63
DIABETES MELITUS LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA LAPORAN PRAKTIKUM DIABETES MELITUS NAMA : VINDI RESKI RAYANTI STAMBUK : 15020120246 KLS/KLP : 47/VI (enam) ASISTEN : IMAM ADI WICAKSANA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA VINDI RESKI RAYANTI AULIA WATI RUSLI S.Farm,.M.Si,.Apt 150 2012 0246

Laporan Diabetes Melitus Pindong Fartok III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fartok iii

Citation preview

DIABETES MELITUS

DIABETES MELITUS

LABORATORIUM FARMAKOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIALAPORAN PRAKTIKUMDIABETES MELITUS

NAMA : VINDI RESKI RAYANTISTAMBUK : 15020120246KLS/KLP : 47/VI (enam)ASISTEN : IMAM ADI WICAKSANA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR2014BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDiabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah Sedangkan diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.DM merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dibentuk di hati dalam makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK).Hiperglikemia jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).DM juga meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.B. Maksud percobaanMengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).C. Tujuan PercobaanUntuk menentukan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yaitu Glibenklamid, Metformin dan kontrol Na CMC juga untuk dapat mengetahui efek antidiabetes dari obattersebutpada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 10%.D. Prinsip percobaan Prinsip dari percobaan ini yaitu penentuan efek obat-obat antidiabetik yaitu Glibenklamid dan Metformin serta kontrol Na.CMC pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa 10%.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori Umum Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya ( Rab, 2008).Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang sampai sekarang belum dapat disembuhkan.Istilah DM dapat menimbulkan ketakutan bagi individu yang menderitanya (diabetisi), kecemasan berkelanjutan dan akhirnya menimbulkan depresi.Depresi yang dirasakan oleh diabetisi dapat berupa kemurungan, keputusasaan, ketidakberdayaan, pikiran yang berulang tentang kematian, terutama pada diabetisi dengan komplikasi yang terus berkembang. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Golden seorang doktor dari RS Johns Hopkins di Baltimore, Maryland, yang menyatakan bahwa diabetisi terutama yang telah mendapatkan pengobatan akan meningkatkan risiko terjadinya gejala depresi (McWright, 2008).Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah. (Tjay,2002). Insulinmerupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin pada peptida C, keduanya disekresi oleh sel- pankreas (Mycek, 1995).Depresi memang telah dihubungkan dengan ketidakpatuhan terhadap rekomendasi pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan pada diabetisi diakibatkan oleh faktor stresor, yaitu perubahan gaya hidup yang lama dengan gaya hidup yang baru dalam kurun waktu yang lama. Perubahan yang terjadi sesuai dengan anjuran dokter, untuk menjaga kadar gula darah tetap normal, salah satunya yang menjadi terpenting adalah dengan patuh dalam mengatur pola makan (diit). Prinsip pengaturan makanan yang banyak dikenal/popular di masyarakat kita adalah prinsip 3 J, yaitu jadwal makan, jumlah makan dan jenis makanan.Dalam praktek masyarakat masih banyak diabetisi yang belum dapat melaksanakannya dengan benar sesuai program yang telah diberikan (Darmono, 2005).Depresi juga membuat pasien menjadi lebih sulit menerima pengobatan yang diperlukan.Secara psikodinamik, depresi merupakan agresivitas yang dibalik, dimana rasa sesal dan kemarahan karena kehilanganitu dibalikkan pada diri sendiri.Penderita depresi cenderung merusak diri sendiri dengan menolak untuk makan, menolak obat, melakukan tindakan yang berbahaya bahkan bunuh diri.Penderita depresi cenderung mencintai keadaan depresinya sebagai satu defence mechanisme" yang dibutuhkan karena itu mereka sering menolak bantuan atau upaya pengobatan dari siapapun (Wicaksono, 2008).Gejala klinisseseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu : ( Darmono, 2005)1. Keluhan TRIAS : banyak minum, banyak kencing dan penururnan berat badan. 2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl3. Kadar glukosa darah dua jama sesudah makan lebih dari 200 mg/ml.keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (soeparman, 1998).KLASIFIKASIDokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009).1. Tipe I:Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM)/Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.2. Tipe II:Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus(NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.3. DM tipe lainKarena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.KomplikasiBeberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalaha.) Akutb.) Hipoglikemia dan hiperglikemia Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Brunner and suddarth, 2002).c.) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus Neuropati diabetik Retinopati diabetik Nefropati diabetik Proteinuria Kelainan koroner Ulkus/gangren (Soeparman, 1998 )PATOFISIOLOGIPada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.( soeparman, 1998 ).Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek utama kekurangan insulin yaitu :a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler.c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.Keadaan patologi tersebut akan berdampak :1. Hiperglikemia Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. (Corwin, 2009).Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia) (corwin, 2009).Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut :a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.b. Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.c. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang, dan glukosa hati dicurahkan dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.d. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat) meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak. Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti bakteri dan jamur. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita diabetes melitus mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur. (wicaksono, 2008 ).2. HiperosmolaritasHiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes melitus terjadinya hiperosmolaritas karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang notabene komposisi terbanyak adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).Akibat volume urin yang sangaat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus. (Corwin, 2009).Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380 mosmols/ dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (KHHN) (Mansjoer, 2007 ).3. Starvasi SellulerStarvasi Selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :a. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah.b. Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk gluko neogenesis dalam hati. Hasil dari gluko neogenesis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.Protein dan asam amino yang melalui proses glukoneogenesis akan dirubah menjadi CO2 dan H2O serta glukosa. Perubahan ini berdampak juga pada penurunan sintesis protein.Proses glukoneogenesis yang menggunakan asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen (sebagai unsur pemecah protein) tidak digunakan kembali untuk semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan dieksresikan dalam urine. Ekskresi nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan negative nitrogen.Depresi protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau cidera).c. Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak (lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida, dan gliserol yang akan meningkat bersirkulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas sel. Ketogenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organik (keton), sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer pH darah menurun. Pernafasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi bertambah buruk dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan protein.Adanya starvasi selluler akan meningkatakan mekanisme penyesuaian tubuh untuk meningkatkan pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi selluler juga akan memunculkan gejala klinis kelemahan tubuh karena terjadi penurunan produksi energi. Dan kerusakan berbagai organ reproduksi yang salah satunya dapat timbul impotensi dan orggan tubuh yang lain seperti persarafan perifer dan mata (muncul rasa baal dan mata kabur). Diabetes mellitus jangka panjang member dampak yang parah ke sistem kardiovaskular, terjadi kerusakan di mikro dan makrovaskular.

