33
Paper DUKUN BAYI SERTA ASPEKSOSIALBUDAYAPADA PENGOBATAN DALAM BUDAYA BALI Oleh : INDRIANI,ASKM HERLINA, SKM NURDIANA,SKM (NPM : 1410210009) KELAS : A Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Kesehatan Masyarakat

Tugas Sosiologi Dan Antropologi Tentang Dukun Bayi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DUKUN BAYI

Citation preview

Paper

DUKUN BAYI SERTA ASPEKSOSIALBUDAYAPADA PENGOBATAN DALAM BUDAYA BALI

Oleh :

INDRIANI,ASKMHERLINA, SKMNURDIANA,SKM (NPM : 1410210009)KELAS : A

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliahSosiologi dan Antropologi Kesehatan Masyarakat

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

TAHUN 2015i

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangIndonesia merupakannegara yang kaya akansenidanbudaya. Setiap daerahdi Indonesiamempunyaikebudayanaanatauadatistiadatyang berbeda.Kebudayaantersebutmunculdari kebiasaannenek moyangterdahuludan seolah-olahsudahmelekatdalamjiwasetiapmasyarakat.Dukungansosialmerupakaninti bagikehidupanbermasyarakatyang efektif.Adanya suatu fakta yang dapat dipertimbangkan yang menyatakan bahwadukungansosalmempengaruhikesejahteraanfisikdan psikologis seseorang, Perubahansosialdan medistelahmeningkatkan harapanhidup manusia, Tenaga kesehatan berada pada posisi memberikan intervensi secara suksesbaiklangsungmaupuntidaklangsungpada areadukungansosialdengan memfasilitasi pertumbuhandan pertahanan jaringan social, serta penampilantenaga kesehatandapat ditingkatkandenganmengetahuipentingnyadukungansosial bagi penanggulangan stress dalam asuhan kebidanan.Bali pada umumnya memiliki pengobatan tradisional yang ternyata cukup manjur dan masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk menanggulangi penyakit yang ada. Peninggalan budaya ini hendaknya tetap dipelihara dan dilestarikan,sehingga mampu dipergunakan untuk menunjang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya lahir dan bathin. Dewasa ini pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan (usada) masih mempunyai kehidupan yang sungguh-sungguh berhubungan dengan agama Hindu, hanya sedikit orang yang mau mempelajari secara seksama.Hal ini disebabkan bahwa masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologis untuk mempelajari lontar(usadadan tutur).Karena ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara keliru sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu serta takut untuk mempelajari teks lontar.Misalnya adanya wacana aywa wera (pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tidakboleh diberitahu ataudipelajari.Pengobatan tradisional Bali(usada) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu.Darisegi kedokteranhaldianggapmembahayakankarena pedarahan pada ari-aridapat menyebabkan perdarahan padabayipula.Setelah ari-ari keluar, ayahsangbayi memotong talipusat anaknya danparapelaku lainmulaisibukmengambil air hangatdanrempah-rempah.Sementara itutugasdukunbayidanayahsangbayi masihberlanjutdenganupacarauntukmerawatdanmembungkusplasenta,darah, airtembunidantali pusatsang bayi,untukdigantungkanpadtempatkhususyang disediakanuntukkeperluanitu,dibagianselataninduktrunyan.Balian Manak istilah lain dari dukun bayi atau dukun bersalin dalam kehidupan masyarakat Bali merupakan tenaga terpercaya dalam reproduksi dan pelayanan kebidanan. Mereka diminta bantuannya pada masa kehamilan, pertolongan persalinan serta mengurus dan melindungi ibu dan bayinya dalam masa nifas. Di Bali Balian manak pada umumnya pria yang berusia 45 tahun ke atas, dengan latar belakang cara mendapatkan keahlian secara turun-temurun, dengan berguru (aguru waktra) dan membaca lontar-lontar (usadha), serta merasa terpanggil melalui wahyu (wangsit) yang mereka dapatkan dari dewa-dewa atau kekuatan-kekuatansupranatural.Pada umumnya tingkat pendidikan Balian rendah, demikian pula pengetahuan mereka tentang obstetri dan ginekologi sangat rendah, jika timbul komplikasi atau kelainan-kelainan dalam kasus kehamilan mereka kesulitan untuk mengatasinya.Pengetahuan pedukunan yang dipraktekkannya terkait dengan konsepsi dan kepercayaan masyarakat tentang kehamilan serta konsepsi sehat sakit dan atribusi suatu penyakit dengan latar budaya masyarakat bersangkutan.

