51
Sistem saraf otonom (SSO) dan sistem saraf pusat (SSP) 1 Ika rafika Munadi Bayu Putra .S.Farm.,Apt 150 2010 089 BAB I Pendahuluan I.2 Latar belakang Tubuh manusia memiliki sistem organ yang saling berkegantungan satu sama lain. Sistem tersebut menjalankan tugas faalnya secara masing-masing. Agar dalam melaknsanakan tugasnya tidak terjadi benturan maka didalam tubuh dilengkapi deng an sistem pengatur yang biasa dikenal dengan sistem saraf. Sistem saraf adalah sistem koordinasi atau kontrol yang bertugas menerima rangsangan, menghartarkan rangsangan keseluruh tubuh dan memberikan tanggapan kepad a rangsangan tersebut. Sistem saraf juga biasa dikatakan sebagai  jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf manusia dibagi menjadi dua y aiu sitem sadar dan sistem saraf tak sadar (SSO).sistem saraf dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi., dimana sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis(sumsum tulang belakang), yang berfungsi sebagai pusat pengaturan. Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi.obat y ang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas SSP secara spesifik umum. Ada beberapa kelompok obat yang memperlihatkan seektivitas yang jelas  berpengaruh pada sistem saraf pusat misalnya obat psikotropika, obat antiepilepsi, obat parkinsom, obat analgetik narkotika dan analgetik antipireik-antiinflamasi  Non steroid.

Tugas Laporan Fartok II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semogaaa...

Citation preview

Sistem saraf otonom (SSO) dan sistem saraf pusat (SSP)

Sistem saraf otonom (SSO) dan sistem saraf pusat (SSP) 36

BAB I PendahuluanI.2 Latar belakang Tubuh manusia memiliki sistem organ yang saling berkegantungan satu sama lain. Sistem tersebut menjalankan tugas faalnya secara masing-masing. Agar dalam melaknsanakan tugasnya tidak terjadi benturan maka didalam tubuh dilengkapi dengan sistem pengatur yang biasa dikenal dengan sistem saraf.Sistem saraf adalah sistem koordinasi atau kontrol yang bertugas menerima rangsangan, menghartarkan rangsangan keseluruh tubuh dan memberikan tanggapan kepada rangsangan tersebut. Sistem saraf juga biasa dikatakan sebagai jaringan komunikasi dalam tubuh.Sistem saraf manusia dibagi menjadi dua yaiu sitem sadar dan sistem saraf tak sadar (SSO).sistem saraf dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi., dimana sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis(sumsum tulang belakang), yang berfungsi sebagai pusat pengaturan.Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi.obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas SSP secara spesifik umum. Ada beberapa kelompok obat yang memperlihatkan seektivitas yang jelas berpengaruh pada sistem saraf pusat misalnya obat psikotropika, obat antiepilepsi, obat parkinsom, obat analgetik narkotika dan analgetik antipireik-antiinflamasi Non steroid.pengobatan dengan menggunakan obat telah dilakukan olah masyarakat sejak dulu. Akan tetapi mereka tidak mengetahui efek samping dan cara kerja obat tersebut. Pengetahuan seperti ini hanya dimiliki oleh seorang farmasis yang telaha diarahkan dalam hal formulasi bahan obat. Hal seperti inilah yang membedakan farmasi dengan cabang ilmu lainnya.alasan itulah percobaaan itulah analgetik, antipiretik, psikotropika dan antikonvullsi dipandang perlu dilakukan.I.2 Maksud dan tujuan praktikum I.2.1 Maksud Praktikum

I.2MaksuddanTujuanPraktikumI.2.1 Maksud PraktikumMaksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek dari obat-obat yang bekerja pada sistem susunan saraf otonom dan sistem saraf pusat yang meliputi golongan anestesi, hipnotik sedatif, depresan, stimulan saraf pusat, analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi.I.2.2Tujuan PraktikumTujuan praktikum ini adalah :1. Menentukan efektifitas pemberian obat sistem saraf otonom yakni adrenalin, cendotropin, propanolol, cendocarpin, adrenalin denganpropanolol, dancendotropindengancendocarpin kombinasi cendocarpindengan cendotropin,dan adrenalin dengan propanolol terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).2. Menentukan efektifitas pemberian obat anestesi yakni eter, CHCl3, AlOH terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).3. Menentukan efektifitas pemberian obat hipnotik sedatif yakni diazepam dan fenobarbital terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).4. Menentukan efektifitas pemberian obat antidepresan yakni cpz dan amitripilin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).5. Menentukan efektifitas pemberian obat stimulan yakni diazepam, fenobarbital, dan amitripilin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).6. Menentukan efektifitas pemberian obat analgetik yakni renadinac, tramadol, asam mefenamat, cataflam, dan natrium diklofenak terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).7. Menentukan efektifitas pemberian obat antipiretik yakni ibuprofen dan sanmol terhadap hewan coba kelinci (Orictolagus cuniculus).8. Menentukan efektifitas pemberian obat antiinflamasi yakni eltazon, aspilet, ponstan, dexametazon, askardia terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

