132
STRATEGI BERTAHAN JEMAAT AHMADIYAH DI PONDOK UDIK, KECAMATAN KEMANG, KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Ahmad Fahmi Yahya Abdillah PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

  • Upload
    vankien

  • View
    260

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

STRATEGI BERTAHAN JEMAAT AHMADIYAH DI

PONDOK UDIK, KECAMATAN KEMANG,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

Ahmad Fahmi Yahya Abdillah

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

STRATEGI BERTAHAN JEMAAT AHMADIYAH DI

PONDOK UDIK, KECAMATAN KEMANG,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dibawah Bimbingan:

Ahmad Abrori, M.Si

NIP.19760225 200501 1 005

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 3: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf
Page 4: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf
Page 5: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

i

ABSTRAK

Skripsi ini berusaha mendeskripsikan strategi bertahan Jemaat Ahmadiyah

di Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor dalam menghadapi

tekanan.Sebagaimana diketahui Ahmadiyah telah mendpat banyak tekanan dari

berbagai pihak karena doktrin-doktrin teologi ajaran Ahmadiyah yang dianggap

menyimpang dari Islam mainstream di Indonesia. Bahkan MUI juga menjatuhkan

vonis bahwa Ahmadiyah sebagai aliran sesat, dan berada di luar Islam.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan mendalam

terhadap fenomena yang diteliti. Kemudian teknik pengumpulan data yang

digunakan berupastudi kepustakaan dan studi lapangan melalui wawancara

mendalam dengan key informan yang terkait dengan penelitian ini.

Hasil penelitian ini menyatakan, Jemaat Ahmadiyah melakukan tindakan

resistensi dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perlakuan persuasi

koersif dari pihak dominan. Tindakan resistensi ini peneliti kategorikan menjadi

dua, yaitu; resistensi tertutup, dan resistensi semi-terbuka. Contoh resistensi

tertutup yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Bogor adalah penolakan terhadap

kategori-kategori yang dipaksakan, dan membicarakan keburukan pihak lain di

area domestik. Sedangkan contoh dari resistensi semi-terbuka yang dilakukan oleh

Jemaat Ahmadiyah adalah membangun jaringan dan kerjasama dengan pihak lain,

dan member penjelasan dalam bentuk tulisan dan lisan.

Kata Kunci :Strategi Bertahan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Page 6: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu „alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah. yang telah

memberikan Karunia dan Rahmat-Nya serta limpahan kekuatan dan kasih sayang-

Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, meskipun banyak hambatan dan

tantangan.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa mendapat

bantuan dari banyak pihak, baik secara kelembagaan maupun perorangan, oleh

karenanya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bpk. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Prof. Dr. Zulkifly, MA., Selaku Ketua Program Studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Iim Halimatussaidiyah, M.Si.,

selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bpk. Prof. Yusron Razak, MA., dan Ibu Dra. Ida Rosyidah MA., selaku

penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang

membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bpk. Abrori, M.Si., selaku pembimbing skripsi penulis yang senantiasa

membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis, sehingga penulis

mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakumullah ahsana al jaza.

Page 7: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

iii

5. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi

Sosiologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala

ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus

tercinta ini, baik di dalam maupun di luar perkuliahan.

6. Ayahanda dan Ibunda penulis tercinta yang selalu memotivasi serta

mendukung baik secara moril maupun materil selama ini sehingga dapat

menyelesaikan studi ini. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan

rahmat, keselamatan dan kesehatan.

7. Kakak-kakak dan adik penulis tersayang yang telah mencurahkan

perhatian serta dukungannya di tengah kesibukkannya selama ini.

Semoga Tuhan selalu memberkati kalian.

8. Segenap pengurus dan mubaligh Jemaat Ahmadiyah di Pondok Udik,

atas kesediaannya menerima penulis dengan ramah, memberikan

informasi, bantuan, dan menemani penulis selama penelitian.

Jazakumullah Khairan Katsiran.

9. Gus Zuhairi Mizrawi, selaku mediator yang telah menghubungkan

penulis dengan informan. Syukron Katsiran

10. Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Pengalaman selama bersama kalian akan selalu

ada.

11. Sahabat-sahabatku di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

khususnya komfisip Ciputat atas segala partisipasi dan dukunganya.

Page 8: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

iv

12. Kawan-kawan Persatuan Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang

bersedia untuk berbagi dan bertukar pikiran.

13. Komunitas Sepeda UIN yang selalu setia untuk berbagi keceriaan

selama ini.

14. Untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, dan

dukungan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan anda

semua.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karenanya, penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan tersebut. Penulis

juga sangat menantikan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga karya ini

bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan serta menjadi semangat untuk

penelitian selanjutnya.

Wassalamu „alaikum Wr. Wb

Ciputat, 8 Juli 2014

Ahmad Fahmi

Page 9: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ......................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 4

D. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 6

E. Kerangka Teoretis ............................................................................ 11

1. Tipe-tipe Organisasi Keagamaan ................................................. 11

2. Strategi Bertahan ......................................................................... 15

3. Teori Resistensi …………………………………………………… 19

F. Metodologi Penelitian...................................................................... 22

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 28

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Profil Kabupaten Bogor .................................................................. 30

B. Profil Jemaat Ahmadiyah ................................................................ 36

C. Ahmadiyah Sebagai Organisasi Keagamaan .................................. 41

D. Sistem Organisasi Ahmadiyah ....................................................... 45

Page 10: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

vi

BAB III HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Strategi Bertahan Jemaat Ahmadiyah ........................................... 50

1. Strategi Bertahan Internal ......................................................... 50

2. Strategi Bertahan Eksternal ...................................................... 59

B. Analisis……………………………………………………………. 67

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… xi

Page 11: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang strategi bertahan Jemaat Ahmadiyah di

Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor dalam mempertahankan

eksistensinya. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang

didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1891 di India. Sementara

eksistensi Ahmadiyah sendiri di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun

1925. Ahmadiyah mempunyai dasar pemikiran dan penafsiran berdasarkan

ajaran Islam, namun ada beberapa hal yang membuat mereka berbeda dari

umat Islam pada umumnya. Beberapa hal yang membedakannya adalah

penafsiran mengenai kenabian, konsep tentang wahyu, dan kedatangan Nabi

Isa yang kedua (Lubis, 1994: 13).

Bagi Jemaat Ahmadiyah, nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir,

karena bagi mereka pintu kenabian akan terus terbuka sepanjang masa.

Namun demikian, mereka tetap mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai

khatam al-nabiyyin, yakni sebagai nabi yang paling sempurna dan nabi

terakhir pembawa syariat (Novianti, 2006: 3).

Intrepretasi di atas telah menuai kontroversi mengingat term “nabi” bagi

sebagian masyarakat muslim terutama kelompok konservatif-radikal

merupakan term yang sangat sensitif, sehingga pada tahun 1980 MUI

mengeluarkan fatwa yang melarang ajaran Ahmadiyah dan menganggap

Page 12: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

2

Ahmadiyah sebagai aliran yang sesat dan menyesatkan.

Sejauh ini MUI telah mengeluarkan dua fatwa tentang Ahmadiyah.

Pertama, pada Juni 1980. Kedua, pada Juli 2005. Dalam dua fatwa itu, MUI

menegaskan bahwa “Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan

menyesatkan”. Pada fatwa pertama, MUI tidak secara jelas menyebutkan

konsekuensi pemberian status sesat itu. Dalam fatwa berikutnya, konsekuensi

itu jelas disebutkan, yakni mengajak kaum muslim untuk menyikapi persoalan

tersebut secara tegas. Atas dasar fatwa tersebut, dan berpayung pada UU No.

1/PNPS/1965 tentang pasal penodaan dan penistaan agama, MUI kemudian

mendesak pemerintah untuk sesegera mungkin membubarkan Ahmadiyah.

Beragam respon lahir dalam menyikapi fatwa tersebut. Tidak sedikit

yang menyikapinya dengan wajar, tetapi banyak pula yang bereaksi keras

bahkan sampai melakukan tindakan anarkis. Tercatat pada tahun 1993, terjadi

perusakan di Sukawening, Garut. Tahun 2001 terjadi tragedi Sambi Elen,

Lombok yang menewaskan 1 orang anggota Ahmadiyah.Tahun 2002, terjadi

kerusuhan di beberapa pusat Ahmadiyahdi Pancor, Majenang, Kuningan.

Tahun 2003 juga terjadi kerusuhan di Tolenjeng, Garut. Kemudian pada tahun

2004 tercatat terjadi kerusuhan di Manislor, Arjasari, dan Parigi.Puncaknya

pada tahun 2005, tercatat 12 kasus kekerasan menimpa Jemaat Ahmadiyah di

beberapa tempat. Fatwa MUI seakan menjadi peneguh atas diperkenankannya

kebencian kepada Ahmadiyah (Munawar, 2013: 272).

Pondok Udik Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor sendiri dipilih

sebagai lokasi penelitian karena disanalah pusat Jemaat Ahmadiyah berdiri.

Sementara itu, terbitnya Surat Keputusan Bersama tentang Pelarangan

kegiatan Jema‟at Ahmadiyah di wilayah Bogor yang dikeluarkan oleh Bupati

Page 13: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

3

Bogor, Ketua DPRD Bogor, Dandim 0621, Kepala Kejaksaaan Negeri

Cibinong, Kapolres Bogor, Ketua PN Bogor, DANLANUD ARS, Departemen

Agama dan MUI Bogor, serta disusul Peraturan Gubernur tentang Pelarangan

yang serupa sehingga membuat Jemaat Ahmadiyah hanya diperbolehkan

menjalankan keyakinannya masing-masing, namun dilarang untuk berdakwah.

Keluarnya rentetan fatwa tersebut mendapat respon yang beragam dari

masyarakat, bahkan sebagian mengarah ke tindakan anarkis. Jemaat

Ahmadiyah di lokasi tersebut tercatat telah mendapat dua kali serangan oleh

kelompok Anti-Ahmadiyah, yakni pada 9 dan 15 Juli 2005. Akibat dari

serangan tersebut beberapa bangunan di kompleks kantor pusat Jemaat

Ahmadiyah mengalami rusak parah dan ratusan jemaat terkepung oleh massa

yang anti Ahmadiyah. Meski akhirnya berhasil dievakuasi dan dibawa ke

Pemda Kabupaten Bogor, namun banyak dari mereka yang mengalami

trauma. Terlepas dari setuju atau tidak mengenai Ahmadiyah, secara empiris

dan objektif kehadiran Jemaat Ahmadiyah tetap survive sampai saat ini,

bahkan terlihat semakin kokoh dan solid meski mendapat tantangan dari

berbagai pihak seperti beberapa ulama dan organisasi-organisasi keagamaan

lain (Zulkarnain, 2005: 315).

Atas dasar itulah yang membuat penulis penasaran untuk mengetahui

lebih mendalam dan menjelaskan secara proporsional mengenai bagaimana

strategi atau cara Jema‟at Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor dalam

merespon berbagai tekanan tersebut serta mempertahankan eksistensinya.

Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk

tindakan resistensi yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah. Melalui penelitian

ini, peneliti ingin mengkaji kasus Ahmadiyah Bogor dengan pendekatan

Page 14: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

4

sosiologis. Peneliti berharap dengan pendekatan sosiologis ini mampu

menunjukkan sisi lain jemaat Ahmadiyah sebagai subjek yang aktif dalam

mempertahankan dirinya.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka pertanyaan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi bertahan Jemaat Ahmadiyahdi Pondok Udik,

Kemang, Bogor untuk mempertahankan eksistensinya?

2. Bagaimana bentuk-bentuk tindakan resistensi yang dilakukan Jemaat

Ahmadiyah untuk mengurangi dampak buruk dari perlakuan persuasi

koersif dari pihak dominan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana strategi bertahan Jemaat Ahmadiyahdi

Pondok Udik, Kemang, Bogor. Dalam penelitian ini, strategi bertahan

yang dimaksud berkaitan dengan strategi atau cara bertahan Jemaat

Ahmadiyahdi Pondok Udik, Kemang, Bogor dalam menghadapi tekanan.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindakan resistensi yang dilakukan

Jemaat Ahmadiyah untuk mengurangi dampak buruk dari perlakuan

persuasi koersif dari pihak dominan.

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi

yang positif bagi semua pihak. Adapun manfaat penelitian ini dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 15: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

5

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya ilmu pengetahuan

sosial, terutama bidang Sosiologi Agama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan koleksi

sehingga memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas

tentang studi kajian Sosiologi yang ada dalam kehidupan

masyarakat.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

bacaan bagi mahasiswa dan mampu memberikan informasi,

pengetahuan, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang

realitas yang ada di dalam masyarakat, sehingga dapat

menumbuhkan pemikiran-pemikiran yang kritis yang berujung

pada solusi-solusi atas permasalahan yang timbul.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi bekal pengetahuan dan

pengalaman secara nyata bagi peneliti sehingga nantinya dapat

memberikan pemahaman dan kontribusinya terhadap permasalahan

di masyarakat.

Page 16: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

6

d. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

terhadap masyarakat pada umumnya agar lebih peka terhadap

masalah-masalah yang timbul, sehingga mampu menelaah lebih

dalam atas situasi yang terjadi dan tidak terprovokasi maupun

bertindak provokatif atas apa yang belum jelas.

e. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran nyata mengenai

kelompok minoritas serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah dalam membuat suatu kebijakan yang bersentuhan

langsung dengan hal sensitif seperti keyakianan beragama.

f. Bagi Tokoh Agama

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi bagi tokoh

agama dalam rangka memahami Jemaat Ahmadiyah sehingga dapat

menghasilkan sikap terbuka terhadap perbedaan serta kedewasaan

dalam beragama hingga pada gilirannya tercipta kehidupan yang

harmonis.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat banyak studi yang mengkaji tentang Ahmadiyah, baik yang

berdasar pada penelitian langsung maupun hasil refleksi telah banyak

diterbitkan dalam bentuk buku, tesis, maupun jurnal. Diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Khairul Abror (2012). Penelitian yang berjudul

“Imajinasi dan Strategi Penganut Identitas Sosial Ahmadiyah” ini bertujuan

untuk mendeskripsikan bagaimana Imajinasi dan Strategi Penganut Identitas

Page 17: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

7

Sosial Ahmadiyah di Kampung Cisalada, Kabupaten Bogor. Jenis penelitian

ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penggalian data menggunakan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis

interaktif.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Imajinasi outgroup

terhadap identitas sosial Ahmadiyah tidak sama dengan imajinasi ahmadi

terhadap identitas sosialnya. Pada kondisi aman untuk mempertahankan

eksistensi identitas sosialnya ahmadi menerapkan strategi kreatifitas sosial,

sedangkan jika kondisi tidak aman maka ahmadi menerapkan strategi

kompetisi sosial. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh setiap ahmadi di

mana pun mereka berada, bahkan sebagai pengingat yang mantap strategi

tersebut tertuang dalam kalender Ahmadiyah.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Arif Nur Fauzi, (2010).

Penelitian yang berjudul “Strategi Rekrutmen Anggota Gerakan Ahmadiyah

Indonesia (GAI) Kota Yogyakarta Tahun 2005-2009” ini tujuannya untuk

mendeskripsikan strategi rekrutmen anggota Gerakan Ahmadiyah Indonesia

(GAI).

Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif, tujuannya untuk

mendeskripsikan strategi rekrutmen anggota Gerakan Ahmadiyah Indonesia

(GAI). Penelitian tersebut menggunakan teori Tajnid Jamahiri Tentang

langkah-langkah strategi dan rekrutmen anggota. Tekhnik pengumpulan data

yang digunakan memakai metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

Untuk mendapatkan data primer peneliti melakukan wawancara secara

langsung dengan pengurus Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) mengenai

Page 18: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

8

strategi dan langkah-langkah rekrutmen anggota Gerakan Ahmadiyah

Indonesia (GAI). Sedangkan data sekunder diambil dari beberapa refrensi

buku, modul, dan brosur yang dikeluarkan oleh pengurus Gerakan

Ahmadiyah Indonesia (GAI) maupun tulisan dari luar pengurus.

Pengambilan data menggunakan metode obserfasi dijadikan sebagai penguat

dari hasil data wawancara dan kumpulan data dokumentasi dengan langsung

menjadi partisipan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Gerakan

Ahmadiyah Indonesia (GAI).

Hasil penelitian selama kurang lebih satu Tahun di lembaga Gerakan

Ahmadiyah Indonesia (GAI) Kota Yogyakarta adalah GAI dalam melakukan

rekrutmen anggota menggunakan strategi kultural; hubungan personal,

seperti keluarga, saudara, dan tetangga terdekat. Dan strategi natural; ikatan

kerja, dan kedinasan. Dengan tahapan dan langkah-langkah menggunakan

media dakwah untuk mendapatkan pengikut atau kader baru.

Selain itu juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Dewi Nurrul

Maliki yang berjudul “Resistensi Kelompok Minoritas Keagamaan Jemaat

Ahmadiyah Indonesia”. Penelitian ini mengkaji kontestasi antara kelompok

Islam Sub-altern dan kelompok Islam mainstream. Penelitian ini fokus pada

dua hal, yakni; pertama, mengidentifikasi bentuk perlawanan Jemaat

Ahmadiyah Indonesia (JAI) Cabang Yogyakarta. Kedua, bagaimana Kota

Yogyakarta sebagai Kota yang mempunyai toleransi yang tinggi

mengkoordinir kedua kelompok Islam tersebut. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Cabang Yogyakarta

memobilisasi jaringan intelektual eksternal mereka sebagai modus

perlawanan terhadap kelompok Islam mainstream. Mereka menggunakan

Page 19: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

9

kelompok intelektual untuk mewakili mereka, menciptakan ruang (sphere)

yang cenderung bebas dari hegemoni kelompok dominan ditengah-tengah

dunia akademis, serta membentuk jaringan bersama-sama dengan kelompok-

kelompok lain yang independen. Berbagai jaringan dan kerjasama serta

upaya meng-counter klaim-klaim kelompok mayoritas-dominan meliputi: 1)

Membangun jaringan dengan berbagai kelompok/lembaga seperti Aliansi

Jogja untuk Indonesia Damai (AJI Damai), Institut DIAN/Interfidei, Impulse

(Institute for Multicultural dan Pluralism Studies), dan FPUB; 2)

membangun jaringan dan kerjasama dengan kampus seperti UIN Sunan

Kalijaga dan UGM; 3) Memanfaatkan media mulai dari media elektronik,

cetak, penerbitan buku-buku (termasuk bekerjasama dengan pihak penerbit),

dan lain-lain.

Adapun buku “Gerakan Ahmadiyah di Indonesia”, buku yang

merupakan thesis karya Iskandar Zulkarnain, yang diterbitkan oleh LkiS

Yogyakarta ini mencoba memotret peran Ahmadiyah Indonesia dalam

mengisi dan mengembangkan gerakan pemikiran Islam di Indonesia. Di

dalamnya juga dibahas mengenai peta penyebaran Ahmadiyah di Nusantara.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, kajian ini menggunakan

pendekatan sejarah yang bertumpu pada empat kegiatan pokok, meliputi; (1)

Heruistik, kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau, (2) Kritik

(sejarah), menyelidiki apakah jejak-jejak tersebut asli, baik bentuk maupun

isinya, (3) Interpretasi, menetapkan saling hubung antarfakta yang diperoleh,

(4) Penyajian, menyampaikan sintesis yang diperoleh dalam satu bentuk

kisah sejarah.

Page 20: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

10

Penelitian relevan terakhir adalah jurnal ilmu sosial dan ilmu politik

yang dibuat oleh Ishomuddin (2012) yang berjudul “Problem Kohesivitas

Kehidupan Sosial Ahmadiyah dengan Muslim Meanstream di Jawa Timur”.

Kajian ini ingin mengungkapkan tingkat kohesivitas sosial antara pengikut

Ahmadiyah dengan komunitas Muslim arus utama di pedesaan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam sebagai

instrumen untuk mendapatkan data. Penelitian ini dilakukan di pedesaan di

Kediri.

Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian tentang kohesivitas

kehidupan sosial Ahmadiyah dengan muslim arus utama (mainstream) yang

berpaham (Ahlus-Sunnah wal Jamaah). Selain di Indonesia, Ahmadiyah

memiliki basis keanggotaan yang tersebar di Afrika, Amerika Utara,

Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Bagi masyarakat muslim

mainstream seperti Muhammadiyah, NU, dan Persis, Ahmadiyah dipandang

sebagai kelompok keagamaan yang cacat secara aqidah melarang

keberadaan dan perkembangan Ahmadiyah di Indonesia. Untuk merespon

hal itu, sejak 1980 Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan

Ahmadiyah Qadian sebagai aliran yang sesat dan berada di luar Islam.

Kesesatan Ahmadiyah kian dipertegas oleh MUI pada tahun 2005, bahkan

tidak hanya Ahmadiyah Qadian, tetapi juga Ahmadiyah Lahore.

Dari penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian-penelitian yang

terkait dengan Ahmadiyah lebih banyak mengkaji pada persoalan eksternal

Ahmadiyah secara umum. Penulis belum mendapati pembahasan secara

khusus dan terperinci yang mengkaji tentang Jemaat Ahmadiyah berupa

penelitian lapangan yang mencakup strategi bertahan internal dan strategi

Page 21: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

11

bertahan eksternal serta resistensi yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah

dalam mempertahankan eksistensinya. Maka, dianggap perlu adanya sebuah

karya ilmiah yang membahas tentang hal tersebut.

E. Kerangka Teoretis

1. Tipe-Tipe Organisasi Keagamaan

Agama tidak bisa dilepaskan dari sebuah kelompok kepercayaan atau

disebut pula umat beragama. Namun, ada beragam cara bagaimana kelompok

keagamaan tersebut tersusun atau terorganisir. Secara umum organisasi

keagamaan bisa dibagi menjadi tiga tipe yaitu; gereja, sekte, dan denominasi.

Tipe yang pertama adalah Gereja, walaupun sangat berakar pada tradisi

Kristen tetapi memiliki pengertian sebagai satu kelompok religius yang

menerima lingkungan sosial di mana ia berada. Yang perlu ditekankan di sini

adalah, gereja tidak menarik diri dari dunia dan juga tidak memeranginya.

Gereja yang ideal bisa hidup selaras dengan lingkungannya, bahkan nyaris

tidak dapat dibedakan dari keadaan di sekitarnya (Johnson, 1963: 542). Hal ini

dapat terjadi manakala sebuah Gereja lokal melebur dengan satu identitas

etnis seperti yang terjadi di Tanah Batak yang Protestan dan Flores yang

Katolik.

Tipe yang kedua yaitu Sekte. Sekte adalah kelompok kecil yang

memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan yang besar ke

dalam pembentukan komunitasnya sendiri. Sekte lebih merupakan kata sifat

(kecenderungan sekterian) daripada kata benda (lembaga agama tertentu).

Semakin sebuah gerakan religius berciri eksklusif dan percaya diri, semakin

sektarian pula coraknya (Johnson, 1963: 543).

Page 22: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

12

Sekte muncul sebagai akibat dari konflik antara prinsip dan nilai agama

Kristen dengan lembaga­lembaga masyarakat yang telah mapan. Terjadinya

persinggungan berupa konflik antara nilai agama yang mapan dengan

lingkungan sekitar memunculkan sekte yang bersifat “menolak dunia” atau

mungkin juga “berkompromi dengan dunia”. Munculnya sekte juga diduga

merupakan dampak kontak agama dengan dunia sekitar. Sekte terkadang

dapat menyesuaikan diri menjadi “sekte yang mapan”. Terlepas dari

perubahan yang ada di dalam diri dan situasinya, mereka itu tetap ada,

meskipun generasi pendiri mereka telah berlalu, menarik diri atau

bertentangan dengan masyarakat umum (O‟dea, 1992: 118).

Secara etimologi, sekte dapat dihubungkan dengan dengan istilah latin

sequi yang berarti mengikuti (Eliade, 1972: 154). Dalam Sosiologi Agama,

sekte berarti suatu kelompok religius yang relatif kecil dibandingkan dengan

kelompok religius lainnya dalam suatu masyarakat. Sedangkan secara

Psikologis, sekte berarti sekelompok individu yang mengikuti praktek-praktek

tertentu atau mempertahankan dan biasanya mengungkapkan ide-ide tertentu

yang membedakan mereka dengan masyarakat luas (Waryono, 1998: 147).

Dalam Religion in Secular Society, Bryan R Wilson menuturkan bahwa

sekte terepresentasikan dalam strata partikular, yang mana para anggota

kelompoknya merasa tidak diakomodasi secara keagamaan dan barangkali

secara sosial. Ada empat ciri umum dari kemunculan sekte dalam setiap

tradisi agama. Pertama, dari segi ajaran, biasanya berbeda dari doktrin agama

yang telah disepakati. Kedua, mereka biasanya memiliki pemimpin-pemimpin

karismatik yang menuntut ketaatan mutlak. Ketiga, memiliki kecenderungan

untuk merasa lebih benar dari kelompok lain. Keempat, ”terpanggil” untuk

Page 23: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

13

menyelamatkan dunia. Keyakinan mereka, bahwa dengan kelompoknya itu,

kehidupan manusia akan selamat. (Wilson, 1996: 181-182).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut ada sesuatu yang menjadi ciri

khas dari sekte, yaitu; berkelompok dan mempunyai paham atau praktek yang

berbeda dengan masyarakat secara umum. Definisi tersebut memberi beberapa

pengertian bahwa; sekte lahir dan muncul dari dalam „organisasi keagamaan‟.