BAB IIPEMBAHASAN

Sebagaimakhlukbiologi manusiadipelajaridalamilmubiologi atau anatomidan sebagaimakhluksosiobudayamanusiadipelajaridalamanthropologi budaya, yaitu tentang seluruhcarahidup manusia, bagaimana manusia dengan akalbudinyadan strukturfisiknyadapatmengubahlingkunganberdasarkan pengalamannya.Kebudayanan manusia menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaanmanusiadan memberiwawasanbahwahanyamanusialahyang mampu berkebudayaan.Di dalamkemitraan, dukunbayimempunyai perandantanggung jawabmasing-masing.Olehsebabituperludiberipengertianbahwaperan dukunbayi tidakkalahpenting dibandingkanperannyadahulu.Proses perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatuadaptasi danhubunganinterpersonal yangbaikantarabidandukun.Di dalamkonsepdukun,dukunbayi perlu diberikan wawasandalambidangkesehatanibudan bayibarulahir,terutamatentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukanolehkeluargadalam menyongsongkelahiranbayi.1. Konsep Pengobatan Tradisional dan Kepercayaan Masyarakat Bali BalianBalian adalah sebutan untuk pengobat tradisional di Bali, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Kemampuan Balian diperoleh dengan berbagai cara, dilihat berdasarkan tujuan dan pengetahuan yang dimiliki balian. Berdasarkan tujuan ada dua jenis balian, yaitu Balian Panengen (baik) dan Balian Pangiwa (jahat). Sedangkan berdasarkan pengetahuan balian terbagi dalam 4 jenis balian, yaitu balian Kapican, Katakson, Usadha dan Campuran.Balian Penengen adalah balian yang tujuannya mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh.Balian ini sering pula disebut Balian Ngardi Ayu (dukun kebaikan).Balian ini pada umumnya bersifat ramah, terbuka, penuh wibawa dan suka menolong. Siapapun akan ditolongnya tidak membedakan apakah dia orang baik atau orang jahat, orang yang miskin atau kaya semua dilayani sesuai dengan penyakit yang dideritanya.a. Balian Pengiwaadalah balian yang tujuannya membuat orang yang sehat menjadi sakit dan orang yang sakit bertambah menjadi sakit, bahkan sampai meninggal. Itulah sebabnya balian tipe ini sering disebut balian aji wegig, dukun yang menjalankan kekuatan membencanai orang lain, berbuat jahil, usil, terhadap orang lain. Balian jenis ini amat sukar dilacak, pekerjaannya penuh rahasia, tertutup dan misterius. Sering pula balian ini mengganggu balian penengen pada waktu pengobati orang sakit sehingga tidak sembuh-sembuh, jahil dan usil.b. Balian kapicanadalah balian yang mendapat keahlian karena memperoleh suatu pica atau benda bertuah dan berkhasiat yang dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit. Mungkin benda-benda tersebut didapat dari fiirasat baik berupa mimpi atau petunjuk yang lainnya. Pica ini dapat berupa batu permata, lempengan logam, keris, cincin, kalung, tulang dan benda lainnya.c. Balian katakson (tetakson)adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu, roh atau kekuatan gaib yang memiliki kecerdasan, mukzijat ke dalam dirinya. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.d. Balian usadaadalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada dan belajar dengan benar cara mendiagnosis ataupun osmosis pasien. Balian golongan ini tidak terbatas hanya mempergunakan ramuan obat dari tumbuhan saja, tetapi termasuk balian patah tulang, pijat, lulur, urut, melahirkan.e. Balian Campuran, pada umumnya campuran antara balian katakson maupun balian kapican yang mempelajari usada. Dengan demikian balian katakson maupun kapican kemampuannya tidak hanya mengandalkan taksu atau pica, tetapi juga memberikan ramuan obat-obatan berdasarkan lontar usada. Balian jenis ini dapat disebut balian katakson usada atau balian kapican usada, juga juga dikenal dengan istilah balian ngiring pekayunan atau menjadi tapakan Widhi atau tapakan dewa.Seluruh balian di Bali bekerja berdasarkan Dharma Sasana Balian, dimana : Semua rahasia dari orang yang sakit harus disimpan, tidal boleh disebarluaskan atau dibicarakan dengan orang lain. Hidup para balian harus suci dan bersih, terlepas dari sifat loba, sombong dan asusila. Didalam lontar tutur bhagawan iwa sempurna ditegaskan bahwa, seorang balian tidak boleh berlaku sombong, harus bertingkah laku yang baik