MIKROVASKULAR Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh-pembuluh kecil. Penyebab penebalan tersebut tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa darah. Penebalan mikrovaskular tersebut menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan. Selain itu, Hb terglikosilasi memiliki afinitas terhadap oksigen yang lebih tinggi sehingga oksigen terikat lebih erat ke molekul Hb. Hal ini menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan berkurang.Hipoksia kronis juga dapat menyebabkan hipertensi karena jantung dipaksa meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk menyalurkan lebih banyak oksigen ke jaringan. Ginjal, retina, dan sistem saraf perifer, termasuk neuron sensorik dan motorik somatic sangat dipengaruhi oleh gangguan mikrovaskular diabetik.Sirkulasi mikrovaskular yang buruk juga akan menganggu reaksi imun dan inflamasi karena kedua hal ini bergantung pada perfusi jaringan yang baik untuk menyalurkan sel-sel imun dan mediator inflamasi. (MCwright, 2008).1. Kerusakan ginjal (Nefropati)Diabetes mellitus kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal sering dijumpai, dan nefropati diabetic merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah kapiler glomerolus akibat hipertensi dan glukosa plasma yang tinggimenyebabkan penebalan membran basal dan pelebaran glomerolus. Lesi-lesi sklerotik nodular, yang disebut nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerolus sehingga semakin menghambat aliran darah dan akibatnya merusak nefron (Corwin, 2009).2. Kerusakan sistem saraf (Neuropati)Penyakit saraf yang disebabkan diabetes mellitus disebut neuropati diabetic. Neuropati diabetic disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang kronis serta efek dari hiperglikemia.Pada jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropati selanjutnya timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi getar dan propoioseptik, dan gangguan motorik yang disertai hilangnya refleks-refkeks tendon dalam, kelemahan oto-otot dan atrofi. Neuropati dapat menyerang saraf-saraf perifer, saraf-saraf kranial atau sistem saraf otonom. Terserangnya sistem saraf otonom disertai diare nokturnal, keterlambatan pengosongan lambung, hipotensi dan impotensi (Corwin, 2009).3. Gangguan penglihatan (Retinopati)Retinopati disebabkan memburuknya kondisi mikro sirkulasi sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh darah retina. Hal ini bahkan bisa menjadi salah astu penyebab kebutaan. Retinopati sebenarnya merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena selain karena gangguan mikrovaskular, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia darah sehingga terjadi penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina.Gangguan awal pada retina tidak menimbulkan keluhan-keluhan sehingga penderita kebanyakan tidak mengetahui telah terkena retinopati. Hal ini baru terdeteksi oleh ahli mata dengan ophtalmoskop.jika gangguan ini dibiarkan dan kerusakan menjadi sangat progresif serta menyerang daerah penting (makula) maka penderita dapat kehilangan penglihatannya. Katarak dan glaukoma (meningkatnya tekanan pada bola mata) juga merupakan salah satu dari komplikasi mata pada pasien diabetes. Oleh karenanya, selain mengontrol kadar gula darah, mengontrol mata pada dokter mata secara rutin juga mutlak dilakukan oleh pasien diabetes (Rab, 2008).MAKROVASKULARKomplikasi makrovaskular terutama terjadi akibat aterosklerosis. Komplikasi makrovaskular ikut berperan dan menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. Pada diabetes terjadi kerusakan pada lapisan endotel arteri dan dapat disebabkan secara langsung oleh tingginya kadar glukosa darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering dijumpai pada pasien diabetes. Akibat kerusakan tersebut, permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel-sel endotel akan mencetuskan reaksi imun dan inflamasi sehinga akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosis. Sel-sel otot polos berproliferasi. Penebalan dinding arteri meyebabkan hipertensi, yang semakin merusak lapisan endotel arteri karena menimbulkan gaya merobek sel-sel edotel.Efek vascular dari diabetes kronis adalah penyakit arteri koroner, stroke, dan penyakit vascular perifer. Pasien diabetic yang