15
Tugas Antropologi dan sosiologi Di susun oleh : Muhammad Nur Abdillah.J (10.11.107.13201.01356) Kelas II B Pagi 1

tugas Antropologi Abdillah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tugas Antropologi Abdillah

TugasAntropologi dan sosiologi

Di susun oleh :

Muhammad Nur Abdillah.J (10.11.107.13201.01356)

Kelas II B Pagi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM)

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAMSAMARINDA

1

Page 2: tugas Antropologi Abdillah

2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Sesungguhnyalah, dalam konotasi positif, semua mati kecuali yang berilmu, yang berilmu pun buta tak kenal arah kecuali yang beramal, dan yang beramal pun sia-sia kecuali ia ikhlas, demikianlah, karya ini dibuat atas dasar semangat ikhlas, semangat ingin semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan jalan mengamalkan ilmu yang walau hanya sedikit. ” Amalkan ilmumu, walau hanya sedikit”, demikian kata sebuah anjuran.

Harapan penulis, semoga Makalah ini diterima oleh tuhan sebagai amal, dan akhirnya membuahkan hikmah kepada segenap pihak. Amin.

Samarinda,17 April 2011Penulis

2

Page 3: tugas Antropologi Abdillah

DAFTAR ISI

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

1. DASAR TEORI 4

- Suku Kutai 4 - Etnis suku Kutai 4

- Sejarah suku Kutai 4

2. MASYARAKAT 5

-Agama 5

3. MACAM-MACAM KEBUDAYAAN SUKU KUTAI 5

-Seni Tari 5

-Bahasa 7

-Seni Drama 7

-Upacara Adat 8

-Musik 9

4. PENUTUP 10

-Kesimpulan 10

5. REFERENSI 11

3

Page 4: tugas Antropologi Abdillah

1. DASAR TEORI

Suku Kutai

Suku kutai adalah suku asli di kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan timur. Suku Kutai merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan dan merupakan 9,21 dari penduduk Kalimantan timur. Sebelumnya suku Kutai tergabung dalam suku melayu pada sensus 1930. Suku Kutai biasanya berdiam di daerah pantai dan tepian sungai-sungai yang ada di kaltim seperti di Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, Bontang, Sangata, Santan, Paser, Bengalon, Tanah hulu, Sebulu, dan lain-lain. Kata Kutai berasal dari kata “kho thei” atau tempat yang jauh dipedalaman. Kata ini berproses dari mulut ke mulut, untuk kemudian lidah rakyat setempat lebih pas dengan mengucapkannya dengan kata kutai.

Etnis Suku Kutai

Suku Kutai terdiri atas 4 sub-etnis yaitu :

1. Kutai Tenggarong di Tenggarong, Kutai Kartanegara.2. Kutai Kota Bangun di Kota Bangun, Kutai Kartanegara.3. Kutai Muara Ancalong di Muara Ancalong, Kutai Timur.4. Kutai Muara Pahu di Muara Pahu, Kutai Barat.

Menurut situs "Joshua Project" suku Melayu Kutai Tenggarong berjumlah 314.000 jiwa.

Suku Kutai lainnya adalah Melayu Kutai Kota Bangun. Menurut situs "Joshua Project" suku Melayu Kutai Kota Bangun berjumlah 81.000 jiwa.

Sejarah suku Kutai

Cikal bakal nenek moyang suku Kutai tidak bisa dipisahkan dari migrasi besar-besaran pada 1500 SM yakni kedatangan suku Yunan dari china. Salah satu kelompok pengembara ini sampai pula ke Kalimantan Timur dengan rute perjalanan dari Yunan melalui Hainan, Taiwan, Philipina kemudian sampai ke Kalimantan timur. Tentu saja saat itu perjalanan dari china ke Kalimantan timur ini bukanlah pekerjaan sulit seperti perjalanan laut sekarang ini. Pada 1500 tahun SM pengaruh kutub utara sangat kuat, beberapa lautan membeku,sehingga hanya dengan menggunakan perahu kecil,bercadik dan diberi sayap dari batang bambu, akan dengan gampang menyebrangi selat karimata dan laut china selatan sebelum akhirnya sampai di Kalimantan.