sesuai dengan dharma, serta semua nafsu hendaknya ditahan didalam hati. Seorang balian tidak boleh was-was, ragu-ragu, apalagi malu-malu dalam hati harus teguh dan mantap serta penuh keyakinan pada apa yang dikerjakan. Tidak goyah terhadap segala hambatan, rintangan, gangguan, dan godaan yang datang dari dalam diri sendiri, yang mengakibatkan gagalnya usaha yang sedang ditempuh. Tidak akan mundur sebelum berhasil mendapatkan apa yang sedang dihayati, apa yang diinginkan yaitu kesembuhan dari orang yang sakit.Seorang balian tidak boleh pamrih. Semua pengobatan berlangsung dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Sebab semua balian yang benar-benar balian di Bali tahu akan akibat dari kelobaan akan sesantun dan materi lainnya. Para balian harus tahu akan hak dan kewajibannya, rendah hati tidak sombong, membatasi diri terhadap apa yang dapat dilakukannya, menghormati kehidupan manusia, karena didalam raga sarira atau tubuh manusia, bersemayam Sang Hyang Atma, Sang Hyang Bayu Pramana karena beliu dapat mengutuk balian yang melanggar dharma sesana.Dan bila terkutuk kesaktian atau kesidiannya dalam hal mengobati orang sakit dapat menurun dan luntur. Dan yang lebih parah lagi ia akan menerima kutuk dari Sang Hyang Budha Kecapi sehingga hidupnya akan menderita, termasuk anak cucunya. Ketahuilah adanya tata cara menjadi balian jangan disalah artikan atau disalahgunakan, memang sangat berbahaya menjadi balian. Barang siapa berkehendak menjadi balian sakti mawisesa, tidak dikalahkan oleh kesaktian mantra dapat menjalankan semua pengobatan, dapat mengobati segala penyakit dan tenung. Maka, hendaklah selalu astiti bhakti ring Ida Batara Tiga, khususnya ring Ida Batara Dalem, Desa dan Puseh. Sebagai jalan untuk memohon kesaktiannya, Ida I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan, yang merupakan pepatih bersama saudara-saudaranya yang lain. Ida I ratu Nyoman sakti Pengadangan adalah dewan balian sejagat, wajib dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci, dibuatkan daksina linggih, ditempatkan pada pelangkiran. (Liputan : Survey Pijat Tradisional Indonesia, Bali Juli 2013) (Idward, Juli 2013)2. Konsep sehat sakit menurut budaya BaliManusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (pancamahabhuta) yang berhubungan dengan aksara panca brahma (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing) serta cairan tubuhnya berada dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan baik. Sistem tubuh dikendalikan oleh suatu cairan humoral.Cairan humoral ini terdiri dari tiga unsur yang disebut dengantri dosha (vatta=unsur udara, pitta =unsur api, dan kapha = unsur air).Tiga unsur cairan tri dosha (Unsur udara, unsur api, dan unsur air) dalam pratek pengobatan oleh balian dan menurut agama Hindu di Bali (Siwasidhanta), IdaSangHyangWidhiatauBhataraSiwa (Tuhan) yang menciptakan semua yang ada di jagad raya ini. Beliau pula yang mengadakanpenyakit danobat. Dalam beberapa hasil wawancara dengan balian dan sesuai dengan yang tertera dalam lontar(Usada Ola Sari, Usada Separa, Usada Sari, Usada Cemeng Sari)disebutkan siapa yang membuat penyakit dan siapa yang dapat menyembuhkannya. Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya.Ada obat yang berkasihat anget(hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang).Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalahBrahma, Wisnu, danIswara. Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, airdan udara. Penyakitpanes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma.Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis.Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada.Penyakit seperti kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja,tetapi memiliki dimensi yang lain yaknisosialbudaya. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah biologinya saja, tetapi harus digarap masalah sosial budayanya.Masyarakat pada umumnya mencari pertolongan pengobatan bukanlah karena penyakit yangpatogen, tetapi kebanyakan akibat adanya kelainan fungsi dari tubuhnya.Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usadabanyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.3. Sistem pemeriksaan dan pengobatan

