Upload
nollyrat
View
275
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Thesis
Citation preview
BAB IPEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah, sebagaimana tertuang dalam pasal 17 ayat 2 UU Sisdiknas,
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional Hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dimana madrasah
mempunyai fungsi yang sama dengan satuan pendidikan lainnya terutama dalam
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab1
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, maka keberhasilan
madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya akan memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Namun disadari bahwa
dalam melaksanakan upaya tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Seperti permasalahan yang dihadapi sekolah-sekolah umum
lainnya, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh madrasah saat ini adalah
mutu pendidikan masih tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini seperti
apa yang diungkapkan oleh Natsir Armaya Siregar dan Mohd. Sitompul, bahwa
meskipun perkembangan madrasah telah cukuip menggembirakan akan tetapi dari
1 ? Republik Indonesia, Undang-Undang R.I No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. BAB II Pasal 3.
1
segi mutu masih belum memuaskan atau kadang-kadang memprihatinkan2.
Bermutu tidaknya pendidikan di madrasah tidak lepas dari berbagai aspek
yang terkait dengan kehidupan madrasah. Keuangan dan pembiayaan merupakan
salah satu aspek yang secara langsung dapat menunjang efektifitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di madrasah. Pembiayaan merupakan salah satu faktor
penentu bagi terlaksananya proses pendidikan yang pada gilirannya berdampak
terhadap peningkatan mutu3.
Terkait dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, Departemen
Agama mengemas Development of Madrasah Aliyahs Project (DMAP). Melalui
proyek ini diharapkan dapat dilakukan sejumlah langkah strategis dan terobosan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah aliyah, baik yang menyangkut
pengembangan kurikulum, pendanaan, sarana/prasarana, ketenagaan dan
pengawasan, termasuk peningkatan dalam bidang kelembagaan.
Secara makro, proyek pengembangan Madrasah Aliyah ini merupakan
bagian integral dari kebijakan pemerintah yang direalisasikan dalam pengaturan
operasional bersama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen
Agama tentang beragam persoalan di bidang pendidikan, yang salah satu di antara
persoalan-persoalan tersebut adalah merumuskan strategi dan berbagai program
untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam sistem pendidikan.
2 ? Natsir Armaya Siregar dan Mohd Saleh Sitompul, “Reposisi dan Revitalisasi Madrasah,” dalam Jamaludin, Mendiskusikan Kembali Eksistensi Madrasah ( Cet. II: Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 42.3 ? Nanang Fatah, “Indikator Kemandirian Pembiayaan Madrasah,” Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan. Volume 5 nomor 1 ( Januari-Maret), h. 39
2
Sebagai wujud konkrit dari perumusan strategi pengembangan program
pendidikan pada Madrasah Aliyah adalah lahirnya Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama nomor
E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98, tertanggal 20 Februari 1998, tentang pengembangan
Madrasah Aliyah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model pada 26
propinsi yang tersebar di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dan MAN
Model Manado adalah salah satu di antaranya.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah, tidak lepas dari upaya
perbaikan manajemennya4. Manajemen adalah proses atau kegiatan orang-orang
dalam organisasi dengan memanfaatkan sumber-sumber (juga disebut unsur
manajemen yaitu sumber daya manusia, dana atau sumber keuangan, dan sarana
atau perangkat kerja termasuk di dalamnya metoda/teknologi dan material/bahan-
bahan) yang tersedia bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
juga berarti ketrampilan dan kemampuan untuk memperoleh hasil melalui
kegiatan bersama orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan5.
Jika dikaitkan dengan madrasah, maka manajemen madrasah adalah proses atau
kegiatan orang-orang dalam dalam madrasah dengan memanfaatkan sumber daya
manusia yang ada di madrasah, sumber keuangan untuk pembiayaan madrasah,
dan sarana serta prasarana yang tersedia untuk tercapainya tujuan madrasah.
4 ? Departemen Agama R.I, Profil Madrasah Aliyah, ( Jakarta: Departemen Agama R.I., 2005), h. 15 5 ?Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen; pengetahuan praktis bagi Pimpinan dan Eksekutif (Cet 2: Yogyajarta: Pustaka Pelajar, 2003). H. 4..
3
Manajemen berbasis madrasah merupakan model manajemen yang
diterapkan saat ini, dimana manajemen berbasis madrasah merupakan model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada madrasah, memberikan
fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada madrasah, dan mendorong partisipasi
secara langsung warga madrasah (guru, siswa, kepala madrasah, karyawan) dan
masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha,
dsb.) untuk meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku6.
Salah satu aspek yang digarap oleh madrasah sesuai dengan model ini
adalah pengelolaan keuangan dan pembiayaan, karena madrasahlah yang paling
memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian/penggunaan
uang untuk pembiayaan kegiatan pendidikan sudah seharusnya dilimpahkan ke
madrasah. Madrasah diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang mendatangkan penghasilan (income generating activities), sehingga sumber
keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.
Manajemen pembiayaan madrasah merupakan aspek yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari proses manajemen pendidikan secara keseluruhan,
karena pada hakekatnya anggaran dan pembiayaan madrasah merupakan
penjabaran dari program madrasah dalam bentuk angka-angka yang akan
dipertanggungjawabkan bersama pencapaian program pada akhir tahun anggaran.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada madrasah secara garis besar dapat
6 ? Departemen Pendidikan Nasional R. I.. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), h. 23
4
dikelompokkan atas beberapa sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat
melalui APBN melalui Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), pemerintah
daerah melalui APBD bidang pendidikan. (2) orang tua dan masyarakat; (3) dana
masyarakat, (4) usaha ekonomi madrasah, (4) sumber lain yang tidak mengikat7.
Dalam implementasi manajemen berbasis madrasah, manajemen
pembiayaan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap
perencanaan, penyusunan penggunaan anggaran, sampai pengawasan dan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana yang
diperoleh madrasah benar-benar dimanfaatkan secara tertib, efektif, efisien,
tranparan dan akuntabel.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
manajemen pembiayaan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.
B. Rumusan Dan Batasan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, penulis merumuskan masalah pokok
sebagai bahan penelitian ini yaitu bagaimana manajemen pembiayaan pendidikian
di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Sedangkan sub masalahnya adalah:
1. Bagaimana perencanaan (planning) pembiayaan pendidikan di Madrasah
Aliyah Negeri Model Manado?
2. Bagaimana pengorganisasian (organizing) pembiayaan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado?
7 ?Departemen Agama R.I, Pedoman Standar Pelayanan Minimal Madrasah Aliyah. (Jakarta: Departemen Agama R.I., 2005), h. 55-56
5
3. Bagaimana penggerakan (actuating) pembiayaan pendidikan di Madrasah
Aliyah Negeri Model Manado?
4. Bagaimana pengawasan (controlling) pembiayaan pendidikan di Madrasah
Aliyah Negeri Model Manado?