Spilka (dalam Waryono ,1998: 142) menyebutkan bahwa sekte tumbuh dan

berkembang sebagai bagian inheren dari agama, yang ingin memisahkan diri

dari hegemoni kelompok mapan, dan sekte memisahkan diri karena memiliki

paham atau pengalaman yang berbeda dari yang selama ini dipraktekkan oleh

mayoritas. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa sekte adalah komunitas

dalam komunitas atau komunitas kecil yang berada dalam komunitas yang

besar.

Bryan Wilson, seorang sosiolog asal Inggris, yang membagi sekte ke

dalam tujuh tipe. Tipologi ini disusun berdasarkan sikap sekte-sekte terhadap

dunia sekitar yang kesemuanya hampir secara nyata terwakili dan berkembang

di Indonesia. Ketujuh tipe sekte ini adalah sebagai berikut. Pertama,

Conversionist, yakni sekte yang mengarahkan perhatiannya kepada perbaikan

moral individu dengan kegiatan utamanya men-tobat-kan orang luar. Di

Indonesia gerakan yang mirip tipe ini adalah gerakan dakwah seperti jemaah

Tabligh. Kedua, Messianistik, suatu sekte yang percaya akan datangnya Imam

Mahdi, Messiah, al-Masih, Ratu Adil ataupun Satria Piningit yang akan

menyelamatkan dunia dari kehancuran. Ketiga, Introversionis, kelompok yang

mencari kesucian diri sendiri tanpa mempedulikan masyarakat luas. Keempat,

Manipulationist atau gnostic ("ber-ma'rifat"), yakni suatu sekte yang

Page 24: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

14

cenderung tidak peduli terhadap keselamatan dunia sekitar, akan tetapi mereka

mengklaim bahwa mereka memiliki ilmu khusus yang biasanya dirahasiakan

dari orang luar, seperti aliran kebatinan dengan amalan-amalan khusus dan

sistem bai'at. Kelima, Thaumaturgical, yakni gerakan sekte yang

mengembangkan sistem pengobatan, pengembangan tenaga dalam atau

penguasaan alam gaib. Keenam, tipe reformis, yakni gerakan yang melihat

usaha reformasi sosial sebagai kewajiban esensial agama, dan ketujuh tipe

Utopian, yakni suatu gerakan komunitas ideal sebagai teladan untuk

masyarakat luas (dalam Nunu B, 2010: 504).

Tipe ketiga, Denominasi. Kelompok ini relatif stabil, ukuran dan

kompleksitasnya seringkali besar (Nottingham, Elizabeth, 1994: 165).

Denominasi berasal dari sebuah sekte yang berubah menjadi badan yang

terlembagakan dan tidak lagi berbicara lantang tentang protes keagamaan

sebagaimana ciri khas sekte. Sebuah sekte yang survive, dalam perjalanan

sejarahnya biasanya berubah menjadi denominasi. Dalam sejarah Kristen

misalnya, ditemukan sekte seperti Calvinisme dan Metodis yang pada awalnya

merupakan sekte, namun belakangan telah berubah menjadi denominasi.

Dalam hal status sosial, denominasi sedikit banyak mendapatkan pengakuan

dari gereja atau kelompok keagamaan mapan dan selalu menjaga sikap

kooperatif dengan pihak gereja (Giddens, 1997: 8).

Niebuhr (1929) melihat bahwa sekte-sekte muncul sebagai gerakan

protes terhadap konservatisme dan kekakuan gereja (dan negara), kemudian

lambat laun menjadi lebih lunak, mapan, terorganisir, rapi dan semakin

formalistik. Setelah dua-tiga generasi, aspek kesukarelaan sudah mulai

menghilang, semakin banyak anggota yang telah lahir dalam lingkungan sekte

Page 25: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

15

sendiri. Semua anggota sudah tidak sama lagi, bibit hirarki internal sudah

ditanam. Dengan demikian bekas sekte tersebut sudah mulai menjadi

semacam Gereja sendiri dan lahirlah gerakan sekte baru, sebagai reaksi yang

berusaha menghidupkan semangat asli, kemudian berkembang menjadi

denominasi dan demikianlah seterusnya.

Selama ini, di negeri kita, pemahaman agama yang berada dengan

tradisi agama mainstream selalu dilabeli sesat dan karena itu sah untuk

dimusuhi. Parahnya lagi, dalam menyikapi gejala tersebut, negara justru

tampil sebagai kekuatan fasis yang memaksakan tafsir formal tertentu atas

pemahaman keagamaan. Alih-alih memberi tempat bagi keragaman

keyakinan, negara justru menjadi kekuatan penghancur aneka-ragam

keyakinan. Tipologi organisasi keagamaan yang kedua relevan untuk

membaca organisasi keagamaan Ahmadiyah di Indonesia. Karena beberapa

ajarannya yang berbeda dengan mainstream, maka mereka dilabeli sesat dan

dimusuhi banyak pihak.

2. Strategi bertahan

Sekte perlu memainkan strategi agar mampu bertahan dan lolos dari

cengkeraman politik negara yang berupa label dan stigma negatif, serta

membuatnya tetap eksis di tengah kelompok mainstream. Strategi tersebut

mencakup; strategi adaptasi dalam mempertahankan eksistensi (strategi

bertahan internal) dan mengembangkan gerakannya (strategi bertahan

eksternal).

Page 26: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

16

a. Strategi Bertahan Internal

Strategi internal yang perlu diterapkan oleh sekte untuk

mempertahankan eksistensinya adalah:

1. Loyalitas kepada pemimpin

Pada fase pertama suatu gerakan keagamaan biasanya dipengaruhi

oleh kepribadian pendirinya.Menurut Weber, otoritas karismatik hanya

akan ada dalam tahap awal gerakan keagamaan. Permasalahan muncul

ketika sang pendiri (sosok karismatik) meninggal. Oleh karena itu,

gerakan keagamaan harus diarahkan pada bentuk yang lebih

stabil(Nottingham, Elizabeth, 1994: 158).

2. Pernikahan dengan sesama anggota

Kelompok tertentu berupaya untuk mempertahankan kemurnian

garis keturunan dan eksklusivitas kelompok mereka.Misalnya, melalui

pernikahan hanya di kalangan anggotadan menghindari pernikahan

campuran.

3. Internalisasi nilai-nilai keagamaan

Apabila organisasi (keagamaan) ingin berhasil dalam

mempengaruhi masyarakat sesuai dengan arah tujuannya maka organisasi

tersebut harus menanamkan nilai-nilai keagamaan serta menertibkan

kebiasaan-kebiasaan para anggotanya sesuai dengan cita-cita yang ingin

dicapai (Nottingham, Elizabeth, 1994: 145).

4. Konsolidasi internal

Konsolidasi internal merupakan upaya mewujudkan persatuan di dalam

organisasi. Dengan terus meningkatkan konsolidasi internal, maka komunikasi

baik antar anggota maupun komunikasi antara anggota dengan pemimpin terus

Page 27: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

17

terjalin dan organisasi akan terus berjalan (Hamim M, 2012: 102).

5. Finansial

Kebutuhan finansial merupakan faktor yang mempengaruhi dalam

melakukan sebuah kegiatan baik kegiatan rutin, maupun kegiatan

besar/umum. Untuk memenuhi kebutuhan finansial, pada umumnya

organisasi mendirikan badan usaha ekonomi seperti usaha koperasi,

maupun bentuk badan usaha lainnya (Fransiskus Randa, 2011: 72).

b. Strategi Bertahan Eksternal

Di samping pendekatan internal, Strategi eksternal yang perlu diterapkan

oleh sekte untuk mempertahankan eksistensinya adalah:

1. Merekrut orang-orang yang berpengaruh

Apabila sekte ingin mempengaruhi masyarakat secara luas, mereka

harus mengembangkan organisasi dan memperbesar pengaruhnya yang

potensial dengan cara memasukkan orang-orang yang mempunyai

kedudukan dan kekuasaan di luar lingkungan mereka (Nottingham,

Elizabeth, 1994: 145).

2. Adaptasi

Yang dimaksud dengan adaptasi di sini adalah proses penyesuaian

organisasi terhadap lingkungan dan keadaan sekitar (Metnarno, 2011:

66). Adaptasi tersebut misalnya berupa perubahan karakter gerakan, dari

gerakan yang eksklusif menuju gerakan yang inklusif. Beberapa doktrin

yang mengganggu proses dialektika kebudayaan ditafsir ulang. Pada

proses ini terjadi perubahan fundamental (Hamim M, 2012: 5).

Page 28: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

18

3. Badan hukum/legalitas

Aspek legalitas memegang peranan penting untuk kemajauan

organisasi itu sendiri. Legalitas merupakan usaha yang terkait dengan

kebijakan pemerintah dan aspek hukum.Ajaran maupun aktivitas

keorganisasian tidak boleh bertentangan dengan kebijakan dan hukum

yang berlaku. Tanpa dukungan legalitas, strategi yang direncanakan

dikhawatirkan akan mendapat hambatan pada tahap implementasi

rencana dan keberlanjutan usahanya terancam berhenti. Selain itu,

legalitas sangat diperlukan apabila akan berhubungan dengan pihak lain

(Hamim M, 2012: 159).

4. Membangun hubungan yang baik dengan pemerintah

Sekte perlu untuk membangun kedekatan dengan penguasa.

Penguasa mampu memberikan keuntungan bagi sekte berupa materi dan

perlindungan politik dari ancaman eksternal dari kelompok mainstream

yang menolak kehadirannya (Hamim M, 2012: 6).

5. Perkawinan di luar anggota (hibridasi)

Hibridisasi, artinya perkawinan campuran/silang atau perkawinan

antara anggota dengan non-anggota. Sejarah telah membuktikan bahwa

perkawinan merupakan satu sarana yang cukup efektif. Perkawinan

akan lebih menguntungkan apabila terjadi antara anggota sekte dengan

orang yang memiliki status sosial yang tinggi (Rusadi, 2011: 14).

Page 29: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

19

3. Teori Resistensi

Setiap hari manusia selalu berkutat dengan kegiatan yang berorientasi

pada pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologisnya. Dengan kata lain,

manusia selalu berusaha mengatasi hal-hal yang mengancam kelangsungan

eksistensinya (existential anxiety). Berbagai bentuk cara digunakan

individu maupun kelompok untuk melindungi diri agar tidak terkena

pengaruh buruk dari suatu hal yang dianggap mengancam keberlangsungan

eksistensinya, salah satunya adalah dengan melakukan resistensi.

Resistensi dalam studi James Scott yaitu fokus pada bentuk-bentuk

perlawanan yang sebenarnya ada dan terjadi disekitar kita dalam kehidupan

sehari-hari. Ia menggambarkan dengan jelas bagaimana bentuk perlawanan

kaum minoritas. Menurut Scott, tujuan resistensi dimaksudkan untuk

memperkecil atau menolak sama sekali klaim-klaim yang diajukan kelas-

kelas dominan atau mengajukan klaim-klaim mereka sendiri dalam

menghadapi kelas dominan (dalam Suriadi, 2008:54).

Bentuk resistensi menurut Scott dan James (dalam Suriadi, 2008:52)

dapat dibagi menjadi tiga bentuk. Bentuk-bentuk tipikal resistensi tersebut

dapat dilihat sebagai berikut; Pertama, resistensi tertutup

(simbolis/ideologi) seperti gosip, fitnah, penolakan terhadap kategori-

kategori yang dipaksakan kepada masyarakat/ buruh, serta penarikan

kembali rasa hormat kepada pihak penguasa. Bentuk resistensi ini tidak

berpotensi mengubah sistem dominasi, tetapi hanya untuk menolak sistem

yang berlaku, yang bersifat eksploitatif dan tidak adil. Kedua, resistensi

semi terbuka seperti protes sosial dan demonstrasi mengajukan klaim

kepada pihak yang berwenang. Bentuk resistensi ini diwujudkan untuk

Page 30: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

20

menghindari kerugian yang lebih besar yang dapat menimpa dirinya.

Ketiga, resistensi terbuka merupakan bentuk resistensi yang terorganisir,

sistematis, dan berprinsip. Resistensi terbuka ini mempunyai dampak-

dampak yang revolusioner (yang mendukung perubahan mendadak, cepat,

dan drastis). Tujuannya adalah berusaha meniadakan dasar dari dominasi

itu sendiri. Manifestasi (wujud) dari bentuk resistensi ini adalah

digunakannya cara-cara kekerasan (violent) seperti pemberontakan.

Scott dalam teorinya menyatakan bahwa kelompok lemah cenderung

menggunakan cara yang samar dalam melakukan penentangan. Cara

tersebut disebut Scott sebagai routine resistance (resistensi rutin). Karena

samar dan halusnya teknik penentangan jenis ini, maka terkadang pihak

ketiga baik itu target maupun pengamat seperti peneliti seringkali salah

melihatnya sebagai suatu teknik bertahan hidup semata (dalam Ngatini,

2013:28). Sebagai tambahan bahwa antara perlawanan dan berusaha

bertahan hidup adalah dua hal yang sulit dibedakan dan sulit dipisahkan

karena dalam kenyataannya manusia melawan untuk bertahan hidup. Atau

dengan kata lain, cara manusia bertahan hidup adalah dengan cara

melakukan perlawanan. Perlawanan itu sendiri ada yang dilakukan dengan

cara jelas seperti konfrontasi fisik, atau cara lain yang langsung diketahui

sebagai perlawanan, dan ada juga yang dilakukan secara tersembunyi samar

dan halus seperti yang digambarkan oleh Scott.

Konflik ahmadiyah baik di indonesia maupun di Bogor ini merupakan

jenis konflik vertikal dan juga konflik horizontal karena yang dilawan oleh

Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan Bogor dalam hal ini adalah negara yaitu

Departemen Agama dan juga agen agen negara seperti MUI maupun ormas

Page 31: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

21

yang mengadopsi pemikiran negara yang menentang Ahmadiyah. Dengan

alasan ini, peneliti berpendapat bahwa teori resistensi Scott ini dapat

digunakan untuk menganalisa kasus Ahmadiyah di Bogor.

Alasan lain bahwa teori resistensi Scott akan mampu menjelaskan apa

yang terjadi dengan Jemaat Ahmadiyah Bogor adalah karena adanya

persamaan antara subjek penelitian Scott dengan Jemaat Ahmadiyah Bogor.

Kesamaan pertama adalah bahwa masyarakat Sedaka dan Jemaat

Ahmadiyah Bogor merupakan kelompok yang lemah dalam beberapa aspek

seperti politik. Persamaan kedua adalah masyarakat ini sama-sama

mengalami apa yang disebut Scott sebagai “routine repression” (represi yg

hampir tidak tampak sebagai represi karena begitu samarnya). Lebih dari itu

Jemaat Ahmadiyah juga mengalami apa yang tidak dialami oleh masyarakat

Sedaka, yaitu jenis koersi yang disebut Scott dengan nama “exclusive

coersion” yang meliputi kekerasan fisik yang mengambil harta dan nyawa

mereka. Scott menyatakan bahwa seseorang yang sudah diciderai hak dan

kebebasannya akan cenderung untuk melakukan penentangan sesuai dengan

kondisi yang dimilikinya.

Sejauh ini, sudah banyak penelitian yang berfokus pada analisa

mengenai tindakan agresi manusia terkait dengan usaha adaptasinya

terhadap kondisi yang mereka hadapi, seperti yang terekspresikan dalam

bentuk demonstrasi anarkis, atau adu fisik. Sebaliknya, baru sedikit

penelitian mengenai pola adaptasi bertahan dan melawan dengan cara

damai, terutama yang dilakukan oleh kelompok yang memiliki keterbatasan

seperti Jemaat Ahmadiyah.

Page 32: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

22

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Di dalam

penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif, dimana metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2006:9)

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.

Dalam penelitian ini, untuk mengolah dan menyajikan data dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, di mana prosedur penelitian

bersifat menjelaskan, mengelola, menggambarkan dan menafsirkan hasil

penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas

permasalahan yang diteliti yang bertujuan menerangkan dan mengumpulkan

fakta-fakta yang diteliti.

Menurut Moleong (2002:6), penelitian kualitatif adalah “penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya; prilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah”.

Page 33: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

23

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Maret

2014. Lokasi penelitian ini di Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Jl.

Raya Parung-Bogor 27, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tempat tersebut dipilih

sebagai lokasi penelitian karena di sanalah pusat Jemaat Ahmadiyah berdiri

.Selain itu, keluarnya rentetan fatwa tentang pelarangan Jemaat Ahmadiyah

yang telah mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Bahkan,

Jemaat Ahmadiyah di lokasi tersebut tercatat telah mendapat dua kali

serangan oleh kelompok Anti-Ahmadiyah, yakni pada 9 dan 15 Juli 2005.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang

berada di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.

4. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada data

primer dan sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari studi lapangan atau

penelitian empiris melalui wawancara dengan informan. Untuk

memperoleh data guna kepentingan penelitian maka diperlukan

informan kunci (key informant) yang memahami dan mempunyai

kaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti (Miles dan

Huberman, 1992 )

b. Data sekunder, yaitu data yang diperlukan untuk melengkapi data dan

informasi yang diperoleh dari data primer. Data ini diperoleh dari

Page 34: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

24

dokumentasi-dokumentasi, laporan-laporan maupun arsip-arsip,

buku-buku, majalah, koran, internet dan sumber lainnya yang sesuai

dengan kebutuhan.

Penggunaan data primer dan data sekunder secara bersama-sama

dimaksudkan agar saling melengkapi yang disesuaikan dengan keperluan

penelitian. Selain itu, hal ini dilakukan untuk perbandingan data yang

diperoleh. Data Primer dan Sekunder yang telah dikumpulkan tidak

langsung dianalisis, melainkan terlebih dahulu diperiksa atau dicek

kembali, dengan tujuan agar data yang diperoleh tidak mengalami

kekurangan dan kesalahan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan

prosedur pengumpulan data triangulasi untuk menjamin validitas dan

reliabilitas informasi yang diperoleh. Alasan menggunakan metode

triangulasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat, lengkap dan

dapat dipercaya dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth

interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di

Page 35: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

25

mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif lama. Teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, artinya

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan (Sugiyono, 2006:138).

Jumlah informan yang diwawancarai dalam penelitian ini

adalah sebanyak 10 informan, yang secara umum dapat dibagi

menjadi dua, yakni; 7 orang dari pihak internal dan 3 orang pihak

eksternal.

Informan dari pihak internal ini terdiri dari; Pengurus Majlis

Lajnah Imaillah, Pengurus Majlis Khuddamul Ahmadiyah,

Pengurus Majlis Ansharullah Ahmadiyah, Pengurus Jamiah

Ahmadiyah, Pengurus MTA, serta Mubaligh Ahmadiyah.

Sedangkan dari pihak eksternal terdiri dari warga dan stakeholder

seperti Ketua RT serta Kepala Desa setempat.

Pemilihan informan dari pihak internal yang terdiri dari

mubaligh dan pengurus badan-badan dalam Ahmadiyah sendiri

bertujuan untuk menggali informasi mengenai strategi bertahan

yang mereka terapkan, khususnya dalam badan yang mereka

naungi. Sementara pengambilan informan dari pihak eksternal

dimaksudkan untuk mengetahui strategi bertahan eksternal yang

diterapkan oleh Jemaat Ahmadiyah serta untuk mengetahui sejauh

Page 36: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

26

mana keberhasilan pelaksanaan strategi tersebut.

2. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik mendapatkan data atau

informasi dengan cara mengamati secara langsung ataupun tidak

langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Jemaat

Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Pondok Udik, Kecamatan Kemang,

Kabupaten Bogor.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data dengan

menggunakan cara atau berdasarkan catatan-catatan yang

terdokumentasi (otentik), berupa data statistik, kumpulan peraturan

dan perundang-undangan, kepustakaan, gambar, selebaran, atau

brosur yang terdapat atau dijumpai di lokasi penelitian yang

berkaitan serta mendukung pelaksanaan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah dan medeskripsikan agar data agar lebih

bermakna dan mudah dipahami maka digunakan prosedur analisis data

yang dikembangkan (dalam Moleong, 1989:190), adapun prosedur analisis

data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemikiran,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan, dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah pengkodean,

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

Page 37: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

27

perlu dan mengorganisasi data.

Reduksi data dari hasil wawancara dan dokumentasi misalnya,

ada informan yang memberikan keterangan yang kita paham

bertentangan dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka data

semacam itu dapat direduksi.

2. Penyajian data

Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan, dengan melihat penyajian-penyajian peneliti

dan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan.

Kecendrungan kognitifnya akan menyederhanakan informasi

yang kompleks ke dalam bentuk yang disederhanakan dan diseleksi

atau konfigurasi yang mudah dipahami, polanya berupa matrik,

jaringan, tabel maupun bagan. Pada proses ini adalah dengan

menyiapkan data hasil wawancara dan dokumentasi secara rapih

berdasarkan rentang waktu agar mudah untuk dipahami siapa saja

yang melihat ataupun membaca data tersebut.

3. Verifikasi

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan atau

verifikasi. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang

merupakan validitasnya. Pada tahap ini data yang telah disajikan

diteliti lebih dalam kebenarannya untuk kemudian disimpulkan.

Page 38: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

28

Pada tahap ini, peneliti berusaha membandingkan data dari

informan yang berbeda. Selain itu, peneliti juga membandingkan data

primer dan data sekunder untuk mengetahui validitas serta untuk

mencegah adanya data yang menyimpang sebelum diolah dan

dianalisis.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini memuat empat bab yang di mulai dengan

BAB I yang berisi penegasan judul untuk memberikan batasan-batasan istilah

dalam melakukan penelitian, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

memahami judul ini. Selanjutnya dibahas tentang pernyataan masalah dan

alasan penulis mengangkat judul ini sebagai sebuah penelitian, diteruskan

dengan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kajian

pustaka. Setelah itu disajikan pula kerangka teoritik yang akan dijadikan

sebagai pertimbangan dalam menganalisa hasil penelitian yang didapatkan.

Bab pendahuluan ini kemudian diakhiri dengan penyajian metode penelitian

dan sistematika penulisan skripsi ini.

Selanjutnya pada BAB II skripsi ini berisi gambaran umum lokasi

penelitian, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni; profil

lokasi penelitian dan profil subjek penelitian. Dalam profil lokasi penelitian,

mencakup kondisi geografis, kondisi sosial demografis, dan kondisi

keagamaan. Sedangkan dalam profil Ahmadiyah, mencakup awal masuk dan

berkembangnya Ahmadiyah di Indonesia, sejarah berdirinya Pusat Ahmadiyah

di Pondok Udik Kemang Kabupaten Bogor, Ahmadiyah sebagai organisasi

keagamaan, serta diakhiri dengan pembahasan mengenai sistem organisasi

Ahmadiyah.

Page 39: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

29

Kemudian pada BAB III skripsi menyajikan hasil penelitian

berdasarkan temuan yang diperoleh dari lapangan, terutama yang berkaitan

dengan strategi bertahan Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang terdiri dari

strategi bertahan internal dan strategi bertahan eksternal. Pada bab ini juga

menyajikan analisa yang berdasarkan hasil temuan yang penulis dapatkan dari

lapangan menggunakan teori resistensi.

Dan pada bab terakhir skripsi ini, yakni BAB IV, yang merupakan

penutup berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berkenaan dengan

identifikasi masalah serta beberapa refleksi dari penelitian ini yang ditujukan

untuk Jemaat Ahmadiyah, pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan bagi

penelitian selanjutnya.

Page 40: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

30

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia .Ibukotanya adalah Cibinong. Pusat Pemerintahan Bogor semula

masih berada di wilayah Kota Bogor yaitu tepatnya di Panaragan, kemudian

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, Ibu Kota Kabupaten

Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat

kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di Cibinong.

Dari sisi sejarah, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang

menjadi pusat kerajaan tertua di Indonesia. Catatan Dinasti Sung di Cina dan

prasasti yang ditemukan di Tempuran sungai Ciaruteun dengan sungai

Cisadane, memperlihatkan bahwa setidaknya pada paruh awal abad ke 5 M di

wilayah ini telah ada sebuah bentuk pemerintahan.

Nama Bogor menurut berbagai pendapat bahwa kata Bogor berasal dari

kata “Buitenzorg”, nama resmi dari Penjajah Belanda. Pendapat lain berasal

dari kata “Bahai”, yang berarti Sapi yang kebetulan ada patung sapi di Kebun

Raya Bogor. Sedangkan pendapat ketiga menyebutkan Bogor berasal dari kata

“Bokor”, yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Dalam versi lain

menyebutkan nama Bogor telah tampil dalam sebuah dokumen tanggal 7

April 1952, tertulis “Hoofd Van de Negorij Bogor” yang berarti kurang lebih

Kepala Kampung Bogor, yang menurut informasi kemudian bahwa Kampung

Bogor itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun

Page 41: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

31

pada tahun 1817. Asal mula adanya masyarakat Kabupaten Bogor cikal

bakalnya adalah dari penggabungan sembilan kelompok permukiman oleh

Gubernur Jendral Baron Van Inhof pada tahun 1745, sehingga menjadi

kesatuan masyarakat yang berkembang menjadi besar di waktu kemudian.

