Author
theresia-sugiarto
View
160
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Diare aKUT cAIR
Tinjauan Pustaka
Diare Akut pada Anak yang Disertai dengan
Tanda-tanda Dehidrasi Ringan
102012165
E4
17 Mei 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : [email protected]
Pendahuluan
Tuhan menciptakan manusia dengan begitu sempurnanya dari sistem indera, sistem
muskuloskeletal, sistem sirkulasi, maupun beberapa sistem organ lainnya yang penting
dalam menunjang kehidupan, salah satu di antaranya adalah sistem gastrointestinal. Semua
sistem diatas bekerja dengan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Sistem
gastrointestinal/pencernaan memegang peranan tersendiri yang tentunya juga sangat penting
bagi manusia. Melalui kerja sistem ini, tubuh kita bisa menerima semua nutrisi yang
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas dan sebagai saluran pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak dapat dicerna serta mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh selain melalui
sistem kemih. Keberadaan sistem ini sesungguhnya berupa sebuah pipa yang tidak berhenti
dari mulut hingga anus. Sehingga, banyak mikroorganisme luar yang dapat dengan mudah
menginvasi sistem pencernaan, dan oleh karena itu dikatakan bahwa sistem pencernaan
bukanlah bagian yang steril dalam tubuh kita, walaupun banyak pula mikroorganisme yang
mati oleh asam lambung. Ternyata selain mikroorganisme, kelainan juga dapat muncul dari
sistem keseimbangan cairan yang terjadi di lumen usus, sehingga bila terlalu banyak serat
atau terlalu sedikit serat juga akan mengganggu kelancaran sistem ini. Dengan masuknya
baik mikroorganisme maupun faktor lainnya, dapat membuat kelainan pada sistem ini.
Keluhan gejala atau kelainan yang terjadi pada sistem ini cukup bervariasi, namun ada
beberapa gejala yang sudah tampak khas, salah satu diantaranya adalah berupa diare.
Berdasarkan kepentingan fungsional dari sistem pencernaan ini, maka bila terjadi suatu
1
gejala yang menandakan adanya gangguan, maka tentu dapat mempengaruhi kerja tubuh dan
sistem-sistem yang lain.1
Pada kasus ini, seorang anak datang dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu
yang disertai demam. Frekuensi diare 6 kali, dengan konsistensi cair dan tidak didapati
darah dan lendir. Keadaan anak lemas dan hanya berbaring. Dari pemeriksaan fisik didapati
tanda-tanda yang mengarah pada dehidrasi. Dari cerita pasien dan dari pemeriksaan yang
dilakukan, dapat mengarah pada diagnosis diare akut dengan disertai dehidrasi yang berat,
tetapi kita harus memastikannya dengan prosedur yang sudah ditentukan dan tentunya
sesegera mungkin memperbaikki dehidrasi yang ada pada anak tersebut untuk menghindari
dari komplikasi lainnya. Pada diare, harus segera diketahui faktor penyebab terjadinya
penyakit, dikarenakan banyak faktor yang dapat menyebabkan diare dengan tata laksana
yang berbeda-beda. Sehingga setelah didapati hasil pemeriksaan penunjang dapat membantu
dalam penegakkan diagnosis.1
Anamnesis
Diare bisa terjadi akibat penyakit yang bisa sembuh sendiri, akibat infeksi, atau
manifestasi penyakit serius, seperti kolitis ulseratifa, keganasan usus, atau malabsorpsi.
Yang penting pada diare adalah penentuan penyebab diare, adakah kekurangan cairan atau
elektrolit atau kehilangan darah, serta tanda-tanda yang menunjukkan sebab dasar yang
serius, misalnya penyakit radang usus, obstruksi usus sub-akut, atau tanda-tanda
malabsorpsi. Anamnesis yang akurat sangat vital dalam menegakkan diagnosis.2
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus, balita, sekolah), jenis kelamin, nama
orangtua, alamat, dan sebagainya.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita
4. Riwayat kesehatan
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan (berat badan
tinggi badan), riwayat makanan.
2
5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya.
Pada anamnesis, perlu ditanyakan hal –hal sebagai berikut :
- Lama diare,frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/ tidak lendir dan
darah
- Bila disertai muntah : volume dan frekuensinya
- Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir
- Makanan minuman yang diberikan sebelum dan selama diare
- Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai, seperti : batuk, pilek, otitis media,
campak.
- Tindakan yang telah dilakukan orang tua selama anak diare, seperti : memberi oralit,
membawa berobat ke puskesmas/ rumah sakit
- Obat-obatan yang telah diberikan kepada anak selama diare
- Alergi obat-obatan / makanan pada anak.3
a. Waktu dan frekuensi diare
Diare pada malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organik.
Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan kunci penting bagi
petunjuk ke arah penyakit inflamasi. Diare yang timbul akut terus berlanjut menjadi
kronik dengan riwayat berpergian mengingatkan pada diare pada turis traveler diarea
atau sprue tropis. Diare dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi pagi hari
menunjukkan sindrom usus iriatif.4
b. Bentuk tinja
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas. Tinja
pucat (steatorea) menandakan kelainan di proksimal ileosekal. Diare seperti air biasa
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari system pencernaan terutama usus
halus. Adanya makanan yang tidak tercerna adaalah manifestasi dari kontak yang
terlalu cepat antara tinja dan dinding usus. Bau asam menunjukan penyerapan
karbohidrat yang tidak sempurna. Harus dibedakan antara perdarahan yang disertai
diare dengan perdarahan yang menyertai tinja normal. Pada kolitis infeksi dan kolitis
3
ulserosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan perdarahan yang menyertai tinja
normal terdapat pada keganasan, polip, hemoroid, dan fissura ani.4
c. Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai diare
Nyeri abdomen ini merupakan kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada
kelainan organik maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit
menetap sedangkan pada diare psikogenik nyerinya dapat berubah ubah baik tempat
maupun penyebarannya. Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan ususkecil
berlokasi disekitar pusat, dan kolik yang diakibatkan kelaianan usus besar, letaknya
suprapubik. Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat pada usus atau
adanya komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi atau keganasan. Mual dan
muntah dapat juga menunjukan infeksi.4
d. Obat
Banyak macam obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik,
bahkan neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantu
menegakkan diagnosis. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, maka
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut.4
e. Makanan
Diare dan mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan kuat
terhadap intoleransi lactose dan sindrom usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat
diare terhadap makanan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam
keluarganya atau manifestasi alergi lain seperti asma.4
f. Lain-lain
Anamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang jelas ke arah
infeksi dapat dikarenakan antara lain tumor endokrin penyebab diare yaitu karsinoma
meduler tiroid dan diare hormonal yang lain misalnya fipoma, sindrom karsinoid atau
kecanduan obat-obat pencahar.4
Pada pasien dengan diare akut akan datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan
dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering kali
berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi
ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
4
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorptif, atau
berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus tidak
invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif.1
Penting juga untuk ditanyakan bila diduga diakibatkan oleh keracunan makanan,
hubungannya dengan kapan saat makan suatu makanan dan efeknya pada orang lain yang
makan makanan yang sama.5
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi :
kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta tanda-tanda tambahan lainnya, seperti :
ubun-ubun besar cekung atau tidak , mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.6
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi
dan capilarry refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.6
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan
kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain- lain dapat dilihat pada tabel
berikut.6
Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995.6
5
Sumber : UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI . Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Ed ke-3. Jakarta : Badan penerbit
IDAI;2012.h.102-3.
Tabel 2. Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan – Maurice King.6
Sumber : UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI . Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Ed ke-3. Jakarta : Badan penerbit
IDAI;2012.h.102-3.
Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003.6
Sumber : UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI . Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Ed ke-3. Jakarta : Badan penerbit
IDAI;2012.h.102-3.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja
6
Pemeriksaan tinja selalu penting, mula-mula di perhatikan apakah bentuknya cair,
setengah padat, atau bercampur darah, lendir. Harus segera di periksa apakah ada amoeba,
cacing/telur, leukosit, dan eritrosit. Adanya gelembung lemak memberi dugaan kearah
malabsorbsi lemak dan penyakit pancreas. Adanya eritrosit menunjukkan adanya infeksi,
sedangkan jika ada leukosit kemungkinan ada infeksi dan inflamasi usus. Pemeriksaan pH
tinja perlu dilakukan bila ada dugaan malabsorbsi karbohidrat, di mana pH tinja di bawah 6,
di sertai tes reduksi positif menunjukan adanya intoleransi glukosa. Pewarnaan gram perlu di
lakukan untuk mengetahui diare oleh karena infeksi bakteri, jamur, dan sebagainya. Selain itu
dapat di periksa sifat tinja berupa volume baik itu banyak dan berbau busuk menunjukkan
adanya infeksi dan bila terdapat kelainan demikian, dapat langsung di lakukan kultur tinja.
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas, tinja pucat (steathore)
menandakan kelainan di proximal ileosekal. Diare seperti air bisa terjadi akibat kelainan
pada semua tingkat dari GI tract. Adanya makanan yang tidak tercerna di saluran cerna
adalah manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dengan dinding usus.
Sedangkan bau asam menunjukkan adanya penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna.
Perlu di bedakan perdarahan yang disertai diare atau perdarahan yang menyertai tinja normal.
Pada colitis infeksi dan colitis ulcerosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan yang
menyertai tinja normal ada keganasan, hemoroid. Polip dan lainnya. Pemeriksaan fisik tinja
normal tidak selalu menyingkirkan kelainan organic.7
Pemeriksaan Darah
Idealnya pemeriksaan darah di lakukan setelah pemeriksaan tinja. Bila pemeriksaan tinja saja
belum mengarah ke diagnosis. Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan suatu
protein losing enteropathy akibat inflamasi intestina seperti anemia defesiensi besi, B12 serta
asam folat pada gangguan absorbsi. Kadar B12 rendah adanya pertumbuhan bakteri yang
berlebihan pada semua tempat di usus kecil. Kadar albumin rendah menunjukkan adanya
tanda protein loosing dari peradangan di ileum, yeyunum, kolon atau pada syndrome
malabsorbsi. Semua keadaan di atas perlu konfirmasi dengan biobsi. Eusinofil dapat di
jumpai pada gastroenteritis eusinofilik, alergi makanan, atau infeksi parasit diusus.