I.3PrinsipPercobaana. SistemSarafOtonomPenentuan efektifitas pemberian obat sistem saraf otonom yakni adrenalin, cendotropin, propanolol, cendocarpin, adrenalin denganpropanolol, dancendotropindengancendocarpin kombinasi cendocarpindengan cendotropin, dan adrenalin dengan propanolol terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) berdasarkan pengamatan efek farmakodinamik yang timbul setiap interval waktu 0,15,30,45,60.b. SistemSarafPusat1. AnestesiPenentuan efektifitas pemberian obat anestesi yakni eter, CHCl3, AlOH berdasarkan onset dan durasinya.2. Hinotik-SedatifPenentuan efektifitas pemberian obat hipnotik sedatif yakni diazepam dan fenobarbital berdasarkan parameter lama waktu tidur.3. AntidepresiPenentuan efektifitas pemberian obat antidepresan yakni cpz dan amitripilin berdasarkan frekuensi dan durasi diam dari mencit (Mus musculus) yang digantung pada statif.4. StimulansarafpusatPenentuan efektifitas pemberian obat stimulan yakni diazepam, fenobarbital, dan amitripilin berdasarkan frekuensi dan durasi diam selama mencit (Mus musculus) di masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air.5. AnalgetikPenentuan efektifitas pemberian obat analgetik yakni renadinac, tramadol, asam mefenamat, cataflam, dan natrium diklofenak yang diinduksi dengan plat panas berdasarkan jumlah pengangkatan kaki dengan interval waktu 15, 30, 45, 60.6. AntipiretikPenentuan efektifitas pemberian obat antipiretik yakni ibuprofen dan sanmol yang diinduksi dengan pepton 1% berdasarkan pengukuran suhu rektal hewan coba kelinci (Oriptolagus cuniculus) pada interval waktu 15, 30, 60.7. AntiinflamasiPenentuan efektifitas pemberian obat antiinflamasi yakni eltazon, aspilet, ponstan, dexametazon, askardia yang diinduksi dengan karagen 1% berdasarkan pengukuran volume radang dari kaki hewan coba mencit (Mus musculus).

