30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor- faktor ini adalah: infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu- jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya sindroma Down (Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana PJB merupakan salah satunya. Merokok berbahaya bagi kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal dalam kandungan. PJB terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi lahir hidup. Penyakit ini merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi kira-kira 30% dari seluruh kelainan bawaan), dan paling sering menimbulkan kematian khususnya pada neonatus. Setengah dari kasus PJB semestinya sudah dapat dideteksi pada bulan pertama 1

Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kardiovaskuler

Citation preview

Page 1: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangPenyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa

sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir

kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan

pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak

bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab.

Faktor-faktor ini adalah: infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau

rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol.

Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab

meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya sindroma Down

(Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana PJB

merupakan salah satunya. Merokok berbahaya bagi kehamilan, karena berpengaruh

terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur

atau meninggal dalam kandungan. PJB terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi lahir

hidup.

Penyakit ini merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi kira-

kira 30% dari seluruh kelainan bawaan), dan paling sering menimbulkan kematian

khususnya pada neonatus. Setengah dari kasus PJB semestinya sudah dapat dideteksi

pada bulan pertama kehidupan, karena memperlihatkan tanda-tanda yang memerlukan

pertolongan segera.

B. Rumusan masalah1. Pengertian Penyakit Jantung Bawaan2. Etiologi Penyakit Jantung Bawaan3. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan4. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Bawaan5. Terapi Gen Untuk Penyakit Jantung Bawaan

C. Tujuan1. Pengertian Penyakit Jantung Bawaan2. Etiologi Penyakit Jantung Bawaan3. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan4. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Bawaan5. Terapi Gen Untuk Penyakit Jantung Bawaan

1

Page 2: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit jantung bawaan ini, dalam ilmu kedokteran disebut LQTS

(Long QT Syndrome) karena mengalami perlambatan pacu jantung yang diserta

dengan pemanjangan jarak QT interval pada Elektrokardigrafi Jantung. Penyakit ini,

juga mempunyai ciri-cirinya berupa sinkop (keadaan dimana terdapat kelemahan

menyeluruh pada otot-otot tubuh sehingga tidak mampu mempertahankan sikap tegak

yang disertai dengan hilangnnya kesadaran). Pada jantung normal, iramanya harus

teratur, berdiri sendiri, dan otonom. Pengatur Jantung berdenyut secara otomatis ini

dinamakan pacu jantung (Pace macker). Pacu jantung utama adalah di nodus sinus.

Bradikardia atau perlambatan denyut jantung dapat terjadi oleh kerusakan dipusat

pacu jantung utama yang di sebab oleh gangguan fungsi sinus atau gangguan

rangsang jantung.

Penyakit Jantung bawaan merupakan jenis penyakit yang cukup banyak

diderita. Menurut hasil penelitian, 10 dari 1000 bayi yang dilahirkan kemungkinan

memiliki penyakit jantung bawaan.

Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi,

ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada juga

kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam

mendistribusikan darah ke seluruh tubuh.

Pada umumnya kelainan jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir,

namun tak jarang gejalanya baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau

beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan

bibir terlihat kebiru-biruan.

Kelaianan yang termasuk dalam penyakit jantung bawaan banyak sekali

jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung serta gangguan

pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelaian pada penyakit jantung bawaan,

semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi darah, karena Jantung sebagai

salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas memompa dan mengalirkan darah

keseluruh bagian tubuh.

2

Page 3: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

Beberapa kelainan pada jantung yang paling banyak diderita yang

termasuk dalam kategori penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada katup balik,

kelainan pada katup serambi dan kebocoran pada pembuluh darah balik paru-paru

B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,

tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka

kejadian penyakit jantung bawaan :

a) Faktor Prenatal

1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

2) Ibu alkoholisme.

3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.

4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

b) Faktor Genetik :

1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan

Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

c) Faktor lingkungan

Jelas terlihat bahwa sebagian besar PJB disebabkan oleh interaksi faktor genetik

dan faktor lingkungan. Untuk terjadinya PJB diperlukan syarat-syarat berikut :

1) Embrio mempunyai predisposisi untuk kelainan bawaan.