Dalam melakukan suatu pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit, balian menyimpulkan berdasarkan hasil wawancara/anamnesis, hasil pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik seperti melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan dasa aksara, chakra, kanda pat dan tenung. Sedangkan pada balian kapican, yang menjadi alat pemeriksaan adalah benda bertuah yang diperoleh sebagai pica.

Sistem pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai pendekatan, meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan minyak/lengis yang didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan banten-bantenan yang disesuaikan dengan tenung dan lontar; dan penggunaan rerajahan aksara suci.Selain pengobatan yang bersifat kuratif, usadha juga mengenal sistem pengobatan preventif/pencegahan yaitu mencegah kekuatan jahat akibat penyakit yang dibuat orang lain, leak/desti dan racun/cetik. Sarana yang digunakan dapat berupa mempasupati benda keramat yang dapat sebagai bekal seperti batu permata, rerajahan dan tumbal.

4. Konsep sehat-sakit menurut masyarakat

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktorfaktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:

Environment atau lingkungan. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.masyarakat.Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.5. Aspek social budaya pada kehamilana. AspekSosialMasyarakat Bali Aga di desa Trunyan, Bali memandang kelahiran sebagaihalyangwajardanbersifatpublik.Kelahiran dianggap sebagaiurusan laki-laki,karenadukun bayinpria dan suamimerupakanpemeranutamadari penolongpersalinan.BerbedadenganmasyarakatKrikatidi braziliatengah,handai tolantermasukanak-anakbisaberkerumundi depanpintuyangdibiarkanterbuka, untuk menyaksikan proses kelahiran tersebut diluar ruangan.Meski demikian hanyadukunpria,suami,ibukandungsang wanitamelahirkan,danank-anaknya yang lahir terdahulu saja yangberada diruangan, ditambah satu orangwanita lainnyaataulebih,yang ,mempunyaifungsi sebagaipembantupersalinanapabila tenaganyadiperlukan.Parapenolongdancara-caramenolongpersalinan merupakankesatuanyangtak terpisahkan,karenadiikatolehkesamanpemahamanmengenaisifatdari proseskelahiranitudenganpengaruhnyaterhadapkondisibayidan ibunya.Dalam prosespersalinandilingkungandi masyarakatBaliAga,wanitaakanmelahirkan dudukdenganposisibersandar padadadabaliantekuk(dukun beranak) diatas bangku.Sang suamiduduktepatdihadapanisterinya, karenaberfungsisebagai penerimabayipadasaatlahirnya.Diantara suamiisteriterdapat lubangdangkal yangdiberialasuntukmenampungplasenta,airtembuni,dandarahyangkeluar daritubuhwanitayangmelahirkan.Disisi wanitaitu,berdiriseoranggadisyang berfungsi untukmenarikrambutnya, agarsang wanita yangmelahirkan dapat tetapdalamposisiduduktegak.Tujuannya adalahuntukmenjagaagar jiwanya dapattetapdiamdalamtubuhnyadantidakakanmeninggalkannya.Sang balian tekun akan mengurutnya untuk membetulkan posisi bayi bila terasa sungsang dalamperutibunya.Namunbilaproseskelahirrantampakberjalannormal,iatak