C. Pengertian Judul
Judul penelitian ini adalah ”Manajemen Pembiayaaan Pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado”. Untuk memahami berbagai aspek yang
diteliti maka perlu dipahami istilah (term) yang digunakan agar tidak mendapat
kesulitan dalam memahami dan menginterpretasi isi tesis ini maka berikut ini
beberapa pengertian istilah yang perlu dijelaskan:
Manajemen: merupakan merupakan suatu proses dimana suatu kelompok secara
kerjasama mengarahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan bersama.
Proses tersebut mencakup teknik-teknik yang digunakan oleh manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau ativitas orang-orang lain menuju
tercapainya tujuan bersama; para manajer sendiri jarang melakukan aktivitas-
aktivitas yang dimaksud8
Pembiayaan: segala sesuatu yang berkenan dengan ongkos dan biaya9.
Pendidikan: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
8 ? Azhar Arsyad, op.cit. h.1.9 ? Zul Fajri dan Ratu Aprilia.. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Jakarta: DifaPublisher, 2006), h.164.
6
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara10.
Manajemen Pembiayaan: penentuan kebijaksanaan pengadaan dan penggunaan
keuangan untuk mewujudkan kegiatan organisasi kerja berupa kegiatan
perencanaan, pengaturan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan
Berdasarkan pengertian istilah di atas, maka dapat dirumuskan definisi
operasional judul penelitian ini yaitu: merupakan penentuan kebijaksanaan
pengadaan dan penggunaan keuangan untuk mewujudkan kegiatan organisasi
kerja berupa kegiatan perencanaan, pengaturan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan dalam bidang pendidikan yang difokuskan pada Madrasah
Aliyah Negeri Manado.
D. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang manajemen pembiayaan
pendidikan yang ditemukan peneliti antara lain: penelitian dari Aep Syaefudin
Firdaus (2004) yang berjudul: Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dan
Dampaknya Terhadap Produktivitas Sekolah (Kajian Pada Madrasah Tsanawiyah
Negeri Di Kabupaten Cianjur) difokuskan pada prencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengendalian pembiayaan pendidikan serta tingkat produktivitas
pendidikan di tingkat Madrasah Tsanawiyah. Selanjutnya hasil penelitian dari
Yahya ( 2005) yang berjudul Sistem Manajemen Pembiyaan Pendidikan (Suatu
Studi Tentang Pembiyaan Pendidikan Sekolah Dasar di Propinsi Sumatra Barat)
berkaitan dengan sistem manajemen pembiayaan pendidikan khususnya di
Sekolah Dasar di provinsi Sumatra Barat. Studi ini sebagai upaya mencari tahu
10 ? Republik Indonesia, Undang-Undang R.I No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I Pasal 1.
7
makna investasi dalam pendidikan, bagaimana mengelola investasi, serta
perangkat apa yang dibutuhkan di dalam operasionalnya sehingga pendidikan
terlaksana secara adil, merata, layak. efektif dan efisien sebagai cerminan suatu
pelayanan yang berkualitas.
Hasil penelitian dari Dedy Achmad K (2005) yang berjudul: Manajemen
Pembiayaan Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pendidikan (Kajian
pada Sekolah Menengah Umum di Wilayah Dinas Kota Bandung) Penelitian ini
mengkaji tentang fenomena faktor-faktor manajemen pembiayaan pendidikan dan
pengaruhnya terhadap kualitas pendidikan di Sekolah Menengah Umum.
Penelitian dari Rohandi Yahya yang berjudul: Kontribusi Manajemen Pembiayaan
Pendidikan Terhadap Proses Peningkatan Produktivitas Pendidikan (Studi
Deskriptif tentang Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SMP Negeri Kabupaten
Bandung, tahun 2002/2003). Fokus dalam penelitian ini dibatasi pada
bagaimanakah kontribusi manajemen pembiayaan pendidikan terhadap proses
peningkatan produktivitas pendidikan di SMP Negeri Kabupaten Bandung.
Berdasarkan studi pustaka, peneliti belum menemukan penelitian yang
mengkaji tentang manajamen pembiayaan di Madrasah Aliyah Negeri Model.baik
yang ada di kota Manado maupun di luar kota Manado. Oleh karena independensi
judul tesis ini cukup cukup tegas dari aspek originilitasnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Jenis penelitian
Lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri Manado. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang
8
data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-
kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan
informan.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya,
kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi
etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual
dan cara-cara hidup Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang
bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan
berdasarkan penelitian lapangan (fieldwork) yang intensif. Etnograf bertugas
membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan
kejamakan struktur-struktur konseptual yang kompleks, termasuk asumsi-asumsi
yang tak terucap dan taken for granted (yang dianggap sebagai kewajaran)
mengenai kehidupan11. Penelitian ethnographic mempelajarai phenomena sebagai
kejadian wajarnya12. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-
detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang
lebih luas. Hasil akhir penelitian komprehensif, suatu naratif deskriptif yang
bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang menginterpretasikan seluruh aspek-
aspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Untuk
itu, penelitian ini difokuskan pada penelitian mikro etnografi, yaitu difokuskan
11 ?Sukmadinata dan Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. (Cet. 2; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 62.12 ? Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Cet..2; Yohyakarta: Rake Sarasin, 2002), h.132.
9
pada manajemen pembiayaan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Manado
3. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti merupakan instrument utama pengumpul data dalam penelitian
ini13
4. Teknik pengumpulan data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber
data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah: dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara14
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data) artinya peneliti melakukan analisis data pada saat data
sementara dan sesudah dikumpulkan. Sebelum analisis data dilakukan, data
dikelola dengan cara mengorganisirnya untuk memudahkan dalam proses analisis
Dalam menganalisis data akan mengikuti langkah-langkah:
a. membaca, menelaah dan mempelajari data
b. mereduksi data
Setelah semua data dipelajari peneliti mereduksi dengan cara
merangkumnya dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai
hal-hal pokok, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga
tetap berada di dalamnya. Data yang masih mentah perlu dimatangkan melalui
pola, kategori dan dibuat sistematikanya.
Langkah-langkah yang dilakukan setelah mereduksi data adalah :
13 Ibid h. 13414 Ibid h. 139
10
a) Mengorganisasikan data.
b) Menyortir data,
c) Pengkategorian data
c. Menampilkan data (display)
d. Pengecekan keabsahan data.
Untuk menguji kebenaran (keabsahan) data peneliti akan melakukan
teknik triangulasi. Adapun teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1) Triangulasi sumber:
2) Triangulasi metode:
3) Triangulasi situasi:
F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji dan mendeskripsikan perencanaan pembiayaan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado
2. Mengkaji dan mendeskripsikan pengorganisasian pembiayaan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado
3. Mengkaji dan mendeskripsikan penggerakan pembiayaan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado
4. Mengkaji dan mendeskripsikan pengontrolan pembiayaan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Model Manado
Kegunaan dari penelitian ini adalah
11
1. Kegunaan Teoretis.
Berbagai pemikiran, konsep, dan gagasan teoretis yang dikemukakan serta
diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pendidikan pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen
pendidikan pada khususnya, terutama manajemen pembiayaan pendidikan
di tingkat madrasah
2. Kegunaan praktis
a. Memberikan manfaat praktis bagi pimpinan madrasah, para guru maupun
stakeholders di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado di dalam
mengembangkan manajemen pembiayaan pendidikan sebagai MAN
Model serta bagi madrasah-madrasah lainnya dalam upayanya untuk
menjadi madrasah model.
b. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk
lebih menggali dan mengembangkan permasalahan yang diteliti.