2) Embrio menunjukkan reaksi abnormal terhadap rangsangan lingkungan

tertentu.

3) Kontak dengan faktor lingkungan tersebut terjadi pada masa berbahaya

dalam pembentukan sistem kardiovaskuler (antara 18--60 hari masa

kehamilan ibu).

Beberapa faktor lingkungan (obat dan virus) yang dapat menye-babkan PJB

sebagai berikut :

3

Page 4: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

Obat - obatan

Teratogen, Talidomid, Antagonis Asam Folat,Dekstroamfetamin,

Antikonvulsan, Litium Kloride, Alkohol, Progesteron/Estrogen.

Virus

Virus Rubella, Herpes Virus Hominis B, Coxsackie B.

Mungkin sebenarnya masih banyak faktor-faktor lingkungan yang bersifat

teratogenik, tetapi belum dibuktikan. Karenanya pada ibu-ibu yang hamil muda

sebaiknya tidak diberikan obat- obatan bila tidak mutlak diperlukan. Hipoksia

pada waktu kelahiran dapat mengakibatkan tetap terbukanya duktus arteriosus.

C. Klasifikasi

Berdasarkan penampilan fisik, PJB secara garis besar dibagi atas 2 kelompok,

yakni PJB tidak biru (asianosis) dan PJB biru (sianosis). Berdasarkan kelainan

anatomis, PJB secara garis besar dibagi atas 3 kelompok, yakni:

1. Adanya penyempitan (stenosis) atau bahkan pembuntuan pada bagian

tertentu jantung,

yakni: katup atau salah satu bagian pembuluh darah diluar jantung.

Penyempitan ini menimbulkan gangguan aliran darah dan membebani otot

jantung. Pada kasus-kasus dengan penyempitan yang berat, aliran darah ke bagian

tubuh setelah area penyempitan akan sangat menurun, bahkan terhenti sama

sekali pada pembuntuan total.

a) Stenosis (Penyempitan) Katup Pulmonal

Terjadi pembebanan pada jantung kanan, yang pada akhirnya

berakibat kegagalan jantung kanan. Makna istilah ini bukanlah jantung gagal

berdenyut, melainkan jantung tak mampu memompakan darah sesuai

kebutuhan tubuh dan sesuai jumlah darah yang kembali ke jantung. Tanda

gagal jantung kanan adalah: pembengkakan kelopak mata, tungkai, hati dan

penimbunan cairan di rongga perut. Penanganan medis yang dapat

dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon Pulmonal Valvotomy =

BPV).

b) Stenosis (Penyempitan) Katup Aorta

Terjadi pembebanan pada jantung kiri, yang pada akhirnya berakibat

kegagalan jantung kiri, yang ditandai oleh: sesak, batuk kadang-kadang

dahak berdarah (akibat pecahnya pembuluh darah halus yang bertekanan

4

Page 5: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

tinggi di paru). Penanganan yang dapat dilakukan: pelebaran katup

dengan balon (Balloon Aortic Valvotomy = BAV).

c) Atresia (Pembuntuan) Katup Pulmonal

Pada kasus ini katup pulmonal sama sekali buntu, sehingga tak ada

aliran darah dari jantung ke paru. Pasien hanya dapat bertahan hidup bila

pembuluh darah duktus arteriosus tetap terbuka (yang mengalirkan darah

dari pembuluh aorta ke pembuluh darah paru).

Biasanya pembuluh ini akan menutup pada minggu pertama

kehidupan bayi, dan bila itu terjadi akan berakibat fatal. Untuk

mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka, diperlukan obat:

Prostaglandin E-1. Namun obat ini sifatnya hanya sementara, dan harus

segera diikuti dengan tindakan bedah.

d) Coarctatio Aorta

Pada kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami

penyempitan. Bila penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ

tubuh di rongga perut (ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat

berkurang, dan kondisi pasien memburuk. Seperti halnya pada atresia

katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta yang berat Prostaglandin E-1

perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan duktus arteriosus. Untuk

selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau pembedahan perlu

dilakukan.

6. Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung (septum),

sehingga terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung ke ruang

sisi lainnya. Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi dibanding

sisi kanan, maka aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya,

aliran darah paru berlebihan/banjir (contoh: ASD = Atrial Septal Defect/ lubang

di sekat serambi , VSD = Ventricular Septal Defect/ lubang di sekat bilik). Aliran

pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan

pembuluh pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus Arteriosus).

Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi

darah kotor, maka penampilan pasien tidak biru (asianosis). Namun,

beban yang berlebihan pada jantung akibat aliran pirau yang besar dapat

menimbulkan gagal jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda aliran darah

paru yang berlebih adalah: debaran jantung kencang, cepat lelah, sesak

5

Page 6: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

nafas, pada bayi sulit menyusu, pertumbuhan terganggu, sering batuk

panas (infeksi saluran nafas bagian bawah).

Dalam kondisi seperti tersebut diatas, perlu diberikan obat-obatan yang

bermanfaat untuk mengurangi beban jantung, yakni obat diuretik

(memperlancar kencing) dan obat vasodilator (pelebar pembuluh darah).

a) Atrial Septal Defect (Asd) = Lubang Di Sekat Serambi

Lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah :

Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang

dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Namun sebagian kasus

tak dapat ditangani dengan metode ini, dan memerlukan pembedahan.

b) Ventricular Septal Defect (Vsd) = Lubang Di Sekat Bilik

Pada VSD tertentu dapat ditutup dengan tindakan non bedah

menggunakan penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar kasus

memerlukan pembedahan.

c) Patent Ductus Arteriosus (Pda) = Pembuluh Penghubung Aorta Dan

Pembuluh Darah Paru Terbuka

PDA juga dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan

penyumbat Amplatzer, namun bila PDA sangat besar tindakan bedah masih

merupakn pilihan utama. PDA pada bayi baru lahir yang premature dapat

dirangsang penutupannya dengan menggunakan obat Indomethacine.

7. Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi

tertukar (pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan

pembuluh darah pulmonal/paru keluar dari bilik kiri).

Kelainan ini disebut transposisi arteri besar (TGA = Transposition of the

Great Arteries). Akibatnya darah kotor yang kembali ke jantung dialirkan lagi

ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis/biru di bibir, mukosa mulut

dan kuku. Bayi dapat bertahan hidup bila darah kotor yang mengalir ke

seluruh tubuh mendapat pencampuran darah bersih melalui PDA atau lubang

di salah satu sekat jantung (ASD/VSD).

Seringkali TGA tak disertai lubang sekat dan pasien sangat biru (darah

yang mengalir ke seluruh tubuh sebagian besar adalah darah kotor).

Dalam keadaan demikian, dapat dibuat lubang di sekat serambi melalui metode

non bedah yang disebut Balloon Atrial Septostomy (BAS). Sementara

menunggu persiapan untuk melakukan prosedur ini, PDA yang bermanfaat

6

Page 7: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

untuk menjamin pencampuran darah bersih perlu dipertahankan, yakni

dengan memberikan Prostaglandin E-1.

Namun semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien

membaik, operasi untuk menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu

dilakukan.

Disamping kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut

kelainan pada pusat listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat

jantung yang lemah atau adanya blok pada sistim hantaran listrik

jantung, berakibat denyut jantung/nadi yang pelan, sehingga tak

mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh. Untuk itu perlu pemasangan alat

pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah cukup besar pemasangan

pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada bayi masih

diperlukan pembedahan.

D. Manifestasi Klinis

1) Hipoksemia sistemik menimbulkan gejala sianosis sentral

2) Sianosis sentral akibat PJB tidak timbul segera setelah lahir

3) Sianosis sentral tidak tampak selama saturasi oksigen arteri masih diatas 85%

4) Sianosis sentral dengan frekuensi pernafasan yang cepat (hiperventilasi) tanpa

disertai pernafasan cuping hidung dan retraksi ruang iga serta kadar CO2 yang

rendah.

5) Sianosis sentral dengan tes hiperoksia positip.