kanberbuatapa-apakecuali berfungsisebagaitempatbersandarsang wanita melahirkan danmemberikan ketenangan psikologis.Seorang pelaku lain,balian usadahanyaberperanapabilaterjadiproses persalinanyangsulit.Iaakan membacakan mantera-mantera dan doa, serta memberikan minuman air suci kepadasiibu,lalumenyemburnya denganludahyangdicampurkunyahandaun sirih.Para pelaku, khususnya sang gadis, senantiasa mengusahakan agar siibu tidak pingsan, karena hal itu dianggap dapat menyebabkan kematiannya.Sementara itu, ibu dari wanita yang melahirkan turut berada di ruangan yang sama untuk memberikan ketenangan bathin bagi putrinya yang sedangdalamprosesmelahirkan.Selama prosespertolonganpersalinan,diyakini oleh semua pelaku bahwa selama ari-ari belum keluar, tali pusat tak boleh dipotongkarenakuatirakan tertarikkembalikedalamrahimsangibu.Darisegi kedokteranhaldianggapmembahayakankarena pedarahan pada ari-aridapat menyebabkan perdarahan padabayipula.Setelah ari-ari keluar, ayahsangbayi memotong talipusat anaknya danparapelaku lainmulaisibukmengambil air hangatdanrempah-rempah.Sementara itutugasdukunbayidanayahsangbayi masihberlanjutdenganupacarauntukmerawatdanmembungkusplasenta,darah, airtembunidantali pusatsang bayi,untukdigantungkanpadtempatkhususyang disediakanuntukkeperluanitu,dibagianselataninduktrunyan.Uraiantersebutmenunjukkan interaksiantaraaspekbudayadanaspek sosial yangterwujud dalamkegiatanmenolong persalinan yangdilakukan oleh para pelaku,masing-masingdenganperandan tugasnya selamaprosespersalinan berlangsung,tidaksajabagisang bayi,melainkanjugabagiperawatan plasentanya.Kerjasama yangterpolaitudilandasiolehpengetahuanbudayayang samamengenaisifat-sifatdanfisiologikelahiran.Pandangan budayaterhadap organ reproduksi, masa pembuahan dan ngidam. Perubahan fisiologi terjadi pada wanita hamil dan hal ini umumnya diterimasecarawajar.Meskipun demikianrespons masyarakatterhadapreaksi fisiologisaat pembentukanjanin berbeda-beda.Munculnyarasamual danmuntah dipahami dengan berbagairespons budaya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikenalsejumlah respons budaya yangumumdikenaldenganistilah ngidam, antaralainberupa keinginan ibuuntukmakanmakanan yangrasanya asam,makanjenis-jenismakanantertentu,makanmakananyang tidaklazimdi makan seperti tanah lempung atau keinginan menyaksikan atau melakukan perbuatan tertentu walaupunkurangpantasmenurutnorma yangberlaku. Suku Jawadan Sundaberkeyakinanbahwakegagalanparakerabatmemenuhikeinginan ngidamdariwanitahamilsebagaihalyangakanmengakibatkan bayinyakelak akanterusmenerusmelelehkanairliurnya.Pandanganbudayamengenaiplasenta.Pada masyarakatIndonesiadan Malaysia plasenta dianggap sebagai saudara sang bayi, sehingga harus diperlakukandengan carayangbaik.Plasentatidakselaludikuburkanmelainkan ditenggelamkan kelaut.Padakebudayaan-kebudayaan tertentudidalamwadah yangberisiplasentabayidiletakkanpulabahan-bahanramuanataubenda-benda lain yang secara simbolik dianggap sebagai barang kebutuhan saudara sibayi dalamkehidupandi dunianyayangghoib.