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori Umum Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitar (Sylvia dkk. 2006).Sistem saraf dibedakan atas dua divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan sel-sel saraf yang terletak diluar otak dan medula spinalis yaitu saraf-saraf yang masuk dan keluar SSP. Sistem saraf tepi selanjutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu neuron yang membawa sinyal dari otak dan medula spinalis kejaringan tepi , serta divisi aferen yang membawa informasi dari perifer ke SSP (Mycek, 2001).Pada umumnya sistem saraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat, seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos, dan sekresi kelenjar (Mycek, 2001). sistem saraf yang mengkoordinasi sistem-sistem lainnya di dalam tubuh dibagi dalam ada kelompok, yakni (Tjay, 2008) :a. Susunan saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.b. Sistem saraf perifer, yang mencakup : Susunan saraf otonom (SSO) Saraf otak dan tulang belakangSistem saraf berfungsi Menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi dalam tubuh. Merubah rangsangan ini dalam perangsangan saraf, menghantar dan memprosesnya,serta Mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui implus-implus yang dibebaskan dari pusat ke perifer.Sistem saraf terdiri dari sel-sel (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Scwan). Neuron adalah sel-sel sistem saraf khusus peka rangsang yang nenerima masukan aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik, dan menyalurkan masukan motorik atau masukan eferen ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar yaitu organ-organ efektor. Neuroglia merupakan penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula spinalis, sedangkan sel Schwan merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal diluar sistem saraf pusat (Sylvia dkk, 2006).Sistem saraf dibagi menjadi : sistem saraf pusat (SSP), dan sistem saraf tepi (SST). SSP terbagi atas otak dan medula spinalis. SST terdiri dari neuron aferen dan neuron eferen sistem saraf somatis (SSS) dan neuron sistem saraf otonom / viseral (SSO). SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang. Selanjutnya SSP dilindungi pula oleh suspensi dalam cairan serebrospinal yang dibentuk dalam ventrikel otak (Faiz dkk, 2003).Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil mata, lambung dan usus. Sistem saraf ini dapat dipicu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat (sulistia, 2009).Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem endokrin mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf menghantarkannya melalui transmisi impuls listrik secara cepat melaui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ efektor, dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi neuromediator. Obat-obat yang menghasilkan efek teraupetik utamanya dengan menyerupai atau mengubah fungsi sistem saraf otonom (Mycek, 2001)System saraf otonom dibedakan atas system saraf simpatik dan parasimpati. Dimana system saraf simpatis ini mempertahankan derajat keaktifan, juga mempunyai kemampuan untuk memberikan respons pada situasi stress dan trauma. Efek dari system saraf simpatis yaitu meningkatkan irama jantung, dan tekanan darah, sedangkan pada system saraf parasimpatik mempunyai respons Fight or Flight (mycek, 2001).Obat-obat yang mempengaruhi system saraf otonom dibagi dalam 2 sub grup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhi. Grup pertama adalah obat-obat kolinergik ,bekerja terhadap reseptor yang di aktifkan oleh asetilkolin. Grup kedua adalah obat-obat adrenergic bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin. Obat kolinergik dan adrenergic bekerja dengan memacu atau menyekat neuron dalam system saraf otonom.( Mary J.Mycek, 2001)A. Neurotransmitter agonis kolinergikNeurotransmisi dalam neuron kolinergik meliputi 6 tahap, yaitu sintesis, penyimpanan, pelepasan, dan ikatan asetilkolin pada reseptor, diikuti kemudian oleh tahap kelima yaitu penghancuran neurotransmitter dala celah sinaptik, dan tahap keenam adalah daur ulang kolin (Mycek, 2001). Reseptor kolinergik (Mycek, 2001):1. Reseptor MuskarinikReseptor ini selain ikatannya dengan asetilkolin mengikat pila muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah terhadap nikotin. Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi dan organ efektor otonom, seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin.2. Reseptor NikotinReseptor ini selain mengikat asetilkolin dapat pula mengenal nikotin, tapi afinitas lemah terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun selain itu akan menyekat reseptor itu sendriri. Reseptor nikotin ini terdapat didalam sistem saraf pusat (SSP), medula adrenalis, ganglia otonom dan sambungan neuromoskular.B. Antagonis KolinergikAntagonis kolinergik disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik mengikat kolinoreseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperantai reseptor seperti lazimnya. Yang paling banyak bermanfaat dari golongan obat ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif (Mycek, 2001).C. Neuron AdrenergikNeuron adrenergik melepas norepinefrin sebagai neurotransmitter. Neuron-neuron ini di temukan dalam SSP dan sistem saraf simpatis yang melayani mata rantai antara ganglia dan organ efektor. Neuron adrenergik dan reseptor adrenergik yang terletak baik pada neuron presinaptik dan pasca sinaptik pada organ efektor merupakan tempat kerja obat adrenergik (Michael, 2006).Reseptor adrenergik terdiri dari (Mycek, 2001):a. Reseptor 1 : reseptor-reseptor ini terdapat pada membran pasca sinaptik organ efektor dan memerantarai sedemikian banyak efek klasik, ditandai umumnya sebagai alpha-adrenergik yang menimbulkan konstriksi otot polos.b. Reseptor 2 : reseptor-reseptor ini terletak terutama pada ujung saraf parasinaptik yang mengatur keluaran neuronediator adrenergik dan sel lainnya seperti sel beta pankreas untuk pengaturan keluaran insulin. Bila saraf adrenergik simpatis adrenergik dipacu, norepinefrin yang dilepas akan menyebrangi celah sinaptik dan berinteraksi dengan reseptor 1.c. Reseptor : Reseptor menunjukkan suatu seri respon yang berbeda dari reseptor . Perbedaan ini ditandai oleh respon kuat terhadap isoproterenol dengan kurang pekanya terhadap epinefrin dan norepinefri.Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selerah makan, sulit konsentari atau kelemahan fisik (WHO,2006). Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan menggau aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya keinginan untuk bunuh diri (Gunawan,2007).Kelainan depresi mayor dan kelainan distimik merupakan dua tipe kelainan depresi yang tercantum pada diagnostik dan statistikal manual of mental dissorder. 4th ed., tekst revision (DSM-IV-TR). Gambaran penting pada kelainan depresi mayor adalah keadaan klinis yang ditandai dengan satu atau lebih episode depresi tanpa riwayat mania, gabungan depresi-mania atau hipomania. Kelainan distimik adalah gangguan suasana hati (mood) kronis yang melibatkan depresi suasana hati dan sekurangnya dua gejala yang lain, dan kelainan ini pada umumnya lebih ringan dibandingkan kelainan depresi mayor (sukandar, 2008).Beberapa obat antidepresi generasi pertama (MAO inhibitor, antidepresi trisiklik), antidepresi generasi kedua: golongan SSRI (Selective serotonin Reuptake Inhibitors) dan antidepresi generasi ketiga: golongan SNRI ( Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitor). Perkembangan antidepresi baru memang cukup pesat yang ditujukan untuk meminimalkan efek samping yang sering terjadi pada antidepresi generasi pertama untuk meningkatkan khasiatnya (Gunawan,2007).Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yangtidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. (Than Hoan Tjay,2002)Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan menenangkan penggunanya. Keadaa sedasi juga merupakan efek samping dari banyak obat yang khasiat utamanya tidak menekan SSP, misalnya antikolinergika. (Than Hoan Tjay,2002).Anastetika lokal atau zat-zat penghalang ras setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibelpenerusan impuls-impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. (Than Hoan Tjay,2002)Penyakit Parkinson (dari nama seorang dokter Inggris James Parkinson, 1817) merupakan suatu penyakit yang umum dan terdapat di seluruh dunia. (Than Hoan Tjay,2002)Antidepresiva .Yang dimaksud dengan antidepresiva adalah senyawa yang mapu melakukan perbaikan pada gejala depresi. Berbagai antidepresiva bekerja dengan cara yang berbeda-beda yakni Menghilangksn depresi, memperbaiki mood, Mengaktifkan psikomotorik (menaikkan aktivitas) dan/atau, Menekan psikomotorik (mengurangi aktivitas) dan angsiolitik.( Mutschler, 1991).Neuroleptika adalah senyawa yang terutama pada skizofrenia dan psikosis mempunyai kerja antipsikotik, tanpa mempengaruhi kesadaran dan kemampuan intelektual secara berarti (Ernst, 1999).Parkinson merupakan gangguan neurologik gerakan otot, bersifat progresif, dengan tanda-tanda tremor,kaku otot, brodikinesia, (lambat dalam memulai gerakan ), kelainan posisi tubuh dan cara-cara berjalan.(mycek,2002)II.2 Uraian Bahan 1. Air suling (ditjen POM, 1979)Nama resmi: AQUADESTILLATANama lain: air sulingBM/RM: 18,02/H2OPemerian: cairan jernih, tidak berwrna, tidak berbau dan tidak berasa Penyimpanan: dalam wadah tertutup baikKegunaan: sebagai pelarut2. Adrenalin (Ditjen POM : 1979)Nama resmi :EpinephiriumSinonim:AdrenalinPemerian :Serbut hablur, renik putih atau kekuninganKelarutan : Agak sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol (95%)P dan dalam eter P; mudah larut dalam larutan asam mineral, dalam natrium hidroksida P dan dalam kalium hidroksida P, tetapi tidak larut dalam amonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam alkali atau netral, berubah menjadi merah jika kena udara.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat berisi nitrogen, terlindung dari cahaya.Kegunaan: Obat percobaan sistem saraf otonom3. Atropine (Ditjen POM, 1995)Nama resmi : ATROPIN SULFATNama lain: Atropin sulfatBM/RM: 694, 84/ (C17H23NO3)2H2SO4.H2OPemerian: hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak berbau, mengembang diudara kering, perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanolPenyimpanan: dalam wadah tertutup baikKegunaan: antimuskarinik4. Aqua Pro Injeksi (Ditjen POM, 1979)Nama resmi : AQUA STERILIE PROINJEKSINama lain: aqua steril injeksiPemerian: cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbauPenyimpanan:dalam wadah tertutup kedap, jika disimpandalam wadah tertututp dengan kapas berlemakharus digunakan dalam waktu 5 hari setelahpembuatan.Wadah : wadah dosis tunggal dikaca atau plastic steal lebih dari 4 LKegunaan: sebagai larutan control5. Asam mefenamat (Ditjen POM, 1995)Nama resmi: ACIDUM MEFENAMICUMNama lain: asam mefenamatBM / RM: 241,28 / C15H15O2Pemerian: serbuk hablur, putihatau hamper putih, melebur pada suhu lebih kurang 230o C disertai peruraian.Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, praktis tidak larut dalam air. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baikKegunaan : sebagai obat analgetik 6. Fenobarbital (Ditjen POM : 1995)Nama resmi: Fhenobarbitali compressiSinonim : Tablet fenobarbitalKelarutan : Dalam waktu 45 menit harus tidak larut kurang dari 75% (Q) C12H12Q2O3 dari jumlah yang tertera pada etiket. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Obat percobaan hipnotik/sedatif dan stimulan7. Ibuprofen (Martindale : 2009)Nama resmi : IbuprotenumSinonim : IbuprofenPemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih; bau khas lemah.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam methanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan : Obat percobaan antipiretik 8. Klopromazin (Ditjen POM : 1995)Nama Resmi: Chlopromazini HydrochloridumSinonim: Klorpromazin HidrokloridaPemerian: Serbuk hablur, putih agak krem putih ; dalam etanol dan dalam kloroform : tidak larut dalam eter dan dalam benzena.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform; tidak larut dalam eter dan dalam benzena.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan : Obat percobaan antidepresan9. Propranolol (Ditjen POM : 1995)Nama resmi :Propranol HydrochloridumSinonim:Propranol HidrokloridaPemerian :Serbut hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa pahit.Kelarutan:Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapatKegunaan :Obat percobaan sistem saraf otonom10. Sanmol Nama Resmi:

II.3. Uraian Obat1. Adrenalin (Ganiswarna : 2007) Zat Aktif:EpinefrinGolongan : Agonis adrenergikmudah menimbulkan serangan jantung.Farmakodinamik:Pada umumnya, pemberian epinefrin menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Ada beberapa perbedaan karena neurotransmitter pada saraf adrenergik adalah NE. Efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.Farmakokinetik:Pada penyuntikan, absorpsi lambat karena vasokontriksi lokal, dapat dipercepat dengan memijat tempat penyuntikan.Interaksi Obat:Epinefrin akan memperkuat kerja kardiovakular pada pasien dengan hipertiroidisme. Bila di dalam tubuh terdapat kokain, maka epinefrin akan menambah efek kardiovaskularnya.Dosis:Dosis > 6 tahun 0,3 0,5 mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis. Dosis < 6 tahun 0,01 mg/kg sampai 0,5 mg setiap 20 menit sebanyak 3 dosis. 2. Atropin (Mycek, 1997)Nama paten : Hycocyamin, homatropinIndikasi : secret hidung, mulut, paring,dan bronkus. Mabuk kendaraan, mengurangi sekresi lender dalam nafas pada anastesi terutama pada anastesi inhalasi.Kontaindikasi: gagal ginjal, jantung dan hipertroti prostat.Efek samping: pada organ mudah efek samping mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering terjadi tetapi tidak membahayakan. Pada organ tua efek sentral terutama sindrom dimensi dapat terjadi.Farmakodinamik: atropine memblok asetilkolin endogen eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Atropine merangsang medulla oblongata serta pusat lain di otak.Farmakokinetik: pemberian atropine pada sebagian obat tetes mata, terutama anak dapat menyebabkan absorbs dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal sehingga menimbulkan efek sistemik bahkan keracunan.Dosis: oral ;3 dd 0,4-0,6 mg tablet tetrad.3. Pilokarpin (Gunawan, 2007)Nama paten: Cenco carpin, EpicarpineIndikasi: anti glaucoma simpleks kronik glaucoma tertutupKontraindikasi: Glaukoma tertutupEfek samping: musl, muntah dan efek kolinergik perifer lainnyaFarmakodinamik: pilokarpin menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat, air mata dan air ludah penyuntikkan IV biasanya terjadi kenaikan tekanan darah.Farmakokinetik: efek utamanya yang menyangkut terapi dapat terlihat pada pupil mata, usus dan sambungan saraf otot.Dosis: pada glaucoma 2-4 dd 18-20 tetes larutan 1-3% (klorida, nitrat).4. Asam mefenamat (Mycek,2001, gunawan 2007)Nama generic: asam mefenamatNama dagang: lendsonIndikasi: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore nyeri reumatik dan demamEfek samping: saluran certna sering timbul misalnya dyspepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambungKontraindikasi: ulkus peptic atau intestinal kerusakan ginjal, asma yang sensitive terhadap AINSFarmakodinamik: inhibisi reversible siklooksogenaseFarmakokinetik: metabolismenya yaitu hepaticDosis: dewasa : awal 500 mg kemudian 250 mg tiap 6 jam maksimal 7 hari. Dismenore awal 500 mg kemudian 250 mg tiap 6 jam.4. Fenobarbital (Gunawan, 2003, mycek, 2001)Nama generic: fenobarbital Gol obat : ZentropilIndikasi:fenobarbital digunakan ungtuk mengobati hiperbiliribinemia dan kernicterus pada neonatesKarena penggunaannya dapat menaikan glukoronil trasferas hati dan ikatan biliburin Y proteinefek samping:Fenobarbital dapat menimbulkan kelelahan, kurang gairah keletihan pada orag dewasa dan insomnia, hiperkinesia dan agresi pada anak-anak (dan rasa bingung pada orang usia lanjut). Gangguan ringan pada alam perasaan, daya ingat kemampuan belajar timbul pada semua usiaFarmakokinetik: sebagian besar fenobarbital dimetabolisme dalam hati, tetapi bagian subtansial dari obat ini diekskresi dalam bentuk asli oleh ginjalFarmakodinamik:meningkatkan efek penghambatan GABA denga cara berkaitan pada kompleks reseptor GABA kanal klorida dan juga hambatan pransinaps pembebasan neurotransmitter yang bersifat mengenksitasiDosis:30-60 mg pada orang dewasa dan anak : 4 mg/kg BB5. Paracetamol (Guanwan, 2003)Nama generic:paracetamolNama dagang:acetaminophenIndikasi: meringankan rasa sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demamEfek samping:penggunaan jangka lama dan dosis besar menyebabkan kerusakan hatiKontraindikasi:kekurangan glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan ginjalFarmakokinetik:paracetamol dan fanacetin di absorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai dalam waktu jam dan massa paru plasma antara 1+3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dan dalam plasma, 25%, paracetamol dan 30% fanacetin terikat protein plasmaFarmakodinamik:efek analgesic paractamol dan fanasetin serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan /mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang serupa dengan salisilatDosis:untuk nyeri dan demam oral 2-3 dan 0.5-1 gram maksimum 4 g/hari para penggunaan kronis maksimum 2,5 g/hari.6. Amitriptilin (gunawan, 2007)Nama generic: amitriptilinGol.obat: antidepresanIndikasi: pengobatan ansietas sedang s/d berat yang berhubungan dengan sedang s/d berat. Kontaindikasi: glaucoma, hipersensitif terhadap benzodiasepin, atau antidepresan trisiklik.Efek samping: mengantuk, mulut kering, kostifasi, penglihatan kabur, pusing, perut terasa penuh.Farmakokinetik: efek-efek menonjol (akut sedative), timoleftik (mencerahkan suasana) agak sama kuatnya seperti ansiolitik ( melenyapkan rasa takut), tidak meningkatkan motifasi).Farmakokinetik: -Interaksi obat : tidak boleh diberikan bersama dengan vit dan MAOIDosis: tersedia dalam bentuk tablet berlapis gula 10 dan 25mg .7. Klorfromazin Zat aktif: klorfromazinGol obat: largactilIndikasi: skizofrenia, mania, balisme, sindrom tourette, cegukan.Kontraindikasi: hyperplasia prostat, kerusakan pada hati dan ginjal, glaucoma sudut sempit, cacat jantung, disregulasi ortostatik.Efek samping: gejala estrapiramidal akatasia, parkisonisme, hipotensi, ortotasik, mulut kering, mengantuk, pandangan kabur, retensi urin.Farmakodinamik: klorfromazin berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil diambil dari kata large action.Farmakokinetik: pada umunya semua fenitiazin diabsorbsi dengan baik bila diberikan peroral maupun parenteral penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenitiazin mengalami hidroklrosilasi dan konjugasi sebagian lagi diubah menjadi sulfoksid yang kemudian disekresikan bersama fases dan urin, setelah pemberian klorpromazin dosis besar, maka masih ditemukan sekresi krorpromazin atau metabolitnya selama 6-12 bulan.Interaksi obat: -Dosis: dewasa ; 250 -600 mg/ hari, anak 4,6 x 0,5 mg/kgBB/hari.8. Asam mefenamat Zat aktif: asam mefenamat Gol.obat: antiinflamasiIndikasi: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah operasi, nyeri reumatik, nyeri tulang belakang, demam. Kontaindikasi: tukak petik, kerusakan ginjal, asma yang sensitive terhadap AINSEfek samping: reaksi hematologi, dan