6) Harus dicari apakah aliran darah sistemik berasal dari ventrikel kanan atau kiri,

adanya duktus yang masih terbuka mengakibatkan aliran darah aorta asenden dan

disenden berasal dari ventrikel yang tidak sama. Pada kondisi ini diperlukan

pemasangan pulse oxymetri pada tangan kanan dan kaki.

7

Page 8: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

BAB III

Terapi Gen Untuk Penyakit Jantung Bawaan

Sebuah penelitian baru membuktikan bahwa KCNQ1 adalah gen utama yang

menyandi fungsi jantung. Mutasi yang terjadi pada gen tersebut akan menyebabkan

penyakit jantung bawaan pada ratusan ribu anak dan akan menimbulkan gangguan rhytm

atau irama jantung dengan penderitaan seumur hidup. Kondisi ini pada akhirnya bisa

menyebabkan gagal jantung atau Cardiac suddent dan kematian. Kami bersama Tim

peneliti lainnya di Cardiac Research Center, Niigata University Hospital, Jepang telah

melakukan uji gene screening pada lebih dari seratus keluarga dengan penderita penyakit

jantung bawaan. Penemuan ini dipublikasikan di journal international of BBRC、Sciences

Journal 2009 Jan 16;378(3):589-94 dan J Cardiovasc Electrophysiol 2008

May;19(5):541-9.

Dalam penelitan tersebut, pasien yang menderita kelainan jantung bawaan,

ditemukan adanya mutasi genetik pada semua penderita. Tepatnya pada gen KCNQ1

dengan lokasi mutant-nya pada residue 313, dan ternyata residue I313K ini merupakan

pusat dari kanal Potassium yang tentunya merupakan molekul utama yang sangat

dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot jantung. Jadi dengan terjadinya mutasi tersebut

penderita penyakit ini akan mengalami gangguan kontraksi otot jantung.Pengujian

selanjutnya, pada sel-sel otot jantung secara invitro dengan menggunakan metode Patch

Clamping Electrophysiology, Confocal imaging, dan analisa sequencing DNA pada pasien-

pasien penderita penyakit herediter ini, membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna

penurunan fungsi sel-sel mutant KCNQ1-I313K bila dibandingkan dengan sel-sel normal.

A. Pengertian Terapi gen

Terapi gen (Gene therapy) adalah suatu proses terapi untuk mengobati

penyakit tententu dengan cara menginsersikan gen yang telah diperbaiki atau gen

tertentu kedalam genom sel-sel atau jaringan individu untuk menggantikan gen yang

abnormal yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.

B. Prinsip Terapi Gen

Ada beberapa prinsip yang digunakan untuk menggantikan atau memperbaiki

gen yang rusak

8

Page 9: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

1. Insersi gen yang normal pada lokasi yang tidak spesifik di dalam genom untuk

menggantikan gen yang tidak berfungsi. Prinsip ini merupakan pendekatan

umum yang paling sering digunakan.

2. Gen yang tidak normal dihilangkan dari genom individu dan digantikan oleh gen

yang normal menggunakan cara homologous recombination.

3. Gen yang tidak normal dapat diperbaiki melalui cara selective reverse mutation.

4. Mengubah regulasi (pengaturan) gen tertentu.

C. Jenis Terapi Gen

Terapi gen dibedakan atas 2 jenis yaitu :

1) Terapi gen sel somatik (somatic-cell gene therapy) atau gene therapy non

hereditable.

Pada terapi gen sel somatik, gen yang normal atau telah dimodifikasi

ditransfer ke dalam sel-sel somatik pasien. Terapi gen ini hanya dapat mengatasi

penyakit atau kelainan pada pasien yang bersangkutan. Gen yang telah diperbaiki

atau dimodifikasi ini tidak dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya, karena

gen yang telah diperbaiki ini hanya ada pada sel-sel somatik saja dan tidak ada

pada sel-sel germinal.