Kesatuan masyarakat itulah yang menjadi inti masyarakat Kabupaten Bogor

(http://www.bogorkab.go.id/selayang-pandang/diunduh pada 2 mei 2014).

Banyak aspek yang melatarbelakangi dipilihnya Kabupaten Bogor

sebagai lokasi Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), akan tetapi, peneliti

hanya akan membahas tiga diantaranya, yakni; kondisi geografis, kondisi

sosial demografis, dan kondisi keagamaan.

1. Kondisi Geografis Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298.838,304 Ha. Secara geografis

terletak antara 6,18° LU – 6,47° LS dan 106°1 – 107°103 Bujur Timur dengan tipe

morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara

hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28 % berada pada ketinggian

15 – 100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100 – 500

meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500 – 1.000 meter dpl, 8,43% berada pada

ketinggian 1.000 – 2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000 – 2.500

meter dpl. Secara klimatologi, wilayah Kabupaten Bogor termasuk dalam iklim tropis

sangat basah di bagian selatan dan ilkim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata

curah hujan tahunan 2.500 – 5.000 mm/tahun. Suhu rata-rata 20º – 30ºC, dengan rata-

rata tahunan 25ºC, kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah dengan

rata-rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146,2

mm/bulan (https://sites.google.com/site/profilbogorkab/gambaran-umum Diunduh

pada 2 mei 2014).

Page 42: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

32

Kabupaten Bogor memiliki batas-batas strategis antara lain:

- Utara: Kota Depok

- Barat: Kabupaten Lebak

- Barat Daya: Kabupaten Tangerang

- Timur: Kabupaten Karawang

- Timur Daya: Kabupaten Bekasi

- Selatan: Kabupaten Sukabumi

- Tenggara: Kabupaten Cianjur

- Tengah: Kota Bogor

Untuk jarak tempuh Kabupaten Bogor dengan Pemerintahan Provinsi

dan Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut:

1. Ibukota propinsi Jawa Barat 120 km

2. Ibukota Negara Republik Indonesia 60 km

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bogor

memiliki jarak yang cukup dekat dengan kantor pusat Jemaat Ahmadiyah

Indonesia (JAI) yang terletak di Jalan Balikpapan 1 No. 10, Cideng, Jakarta

Pusat. Sebelum didirikannya Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di

Kabupaten Bogor, lokasi tersebut menjadi pusat kegiatan-kegiatan Jemaat

Ahmadiyah yang berskala Nasional. Meski telah mengalami beberapa kali

perluasan, namun tetap tidak mampu menampung banyaknya jemaat. Hal

inilah yang mungkin melatarbelakangi dipilihnya Kabupaten Bogor sebagai

lokasi Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).

2. Kondisi Sosial Demografis

Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 berdasarkan data

Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 5,077,210 jiwa yang terdiri dari

Page 43: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

33

penduduk laki-laki 2,604,873 jiwa dan penduduk perempuan 2,472,337 jiwa.

Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan apabila dibandingkan

dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 yang berjumlah 4,992,205 jiwa.

Kondisi ini menyebabkan tingginya rata-rata laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Bogor, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun

2012 sebesar 3.15%.

Data sex rasio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya

setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Sex rasio yang di

atas 100 tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Pada tahun 2012,

rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor yaitu sebanyak

1.873 jiwa per-km2.

Pada tahun 2012, Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 434

desa/kelurahan yang meliputi 17 kelurahan dan 417 desa. Jumlah Rukun

Warga (RW) sebanyak 3.882 dan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak

15.561. Hampir sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah

terklasifikasi sebagai desa Swakarya yakni 351 desa, lainnya 77 desa

merupakan desa Swasembada, dan sudah tidak ada lagi yang tergolong desa

Swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, yang di lihat dari aspek potensi

lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa

perkotaan sebanyak 102 desa dan desa pedesaan sebanyak 332 desa.

(Kabupaten Bogor Dalam Angka 2008: 11)

Dengan demikian, besarnya jumlah penduduk dan luasnya wilayah

Kabupaten Bogor secara tidak langsung menjadi lahan yang subur bagi

tumbuhnya organisasi-organisasi keagamaan. Di Kabupaten Bogor terdapat

Page 44: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

34

berbagai organisasi keagamaan seperti; NU, Muhammadiyah, Persis, LDII,

Ahmadiyah, dan lainnya. Ajaran Ahmadiyah cenderung paralel dengan

kepercayaan Sunda tradisional yang meyakini adanya Ratu Adil atau yang

dikenal masyarakat Sunda tradisional dengan istilah Ratu Sunda.Hal tersebut

terlihat dalam naskah-naskah kuno yang menceritakan masalah Imam Mahdi

(Nina, 2010: 205). Sementara itu, di Kabupaten Bogor Ahmadiyah telah

tersebar di beberapa Kecamatan seperti; Ciampea, Cibungbulang, Cigombong,

Leuwiliang, dan Kemang.

3. Kondisi Keagamaan

Umat beragama di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sangat beragam.

Mayoritas penduduk Kabupaten Bogor beragama Islam. Pada tahun 2007 di

Kabupaten Bogor ada 3.144.724 penduduk yang beragama Islam, Katolik

24.446, Kristen (Protestan) 21.665, Hindu 11.932, dan Budha 21.209 orang.

Sementara untuk tempat ibadah, Pada tahun yang sama terdapat sebanyak

2.762 masjid, 517 mushola, 29 gereja, 4 pura, dan 11 vihara (Kabupaten

Bogor Dalam Angka 2008: 11).

Kabupaten Bogor merupakan basis daerah Religius, hal itu terindikasi

dari semaraknya kegiatan-kegiatan keberagamaan seperti; pengajian, majelis

ta‟lim, peringatan hari-hari besar keagamaan, serta kuatnya dominasi

lembaga-lembaga pendidikan agama, seperti madrasah, organisasi dakwah

maupun pesantren. Jumlah pesantren yang ada di Kabupaten Bogor sebanyak

642 buah, beserta 856 kyai dan 100.988 santri. Adapun sedikitnya 282

organisasi dakwah yang berada di Kabupaten ini. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 45: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

35

Tabel 5: Banyaknya Madrasah, Murid, dan Guru

No. Jenis Madrasah Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru

1 Diniyah 780 60.336 3.337

2 TPA 2.793 56.553 8.106

3 Ibtidaiyah 529 103.151 4.849

4 Tsanawiyah 220 57.932 4.447

5 Aliyah 80 9.939 1.505

Sumber: Diolah berdasarkan data BPS

Di Kabupaten inilah pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) beridiri,

tepatnya berada di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang. Tempat ini

menjadi pusat kegiatan Jemaat Ahmadiyah yang berskala Nasional seperti;

pendidikan mubaligh, Jalsah Salanah (kongres), serta sebagai kantor Pengurus

Besar Ahmadiyah. Pada tahun 1940-1986, sebelum pusat Ahmadiyah tersebut

berdiri, Jalsah Salanah (kongres) digelar secara estafet dari Cabang satu ke

Cabang yang lain. Baru pada tahun-tahun berikutnya, setelah berdirinya Pusat

Ahmadiyah di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang ini Jalsah Salanah

(kongres) hampir setiap tahun digelar di sana (Munawar, 2013: 245).

Sementara kegiatan-kegiatan lainnya yang berskala besar sebelumnya digelar

di Jakarta, tepatnya di Jalan Balikpapan 1 No. 10, Cideng, Jakarta Pusat.

Namun, lokasi tersebut tidak mampu menampung banyaknya jemaat, meski

telah mengalami beberapa kali perluasan. Dipilihnya Kabupaten Bogor

sebagai pusat kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) nampaknya

berkaitan dengan banyaknya Cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang

Page 46: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

36

berada di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, diantaranya; Garut, Sukabumi,

Tasikmalaya, Bandung, Cirebon, dan Jakarta.

B. Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Jemaat Ahmadiyah telah berada di Indonesia sejak 1925, beriringan

dengan organisasi keagamaan lainnya, seperti; Muhammadiyah (1916), dan

Nahdatul Ulama (1926). Dengan demikian, hingga tahun 2014 ini, keberadaan

Jemaat Ahmadiyah telah mencapai usia 89 tahun, suatu rentang usia yang

panjang. Bagi sebuah organisasi masyarakat, usia tersebut dianggap sebagai

ruang diterima oleh masyarakat terhadap organisasi tersebut, sehingga

organisasi tersebut telah menyatu dengan masyarakat itu sendiri. Namun

kenyataan tersebut tidak berlaku bagi Jemaat Ahmadiyah, justru memasuki ke

80 tahun keberadaan mereka digugat oleh masyarakat Indonesia.

1. Masuk dan Berkembangnya Ahmadiyah di Indonesia

Ahmadiyah masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya

mubaligh Ahmadiyah yang pertama kali diutus oleh Imam Jemaat

Ahmadiyah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah al-Masih II, Mirza

Bashiruddin Mahmud Ahmad. Mubaligh tersebut ialah Maulana Rahmat Ali,

yang bertolak dari Qadian pada Agustus 1925 dan tiba di Tapaktuan,

Sumatera Utara pada tanggal 2 Oktober 1925. Tujuan diutusnya Maulana

Rahmat Ali adalah untuk menyebarkan kabar gembira bahwa Imam Mahdi

yang ditunggu-tunggu telah datang di kawasan Hindia Timur (julukan

Indonesia pada waktu itu) (Sholikhin, 2013: 77).

Kedatangan mubaligh Ahmadiyah tersebut ke Indonesia tidak terlepas

dari peranan 19 pemuda Islam asal Indonesia di India, yang kemudian berbaiat

masuk Ahmadiyah. Merekalah yang mengajukan permohonan kepada

Page 47: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

37

Khilafah al-Masih II, agar dapat mengirimkan mubalighnya ke Indonesia,

yang dijawab bahwa Khalifah dari Dzulqarnain (sebutan Mirza Bashiruddin

Mahmud Ahmad), akan memenuhi permintaan tersebut. Atas permintaan

tersebut, Khalifah II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menugaskan

Maulana Rahmat Ali untuk datang ke Indonesia (Sholikhin, 2013: 78).

Sesampainya di Tapaktuan, Rahmat Ali tinggal di rumah Muhammad

Samin, orang yang pernah belajar di Qadian. Masyarakat Tapaktuan

sebelumnya telah mengenal kepercayaan akan datangnya Imam Mahdi. Para

pelajar Indonesia di Qadian sering berkirim surat agar jika utusan dari Imam

Mahdi datang supaya diterima sebaik-baiknya. Dalam waktu yang tidak lama,

beberapa penduduk Tapaktuan sudah ada yang mengaku secara terang-

terangan mengikuti Ahmadiyah (Zulkarnain, 2005:177).

Meski sudah masuk sejak tahun 1925 dan telah tersebar ke beberapa

kota, baik di Sumatra maupun Jawa, akan tetapi sebagai sebuah organisasi,

Pengurus Besar baru terbentuk setelah sepuluh tahun kemudian. Pada tanggal

25 Desember 1935, diadakan pertemuan tokoh-tokoh di Clubgebouw

Kleykampweg (sekarang menjadi jalan Balikpapan) No. 41 Jakarta dan telah

memutuskan untuk membentuk Pengurus Besar Ahmadiyah. Organisasi diberi

nama Anjuman Ahmadiyah Qadian Departemen Indonesia (AQDI). Dalam

rangka penyempurnaan, Pengurus Besar berusaha menyesuaikan organisasi

AQDI dengan organisasi Pusat Ahmadiyah di Qadian. Untuk mewujudkan

rencana tersebut, dalam konferensi yang diadakan pada tanggal 12 dan 13 Juni

1937 di masjid Hidayat, Jalan Balikpapan I/10 Jakarta, memutuskan untuk

menyesuaikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ahmadiyah

Qadian Departemen Indonesia (AQDI) dengan organisasi Pusat Ahmadiyah di

Page 48: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

38

Qadian. Nama Ahmadiyah telah diganti dari Ahmadiyah Qadian Departemen

Indonesia (AQDI) menjadi Anjuman Ahmadiyah Departemen Indonesia

(AADI) (Zulkarnain, 2005:194).

Pada bulan Desember 1949, diadakan Mukatamar di Jakarta. Selain

menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru, juga

mengganti nama organisasi dari Anjuman Ahmadiyah Qadian Indonesia

(AADI) menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Dalam perkembangan

selanjutnya, organisasi ini telah mendapat pengesahan dari Pemerintah

Republik Indonesia sebagai badan hukum dengan Surat Keputusan Menteri

Kehakiman No.J.A/5/23/13 tanggal 13 Maret 1953 dan diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tanggal 31 Maret 1953

(Zulkarnain, 2005:196).

2. Sejarah berdirinya Pusat Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor

Perkembangan Jemaat Ahmadiyah di wilayah kota Jakarta telah

membuat masjid Hidayat di Jalan Blikpapan 1/10 Jakarta Pusat, yang juga

merupakan Kantor Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia harus mengalami

beberapa kali perluasan, terutama hal itu dilakukan di masa Maulana H.

Mahmud Ahmad Cheema HA. Sy sebagai amir & Raisuttabligh, dan Ir. Syarif

Ahmad Lubis sebagai Ketua Pengurus Besar atau Ketua Nasional. Demikian

pula perkembangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di luar wilayah Jakarta pun

sangat meningkat, sehingga untuk keperluan kegiatan-kegiatan Jemaat

Ahmadiyah yang berskala Nasional seperti Jalsah Salanah, diperlukan tempat

yang cukup luas (Qoyum, 2010: 1).

Page 49: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

39

Sejak lama Hadrat Khalifatul Masih IIra menginginkan dan

menganjurkan supaya Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki sebuah Pusat

yang cukup luas. Guna memenuhi keinginan Huzur tersebut pada tahun 1975

Maulana Imamuddin HA selaku Raisuttabligh telah membentuk sebuah

Panitia, dan Ir. Pipip Sumantri ditunjuk sebagai Project Officer, untuk

mengurus pembelian tanah seluas 10 hektar dan membangun Pusat Pendidikan

di atasnya (Qoyum, 2010: 1).

Sejalan dengan rencana tersebut telah diusahakan pembelian tanah di

daerah Pinang, Kabupaten Tangerang. Namun disebabkan oleh ketidakjujuran

seorang oknum, usaha tersebut menjadi gagal, dan dibentuklah sebuah Panitia

yang diketuai oleh Kol.TNI AD Surya Sudjana.Kasus “pembelian tanah” di

daerah Pinang, Tangerang itu sendiri prosesya diteruskan ke Pengadilan

sampai selesai (Qoyum, 2010: 1).

Pada tahun 1976 di dalam Majlis Musyawarah yang ke 27 di Jakarta,

telah diambil keputusan bahwa lokasi Pusdik supaya dipindahkan dari Pinang,

Tangerang ke Sindang Barang, Bogor. Kemudian dibentuk sebuah panitia

yang diketuai oleh Kol.TNI AD Hasan Muhammad. Sebuah Panitia lagi

dibentuk yang diketuai oleh A, Qoyum Wahid guna mengurus pembelian

tanah di Sindangbarang, Bogor (Qoyum, 2010: 2).

Tanah yang terletak di daerah Pinang, Tangerang dijual. Sesuai dengan

keputusan Majlis Musyawarah dibeli sebidang tanah seluas 4 hektar di

Sindangbarang, Bogor, karena sebelumnya di sana telah tersedia 2,5 hektar.

Namun kembali panitia pembangunan menghadapi kendala. Yakni ketika

tanah telah selesai dibeli, pemerintah setempat tidak memberi izin kepada

Jemaat Ahmadiyah untuk mendirikan Pusdik Mubarak di lokasi tanah tersebut

Page 50: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

40

atas dasar bahwa masyarakat di sekeliling tanah itu tidak menyetujui adanya

rencana pembangunan Pusat Jemaat Ahmadiyah di sana (Qoyum, 2010: 2).

Pada tanggal 12 Februari 1979, pihak Jemaat Ahmadiyah Indonesia

mengajukan appeal (permohonan) kepada Gubernur Jawa Barat, Mayjen TNI

AD Solichin GP, dan pada tanggal 27 Juli 1980 kepada Menteri Dalam

Negeri, Jenderal TNI Amir Mahmud, namun tidak ada jawaban. Untuk

pembangunan Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia pada waktu itu telah

direncanakan sejumlah angaran. Untuk pendirian Pusdik Mubarak di

Sendangbarang, Bogor direncanakan anggarakan sebesar Rp. 500,000,000.-

dan pembangunannya direncanakan akan selesai dalam tempo 10 tahun.

Untuk itu akan disediakan anggaran Rp. 50,000,000.- per tahun. Sumbangan

dari para anggota setiap tahun Rp. 26,000,000.- dan sisanya akan diterima dari

penerimaan hak Pusat (Qoyum, 2010: 2).

Ketika pembangunan Pusdik Mubarak di Sindangbarang, Bogor tidak

mendapat izin, maka kepada beberapa Cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia

yakni Jakarta, Bandung dan Garut. Akan tetapi jawaban mereka mengatakan

bahwa mereka tidak berhasil mendapatkan izin dari Pemerintah. Usaha

Cabang Manislor juga tidak berhasil. Mula-mula Cabang Jakarta

mengusahakan izin untuk pembangunan Pusdik ini di daerah Bekasi, namun

juga tidak berhasil. Pada akhirnya Cabang Jakarta dengan perantaraan seorang

Ahmadi, Letkol TNI AD Abdul Mukti, berhasil memperoleh izin dari

Pemerintah Kabupaten Bogor dan mendapat lokasi di Desa Jampang, Parung.

Ketika itu yang menjadi Bupati Bogor ialah Letkol TNI AD Ayip Rughby

(Qoyum, 2010: 3).

Page 51: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

41

Sebelum panitia Pembangunan Pusdik Mubarak membeli tanah di Desa

Udik, Parung, Kemang, telah disebarkan pengumuman ke Cabang-cabang

supaya melakukan shalat istikharah, namun jawaban hanya diterima dari

seorang anggota Lajnah Imaillah yaitu Ny. Sri Wenda Thayyib (Ibu Entoy).

Di dalam istikharahnya diisyaratkan bahwa tempat itu sangat baik. Semula

direncanakan untuk membeli tanah di Desa Jampang Kcamatan Parung,

sekarang Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, seluas 7 hektar. Namun

karena penjualan tanah di Pinang dan Sindangbarang mengalami banyak

hambatan maka pihak Jemaat hanya dapat membeli 3 hektar saja, padahal

yang 4 hektar keadaan permukaan tanahnya rata, namun tidak dapat dibeli

karena tidak ada biaya (Qoyum, 2010: 4)

3. Ahmadiyah Sebagai Organisasi Keagamaan

Jemaat Ahmadiyah adalah organisasi keagamaan, bukan organisasi

politik dan tidak memiliki tujuan-tujuan politik. Dalam mengembangkan

dakwah rohaninya, Jemaat Ahmadiyah senantiasa loyal dan patuh kepada

undang-undang negara serta kepada pemerintah yang berkuasa di manapun

Jemaat Ahmadiyah berdiri.

Banyak orang menganggap bahwa Ahmadiyah merupakan sebuah

sekte karena hidup dalam eksklusivisme, yakni cenderung memisahkan diri

dari masyarakat luas. Beberapa hal yang menyebabkan orang berpandangan

demikian diantaranya karena; Ahmadiyah beribadah di masjidnya sendiri,

intensitas hubungan sesama anggota Ahmadiyah, dan warga Ahmadiyah

menikah dengan sesama anggota (Munawar, 2013: 257)

Page 52: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

42

Eksklusivitas Ahmadiyah tidak hanya mengesankan bahwa

Ahmadiyah bersikap menutup diri dari komunitas luar, tetapi secara

bersamaan juga menganggap salah kelompok yang lain. Implikasinya,

benturan antara pengikut Ahmadiyah dengan kelompok Islam lain memang

banyak ditemukan di berbagai daerah.

Sengaja atau tidak, eksklusivitas dan sikap menutup diri tersebut

sebenarnya tidak muncul tanpa alasan dan landasan. Oleh karena itu,

pertanyaan besarnya adalah, apakah sikap eksklusif tersebut muncul sebagai

kekuatan sosiologis semata untuk mempertahankan kemurnian identitas, atau

memang ada dasar atau landasan teologis dan doktrinalnya yang mampu

menkonstruksi budaya­budaya eksklusif di tubuh Ahmadiyah?

Dalam aspek doktrinal memang ada beberapa ajaran keagamaan

Ahmadiyah yang mampu mendorong penganutnya untuk menjadi sangat

eksklusif. Doktrin seperti; imamah, amir, dan bai‟at, menjadi benteng dan

pembentukan karakter eksklusif Ahmadiyah. Kekuatan doktrin ini jelas sekali

pengaruhnya dalam menafikan kelompok­kelompok lain di luar kelompok

mereka. Selain itu, adanya doktrin komunalisme yang mewujudkan

komunalitas kelompok yang sangat eksklusif.

Akan tetapi, secara sosiologis-kultural sikap eksklusif tersebut

bukanlah karakter yang permanen. Sikap eksklusivisme tersebut nampaknya

dilatarbelakangi oleh argumen sosial yang dibangun oleh sejarah yang

panjang. Sejarah Ahmadiyah selalu dipenuhi oleh penderitaan, pemboikotan,

dan penindasan terhadap pengikutnya baik di negara asalnya (Pakistan)

maupun negara-negara lainnya. Keadaan tersebut telah berlangsung sejak

Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai al-Masih. Sejak saat itulah pengikut

Page 53: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

43

Ahmadiyah selalu mendapat tekanan hingga saat ini .Oleh karena itu, Mirza

Ghulam Ahmad menganjurkan untuk menikah dengan sesama anggota

Ahmadiyah, mendirikan masjid untuk beribadah berjamaah, dan melakukan

hubungan secara intens dengan sesama anggota Ahmadiyah. Suatu ketika

ijtihad tersebut mungkin akan dicabut apabila kondisi telah berubah

(Munawar, 2013: 258). Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika pada

perkembangan selanjutnya terdapat perubahan sangat mendasar yang

dilakukan oleh Ahmadiyah.

Dalam setiap tahunnya, banyak orang yang masuk ke dalam

Ahmadiyah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel: Jumlah penambahan pengikut Ahmadiyah dari tahun 1992-2011

No Tahun Anggota Baru

1 19921993 5.898

2 19931994 7.487

3 19941995 8.000

4 19951996 6.000

5 19961997 17.020

6 19971998 41.120

7 19981999 25.287

8 19992000 20.757

Page 54: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

44

9 20002001 10.574

10 20012002 4.962

11 20022003 1.321

12 20032004 1.163

13 20042010 5.000

Data: Munawar, 2013: 246

Data di atas menunjukkan selama 19 tahun (19922011) telah masuk

ke dalam Jemaat Ahmadiyah 154.586 orang. Hingga tahun 2011, Jemaat

Ahmadiyah Indonesia memiliki 298 jemaat lokal (berada pada tingkat

kecamatan) di berbagai daerah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

Ahmadiyah cukup ekspansif dalam melakukan pertablighan karena tiap tahun

banyak orang yang masuk ke dalam Ahmadiyah, yakni 12.465,5 orang

pertahun atau 8,33% pertahun orang masuk ke dalam Ahmadiyah (Munawar,

2013: 247).

Jika merujuk pada tipologi sekte yang disebutkan oleh Bryan Wilson,

Ahmadiyah termasuk tipe sekte Messianistik. Di dalam Ahmadiyah, doktrin

al-Mahdi dan al-Masih merupakan ajaran pokok. Menurut Ahmadiyah,

doktrin tentang al-mahdi tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Isa al-Masih

di akhir zaman. Hal itu karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu tokoh, yang

kedatangannya dijanjikan Tuhan. Ia ditugaskan Tuhan untuk menunjukkan

serta meyakinkan masyarakat luas tentang kebenaran Islam. Selain itu, ia juga

ditugaskan untuk menegakkan kembali syariat Nabi Muhammad Saw, sesudah

Page 55: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

45

umatnya mengalami kemerosostan dalam kehidupan beragama (Zulkarnaen:

2005: 83).

Mengenai turunnya al-Masih, kaum muslimin pada umumnya

berpendapat bahwa al-Masih yang akan datang pada akhir zaman itu ialah

Ibnu Maryam a.s. sementara dalam pandangan Ahmadiyah, al-Masih yang

dijanjikan kedatangannya bukanlah pribadi Nabi Isa a.s. melainkan salah

seorang umat Nabi Muhammad yang mempunyai persamaan dengan Isa al-

Masih a.s. Tidak disangkal bahwa Ahmadiyah mempunyai pandangan yang

berbeda dengan umat Islam pada umumnya mengenai al-Masih. Dengan

demikian, al-Masih dan al-Mahdi dalam pandangan Ahmadiyah itu satu

pribadi, dan berbeda dengan apa yang diapahami orang pada umumnya

(Zulkarnaen: 2005: 85).