G. Garis Besar Isi
Penelitian ini secara sistematik terdiri dari lima bab yang diuraikan dalam
beberapa sub bab sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan yang memuat: latar belakang masalah, rumusan
dan batasan masalah, pengertian judul, tujuan dan kegunaan penelitian, garis-garis
besar isi.
Bab kedua, tinjauan teoritis yang memuat: konsep dasar manajemen
pembiayaan pendidikan, perencanaan pembiayaan pendidikan, pelaksanaan
12
pembiayaan pendidikan, pengontrolan pembiayaan pendidikan dan pertanggung
jawaban pembiayaan pendidikan.
Bab ketiga, Metodologi Penelitian yang terdiri dari: lokasi dan jenis
penelitian, pendekatan penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data
Bab keempat, kajian terhadap perencanaan pembiayaan pendidikan,
penmgorganisasian pembiayaan pendidikan, pergerakan pembiayaan pendidikan
dan pengontrolan pembiayaan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Model
Manado
Bab kelima, Kesimpulan dan implikasi penelitian Selanjutnya dilanjutkan
dengan daftar pustaka.
H. Sistimatika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan dan Batasan Masalah C. Pengertian Judul D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian E. Garis-Garis Besar Isi Tesis
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Pembiayaan PendidikanB. Perencanaan (planning) Pembiayaan Pendidikan di MadrasahC. Pengorganisasian ( organizing) Pembiayaan Pendidikan MadrasahD. Penggerakan (actuating) Pembiayaan Pendidikan MadrasahE. Pengawasan (controlling) Pembiayaan Pendidikan Pendidikan
Madrasah
BAB III METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PenelitianB. Metode PendekatanC. Metode Pengumpulan Data D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
13
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIANA. Perkembangan dan Kondisi Obyektif MAN Model ManadoB. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di MadrasahC. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MadrasahD. Pengerakan Pembiayaan Pendidikan MadrasahE. Pengontrolan Pembiayaan Pendidikan Madrasah
BAB V PENUTUPA. A. Kesimpulan ……………………………………………..
B. Saran-saran ……………………………………………..
DAFTAR KEPUSTAKAAN …………………….…………………… LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………
14
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan di Madrasah
Manajemen adalah proses di mana tindakan individual dan group
dikoordinasikan ke arah pencapaian tujuan organisasi. Duncan (1989:31)
Wahjosumidjo (2003:94) mengartikan manajemen merupakan proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha
anggota-anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber organisasi
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Terry dan Rue (1997:3) mendefinisikan
manajemen sebagai proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan semua
sumber daya, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Handoko (200:8) manajemen didefinisikan sebagai bekerja dengan
orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
Stoner (1998:2) mengemukakan manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif
dan efisien. Kegiatan di madrasah yang sangat kompleks membutuhkan
15
pengaturan yang baik. Keuangan dan pembiayaan di madrasah merupakan bagian
yang amat penting karena setiap kegiatan butuh uang. Keuangan juga perlu diatur
sebaik-baiknya. Untuk itu perlu manajemen pembiayaan yang baik. Sebagaimana
yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan
manajemen pembiayaan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan
manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber penda-
naan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban10. Di
dalam manajemen pembiayaan madrasah terdapat rangkaian aktivitas terdiri dari
perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang diper-
lukan dalam pelaksanaan program, pengesahan dan penggunaan anggaran madra-
sah. Manajemen pembiayaan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan/keta-
tausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertan-
ggungjawaban dan pelaporan11. Dengan demikian manajemen pembiayaan ma-
drasah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan madrasah mulai dari
perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban
keuangan madrasah
Melalui kegiatan manajemen pembiayaan maka kebutuhan pendanaan ke-
giatan madrasah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara
transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara
efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen pembiayaan adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan madrasah
10. Manullang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. ( Cet. 1. Jakarta: Ghalia Indonesia). h.35
16
11 Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Keuangan. ateri Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah.(Cet.1 Jakarta: irjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama). h. 14b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan madrasah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran madrasah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala
madrasah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan
yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta
memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Manajemen pembiayaan madrasah perlu memperhatikan sejumlah prinsip.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.
A. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di Madrasah
1. Pengertian
Perencanaan merupakan proses awal dari pelaksanaan semua fungsi
manajemen. Terry & Rue (2001:11) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu
kumpulan keputusan untuk mempersiapkan tindakan-tindakan di masa
mendatang. Saaty (1993:14) memberikan pengertian perencanaan sebagai suatu
aktifitas yang bertujuan dan dinamis yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
yang diinginkan. Burhanuddin (1994:167) mengartikan perencanaan sebagai suatu
aktifitas pengambilan keputusan tentang sasaran apa yang akan dicapai, tindakan
apa yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran tersebut dan
siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas tersebut. Turang (2002:1) dalam
kaitannya dengan perencanaan pendidikan secara lebih konkrit menegaskan
17
bahwa perencanaan adalah; (1) suatu proses pemikiran, analisis dan keputusan
masa depan pendidikan, (2) suatu prediksi, proyeksi dan perkiraan pengembangan
pendidikan mendatang, (3) suatu kajian alternatif pencapaian tujuan pendidikan,
(4) suatu tulisan ‘sejarah’ masa depan pendidikan, (5) suatu rancangan
pembangunan masa depan pendidikan, (6) suatu fungsi organik manajemen
pendidikan dan menjadi dasar atau pedoman pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen lainnya.
Berdasarkan pada serangkaian definisi yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses
mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukannya,
tindakan dalam mencapai tujuan organisasi dengan dan tanpa menggunakan
sumber-sumber yang ada. Dengan kata lain, perencanaan adalah suatu aktifitas
yang dilakukan secara sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang berbagai hal yang akan dikerjakan di
masa depan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian terdapat empat pokok pikiran
yang diperoleh dari pengertian-pengertian perencanaan di atas, yaitu:
a. Suatu rencana tidak akan timbul dengan sendirinya melainkan lahir sebagai
hasil pemikiran yang bersumber pada hasil penelitian yang telah dilakukan.
b. Para perencana mutlak perlu memiliki keberanian mengambil keputusan
dengan segala resikonya. Dikatakan demikian karena suatu rencana adalah
suatu keputusan yang hendak dilaksanakan di masa yang akan datang dan
salah satu cirinya adalah ketidak pastian.