menderita infark miokard memiliki prognosis yang buruk dibandingkan pasien diabetes tanpa infark miokard. Penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi pengidap diabetes (Rab, 2008). B. Uraian Hewan Karakteristik hewan coba Karakteristik mencit ( Musmusculus )( Malole, 1989).a. Pubertas: 35 harib. Masa beranak: Sepanjang tahunc. Lama hamil: 19 - 20 harid. Jumlah sekali beranak: 4 12 ekore. Lama hidup: 2 3 tahunf. Masa tumbuh : 6 bulang. Masa laktasi: 21 harih. Frekuensi kelahiran/thn: 4 kalii. Suhu tubuh: 37,3oCj. Respirasi/ menit: 136 216 kali/ menitKlasifikasi hewan coba Klasifikasi mencit (Mus musculus) (Malole ; 1989)a. Kingdom: Animaliab. Phyllum: Chordatac. Sub phyllum: Vertebratad. Class: Mamaliae. Sub class: Theriaf. Ordo: Rodentiag. Familia: Muridaeh. Genus: Musi. Species: Mus musculusC. Uraian Bahana. Air Suling (Ditjen POM, 1995 )Nama resmi : AQUADESTILLATANama lain : Aqua,Air suling RM/BM:H2O/18,02Pemerian :Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai pelarutb. Glukosa (Ditjen POM, 1995)Nama Resmi: DextrosumNama Lain: Glukosa, DekstrosaPemerian: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manisKelarutan: Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanolPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai induksi sumber gulac. Na.CMC (Ditjen POM, 1995)Nama resmi : Natrii carboxymethycellulosumSinonim: Natrium karboksilmetilselulosaBM : 50.000 70.00046,0Pemerian: Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hamper tidak berbau, higroskopik.Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi colloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.Efek samping : Obstruksi usus dan esophagusPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai bahan pensuspensi dan kontrolD. Uraian Obat a.) Glibenklamid (Theodorus, 1996).Golongan: Antidiabetes (sulfonylurea) Indikasi: Diabetes mellitus Farmakodinamik: Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel sel langerhans pancreas. Rangsangannyamelalui interaksinya dengan ATP sensitive K channel Farmakokinetik: Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I. meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui Efek Samping: Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi Insidens efek samping generasi I sekitar 4%.Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II.Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya Kontraindikasi: Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas Interaksi Obat: Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan. Dosis: Permulaan 1 dd 2,5 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg (Tjay, 2004).b.) Metformin (yulinah, 2008).Nama paten: Gliformin Indikasi : Diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan, Efek samping:Efek samping bersifat reversibel pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, muntah, rasa logam pada mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat diobati dengan natrium bikarbonat. Kasus individual dengan matformin adalah anamia megaloblastik, pneumonitis, vaskulitis.Dosis: Dosis awal 0,5 1 gram sehari dosis tunggal atau dosis bagi, maksimum 3 g sehari.Farmakodinamik :Tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada penderita diabetes yang gemuk, ternyata pemberiaan biguanid menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pada orang nonbiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa. Farmakokinetik : Penyerapan biguanid oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan bersamaan dengan insulin atau dulfonilurea. Sebagian besar penderita yang gagal diobati dengan sulfonilurea dapat ditolong dengan biguanid. Farmakologi : Derivat biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan dengan derivate sulfonylurea, obat-obat tersebut kerjanya tidak melali perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran . Pemberian biguanid pada nondiabetik tidak menurunkan kadar glukosa darah, tetapi sediaan biguanid ternyata menunjukkan efek potensial dengan insulin. Indikasi:Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen dan digunakan pada terapi diabetes dewasa.Kontraindikasi: Sediaan biguanid ini tidak dapat diberikan pada penderita dengan penyakit hati berat , penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif.