4. Sistem Organisasi Ahmadiyah

Ahmadiyah merupakan gerakan dakwah Islam, visi dan misinya adalah

dalam rangka tabligh al-Islam. Perbedaannya dengan organisasi Islam yang

lain yakni, Ahmadiyah dikoordinir secara sistematis dan terpusat secara

Internasional. Sementara itu, keorganisasian Jemaat Ahmadiyah Ahmadiyah

di Pondok Udik, Kemang, Bogor yang menjadi markas pengurus besar ini

terlihat sangat rapi. Amir merupakan jabatan tertinggi. Amir sebagai kepala

eksekutif (administrasi), yang membawahi staf secara nasional. Dalam

Ahmadiyah Internasional, Amir ini adalah Gubernur. Dalam hal ini Gubernur

yang dimaksud adalah perwakilan pada setiap negara (Sholikhin, 2013: 87).

Agar dakwah dan proses tabligh berjalan dengan efektif, dibentuklah

berbagai majlis untuk menangani segmen tertentu, yaitu:

Page 56: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

46

1. Majlis Ansharullah untuk pria usia di atas 40 tahun.

2. Majlis Khuddam al-Ahmadiyah untuk pemuda yang berumur antara 15

sampai 40 tahun.

3. Lajnah Imaillah untuk kaum perempuan usia 15 tahun ke atas

4. Majlis Athfal al-Ahmadiyah untuk anak laki-laki.

5. Majlis Banat al-Athfal untuk anak-anak perempuan.

Untuk masing-masing majlis dipimpin oleh seorang qaid/qaidah yang

berada di bawah garis pertanggungjawaban Amir. Mereka memiliki garis

otonom dalam roda organisasi, namun tetap bertanggungjawab terhadap

struktur di atasnya. Gerakan-gerakan sosial, terutama Wikari Amal (semacam

kerja bakti bersama) menjadi andalan kegiatan dakwahnya (Sholikhin, 2013:

90).

Selain lembaga-lembaga tersebut, di bawah Amir juga terdapat

semacam departemen yang dapat dibagi ke dalam tiga kelompok; Tabligh,

Tarbiyat, dan keuangan.

Untuk kelompok Tabligh sendiri menangani tujuh bidang, yaitu:

1. Bidang Tabligh, yang bertugas untuk menangani dakwah Ahmadiyah agar

menjadi mubayyin ke dalam Ahmadiyah;

2. Bidang Umur Kharijah, yang bertugas untuk menangani hubungan dan

urusan-urusan eksternal, atau semacam humas;

3. Isya‟at, yang bertugas untuk menangani expo, perpustakaan, maupun

publikasi;

Page 57: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

47

4. Audio-Video, yang bertugas untuk menangani dokumentasi dari

keseluruhan kegiatan Ahmadiyah baik dari daerah maupun nasional ke

dalam berbagai bentuk;

5. Dhiafat, yang bertugas untuk menangani acara-acara yang dapat diikuti

Ahmadiyah, urusan tamu, rapat dan kunjungan-kunjungan;

6. Zira‟at, yang bertugas untuk menangani masalah pertanian dan

peternakan;

7. Sanat wa Tijarah, perekonomian dan perdagangan.

Sedangkan kelompok Tarbiyat menangani tujuh bidang juga, yaitu:

1. Bidang Tarbiyat, yang bertugas untuk menangani persoalan kependidikan

dan regenerasi Ahmadiyah;

2. Bidang Ta‟lim, yang bertugas untuk menangani persoalan sekolah resmi,

madrasah, beasiswa, dan jami‟ah.

3. Bidang Umur Ammah, yang bertugas untuk menangani kegiatan-kegiatan

sosial, seperti bencana alam, sumbangan sosial, donor darah dan mata,

wikari amal, dan kegiatan sosial lainnya;

4. Bidang Rishta Nata, yang bertugas untuk menangani urusan pernikahan,

dan penyuluhan keluarga Ahmadi;

5. Bidang Wakfi Nou, yang bertugas untuk menangani bidang perwakafan

anak untuk lembaga. Anak diwakafkan untuk kepentingan adakwah di

jalan Allah;

6. Bidang al-Wasiyat, yang bertugas untuk menangani masalah wasiat harta

benda untuk jemaat.

7. Bidang Tahrik Jadid dan Perjanjian Lain, yang bertugas untuk menangani

masalah perjanjian seperti pendanaan maupun kontrak.

Page 58: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

48

Sementara kelompok Keuangan membidangi lima bidang, yaitu:

1. Bidang Mal, yang bertugas untuk menyusun dan merealisasikan anggaran

pemasukan dan pengeluaran;

2. Bidang Mal Tambahan, yang bertugas untuk menangani dan mengevaluasi

pelaksanaan anggaran;

3. Bidang Amin/Bendahara, yang bertugassebagai kasir jemaat;

4. Bidang Jaidad, yang bertugas untuk menangani seputar pelaksanaan-

pelaksanaan anggaran di lapangan;

5. Bidang Audit, yang bertugas untuk mengevaluasi dan mengaudit

keuangan secara keseluruhan.

Berkantor pusat di Jl. Raya Parung-Bogor 27, Pusat Jemaat

Ahmadiyah Indonesia ini memiliki lembaga pendidikan yang bernama Jamiah

Ahmadiyah. Lembaga tersebut merupakan Perguruan Tinggi Mubaligh Pusat

di mana pelajar dari seluruh daerah di Indonesia, yang diresmikan langsung

oleh Hadhrat Masih Ma‟ud a.s. sendiri.. Lembaga tersebut dipimpin oleh

seorang kepala sekolah. Administrasi lembaga ini berada pada Tahrik Jadid

dan Wakilut Ta‟lim merupakan wakil yang terkait. Sadr Anjuman Ahmadiyah

dan Tahrik Jadid Anjuman Ahmadiyah memikul bersama pembiayaannya.

Beberapa fasilitas disediakan untuk menunjang kegiatan pelajar seperti

perumahan untuk mubaligh, asrama jamiah, laboratorium komputer dan

bahasa, perpustakaan, gedung serba guna serta guest house. Di sana pelajar-

pelajar tersebut dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi misionaris yang

nantinya akan disalurkan ke berbagai daerah. Mubaligh sangat berperan dalam

penyebaran Ahmadiyah di Indonesia. Karena itu, Jemaat Ahmadiyah

Indonesia mendidik dengan serius para penyebar keyakinan mereka tersebut.

Page 59: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

49

Di tengah-tengah kompleks seluas 3,5 hektar tersebut, berdiri sebuah

masjid yang diberi nama masjid An-Nasr. Masjid yang berdiri di atas tanah

seluas 1300 m2 tersebut mampu menampung hingga 2000 orang jamaah.

Masjid dua lantai itu juga merangkap sebagai perkantoran. Lantai satu

digunakan untuk administrasi, dan lantai dua untuk tempat beribadah jamaah.

Dengan melihat model dan sistem organisasinya tersebut, Jemaat

Ahmadiyah Indonesia nampak memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan

pola organisasi keagamaan lainnya. Ahmadiyah juga nampak sebagai sekte

yang mapan dan terorganisir.

Page 60: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

50

BAB III

TEMUAN DAN ANALISIS

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan temuan dari

lapangan, terutama yang berkaitan dengan strategi bertahan Jemaat

Ahmadiyah Indonesia yang terdiri dari strategi bertahan internal dan strategi

bertahan eksternal serta bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh Jemaat

Ahmadiyah.

A. Strategi Bertahan Jemaat Ahmadiyah Pondok Udik Kemang

Banyak cara yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Kampung Udik

Kemang agar tetap survive dan mampu mempertahankan doktrin dan identitas

keagamaan serta jati diri organisasinya. Cara atau strategi tersebut dapat

dibagi menjadi dua, yakni strategi bertahan internal dan strategi bertahan

eksternal.

1. Strategi bertahan Internal

Yang dimaksud dengan strategi bertahan internal ini adalah suatu

proses atau cara yang dilakukan organisasi agar dapat melangsungkan

hidupnya (bertahan) dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada

didalam organisasi. Strategi bertahan internal yang diterapkan Jemaat

Ahmadiyah Pondok Udik untuk mempertahankan eksistensinya adalah

melalui loyalitas kepada pemimpin, internalisasi nilai-nilai keagamaan,

konsolidasi internal, pernikahan dengan sesama anggota, dan melalui

finansial.

Page 61: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

51

a. Loyalitas terhadap pemimpin

Setelah Mirza Ghulam Ahmad wafat, maka sistem komando dan

organisasi Ahmadiyah memakai pola Khilafat al-Masih (pengganti

al-Masih) sehingga Khalifah menjadi jabatan tertinggi dalam

organisasi Ahmadiyah, yang berpusat di Rabwah Pakistan, dan

London sebagai pusat pengendalian organisasi. Khalifah memiliki

wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Amir. Amir

adalah Gubernur, yang dimaksud Gubernur di sini adalah perwakilan

pada setiap negara. Khalifah berfungsi sebagai Imam bagi seluruh

jemaat Ahmadiyah di dunia. Khalifah ini diibaratkan sebagai induk

ayam yang di bawah sayapnya bernaung jutaan jiwa yang menerima

didikan dan perlindungannya.

Sistem organisasi dakwah yang bercorak sentralistik tersebut

memiliki beberapa keuntungan. Hal ini memudahkan sistem

komando dalam dakwah yang dilaksanakan. Tentu pengambilan

label “jemaat” bagi organisasi ini memiliki kaitan filosofis dengan

cita-cita dan rencana dakwah yang akan dilakukan oleh organisasi ini

dalam jangka panjang. Dengan sistem organisasi sentralistik tersebut,

maka efek perpecahan pada tahun 1914, kemudian dapat dinetralisir.

Konsolidasi yang sentralistik dalam sistem dakwah agama,

nampaknya memberikan kekuatan dan energi yang lebih positif

dibanding sistem yang lain.

Sistem tersebut juga semakin mengokohkan loyalitas para

jamaah, dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan program

yang dicanangkan oleh organisasi. Hal ini didorong oleh motivasi

Page 62: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

52

mengenai „keselamatan‟ yang akan mereka peroleh nanti melalui

imam jamaah, yang dimiliki oleh Khalifat al-Masih sebagai penerus

Ghulam Ahmad, yang menyatakan sebagai juru selamat.

Sebagaimana pernyataan Yaqub, yang mengungkapkan bahwa:

“Dengan adanya pemimpin tunggal untuk seluruh dunia yang

dibarengi dengan semangat ketaatan kepada pemimpin, maka

tidak akan melahirkan perpecahan dalam tubuh jamaah.Tertutup

segala kemungkinan untuk berbeda.Suara Khalifah sangat ditaati

dalam Ahmadiyah, sehingga mampu menyatukan

semua.”(Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17 Februari 2014).

Loyalitas atau ketaatann para jamaah ini juga nampaknya

berkaitan dengan salah satu poin yang terdapat dalam syarat bai‟at

yang disampaikan Yaqub ketika peneliti menanyakan seputar proses

bai‟at yang harus dijalani bagi calon anggota baru;

“Orang yang bai‟at berjanji dengan hati yang jujur bahwa; . . .

akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini (Imam Mahdi

dan Al-Masih Mau'ud), semata-mata karena Allah swt dengan

pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan

berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung

tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan

keluarga, ikatan persahabatan atau pun ikatan

kerja.”(Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17 Februari 2014).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa syarat bai‟at

yang harus dipenuhi oleh calon anggota Jemaat Ahmadiyah

Indonesia (JAI) cukup ketat. Ketika sesorang sudah bersedia untuk

menerima persyaratan tersebut, hampir dapat dipastikan ia akan setia

terhadap organisasi, hal tersebut bisa dilihat dari sedikitnya anggota

yang keluar dari Ahmadiyah.

Page 63: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

53

b. Internalisasi nilai-nilai keagamaan

Strategi internal berikutnya yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah

dalam menghadapi tekanan adalah penguatan nilai­nilai yang

bersumber dari Hazrat Mirza Ghulam.Menukil wawancara dengan

Yaqub:

“Ahmadiyah sangat memperhatikan nilai-nilai

kerohanian.Melalui berbagai peraturan maupun tradisi

jemaat.Ahmadiyah memiliki seperangkat peraturan-peraturan

maupun tradisi yang menjadi panduan bagi Ahmadi untuk

menjalankan keahmadiyahaannya.Serta melalui tarbiyat yang

dilakukan secara terus menerus.”(Wawancara pribadi dengan

Yaqub, 17 Februari 2014).

Dalam rangka penguatan nilai-nilai keahmadiyahan, perempuan (ibu)

memiliki peran yang sangat vital. Perempuan (ibu) bertugas untuk

menanamkan nilai-nilai keahmadiyahan kepada anak-anaknya. Mengutip

wawancara dengan Lilis, tokoh Lajnah Imaillah yang mengungkapkan

bahwa:

“Perempuan (ibu) harus bisa menjadi contoh bagi anak-

anaknya.Berlangsung secara alami maupun natural tanpa adanya

paksaan.Maka tumbuhlah pemuda pemudi Ahmadi.”(Wawancara

pribadi dengan Lilis, 28Januari 2014).

Hal tersebut menunjukkan bahwa Ahmadiyah sangat mengoptimalkan

peran keluarga dalam hal internalisasi nilai-nilai yang mereka yakini. Oleh

karena itu, keluarga juga mempunyai peran utama dalam proses regenerasi di

tubuh organisasi Ahmadiyah.

Jika perempuan (ibu) bertugas untuk menanamkan nilai-nilai

keahmadiyahan (kepada anak-anaknya), maka Amir dan pengurus-pengurus

memiliki tugas mengawasi aktivitas kerohanian jamaah. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Ahmad Amin dalam wawancara yang menuturkan bahwa:

Page 64: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

54

“Ahmadiyah memiliki susunan pengurus yang memiliki fungsinya

masing-masing. Pengurus-pengurus tersebutlah yang harus

memastikan bahwa keadaan setiap anggota baik, dari segi

kerohanian, keilmuan maupun kesejahteraan berjalan dengan baik”

(Wawancara pribadi dengan Ahmad Amin, 17 Februari 2014)

Sementara kaum laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas yang tergabung

dalam Majlis Ansharullah juga memiliki tugas dalam penguatan nilai-nilai

keahmadiyahan, sebagaimana apa yang disampaikan oleh Anwar, selaku

pengurus Majlis Ansharullah yang mengungkapkan bahwa:

“Agenda utama Ansharullah adalah tarbiyat, selain kepada anggota

juga kepada semua anggota badan lain (Khuddam dan Lajnah

Immaillah) terutama yang ada dalam lingkup keluarganya.Anggota

Majlis Ansharullah juga diberi tugas untuk manganjurkan dan

mengajarkan kepada keturunannya untuk tetap setia kepada

Khilafat. Karena itulah antara lain Ansharullah diposisikan sebagai

Pengawas bagi badan-badan.” (Wawancara pribadi dengan Anwar,

23 Februari 2014)

Dengan demikian, berbagai elemen yang ada di dalam Ahmadiyah

seperti keluarga dan pengurus mempunyai peran besar dalam penguatan

nilai­nilai keahmadiyahan.

c. Konsolidasi Internal

Seperti yang sudah dijelaskan di muka, sistem organisasi yang dianut

Jemaat Ahmadiyah bercorak sentralistik. Sistem tersebut nampaknya

memberikan kekuatan dan energi pertahanan yang lebih baik dibandingkan

dengan sistem yang lain. Ini menjadi kunci bagi soliditas organisasi, relatif

aman dari kemungkinan perpecahan. Mengutip wawancara dengan Ahmad

Amin yang menyebutkan bahwa:

“Ketaatan kepada pemimpin baik di tingkat lokal hingga

internasional menjadi pilar tegaknya persatuan di antara

anggota” (Wawancara pribadi dengan Ahmad Amin, 17 Februari

2014)

Page 65: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

55

Selama penelitian, peneliti menyaksikan bahwa anggota Jemaat

Ahmadiyah nampak sangat antusias melaksanakan shalat berjamaah yang

digelar di masjid An-Nasr. Mengutip wawancara dengan Yusuf selaku

Pengurus Majlis Khuddamul Ahmadiyah yang menyatakan bahwa:

“Dalam Ahmadiyah, sebenarnya sudah ada ruh untuk selalu

dalam kebersamaan. Itu sudah ada dengan sendirinya, tanpa ada

usaha yang lebih.Hal ini ada pada setiap anggota karena

sebelumnya telah ada pernyataan komitmen.Persaudaraan antar

anggota itu, tak sekedar kawan tetapi juga saudara yang

sesungguhnya. Kalau kegiatan untuk lebih mempererat ya, melalui

pengajian, sholat jumat, organisasi-organisasi yang ada, dan

banyak kegiatan lain.” (Wawancara pribadi dengan Yusuf, 23

Februari 2014)

Di samping itu, teknologi juga digunakan oleh kalangan Ahmadiyah

untuk meningkatkan soliditas mereka. Hal tersebut terlihat dari didirikannya

Muslim Television Ahmadiyya International (MTA), serta pemanfaatan

internet, Chatting dan mailing menjadi tugas rutin para mubaligh yang berada

di daerah untuk korespondensi dengan pengurus pusat. Mengutip wawancara

dengan Bilal Ahmad selaku pengurus MTA, yang menyebutkan bahwa:

“Salah satu tujuan didirikannya Muslim Television Ahmadiyya

International (MTA) adalah untuk memberikan kesempatan kepada

para pengikutnya dimanapun diseluruh dunia untuk berhubungan

secara instan dengan khalifah.” (Wawancara pribadi dengan Bilal,

28Januari 2014)

Dengan terus menjalin komunikasi yang baik, akan tercipta hubungan

yang harmonis antara sesama anggota maupun antara anggota dengan

pemimpin, akan mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya.

Dengan demikian, organisasi akan terus berjalan.

d. Pernikahan dengan sesama anggota

Strategi bertahan internal Ahmadiyah selanjutnya adalah mengatur

pernikahan anggota. Secara kelembagaan, Ahmadiyah mempunyai peraturan

Page 66: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

56

menyangkut pernikahan anggotanya. Peraturan tersebut yaitu kewajiban

untuk melakukan pernikahan hanya dengan sesama anggota. Peraturan

tersebut berdasarkan pertimbangan dari aspek „kufu‟. Mengutip wawancara

dengan Yaqub, yang menyatakan bahwa:

“Islam mengajarkan bahwa alangkah baiknya di dalam

pernikahan laki-laki dan perempuan itu dalam keadaan kufu.Di

dalam kufu, kesamaan mazhab, agama, keadaan keluarga sebagai

tolak ukur utama.Maksud dari kufu sebenarnya adalah

menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam kehidupan

berkeluarga bagi kedua belah pihak”. (Wawancara pribadi dengan

Yaqub, 17 Februari 2014)

Hal senada juga disampaikan oleh Lilis, tokoh Lajnah Imaillah yang

menuturkan bahwa:

“Kami punya aturan untuk mengatasi, karena pernikahan itu kan

sesungguhnya penyamaan persepsi (akidah). Jadi kami berprinsip

secara Islami penuhi dulu itu, tapi kami punya persepsi lain

alangkah baiknya apabila ada persamaan, daripada berbeda maka

nantinya akan sulit dalam proses pembinaan dengan anak-anak

tadi.” (Wawancara pribadi dengan Lilis, 28Januari 2014)

Berdasarkan pernyataan kedua informan tersebut menunjukkan bahwa,

kecil kemungkinan anggota Ahmadiyah menikah dengan non-anggota.

Namun bukan berarti tidak mungkin. Mengutip wawancara dengan Yosep,

ketua RT setempat yang mengungkapkan bahwa:

“Hubungan warga di sini dengan Ahmadiyah baik, tidak ada

masalah dengan warga di sini. Bahkan beberapa warga bekerja di

sana. Ada pula yang menikah dengan anggota

Ahmadiyah.Memang pada awalnya mereka sangat tertetutup

namun lama-lama mereka sedikit terbuka dengan kita (warga).”

(Wawancara pribadi dengan Yosep, 28 Januari 2014)

Pernyataan tersebut menarik untuk dicermati. Pernikahan antara angoota

Ahmadiyah dengan non-anggota seperti yang telah disebutkan di atas

menunjukkan adanya interaksi dengan kelompok lain, dalam hal ini

masyarakat sekitar. Perubahan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh

Page 67: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

57

semakin heterogennya warga Ahmadiyah, baik dari segi latar belakang

pendidikan maupun profesi seperti pegawai negeri, dosen, dan wiraswasta,

yang mana memberikan nuansa tersendiri dalam perubahan pandangan

tersebut. Meskipun pada masa­masa awal pendirian Ahmadiyah, Mirza

Ghulam Ahmad tidak memperbolehkan pernikahan di luar jamaah. Sementara

itu, pernikahan antara anggota Ahmadiyah dengan non-muslim rasanya

menjadi hal yang mustahil, mengingat kecilnya kemungkinan pernikahan

antara anggota Ahmadiyah dengan non-anggota, walaupun itu sesama

muslim.

e. Finansial

Organisasi Ahmadiyah secara finansial mandiri dari bantuan pihak luar.

Sumber pendanaan diperoleh dari iuran para anggotanya.Iuran di luar zakat

dan shadaqah bagi kalangan Ahmadiyah disebut dengan “pengurbanan” atau

disebut juga candah.Pengurbanan sendiri bisa berbentuk harta maupun

tenaga. Mereka menyandarkan diri pada berbagai ayat al-Qur‟an yang

menyatakan bahwa para umat Nabi terdahulu juga diperintahkan untuk

melakukan pengurbanan yang besar, demi syi‟ar keagamaan. Iuran yang

paling pokok, yang menjadi kewajiban anggota Ahmadiyah terdiri dari tiga

jenis iuran, yakni:

1. Candah Aam, di mana setiap anggota Ahmadiyah yang sudah

berpenghasilan mengeluarkan minimal 1/16 dari penghasilannya

perhari, atau perbulan, pertiga bulan, atau perenam bulan.

2. Candah Wasiat, kontribusi yang ditentukan oleh orang yang

menginginkan dengan perjanjian 1/10 dan 1/3 dari harta. Dalam

artian, organisasi menjadi salah satu ahli waris.

Page 68: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

58

3. Tahrik Jadid, perjanjian yang isinya kesediaan kontribusi 1/5 atau

jumlah tertentu untuk masa satu tahun, di mana dalam pembayarannya

dapat dicicil.

Selain ketiga jenis iuran wajib tersebut, juga masih terdapat berbagai

jenis iuran, yakni:

1) Candah Wasiyat Jaidad;

2) Fund Kongres;

3) Fund Umar Foundation;

4) Buyut al-Hamd (dana untuk pembangunan rumah bagi orang miskin);

5) Zakat;

6) Fitrah dan Fidyah;

7) Ied Fund;

8) Dana Seabad;

9) Dana Pusdik;

10) Bilal Fund (dana untuk keluarga korban);

11) Tousee Makan Bharat (untuk pemeliharaan tempat-tempat suci);

12) Markas Eropa;

13) Priok Jalsah;

14) Dana Komputer;

15) Waqvi Jadid;

16) Dana Darwisy;

17) Dana Pendidikan, dan sebagainya.

Dengan demikian, hampir semua event dan moment-moment penting

dapat menjadi sumber infaq untuk kepentingan dakwah. Dana tersebut

dikembangkan dalam skala perencanaan satu tahun. Semua itu didasarkan pada

Page 69: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

59

kontrak yang diinginkan oleh penyetor dana yang tidak lain ialah anggota,

memilih untuk menyalurkan infaqnya di bidang apa.

Oleh JAI, anggota yang paling setia membayar berbagai jenis infaq, dan

berdasarkan jumlah kekayaannya, paling sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan, maka orang tersebut dinyatakan memiliki hak untuk dimakamkan di

Behisyti Maqbarah (perkuburan ahli surga), lingkungan perkuburan suci yang

hanya disediakan bagi orang-orang yang dianggap suci di lingkungan

Ahmadiyah yang terletak di Qadian, Punjab, India.

Dengan pendanaan secara mandiri serta dikelola secara profesional dan

bertanggung jawab itulah, maka Jemaat Ahmadiyah mampu menghimpun dana

dalam skala besar, yang dapat mencukupi pembiayaan dakwahnya. Dengan

system pendanaan secara mandiri membuat Ahmadiyah percaya diri untuk

bersikap independen terhadap pihak luar.

2. Strategi Bertahan Eksternal

Strategi eksternal yang diterapkan Jemaat Ahmadiyah di Pondok Udik untuk

mempertahankan eksistensinya adalah:

a. Adaptasi

Yang dimaksud dengan adaptasi di sini adalah proses penyesuaian

organisasi terhadap lingkungan dan keadaan sekitar (Metnarno, 2011: 66).

Salah satu strategi bertahan eksternal Ahmadiyah adalah dengan melakukan

perubahan nama organisasi. Perubahan nama ini dapat dikategorikan ke

dalam strategi eksternal karena nama merupakan unsur identitas yang paling

mudah dikenali.