18
c. Suatu rencana adalah berorientasi masa depan. Artinya, setiap perencanaan
yang dirumuskan adalah harus mampu memprediksikan apa yang akan terjadi
masa depan.
d. Rencana harus mempunyai makna. Maksudnya, apabila rencana itu
dilaksanakan, ia harus mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam
pemcapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
1. Fungsi dan Kegunaan
Berpijak dari uraian tentang pengertian perencanaan sebagaimana telah
dikemukakan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa perencanaan mempunyai
kegunaan yang sangat signifikan manajemen pembiayaan pendidikan. Hal ini
didasarkan pada beberapa pemikiran yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
antara lain, Widjayakusuma, dkk. (2002:109) bahwa perencanaan dalam suatu
organisasi memegang peranan yang cukup urgen dalam pencapaian tujuan
organisasi tersebut. Selanjutnya, menurutnya bahwa terdapat empat peranan
penting dari sebuah perencanaan yaitu sebagai berikut :
a) Mengurangi atau mengimbangi ketidak-pastian dan perubahan-perubahan di masa mendatang;
b) Memusatkan perhatian pada pencapaian sasaran;c) Memastikan proses pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan
efektif; dan, d) Memudahkan pengawasan.
Sehubungan dengan itu, Burhanuddin dalam M. Karebet Widjaya Kusuma
dan M. Ismail Yusanto (2002:111) menjelaskan bahwa perencanaan memiliki
fungsi utama dan pertama dan kegunaan yang baik dalam pengelolaan suatu
organisasi utamanya dalam aplikasi langkah-langkah manajerial. Lebih lanjut
19
menurut mereka fungsi dan kegunaan yang diharapkan dari adanya aktifitas
perencanaan ini adalah :
a. Agar kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu (organisasi), tertib dan
lancar.
b. Mendorong suatu pelaksanaan kegiatan organisasi secara produktif.
c. Mengusahakan penggunaan alat-alat dan sumber-sumber lainnya secara
efisien dan benar-benar mendukung bagi pencapaian tujuan organisasi.
d. Memberikan gambaran yang lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan
dikerjakan. Dengan demikian dapat ditentukan keterampilan mana yang
dibutuhkan dan kepada personil yang macam apa suatu kegiatan dilimpahkan.
e. Dapat memberikan petunjuk bagi setiap personil, khususnya pemimpin
organisasi untuk mengadakan pengawasan dan menilai setiap kegiatan yang
dilakukan, apakah sudah sesuai dengan harapan-harapan sebelumnya.
f. Selanjutnya atas dasar point 5 di atas, para administrator dapat melakukan
pembinaan organisasi secara terarah, sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.
Sejalan dengan pemikiran-pemikiran tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa
perencanaan mempunyai fungsi dan kegunaan pada beberapa unsur penting dalam
pengelolaan organisasi. Fungsi dan kegunaan dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan berperan mengkoordinasikan berbagai bagian dengan adanya
tujuan organisasi.
b. Dengan perencanaan dapatlah dipilih metode kerja yang paling baik.
20
c. Perencanaan menggariskan strategi, kebijaksanaan dan program-program
sehingga delegasi kekuasaan untuk bertindak diperlancar dan kepastian dapat
terjamin.
d. Perencanaan merupakan dasar atau pedoman untuk pengawasan, perencanaan
menghasilkan standar yang dapat dipakai dengan alat pengukur hasil kerja.
e. Dengan perencanaan maka semua anggota organisasi memperhatikan adanya
tujuan-tujuan atau target organisasi sehingga segala kegiatan itu dapat
difokuskan secara efisien dan efektif.
f. Perencanaan bertujuan untuk menunjang tercapainya tujuan-tujuan organisasi,
baik primer maupun sekunder.
g. Untuk meningkatkan produktivitas anggota organisasi.
Dalam kaitannya dengan kegunaan perencanaan manajemen pendidikan,
termasuk di dalamnya adalah manajemen pembiayaan pendidikan Turang
(2002:1) menegaskan bahwa perencanaan dalam hal ini menduduki posisi penting
utamanya dalam, (1) mengantar, mengarahkan dan mengendalikan perobahan-
perobahan dan kemajuan pendidikan, (2) menjamin efisiensi dan efektivitas
pengembangan pendidikan, (3) memberikan kesatuan motivasi, dan persepsi bagi
para penyelenggara pendidikan dan masyarakat publik, terutama pihak-pihak yang
langsung berkepentingan dengan pendidikan (stakeholders), (4) memberikan visi,
misi, tujuan dan sasaran, serta langkah-langkah strategik pengembangan
pendidikan, (5) lebih tertuju pada pembangunan dan pengembangan pendidikan
dari pada segi-segi rutin, (6) mengajarkan para penyelenggara pendidikan dan
pihak stakeholders tentang bagaimana pembangunan pendidikan, (7) merupakan
21
pendorong dan sekaligus memberikan arah dan tujuan untuk terjadinya suatu
perubahan penyelenggaraan pendidikan.
Mengacu pada uraian-uraian tentang kegunaan-kegunaan perencanaan
dalam suatu organisasi seperti telah diutarakan di atas, maka secara garis besar
dapat dinyatakan bahwa kegunaan adanya perencanaan utamanya dalam
manajemen pembiayaan pendidikan :
a. Ada garis besar atau kerangka kerja yang dapat dijadikan pedoman dalam
pembiayaan.
b. Dengan adanya perencanaan pembiayaan, maka proses pencapaian tujuan
dapat dilalui dengan mulus.
c. Dengan kepastian berbagai program dapat menghemat dana, waktu dan
tempat.
d. Langkah-langah kerja dalam pembiayaan selalu dikontrol oleh standar yang
dinyatakan dalam bentuk perencanaan salah satu cara yang paling lumrah
dikemukakan dalam penyusunan suatu rencana adalah dengan menyatakan
bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan,
apa, dimana, bagaimana, siapa dan mengapa.
b. Karakteristik Perencanaan
Pengalaman menunjukkan bahwa ditemukannya jawaban atas pertanyaan
apa, dimana, bagaimana, siapa dan mengapa sebagaimana tersebut pada point ke
empat (d) tersebut, akan berakibat pada tersusunnya suatu rencana yang baik.
Perencanaan yang baik sudah barang tentu harus memiliki karakteristik dasar.