kulit, gangguan ginjal.Farmakodinamik: inhibisi reversible siklooksigenaseFarmakokinetik:absorbs 70%, tidak terdapat bioavailabilitas plasma kemudian ikatan protein plasma 99%, waktu paruh 2-4 jam dam metabolism haepatik, eliminasi 50% di fasef 20 % diginjal.Dosis: dosis awal 500 , tiap 6 jam (maks 7 hari ).9. Dexamethason Zat aktif: DexamethasonGol.obat: kortikosteroidIndikasi : reaksi alergi yang memberi respon terhadap kortikosteroid seperti urtikaria, rhinitis alergi, dermatitis akut atau kronik.Interaksi obat : Meningkatkan efek sedasi obat hipnotik sedative. meningkatkan efek hipokalemia dengan diuretic tertentu.Kontaindikasi : ulkus peptic, infeksi jamur. Efek samping : mengantuk,mulut kering,keluhan lambunh, resestensi air dan elektrolit Dosis : dewasa : 1 tab 3-4x/hari 10. Parasetamol Zat aktif : parasetamol Gol.obat : AntipiretikIndikasi : antipiretik dan Analgesik Interaksi obat : memperkuat kerja vasopressin. Absobpsi asetaminofen dihambat oleh propantelin dan dipercepat olah metoklopamid.Kontaindikasi : hipersensitif, gangguan fungsi hati.Efek samping : Mual, muntah, diare, diaphoresis, pucat, sakit perut. Kerusakan hati. Dosis : 500 mg tab dws 1-2 tab 3x/hr11. Diazepam Zat aktif: Diazepam Gol.obat: Analgesik (non opiat)Indikasi: sakit kappa psikis, nyeri saraf, nyeri pinggang,reumatik.Interaksi obat : depresan SSP, alcohol, klorpromasin, simetidin.Kontaindikasi : psikosis berat, kecendrungan berdarah, porfiria.Efek samping : mengantuk, pusing, amnesia, gangguan penglihatan, hipotensi, ketergantungan.Dosis : 2 mg, 1 kapsul 3x/hr12. Tramadol Zat aktif: Tramadol Hcl Gol.obat: Analgesik opiatIndikasi: nyeri akut atau kronik berat,termasuk nyeri pasca operasiInteraksi obat : efek analgesic dan sedasi meningkatkan pada penggunaan bersama dng obat yang bekerja pd ssp seperti transquilizer dan hipnotik.Kontaindikasi: hipersensitif terhadap tramadol atau opiate. Mendapat terapi MAOI, itoksikasi akut alcohol.Efek samping : pusing, lelah, sakit kepala, pruritis, berkeringat,kulit kemerahan.Dosis : 50-100mg/jam (IV,IM) maks : 600 mg13. Piroxicam Zat aktif: Piroxicam Gol.obat: OAINSIndikasi : mengatasi rasa nyeri,imflamasi, kekakuan pada RA,OA.Interaksi obat : Antikoagulan oral,asetaminofen, aspirin,indometasin.Kontaindikasi : tukak lambung aktif, sedang menggunakan aspirin atau AINS lain.Efek samping : sakit kepala, mengantuk, mual, dyspepsia, muntah, ruam kulit, perut kembung.Dosis : spondilitis ankilosa awal 20mg/hr dosis tunggal. Pemeliharaan 10-20 mg/hr dosis tunggal.14. Eflagen Zat aktif: diklofenak Gol.obat: OAINSIndikasi: pengobatan jangka pendek imflamasi,setelah trauma seperti terkilir.Interaksi obat : litium, digoksin, diuretic hemat kalium,AINS lain.Kontaindikasi : tukak lambung, dalam serangan asma, urtikaria.Efek samping : nyeri lambung, diare, mual, muntah, kram perut,dispensia, pusing, sakit kepala, vertigo, telinga berdeging.Dosis : dosis awal 100-150 mg/hrII. 4 Uraian Hewan Coba1. Klasifikasi hewan coba (Malole, 1995)a. Klasifikasi mencit (Mus musculus)Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataClass : MamaliaOrdo:RodentiaFamilia : MuridaeGenus : MusSpesies: Mus musculus b. Klasifikasi Kelinci (Oryctolagus cuniculus)Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataClass: MamaliaOrdo: TheriaFamily: LogormoiphisGenus: OryctolagusSpecies: Oryctolagus cuniculus2. Karakteristik hewan coba (Malole, 1995)a. Karakteristik mencit (Mus musculus)Konsumsi pakan/hari: 5 g/100 g BBKonsumsi air minum : 8-11 ml/ 100 g BBDiet protein: 12%Ekskresi urin: 5,5 ml/ 100 g BBLama hidup: 2,5 3 tahunBobot badan dewasa : jantan 300-400 g Betina 250-300 gBobot lahir : 5-6 gRasio kawin : 1 jantan, 3 atau 4 betinaJumlah kromosom: 42Suhu rektal : 37,5oCLaju respirasi : 85 kali/ menitDenyut jantung : 300-500 kali/menitSel darah merah: 7,2-9,6 x 106/LSel darah putih: 14 x 103/LKadar hemoglobin: 15,6 g/Lb. Karakteristik Kelinci (Oryctolagus cuniculus)Berat badan dewasa: Jantan 2,0-5,0 kgLuas Permukaan tubuh: 2,5 kg = 1270,0 cm2Temperatur tubuh: 38,0-39,6oCMulai dikawinkan: Jantan 6-10 bulan Betina 5-9 bulanJumlah anak: 4-10Produksi anak: 4-6/bulanVolume tidal: 4,6 ml/kgVolume darah: 57-67 ml/kgTekanan darah : 90-130/60-90 mmHgGlukosa serum: 75-150 mg/dlKolesterol: 35-53 mg/dlBAB IIIMETODE KERJAIII.1. Alat yang Digunakan Airator Benang godam Erlenmeyer 50 ml Gelas piala 50 ml, 500 ml Gelas ukur 5 ml Labu takar 10 ml, 50 ml Lumpang + alu Mixer Setrika (plat panas) Spoid oral + kanula Spoit + jarum spoit Statif Termometer Timbangan VialIII.2. Bahan yang Digunakan Adrenalin Air suling Alkohol Amitriptilin Aquadest Aqua Pro Injeksi Asam Mefenamat Ascardia Aspilets Atropin Cataflam Cendokarpin Cendotropin CPz (klorpromazin) Dexamethazone Diazepam Eltason Eter Fenobarbital Ibuprofen Karagen 1 % Na-CMC 1% Natrium diklofenak Pepton 1 % Ponstan Propranolol Renadiac Sanmol TramadolIII.3. Penyiapan Hewan Cobaa. Mencit (Mus musculus) Dipilih mencit jantan yang sehat dengan berat 20 30 gram Mencit dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum perlakuan Mencit ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan berat badannya Mencit diberi kode dengan menggunakan spidol. b. Kelinci (Oryctulangus peniculus) Dipilih kelinci jantan yang sehat dengan berat 1,5 2,5 kg Kelinci dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum perlakuan Kelinci dibersihkan sebelum perlakuan III.4. Cara KerjaIII.4.1. Pembuatan Bahana. Na.CMC 1 % Ditimbang 1 gram Na-CMC serbuk Dilarutkan dalam air suling sebanyak 100 ml dipanaskan hingga suhu kurang lebih 70C. Dimasukkan Na-CMC sedikit demi sedikit kedalam air suling yang telah dipanaskan sambil diaduk menggunakan mixer berkecepatan tinggi. Larutan Na-CMC dimasukkan dalam wadah dan disimpan dalam lemari es.b. Pepton 1 %c. Karagen 1 %III.4.2. Pembuatan Bahan ObatIII.4.3. Perlakuan Hewan Cobaa. Sistem Saraf Otonom Diambil 15 mencit dengan bobot 20 30 gram Mencit dikelompokkan berdasarkan tiap perlakuan. Mencit 1 diberikan Na.CMC sebanyak 1 ml secara peroral Mencit 2 diberikan API sebanyak 0,73 ml secara intraperitonial Mencit 3 dan 4 disuntikkan dengan Adrenalin sebanyak 0,96 ml secara intraperitonial Mencit 5 dan 6 diberikan Propanolol masing-masing 0,83 ml dan 0,76 ml secara peroral Mencit 7 dan 8 disuntikkan dengan Pilokarpin masing-masing 0,7 ml dan 0,73 ml secara intraperitonial Mencit 9 dan 10 disuntikkan dengan Atropin masing-masing sebanyak 0,73 ml dan 0,8 ml secara intraperitonial Mencit 11 disuntikkan Adrenalin sebanyak 0,73 ml secara intraperitonial dan Propanolol sebanyak 0,73 ml secara peroral. Mencit 12 disuntikkan Adrenalin sebanyak 0,86 ml secara intraperitonial dan Propanolol sebanyak 0,86 ml secara peroral. Mencit 13, 14 dan 15 disuntikkan Pilokarpin dan Atropin masing-masing 1 ml; 0,73 ml dan 0,76 ml secara intraperitonial.