Ahmadiyah tercatat telah tiga kali mengganti nama mereka. Pertama,

Jemaat Ahmadiyah menggunakan nama Ahmadiyah Qadian Departemen

Page 70: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

60

Indonesia (AQDI). Penggunaan nama „departemen‟ dalam nama organisasi

ini menunjukkan bahwa Ahmadiyah ingin menerapkan pola pendekatan

kultural­keagamaan dengan memadukan bahasa Arab dengan bahasa

Indonesia ke dalam nama mereka, dengan harapan dapat diterima oleh

masyarakat.

Kedua, setelah menyandang nama Ahmadiyah Qadian Departemen

Indonesia (AQDI), kemudian Ahmadiyah merubah namanya menjadi

Anjuman Ahmadiyah Departemen Indonesia (AADI). Nama tersebut

merupakan hasil dari Muktamar bulan Desember 1949 yang digelar di

Jakarta. Selain menghasilkan nama baru, Mukatamar tersebut juga

Ahmadiyah menghasilkan perubahan pada Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga Ahmadiyah, yang mana Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga tersebut disesuaikan dengan organisasi Pusat Ahmadiyah di

Qadian (Zulkarnaen, 2005: 195).

Ketiga, nama Ahmadiyah berubah lagi menjadi Jemaat Ahmadiyah

Indonesia (JAI) hingga saat ini. Perubahan nama tersebut nampaknya

berkaitan dengan banyaknya protes dan kecaman yang ditujukan kepada

Ahmadiyah Qadian, sehingga kata “Qadian” dihilangkan untuk menghindari

stigma di kalangan umat Islam Indonesia.

b. Berpartisipasi pada kegiatan warga

Strategi bertahan berikutnya adalah dengan berpartisipasi pada kegiatan

warga. Secara sosial hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan masyarakat

berlangsung cukup baik. Mereka sering melakukan kegiatan bersama, meski

baru sebatas kegiatan-kegiatan non-formal. Sebagaimana ditegaskan oleh

Ahmad Amin bahwa:

Page 71: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

61

“Hubungan kami dengan masyarakat baik. Tidak ada masalah

dengan masyarakat setempat, masyarakat di sini menerima kami

dengan baik. Terutama dengan pemuda di sini. Pemuda-pemuda

Ahmadi sering berkomunikasi dengan pemuda di sini. Mereka

sering bertanding sepakbola, voli, dan sebagainya” (Wawancara

pribadi dengan Ahmad Amin, 17Februari 2014)

Hal senada juga disampaikan oleh Yosep selaku Ketua RT setempat

ketika penulis menanyakan seputar kegiatan bersama yang dilakukan oleh

warga dengan anggota Ahmadiyah:

“Kalau kegiatan yang formal sih tidak pernah, tapi kalau kegiatan

yang non-formal seperti kerjabakti, bermain sepak bola, bermain

volly, dan sebagainya cukup sering. Ya, saya sih berharap mereka

bisa lebih dekat dengan warga, lebih sering berkomunikasi dengan

kita, biar nggak ada rasa curiga atau apa satu sama

lain.”(Wawancara pribadi dengan Yosep, 28 Januari 2014)

Hubungan tersebut membuktikan bahwa Jemaat Ahmadiyah mulai

membuka diri terhadap lingkungan sekitar. Keterbukaan yang mulai

diperlihatkan Jemaat Ahmadiyah tersebut penting untuk menghindari adanya

kecurigaan yang diekspresikan oleh masyarakat sekitar.

c. Aktivisme bersama organisasi lain

Di samping menciptakan hubungan yang baik dengan warga setempat,

Jemaat Ahmadiyah juga berusaha membangun kedekatan dengan organisasi

lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ahmad Amin bahwa:

“Ahmadiyah terbuka dengan siapa saja, baik itu dengan pemerintah,

dengan kelompok mainstream, maupun dengan kelompok minoritas.

Kami sering berkomunikasi dengan kelompok-kelompok minoritas

lainnya seperti Syi‟ah”(Wawancara pribadi dengan Ahmad Amin,

17Februari 2014)

Seperti halnya Ahmad Amin, hal senada juga disampaikan olehYaqub

yang mengungkapkan bahwa:

“Jemaat Ahmadiyah melalui Badan Lajnah Immaillah secara

kontinu turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial

Page 72: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

62

kemasyarakatan, terutama dalam memberikan bantuan pengobatan,

dan lain-lainkepada para korban bencana alam di berbagai daerah

di Indonesia bekerja sama dengan lembaga dan kelompok

masyarakat lainnya yang non-Ahmadiyah seperti Fatayat NU.”

(Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17 Februari 2014)

Demikian pula Lilis, pengurus Lajnah Imaillah yang mengungkapkan

bahwa:

“Kita sering mengadakan kegiatan bersama dengan

organisasiwanita, baik organisasi formal (parlemen) maupun

LSM.Jadi mereka sudah tahu kalau Lajnah Imaillah dari

Ahmadiyah.Kami sangat terbuka kalau diajak kerja sama. Memang

ada juga organisasi lain yang "takut" atau mereka menghindar dari

kita itu ada juga, karena merasa kita "berbeda" dari mereka."

(Wawancara pribadi dengan Lilis, 28 Januari 2014)

Relasi dengan kelompok lain tersebut memainkan peranan penting untuk

semakin meneguhkan sikap keterbukaan serta menghilangkan kesan eksklusif

yang melekat pada Ahmadiyah. Karena sikap itulah yang menjadi salah satu

penyebab kehebohan serta mengundang resistensi dari masyarakat. Tidak

dapat dipungkiri bahwa meski Ahmadiyah telah mencoba untuk membuka

diri, namun masih ada organisasi yang anti terhadap mereka.

d. Membangun relasi yang baik dengan pemerintah

Strategi bertahan eksternal berikutnya adalah dengan membangun

kedekatan dengan penguasa atau stakeholder setempat.Ahmadiyah sendiri

memiliki doktrin untuk mentaati pemerintah di manapun mereka berada. Di

daerah manapun, Ahmadiyah selalu melakukan pendekatan, dan menghindari

konflik serta perselisihan dengan pemerintah yang ada. Menurut Yaqub;

“Doktrin tersebut didasarkan pada friman Allah:

Page 73: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

63

Yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,taatlah kepada Allah

swt., dan taatlah kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang

memegang kekuasaan di antaramu. Dan, jika kamu berselisih

mengenai sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah

swt.dan Rasul-Nya, jika kamu memang beriman kepada Allah swt.

dan Hari Kemudian. Hal demikian itu paling baik dan paling bagus

akibatnya (An-Nisa :59)” (Wawancara pribadi dengan Yaqub, 17

Februari 2014)

Ayat itulah yang menjadi dasar kesetiaan Ahmadiyah terhadap

Pemerintah. Yaqub menambahkan:

“Kata „taat‟ yang terletak sebelum kata-kata „Allah swt‟ dan „Rasul‟

telah ditiadakan sebelum perkataan orang-orang yang memegang

kekuasaan agar menunjukkan bahwa ketaatan sepenuh-penuhnya

kepada penguasa yang diangkat menurut undang-undang, berarti

pula taat kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.” (Wawancara pribadi

dengan Yaqub, 17 Februari 2014)

Hal senada juga disampaikan oleh Ahmad Amin ketika peneliti

menanyakan terkait hubungan Jemaat Ahmadiyah di Pondok Udik

dengan stakeholder setempat:

“Hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan para pemimpin baik. Jemaat

Ahmadiyah harus taat dan setia pada pemerintah dan negara di

manapun mereka berada, sebagaimana ayat “wa uli al-amri

minkum” yang artinya: dan taatlah kepada pemerintah. Bahkan

Khalifah juga memerintahkan untuk demikian.”(Wawancara pribadi

dengan Ahmad Amin, 17 Februari 2014)

Jemaat Ahmadiyah di Pondok Udik sendiri, mempunyai

hubungan yang cukup dekat dengan Pemerintah setempat, dalam hal

ini dengan pihak Kelurahan Pondok Udik. Mengutip wawancara

dengan M. Sutisna, Kepala Desa Pondok Udik:

“Mereka (Jemaat Ahmadiyah) sudah cukup lama di sini (Pondok

Udik).Selama saya menjabat menjadi Kepala desa di sini tidak ada

masalah, semua baik-baik saja. Tidak ada yang merasa dirugikan

oleh keberadaannya.Mereka (Ahmadiyah) ikut berpartisipasi dalam

acara-acara bersama seperti agustusa-an, kita juga sering

mengajukan bantuan dana kepada mereka (Ahmadiyah).”

(Wawancara pribadi dengan Sutisna, 28 Januari 2014)

Page 74: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

64

Berdasarkan penuturan di atas, tergambar hubungan antara

pemerintah dengan Jemaat Ahmadiyah. Hal itu terwujud dalam sikap

dari pihak kelurahan yang tidak segan umtuk mengajukan bantuan

kepada pihak Ahmadiyah. Relasi ini merupakan upaya yang

strategis. Setidaknya, dengan membangun kedekatan dengan

Pemerintah setempat, dalam hal ini dengan pihak Kelurahan dapat

menciptakan rasa aman bagi pihak Ahmadiyah. Karena Pemerintah

mampu memberikan keuntungan seperti perlindungan politik dari

ancaman eksternal yang datang dari kelompok yang menolak

kehadiran Jemaat Ahmadiyah.

e. Legalitas

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Jemaat Ahmadiyah

adalah organisasi keagamaan, bukan organisasi politik dan tidak

memiliki tujuan politik. Di dalam mengembangkan dakwah

keagamaannya, Jemaat Ahmadiyah senantiasa loyal dan patuh

kepada undang-undang negara serta kepada pemerintah yang

berkuasa di manapun Jemaat Ahmadiyah berdiri.

Ketika Republik Indonesia mulai berdiri dan tatanan

pemerintahan serta undang-undang negara Republik Indonesia telah

tertata dan terbangun, Jemaat Ahmadiyah pun segera menyesuaikan

diri dengan peraturan pemerintah dan perundang-undangan yang ada

di negara Republik Indonesia. Pada akhir tahun 1952, Pengurus

Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengajukan surat kepada

pemerintah Republik Indonesia yaitu surat permohonan pengesahan

AD dan ART Jemaat Ahmadiyah untuk diakui sebagai Badan

Page 75: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

65

Hukum. Dan pada tanggal 13 Maret 1953 Menteri Kehakiman

Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.JA.5/23/13

menetapkan, bahwa Perkumpulan atau Organisasi Jemaat

Ahmadiyah Indonesia diakui sebagai sebuah badan hukum. Surat

keputusan Menteri Kehakiman tersebut dimuat dalam Tambahan

Berita Negara RI tanggal 31 Maret 1953 Nomor 26 (Sidik, 2008:

21).

Pengakuan Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia itu

lebih dipertegas lagi oleh pernyataan Surat Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat Nomor 0628/Ket/1978 yang menyatakan bahwa

Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah diakui sebagai badan hukum

berdasarkan Stasblaad 1870 N0. 64 (Sidik, 2008: 21).

Selanjutnya, kelengkapan Organisasi Jemaat Ahmadiyah juga

diakui telah memenuhi persyaratan ketentuan Undang-undang

Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan sehingga

keberadaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dinyatakan telah sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku oleh Direktorat

Jendral Sosial Politik Departemen Dalam Negeri dengan Surat

Nomor 363.A/DPM/505/93 (Sidik, 2008: 22).

Demikian juga dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1986

serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1986 tentang

Ruang Lingkup, Tata Cara, Pemberitahuan Kepada Pemerintah,

serta Papan Nama dan Lambang Organisasi Kemasyarakatan,

Page 76: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

66

Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah diakui keberadaannya oleh

Departemen Dalam Negei Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Kesatuan Bangsa dengan Nomor inventarisasi di DEPAGRI dengan

sifat kekhususan Kesamaan Agama Islam tanggal 5 Juni 2003

dengan Nomor 75/D.I/VI2003 (Sidik, 2008: 22).

Keputusan tersebut merupakan pengakuan pemerintah terhadap

eksistensi Jemaat Ahmadiyah di wilayah Republik Indonesia.

Pengesahan tersebut sekaligus menempatkan Jemaat Ahmadiyah

Indonesia sebagai organisasi yang memiliki hak dan kewajiban yang

setara dengan organisasi keagamaan yang sah lainnya. Jemaat

Ahmadiyah berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah

sekaligus mentaati peraturan yang berlaku di Republik Indonesia.

Sementara itu, pengesahan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)

sebagai lembaga yang memiliki badan hukum oleh Pemerintah pada

tahun 1953 tersebut nampaknya berkaitan dengan upaya pendekatan

tokoh-tokoh Ahmadiyah dengan pihak Pemerintah. Sebagaimana

yang telah kita ketahui bahwa pada masa-masa antara tahun 1946-

1955, pengaruh Soekarno sangat besar di Indonesia, sehinggga ada

kemungkinan terbitnya SK Menteri Kehakiman yang ditujukan

untuk Ahmadiyah berkaitan dengan kedekatan tersebut (Suvenir,

1994: 73).

Sementara kehadiran Jemaat Ahmadiyah di Pondok Udik

sendiri juga tidak lepas dari peran Pemerintah, dalam hal ini

Pemerintah Kabupaten Bogor. Pada saat itu yang menjadi Bupati

Bogor ialah Letkol TNI AD Ayip Rughby, yang kebetulan memiliki

Page 77: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

67

hubungan yang baik dengan salah satu anggota Ahmadiyah, yakni

Letkol TNI AD Abdul Mukti(Qoyum, 2010: 4). Kemungkinan besar

terbitnya izin untuk pembangunan Pusdik Jemaat Ahmadiyah ini

berkaitan dengan hubungan tersebut.

B. Analisis

Keberadaan JAI telah diakui secara legal oleh negara dengan

pengesahan organisasi ini sebagai badan hukum melalui SK Menteri

Kehakiman RI tanggal 13 Maret 1953 No.JA 5/23/13 dan Tambahan Berita

Negara RI No.26 Tanggal 31 Maret 1953, terdaftar di Departemen Agama RI,

Departemen Sosial, serta Departemen Dalam Negeri. Terbitnya fatwa-fatwa

dari MUI serta berbagai peraturan baik dari pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah memang telah mengerdilkan Ahmadiyah, yakni dengan

membatasi hak-hak penganutnya untuk menjalankan keyakinan mereka yang

dijamin oleh Undang-undang Dasar. Beragam respon lahir dalam menyikapi

fatwa tersebut. Tidak sedikit yang menyikapinya dengan wajar, tetapi banyak

pula yang bereaksi keras sehingga mengakibatkan Jemaat Ahmadiyah menjadi

korban kekerasan. Sebagai badan hukum resmi, seharusnya Jemaat

Ahmadiyah mendapatkan hak-hak yang sama dengan lembaga lain yang juga

berbadan hukum, namun fatwa-fatwa dari MUI serta berbagai peraturan baik

dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah jelas telah mengerdilkan dan

memasung hak-hak Ahmadiyah dan warganya. Meski demikian bukan berarti

tidak ada celah bagi mereka untuk „bersuara‟. Walaupun secara kuantitas

memang tidak begitu banyak, namun mereka tidak diam dan mencoba untuk

memperkecil atau menolak sama sekali klaim-klaim yang diajukan kelompok

dominan (anti-Ahmadiyah) serta mengajukan klaim-klaim mereka sendiri

Page 78: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

68

dalam menghadapi kelompok dominan. Dengan kata lain Jemaat Ahmadiyah

melakukan resistensi (perlawanan) terhadap kelompok tersebut. Tetapi yang

penting untuk diketahui adalah resistensi yang ditunjukkan oleh Jemaat

Ahmadiyah bukan merupakan resistensi yang dipahami secara umum, bukan

resistensi seperti demonstrasi anarkis ataupun yang melibatkan kontak fisik.

Untuk mengurai bagaimana respon Jemat Ahmadiyah Indonesia (JAI)

dalam menghadapi berbagai tekanan, peneliti menggunakan pandangan James

Scott, yang membagi resistensi menjadi 3 bentuk, yakni; resistensi tertutup,

resistensi semi-terbuka, dan resistensi terbuka.

1. Resistensi Tertutup

Mengacu pada pembahasan Scott, resistensi tertutup adalah perlawanan

yang dilakukan secara tersembunyi, samar dan halus. Resistensi jenis ini

sulit untuk dikenali secara langsung sebagai tindakan resistensi oleh pihak

ketiga. Karena samar dan halusnya teknik penentangan jenis ini, maka

terkadang pihak ketiga baik itu target maupun pengamat seperti peneliti

seringkali salah melihatnya sebagai suatu teknik bertahan semata. Dalam

kasus Jemaat Ahmadiyah Bogor ini, peneliti menemukan beberapa bentuk

resistensi tertutup, yakni;

a. Penolakan terhadap kategori-kategori yang dipaksakan

Pada tahun 1980, MUI mengeluarkan fatwa yang menyebutkan

bahwa Ahmadiyah adalah organisasi di luar Islam dan

sesat.Keputusan tersebut menimbulkan beragam respon dari

masyarakat, bahkan sebagian mengarah ke tindakan anarkis.Tidak

heran jika Jemaat Ahmadiyah menolak kategori-kategori yang

Page 79: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

69

dipaksakan MUI tersebut, atau dengan kata lain Jemaat Ahmadiyah

menolak dianggap sesat. Mereka mengeklaim bagian dari Islam dan

sama dengan umat Islam pada umumnya. Sikap initerlihat saat

wawancara, berikut petikan wawancara peneliti dengan salah satu

informan:

“Secara umum (Ahmadiyah) tidak ada perbedaanya dengan

umat Islam pada umumnya karena Ahmadiyah merupakan

bagian dari islam dan yang mengikuti ajaran islam.”

Selain menolak untuk dianggap sesat, Jemaat Ahmadiyah juga

membantah stigma 'eksklusif' yang selama ini disematkan ke

Ahmadiyah, seperti apa yang disampaikan salah satu informan

kepada peneliti yang menyatakan:

“Kami sangat terbuka kalau diajak kerja sama. Memang

ada jugaoranganisasi lain yang "takut" atau mereka

menghindar dari kita itu ada juga, karena merasa. kita

"berbeda" (dari mereka). Tapi secara umum di tingkat

pemerintahan, LSM kita bekerja sama dengan oranganisasi

lain. Jadi yang disebut eksklusif itu kita bingung, dimana

eksklusinya gitu, orang dengan berbagai organisasi kita

bekerja sama. Kalau dikatakan mereka tidak mau

mengundang, itu iya, karena mngkin mereka sudah alergi”.

Meski bentuk-bentuk resistensi tersebut tidak berpretensi

mengubah sistem dominasi, namunpenolakan terhadapkategori-

kategori yang dipaksakan MUI tersebut perlu untuk mengurangi

pengaruh buruk dari pelabelan-pelabelan yang dapat mengancam

keberlangsungan eksistensi mereka.

b. Membicarakan keburukan pihak lain di area domestik

Scott dalam teorinya menyatakan bahwa kelompok lemah

cenderung menggunakan cara yang samar dalam melakukan

pertentangan, misalnya dengan membicarakan keburukan pihak lain

Page 80: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

70

di area domestik. Bentuk perlawanan tersebut juga dilakukan oleh

Jemaat Ahmadiyah. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu

informan yang menyebutkan bahwa:

“Kalau kita sudah biasa, itu hal yang wajar dan tak hanya

Ahmadiyah saja yang menghadapi hal-hal negative.Jika

ada yang berpikir negative tentang Ahmadiyah, mungkin

saja mereka belum tahu benar tentang Ahmadiyah.Maka

dari itu, kita menyelenggarakan pemahaman-pemahaman

kepada mereka.Pendek kata, jika ada yang menganggap

kami negative maka kami berpikir bahwa mereka belum

tahu”.

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan lain, yang

mengatakan bahwa:

“Sejak zaman dahulu (nabi-nabi terdahulu), juga sering

dihina dan diejek oleh orang-orang.Saya hanya berdoa

kepada mereka, supaya dibukakan jalan pengetahuan bagi

mereka”.

Pertentangan tersebut dilakukan bukan tanpa sebab, faktor

seperti adanya frustasi atas kondisi yang mereka alami membuat

mereka melakukan tindakan semacam itu. Teknik penentangan ini

memang sangat samar dan halus, sehingga tidak nampak seperti

sebuah perlawanan. Sikap ini diambil karena dirasa aman. Bentuk

perlawanan seperti itu memang kurang efektif, tetapi karena ada satu

alasan bagi mereka melakukannya yaitu mereka tidak ingin

konfrontasi langsung. Terlepas apakah cara ini efektif atau tidak,

Jemaat Ahmadiyah sangat berhati-hati dalam berkomunikasi,

khususnya kepada orang luar. Hal itu terlihat pada pemilihan kata-

kata yang mereka gunakan ketika wawancara dengan peniliti.

Page 81: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

71

2. Resistensi Semi-Terbuka

Berbeda dengan jenis resistensi sebelumnya yang dilakukan secara

tersembunyi dan samar, jenis resistensi ini dilakukan dengan cara yang

lebih terbuka sehingga dapat diketahui langsung sebagai sebuah

tindakan perlawanan. Dalam kasus Jemaat Ahmadiyah Bogor ini,

peneliti menemukan beberapa bentuk resistensi semi-terbuka, yakni;

a. Membangun jaringan dan kerjasama dengan pihak lain

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali tekanan terhadap

Jemaat Ahmadiyah yang datang dari berbagai pihak seperti MUI

dan kelompok anti-Ahmadiyah. Hal tersebut mendorong Jemaat

Ahmadiyah untuk menggalang dukungan dari pihak non-

Ahmadiyah pemerhati isu-isu pluralisme ataupun HAM seperti;

Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), Kontras

(Komisi untuk Orang hilang dan Tidak Kekerasan), Wahid Institute,

AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama), dan

sebagainya.

Selain menggalang dukungan dari pihak non-Ahmadiyah

pemerhati isu-isu pluralisme ataupun HAM, Jemaat Ahmadiyah

juga menjalin kerjasama dengan pihak luar yang lebih kuat misalnya

bekerjasama dengan NU (Nahdlatul Ulama), sebagaimana yang

dipaparkan oleh salah satu informan yang menyatakan bahwa:

“Jemaat Ahmadiyah melalui Badan Lajnah Immaillah

secara kontinu turut ambil bagian dalam berbagai

kegiatan sosial kemasyarakatan, terutama dalam

memberikan bantuan pengobatan, dan lain-lain kepada

Page 82: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

72

para korban bencana alam di berbagai daerah di

Indonesia bekerja sama dengan lembaga dan kelompok

masyarakat lainnya yang non-Ahmadiyah seperti Fatayat

NU”

Tindakan-tindakan tersebut mengindikasikan bahwa Jemaat

Ahmadiyah sebagai subjek yang aktif yang mencoba keluar dari

tekanan yang melingkupi mereka.Bentuk-bentuk resistensi yang

mereka terapkan bisa dibilang sangat baik, setidaknya agar Jemaat

Ahmadiyah tidak terlalu tertekan dan tertindas. Selain itu, dengan

membangun jaringan dan kerjasama dengan pihak lain juga dapat

menyanggah stigma yang beredar di masyarakat bahwa Jemaat

Ahmadiyah merupakan kelompok eksklusif.

b. Memberi penjelasan dalam bentuk tulisan dan lisan

Terlepas apakah banyak yang bersimpati atau tidak, Ahmadiyah

dikenal sebagai komunitas yang damai karena doktrinnya

mengajarkan perdamaian. Dakwah Ahmadiyah tidak pernah

menyinggung apalagi menyerang madzhab lain, juga tidak

melakukan serangan balik atas pengkritiknya. Hal tersebut

sebagaimana dengan apa yang disampaikan oleh salah informan

yang menyebutkan bahwa:

“Orang boleh memandang kami sebelah mata, tapi kami punya

slogan "love for all, hated for none".Cinta kepada semua, tidak

benci pada siapapun. Kami dilarang untuk membalas apa yang

orang lain lakukan kepada kita (kekerasan). Kita tidak boleh

berprasangka negatif juga kepada mereka.Jadi kita tetap

berprasangka baik, kita doakan.Menurut kami, dimana bumi

diinjak, disitu langit dijunjung.Jadi tidak pernah kita melakukan

perlawanan-perlawanan.Demo saja tidak pernah.Diserang dimana-

mana.SKB keluarpun kita tidak turun ke jalan, karena kita memang

taat kepada pemerintah”.

Page 83: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

73

Dalam menanggapi berbagai kritik yang ditujukan kepada

mereka, Jemaat Ahmadiyah meresponnya dengan cara-cara yang

damai seperti memberi penjelasan dalam bentuk tulisan dan lisan.