Adapun karakteristik dasar perencanaan sebagaimana dirangkum dari beberapa
22
pemikiran pakar manajemen antara lain, Burhanuddin (1994:170) dan
Widjayakusuma (2002:109-112), adalah sebagai berikut :
a. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
b. Rencana sungguh-sungguh memahami hakikat tujuan yang hendak dicapai.
c. Pemenuhan persyaratan keahlian teknis penyusunan suatu rencana untuk
kemudian disahkan oleh manajer seyogyanya diserahkan kepada orang-orang
yang betul-betul memenuhi persyaratan keahlian menyusun rencana.
d. Rencana harus disertai oleh rincian yang cermat. Artinya perencanaan
merupakan suatu bentuk keputusan apa yang akan dikerjakan di masa depan
dan juga memberikan petunjuk operasionalisasinya.
e. Rencana harus senantiasa mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan.
f. Kesederhanaan sebagai ciri rencana menyangkut berbagai hal seperti teknik
penyusunannya, bahasa yang digunakan, sistematikanya, formatnya,
penekanan berbagai prioritasnya, dan sebagainya.
g. Fleksibilitas. Suatu rencana yang baik adalah rencana yang mempunyai pola
dasar dan relatif permanen.
h. Rencana harus memberikan tempat pada pengambilan resiko.
i. Rencana harus bersifat pragmatik.
j. Sebagai instrumen peramalan masa depan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Turang (2002:10) menegaskan bahwa
perencanaan yang baik harus memperhatikan karakteristik dasar perencanaan
yang beliau sebut dengan istilah azas-azas perencanaan pendidikan yaitu : (1)
23
finalistic (ada tujuan dan sasaran), (2) futuristic (berorientasi masa depan), (3)
rational (bukan emosional), (4) systemable (bertahap dan berkelanjutan), (5)
managable (dapat dikelola), (6) evaluable (dapat dievaluasi).
Terkait dengan manajemen pembiayaan, perencanaan merupakan langkah
awal dalam proses manajemen pembiayaan Perencanaan pembiayaan adalah sua-
tu proses yang rasional dan sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegia-
tan yang terkait dengan pembiayaan berbagai program atau kegiatan akan dilaksa-
nakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian tersebut mengan-
dung unsur-unsur bahwa di dalam perencanaan pembiayaan pendidikan ada pro-
ses, ada kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan dica-
pai. Perencanaan pembiayaan sebagai proses, artinya suatu kejadian membu-
tuhkan waktu, tidak dapat terjadi secara mendadak. Perencanaan pembiayaan se-
bagai kegiatan rasional, artinya melalui proses pemikiran yang didasarkan pada
data yang riil dan analisis yang logis, yang dapat dipertanggungjawabkan, dan ti-
dak didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan pembiayaan sebagai ke-
giatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap tahap kegiatan. Kegia-
tan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya. Tahapan kegiatan tersebut da-
pat dijadikan panduan sehingga penyimpangan dapat segera diketahui dan diatasi.
Sedangkan tujuan perencanaan pembiayaan itu sendiri arahnya agar kegiatan yang
dilaksanakan tidak menyimpang dari arah yang ditentukan. Yang perlu diperha-
tikan di dalam perencanaan pembiayaan madrasah antara lain menganalisis pro-
gram kegiatan dan prioritasnya, menganalisis dana yang ada dan yang mungkin
bisa diadakan dari berbagai sumber pendapatan dan dari berbagai kegiatan. Peren-
24
canaan pembiayaan madrasah disesuaikan dengan rencana pengembangan madra-
sah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka pendek maupun jangka pan-
jang.
Kalau dianalisis pembuatan perencanaan pembiayaan pendidikan di ma-
drasah, dirumuskan sikuensi perencanaan pembiayaan yang strategis sebagai be-
rikut: 1) misi (mission), 2) tujuan jangka panjang (goals), 3) tujuan jangka pen-
dek(objectives), 4) program, layanan, aktivitas(programs, services, activities), tu-
juan jangka panjang, tujuan jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit seko-
lah(site-based unit goals & objectives), 5) target: baik outcomes maupun outputs,
6) anggaran (budget), dan 7) perencanaan pembiayaan yang strategis (strategic fi-
nancial plan) 12
Proses perumusan perencanaan pembiayaan yang strategis, memerlukan
12.Imron, Ali. 2004. Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah. Dalam Maisyaroh dkk, 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.( Cet. 2 Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang) h. 26
kajian secara cermat tentang evaluasi diri lembaga pendidikan yang bersangkutan,
visi, misi, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek lembaga pendidikan.
Kemudian ditetapkan program kegiatan dan berbagai layanan yang dilaksanakan
lembaga pendidikan yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan pendek serta
target yang akan dicapai baik output maupun outcomesnya, dan disusunlah angga-
ran sehingga jadilah perencanaan pembiayaan yang strategis sesuai dengan kondi-
si madrasah.
Perencanaan dibuat oleh kepala madrasah, guru, staf madrasah dan pengu-
rus komite sekolah. Mereka mengadakan pertemuan untuk menentukan kebutuhan
25
dan menentukan kegiatan madrasah dalam waktu tertentu. Berdasarkan analisis
ini diperoleh banyak kegiatan yang perlu dilakukan sekolah dalam satu tahun,
lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun. Untuk itu perlu diu-
rutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang paling penting sampai kegiatan pen-
dukung yang mungkin bias ditunda pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan terse-
dianya waktu, keberadaan tenaga dan jumlah dana yang tersedia atau yang bias
diupayakan ketersediaannya. Analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal
yang mungkin diperoleh, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan ha-
sil analisis yang dilakukan. Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta
menyangkut waktu pelaksaannya ini seringkali menghasilkan apa yang dinamakan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM). Setiap sekolah
wajib menyusun RAPBM sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Renca-
na Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja
satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; RAPBM merupakan rencana pe-
rolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan
program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa ke-
giatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran.
Dengan demikian RAPBM berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah
nominalnya baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah
nominalnya dalam satu tahun anggaran.
Dalam penyusunan RAPBM, kepala madrasah sebaiknya membentuk tim
yang terdiri dari dewan guru dan pengurus komite madrasah. Setelah tim dan Ke-
26
pala madrasah menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan be-
lanja madrasah, Kepala madrasah menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengu-
rus komite sekolah ini akan diperoleh rencana yang mantap, dan secara moral se-
mua guru, kepala madrasah dan pengurus komite madrasah merasa bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Kebutuhan dana untuk kegiatan operasinal secara rutin dan pengembangan
program madrasah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lemba-
ga pendidikan. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan madrasah semakin ban-
yak dana yang dibutuhkan. Untuk itu kreativitas setiap pengelola madrasah dalam
menggali dana dari berbagai sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksa-
naan program madrasah baik rutin maupun pengembangan di lembaga yang ber-
sangkutan.
Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 dan pasa 2 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan menyatakan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berdasarkan tuntutan
kebutuhan di madrasah tersebut utamanya kebutuhan pengembangan
pembelajaran yang sangat membutuhkan biaya yang relatif banyak, maka sumber
pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar membantu penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, disamping madrasah perlu melakukan usaha mandiri yang
bisa menghasilkan dana. Hal ini akan terwujud apabila menajemen sekolah
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di samping kreativitas sekolah juga menjadi
andalan utama. Berbagai perkembangan yang ada di abad 21, mengakibatkan
27
adanya pengaruh langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan perolehan
keuangan sekolah, yaitu praktek pembukuan yang sesuai dengan akuntansi
(accounting), sekolah yang memiliki piagam (charter schools), daya tarik
sekolah(magnet school), privatisasi sekolah (the privatization of school),
vouchers, sistem yang terbuka dalam mengelola sekolah (open systems), dan
manajemen berdasarkan kondisi riil sekolah (site-based management)13. Untuk itu
madrasah perlu memenuhi poin-poin tersebut agar perolehan dana bisa lebih
ditingkatkan. Hal ini terjadi karena masyarakat sangat mempercayai keunggulan
13. Ibid. h 35sehingga mereka merasa respek terhadap lembaga pendidikan.
Sumber-sumber pendapatan madrasah bisa berasal dari pemerintah, usaha
mandiri sekolah, orang tua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain seperti
hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku,
yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta
masyarakat luas. Adapun sumber pendapatan madrasah adalah: Sumber
keuangan dari pemerintah bisa berasal dari pemerintah pusat, pemerintah
kabupaten/ kota. Sumber keuangan pendidikan yang berasal dari pemerintah pusat
dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
sedangkan yang berasal dari pemerintah kabupaten dan kota dialokasikan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selanjutnya melalui
kebijakan pemerintah yang ada, di tahun 2007 di dalam pengelolaan keuangan
dikenal sumber anggaran yang disebut Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
DIPA meliputi Administrasi Umum, yaitu alokasi dari Pemerintah yang
28
bersumber APBN penerimaan dari pajak, dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak(PNBP) yang bersumber dari dana masyarakat Beberapa kegiatan yang
merupakan usaha mandiri madrasah yang bisa menghasilkan pendapatan
madrasah antara lain : (1) pengelolaan kantin sekolah, (2) pengelolaan koperasi
madrasah, (3) pengelolaan wartel, (4) pengelolaan jasa antar jemput siswa, (5)
panen kebun madrasah, (6) kegiatan yang menarik sehingga ada sponsor yang
memberi dana, (7) kegiatan seminar/pelatihan/ lokakarya dengan dana dari peserta
yang bisa disisihkan sisa anggarannya untuk madrasah (8) penyelenggaraan lomba
kesenian dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang sebagian dana bisa
disisihkan untuk madrasah
Sumber dana yang berasal dari orang tua siswa dapat berupa sumbangan
fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan gedung dan iuran komite. Selain
itu bisa juga sekolah mengembangkan penggalian dana dalam bentuk: amal
jariyah, zakat mal, uang tasyakkuran, amal Jumat
Sumber dana dari dunia usaha dan industri dilakukan melalui kerja sama
dalam berbagai kegiatan, baik bantuan berupa uang maupun berupa bantuan
fasilitas sekolah. Sumber dana dari masyarakat demikian juga bisa berupa uang
maupun berupa bantuan fasilitas sekolah.
B. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di Madrasah
1. Pengertian
Organisasi adalah suatu sistem, mempunyai struktur dan perencanaan yang
dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan
berhubungan satu sama lain dengan satu cara yang terkordinasi dan kooperatif
29
guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, Beach (1990:132). Ada pula
yang mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerjasama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat
secara formal dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara seorang/
sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/kelompok orang lain yang
disebut bawahan (Siagian, 1980:117).
Begitu pula yang dijelaskan oleh Terry dalam Widjayakusuma (2002:127)
bahwa pengistilahan organisasi berasal dari kata organism (organisme) yang
merupakan sebuah entitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian
rupa sehingga hubungan mereka satu sama lainnya dipengaruhi oleh hubungan
mereka terhadap keseluruhan. Lebih luas lagi istilah ini dimaknakan sebagai suatu
aktifitas mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antar orang-
orang hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien sehingga mendapatkan
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mewujudkan tujuan atau sasaran tertentu. Burhanuddin
(1994:193) mengatakan bahwa ada dua hal penting yang dapat dipahami dari
pengertian organisasi, yaitu: (1) organisasi dipandang sebagai wadah, tempat
dimana kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan, dan (2) organisasi
adalah sebagai proses yang berusaha menyoroti interaksi (hubungan) antara
orang-orang yang terlibat di dalam organisasi itu.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai proses
penetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktifitas-aktifitas yang
30
dubutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya,
pengelompokkan aktifitas-aktifitas, penugasan kelompok-kelompok aktifitas
kepada manajer-manajer, pendelegasian wewenang untuk melaksanakannya,
pengkoordinasian hubungan-hubungan wewenang dan informasi, baik horisontal
maupun vertikal dalam struktur organisasi.
Terkait dengan pengorganisasian berbagai kegiatan yang tentunya membutuhkan
pembiayaan di madrasah maka pengorganisasian pembiayaan merupakan proses
penetapan struktur peran-peran oleh pengelola kegiatan dan pembiayaan melalui
penentuan aktifitas-aktifitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan
madrasah, pengelompokkan aktifitas-aktifitas, penugasan kelompok-kelompok
aktifitas kepada kepala tata usaha dan pengelola kegiatan, pendelegasian
wewenang untuk melaksanakannya, pengkoordinasian hubungan-hubungan
wewenang dan informasi, baik horisontal maupun vertikal dalam struktur
organisasi madrasah.
2. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Untuk memproses suatu organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan, maka sangat dibutuhkan beberapa prinsip dasar
sebagai panduan pelaksanaan. Dalam hal ini menurut beberapa pakar manajemen
antara lain, Burhanuddin (1994:203), Harjito (1995:34) dan Kadarman, et. al.
(1996:38), terdapat kurang lebih tujuh prinsip organisasi yang dipandang penting.
Ketujuh prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) Perumusan tujuan. Setiap
organisasi haruslah mempunyai tujuan jelas sebagai dasar pendiriannya. Karena
hanya dengan tujuan yang jelas akan memberikan pedoman yang mantap bagi
31
setiap anggotanya khususnya dalam menentukan aktifitas manajerial beserta
tanggung jawabnya. (2) Kesatuan arah. Artinya semua aktifitas yang terjadi dalam
suatu organisasi harus mengarah pada satu tujuan dan cita-cita bersama. (3)
Pembagian kerja. Berbagai bentuk aktifitas yang diperlukan dalam proses
pencapaian tujuan organisasi perlu dibagi dalam beberapa kelompok aktifitas
berdasakan potensi dan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok
(tenaga kerja). Wursanto (1988:48) mengatakan bahwa melalui penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing. Syarat ini
akan dapat mengupayakan efisiensi kerja yang baik. (4) Pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab. Pendelegasian wewenang adalah prinsip berikutnya yang
harus dilakukan setelah pembagian kerja. Hal ini dimaksudkan agar setiap bagian
dapat menjalankan segala aktifitas manajerial dan dapat dituntut tanggung
jawabnya. Tentu saja dalam penerapan prinsip ini perlu diperhatikan adanya
keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab pekerjaan. Keseimbangan
ini akan mewujudkan mekanisme kerja yang sehat dan pada akhirnya
pendelegasian wewenang juga akan memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri,
bekerja lebih baik, kreatif dan bertanggung jawab. (5) Koordinasi. Pelaksanaan
aktifitas beserta kewenangan setiap bagian tentu akan saling berpengaruh dan
berkaitan satu dengan lainnya. Karena itu diperlukan adanya koordinasi antar
bagian. Prinsip ini menjadi penting mengingat dalam prakteknya kerap kali
ditemukan kasus dimana setiap bagian tanpa sadar menjadi lebih mementingkan
bagiannya sendiri. (6) Rentang manajemen. Efektifitas dan efisiensi pengendalian
bawahan langsung dipengaruhi oleh rentang manajemen yakni beberapa bawahan
32
langsung yang dapat diawasi secara efektif dan efisien yang jumlahnya
bergantung pada kondisi dan situasi yang dihadapi. (7) Tingkat pengawasan.