BAB IVDATA PENGAMATANIV.1. Tabel PengamatanAnastesiNama ObatBerat MencitVolume Pemerian Waktu

Onset Durasi

Kloroforom21 gr0,7 ml0,4 menit4 menit

Alkohol23 gr0,76 ml29 menit7 menit

Hipnotik-SedatifNama ObatBerat MencitVonlume Pemerian Waktu

Onset Durasi

Diazepam20 gr0,67 ml 10 menit18 menit

30 gr1 ml 12 menit19 menit

Fenobarbital25 gr0,083 ml 20 menit25 menit

25 gr0,83 ml 24 menit30 menit

No CMC25 gr0,083 ml - -

25 gr0,083 ml - -

AntiinflamasiObatBB MencitVolume PemberianVol. Kaki AwalVol. Kaki BengkakVol. Kaki Setelah Perlakuan

15 menit30 menit45 menit60 menit

Na. CMC24 g0,8 ml1,5 cm1,6 cm 1,6 1,51,51,5

Aspilet25 g0,8 ml1,5 cm1,6 cm1,51,51,51,5

Aspilet23 g0,76 ml1,5 cm 1,7 cm1,651,61,51,5

Ponstan25 g0,833 ml1,3 cm1,5 cm1,41,41,31,3

Eltazon20 g0,66 ml1,5 cm1,7 cm1,61,61,41,4

Askardia28 g0,933 ml1,3 cm1,5 cm1,41,31,31,3

Ponstan25 g0,833 ml1,5 cm1,6 cm1,61,51.51,5

Askardia25 g0,833 ml1,2 cm1,6 cm1,51,451,41,4

Dexametasone24 g0,8 ml1,5 cm1,7 cm1,61,51,51,5

Ponstan30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,71,71,61,6

Eltazon30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,61,41,41,4

Askardia22 g0,7 ml1,5 cm1,7 cm1,61,51,51,5

ObatBB MencitVolume PemberianVol. Kaki AwalVol. Kaki BengkakVol. Kaki Setelah Perlakuan