Pemeriksaan serologis terhadap amoeba harus dilakukan. Pada pasien dengan kecurigaan
infeksi kronik perlu di periksa juga kemungkinan imunodefisiensi.7
Working Diagnosis
7
Anak laki-laki 7 tahun, mengalami diare sejak 2 hari yang lalu, disertai demam 38.5
C. Selama sakit anak ini hanya meminum obat penurun panas dan tidak berobat ke dokter.
Frekuensi diare 6x/hari, konsistensi cair, dan tidak ada darah dan lendir. Sejak 1 hari yang
lalu, anak ini menjadi tidak nafsu makan dan asupan cairan berkurang. Beberapa jam
sebelum berobat, anak menjadi lemas dan hanya terbaring di tempat tidur, sehingga Ibunya
memutuskan untuk membawa anak tersebut ke UGD RS terdekat. Menurut Ibunya anak ini
terakhir membuang air kecil sudah 4 jam yang lalu. Pada PF, didapati anak tampak sangat
lemah, TD 90/60, denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas 20x/menit cepat dan dalam,
temperatur 39 C, kelopak mata cekung, bibir kering dan pecah-pecah, turgor kulit kembali
sangat lambat, akral hangat.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, memang pasien sudah mengarah pada
diagnosa diare akut dengan adanya dehidrasi ringan tetapi ada beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penegakkan diagnosis dari diare, yaitu dengan menemukan penyebab
terjadinya diare. Untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah,
pemeriksaan kimia darah, elektrolit, pemeriksaan tinja. Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya, yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1,5
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, diare akut didefinisikan
sebagai pasase tinja yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar
negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari
diare akut. Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infektif bila
tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. Diare organik adalah bila
ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik. Diare
fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab organik.1,5
Differential Diagnosis
1. Diare Infeksius dengan Penyebab Virus.
8
Virus yang dihubungkan dengan gastroenteritis pada anak adalah rotavirus,
calisivirus, adenovirus enterik, astrovirus, dan anggota agen Norwalk. Rotavirus
merupakan penyebab diare yang paling sering di musim dingin yang dapat
menyebabkan sakit sedang sampai berat, sedangkan pada remaja menyebabkan sakit
ringan. Invasinya pada epitel usus kecil bagian atas dapat menyebar ke kolon bila
berat. Bisa juga menyebabkan kerusakan pada villosa, defisiensi disakaridase
sekunder sementara, dan peradangan lamin propria. Muntah dapat berlangsung
selama 3-4 hari, dan diare dapat berlangsung selama 7-19 hari.8
2. Diare Infeksius dengan Penyebab Bakteri
Ada beberapa bakteri yang sering menimbulkan diare, diantaranya Escherichia coli,
hanya strain tertentu yang dapat menyebabkan diare. E. coli diklasifikasikan menurut
mekanisme diare, yaitu enteropatogenik (EPEC), enterotoksigenik (ETEC),
enteroinvasive (EIEC), enteroadheren (EAEC), dan enterohemorrhagik (EHEC).
EPEC dan ETEC melekat pada sel epitel usus kecil bagian atas dan melepas toksin
yang merangsang sekresi usus dan membatasi absorpsi. EIEC menginvasi kolon,
menghasilkan kerusakan mukosa dengan peradangan akut. EPEC menyebabkan
kejadian epidemi diare pada tempat penitipan anak. ETEC merupakan penyebab
Traveller’s Diarrhea. EHEC (O157:H7) menyebabkan kolitis hemorrhagik dan
sebagian kasus Hemolytic Uremic Syndrome. Bakteri lain adalah Salmonella, yang
ditularkan melalui kontak dengan binatang yang terinfeksi atau dari produk-produk
makanan yang terkontaminasi dan juga menginvasi mukosa usus. Bakteri lain adalah
Shigella, yang dapat menghasilkan toksin, baik hanya toksin atau kombinasi dengan
invasi jaringan. Biasanya selain diare, disertai demam tinggi, dan kejang-kejang.
Untuk bakteri Campylobacter jejuni, dapat menyebabkan 15% kejadian diare akibat
bakteri, infeksi menular melalui kontak dengan orang yang sedang diare dan juga
melalui air dan makanan yang terkontaminasi. C. jejuni ini menginvasi mukosa
jejenum, ileum, dan kolon yang menyebabkan enterokolitis. Kebanyakan dapat
sembuh spontan sebelum diagnosis ditegakkan. Bakteri lain berupa Yersenia
enterocolitica, ditularkan melalui binatang peliharaan dan makanan. Bakteri lain
adalah Clostridium difficile merupakan penyebab lazim diare akibat antibiotik. Pada
keracunan makanan ada beberapa tanda khusus berupa onset yang mendadak, suatu
sumber bersama, muntah epidemik, dan diare.8
9
3. Diare Infeksius dengan Penyebab Parasit
Parasit yang sering adalah Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia di Amerika
Utara. Amebiasis pada iklim yang lebih panas, sedangkan giardiasis bersifat endemik
di seleruh USA. Tempat infeksi dari E. histolytica adalah di kolon, walaupun bisa
invasi ke hati, paru, dan otak. Onsetnya akut, berdarah, dan terdapat leukosit.
Penularan G. lamblia adalah melalui kista yang tertelan, baik dari kontak individu
ataupun dari makanan, air tawar yang terkontaminasi tinja. Menginvasi epitel
duodenum dan jejenum dengan onset yang samar. Manifestasinya berupa anoreksia,
mual, muntah, kembung, asistensi abdomen, diare cair, intoleransi laktosa, dan
penurunan berat badan. Parasit lain adalah Cryptosporidium pada anak adalah dapat
sembuh sendiri.8
4. Alergi makanan terutama terhadap susu sapi, apabila terdapat eksim atau atopi
lainnya.
Alergi makanan didefinisikan sebagai suatu reaksi terhadap protein makanan yang
merugikan, yang disebabkan oleh suatu hipersensitivitas imun, yaitu suatu interaksi
antara sedikitnya satu protein makanan dengan satu atau lebih mekanisme imun.