Guna memudahkan penyusunan organisasi harus dilakukan dengan
memperhatikan tingkat-tingkat pengawasan secara struktural.
Prinsip pengorganisasian dalam pengorganisasian pembiayaan pendidikan di
madrasah yaitu: (1) Perumusan tujuan. Madrasah harus mempunyai tujuan yang
jelas karena hanya dengan tujuan yang jelas akan memberikan pedoman yang
mantap bagi setiap personil madrasah khususnya dalam menentukan aktifitas
manajerial para personil yang mengelola berbagai pembiayaan yang ada di
madrasah beserta tanggung jawabnya. (2) Semua pengelol\a kegiatan
mengarahkan aktifitasnya pada satu tujuan dan cita-cita bersama. (3). Berbagai
bentuk kegiatan yang diperlukan dalam proses pencapaian tujuan madrasah perlu
dibagi dalam beberapa kelompok aktifitas berdasakan potensi dan kompetensi
yang dimiliki oleh masing-masing personil pengelola kegiatan. (4) Kepala
madrasah mendelegasikan wewenang kepada personil yang terkait dengan
kegiatan pembiayaan dan harus dilakukan setelah pembagian kerja. (5)
Pelaksanaan berbagai kegiatan beserta kewenangan pengelola kegiatan di
madrsah akan saling berpengaruh dan berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga
perlu adanya koordinasi antara pengelola kegiatan agar supaya semua kegiatan
bisa saling mengisi dan satu pengelola kegiatan tidak memandang kegiatannya
lebih pnting dari kegiatan yang lain.
C. Penggerakan Pembiayaan Pendidikan
Terry (2001:181) mengatakan bahwa penggerakan adalah mengintegrasikan
33
usaha-usaha anggota atau kelompok sedemikian rupa sehingga dengan selesainya
tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan-tujuan
individual dan kelompok. Dengan kata lain, menempatkan semua anggota
kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan
sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. Arifin Abdurachman (1971:78)
berpendapat bahwa, penggerakan adalah kegiatan manajemen untuk membuat
orang lain suka dan dapat bekerja. Siagian (1980:128), mengatakan bahwa
penggerakan adalah keseluruhan pemberian motif bekerja kepada para bawahan
sedemikan rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa,
penggerakan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Sebab
tanpa fungsi ini, maka apa yang telah direncanakan dan diorganisir itu tidak dapat
direalisasikan dengan baik. Dengan kata lain, penggerakan menempati posisi yang
vital bagi langkah-langkah manajemen dalam merealisasi segenap tujuan, rencana
dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pembahasan fungsi penggerakan terkait dengan penggerakan
pembiayaan pendidikan di madrasah, kepala madrasah sebagai pemimpin
merupakan salah satu aspek yang sangat urgen, sehingga dapat dinyatakan bahwa
penggerakan, sebenarnya telah memadai hanya dengan mendefinisikan
kepemimpinan itu sendiri. Seperti pernyataan Kadarman (1996:56), bahwa
kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu seni atau proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk
34
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok. Kepemimpinan dapat juga
dijelaskan sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Lain halnya dengan Kotter (1997:78), menawarkan
pendapat yang agak berbeda dan bahkan terkesan lebih progresif. Menurutnya,
kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu proses pergerakan atau perpindahan
suatu group atau beberapa group dalam arah yang sama tanpa adanya paksaan.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang menghasilkan pergerakan
dalam minat jangka panjang groupnya. Dengan demikian seorang pemimpin
bertugas untuk menggerakkan, mengarahkan, mendorong dan memberi
keyakinan kepada orang-orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas atau
kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah komunitas ataupun
hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan
yang dimiliki. Pemimpin juga harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam
mencapai tujuannya. Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya
mencapai tujuannya, maka saat itu dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil
menggerakkan dan mengarahkan organisasinya dalam arah yang sama tanpa
paksaan.
Pendapat di atas mendeskripsikan sedemikian pentingnya faktor
kepemimpinan dalam mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Semua
manajer adalah pemimpin karena mereka mempengaruhi orang lain dalam
organisasi. Bahkan Kotter (1997:78) menegaskan bahwa terjadinya peningkatan
pesat lebih dari apa yang kita sadari berkaitan dengan kebutuhan akan
35
kepemimpinan dalam pekerjaan manajerial dan kesulitan dalam menyediakan
kepemimpinan yang efektif dalam pekerjaan tersebut.
D. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan di Madrasah
1. Pengertian
Mockler dalam Stoner (1992:58) menjelaskan bahwa pengawasan sebagai
suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan, agar mendisain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan
tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa semua sumber daya organisasi telah digunakan dengan cara yang paling
efektif dan efisien guna tercapainya tujuan organisasi.
2. Proses Pengawasan
Sehubungan dengan pengertian pengawasan sebagaimana
dikemukakan di atas, Mockler dalam Stoner (1992:60) juga membagi proses
pengawasan ke dalam empat langkah pengendalian manajemen sebagai berikut :
a. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja.
Karena perencanaan merupakan tolok ukur merancang pengawasan,
maka hal itu berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan ialah
menyusun rencana. Akan tetapi karena perencanaan berbeda dalam perincian dan
kerumitannya, dan karena manajer biasanya tidak dapat mengawasi segala-
galanya, maka harus ditetapkan standar khusus. Standar yang dimaksud adalah
kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih di dalam
36
seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna
memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi di dalam
organisasi itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan.
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja.
Langkah kedua dalam pengawasan ialah mengukur, atau
mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan. Pengukuran
prestasi kerja terhadap standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar
pandangan ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin
terjadi dari standar dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak mempunyai
kemampuan seperti itu, penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui
sedini mungkin.
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
Setelah dua proses sebelumnya dilalui, maka yang perlu dilakukan
pada langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau
standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer akan
menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.
d. Mengambil tindakan korektif.
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak diambil tindakan untuk
membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika standar ditetapkan untuk
mencerminkan struktur organisasi dan prestasi kerja diukur dalam standar ini,
maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat dipercepat, karena
manajer sudah mengetahui dengan tepat bagian manakah dari pelaksanaan tugas
37
oleh individu atau kelompok kerja serta tindakan koreksi harus dilakukan.