Jemaat Ahmadiyah memanfaatkan setiap media untuk digunakan

menyuarakan kepentingan dan hak-hak mereka. Untuk penjelasan

dalam bentuk tulisan, sejauh ini sudah banyak buku-buku maupun

leaflet yang telah diterbitkan oleh Jemaat Ahmadiyah melalui

lembaga penerbitan miliknya sendiri. Dengan memiliki lembaga

penerbitan sendiri, mereka lebih leluasa untuk menyuarakan hak-

hak serta menjelaskan ajaran Ahmadiyah tanpa harus bergantung

pada media lain. Selain itu, media lainnya seperti blog juga menjadi

tempat untuk bersuara. Sedangkan untuk penjelasan berbentuk lisan,

Jemaat Ahmadiyah memanfaatkan stasiun televisinya sendiri yang

bernama MTA (Muslim Television Ahmadiyya International). Hal

tersebut sebagaimana yang diutarakan oleh salah satu informan

kepada peneliti, berikut kutipannya:

“Salah satu tujuan MTA adalah untuk memperkuat kedudukan

Ahmadiyah di negara-negara dimana ajaran tersebut mengalami

tekanan seperti Pakistan, Bangladesh dan Indonesia, para pengikut

Ahmadiyah telah dibunuh dengan motif agama. Selain itu juga

memberikan kesempatan kepada para pengikutnya dimanapun

diseluruh dunia untuk berhubungan secara instan dengan

khalifah.Selain itu tujuan didirikannya MTA juga untuk

menyampaikan kebenaran Islam kepada dunia.”

Page 84: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

74

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana strategi

bertahan Jemaat Ahmadiyahdi Pondok Udik, Kemang, Bogor. Dalam

penelitian ini, strategi bertahan yang dimaksud berkaitan dengan strategi atau

cara bertahan Jemaat Ahmadiyahdi Pondok Udik, Kemang, Bogor dalam

menghadapi tekanan.

Masuknya Ahmadiyah di Indonesia bermula dari pemuda-pemuda

Indonesia yang sedang studi di Qadian.Merekalah yang mengajukan

permohonan kepada Khilafah al-Masih II, agar dapat mengirimkan

mubalighnya ke Indonesia, yang dijawab bahwa Khalifah akan memenuhi

permintaan tersebut. Atas permintaan tersebut, Khalifah II, Mirza Basyiruddin

Mahmud Ahmad menugaskan Maulana Rahmat Ali untuk datang ke

Indonesia.

Sementara berdirinya Pusat Jemaat Ahmadiyah di Bogor

dilatarbelakangi olehperkembangan Jemaat Ahmadiyah yang membuat Kantor

Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menjadi pusat kegiatan-kegiatan

Jemaat Ahmadiyah yang berskala Nasional tidak mampu menampung

banyaknya Jemaat meski telah mengalami beberapa kali perluasan. Di

samping itu Kabupaten Bogor memiliki jarak yang cukup dekat dengan kantor

pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang terletak di Jalan Balikpapan 1

Page 85: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

75

No. 10, Cideng, Jakarta Pusat.Selain itu juga faktor sosial demografis

Kabupaten Bogor yang memungkinkan bagi tumbuhnya organisasi-organisasi

keagamaan seperti Ahmadiyah.

Mengenai tipologi organisasi keagamaan, Ahmadiyah dapat

dikategorikan ke dalam tipe sekte Messianistik, karena di dalam Ahmadiyah

terdapat doktrin al-Mahdi dan al-Masih. Menurut Ahmadiyah, doktrin tentang

al-Mahdi tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Isa al-Masih di akhir zaman.

Hal itu karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu tokoh, yang kedatangannya

dijanjikan Tuhan.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding

dengan pola organisasi keagamaan lainnya.Ahmadiyah dikoordinir secara

sistematis dan terpusat secara Internasional.Sementara itu, keorganisasian

Jemaat Ahmadiyah Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor yang

menjadi markas pengurus besar ini terlihat sangat rapi.

Dalam mempertahankan eksistensinya, Jemaat Ahmadiyah

menerapkan strategi bertahan yang terdiri dari strategi bertahan internal dan

strategi bertahan eksternal.Strategi bertahan internal yang diterapkan Jemaat

Ahmadiyah Pondok Udik untuk mempertahankan eksistensinya adalah

melalui loyalitas kepada pemimpin, internalisasi nilai-nilai keagamaan,

konsolidasi internal, pernikahan dengan sesama anggota, dan melalui

kemandirian finansial.

Sementara strategi bertahan eksternal yakni dengan adaptasi,

berpartisipasi pada kegiatan warga, aktivisme bersama organisasi lain,

membangun relasi yang baik dengan pemerintah, serta pengakuan dari

Page 86: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

76

pemerintah.Kemudian Jemaat Ahmadiyah melakukan tindakan resistensi

dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perlakuan persuasi

koersif dari pihak dominan.Tindakan resistensi ini peneliti kategorikan

menjadi dua, yaitu; resistensi tertutup, dan resistensi semi-terbuka. Contoh

resistensi tertutup yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Bogor adalah

penolakan terhadap kategori-kategori yang dipaksakan, dan membicarakan

keburukan pihak lain di area domestik. Sedangkan contoh dari resistensi semi-

terbuka yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah adalah membangun jaringan

dan kerjasama dengan pihak lain, dan member penjelasan dalam bentuk

tulisan dan lisan.

B. Saran

Penelitian ini sebenarnya tidak ditujukan untuk mencari penyelesaian masalah,

melainkan hanya untuk mendeskripsikan masalah yang sedang berlangsung. Namun

demikian, ada beberapa refleksi dari peniliti, diantaranya:

1. Pengurus Jemaat Ahmadiyah sebaiknya mengadakan kegiatan-kegiatan

yang melibatkan masyarakat sekitar yang lebih luas, agar membaur dan

menghilangkan kekakuan satu sama lainnya.

2. Jemaat Ahmadiyah harus lebih terbuka dengan masyarakat serta

organisasi lainya agar tidak dianggap sebagai kelompok yang eksklusif.

3. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang Jemaat Ahmadiyah,

lebih baik mencari tahu informasinya secara langsung dari sumbernya,

bukan dari sumber-sumber yang tidak jelas.

4. Hendaknya masing-masing petinggi organisasi keagamaan saling

bekerjasama untuk membangun umat Islam yang lebih baik dalam

kerangka ukhuwah Islamiyah.

Page 87: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

77

5. Hendaknya semua kelompok saling belajar dari kelompok lain serta

mengambil segi-segi positifnya untuk selanjutnya diaplikasikan dalam

kelompoknya, dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan bidang

teologis dan fiqh.

6. Masyarakat terutama umat Islam pada umumnya, harus lebih berhati-

hati dalam menanggapi isu-isu yang berkembang mengenai hal-hal

negatif tentang adanya aliran atau kelompok yang dianggap sesat

seperti Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).

7. Pemerintah harus menghapus dan mencabut semua undang-undang

yang mengandung berbagai bentuk diskriminasi terhadap minoritas

seperti SKB 3 Menteri tahun 2008.

8. Pemerintah hendaknya bersikap lebih otonom dalam mengambil

kebijakan. Jangan sampai terpengaruh pada tekanan dari kelompok

tertentu.

9. MUI seharusnya bersikap lebih obyektif dalam mengambil keputusan,

bukan hanya karena faktor mainstream yang mempengaruhi

keputusannya.

10. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya tidak hanya meneliti Jemaat

Ahmadiyah Indonesia (Qadian) saja, namun juga menyertakan

Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Lahore) sebagai komparasi untuk

menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan respon

mereka dalam menghadapi tekanan.

Page 88: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

vii

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Benton, Johnson. “On Church and Seet”. American Sociological Review, 28

(1963), 542.

Hadi, Sutrisno, 1990. Metodologi Penelitian. Bandung: Pustaka Setia

K. Nottingham, Elizabeth. 1994. Agama dan Masyarakat, Cet. V Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Lexi, J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miles, M.B and Huberman, M.A. 1984. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan Tjetjep

Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhammad Sholikhin, 2013. Kontroversi Ahmadiyah.Yogyakarta: Garudhawaca

Munawar Ahmad, 2013. Candy’s Bowl: Politik Kerukunan Umat Beragama. Yogyakarta:

SUKA-Press

Musthafa Kamal Pasya, Muhammadiyyah Sebagai Gerakan Islam, Perspketif Historis dan

Ideologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000

Niebuhr, H. Richard, 1929. The Social Sources of Denominationalism. New York : Holt.

O’dea, Thomas F, 1992. Sosiologi Agama (terjemahan : Tim Yasogama). Jakarta:

Rajawali

Page 89: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

viii

Roland Robertson (ed.) 1988, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta:

Rajawali

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Zulkarnain Iskandar, 2005. “Gerakan Ahmadiyah di Indonesia”. Yogyakarta: LkiS

2. Disertasi, Tesis, dan Hasil Penelitian Lainnya

BPS Kabupaten Bogor, 2012.Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2012. Kabupaten

Bogor: BPS Kab. Bogor.

Fransiskus anda, Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Keagamaan (Studi etnografi

pada Sebuah Gereja Katolik di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi Manajemen

dan Akuntansi Vol 9 No 2 Oktober 2011, 59- 83

Hilmi M, Pegulatan Komunitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Kediri Jawa Timur.

Disertasi: Univesitas Indonesia.

Martin Van Bruinessen, "Gerakan sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: latar

belakang sosial-budaya" ("Sectarian movements in Indonesian Islam: Social and

cultural background"), Ulumul Qur'an vol. III no. 1, 1992, 16-27

____________________, Duit, Jodoh, Dukun: Remarks on cultural changes among poor

migrants to Bandung. Masyaakat Indonesia XV, 1998Rusadi, 2010. “Ugasan

Torop Dalam Ugamo Malim” (Studi Kasus Di Lembaga Sosial Milik Masyarakat

Parmalim). Disertasi: Universitas Sumatra Utara

Mircea Eliade, The Encycloedia of Religion.New York: Macmilian Publishing Company,

1972), Vol. XIII, hlm 154

Suriadi, 2008. Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Perdesaan.

Jurnal Komunitas Universitas Indonesia.

Page 90: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

ix

Waryono, 1998. Mencari Agama Baru (Studi Tehadap munculnya Sekte-Sekte Agama).

Al-Jami’ah No.61

3. Wawancara

Wawancara dengan Yaqub pada 17 Februari 2014

Wawancara dengan Ahmad Amin pada 17 Februari 2014

Wawancara dengan Lilis pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Anwar Saleh pada 23 Februari 2014

Wawancara dengan Yusf pada 23 Februari 2014

Wawancara dengan Iqbal pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Muniru pada 23 Februari 2014

Wawancara dengan Sutisna pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Yosep pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Reni Fatmawati pada 28 Januari 2014

4. Internet

Profil Kabupaten Bogor: https://sites.google.com/site/profilbogorkab/gambaran-umum.

Diunduh pada 2 mei 2014.

Profil Kabupaten Bogor: http://bogorkab.bps.go.id/publikasi/statistik-daerah-kabupaten-

bogor-tahun-2013. Diunduh pada 2 mei 2014.

5. Dokumen

Dildar Ahmad, 2012. Pendalaman Aqidah Ahmadiyah oleh Komisi 8 DPR RI. Jakarta:

Page 91: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

x

Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Maulana, 2013. Awal Perselisihan Dalam Islam. Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Munasir Sidik, 2008. Dasar-dasar Hukum dan Legalitas: Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Qoyum Wahid, 2010. Sejarah Pembangunan Kampus Mubarak. Jakarta: Jemaat

Ahmadiyah Indonesia

Tim, 2013. Penjelasan Aqidah Jemaat Ahmadiyah di Hadapan Parlemen Nasional

Pakistan. Jakarta: Wisma Damai

Video CD: Selayang Pandang Ahmadiyah

Page 92: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xi

Dokumentasi Pribadi

Guest House

Asrama Jamiah

F

Perumahan Mubaligh

Page 93: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xii

Gedung Serbaguna

Masjid An-Nasr

Wawancara dengan beberapa informan

Page 94: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xiii

Wawancara dengan pengurus MTA

Suasana ketika peneliti wawancara di dalam gedung serbaguna

Page 95: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xiv

Hasil Wawancara dengan Mubaligh Ahmadiyah

1.Identitas Diri

a. Nama : Ya’qub

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 32

2.Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana struktur organisasi di dalam Jemaat Ahmadiyah?

Organisasi Jemaat Ahmadiyah terdiri dari:

a.Ketua

b.Majlis Musyawarah

c.Mubalighin

d.Pengurus Besar

e.Auditor

f.Dewan Pengampu

g.Pengurus Cabang

2. Bagaimanakah peran dari ketua/amir?

Amir adalah kepala administratif Jemaat yang memegang kewenangan

tertinggi dalam Jemaat di negerinya.

3. Bagaimana mekanisme dalam pemilihan ketua/amir?

Pengurus Nasional termasuk Amir sesuai dengan ketentuan memiliki masa

jabatan selama 3 tahun. Pengurus nasional tersebut dipilih melalui proses

Page 96: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xv

Maslis Syuro (Majlis Musyawarah Nasional). Dimana anggota Majlis

Syuro Nasional terdiri dari

A. Amir/Ketua Nasional

B. Para Muballigh Markazi

C. Para Wakil Amir/wakil ketua dan semua pengurus Besar Jemaat

Nasional

D. Para Amir/Ketua lokal

E. Perwakilan dari Jemaat Lokal selain Amir/ketua lokal, melalui proses

pemilihan dengan cara:

i. Setiap Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar Candah

sampai dengan 50 orang memilih seorang wakil.

ii. Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar candah antara 51

sampai 100 orang masing-masing memilih dua orang wakil

iii. Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar candah lebih dari

100, memilih seorang tambahan wakil untuk setiap 50 orang anggota

atau kurang dari itu.

iv.Amir/ketua Nasional atas pertimbangan nya sendiri dapat

mengundang anggota jemaat lainnya untuk secara khusus hadir dalam

Majlis Syuro . Jumlah undangan seperti itu tidak lebih dari 5 % dari

total jumlah anggota Majlis Syuro

v. (a) Dua wakil dari Majlis Khuddamul Ahmadiyah , terdiri dari Sadr

Majlis dan seorang wakil yang dipilihnya, (b) Dua wakil dari Majlis

Ansharullah , terdiri dari Sadr Majlis dan seorang wakil yang

dipilihnya, (c) Wakil dari Lajnah Imaillah , terdiri dari sadr Lajnah dan

mereka yang dipilihnya .Mengenai jumlahnya, amir /ketua Nasional

agar meminta persetujuan dari Hadhrat Khalifatul Masih

Page 97: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xvi

vi. Adalah perlu bahwa usia dari 25 % wakil-wakil yang dipilih oleh

suatu Jemaat untuk Majlis Syuro ada di bawah 30 tahun.

F. Para wakil dipilih dalam rapat umum Jemaat lokal berdasarkan suara

terbanyak

G. Dan seterusnya.

Hal lain yang harus diperhatikan saat proses pemilihan tidak

diperkenankan mengadakan kampanye, atau mengajukan diri sendiri. Hal

ini sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Pasal 236. Bila ada yang

mengeluhkan terjadinya kampanye propaganda untuk mendukung

seseorang dan keluhan itu terbukti benar setelah diteliti maka hasil

pemilihan harus dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku, sedangkan

mereka yang terlibat dalam kampanye propaganda itu dikenai

pertanggungjawaban serta harus diadakan pemilihan ulang dan mereka

yang terlibat dalam kampanye itu tidak diizinkan mengikuti pemilihan

ulang ini. Untuk melakukan langkah ini harus memperoleh izin dari

Hadhrat Khalifatul Masih lebih dulu. Catatan: Dalam sebuah pemilihan

seseorang tidak boleh mengusulkan namanya sendiri maupun memberikan

suara untuk dirinya sendiri. Jika terbukti seseorang melakukan demikian

maka ia dianggap tidak pantas untuk jabatan itu dan juga, ia akan

dibebastugaskan dari jabatan apapun yang tengah disandangnya saat itu.

4. Berapa banyak jumlah anggota Jemaat Ahmadiyah di Indonesia dalam 3

tahun terakhir (2011, 2012, 2013)? Apakah ada peningkatan dari tahun-

tahun sebelumnya, atau sebaliknya?

Berdasarkan data yang diterima telah terjadi peningkatan baik dari segi

jumlah anggota maupun jumlah cabang terjadi peningkatan. Bahkan yang

cukup mengejutkan terjadi peningkatan yang signifikan dari penerimaan

pengorbanan anggota.

Page 98: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xvii

5. Bagaimana cara membedakan antara anggota Jemaat Ahmadiyah dengan

non-anggota?

Secara umum tidak ada perbedaanya dengan umat Islam pada umumnya

karena Ahmadiyah merupakan bagian dari islam dan yang mengikuti

ajaran islam. Anggota Ahmadiyah juga tidak mengenakan simbol-simbol

atau atribut-atribut khusus seperti jubah, serban, dan sebagainya.

6. Bagaimana proses yang dijalani seseorang, bila ingin masuk menjadi

anggota Ahmadiyah?

Setelah seseorang mengenal kebenaran Imam Mahdi dan Nabi Isa yang

dijanjikan melalui Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, kemudian menerima

Syarat Bai’at (terlampir dibawah) juga segala akidah Ahmadiyah termasuk

segala petunjuk yang penting maka seseorang diizinkan berbai’at dengan

mengisi Formulir Surat Pernyataan Bai’at yang telah disediakan.

Adapun Syarat Bai’at itu adalah :

Orang yang bai'at berjanji dengan hati yang jujur bahwa:

i. Dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan

menjauhi syirik

ii. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina.

pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbutan fasik, kejahatan,

aniaya, khianat, mengadakan huru hara, dan memberontak serta tidak akan

dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan

terhadapnya.

iii. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu tanpa putus-putusnya

sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan dengan sekuat

tenaga berikhtiar akan senantiasa mengerjakan shalat tahajud dan

mengirim shalawat kepada junjungannya yang Mulia Rasulullah saw dan

setiap hari akan membiasakan mengucapkan pujian dan sanjungan

Page 99: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xviii

terhadap Allah Ta'ala dengan mengingat karunia-karunia-Nya dengan hati

yang penuh rasa kecintaan.

iv. Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya

terhadap makhluk Allah seumumnya dan kaum Muslimin khususnya

karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan

atau dengan cara apapun juga.

v. Akan tetap setia terhadap Allah Ta'ala baik dalam segala keadaan susah

ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya

akan rela atas putusan Allah Ta'ala. Dan senantiasa akan bersedia

menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan

memalingkan mukannya dari Allah Ta'ala ketika ditimpa suatu musibah,

bahkan akan terus melangkah ke muka.

vi. Akan berhenti dari adat kebisaan yang buruk dan dari menuruti hawa

nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Quran suci

atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi

pedoman baginya dalam setiap langkahnya.

vii. Akan meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan

merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti yang halus dan

sopan santun.

viii. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam

lebih daripada jiwanya, harta bendanya, anak-anaknya dan dari segala

yang dicintainya.

ix. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah

seumumnya dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada

ummat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah

Ta'ala.

x. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini (Imam Mahdi dan Al-

Masih Mau'ud), semata-mata karena Allah swt dengan pengakuan taat

dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian

ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi

Page 100: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xix

ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan atau pun ikatan

kerja.

7. Adakah anggota Jemaat Ahmadiyah yang mempunyai posisi strategis

dalam masyarakat maupun pemerintahan?

Sejak masa perjuangan hingga saat ini tidak terhitung jumlahnya warga

Ahmadiyah yang memiliki posisi strategis dalam pemerintahan maupun

dalam masyarakat. Bahkan dalam daftar para pahlawan bangsa tercatat

beberapa nama yang merupakan anggota Ahmadiyah; Wr soepratman, R.

Muhyiddin, Arif Rahman Hakim dan lain-lain.

8. Hal-hal apa saja, yang dilakukan untuk menguatkan solidaritas antar

anggota?

Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa faktor yang dapat menjadi

penguat jalilan solidaritas antar anggota, namun penulis hanya

memberikan beberapa contoh saja.

a. Melalui ketaatan dalam sistem berjamaah yang dipimpin oleh seorang

khalifahtul Masih (pemimpin) Internasional. Dengan adanya pemimpin

tunggal untuk seluruh dunia yang dibarengi dengan semangat keitaatan

kepada pemimpin, maka tidak akan melahirkan perpecahan dalam tubuh

jamaah. Tertutup segala kemungkinan untuk berbeda. Oleh karena itu

ahmadi yang ada di Indonesia secara prinsip sama dengan ahmadi di

seluruh dunia. Suara Khalifah sangat ditaati dalam Ahmadiyah, sehingga

mampu menyatukan semua. Dimana suara khalifah tersebut dapat diterima

setiap ahmadi baik melalui khutbah Jumat yang langsung, media cetak dan

lain-lain. Para pengurus di tingkat internasional, nasional, lokal harus

memastikan bahwa seruan khalifah di dengar dan dilaksanakan oleh

seluruh ahmadi dengan baik.

b. Melalui berbagai peraturan maupun tradisi Jemaat. Ahmadiyah memiliki

seperangkat peraturan maupun tradisi yang menjadi panduan bagi ahmadi

Page 101: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xx

untuk menjalankan keahmadiaanya yang tentunya berlandaskan kepada

ajaran-ajaran Islam.

9. Bagaimana cara Jemaat Ahmadiyah dalam mengarahkan perilaku

anggotanya agar sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai?

Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi yang secara murni

berlandaskan pada kerohanian. Oleh sebab itu Jemaat ahmadiyah sangat

menekankan kepada anggotanya untuk selalu memperhatikan nilai-nilai

kerohanian. Upaya ini dilakukan dengan beragam cara yang sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam. Serta melalui tarbiyat yang dilakukan secara terus

menerus.

10. Apa saja badan atau lembaga yang dibuat untuk menunjang kegiatan

Jemaat Ahmadiyah?

Secara internasional, Jemaat Ahmadiyah saat ini memiliki kurang lebih 45

badan atau organisasi yang bergerak dibawah naungan Jemaat Ahmadiyah.

Namun saya hanya berikan beberapa contoh saja.

Sebagai upaya untuk mempermudah suksesnya berbagai program Khalifah

Ahadiyah yang ke 2 telah membentuk badan-badan berdasarkan gender

dan usia seperti sebagai berikut:

a. Majlis Ansharullah : kelompok pria berusia dari 40 tahun hingga

seterusnya.

b. Majlis Khuddamul Ahmadiyah : Kelompok pria berusia dari 15 tahun

hingga 40 tahun.Dalam badan ini ada sub badan yang disebut Majlis

Athfalul Ahmadiyah yang beranggotakan anak laki-laki berusia antara 7-

15 tahun.

c. Lajnah Imaillah : kelompok wanita ahmadiyah berusia 15 tahun ke atas.

badan ini memiliki sub badan untuk anak-anak perempuan berusia 7

hingga 15 tahun bernama Nasiratul Ahmadiyah.

d. Jamiah Ahmadiyah : lembaga yang didirikan untuk mendidik calon

muballigh.

Page 102: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxi

e. Muslim Television Ahmadiyya Internasional (MTA). tayang sejak tahun

1992, saat ini mengudara 24 jam non stop dipancarkan dari 8 satelit ke

seluruh dunia.

f. Majlis Nusrat Jahan, yayasan yang bergerak untuk kesehatan dan

pendidikan untuk masyarakat Afrika. dengan mendirikan klinik, RS,

sekolah-sekolah dan lainnya di berbagai tempat di afrika.

11. Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non

Ahmadiyah (NU, Muhammadiyah, dsb)?

Itu sah-sah saja. Namun dalam koridor organisasi Jemaat Ahmadiyah tidak

mengizinkan kepada anggotanya untuk menikah dengan seorang laki-laki

non Ahmadi, hal ini memiliki alasan-alasan yang kuat, diantaranya;

mengenai hal kufu (keseimbangan, kesetaraan). Dimana Islam sendiri

mengajarkan bahwa alangkah baiknya didalam pernikahan laki-laki dan

perempuan itu dalam keadaan kufu. Maksud dari kufu yang sebenarnya

adalah menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam kehidupan

berkeluarga bagi kedua belah pihak. Untuk lebih jelas diantara semua hal

ini persamaan dan kufu dalam agama meraih kepentingan dasar.

Berdasarkan hal inilah Rasulullah saw bersabda:

تنكح المزأة الربع لما لها و لحسبها و لجمالها و لدينها فاظفز بذات الدينتزبت يداك

Artinya: “ Yakni untuk menentramkan kehidupan keluarga dalam silsilah

menikahi seseorang perempuan diperhatikan empat hal yang sangat

penting, yaitu; Keadaan harta keluarga perempuan, aspek keluarga

perempuan, kecantikan dan keelokan perempuan, ketakwaan dan akhlak

perempuan.

Meskipun demikian seorang Mukmin hendaknya mengutamakan segi

agama dan akhlaknya.” Seorang ahmadi yang memiliki pasangan hidup

yang sama dalam hal keyakinan, visi dan misi tentunya akan lebih mudah

meraih ketenangan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Oleh karena

Page 103: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxii

itu sejatinya Jemaat Ahmadiyah membuat aturan tersebut untuk

anggotanya demi tegaknya kebaikan bersama.

12. Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non

Muslim?

Tidak boleh menikahi laki-laki musyrik atau perempuan musyrik akan

tetapi diperbolehkan menikahi perempuan Ahli Kitab. Haramnya menikahi

laki-laki musyrik atau perempuan musyrik sesuai dengan nash yang jelas.

Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan janganlah kamu menikahi

perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman; dan sebenarnya

hamba-sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan

musyrik meskipun ia menawan hatimu. Dan, janganlah kamu menikahkan

perempuan beriman dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman,

dan sebenarnya hamba-sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada

laki-laki musyrik, meskipun ia menawan hatimu. Mereka mengajak ke

Api, dan Allah swt. mengajak ke sorga dan ampunan dengan izin-Nya.