Reaksi yang merugikan terhadap makanan dapat merupakan masalah, terutama pada
bayi dan anak, serta dapat memberikan spektrum yang luas dari reaksi-reaksi klinis
seperti gejala pada kulit, gastrointestinal , serta gejala lainnya. Pada bayi-bayi muda,
kulit dan saluran gastrointestinal merupakan organ target yang paling umum terkena,
sedangkan gejala-gejala respiratorik sangat jarang tampak. Adapun gejala gejala
gastrointestinal meliputi sindrom alergi total, anafilaksis gastrointestinal,enterokolitis
karena protein makanan, kolitis karena makanan, refluks gastroesofageal, dan
sebagainya.3,9
Etiologi
Kepentingan relatif dan sifat-sifat epidemiologi patogen diare bervariasi sesuai
dengan lokasi geografis. Anak-anak di negara sedang berkembang menjadi terinfeksi dengan
berbagai kelompok patogen bakteri dan parasit, sedang semua anak di negara maju serta
negara yang sudah berkembang akan mendapat rotavirus, dan pada banyak kasus
enteropatogen virus lain dan G. lamblia selama usia 5 tahun pertamanya. Diare akut atau
diare jangka pendek dapat disertai dengan salah satu bakteri, virus atau parasit yang terdaftar
pada Tabel 1. Diare kronis atau menetap yang berakhir 14 hari atau lebih lama dapat karena
10
agen infeksius, termasuk G. lamblia, Cryptosporidium, dan E. coli enteroagregatif atau
enteropatogenik, setiap enteropatogen yang menginfeksi hospes terganggu imun; atau gejala-
gejala sisa karena cedera usus oleh setiap enteropatogen pascainfeksi akut. Ada banyak juga
penyebab diare noninfeksius pada anak seperti cacat anatomik sistem pencernaan (malrotasi,
striktura, atrofi mikrofili), malabsorpsi (defisiensi disakaridase, garam empedu lumen
berkurang, inefisiensi pankreas), kelainan hormonal, keracunan makanan, keganasan, dan
berbagai macam penyebab lainnya.58
Tabel 1. Agen-agen Penyebab Diare8
Bakteri Virus Parasit
Aeromonas sp. Astrovirus CryptosporidiumBacillus cereus Calicivirus Cyclospora sp.Campylobacter jejuni Coronavirus Entamoeba histolyticaClostridium perfringens Adenovirus enterik Enterocytozoon bieneusiClostridium difficile Norwalk virus Giardia lambliaEscherichia coli Rotavirus Isospora belliPlesiomonas shigellosis Strongyloides stercoralisSalmonellaShigellaStaphylococcus aureusVibrio choleraeVibrio parahaemolyticusYersinia enterocolitica
Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang atau nonradang, dan
enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya, diare
radang akibat Aeromonas spp., Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E. coli
enteroinvasif, dan E. coli enterohemorhagik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella sap.,
Shigella spp., Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare nonradang dapat
disebabkan oleh E. coli enteropatogen, E. coli enterotoksik, dan Vibrio cholerae.8
Enteropatogen parasit berupa Giardia lamblia adalah penyebab parasit diare
yang paling sering di Amerika Serikat, patogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba
histolytica, Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon bieneusi. Dua agen
terakhir ditemukan paling sering pada orang-orang dengan sindrom defisiensi imun didapat
(AIDS). Penderita diare biasanya tidak perlu mempunyai tinjanya untuk diperiksa telur dan
parasit kecuali kalau ada riwayat perjalanan ke daerah endemik baru-baru ini, biakan tinja
negatif untuk enteropatogen lain, dan diare menetap selama lebih dari 1 minggu; mereka
merupakan bagian dari ledakan serangan diare; atau mereka menderita gangguan imun.
11
Pemeriksaan lebih dari satu spesimen tinja mungkin perlu untuk menegakkan diagnosis.
Obat-obat tertentu, senyawa anti diare, dan barium dapat mengganggu identifikasi
enteropatogen parasit. Enteropatogen virus didapati empat penyebab gastroenteritis virus
adalah rotavirus, adenovirus enterik, astovirus dan kalsivirus.8
Epidemiologi
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian
setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada
16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta kunjungan dokter, 220.000
penginapan di rumah sakit, 924.000 hari rumah sakit, dan 400-500 kematian. Mekanisme
penularan utama untuk patogen diare adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang
merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian. Enteropatogen yang infeksius pada
pemasukan (inokulum) yang sedikit (Shigella, virus enterik, Giardia lamblia,
Cryptosporidium. dan mungkin Eschericia coli 0157:H7) dapat ditularkan dengan kontak
dari orang ke orang. Faktor-faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi dengan
enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah
endemik, kekurangan ASI, pemajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau
air yang terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan pengunjung pusat perawatan harian.8
Patofisiologi
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi/patomekanisme
sebagai berikut, yaitu osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik,
sekresi cairan dan elektrolit meninggi disebut diare sekretorik, malabsorpsi asam empedu,
malabsorbsi lemak, defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit,
motilitas dan waktu transit usus abnormal, gangguan permeabilitas usus, inflamasi dinding
usus, disebut diare inflamatorik, infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.1
Diare osmotik, diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. Diare sekretorik, diare tipe ini
12
disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi.
Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma),
reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium
sulfosuksinat).1
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak, Diare tipe ini didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan
hati. Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit, diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ ATP-ase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal. Motilitas dan waktu transit usus abnormal, diare tipe
ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi
yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus,
pasca vagotomi, hipertiroid.1
Gangguan permeabilitas usus, diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik), diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan
mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air dan elektrolit. Inflamasi
mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis
ulseratif dan penyakit Crohn). Diare infeksi, diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi
atas non invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa).1
Bakteri non invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri
tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik antara lain kolera (Eltor).
Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat
menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (cAMF) di
dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat
dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium,
ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion
13
kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan
glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.1
Patogenesis
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor
kausal (agent) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari
faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu
daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya lekat kuman.1
Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit, yaitu diare karena bakteri non
invasif (enterotoksigenik). Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.cholerae Eltor,
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), dan C. perfringens. V. cholerae eltor mengeluarkan toksin
yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini
menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus,
sehingga meningkatkan kadar adenosisn 3’,5’-siklik monofosfat (cAMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion
bikarbonat, kation natrium dan kalium (Gambar 1).1
Gambar 1. Ilustrasi
Diare Invasif dan Non-Invasif.10
Diare karena bakteri/parasit invasif (enterovasif). Bakteri yang merusak (invasif)
antara lain Enteroinvasive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe
C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
14
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau
demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis.
Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi B, S. typhimurium, S.
enterriditis, S. choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E. histolitika dan Glamblia.1
Di negara maju, infeksi virus merupakan penyebab pada 50-60 persen gastroenteritis
akut pada anak berusia di bawah 5 tahun. Rotavirus, virus RNA rantai ganda, merupakan
agen utama yang menjadi penyebab epidemi gastroenteritis musim dingin. Terdapat beberapa
strain Rotavirus dan strain agen-agen lain seperti Astrovirus, Calicivirus, yang berbeda dan
hal ini merupakan kendala dalam pengembangan vaksin yang efektif. Muntah dapat
merupakan satu-satunya gambaran klinis yang nyata, karena diare mungkin tidak terjadi
selama beberapa jam dan bahkan kemudian tinja yang cair dapat risalah tafsirkan sebagai
urine pada popok yang basah. Sering terdapat kolik abdomen dengan nyeri tekan yang tidak
dapat dijelaskan serta bising usus yang meningkat. Harus diingat bahwa muntah dan diare
mungkin merupakan gejala klinis pada kondisi yang memerlukan tindakan bedah, seperti
apendisitis, penyakit Hirschsprung, dan intususepsi. Muntah dan diare juga dapat merupakan
akibat gangguan non-gastrointestinal seperti infeksi saluran napas atas, infeksi urine, dan
meningitis.10
Manifestasi Klinis
Kebanyakan manifestasi klinik dan sindrom-sindrom klinik dari diare sangat erat
hubungannya dengan patogen yang menginfeksi dan juga jumlah patogen yang masuk ke
dalam tubuh manusia untuk tumbuh. Manifestasi lain juga berhubungan dengan
perkembangan dari komplikasi yang mungkin muncul, misalnya dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit, dan keadaan natural dari patogen tersebut. Biasanya toksin
yang tertelan (misalnya, Staphylococcus aureus) dihubungkan dengan onset yang sangat akut
dari mual dan muntah sekitar 6 jam, dengan kemungkinan disertai demam, keram perut, dan
diare setelah 8-72 jam. Diare yang berair dan keram perut setelah inkubasi selama 8-16 jam
bisa dikarenakan oleh bakteri penghasil enterotoksin, yaitu Clostridium perfringens, dan
Bacillus cereus. Keram perut dan diare yang berair setelah 16-48 jam dari masa inkubasi bisa
dihubungkan dengan infeksi karena Norovirus, beberapa bakteri penghasil enteroroksin,
Cyptosporidium, dan Cyclospora. Beberapa organisme, termasuk didalamnya Salmonella,
Shigella, Campylobacter jejuni, Yersinia enterocolitica, Enteroinvasive Escherichia coli, dan
Vibrio parahaemolyticus, menghasilkan diare yang mengandung darah yang dibarengi
15
dengan keberadaan leukosit di feses, yang dapat dihubungkan dengan keram perut, tenesmus,
dan juga demam, kelainan diatas menandakan disentri akibat bakteri.11
Diare berdarah dan keram perut setelah 72-120 jam masa inkubasi dihubungkan
dengan infeksi akibat dari Shigella dan juga Shigatoxin-producing Escherichia coli (E. coli
O157: H7). Organisme yang dihubungkan dengan disentri atau diare yang memiliki darah
juga bisa menyebabkan diare berair saja tanpa dibarengi dengan demam atau dapat berlanjut
pada komplikasi yang lebih berat akibat dari disentri. Meskipun banyak manifestasi dari
gastroenteritis akut pada anak adalah tidak spesifik, beberapa gejala klinik dapat membantu
mengidentifikasi kategori luas dari diare dan memungkinkan pemberian antibiotik atau tata
laksana diare lainnya sesuai dengan faktor penyebab. Terkadang mungkin saja ada terjadi
tumpang tindih antar gejala-gejala. Prediksi positif seseorang menderita disentri sangat
buruk, tetapi prediksi seseorang terkena diare akibat bakteri bisa lebih baik dengan tidak
adanya tanda-tanda disentri. Penentuan penyebab hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium.11
Komplikasi
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa di antaranya
membutuhkan pengobatan khusus.3
a. Hipernatremi
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-
lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
adalah cara terbaik dan paling aman.3
b. Hiponatremi
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremi (Na < 130 mol/L). hiponatremi sering terjadi pada
anak dengan shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman
dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi.3
c. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kasium
glukonas.3
16
d. Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K <3,5 mEq/L. hipokalemi dapat menyebabkan
kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan
sesudah diare berenti.3
e. Kejang
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorpsi glukosa.
Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan intravena.
Pada anak yang mengalami dehidrasi walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh
karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk ,
hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebih 40oC , hipernatremia
atau hiponatremia.3
f. Diare persisten atau diare kronik
Faktor seperti malnutrisi, defisiensi imun, defisiensi mikronutrien dan ketidaktepatan
terapi diare menjadi faktor risiko terjadinya diare berkepanjangan. Pada akhirnya
diare berkepanjangan akan menjadi diare persisten yang memiliki konsekuensi
enteropati dan malabsorpsi nutrisi lebih lanjut. Dua faktor utama mekanisme diare
kronis adalah faktor intralumen yang berkaitan dengan proses pencernaan dalam
lumen, termasuk gangguan pankreas, hepar dan brush border membran. Faktor
lainnya adalah faktor mukosal yang mempengaruhi pencernaan dan penyerapan
sehingga berhubungan dengan segala proses yang mengakibatkan perubahan
integritas membran mukosa usus maupun gangguan pada fungsi transport protein. 3
Penatalaksanaan
Sebagian besar penyakit diare pada anak disebabkan oleh infeksi. Pada sebagian
besar kasus, tidak perlu dilakukan identifikasi terhadap organisme penyebab, karena proses
penyakit swasirna dan pengobatan serupa apapun penyebabnya. Terapi utama adalah
rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi sampai diare mereda serta menghindari malnutrisi akibat
kurangnya asupan nutrien.12
17
Namun, pada beberapa keadaan identifikasi patogen akan mengubah pengobatan
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Apabila tinja mengandung leukosit dan
atau darah makroskopik atau anak tampak toksik, kemungkinan infeksi bakteri invasif
meningkat, dan harus dilakukan biakan tinja. Demikian juga, diare pada anak dengan
gangguan kekebalan atau yang dirawat inap memerlukan evaluasi yang lebih ekstensif karena
risiko infeksi oportunistik. Selain itu, virus atau bakteri enteropatogen dapat menimbulkan
enteropati pascaenteritis yang memerlukan pemantauan nutrisi yang teliti, pada kelompok
usia ini lebih sering terjadi intoleransi laktosa persisten yang memerlukan perubahan
temporer susu formula. Karena kemungkinan sekuele semacam ini, anak perlu diperiksa
untuk mengukur hidrasi dan nutrisi secara objektif (misalnya, berat anak) serta dipantau
selama perjalanan penyakitnya. Pada neonatus dengan diare diperlukan “pikiran yang
terbuka” mengenai kemungkinan kausa noninfeksi, dan diagnosis penyakit diare kongenital,
termasuk gangguan malabsorpsi primer, kelainan transportasi, dan defek di struktur membran
brush border, harus dipertimbangkan.12
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima di seluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit diare. Larutan
rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau berapa pun kadar
natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral yang optimal harus dapat
mengganti air, natrium, kalium, dan bikarbonat, dan larutan tersebut juga harus isotonik atau
hipotonik. Penambahan glukosa ke dalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan
memanfaatkan kotransportasi natrium yangdigabungkan dengan glukosa yang maksimal
apabila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110 sampai 140 mmol/L (2,0 sampai 2,5
g/L). Pada larutan rehidrasi oral yang berbahan dasar serealia, glukosa digantikan oleh
polimer kompleks yang terhidrolisis di usus untuk menghasilkan pasokan glukosa dan asam
amino secara bertahap untuk mempermudah kotransportasi natrium. Larutan-larutan ini sama
efektifnya dengan larutan yang mengandung glukosa.12
Penelitian klinis telah membuktikan bahwa larutan rehidrasi oral dengan konsentrasi
natrium 30 sampai 90 m£q/L aman dan efektif untuk pengobatan diare nonkolera. Dengan
demikian, larutan yang sama dapat digunakan untuk rehidrasi dan terapi pemeliharaan.
Namun, apabila digunakan larutan rehidrasi dengan konsentrasi natrium yang tinggi (75
sampai 90 mEq/L) untuk mengganti defisit natrium selama rehidrasi awal, untuk mengganti
pengeluaran yang terus berlanjut harus digunakan larutan dengan konsentrasi natrium yang
18
lebih rendah (40 sampai 50 mEq/L) karena kekhawatiran akan hipernatremia. Clear liquids,
misalnya jus, soda pop, dan Gatorade kurang mengandung natrium dan kalium untuk
mengganti kehilangan melalui diare, yang masing-masing antara 35 sampai 50 mEq/L dan 15
sampai 40mEq/L. Pencampuran larutan rehidrasi oral dengan “clear liquids” ini harus
dihindari, karena hal ini akan mengencerkan konsentrasi natrium dan/atau kalium dan pada
sebagian besar kasus, meningkatkan konsentrasi glukosa melebihi kadar efektif.12
Terapi rehidrasi oral harus digunakan pada semua anak dengan dehidrasi ringan
sampai sedang. Defisit cairan harus diganti dengan lebih sering memberikan cairan melalui
botol, sendok, atau tegukan selama 4 sampai 6 jam pertama. Anak dengan dehidrasi 5% akan
memerlukan 50 sampai 75 mL/kg selama periode awal untuk mengganti defisit dan
mengatasi pengeluaran yang terus terjadi. Namun, kita sangat sulit membedakan secara
prospektif antara dehidrasi ringan dan sedang hanya berdasarkan pemeriksaan fisik. Dengan
demikian, kombinasi parameter klinis misalnya pertambahan berat, pemulihan nadi normal,
pengeluaran urine dan berat jenisnya, turgor kulit, dan tingkat aktivitas keseluruhan dapat
digunakan untuk menilai efektivitas rehidrasi. Setelah rehidrasi tercapai, terapi pemeliharaan
dengan larutan rehidrasi oral harus terus menggantikan pengeluaran yang terus
berlangsung.12
Kontraindikasi pemakaian TRO adalah syok, volume tinja lebih dari 10 mL/kg/jam,