b. AspekBudayaSebagaimakhlukbiologi manusiadipelajaridalamilmubiologi atau anatomidan sebagaimakhluksosiobudayamanusiadipelajaridalamanthropologi budaya, yaitu tentang seluruhcarahidup manusia, bagaimana manusia dengan akalbudinyadan strukturfisiknyadapatmengubahlingkunganberdasarkan pengalamannya.Kebudayanan manusia menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaanmanusiadan memberiwawasanbahwahanyamanusialahyang mampu berkebudayaan.Seperti halnya pada ritus penyambutan bayi lahir pada sukuRimbodi Jambi.PadamasyarakatRimbolahirnyaseoranganakberarti kelangsunganhidupgenerasinyaterjamin,begitujuga perkembanganmrekatetap terpeliharatetapikenyataannyaseringterjadiperistiwadi luarjangkauan kemampuanmanusia,sepertikematian,bahkanmati bayinyaatauibunya.Keadaan inimembuatorangrimbodiliputiolehhal-hal yangmenggelisahkan dantidak menentramkanhidupnya.Kemudianmereka mencarisandaranyang dapat enghilangkankegelisahan,yangberasaldaribantuanyangluarbiasadi atassegala kemampuan manusia dengan diadakan upacara keagamaan khusus.Upacara dimulaisejak ibumengandungdelapanbulanyaitudenganmenyerahkankepada dukunbayiyangbiasanyajugamerangkaporangalim,halinidilakuknakarena orangrimboberpengalaman bahwaumurkandungan delapanbulanmerupakan umuryangkritis,seringterjadihal-halyang diluardugaanmanusia,dengan diserahkanibukedalampengawasandukunbayi/orangalimyang dianggapahli kandunganibutersebutakan terjagadanselamat.Selanjutnyaalimmemerintahkan untukmembuattempatkhususdalamupacarapenyambutanbayiyangakanlahir di suatutempatyangdisebuttanahperanakan,yaitusuatutempatyangdatar,air cukup,ramu-ramuanyangdiperlukanbanyak di tempatitu,mudahdujangkau,dan terlindung dari gangguan binatang buas.Bangunan balai tersebut terdiri dari minimaltigagubug,satuuntuksuamiistriyangakanmelahirkan, satu khususuntukdukunbayi/alim, satilagiagakbesarunukkerabat dekat.Peralatan yang digunkanuntukupacara: bedaroputihuntukminumanbagiibuyangmelahirkan agarmudahdalampersalinan,ramuramuanyang khususdicariolehdukun, kemenyan untukmengusir rohjahat, suluhdamar untukpenerangan dimalam hari, bubuk kulit kayu tenggiris untuk menempel pada pusat bayi agat cepat kering,makanandanlauk-paukuntuk menjamupesertaupacaraterutamaibuyang baru melahirkan, tempat pembungkus bayi, senjata berupa tombak danparang untukmenangkalseranganyang mungkinterjadi.Setelahbayilahirenganselamat makamasing-masing sibukdengantugasnyamasing-masing, adayangbertugas menanam bali(ari-ari) yang harus ditanam di tempat yang tidak mungkin digunakan untukladang ataubangunan, sebagian yanglainmembuat makanan dari ubi yang diparut dan dibubur dengan dicampur hati atau daging, untuk makananibuyang barumelahirkansisanyauntukkerabatyangmenyaksikandan menunggukelahiranbayi.Stelahseharisemalammakaseluruhorangyangberada ditanahperanakanpulangkerumahmasing-masing, bayinya cukupdigendong dengan kainpanjangtanpabungkusdengansesuatubendaapapundanmereka langsung bekerjatermasukibuyang barusajamelahirkantadi.Kebiasaanini kemungkinan menjadi penyebab banyak anak yang meninggal di bawah lima tahunterutamatahunpertama.Menurut kepercayaanorangrimbobilabayilahir denganselamatdankelahirannyaditanahperanakandenganpertolonganorang alimdansudahdiupacarakan, makaanaktersebutsudahlepasdarimarabahaya untukdi bawakemanapunibunyapergi.Rasaterlindungiolehsangpenciptainilah yang membuat mereka leluasa pergi membawa serta bayi yang baru lahir meskipunberuberumurseharisemalam.Ada kepercayaan di Bali: kesulitan seorang wanita yang melahirkanberkaitandenganperbuatansuaminya sewaktuisterinyahamil,misalnya karena melanggar pantangan untukmembuat atau menancapkan pagar, karenansering memukul binatang atau mencukur rambut.Larangan menyiksa hewan juga ditemukanpadabanyaksukubangsasepertimasyarakatSakai,Jawadan