Dan, Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada manusia supaya mereka

dapat meraih nasihat. (Al-Baqarah :221)

Menikah dengan perempuan musyrik termasuk dalam hokum nikah fasid

sampai batas terbuktinya nasab. Pernikahan ini adalah batil dan bukanlah

dianggap suatu pernikahan. Seandainya perempuan musyrik ini beriman

maka harus dilakukan pernikahan ulang.

13. Bagaimana tanggapan tentang identitas keahmadiyahan dalam pergaulan

di masyarakat luas? Apakah akan menutupinya, atau bersikap terbuka?

Bersikap terbuka. Di dalam Ahmadiyah tidak ada ketentuan yang

mengharuskan untuk menutupi identitas keahmadiyahannya.

14. Bagaimana hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan para stakeholder

setempat? RT, RW, Kepala desa, Camat, dan sebagainya

Al-Quran menyebutkan

Page 104: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxiii

Artinya: Hai orang-orang yang beriman,taatlah kepada Allah swt., dan

taatlah kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang memegang

kekuasaan di antaramu. Dan, jika kamu berselisih mengenai sesuatu, maka

kembalikanlah hal itu kepada Allah swt. dan Rasul-Nya, jika kamu

memang beriman kepada Allah swt. dan Hari Kemudian. Hal demikian itu

paling baik dan paling bagus akibatnya (An-Nisa :59)

Kata “taat,“ yang terletak sebelum kata-kata “Allah swt.” dan “Rasul,”

telah ditiadakan sebelum perkataan orang-orang yang memegang

kekuasaan agar menunjukkan bahwa ketaatan sepenuh-penuhnya kepada

penguasa yang diangkat menurut undang-undang, berarti pula taat kepada

Allah swt. swt. dan Rasul-Nya. Perintah yang terkandung dalam kata-kata,

“Kembalikanlah hal itu kepada Allah swt. swt. dan Rasul-Nya “ dapat

ditujukan kepada sengketa antara rakyat itu sendiri. Jika ditujukan kepada

keadaan yang pertama, maka maksudnya ialah, seandainya ada suatu

perkara yang mengenainya timbul ketidaksepakatan antara penguasa-

penguasa dan rakyat, maka hal itu hendaknya diputuskan menurut ajaran

Alquran; dan jika Alquran diam mengenai hal itu, maka hendaknya

menuruti sunah dan hadis. Akan tetapi, apabila Alquran, sunah, dan hadis

diam mengenai masalah itu, hendaknya diserahkan kepada orang-orang

yang diberi wewenah mengurusi perkara-perkara kaum Muslimin.

Agaknya ayat itu menunjuk kepada hal-hal yang khusus berhubungan

dengan perkara-perkara kenegaraan. Dalam hal ini yang menjadi dasar

perintah itu ialah, segala ketaatan kepada penguasa itu harus tunduk

kepada ketaatan terhadap Tuhan dan Rasul-Nya. Tetapi, apabila ada

perbedaan paham dan sengketa mengenai utusan kemasyarakatan dan

sebagainya yang nampaknya disinggung dengan kata-kata jika kamu

berselisih, kaum muslimin harus dibimbing oleh hukum syariat Islam dan

bukan oleh hukum yang lain.

15. Bagaimana hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan kelompok mainstream

seperti NU, Muhammadiyah, dsb?

Page 105: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxiv

Ahmadiyah secara internasional dikenal sebagai pembawa pesan damai,

salah satu moto yang terkenal adalah love for all hatred for none. oleh

sebab itu tentunya Ahmadiyah akan selalu berusaha menjalin hubungan

baik dengan siapapun.

16. Bagaimana hubungan sosial dengan masyarakat sekitar?

Diberbagai tempat keberadaan ahmadiyah Tidak ada masalah dengan

masyarakat setempat, bahkan selalu membangun kerja sama. seperti

contoh Cabang yang ada di Kebayoran selalu mengadakan kerja sama

dengan warga sekitar, termasuk membuat aksi-aksi sosial.

17. Adakah kegiatan bersama yang dilakukan antara anggota Jemaat

Ahmadiyah dengan masyrakat sekitar? Jika ada, kegiatan seperti apa yang

dilakukan?

Jemaat Ahmadiyah melalui Badan Lajnah Immaillah secara kontinu turut

ambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, terutama

dalam memberikan bantuan pengobatan, dan lain-lain kepada para korban

bencana alam di berbagai daerah di Indonesia bekerja sama dengan

lembaga dan kelompok masyarakat lainnya yang non-Ahmadiyah seperti

Fatayat NU.

18. Bagaimana tanggapan anggota Jemaat Ahmadiyah bila ada pihak-pihak

yang menganggap negatif keberadaan Jemaat Ahmadiyah?

Mensikapi dengan baik, berusaha menerangkan bahwa ahmadiyah itu

bukan seperti anggapan orang yang salah mengenai ahmadiyah.

19. Bagaimana cara atau strategi yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah

dalam menghadapi pihak luar yang tak suka terhadap keberadaan Jemaat

Ahmadiyah?

Strategi apapun yang lakukan oleh Jemaat Ahmadiyah selalu mengikuti

ketentuan hukum yang berlaku.

Page 106: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxv

Hasil Wawancara dengan Mubaligh Ahmadiyah

1.Identitas Diri

a. Nama : Ahmad Amin

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 56

2.Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana struktur organisasi di dalam Jemaat Ahmadiyah?

Struktur organisasi Ahmadiyah hampir sama seperti struktur-struktur

organisasi pada umumnya, di mana terdapat; ketua, wakil, sekertaris,

bendahara dan lainnya.

Untuk posisi sekertaris terdapat beberapa bagian, yakni: Ta’lim, Tarbiyat,

Tabligh, Maal, dan sebagainya. Jika perlu sekertaris-sekertaris tersebut

dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan persetujuan Majlis

Musyawarah. Pengurus-pengurus tersebut dipilih secara musyarawah

mufakat melalui rapat dan disahkan oleh Majlis Musyawarah untuk masa

jabatan 3 tahun. Pada akhir masa jabatannya, anggota pengurus Besar atau

Majlis Amlah tersebut mempertanggungjawabkan kepengurusannya

kepada Dewan Pengurus.

2. Bagaimanakah peran dari ketua/amir?

Amir berperan untuk mengawasi aktivitas kerohanian, moral, pertablighan,

intelektual, perekonomian, kebudayaan dan fisikal dari para anggota

Jemaat serta menerapkan rencana konsolidasi, pengembangan dan

kesejahteraan Jemaat.

3. Bagaimana mekanisme dalam pemilihan ketua/amir?

a. Amir nasional diangkat atas rekomendasi dari Hazrat Khalifatul Masih

b. Pengurus besar dipilih berdasarkan kongres

c. Pengurus daerah dipilih berdasarkan konferensi daerah

Page 107: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxvi

d. Pengurus cabang dipilih berdasarkan rapat cabang

4. Berapa banyak jumlah anggota Jemaat Ahmadiyah di Indonesia? Apakah

ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, atau sebaliknya?

Data tahun 2011 menyebutkan bahwa 150ribu orang telah masuk ke dalam

Jemaat Ahmadiyah dalam 19 tahun terakhir (1992-2011). Pada tahun yang

sama, Jemaat Ahmadiyah memiliki 298 cabang di berbagai daerah.

5. Bagaimana cara membedakan antara anggota Jemaat Ahmadiyah dengan

non-anggota? (karakteristik)

Jamaah Islam Ahmadiyah memiliki beberapa perbedaan dengan umat

Islam pada umumnya (mayoritas), misalkan bila sebagian besar umat

islam sedang menunggu kedatangan nabi Isa ke dua kali, maka Ahmadiyah

meyakini bahwa nabi Isa yang ditunggu tersebut telah datang dalam diri

pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.

6. Bagaimana proses yang dijalani seseorang, bila ingin masuk menjadi

anggota Ahmadiyah?

Terkait dengan bagaimana bai’at dalam Ahmadiyah, Hadhrat Mirza

Ghulam Ahmad as. bersabda: "Janji bai'at ini bertujuan untuk

mengumpulkan orang-orang benar yang tidak dapat dipengaruhi dunia dan

membawa berkat bagi Islam dengan berkhidmat untuk penyebarannya

dengan cita-cita yang sama. Kelompok ini tidak boleh terdiri dari orang-

orang Islam yang malas, tak berguna, dan bermulut besar yang melalui

perpecahan dan amal buruk mereka telah menyebabkan kerugian tak

terhitung bagi Islam serta mengotori wajah Islam yang bersih. Jama'ah ini

juga tidak boleh terdiri dari orang-orang yang mengisolasi diri, yang tidak

mengenal kepentingan-kepentingan Islam dan kebutuhan manusia serta

kesejahterahan mereka. Jama'ah ini harus terdiri dari orang-orang yang

menolong si miskin, menjadi ayah si yatim dan siap untuk menyerahkan

hidup mereka demi pengabdian untuk Islam. Mereka harus berjuang untuk

menyampaikan berkat-berkat kepada dunia sehingga air kecintaan Allah

Page 108: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxvii

dan pengabdian sesama manusia menyatu di bumi. Allah telah

merencanakan agar Jama'ah ini mewujudkan kemuliaan dan kekuasaan-

Nya. Dia akan memberkati mereka sehingga dunia dapat menyaksikan

kecintaan baru kepada Tuhan, tobat dari dosa, kesalehan sejati,

kedamaian, niat baik, dan kesejahteraan manusia maka kelompok ini akan

terdiri dari orang-orang yang didukung oleh rohulqudus. Dia (Allah

Ta'ala) akan membersihkan mereka dari kekotoran kehidupan dunia dan

memberikan mereka kehidupan baru. Dalam nubuatan-nubuatan-Nya yang

penuh berkat Dia telah menjanjikan kepadaku bahwa dia akan

memperbesar Jama'ah ini berlipat ganda dan ribuan orang yang ta'at akan

menggabungkan diri. Dia akan memelihara dan mengembangkan mereka

sampai jumlah dan kekuatan mereka akan terlihat mencengangkan bagi

para pengamat. Mereka akan menerangi dunia seperti cahaya yang

ditempatkan diatas bukit dan mereka akan menjadi contoh karunia-karunia

Islam. Anggota-anggota Jama'ah yang benar-benar patuh, akan unggul di

atas penentang mereka dan akan selalu muncul diatara mereka sekelompok

yang akan dipilih Allah untuk mendukung-Nya sampai dunia berakhir.

Inilah yang diinginkan Allah Tuhan kita Yang Maha Kuasa. Dia Maha

Kuasa dan melakukan apa yang Dia inginkan karena semua kekuasan dan

kemampuan adalah milik-Nya."

7. Adakah anggota Jemaat Ahmadiyah yang mempunyai posisi strategis

dalam masyarakat maupun pemerintahan?

Jemaat Ahmadiyah di sini cukup heterogen. Kami berasal dari latar

belakang yang berbeda-beda. Ada yang dari kalangan menengah ke atas,

ada juga yang berpendidikan tinggi. Tapi kami tidak memandang itu, bagi

kami semuanya sama.

8. Hal-hal apa saja, yang dilakukan untuk menguatkan solidaritas antar

anggota?

Page 109: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxviii

Adanya Ketaatan kepada Pemimpin baik di tingkat lokal hingga

Internasional. Kondisi ini yang menjadi pilar tegaknya persatuan di antara

anggota. Ahmadiyah memiliki susunan pengurus yang memiliki fungsinya

masing-masing. Pengurus-pengurus tersebutlah yang harus memastikan

bahwa keadaan setiap anggota baik, dari segi kerohanian, keilmuan

maupun kesejahteraan berjalan dengan baik

9. Bagaimana cara Jemaat Ahmadiyah dalam mengarahkan perilaku

anggotanya agar sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai?

Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi yang secara murni

berlandaskan pada kerohanian. Oleh sebab itu Jemaat ahmadiyah sangat

menekankan kepada anggotanya untuk selalu memperhatikan nilai-nilai

kerohanian. Upaya ini dilakukan dengan beragam cara yang sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam. Serta melalui tarbiyat yang dilakukan secara terus

menerus. Melalui media khutbah, pengajian, maupun pertemuan-

pertemuan lainnya.

10. Apa saja badan atau lembaga yang dibuat untuk menunjang kegiatan

Jemaat Ahmadiyah?

a. Lajnah Imaillah, yang terdiri dari Ahmadi perempuan yang berusia

15 tahun ke atas.

b. Majlis Ansharullah, yang terdiri dari pria Ahmadiyang berusia dari

40 tahun hingga seterusnya.

c. Majlis Khuddamul Ahmadiyah, yang terdiri daripria-pria Ahmadi

yang berusia dari 15 tahun hingga 40 tahun.

11. Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non

Ahmadiyah (NU, Muhammadiyah, dsb)?

Tidak diharamkan seorang anggota ahmadiyah menikah dengan non

ahmadiyah. Bila pun harus terjadi pernikahan tersebut (ahmadi dan non

ahmadi), maka pernikahan tersebut dinyatakan tidak ditetapkan bathil,

Page 110: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxix

Yakni nasab anak terbukti setelah pernikahan seperti ini, anak tersebut

mendapat semua hak syariat dan hukum serta berhak mendapat warits.

Berdasarkan pengalaman, seorang ahmadi yang memiliki pasangan hidup

yang bukan ahmadi sering sekali terjadi ketimpangan dalam meraih

keharmonisan. Pasangan yang non ahmadi sering melarang segala bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh pasangan hisupnya yang ahmadi.

12. Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non

Muslim?

Sebagaimana hukum Islam yangmengharaman menikah dengan non-

muslim, kecuali dengan ahlil Kitab yang dapat dilihat dalam Al-Quran

surah Al-Maidah : 5

Artinya: “Hari ini telah dihalalkan bagimu segala barang yang baik. Dan

makanan orang-orang yang diberi Kitab halal bagimu dan makananmu

halal bagi mereka. Dan dihalalkan bagimu wanita-wanita yang

memelihara kehormatan dari antara wanita-wanita mukmin dan wanita-

wanita yang memelihara kehormatan dari antara orang-orang yang diberi

Kitab sebelum kamu, apabila kamu memberikan kepada mereka maskawin

mereka untuk nikah dengan sah dan bukan untuk berbuat zina, dan tidak

pula untuk menjadikan gundik-gundik. Dan barangsiapa menjadi ingkar

sesudah beriman, maka sesungguhnya hapuslah amalannya, dan di akhirat

ia di antara orang-orang yang merugi”

Sekalipun Islam mengizinkan kaum pria Muslim menikah dengan wanita

bukan-Muslim dari antara Ahli kitab, namun tentu saja Islam lebih

menyukai kalau kaum pria Muslim menikah dengan kaum wanita Muslim

saja.

13. Bagaimana tanggapan tentang identitas keahmadiyahan dalam pergaulan

di masyarakat luas? Apakah akan menutupinya, atau bersikap terbuka?

Bersikap terbuka

Page 111: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxx

14. Bagaimana hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan para stakeholder

setempat? RT, RW, Kepala desa, Camat, dan sebagainya?

Hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan para pemimpin baik. Jemaat

Ahmadiyah harus taat dan setia pada pemerintah dan negara di manapun

mereka berada, sebagaimana ayat “wa uli al-amri minkum” yang artinya:

dan taatlah kepada pemerintah. Bahkan Khalifah juga memerintahkan

untuk demikian.

15. Bagaimana hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan kelompok mainstream

seperti NU, Muhammadiyah, dsb?

Ahmadiyah terbuka dengan siapa saja, baik itu dengan pemerintah, dengan

kelompok mainstream, maupun dengan kelompok minoritas. Kami sering

berkomunikasi dengan kelompok-kelompok minoritas lainnya seperti

Syi’ah.

16. Bagaimana hubungan sosial dengan masyarakat sekitar?

Hubungan kami dengan masyarakat baik. Tidak ada masalah dengan

masyarakat setempat, masyarakat di sini menerima kami dengan baik.

Terutama dengan pemuda di sini. Pemuda-pemuda Ahmadi sering

berkomunikasi dengan pemuda di sini. Mereka sering bertanding

sepakbola, voli, dan sebagainya.

Jemaat Ahmadiyah juga sering mengadakan kegiatan sosial seperti

pemberian santunan kepada fakir miskin, pengumpulan sumbangan dana

maupun tenaga pada lokasi bencana, kerja bakti serta donor darah. Hal ini

sebagai wujud kepedulian sosial warga Ahmadiyah terhadap

lingkungannya.

17. Adakah kegiatan bersama yang dilakukan antara anggota Jemaat

Ahmadiyah dengan masyrakat sekitar? Jika ada, kegiatan seperti apa yang

dilakukan?

Page 112: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxi

Jemaat Ahmadiyah sering berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan

masyarakat. Selagi kami diajak maupun diundang pasti kami akan ikut

serta, kami tidak ingin kehadiran kami dalam suatu kegiatan yang tidak

diharapkan.

18. Bagaimana tanggapan anggota Jemaat Ahmadiyah bila ada pihak-pihak

yang menganggap negatif keberadaan Jemaat Ahmadiyah?

Apapun pandangan orang luar, baik itu positif maupun negatif, kami

menanggapinya dengan baik, karena kami punya motto yakni love for all

hatred for none.

19. Bagaimana cara atau strategi yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah

dalam menghadapi pihak luar yang tak suka terhadap keberadaan Jemaat

Ahmadiyah?

Sebenarnya tidak ada strategi khusus, namun kita akan berusaha untuk

mengajak berdialog, berbicara dengan baik-baik, bukan dengan cara-cara

kekerasan.

Page 113: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxii

Hasil Wawancara dengan pengurus Majlis Lajnah Imaillah

1.Identitas Diri

a. Nama : Lilis

b. Jenis Kelamin : perempuan

c. Umur : 53

2.Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana posisi perempuan dalam Ahmadiyah?

Sama dengan posisi perempuan dalam Islam. Kami sangat menjunjung

nilai perempuan dalam keseharian maupun dalam organisasi, sehingga di

dalam Ahmadiyah scara internasional itu sama kedudukan perempuannya.

Adapun Lajnah Imaillah yang artinya adalah perempuan (hamba allah).

Kalau disebut hamba allah itu sudah membuat wanita kedudukannya luar

biasa, karena diposisikan sebagai hamba allah (orang yang hanya tidakut

kepada Allah) dan berupaya untuk menjadikan dirinya sebagai seorang

muslimah. Jadi kalau ditanya posisi perempuan dalam Ahmadiyah, sama

seperti yang ada di Islam, sangat dimuliakan, sehingga ada organisasi

secara khusus bagi perempuan yakni Lajnah Imaillah. Karena ia

diposisikan khusus berarti ada panduannya, ada sisi pembinaannya,

lengkap dan sama (Ahmadiyah) di seluruh dunia dimana semua sudah ada

dalam satu aturan yang baku yang sekarang ini dipimpin oleh khalifah

yang ke 5. Kami senantiasa untuk bisa mengarahkan perempuan-

perempuan Ahmadiyah ini secara Islami, itu semuanya diatur sedemikian

baik karena semuanya terstruktur dengan rapi. Jadikalau dikatakan

bagaimana posisi perempuan, jelas sama dengan posisi perempuan dalam

Islam sangat dimuliakan.

2. Berapa banyak jumlah anggota perempuan Ahmadiyah di Indonesia saat

ini? Apakah ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, atau

sebaliknya?

Page 114: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxiii

Secara alamiah yang lahir itu pasti ada dan sekarang dengan adanya SKB

memang membatasi aktivitas (penyebaran aqidah), tetapi tentu saja orang-

orang yang ingin mengetahui kami lebih lanjut, kemudian ingin

mempelajari tentang Ahmadiyah, mereka tertarik kemudian ada yang

masuk, walaupun kami secara de facto menyatakan kita tidak boleh

menyebarkan akidah karena SKB itu.

Ciri kalau Ahmadiyah benar, salah satunya adalah dalam segi jumlah.

Kalau jumlahnya stagnan itu berarti organisasi ini tidak ada pengikutnya,

tapi karna kita terus berupaya ingin mengajak orang kepada Allah otomatis

orang yang hatinya bersih ingin tahu dan tertarik bisa bergabung.

Walaupun ada SKB yang secara de yure membatasi kita untuk

menyebarkan aqidah, tapi untuk orang-orang yang ingin tahu kami tidak

bisa melarang, karena memang itu keinginan mereka. Jadi kalau dikatakan

jumlah, saat ini terus berkembang, sekarang memang kita sedang berupaya

untuk menarik orang-orang itu ke jalan allah menuju kebaikan yang Allah

kehendaki.

3. Bagaimana latar belakang berdirinya Lajnah Imaillah Indonesia?

Menyangkut pertanyaan nomer 1, karena perempuan begitu dimuliakan

dan diberi petunjuk, kami menganggap perempuan Ahmadiyah itu begitu

mulia. Dia harus bisa memposisikan dirinya sebagai muslimah yang sejati,

tetapi dia juga ada tugas-tugas yang lain yang sama mulianya yakni

mengkhidmati orang lain, berkhidmat dalam kemanusiaan (sosial). Itu

wajib disamping tugas internal dalam keluarga. seperti layaknya sepeda.

Sepeda mempunyai 2 roda yang berputar secara beriringan, apabila

dikayuh dengan cepat maka larinya pun akan cepat juga. Perempuan

Ahmadiyah tidak boleh hanya berpangku tangan di rumah.

4. Apa saja agenda yang dilakukan oleh Lajnah Imaillah?

Agenda utama (internal): Kembali pada 2 fungsi tadi (muslimah dan

sosialita), berarti ada proses tarbiyah. Kalau dia sebagai muslimah sejati

Page 115: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxiv

berarti dia harus memposisikan diri sebagai ibu yang sejati yang harus

membawa keluarga dan anak-anaknya menjadi keluarga yang muslim.

Agenda berikutnya (eksternal): kita punya agenda sosial. Kita sering

menjalin kerja sama dengan oraganiasi perempuan lainnya seperti Fatayat

NU, lembaga-lembaga pemerintah maupun LSM. Untuk agenda

kemanusiaan kami paling depan, malahan (bukan hanya perempuan) kami

pendonor mata terbanyak. Selain itu juga membantu korban bencana

walaupun tidak terekspos tapi alhamdulillah kita bisa berkontribusi.

5. Seperti apakah pakaian perempuan dalam JAI?

Dalam JAI tak ada aturan baku. Tetapi kita memakai pakaian yang sesuai

dengan syariah, yaitu tertutup seluruh badan kecuali telapak tangan dan

muka. Dan ketika berada dalam rumah/ keluarga juga tak wajib memakai

jilbab. Jadi tak ada ketentuan yang ketat. Kalau saya pribadi tak mau

memakai pakaian yang terlalu mencolok perhatian masyarakat.

6. Bagaimana peran Lajnah Imaillah dalam proses regenerasi yang ada dalam

Ahmadiyah?

Perempuan (ibu) harus bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Berlangsung secara alami maupun natural tanpa adanya paksaan. Maka

tumbuhlah pemuda pemudi ahmadi.

Fokus pada ruang lingkup keluarga. Menurut kami ketahanan keluarga itu

penting. Kalau keluarga kuat, negara juga akan kuat. Organisasi manapun,

kalau di level keluarganya kuat, itu akan kuat. Jadi kita akarnya dari situ

(keluarga) untuk menjadi organisasi yang kuat.

7. Bolehkah perempuan Ahmadiyah menikah dengan laki-laki non-

Ahmadiyah?

Kami punya aturan untuk mengatasi, karena pernikahan itu kan

sesungguhnya penyamaan persepsi (akidah). Secara syarat syah harus

Page 116: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxv

terpenuhi dulu. Tapi kami punya prinsip, kalau memang memiliki akidah

yang sama, maka akan keluarga itu akan lebih baik, bisa memelihara anak-

anaknya juga. Jadi kami berprinsip secara Islami penuhi dulu itu, tapi kami

punya persepsi lain alangkah baiknya apabila ada persamaan, daripada

berbeda maka nantinya akan sulit dalam proses pembinaan dengan anak-

anak tadi.

Secara personal itu hak dia, untuk bisa memutuskan masa depannya. Tapi

secara organisasi kami punya aturan-aturan, yang bisa menyelamatkan

generasi berikutnya untuk bisa menjadi keluarga yang Islami itu, kami

punya aturan tersebut. Tapi kalau memang dia mau menikah (dengan yang

lain) itu hak dia. Ada hak dan kewajiban, kita menjaga keutuhan keluarga

itu.

8. Jika tidak boleh, bagaimana sanksinya?

Kita tidak menyebut secara tegas itu sanksi, tapi ada proses pembinaan,

kita terus berkomunikasi serta penerangan-penerangan pada yang

bersangkutan, walaupun kita ada aturan-aturan khusus tentang pembinaan

pada perempuan-perempuan Ahmadiyah itu. Tapi itu hak dia, secara asasi

itu hak dia untuk bisa menentukan, tapi kami secara organisasi punya

aturan untuk menyelamatkan perempuan itu.

9. Bagaimana tanggapan tentang identitas keahmadiyahan dalam pergaulan

di masyarakat luas? Apakah akan menutupinya, atahu bersikap terbuka?