ileus, atau intoleransi monosakarida. Pada pasien dengan temuan-temuan ini, rehidrasi harus
menggunakan cairan intravena. Pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau minum, larutan
rehidrasi oral dapat diberikan melalui selang nasogastrik atau gastrostomi. Muntah sering
terjadi pada penyakit diare. Muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian TRO dan
tidak menurunkan angka keberhasilan keseluruhan TRO.12
Setelah rehidrasi yang adekuat tercapai, masalah berikutnya yang perlu diatasi
adalah pemulihan makanan yang normal dan sesuai usia. Secara tradisional, selama diare
akut dianjurkan “pengistirahatan usus” parsial atau total, sebagian didasarkan pada observasi
bahwa pemulihan makan secara dini dapat meningkatkan frekuensi dan volume buang air
besar. Sayangnya, hal ini juga menyebabkan malnutrisi, dengan hampir tanpa asupan kalori,
anak dapat kehilangan 1 sampai 2% berat tubuhnya per hari. Penyerapan sebagian nutrien
mungkin terganggu selama pemulihan dari diare, tetapi secara rata-rata, lebih dari 80%
karbohidrat dan lebih dari 50% protein dan lemak dalam makanan diserap. Selain itu, bahan
bakar enterosit berupa glutamin dan asam lemak rantai pendek mungkin mempercepat
19
pemulihan pasca infeksi usus. Dengan demikian, jelaslah bahwa re-feeding harus diusahakan
segera setelah rehidrasi.12
Pilihan makanan awal mungkin mencakup makanan yang mudah diserap, misalnya
nasi dan mi gandum serta makanan komplementer, seperti pisang yang banyak mengandung
kalium. Makanan yang diberikan dalam jumlah sedikit dan sering juga diserap lebih baik.
Makanan yang kandungan gulanya tinggi misalnya jus buah dapat menyebabkan diare
osmotik dan seharusnya dihindari. Para anak yang secara eksklusif atau secara primer
mendapat susu sapi atau susu formula komersial harus diamati secara cermat apabila mereka
terus mengonsumsi susu. Sebagian besar anak dapat mentoleransi rejimen ini, tetapi pada
sebagian akan terjadi asidosis atau dehidrasi rekuren. Sebaiknya dilakukan penundaan selama
24 sampai 48 jam pemberian makanan, dan penggunaan formula bebas laktosa mungkin ber-
manfaat.12
Pemberian obat anti diare mungkin dibutuhkan. Terdapat tiga kategori obat
antidiare, yaitu obat intralumen, obat antimotilitas, dan obat antisekretorik. Obat intralumen
mencakup adsorben, bulk-formingfiber (serat pembentuk massa tinja), dan obat lain yang
mengubah mikroflora usus. Obat intralumen yang paling luas digunakan adalah suspensi
tanah liat atau silikat yang berfungsi sebagai absorben. Tersedia berbagai preparat yang
terdiri dari hanya tanah liat atau tanah liat dicampur dengan pektin (Kaopectate) dan atau
opiat antimotilitas (Donnagel). Magnesium alumunium silikat aktif yang disebut atapulgit
adalah suatu absorben yang terdapat pada Diasorb dan Rheaban. Senyawa-senyawa ini jelas
mengubah konsistensi tinja. Bulk-formingfibers misalnya polikarbofil, metilselulosa, benih
psilium, dan serat kedelai yang ditambahkan ke dalam formula bayi juga efektif sebagai zat
penormal tinja hidrofîlik. Namun, walaupun silikat dan bulk-formingfiber mungkin
menyebabkan pemulihan ‘kosmetis’, masih belum jelas apakah keduanya antidiare sejati
yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan dalam kehilangan air tinja total. Dua obat yang
mengubah mikroflora usus terbukti efektif dalam pengobatan penyakit diare. Saccharomyces
boulardii, yang merupakan ragi nonpatogen, dapat digunakan untuk mengobati dan
mengurangi angka kekambuhan enterokolitis Clostridium difficile; Lactobacillus GG dapat
mengurangi keparahan dehidrasi retrovirus.12
Opiat, termasuk paregorik serta obat sintetik, seperti kodein, difenoksilat, dan
loperamid sering digunakan sebagai obat antimotilitas untuk pengobatan simtomatik diare
ringan pada orang dewasa. Karena efek sampingnya, obat-obat ini jangan digunakan secara
20
rutin untuk diare akut pada anak. Efek samping utama opiat adalah sedasi dan ileus usus,
tetapi keduanya minimal pada loperamid. Ileus yang ditimbulkan oleh opiat dapat
memperparah infeksi yang sudah ada, terutama disenteri, dan penimbunan cairan sekresi di
usus. Cairan ini dapat menyesatkan pemeriksa karena menimbulkan perasaan aman palsu
berkaitan dengan potensi dehidrasi. 12
Somatostatin dan analog sintetik okteotrid adalah peptida inhibitorik yaitu
antisekretorik yang merangsang penyerapan natrium dan klorida serta menghambat sekresi
klorida. Bismut subsalisilat memiliki baik efek antimikroba maupun antisekretorik. Pepto-
Bismol, yang mengandung, bismut subsalisilat dan campuran tanah liat magnesium alumi-
nium silikat, terbukti efektif dalam mengobati traveller’s diarrhea dan sebagai terapi adjuvan
untuk larutan rehidrasi oral dalam mengurangi keparahan dan durasi diare infantilis. Namun,
kita harus berhati-hati dalam pemakaian bismut subsalisilat, karena kemungkinan salisilisme
akut dan kronik serta ensefalopati bismut kronik akibat pemberian yang berlebihan.12
Sebagian besar diare pada anak terutama pada bayi disebabkan oleh virus, karena itu
antibiotik pada bayi dengan diare hanya diberikan pada kasus tertentu saja. Pemberian obat
antidine yang banyak beredar saat ini meskipun dari beberapa laporan memperlihatkan hasil
yang baik dalam hal lama dan frekuensi diare. Tetapi, hal ini belum dimasukkan ke dalam
rekomendasi penanganan diare pada anak. 13
Pada kasus-kasus yang memang memerlukan antibiotik, ternyata dapat menurunkan durasi
diare dan keparahan dari diare serta juga mencegah terjadinya komplikasi. Walaupun
penggunaan antibiotik biasanya untuk satu buah mikroba saja, tetapi karena penyebarannya
yang meluas dapat saja dengan mudah berakhir pada resistensi akibat antibiotik.