beberapa sukudiPapua.Padamasyarakat Sarmiadalaranganbagisuamidanisteriyang hamil untuk mengucapkan kata-kata tertentu yang dianggap berkaitan dengan mautataumakanbersamaanggotakeluargayang barupulangmelayat.Pada masyarakatMarindAnimterdapatlaranganbagi seorangpria untukmenceritakan dongeng-dongengyang dianggapsakralketikaisterinyasedanghamilsampai melahirkan.Demikian pula masyarakat Riau dan Papua terdapat larangan bagi suami isteriyang menantikanelahiranbayiuntumelakukanbeberapaperbuatan tertentu seperti menebang danmembakar pohon, menanam tebu, berburu, dan membicarakan cerita-cerita suci serta membelah puntung kayu yang masih menyala.Darisegi budaya,melahirkantidakhanyamerupakansuatuprosesyang semata-mataberkenaandenganlahirnyasangbayisaja,karenapadasaatitu, dari rahim sang ibu keluar pula unsur-unsur yang biasanya dikategorikan sebagai unsurkotor,sepertidarah,airketuban,tali pusatdan plasenta.Darisegibudaya, pengetiankotortidak selalumengacu padaartiharfiahnya, namunkotordalam arti duniawi, sebagai lawan dari sifat sakral, suci dan ghoib..Karena itu kebudayaanmenetapkanbahwaproses mengeluarkanunsur-unsuryangkotoratau keduniawianharusdilangsungkandi tempatyangsesuai untukkeperluanitu.disini dijlaskanbahwapandanganmasyarakattentangwilayahbersihyang tidak boleh dikotori,sedangkanmelahirkanadalah prosesmembuangunsur-unsuryangkotor, sehinggapilihanmelahirkanditetapkandi dapursebagaiwilayahkotor,sebagian masyarakatDayakKenyahdi DesaLongmerah,kalimantantimur,yangtinggaldi ummaqdadog(Rumahkomunal tradisionaldengan bilik-bilikyang berjajar)juga memilih dapur sebagai tempat melahirkan.Namun alasannya lebih cenderung kepadafaktoradatsopansantun.Bagiantenganrumahyang disebutsinongterlalu terbukabagi umumdankurangmemberikansuasanayangdibutuhkanolehwanita hamiluntukmelahirkanbayinya,baik darisegiketenanganmaupunadatsopan santun.Makadapursebagaisatu-satunyabagian rumahyangtertutupdan memberikan ruangpribadiyangdibutuhkan untukmelahirkan, menjadi pilihan sebagaitempatmelahirkan.Pandangan budayan tentang lokasi melahirkan an sifatnya juga tidaksama dalamberbagaikebudayan.DiDesa Trunyan,melihatkelahiransebagaisifat terbuka untukdihadiri handai tolan.Namun tetap terdapat batasan dari norma- normaadatmengenaisiapayangdapatdantidakbolehberadadi dalam ruangan.Suasanakelahiranbayijuga dihadapisebagaiperistiwsyang wajarsecara alamiah, dan merupakan bagian dari proses sosialisasi anak-anak setempat.Di dalamruangan,para pelakuberperansesuai dengantugasnyamasing-masing,tap orangberadadi tempatnyamasingmasingsesuaitugasyangditentukanbaginya dalampertolonganpersalinan.Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengadaadn tempat melahirkan danparapelaku padakegiatantersebut, termasuk tugasdanaturan masing-masing ditetapkan secara budaya.Pertimbangan-pertimbangan tertentu yangbersifatkulturalini kadang-kadangtidakmudahuntukdiubah.Tentang ramu-ramuan dalam proses kelahiran dan pasca persalinan, Setiapkebudayaanmemilikikepercayaanmengenaiberbagairamuanatau bahan obat-obatanyang dapatdigunkanpadasaatwanitahamiltelahmerasakanakan lahirnyasangbayi.Umumnyabahanobat-obatanituterdiridari ramu-ramuanyang diracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akara, atau bahan-bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.Ramuan yang dianjurkan ole dukun bayi untuk diminum atau dimakan oleh calon ibu bervariasi, sesuai dengan pengetahuan budayasetempatdan menurutketersediaanbahan-bahandilingkungansekitar.Di Bali,misalnya,balianmanakmenganjurkanpasienyayanghamiltuauntuk minm jamudaunwaruatauminumairkelapamudaagarkelakpersalinannya lancar, juga dianjurkanminumairkelapadarikelapayangmasihsangatmudayang dicampurdenganmadudankunyitdengantujuanmenambahtenaga.Padamasyarakat