Terapi gen somatik (somatic cell gene therapy) mirp dengan

transplantasi sel, jaringan atau organ. Pada transplantasi organ ketubuh resipien,

organ yang ditransplantasikan itu mengandung gen-gen yang berbeda dengan

pasien. Pada terapi gen ini beberapa sel pasien diambil, diperbaiki diperbaiki

gennya dan kemudian dikembalikan ke pasiennya. Hal ini menyebabkan terapi gen

sel somatik tidak serumit dan tidak seberbahaya transplantasi organ.

2) Terapi gen sel germinal (Germ line /hereditable gene therapy)

Pada terapi gen sel germinal, gen yang mengalami defek pada sel-sel

germinal akan diperbaiki dengan cara menginsersikan dan mengintegrasikan gen

yang normal atau gen yang telah dimodifikasi kedalam genom sel-sel germinal.

Gen yang telah diinsersikan ini kemudian akan diturunkan ke generasi berikutnya.

Terapi gen sel germinal sangat bermanfaat untuk mengatasi penyakit-penyakit

genetik dan penyakit-penyakit yang bersifat herediter. Akan tetapi terapi gen sel

germinal hingga kini masih sulit dilakukan karena alasan tehnis dan etik. Bila gen

yang mengalami defek pada sel-sel germinal ini diperbaiki dan diturunkan berarti

9

Page 10: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

kita telah mengubah genetik seseorang. Hal inilah yang menjadi kendala untuk

melakukan terapi gen sel germinal

D. Metoda Terapi Gen

Metoda terapi gen dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu

a) transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen normal kedalam sel-sel sasaran pada

pasien dengan menggunakan vektor biologi yaitu virus.

b) transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen yang normal kedalam sel-sel sasaran

pada pasien dengan menggunakan cara non virus. Beberapa cara non virus yang

dapat digunakan adalah Naked DNA, Oligonucleotides, lipoplexes dan polyplexes,

hibrid methods, dendrimers.

E. Transfer gen menggunakan vektor biologis

Vektor biologi yang digunakan untuk membawa gen yang telah diperbaiki adalah

virus yang susunan genetiknya telah diubah sehingga dapat membawa gen manusia

yang normal. Virus-virus ini akan membawa gen yang telah diperbaiki kedalam sel-sel

sasaran pada tubuh manusia dengan cara tertentu dan kemudian berintegrasi pada

genom tertentu.4 Untuk mencapai tujuan ini gen-gen pada virus yang dapat

menyebabkan penyakit harus dihilangkan dan diganti dengan gen-gen yang telah

diperbaiki. Sebagai contoh virus A diketahui dapat berreplikasi atau memperbanyak diri

dengan cara menginsersikan gen-gen nya kedalam genom sel-sel host. Virus ini

mempunyai 2 jenis gene yaitu gen A dan gene B.

Gen A adalah gen yang mengkode protein yang berguna untuk menginsersikan gen-

gen nya kedalam genom sel host (inang). Sebaliknya gen B adalah gen yang

menyebabkan timbulnya penyakit pada host. Gen C adalah gen yang telah diperbaiki

dan akan menggantikan gen B. Dengan dilakukannya reengineering sedemikian rupa

sehingga gen C dapat menggantiksn gen B. Dengan demikian gen A tetap

dipertahankan untuk menjalankan fungsinya.

Adenovirus merupakan virus generasi pertama yang digunakan dalam terapi gen

dan sangat efektif sebagai vektor pembawa transgen. Virus lain yang dapat digunakan

dalam terapi gen adalah retrovirus, adeno-associated viruses, virus herpes simplex dan

lain-lainnya termasuk virus penyebab HIV. 2 jenis virus yang banyak digunakan

sebagai vektor adalah :

10

Page 11: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

a) Retrovirus.