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat Yang DigunakanAlat yang digunakan dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah : alu batang pengaduk Erlenmeyer 50 ml gelas piala 50 ml gelas ukur 50 ml glucometer lap kasar lumping pipet tetes sendok tanduk spoit 1 ml spoit oral (kanula) sudip stopwatch timbangan analitik.

B. Bahan Yang Digunakan Bahan yang dipakai dalam praktikum antidiabetes mellitus adalah : Aquadest Glibenklamid glukosa 10 % kertas timbang metformin Na CMC 1 % tissueC. Cara kerja 1. Pemilihan dan pemeliharaan Hewan cobaa. Di puasakan hewan coba 6-8 jam sebelum praktikumb. Di timbang hewan coba 1 hari sebelum praktikum c. Di hitung dosis dan volume pemberian obatnya untuk hewan coba2. Penyiapan bahan1. Na CMC 1% a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakanb. Ditimbang dengan seksama 1 gram Na CMC lalu didispersikan dengan air hangat sedikit demi sedikit sebanyak 100 ml.c. Kemudian digerus hingga Na CMC tersebut larut dengan air hangat dan diperoleh larutan yang jernih d. Disimpan dalam lemari es sehari 1 x 24 jam sebelum digunakan.2. Glukosa 10 %a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakanb. Ditimbang glukosa 0,1 gram , kemudian dilarutkan dalam air suling hingga terbentuk larutan.c. Ditambahkan dengan aquades hingga volume larutan mencapai 10 mld. Disimpan dalam lemari es3. Penyiapan obat a. Glibenklamid1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2) Ditimbang glibenklamid sesuai dengan perhitungan.3) Digerus dalam lumpang dan ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit, hingga obat larut4) Dimasukkan dalam labu takar dan dicukupkan hingga 10 ml dan dihomogenkan.b. Metformin 1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2) Ditimbang Metformin sesuai dengan pehitungan3) Dimasukkan dalam lumpang dan digerus kemudian ditambahkan dengan larutan Na CMC sedikit demi sedikit hingga obat tersebut larut, dimasukkan dalam labu takar 10 ml4) Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dan dihomogenkan.