Para pengembara dari china ini adalah ras Negrid dan Weddid yang sekarang telah punah. Lalu pada sekitar tahun 500 SM kembali terjadi migrasi besar-besaran ke daerah Kalimantan, mereka inilah nenek moyang cikal bakal suku Kutai.

4

Page 5: tugas Antropologi Abdillah

2. MASYARAKAT

Agama

Agama yang paling pesat berkembang dan memiliki penganut terbanyak dalam masyarakat kutai adalah agama Islam. Agama islam mulai dikenal masyarakat Kutai pada awal abad ke-16 dan berkembang pada awal abad ke-17,yakni pada masa pemerintahan Sultan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (sekitar tahun 1635).

3. MACAM – MACAM KEBUDAYAAN SUKU KUTAI

Seni Tari

Tari Jepen Jepen adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan rakyat yang menetap di pesisir sungai Mahakam maupun di daerah pantai.

Tarian pergaulan ini biasanya ditarikan berpasang-pasangan, tetapi dapat pula ditarikan secara tunggal. Tari Jepen ini diiringi oleh sebuah nyanyian dan irama musik khas Kutai yang disebut dengan Tingkilan. Alat musiknya terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan ketipung (semacam kendang kecil).

Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang masing-masing memiliki gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil dan Tari Jepen Tali.

Seni Tari Klasik Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau. Yang termasuk dalam Seni Tari Klasik Kutai adalah:

1. Tari Persembahan Dahulu tarian ini adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap bagus.

2. Tari Ganjur Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang).

Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian

5

Page 6: tugas Antropologi Abdillah

ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo).

3. Tari Kanjar Tarian ini tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan.

4. Tari Topeng KutaiTari ini asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya.

Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut: 01. Penembe 02. Kemindhu 03. Patih 04. Temenggung 05. Kelana 06. Wirun 07. Gunung Sari 08. Panji 09. Rangga 10. Togoq 11. Bota 12. Tembam

Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.

5. Tari Dewa Memanah Tarian ini dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur dan anak panah yang berujung lima. Ponggawa mengelilingi tempat upacara diadakan sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

6

Page 7: tugas Antropologi Abdillah

Bahasa

Bahasa Kutai terbagi ke dalam 4 dialek yang letaknya tidak saling berdekatan :

1. Kutai Tenggarong (vkt)2. Kutai Kota Bangun (mqg)3. Kutai Muara Ancalong (vkt)4. Kutai Sengata/Sangatta (belum ada kode bahasanya)

Disamping memiliki beberapa persamaan kosa kata dengan Bahasa Banjar, Bahasa Kutai juga memiliki persamaan kosa kata dengan bahasa Iban, misalnya :

nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai (Bahasa Kantu’), artinya tidak celap (Bahsa Kutai Tenggarong; celap (Bahasa Dayak Iban, Bahasa Tunjung), jelap

(Bahasa Benuaq) artinya dingin balu (Bahasa Kutai Tenggarong), balu ( Bahasa Iban, balu' Bahasa Benuaq), artinya

janda hek (Bahasa Kutai Tenggarong), he' (Bahasa Tunjung), artinya tidak

Seni Drama

Seni drama tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Istilah mamanda diduga berasal dari istilah pamanda atau paman. Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada menteri, wajir atau mangkubuminya dengan sebutan pamanda menteri, pamanda wajir dan pamanda mangkubumi.

Karena seringnya kata pamanda diucapkan dalam setiap pementasan, maka istilah tersebut menjadi julukan bagi seni pertunjukan itu sendiri.

Seni drama tradisional Mamanda merupakan salah satu seni pertunjukan yang populer di Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan dan sebagainya.

Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Mamanda dapat disejajarkan dengan seni Kethoprak dan Ludruk di Jawa. Jika jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah kerajaan, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak.

Namun jika yang dilakonkan adalah cerita rakyat biasa, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Ludruk. Dalam pementasannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat musik yakni Gendang dan Biola.

Kesenian ini sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun pada Festival Erau di kota Tenggarong, kesenian Mamanda sering dipertunjukkan secara terbuka untuk mengisi salah

7

Page 8: tugas Antropologi Abdillah

satu mata acara hiburan rakyat. Sedangkan melalui media televisi lokal, kesenian Mamanda ditampilkan seminggu sekali.

Upacara Adat

Erau

Erau adalah sebuah tradisi budaya Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Erau berasal dari bahasa Kutai, eroh yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.

Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.

Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2 tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri sejak 29 September 1782.

Atas petunjuk Sultan Kutai Kartanegara yang terakhir, Sultan A.M. Parikesit, maka Erau dapat dilaksanakan Pemda Kutai Kartanegara dengan kewajiban untuk mengerjakan beberapa upacara adat tertentu, tidak boleh mengerjakan upacara Tijak Kepala dan Pemberian Gelar, dan beberapa kegiatan yang diperbolehkan seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian dan olahraga/ketangkasan.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kutai untuk menjadikan Erau sebagai pesta budaya yakni dengan menetapkan waktu pelaksanaan Erau secara tetap pada bulan September berkaitan dengan hari jadi kota Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kesultanan Kutai Kartanegara.

Festival Erau yang kini telah masuk dalam calendar of events pariwisata nasional, tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya Keraton Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada serta hidup dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

8

Page 9: tugas Antropologi Abdillah

Musik

Tingkilan

Tingkilan adalah Seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola. Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.

9

Page 10: tugas Antropologi Abdillah

4. PENUTUP

Kesimpulan

Suku Kutai adalah suku asli di kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan timur. Suku Kutai terdiri atas 4 sub-etnis yaitu :

1. Kutai Tenggarong di Tenggarong, Kutai Kartanegara.2. Kutai Kota Bangun di Kota Bangun, Kutai Kartanegara.3. Kutai Muara Ancalong di Muara Ancalong, Kutai Timur.4. Kutai Muara Pahu di Muara Pahu, Kutai Barat.

Agama yang paling pesat berkembang dan memiliki penganut terbanyak dalam masyarakat kutai adalah agama Islam. Agama islam mulai dikenal masyarakat Kutai pada awal abad ke-16 dan berkembang pada awal abad ke-17,yakni pada masa pemerintahan Sultan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (sekitar tahun 1635).

Suku kutai mempunyai beragam tarian yaitu : Tari Jepen, Tari Persembahan, Tari Ganjur, Tari Kanjar, Tari Topeng Kutai, dan Tari Dewa memanah. Bahasa Kutai terbagi ke dalam 4 dialek yang letaknya tidak saling berdekatan :

1. Kutai Tenggarong (vkt)2. Kutai Kota Bangun (mqg)3. Kutai Muara Ancalong (vkt)4. Kutai Sengata/Sangatta (belum ada kode bahasanya)

Seni drama tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Istilah mamanda diduga berasal dari istilah pamanda atau paman. Seni drama tradisional Mamanda merupakan salah satu seni pertunjukan yang populer di Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan dan sebagainya.

Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Mamanda dapat disejajarkan dengan seni Kethoprak dan Ludruk di Jawa. Jika jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah kerajaan, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak. Erau adalah sebuah tradisi budaya Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Erau berasal dari bahasa Kutai, eroh yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan. Tingkilan adalah Seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.

10

Page 11: tugas Antropologi Abdillah

5. REFERENSI

Wikipedia.co.id

Koentjaraningrat.2009”ilmu antropologi”.jakarta.Rineka Cipta.

11