15 menit30 menit45 menit60 menit

Eltazone24 g0,8 ml1,6 cm2,2 cm 1,91,81.71,7

Deksametasone30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,61,61,61,6

Deksametasone21 g0,7 ml1,6 cm1,8 cm1,61,61,61,6

StimulanObatBBSebelum PerlakuanSetelah Perlakuan

FDFD

24242424

Amitriptilin21 g582397261111

Amitriptilin25 g533379634356

Diazepam24 g865385688687

Diazepam25 g7752598178376

Fenobarbital27 g864380101010655

Fenobarbital24 g428049254688

Na. CMC25 g523777426091

AnalgetikObatBBWaktu SebelumPengangkatan kaki mencit

15304560

Renadinac25 g25 g25 g444434321323213

As. Mefenamat27 g25 g23 g747444323232112

Tramadol30 g25 g4614222332

Cataflam23 g23 g5724231212

Na. Diklofenak26 g26 g21 g637125124123112

Na. CMC23 g63354

AntidepresanObatBBSebelum PerlakuanSetelah Perlakuan

FDFD

24242424

Amitriptilin21 g5912566131129

Amitriptilin21 g718161346161454

CPz25 g15179020977810127

CPz29 g2511177325147

Na. CMC25 g131486106121641123

IV.2. Perhitungan % Penurunan

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUPVI.1 KESIMPULAN

VI.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Penuntun Anatomi Fisiologi Manusia. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.Malole, M.B.M. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.Mycek, J. M. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Widya Medika. Jakarta.Mutschler,Ernst.1991.Dinamika Obat Edisis ke-5.Penerbit ITB .BandungSjamsuir,Munaf , 2008.Kumpulan Kuliah Farmakologi.Fakultas Kedokteran Sriwijaya. EGC : JakartaTan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. PT. Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN1. Skema KerjaSSO (Sistem Saraf Otonom)Hewan coba mencit (Mus musculus)

Na.CMC API EPIPropanololPilokarpinAtropin EPI+Prop Pilo+Atro (po) (ip) (ip) (po) (ip) (ip) (ip) (po) (ip) (ip)

Amati efek farmakodinamik

SSP (Sistem Saraf Pusat)1. AnestesiMencit (Mus musculus)

Eter CHCl3AlOH

Onset/durasi

2. Hipnotik sedatif

Mencit (Mus musculus)

Na.CMC(kontrol)FenobarbitalDiazepam

Onset dan durasi

data3. AntidepresiMencit (Musmusculus)

Digantung pada statif

Hitung frekuensi dan durasi diam pada interval waktu 2, 4

Na.CMCCPZAmitripilin

Digantung kembali pada statif

4. StimulanMencit (Mus musculus)

Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air

Diberi perlakuan berupa gelombang pada air dalam gelas kimia

Hitung frekuensi diam mencit pada interval waktu 2, 4

Na.CMCFenobarbitalDiazepamAmitripilin

Dimasukkan kembali ke dalam gelas kimia yang berisi air

Hitung lagi frekuensi dan durasi diam mencit pada interval 2, 45. AnalgetikMencit (Mus musculus)

Letakkan pada alat panas

Hitung jumlah pengangkatan kaki pada interval waktu 15, 30, 45, 60

Na.CMCParacetamolTramadolAsam Mesefenamat Ultracef

Letakan kembali mencit pada alat panas

Hitung jumlah pengangkatan kaki pada interval waktu 15, 30, 45, 606. AntipiretikKelinci (Orictolagus cuniculus)

Ukur suhu rektal

Induksi dengan pepton 1%

Ukur lagi suhu rektal

TramadolParacetamol

Ukur lagi suhu rektal

7. AntiinflamasiMencit (Mus musculus)

Diukur volume kaki (awal)

Na.CMC CataflamAspilIbupro Dexa Asmet Melox Na.Diklo

Diamkan selama 30

Diukur volume inflamasi pada interval waktu 15, 30, 45, 60

2. Nama paten obat1. Asam mefenamat Ponstan tablet 500 mg Spartan kapsul 250 mg Analspec kaplet 500 mg Mefiutor kapsul 250 mg Stanalin kapsul 250 mg2. Paracetamol Sanmol 500 mg Tramadol 500 mg Sumagesik tab Dumin syrup Biogesik3. Propanolol Venasma tab 2 mg Asmacare tab 2 mg Acram ampul Perdipine ampul 2 g Acram kaplet 300 mg4. Piroxicam Infeld caps Pirofel kaps 10 mg Faxiden kaplet 20 Rosic kaps 10 mg Tropidemo kaps 10 mg5. Dexa Corsona tab Dexa-M ampul Piradexon Inthesa ampul Indexon ampul 5 mg6. Diazepam Proneoron caplet Valdimex tab Hedix tab Cetalgin tab Valium ampul7. Fenobarbital Sibital ampul Kolkartiol kaps 0,25 MGC Thiamet kaps 500 mg Farmadol tab Inticol kaps 500 mg

Ika rafika MunadiBayu Putra .S.Farm.,Apt150 2010 089