Materi genetik pada virus ini adalah dalam bentuk RNA, sebaliknya

materi genetik pada sel-sel tubuh sasaran adalah dalam bentuk DNA. Ketika

retrovirus menginfeksi sel sasaran (host), selain memasukkan RNA-nya, ia juga

akan memasukkan ensim reverse transcriptase dan integrase kedalam sel sasaran

tersebut. RNA ini kemudian akan diubah menjadi DNA melalui proses reverse

transcription menggunakan ensim reverse transcriptase. DNA kemudian akan

ditransfer kedalam inti sel sasaran dan kemudian akan berintegrasi pada tempat

tertentu di genom sel sasaran dengan bantuan ensim integrase. Setelah DNA yang

telah diperbaiki ini terintegrasi pada tempat tertentu di genom sel ssasaran maka

dikatakan bahwa genom sel-sel sasaran (host) ini telah dimodifikasi (Gb-1)

Salah satu masalah yang dapat terjadi pada terapi gen menggunakan

retrovirus adalah ensim integrase dapat menginsersikan materi genetik virus pada

tempat yang kurang sesuai misalnya pada bagian tengah gen-gen endogen pada

host, sehingga gen endogen ini tidak dapat berfungsi, dikenal sebagai insertional

mutagenesis. Bila gen-gen virus ini berinsersi pada gen pengatur fungsi gen

lainnya, maka proses pembelahan sel dapat tidak terkendali dan berubah menjadi

sel kanker. Hal ini sekarang dapat diatasi dengan menggunakan ensim Zinc finger

nucleases.5 Keuntungan menggunakan retrovirus adalah transgen yang dimasukkan

bisa di transmisikan kesemua sel yang terinfeksi dan turunanannya, tetapi

kerugiannya dapat menyebabkan terjadinya mutasi genetik yang berbahaya selama

tahap pengintegrasian.

b) Adenovirus

Ketika virus adenovirus meninginfeksi sebuah sel inang, molekul DNA

virus tersebut akan dimasukkan kedalam sel inang tersebut. Materi genetik

adenovirus tidak bersatu dengan materi genetik sel inang. Molekul DNA virus

terletak bebas dalam inti sel dan proses transkripsinya berlangsung secara sendiri.

Molekul DNA virus tidak ikut berreplikasi ketika sel mengalami pembelahan

sehingga sel-sel inang hasil pembelahan tidak mengandung DNA virus.

Akibatnya pada terapi gen menggunakan vektor adenovirus membutuhkan

pemasukkan kembali gen-gen yang sudah dimodifikasi ke dalam populasi sel yang

baru. Sebaliknya keadaan ini akan mencegah terjadinya kanker. Gendicine adalah

adenovirus yang telah mengandung gen p53 yang digunakan pada terapi gen untuk

mengobati penyakit kanker pada kepala dan leher. Gendicine sudah diizinkan oleh

11

Page 12: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

FDA China untuk digunakan pada manusia pada tahun 2003, sementara itu FDA

Amerika Serikat telah menyetujui advexin, suatu vektor yang serupa dengan

Gendicine untuk digunakan di Amerika serikat pada tahun 2008.

F. Transfer gen menggunakan cara non virus

Disamping menggunakan cara tranfer gen yang diperantarai oleh virus (virus-

mediated gene-delivery systems, ada beberapa metoda lain tanpa menggunakan virus.

Metoda non virus ini mempunyai keuntungan yaitu dapat diproduksi dalam jumlah

besar dan immunogenisitas pada sl inang yang rendah. Beberapa metoda non virus yang

dapat digunakan adalah

1. Naked DNA

Metoda ini merupakan metoda transfeksi non virus yang sangat sederhana.

Penelitian klinik dengan cara menyuntikan naked DNA secara intramuskular

menunjukkan sebagian hasil yang sukses dan sebagian lagi mengalami kegagalan.

Ekspresi gen pada metoda transfeksi ini sangat rendah dibandingkan dengan cara

transfeksi lainnya.

2. Oligonukleotida

Oligonukleotida sintetik digunakan untuk menginaktifkan gen-gen yang

terlibat dalam proses penyakit. Beberapa metoda yang dapat digunakan antara lain

adalah

a. Menggunakan antisense yang spesifik untuk gen sasasaran yang akan

mengganggu proses transkripsi gen sasaran yang rusak.

b. Menggunakan oligonukleotida rantai ganda (double strand oligonucleotide)

yang akan mengikat faktor-faktor transkripsi yang diperlukan untuk regulasi

promoter gen sasaran.