Kita tidak ada aturan/himbauan untuk menutupi identitas. Dia harus bisa

memposisikan dimana dia berada trgantung kepada bagaimana dia

membawakan dirinya. Misalnya gini: saya tidak pernah ditanya 'kamu

Ahmadiyah bukan?' Biasanya kita berupaya untuk membuat diri kita

tampil beda dalam arti positif, mereka akan tanya 'kenapa perempuan

Ahmadiyah jumatan?', kan yang lain masih sangat jarang yang jumatan.

Saya di kantor tiap jumat ikut jumatan. Itu akan mengundang rasa

penasaran orang lain. Jadi proses-proses penunjukkan identitas dengan

Page 117: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxvi

cara demikian. Kami tidak pernah menghimbau untuk menutupi identitas,

semuanya akan terlihat secara natural. Orang biasanya akan melihat dari

perbuatan kita sehari-hari.

10. Bagaimana hubungan Lajnah Imaillah dengan organisasi keagamaan

perempuan lainnya, seperti muslimat NU, Aisiyah, dan sebagainya?

Biasanya kita bergerak di bidang pendidikan, sosial, kemanusiaan. Kita

sering mengadakan kegiatan bersama dengan organisasi wanita, baik

organisasi formal (pemerintah) maupun LSM. Jadi mereka sudah tahu

kalau Lajnah Imaillah dari Ahmadiyah. Kami sangat terbuka kalau diajak

kerja sama. Memang ada juga organisasi lain yang "takut" atau mereka

menghindar dari kita itu ada juga, karena merasa. Kita "berbeda" (dari

mereka). Tapi secara umum di tingkat pemerintahan, LSM kita bekerja

sama dengan organisasi lain. Jadi yang disebut eksklusif itu kita bingung,

dimana eksklusinya gitu, orang dengan berbagai organisasi kita bekerja

sama. Kalau dikatakan mereka tidak mau mengundang, itu iya, karena

mungkin mereka sudah alergi. Kita terbuka, dengan komnas

perempuan,organisasi keagamaan perempuan, LSM, dll.

11. Bagaimana tanggapan anggota Lajnah Imaillah bila ada pihak-pihak yang

menganggap negatif keberadaan Ahmadiyah?

Orang boleh memandang kami sebelah mata, tapi kami punya slogan "love

for all, hated for none". Cinta kepada semua, tidak benci pada siapapun.

Kami dilarang untuk membalas apa yang orang lain lakukan kepada kita

(kekerasan). Kita tidak boleh berprasangka negatif juga kepada mereka.

Jadi kita tetap berprasangka baik, kita doakan. Menurut kami, dimana

bumi diinjak, disitu langit dijunjung. Jadi tidak pernah kita melakukan

perlawanan-perlawanan. Demo saja tidak pernah. Diserang dimana-mana.

SKB keluarpun kita tidak turun ke jalan, karena kita memang taat kepada

pemerintah.

Page 118: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxvii

Hasil Wawancara dengan Pengurus Majlis Ansharullah

1.Identitas Diri

a. Nama : Anwar M. Saleh

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 61

2.Daftar Pertanyaan

1. Apa itu Majlis Ansharullah?

Majelis Ansharullah merupakan badan yang terdapat di dalam organisasi

Jemaat Ahmadiyah. Majelis Ansharullah terdiri dari laki-laki Ahmadi

empat puluh tahun keatas. Majelis Ansharullah memiliki beberapa

tingkatan, dari tingkat Nasional sampai tingkat Ranting. Di tingkat pusat,

pemimpinnya disebut Sadr Majelis Ansharullah Ahmadiyah.

2. Kapan berdirinya Majelis Ansharullah?

Secara organisatoris, Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia telah

terbentuk sejak tahun 1949 yang kemudian mengalami berbagai

penyempurnaan. Setelah melewati proses organisasi, Majelis Khuddamul

Ahmadiyah Indonesia (MKAI) pada tanggal 28-12-1952, susunan

pengurusnya yang pertama terpilih tahun 1953, tanggal 1 Januari di Jakarta

dan mengalami revisi pada tanggal 5 Juli 1953.

3. Apa maksud dan tujuan didirikannya Majelis Ansharullah?

Melatih dan mendidik para anggotanya, termasuk Athfalul Ahmadiyah,

dengan cara Islam sejati, untuk menanamkan dalam diri mereka kecintaan

kepada Allah dan Hadhrat Khataman Nabiyyin Muhammad Mustafa

S.a.w., jiwa pengabdian kepada Islam, negara dan umat manusia, dan

berjuang untuk kesejahteraannya.Motto kami adalah “A Nation cannot be

reformed without the reformation of its youth. ”

Page 119: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxviii

4. Apa agenda utama Majlis Ansharullah?

Agenda utama Ansharullah adalah tarbiyat, selain kepada anggota juga

kepada semua anggota badan lain (Khuddam dan Lajnah Immaillah)

terutama yang ada dalam lingkup keluarganya. Anggota Majlis

Ansharullah juga diberi tugas untuk manganjurkan dan mengajarkan

kepada keturunannya untuk tetap setia kepada Khilafat. Karena itulah

antara lain Ansharullah diposisikan sebagai Pengawas bagi badan-badan.

5. Bagaimana peran Ansharullah dalam proses regenerasi yang ada dalam

Ahmadiyah?

Proses regenerasinya ya melalui lembaga keluarga. Dikonekkan dengan

organisasi LI, merekalah yang mengkonsep kegiatan-kegiatan yang bisa

mengembangkan sumber daya manusia. Kami selalu mencoba

memaksimalkan pendidikan hingga S3, dan kami selalu mencoba memilih

profesi-profesi yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.

6. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk menguatkan solideritas diantara

anggotanya?

Tak ada hal khusus, semua kegiatan yang kami lakukan jelas membuat

anggota JAI semakin erat persaudaraannya.

7. Dimana saja Majelis Ansharullah Ahmadiyah selain di Pondok Udik ini?

Untuk sementara ini Majelis Ansharullah Ahmadiyah Indonesia hanya

terdapat di cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia, untuk di tingkat

ranting belum ada karena belum memungkinkan.

8. Bagaimana tanggapan Ansharullah bila ada pihak-pihak yang menganggap

negatif keberadaan Ahmadiyah?

Ya biasa saja. Hal tesebut bagi kami sudah menjadi sunatullah. Sejak

zaman dahulu (nabi-nabi terdahulu), juga sering dihina dan diejek oleh

orang-orang. Saya hanya berdoa kepada mereka, supaya dibukakan jalan

pengetahuan bagi mereka.

Page 120: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xxxix

Hasil Wawancara dengan Pengurus Khadamul Ahmadiyah

1.Identitas Diri

a. Nama : Yusuf

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 35

2.Daftar Pertanyaan

1. Apa itu Majlis Khuddamul Ahmadiyah?

Majelis Khuddamul Ahmadiyah merupakan organisasi pemuda

Ahmadiyah yang terdiri dari laki-laki Ahmadi yang berumur 15 sampai 40

tahun. Khuddam berasal dari kata khadim yang memiliki arti

pengkhidmat. Inti dari didirikannya organisasi ini adalah untuk

mengkhidmati Islam secara tulus dan sepenuh hati. Majelis Khuddamul

Ahmadiyah dipimpin oleh seorang Sadr Majelis Khuddamul Ahmadiyah.

2. Kapan berdirinya Majelis Ansharullah?

Secara organisatoris, Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia telah

terbentuk sejak tahun 1949 yang kemudian mengalami berbagai

penyempurnaan. Setelah melewati proses organisasi, Majelis Khuddamul

Ahmadiyah Indonesia (MKAI) pada tanggal 28-12-1952, susunan

pengurusnya yang pertama terpilih tahun 1953, tanggal 1 Januari di Jakarta

dan mengalami revisi pada tanggal 5 Juli 1953.

3. Apa maksud dan tujuan didirikannya Majelis Khuddamul Ahmadiyah?

Melatih dan mendidik para anggotanya, termasuk Athfalul Ahmadiyah,

dengan cara Islam sejati, untuk menanamkan dalam diri mereka kecintaan

kepada Allah dan Hadhrat Khataman Nabiyyin Muhammad Mustafa

S.a.w., jiwa pengabdian kepada Islam, negara dan umat manusia, dan

berjuang untuk kesejahteraannya.Motto kami adalah “A Nation cannot be

reformed without the reformation of its youth. ”

Page 121: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xl

4. Apa agenda utama Majlis Khuddamul Ahmadiyah?

Agenda utama Khuddamul Ahmadiyah adalah tarbiyat mempererat tali

silaturahmi, menambah keakraban serta meningkatkan semangat dalam

berkhidmat untuk kepentingan Jema’at.

5. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk menguatkan solideritas?

Dalam Ahmadiyah, sebenarnya sudah ada ruh untuk selalu dalam

kebersamaan. Itu sudah ada dengan sendirinya, tanpa ada usaha-usaha

yang lebih. Hal ini ada pada setiap anggota karena sebelumya telah ada

pernyataan komitmen. Persaudaraan antar anggota itu, tak sekedar kawan

tetapi juga saudara yang sesungguhnya. Kalau kegiatan untuk lebih

mempererat ya, melalui pengajian, sholat Jumat, organisasi-organisasi

yang ada, dan banyak kegiatan lain.

6. Dimana saja Majelis Khuddamul Ahmadiyah Ahmadiyah selain di Pondok

Udik ini?

Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia terdapat dihampir semua

Cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah di Indonesia. Sedangkan untuk di

markaz, wajib terdapat organisasi ini.

7. Bagaimana tanggapan Khuddamul Ahmadiyah bila ada pihak-pihak yang

menganggap negatif keberadaan Ahmadiyah?

Kalau kita sudah biasa, itu hal yang wajar dan tak hanya Ahmadiyah saja

yang menghadapi hal-hal negatif. Jika ada yang berpikir negatif tentang

Ahmadiyah, mungkin saja mereka belum tahu benar tentang Ahmadiyah.

Maka dari itu, kita menyelenggarakan pemahaman-pemahaman kepada

mereka. Pendek kata, jika ada yang menganggap kami negatif maka kami

berpikir bahwa mereka belum tahu.

Page 122: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xli

Hasil Wawancara dengan Pengurus Jamiah Ahmadiyah

1.Identitas Diri

a. Nama : Muniru

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 58

2.Daftar Pertanyaan

1. Apa itu Jamiah Ahmadiyah?

Jamiah Ahmadiyah Indonesia atau disingkat dengan JAMAI adalah sebuah

sekolah tinggi dalam Jemaat Ahmadiyah di Indonesia, yang bertujuan

untuk membentuk mubaligh-mubalig Islam dalam menyebarkan ajaran

Rasulullah saw keseluruh dunia. Mahasiswa yang telah lulus dari jamiah

ini diharapkan bisa menjadi orang yang bermanfaat terutama untuk Jemaat

Ahmadiyah sendiri, bahkan kepada orang diluar Ahmadiyah diharapkan

menjadi ulama yang dapat mengayomi masyarakat dan bisa berdialog

bukan hanya dengan ulama-ulama yang mahir dalam keagamaan tapi juga

dengan orang-orang yang terdidik yang mahir dalam ilmu-ilmu

keduniawian.

2. Berapa banyak jumlah mahasiswa Jamiah Ahmadiyah saat ini? Apakah

ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, atau sebaliknya?

Sebelum tahun 1997, Jamiah menerima mahasiswa baru setiap tiga tahun

sekali dengan banyaknya mahasiswa baru per tahun 20 orang. Setelah

Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h mencanangkan pertablighan yang

berencana dan terus berlipat maka secara otomatis membutuhkan tenaga

Mubalig serta peningkatan pendidikan Jamiah baik secara kualitas dan

kuantitas. Sekarang Jamiah Ahmadiyah menerima mahasiswa setiap

tahunnya sebanyak 25 orang.

Page 123: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlii

3. Bagaimana latar belakang berdirinya Jamiah Ahmadiyah?

Latar belakang berdirinya Jamiah Ahmadiyah diawali oleh keprihatinan

kita atas minimnya kader-kader yang handal. Mubalig jamaah Ahmadiyah

sangat berperan dalam penyebaran Ahmadiyah di Indonesia. Karena itu,

Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendidik dengan serius para mubaligh

tersebut.

Bermula dari tempat yang sederhana tepatnya di Tasikmalaya, Jamiah

yang nama awalnya adalah Kursus Kader Pembantu Mubaligh (KKPM)

berdiri. Dari tempat inilah awal mula sejarah Jamiah Ahmadiyah Indonesia

dirintis. Dengan program satu tahun, sebanyak 14 mahasiswa diterima

sebagai angkatan pertama tahun 1973-1974. Setelah suskses pada jenjang

perdana KKPM menerima angkatan ke II pada tahun 1980-1981 dengan

jumlah siswa 18 orang.

Di periode berikutnya tepatnya tahun 1981-1982 KKPM berubah nama

menjadi Kursus Mubalighin dengan jenjang pendidikan selama 3 tahun

yang bertempat di Bandung. Selain itu ada juga kursus bagi Mu’alimin dan

Mu’alimat dengan lama pendidikan satu tahun. Akhirnya pada tahun 1983

institusi pengkaderisasian ini dinamai Jamiah Ahmadiyah. Akhirnya pada

tahun 1985 hijrah ke Kampus Mubarak, Kemang, Bogor sampai sekarang.

4. Apa misi Jamiah Ahmadiyah?

a. Menggali, mengembangkan, dan menyebarluaskan misi Islam melalui

Imam Mahdi as. sehingga manusia di Indonesia pada khususnya dan

di dunia pada umumnya menjadi manusia-manusia yang bertakwa

kepada Tuhan YME. Mereka mengikuti ajaran agama Islam yang

hakiki sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yaitu

untuk menyembah-Nya.

b. Menggali, mengembangkan, menerapkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan melalui pendidikan untuk membentuk manusia

Indonesia yang cerdas, kreatif, dan mandiri.

Page 124: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xliii

5. Bagaimana kurikulum dalam Jamiah Ahmadiyah?

Pada tahun 1997 Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) dengan jenjang

pendidikan selama lima tahun atau setingkat dengan Strata Satu (S1), tapi

tahun berikutnya Jamiah ini ditambah menjadi tujuh tahun. Dalam

kurikulumnya terdapat Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), Mata Kuliah

Dasar (MKDK), dan Mata Kuliah Bidang Studi (MKBS). Dengan

peningkatan jenjang, dari kursus menjadi Strata Satu (S1) maka JAMAI

pun menambah pengajar yang memiliki kualitas yang baik.

Ilmu yang dipelajari disini sebagian besar adalah pelajaran yang

berkaitan dengan keagamaan seperti sekolah tinggi islam lainnya. seperti

Fiqih, Hadits, ilmu kalam, tarikh, perbandingan agama, bahasa, ilmu-ilmu

mengenai kejemaatan, dll. Khusus untuk bahasa, mereka mewajibkan tiga

bahasa sebagai mata kuliah yang wajib dikuasai. Yakni, bahasa Urdu,

Inggris, dan bahasa Arab. Mereka tak hanya disiapkan untuk berdakwah di

Indonesia, tapi juga di negara-negara di Asia Tenggara. Karena itu, mereka

minimal bisa berbahasa Inggris, Urdu, dan Arab. Setiap ditugaskan ke luar

negeri, bisa dipastikan mereka mampu berbahasa daerah setempat.

6. Dari mana saja mahasiswa-mahasiswa Jamiah Ahmadiyah berasal?

Kami merekrut dari anak-anak Jemaat Ahmadiyah. Mereka diambil dari

kantong-kantong kampung Ahmadiyah yang tersebar di berbagai provinsi

di Indonesia. Jadi prinsipnya dari Ahmadiyah untuk Ahmadiyah.

Page 125: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xliv

Hasil Wawancara dengan Pengurus MTA

1.Identitas Diri

a. Nama : Bilal

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 45

2.Daftar Pertanyaan

1. Kapan berdirinya MTA?

Awalnya bernama AMP yakni Ahmadiyya Muslim Presentations, tapi

kemudian Hadhrat Khalifatul Masih IV memberi nama MTA, Muslim

Television Ahmadiyya International. Muslim Television Ahmadiyya

International (MTA) mulai beroperasi pada 31 Januari tahun 1992 di

London dan mulai membuka cabang di Indonesia pada tahun 1994.

Awalnya MTA hanya tayang secara mingguan, dan itupun hanya berisi

khotbah-khotbah Khalifah saja. Pada tahun 1996 sudah mulai berkembang

sampai sekarang MTA sudah tayang selama 24 jam, dan kontennya pun

bermacam-macam, bukan hanya khotbah khalifah saja.

2. Apa tujuan didirikannya MTA?

Salah satu tujuan MTA adalah untuk memperkuat kedudukan Ahmadiyah

di negara-negara dimana ajaran tersebut mengalami tekanan seperti

Pakistan, Bangladesh dan Indonesia, para pengikut Ahmadiyah telah

dibunuh dengan motif agama. Selain itu juga memberikan kesempatan

kepada para pengikutnya dimanapun diseluruh dunia untuk berhubungan

secara instan dengan khalifah. Selain itu tujuan didirikannya MTA juga

untuk menyampaikan kebenaran Islam kepada dunia.

3. Bagaimana cara untuk mengakses MTA?

Saluran MTA bisa diakses melalui TV kabel atau melalui Web streaming

www.MTA.tv ataupun bisa banyak ditemukan di youtube. Untuk

Page 126: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlv

sementara ini belum bisa ditangkap menggunakan antena biasa karena

belum memperoleh izin dari pemerintah. Kami berharap sih pemerintah

memberi izin seperti saluran-saluran lainnya, biar bisa disaksikan oleh

masyarakat secara luas.

4. Apa saja program-program yang ditayangkan MTA?

Program utama kita adalah bagaimana menyampaikan kebenaran,

keindahan dan kebesaran Islam. Selain itu MTA juga menayangkan hal

lain, misalnya seperti pariwisata di negara-negara yang terdapat Jemaat

Ahmadiyah. adapun kegiatan-kegiatan dari Jemaat kami tayangkan di

MTA.

5. Dari mana sumber dana oprasional MTA?

Yang perlu diketahui adalah MTA ini tidak seperti saluran-saluran TV

lainnya, di MTA itu tidak ada iklan. Jadi semua pembiayaan murni

berdasarkan dari iuran anggota Jemaat Ahmadiyah.

6. apakah MTA memperkerjakan pegawai dari non-Ahmadiyah?

Muslim Television Ahmadiyya (MTA) hampir seluruhnya

diselenggarakan oleh sukarelawan yang berasal dari komunitas

Ahmadiyah.

Page 127: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlvi

Hasil Wawancara dengan Kepala Desa setempat

1.Identitas Informan

a Nama : Sutisna

b Jenis Kelamin : laki-laki

c Umur : 53 tahun

2.Daftar Pertanyaan

a Bagaimana tanggapan anda mengenai keberadaan Ahmadiyah di desa anda?

Mereka (Jemaat Ahmadiyah) sudah cukup lama di sini (Pondok Udik).

Selama saya menjabat menjadi Kepala desa di sini tidak ada masalah, semua

baik-baik saja. Tidak ada yang merasa dirugikan oleh keberadaannya. Saya

dulu pernah berkunjung ke sana, saya diterima dan disambut dengan baik,

walaupun kata orang-orang sulit untuk masuk ke sana.

b Apakah pernah terjadi penolakan terhadap keberadaan Ahmadiyah tersebut?

Selama saya menjabat menjadi Kepala desa di sini tidak pernah ada warga

yang menolak keberadaan Ahmadiyah. Memang dulu pada tahun 2000an di

sini pernah terjadi kasus penolakan terhadap Ahmadiyah, tapi saya kurang

mengetahui kronologisnya, apakah mereka (yang menolak) dari warga sini

atau bukan saya kurang tahu.

c Bagaimana hubungan sosial antara warga dengan anggota Ahmadiyah?

Hubungan dengan masyarakat cukup baik, tidak pernah terjadi masalah

antara warga dengan anggota Ahmadiyah. Semua hidup berdampingan dan

rukun-rukun saja, walaupun mereka sedikit tertutup.

d Apakah warga memprotes adanya kegiatan-kegiatan keahmadiyahan yang

dilakukan disekitar lingkungan?

Selama saya menjabat menjadi Kepala desa di sini tidak ada protes atau

sebagainya terhadap kegiatan-kegiatan Ahmadiyah, apalagi sampai

mengusir mereka.

Page 128: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlvii

e Pernahkah diadakan kegiatan yang melibatkan warga dengan anggota

Ahmadiyah?

Mereka (Ahmadiyah) ikut berpartisipasi dalam acara-acara bersama seperti

agustusa-an, kita juga sering mengajukan bantuan dana kepada mereka

(Ahmadiyah).

Page 129: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlviii

Hasil Wawancara dengan Ketua RT Setempat

1.Identitas Diri

a. Nama : Yosep

b. Jenis Kelamin : laki-laki

c. Umur : 47

2.Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai keberadaan Ahmadiyah di lingkungan

sekitar tempat tinggal anda?

Saya pribadi tidak masalah, toh warga sini juga nggak begitu

mempermasalahkan, itu kan masalah kepercayaan, jadi harus saling

menghormati saja walaupun apa yang mereka yakini sedikit berbeda dengan

keyakinan saya.

2. Apakah pernah terjadi penolakan terhadap keberadaan Ahmadiyah tersebut?

Ya paling satu-dua orang saja yang nggak bisa menerima, nggakada

penolakan besar-besaran, sedangkan yang lain nggak

mempermasalahkannya. Waktu ada demo dulu saja nggak ada warga sini

yang terlibat, semua berasal dari daerah lain.

3. Bagaimana hubungan sosial antara warga dengan anggota Ahmadiyah?

Hubungan warga sini dengan Ahmadiyah baik, nggak ada masalah dengan

Ahmadiyah. Bahkan beberapa warga bekerja di sana. Ada juga yang

menikah sama anggota Ahmadiyah, memang pada awalnya mereka

tertetutup banget sama warga tapi lama-lama mereka sedikit terbuka dengan

kita (warga).

4. Apakah warga memprotes adanya kegiatan-kegiatan keahmadiyahan yang

dilakukan disekitar lingkungan?

Enggak, warga nggak memprotes, apalagi semenjak dikeluarkannya SKB,

mereka melakukan kegiatannya di dalam (komplek) saja. Mereka patuh

sama aturan. Yang penting ya saling menghormati aja sih.

Page 130: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

xlix

5. Bila ada protes, bagaimana peran anda dalam mengatasi hal tersebut?

6. Pernahkah diadakan kegiatan yang melibatkan warga dengan anggota

Ahmadiyah?

Kalau kegiatan yang formal sih tidak pernah, tapi kalau kegiatan yang non-

formal seperti kerja bakti, bermain sepak bola, bermain volly, dan

sebagainya cukup sering. Ya, saya sih berharap mereka bisa lebih dekat

dengan warga, lebih sering berkomunikasi dengan kita, biar nggak ada rasa

curiga atau apa satu sama lain.

Page 131: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

l

Hasil wawancara dengan warga setempat

1.Identitas Diri

d. Nama : Reni Fatmawati

e. Jenis Kelamin : Perempuan

f. Umur : 37

g. Pekerjaan :PNS

h. Agama : Islam

2.Daftar Pertanyaan

a Apa yang anda ketahui tentang Ahmadiyah?

Ahmadiyah itu aliran dalam Islam yang berasal dari Pakistan. Setahu saya

Ahmadiyah berbeda dengan Islam pada umumnya, terutama dalam hal

kenabian.

b Bagaimana tanggapan anda tentang keberadaan Jemaat Ahmadiyah disekitar

lingkungan tempat tinggal anda?

Karena belum lama tinggal di sini (di Pondok Udik) jadi saya tidak begitu

tahu soal Ahmadiyah di sini, yang pasti mereka sudah ada sebelum saya

pindah di sini (Pondok Udik).

c Pernahkah anda melakukan interaksi sosial dengan anggota Jemaat

Ahmadiyah?

Kalau saya sendiri sih belum pernah ya, soalnya saya juga jarang di rumah

karena tiap hari kerja dari pagi sampai sore, paling di rumah hari sabtu dan

minggu saja. Jangankan sama Ahmadiyah, sama tetangga sekitar saja jarang.

d Bagaimana interaksi sosial mereka dengan masyarakat sekitar? Apakah

mereka bersikap eksklusif?

Wah, kalau interaksi (Ahmadiyah) sama masyarakat sekitar saya sendiri

kurang tahu ya. Kayaknya sih jarang, soalnya dilihat dari penjagaannya saja

ketat, pagarnya tinggi dan dijaga satpam 24 jam, jadi masyarakat juga sulit

kalau mau masuk kecuali orang Ahmadiyahnya yang keluar.

Page 132: AHMAD FAHMI YAHYA ABDILLAH-FISIP.pdf

li

a Pernahkah diadakan kegiatan sosial bersama yang mengikutsertakan

anggota Jemaat Ahmadiyah?

Karena saya baru 3 tahunan tinggal di sini (Pondok Udik) jadi belum kenal

semua warga sini (Pondok Udik), jadi tidak bisa membedakan mana yang

anggota Ahmadiyah mana yang bukan anggota (Ahmadiyah).