4. Perlakuan hewan coba1. Di ambil seekor mencit2. Di puasakan mencit tersebut3. Di ukur kadar glukosa puasanya4. Di induksi dengan glukosa 10%5. Di ukur kembali kadar glukosa setelah induksi6. Di berikan obat, mencit pertama dan kedua diberikan Na CMC 1%, mecit ketiga dan keempat diberikan metformin dan mencit kelima dan keenam diberikan dengan glibenclamid7. Di ukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu 15 menit, 30 menit, 60 menit.

BAB IVDATA PENGAMATANA. Data PengamatanNama ObatMencit Ke-BB MencitPUASAKadar Glukosa Setelah Induksi306090

Na CMC130 g192 mg/dL123 mg/dL143 mg/dL149 mg/dL124mg/dL

230 g165 mg/dL123 mg/dL113mg/dL170 mg/dL139mg/dL

Metformin330 g183 mg/dL145 mg/dL117 mg/dL73 mg/dL103mg/dL

430 g192 mg/dL194 mg/dL136 mg/dL140 mg/dL141mg/dL

Glibenklamid530 g180 mg/dL125 mg/dL147 mg/dL134 mg/dL164mg/dL

630 g205 mg/dL105 mg/dL131 mg/dL186 mg/dL201mg/dL

B. Perhitungan Persen Penurunana. Na CMC 1 % Mencit I induksi menit ke 30% Penurunan = x 100 % induksi 194mg/dL 143 mg/dL = x 100 % =26,28% 194 mg/dL

Induksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % induksi 194 mg/dL 149mg/dL= x 100 % =23,19 % 194 mg/dL induksi menit ke 90% Penurunan = x 100 % induksi 194 mg/dL 124 mg/dL = x 100 % =36,08% 194 mg/dl

26,2 % + 23,1 % + 35,5 % Total % Penurunan = 3 84,78 %

= 28,26 % 3

b. Na-CMC 1% mencit ke II

induksi menit ke 30% Penurunan = x 100 %induksi 208 mg/dL 113 mg/dL = x 100 % =45,67 %208 mg/dL induksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % Induksi 208 mg/dL 170 mg/dL= x 100 % =-18,26 %170 mg/dL

induksi menit ke 90% Penurunan = x 100 % induksi 208 mg/dL 139 mg/dL = x 100 % =33,17% 208 mg/dL 45,6 % + 18,26 % + 33,1 % = 32,3 % Total % Penurunan = 3

c. Glibenklamid Mencit Iinduksi menit ke 30% Penurunan = x 100 % induksi 170 mg/dL 117 mg/dL = x 100 % =31,17 %170 mg/dLinduksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % induksi170 mg/dL 73mg/dL= x 100 % =57,05% 170 mg/dL induksi menit ke 90% Penurunan = x 100 %induksi

170 mg/dL 103 mg/dL = x 100 %= 39,41 % 170 mg/dL

31,1 % + 57,05 % + 39,41 %

Total % Penurunan = 3 127,56 %= 42,52 %= 3 %

d. Glibenklamid Mencit IIinduksi menit ke 30% Penurunan = x 100 % induksi 159 mg/dL 136 mg/dL= x 100 % =14,46 % 159 mg/dL induksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % induksi 159mg/dL 140 mg/dL = x 100 % =11,94% 159 mg/dL induksi menit ke 90% Penurunan = x 100 % induksi 159 mg/dL 141mg/dL = x 100 % =11,32 % 159 mg/dL 14,46 % + 11,9 % + 11,3 % Total % Penurunan = 3 =12,55 %

e. Metformin Mencit I induksi menit ke 30% Penurunan = x 100 %induksi 165 mg/dL 147 mg/dL = x 100 % =10,90 % 165 mg/dL induksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % induksi 165 mg/dL 134mg/dL= x 100 % =18,78% 165 mg/dL induksi menit ke 90% Penurunan = x 100 % induksi 165 mg/dL 164 mg/dL = x 100 % =0,60%165 mg/dL 10,9 % + 18,78 % + 0,6 % Total % Penurunan = 3

