– Terjadi secara berulang
Epilepsi
• Penegakkan Diagnosa– EEG– MRI– Diberikan obat anti epilepsi Diphenylhidantoin
5-8mg/kgbb/hari
Retardasi Mental
• Adalah gangguan yang telah tampak sejak masa anak-anak dalam bentuk fungsi intelektual dan adaptif yang secara signifikan berada dibawah rata-rata (Luckasson,1992, dalam Durand 2007)
Retardasi Mental
• Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain.
Retardasi Mental
• Gejala Klinis– RM Ringan (IQ 55-70)• Mulai terlihat saat masa SD (sering tidak naik kelas)• Membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan
PR
– RM Sedang (IQ 40-55)• Sudah tampak sejak kecil, terdapat gangguan
perkembangan (bicara, motorik, dll)• Butuh pengawasan dan edukasi khusus
Retardasi Mental
– RM Berat (IQ 25-40)• Sudah tampak sejak lahir• Perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan
bicara yang sangat minim• Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar
– RM Sangat Berat (IQ <25)• sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif,
motorik, dan komunikasi yang pervasif• Membutuhkan pengawasan dasar seumur hidup
Down Syndrome
• Salah satu contoh retardasi mental.• Terjadi karena pengaruh genetik, dimana
seseorang lahir dengan 47 kromosom.• Insidensi 1:733 kelahiran.
Down Syndrome
• Gejala Klinis– Mikrocephali– Memiliki jarak yang lebar antara ibu jari dengan
anak jari.– Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol
keluar (macroglossia)– Mata sipit, tatapan terlihat kosong– Gangguan perkembangan– Lebih lambat menerima informasi daripada anak
normal
Penatalaksanaan• Terapi Fisik
– Rehabilitasi medik untuk meningkatkan kemampuan fungsi motorik pasien dengan bantuan
– Mencegah kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila berlanjut akan menyebabkan pengerutan otot (disuse atrophy).
– Menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan menimbulkan posisi tubuh abnormal.
Programnya dibagi menjadi : - FISIOTERAPI- TERAPI OKUPASIONAL- TERAPI WICARA
• Terapi Perilaku– Merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kemampuan anak. Terapi ini,
menggunakan teori dan tehnik psikologi, yang dapat melengkapi terapi fisik, bicara dan okupasi
MEDIKA MENTOSA:
- DIAZEPAM oral 2-10 mg, 2-3x/hrEfek mengantuk kadang , kadang hipotoni, hanya bermanfaat pada spastis seluruh tubuh tanpa atetosis.
- DANTROLENE SODIUM ORAL 75 mg, 3-4x/hr, Diberikan bila Diazepam idak memberi hasil,efek samping ke hepar
Terapi Medikamentosa
MEDIKAMENTOSA
- BACLOFEN ORAL 3-10 mg/hr, Efektif untuk hemiplegia spastika dan diplegia spastika.
-DIPHENYLHIDANTOIN 5-8mg/KgBB/hr Untuk menghilangkan gejala epilepsi
-HALOPERIDOL 1-4mh, 3x/hr Untuk mengurangi gerakan involunter
Terapi Medikamentosa
PenatalaksanaanPEMBEDAHANTUJUAN UNTUK MENCEGAH PERUBAHAN
STRUKTURAL ANGGOTA GERAKPRINSIP:- TIDAK KURATIF- HARUS DIKONTROL BERULANG-
ULANG- IMOBILISASI WAKTU SEPENDEK
MUNGKIN
PrognosisPrognosis dapat ditentukan dari penghitungan score berdasarkan point-point dibawah ini :1.ASYMETRIC TONIC NECK REFLEX2.SYMETRIC TONIC NECK REFLEX3.MORO REFLEX4.NECK RIGHTING REFLEX5.EXTENSOR THRUST6.FOOT PLACEMENT REACTION7.PARACHUTE REACTION
Prognosis
APABILA:• ITEM 1-5 DITEMUKAN, BERI POINT 1• ITEM 6-7 TIDAK DITEMUKAN, BERI
POINT 1TOTAL POINT: 0 = PROGNOSIS BAIK1 = PROGNOSIS HARUS HATI-HATI2 = PROGNOSIS JELEK
Prognosis
• Spastik Hemiplegia• Anak-anak dengan hemiplegia tetapi tidak menderita masalah utama
lainnya selalu dapat berjalan pada usia 2 tahun, 25% anak dengan hemiplegia akan mengalami hemianopsia, karena hal ini anak sebaiknya diberi tempat duduk dikelas untuk memaksimalkan fungsi visus. Kejang dapat merupakan masalah yang terjadi pada anak yang hemiplegik
• Spastik Diplegia• Lebih dari 50% anak-anak dengan spastik diplegia dapat belajar
berjalan tesering pada usia 3 tahun, tetapi tetap menunjukkan gait abnormal, dan beberapa kasus membutuhkan alat bantu, misalnya kruk. Aktivitas tangan secara umum akan terkena dengan derajat yang berbeda, walaupun kerusakan yang terjadi minimal. Abnormal gerakan ekstraokuler relatif sering dijumpai.
Prognosis
• Spastik Quadriplegia• Anak dengan spastik quadriplegia, 25% membutuhkan perawatan total; paling
banyak hanya 3% yang dapat berjalan, biasanya setelah usia 3 tahun. Fungsi intelektual sering seiring dengan derajat CP dan terkenanya otot bulbar akan menambah kesulitan yang sudah ada. Mayoritas anak-anak tersebut memiliki limitasi intelektual.
• Spastisitas Tipe Athetoid• Sebagian besar anak yang tidak memiliki masalah lain yang serius yang
berhubungan dengan spastisitas tipe athetoid kadang-kadang dapat berjalan. Keseimbangan dan penggunaan kemampuan tangan tampaknya masih sulit. Sebagian besar anak-anak yang baru duduk pada usia 2 tahun dapat belajar berjalan. Sebaliknya, anak-anak yang masih menunjukkan moro refleks, tonik neck refleks asimetrik, kecenderungan ekstensi, dan tidak menunjukkan refleks parasut tidak mungkin dapat belajar berjalan; sebagian dari mereka yang tidak dapat duduk pada usia 4 tahun dapat belajar berjalan.
Komplikasi
• SUBLUKSASI/DISLOKASI– Dislokasi tulang disebabkan kurang sempurnanya
pertumbuhan tulang pasien. Sehingga menyebabkan mudahnya mengalami dislokasi
• KONTRAKTUR– Terbatasnya pergerakan/mobilitas daripada sendi
• OSTEOPOROSIS– Pengkroposan tulang belakang
• SKOLIOSIS,KIFOSIS DAN LORDOSIS– Kelainan struktur tulang belakang
• GANGGUAN PERTUMBUHAN TULANG• MALNUTRISI• INFEKSI SAL. NAPAS