3. Lipoplexes and polyplexes

Untuk meningkatkan kwalitas pengangkutan DNA yang baru ke dalam sel,

DNA tersebut harus dilindungi dari kerusakan dan pemasukkannya kedalam sel

harus difasilitasi. Untuk memfasilitasi pemasukan gen ke dalam sel dapat

digunakan molekul lipid yang dikenal sebagai lipoplexes dan polyplexes yang

dirancang untuk melindungi DNA dari proses degradasi selama proses transfeksi.

Molekul lipid ini digunakan untuk membungkus plasmid yang mengandung DNA

dalam bentuk seperti micelle atau liposome.

12

Page 13: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

Lipoplexes atau polyplexes yang telah mengandung DNA dikenal sebagai

lipoplex. Lipoplex akan berinteraksi dengan membran sel dan masuk kedalam

secara endositosis. Endosome yang mengandung lipoplex ini kemudian akan lisis

dan transgen yang ada di dalamnya akan dikeluarkan ke dalam sitoplasma sel untu

kemudian akan masuk ke dalam inti sel

4. Metoda Hibrid (Hybrid method)

Untuk meningkatkan efisiensi trnasfer transgen dikembangkan metoda

hibrid (campuran) yaitu kombinasi liposome dengan virus influenza atau HIV yang

diinaktifkan.

G. HAMBATAN DALAM TERAPI GEN

Ada beberapa faktor yang menghambat efektivitas penggunaan terapi gen dalam

mengatasi penyakit-penyakit genetik yaitu

1. Masa hidup alami terapi gen yang pendek (Short-lived nature of gene therapy).

Agar terapi gen menjadi efektif , gen yang dimasukkan kedalam sel-sel target harus

dapat berfungsi dan sel-sel yang mengandung gen terapi ini harus dapat hidup lama

dan stabil.

2. Respons Imunologik. Adanya stimulus tertentu yang merangsang timbulnya

respons imunologik yang dapat menurunkan efektivitas terapi gen tentu sangat

merugikan. Lebih jauh adanya respon imunologik ini juga akan menyulitkan

pengulangan terapi gen pada pasien.

3. Masalah dengan virus yang berfungsi sebagai vektor. Beberapa masalah yang harus

dipertimbangkan pada penggunaan virus sebagai kendaraan pembawa gen yang

telah diperbaiki adalah toksisitas, reaksi imunologik dan inflamasi, kontrol gen dan

jaringan sasaran. Ketakutan lainnya adalah kemungkinan pulihnya kembali

kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit pada manusia

4. Kelainan gen yang multipel. Terapi gen sulit digunakan untuk mengobati

penyakit-penyakit yang disebabkan oleh adanya kombinasi gen-gen yang

mengalami kerusakan, misalnya pada penyakit jantung, tekanan darah tinggi,

Alzheimer, artritis dan diabetes.

5. Potensi untuk timbulnya tumor.

Bila DNA diintergrasikan pada tempat yang salah di dalam genom, misalnya pada

daerah tumor suppressor gene, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tumor. Hal ini

pernah terjadi pada percobaan klinis pada pasien dengan X-linked severe combined

13

Page 14: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

immunodeficiency (X-SCID) yang diterapi dengan sel punca darah (Hematopoietic

stem cells yang diinfeksi oleh retrovirus yang mengandung transgen. Tiga dari 20

pasien yang diterapi dengan cara ini kemudian menderita leukemia.

H. PRASYARAT TERAPI GEN

Untuk melakukan terapi gen ada persyaratan yang harus dipenuhi yang

dikembangkan oleh National Institute of Health (NIH). Beberapa prasyarat yang harus

dipenuhi agar prosedur terapi gen dapat di izinkan adalah

1. Gen harus di klon dan diketahui karakteristiknya, sehingga harus tersedia dalam

bentuk murni.

2. Harus ada metoda efektif yang digunakan untuk memasukkan trasngen ke dalam

jaringan atau sel yang dituju.

3. Resiko terapi gen harus dievaluasi secara berhati-hati dan dibuat seminimal

mungkin.