Kerinci,walaupun jantungpisandipantangkan selamasebagaianbesardari masahamil,saatmemasukiusiakandungan9bulan,jantung pisangmerupakanbagiandari pelusuh(saranauntukmemperlancarlahirnya bayi)yang diberikan, setelah sebelumnya diberi penawar berupa doa-doa oleh dukun dan dmakan sebagai lauk nasi.Kemudian pada saat bayi hampir lahi, pelusuhterdiidariteluraammentahyangdikocokdengancampurankopiatau sirihdenganperangkatnya(pinang,gambir,dankapur),yangdiberi doa.Setelah ketubanpecah, ibundiberiminyak kelapa untukdiminumkan.Tujuannya untuk memberisemangatkepadaibu,meskipundari segikesehatanhalitutidakjelas khasiatnya.Pada saatbayitelahlahirterdapatpularamu-ramuan yangditujukan pada perawatan ibu melahirkan.Bahan-bahan ramuan itu digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk mengembalikan tenaga, untuk memperkuat tubuhibu, mengembalikanfungsi-fungsitubuh menjadisebelumhamil, membersihkantubuh darinifasdan zat-zatyangdiangapkotrlainnya,serta mengembalikanbentuktubuhdalamkeindahantubuh.Jenis-jenisramuandanobat-obatanyangdigunakanoleh setiapkelompok masyarakat pada masa hamil, menjelang saatmelahirkan dansesudah bersalin merupakanbahanbahanyangberasaldari pengetahuanbudayamasyarakatang bersangkutan.Sebagian diantaranya sudahdigunkan secara turuntemurun sejak beberapa generasi.Namun dalamhal-haltertentu tidakselalubahan-bahan yang digunakan berkhasiatmenurutilmukesehatanataumendukungtercapainyatujuan kesehatandenganbaik.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanUsada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan,pengobatan, rehabilitasi serta penelitian berguna untukmengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.Manusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (pancamahabhuta) yang terdiri dari tiga unsur yang disebut dengantri dosha(vatta=unsur udara, pitta=unsur api, dankapha= unsur air).Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit panes(panas),nyem(dingin), dansebaa(panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihatanget(hangat),tis(sejuk), dandumelada(sedang). Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalahBrahma,Wisnu, danIswara. Disebut juga denganSang Hyang Tri PurusaatauTri MurtiatauTri Saktiwujud Beliau adalahapi, airdanudara. Penyakitpanesdan obat yang berkasihatanget,menjadi wewenangBhatara Brahma.Bhatara Wisnubertugas untuk mengadakan penyakitnyemdan obat yang berkasihattis.Bhatara Iswaramengadakan penyakisebaadan obat yang berkasihatdumelada.Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan denganusadabanyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali(balian)masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.Pandanganbudayawantentanglokasimelahirkandansifatnyatidaksamadalamberbagaikebudayan.Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses yang semata-mataberkenaandenganlahirnyasangbayisaja,karenapadasaatitu, dari rahim sang ibu keluar pula unsur-unsur yang biasanya dikategorikan sebagai unsurkotor,sepertidarah,airketuban,talipusatdanplasenta.Tentang ramu-ramuan dalam proses kelahiran danpasca persalinan, Setiapkebudayaanmemilikikepercayaanmengenaiberbagairamuan ataubahanobat- obatanyang dapatdigunkanpadasaatwanitahamiltelah merasakanakanlahirnya sang bayi.Umumnyabahanobat-obatanituterdiridariramu-ramuanyangdiracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akara, atau bahan- bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar prosespersalinan.Gambaran-gambarandi atastelahmenunjukkaninteraksiantaraaspekbudaya dan aspek sosial yang terwujud dalam kegiatan menolong persalinan yang dilakukanolehparapelaku,masing-masing denganperandantugasnya selama proses persalinan berlangsung, tidaksajabagi sangbayi, melainkan juga bagi perawatanplasentanya.