= 10, 09%

f. Metformin Mencit II induksi menit ke 30% Penurunan = x 100 % induksi

139 mg/dL 131 mg/dL= x 100 % =5,75%139 mg/dL induksi menit ke 60% Penurunan = x 100 % induksi 139 mg/dL 186 mg/dL = x 100 % = -33,81 %139mg/dLinduksi menit ke 90% Penurunan = x 100 % induksi139 mg/dL 201mg/dL = x 100 % = -44,60 % 139mg/dL 5,75 % + 2,15 % + 6,4 % Total % Penurunan = 3 = 4,76 %

BAB VPEMBAHASANDiabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah.DM merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dibentuk di hati dalam makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.Pada pelaksaan praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantanhal ini disebabkan karena jika menggunakan mencit betina ditakutkan dalam keadaan hamil sehingga dapat mempengaruhi pendataan, Sebagaimana kita ketahui DM tipe tiga yaitu destasioner yang mana diderita oleh ibu hamil.Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat tersebut.Untuk mengukur kadar glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang terpasang pada bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.Sebelum melakukan percobaan mencit harus di puasakan terlebih dahulu ini bertujuan untuk menghilangkan factor makanan. Walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.Pada percobaan ini pertama-tama mencit diambil 6 ekor mencit kemudian diukur kadar glukosa puasanya, kemudian diinduksi dengan glukosa 10% dan diukur kembali kadar glukosa setelah induksi, diberikan obat, mencit pertama dan kedua diberikan Na CMC 1%, mencit ketiga dan keempat diberikan obat metformin dan mencit kelima dan keenam diberikan dengan glibenclamid serta diukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu 30, 60 dan 90 menit.Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui efektivitas obat anti diabetes pada Mencit (Mus Muculus). Dan hasil yang di peroleh tidak sesuai mungkin karena adanya farktor kesalahan di mana ketidaktelitian pada saat percobaan untuk itu pada saat melakukan percobaan harus lebih teliti lagi .

BAB VIPENUTUPA. KesimpulanAdapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat paling efektif diantara glibenklamid dan metformin untuk menurunkan gula dalam darah adalah metformin.B. SaranDisampaikan kepada parktikum agar lebih cepat dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk paktikum.

DAFTAR PUSTAKAArjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGCCorwin, EJ. 2009.Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.Ditjen POM., 1975. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Darmono. 2005. Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro; Semarang.McWright, Bogdan. 2008. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Prestasi Pustakaraya; Jakarta.Malole, M.M.B, Pramono, C.S.U., (1989), Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium, Penelaah Maskudi Pertadireja, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, BogorMansjoer, A dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.Mycek.1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Gramedia : Jakarta.Rab, T. 2008.Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung : Penerbit PT AlumniSoeparman, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit Gaya Baru, Jakarta.Theodorus, 1996. Penuntun Praktisi Peresepaan Obat. EGC: JakartaTjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.Wicaksono, Inu. 2008. Ilmu penyakit dalam . Kanisius;Yogyakarta.Yulinah, elin dkk. 2008. Iso farmakoterapi.ISFI : Jakarta

Perhitungan bahan1. Metformin- Dosis Lazim= 500 mg- Berat etiket= 500 mg- B. rata-rata= 531,5 mg- Larutan stok= 10 ml Untuk mencit 20 g= Dosis x FK= 500 mg x 0,0026= 1,3 mg Untuk mencit 30 g= 30/20 x 1,3 mg= 1,95 mg Berat larutan stok 10 ml= 10 ml/1 ml x 1,95 mg= 19,5 mg Berat yang ditimbang= 19,5 mg/500 mg x 531,5 mg= 20,7 mg2. Glibenklamid- Dosis Lazim= 5 mg- Berat Etiket= 5 mg- Berat rata-rata= 617,1 mg- Larutan stok= 10 ml Untuk mencit 20 g= Dosis x FK= 5 mg x 0,0026= 0,013 mg Untuk mencit 30 g= 30/20 x 0,013 mg= 0,0195 mg Berat larutan stok 10 ml= 10 ml/1 ml x 0,0195 mg= 0,195 mg Berat yang ditimbang= 0,195 mg/5 mg x 617,1 mg= 24,08 mg

VINDI RESKI RAYANTI AULIA WATI RUSLI S.Farm,.M.Si,.Apt150 2012 0246