4. Penyakit tidak dapat diobati dengan cara lainnya.

5. Harus ada data penelitian pendahuluan dengan hewan model atau sel manusia dan

hasilnya menunjukkan bahwa usulan terapi gen tersebut adalah efektif.

14

Page 15: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Hingga kini kira-kira ada 5000 penyakit bawaan pada manusia yang telah

diketahui. Akan tetapi dari semua penyakit bawaan tersebut hanya sedikit sekali yang

dapat diobati. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,

penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering ditemukan

Pada penyakit bawaan ini didapatkan adanya defisiensi produk gen tertentu.

Kekurangan produk gen tertentu tersebut umumnya tidak dapat digantikan dengan

material yang sama yang berasal dari luar tubuh. Hanya sedikit yang dapat digantikan

dengan material dari luar tubuh.

B. Saran

1. Mempermudah Persetujuan prosedur terapi gen karena sampai saat ini masih

sangat sulit dan berliku serta kontroversial.

2. Aspek biologi terapi gen pada manusia sangat kompleks dan masih

membutuhkan banyak teknik yang hingga kini masih terus dikembangkan.

15

Page 16: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

BAB VDAFTAR PUSTAKA

1. Gene Therapy diunduh dari "http://en.wikipedia.org/wiki/Gene_therapy"

2. Scott T., Gene Therapy Breakthrough, diunduh dari www.unitedspinal.org. February

26th, 2008

3. Gene therapy/RNA interferences, diunduh dari www.acceleratingfuture.com

4. What is gene therapy diunduh dari

www.ornl.gov/sci/techresources/Human/genetherapy.html

5. Ontoseno T. Kelainan jantung bawaan dan etiologinya masa kini. Buletin Toraks

Kardiovaskuler Indonesia. 1996 : IV (4) : 30-34.

6. Saenz RB, Diane KB, Laramie C. Triplett, M.D. Caring for Infants with Congenital

Heart Disease and Their Families. University of Mississippi Medical Center Jackson,

Mississippi American academy of Family Physician. 2003

7. Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA, Tynan M. Fetal circulation and

circulatory changes at birth. In : Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA and

Tynan M, eds. Paediatric Cardiology. Vol.2 Churchill Livingstone, 1987: 109.

8. Wren C, Richmond S, Donaldson L : Presentation of congenital heart disease in

infancy : implications for

16

Page 17: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat,

hidayah, serta karuniaNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Trend dan Issue Pengobatan Penyakit jantung bawaan” tepat pada waktunya.

Makalah ini ditulis sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas akhir Semester IV

mata kuliah KARDIOVASKULER program studi S1 Keperawatan semester empat.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kesalahan,

oleh karena itu Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 15 Julil 2010

( Penulis )

17ii

Page 18: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

DAFTAR ISI

Cover i

Kata pengantar ii

Daftar isi......................................................................................................................iii

BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II : Pembahasan

A. Pengertian penyakit jantung bawaan........................................................2

B. Etiologi penyakit jantung bawaan............................................................3

C. Klasifikasi penyakit jantung bawaan........................................................4

D. Manifestasi klinis......................................................................................7

BAB III : TERAPI GEN PADA ( PJB )

A. Pengertian Terapi Gen..............................................................................8

B. Prinsip Kerja Terapi Gen..........................................................................8

C. Jenis-Jenis Terapi Gen..............................................................................9

D. Metode Terapi Gen...................................................................................10

E. Transfer Gen menguunakan vektor biologis............................................10

F. Transfer Gen menggunakan cara non virus..............................................12

G. Hambatan dalam Terapi Gen....................................................................13

H. Persyaratan Terapi Gen............................................................................14

BAB IV : Penutup

A. Kesimpulan...............................................................................................15

B. Saran.........................................................................................................15

BAB V : Daftar Pustaka...........................................................................................16

18iii

Page 19: Trend Dan Issue Terapi Penyakit Kardiovaskuler

TRENDS DAN ISSUETERAPI GEN

PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Oleh :HERU ADIANTORON IM : 09.321.104

Prodi S1 Keperawatan Semester IV ( C )SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Insan Cendekia MedikaJombang

2010

19i