Nitazoxanide sebuah anti infeksi sudah bisa digunakan untuk beberapa jenis patogen, baik
dari virus, bakteri, maupun parasit.11
Prognosis
Prognosis biasanya bagus karena kebanyakan kasus gastroenteritis adalah kasus
yang dapat sembuh dengan sendirinya. Biasanya keadaan anak akan membaik dengan
dilakukan rehidrasi intravena. Pasien yang diberikan rehidrasi secara oral yang adekuat akan
memperlihatkan perbaikan dirinya secara bertahap.14
21
Di negara maju, dengan perbaikan yang mencukupi, prognosis memang memiliki
hasil yang baik. Tetapi dari data kematian yang diakibatkan oleh diare tampak meningkat
pada anak-anak di Amerika Serikat. Faktor resiko terjadinya kematian ini antara lain,
kelamin laki-laki, ras hitam, bayi berat lahir rendah, dan angka Apgar yang rendah. Kematian
umumnya dikarenakan dehidrasi dan malnutrisi sekunder dari rehidrasi oral yang diberikan.
Dehidrasi berat harus diperbaikki dengan cairan secara parenteral. Pada saat malnutrisi dari
malabsorpsi sekunder terjadi, prognosis menjadi kurang baik, kecuali kalau pasien ini di
rawat di rumah sakit dan suplemen secara parenteral dapat segera dimulai.15
Pencegahan
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penderita, jas panjang bila ada
kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara perolehan enteropatogen dan cara-
cara mengurangi penularan. Penderita yang mendatangi pusat perawatan harian harus
dipisahkan dari pusat atau dirawat pada daerah tersendiri sampai diare telah mengurang.
Kasus diare yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica, episode akibat E. coli 0157:H7,
Giardia. Campylobacter, Salmonella. Shigella, V. cholerae dan V. parahaemolylica harus
dilaporkan pada departemen kesehatan setempat. Vaksin tersedia untuk mencegah atau
mengubah infeksi oleh Salmonella typhi dan Vibrio cholerae. Kedua vaksin mempunyai
penggunaan terbatas di Amerika Serikat.8
Kesimpulan
Diare yang dialami anak pada kasus diatas adalah diare akut dengan dehidrasi ringan
berdasarkan pengklasifikasian menurut WHO. Terapi yang terpenting adalah pemberian
rehidrasi oral sedini mungkin guna mencegah dehidrasi lebih lanjut. Namun, anak juga tetap
harus diberikan diet seperti biasa dan tidak boleh dipuasakan guna mempercepat proses
penyembuhan epitel usus halus. Dengan pelaksanaan yang tepat serta kerja sama yang baik
dari orang tua dalam menangani kasus diare akut yang disertai dehidrasi ini, prognosis dari
kasus diatas baik.
22
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: InternaPublishing;
2009.h.548-55.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2008.h.63
3. UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI . Buku ajar gastroenterologi-hepatologi.
Ed ke-3. Jakarta : Badan penerbit IDAI;2012.h.87-116,125.
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid III.
Jakarta: P.T. Gramedia. 2004. Hal 630-40.
5. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: kedokteran klinis. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.50-2.
6. UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI . Buku ajar gastroenterologi-hepatologi.
Ed ke-3. Jakarta : Badan penerbit IDAI;2012.h.87-116,125.
7. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B, EM Halimun: edisi ke2
Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
8. Behrman RE, Kliegman RM, penyunting. Nelson esensi pediatri. Edisi ke-4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h.510-5,889-93.
9. Saputra L, Gultom E. Sinopsis pediatri. Jakarta : Binarupa Aksara;2012.h.228.
10. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.157-60.
11. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th
Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.p.1605-17.
12. Appleton, Lange. Buku ajar pediatri rudolph. Volume II. Edisi ke-20. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.1142-5
13. Diare pada Anak, Bagaimana Menanganinya?, diunduh dari http://www.idai.or.id/
kesehatananak/artikel.asp?q=1987415145752, 19 Mei 2013.
14. Pediatric Gastroenteritis Follow-up, diunduh dari http://emedicine.medscape.com/
article/964131-followup#a2650, 19 Mei 2013.
23
15. Diarrhea Follow-up, diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/928598-
followup#a2650, 19 Mei 2013.
24