Anthony (1992:85) memperjelas pembahasan tentang pengawasan
manajemen dengan membandingkan pengendalian formal organisasi dengan dua
tipe pengendalian lainnya, yaitu pengendalian pada kelompok informal dalam
organisasi dan pengendalian yang berkaitan dengan tujuan intristik manajer secara
pribadi melalui perbandingan dalam tabel 1. Ketiga macam pengendalian yang
digambarkan dalam tabel tersebut, harus bekerja dalam arah yang sama, sekalipun
seperti diakui oleh beliau sendiri bahwa hal ini belum perna terwujud.
Tabel 1: Pengendalian Dalam Organisasi
Aspek Pengendalian
Pelaku Kendali Kendali Ukuran Prestasi
Isyarat bagi Tindak Koreksi
Imbalan Untuk Prestasi
Sanksi Untuk Wan Prestasi
Formal Organisasi Strategic Plan OrganisasiTanggapan atas persaingan
AnggaranBiayaTarget Penjualan
Deviasi Penghargaan manajemenInsentuf uangPromisi
Minta Penjelasan
Kelompok Informal Keterikatan bersamaCita-cita kelompok
Norma kelompok
Deviasi Pengakuan rekanKeanggotaanKepemimpinan
EjekanPengasinganPermusuhan
Pribadi Manajer Tujuan dan aspirasi pribadi
Harapan pribadi
Target antara
Dugaan akan kegagalan di masa depanTarget tak tercapai
Kepuasan karena terkendali
Masa gagal
Sumber : Anthony dan J. Dearden (1992:85)
3. Syarat-Syarat Pengawasan
Dalam melaksanakan pengawasan pada umumnya ada dua prasyarat
38
yang harus dimiliki. Dua prasyarat dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan membutuhkan perencanaan.
Sebelum teknik pengawasan dapat dipergunakan atau disusun
sistemnya, pengawasan harus didasarkan pada perencanaan. Perencanaan yang
lebih jelas, lebih lengkap dan lebih terpadu akan meningkatkan efektifitas
pengawasan. Secara sederhana, dapatlah dikatakan tidak ada kemungkinan bagi
manajer untuk memastikan bahwa unit organisasinya sedang melaksanakan apa
yang diinginkan dan diharapkan, kecuali apabila ia mengetahui lebih dahulu apa
yang dia harapkan. Hubungannya yang penting dengan perencanaan strategis
organisasi dapat dilihat pada tabel 2 yang dibuat oleh Anthony (1992:88) tentang
hubungan perencanaan strategis dengan pengendalian manajemen.
Tabel 2 : Hubungan Perencanaan Strategis Dan Pengendalian Manajemen
AKTIFITAS HASIL AKHIR
Perencanaan Strategis
Tujuan, Sasaran, Kebijakan
Pengendalian Manajemen
Penerapan Strategi
Pengendalian Tugas
Pelaksanaan Tugas-Tugas Individual Yang Efektif & Efisien
Sumber : Anthony dan J. Dearden (1992:85)
b. Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas.
Pengawasan bertujuan untuk mengukur aktifitas dan mengambil
39
tindakan guna menjamin bahwa rencana sedang dilaksanakan. Untuk itu harus
diketahui orang yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana
dan yang harus mengambil tindakan untuk membetulkannya. Pengawasan
aktifitas dilaksanakan melalui orang-orang, akan tetapi tidak dapat diketahui
siapakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan dan
tindakan koreksi yang perlu diambil, kecuali apabila tanggung jawab dalam
organisasi dinyatakan dengan jelas dan terinci. Oleh karena itu prasyarat yang
penting dalam efektivitas pengawasan ialah struktur organisasi yang jelas, lengkap
dan menyatu.
Pengawasan pembiayaan pendidikan di madrasah dilakukan oleh kepala
madrasah dan instansi vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan peme-
rintah. Terkait dengan pengawasan dari luar sekolah, kepala sekolah bertugas
menggerakkan semua unsur yang terkait dengan materi pengawasan agar
menyediakan data yang dibutuhkan oleh pengawas. Dalam hal ini kepala
madrasah mengkoordinasikan semua kegiatan pengawasan sehingga kegiatan
pengawasan berjalan lancar.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan pembiayaan pendidikan dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian
hasil yang dicapai baik di bidang teknis administratif maupun teknis operasional
dengan peraturan yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia,
biaya, perlengkapan dan organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem
yang lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil yang lebih sempurna.
40
Tujuan pengawasan pembiayaan ialah untuk menjaga dan mendorong
agar: (a) pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
digariskan, (b) pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan instruksi serta asas-
asas yang telah ditentukan, (c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat dicegah dan
ditanggulangi atau setidak-tidaknya dapat dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas
berjalan efesien, efektif dan tepat pada waktunya.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa pengawasan itu terdiri dari berbagai
aktivitas yang bertujuan agar pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana. Dengan
demikian pengawasan itu merupakan proses, yaitu kegiatan yang berlangsung
secara berurutan.
Menurut Pigawahi, proses pengawasan mencakup kegiatan berikut:
pemahaman tentang ketentuan pelaksanaan dan masalah yang dihadapi,
menentukan obyek pengawasan, menentukan sistem, prosedur, metode dan teknik
pengawasan, menentukan norma yang dapat dipedomani, menilai
penyelenggaraan, menganalisis dan menentukan sebab penyimpangan,
menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan atau evaluasi14. Langkah
pengawasan itu meliputi: menetapkan standar, mengukur prestasi kerja dan
membetulkan penyimpangan. Dilakukannya penetapan standar, mengingat
perencanaan merupakan tolok ukur untuk merancang pengawasan, maka hal itu
14. Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan Mahasiswa. ( Cet. 1.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama). h. 45berarti bahwa langkah pertama dalam pengawasan adalah menyusun rencana.
Akan tetapi perencanaan memiliki tingkat yang berbeda dan pimpinan tidak men-
gawasi segalanya, maka ditentukan adanya standar khusus. Selanjutnya mengukur
41
atau mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan dan mem-
betulkan penyimpangan yang terjadi. Jika ada penyimpangan dapat segera dan
cepat dilakukan pembetulan.
Pengawasan keuangan memiliki fungsi mengawasi perencanaan
pembiayaan dan pelaksanaan penggunaan keuangan. Walaupun perencanaan yang
baik telah ada, yang telah diatur dan digerakkan, belum tentu tujuan dapat
tercapai, sehingga masih perlu ada pengawasan. Pada dasarnya pengawasan
merupakan usaha sadar untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan
penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan. Apakah
pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang tepat, apakah cara
bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan pola
organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan penyimpangan, maka segera diperbaiki.
Oleh sebab itu setiap manajer pada setiap tingkatan organisasi berkewajiban
Pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan, yaitu tindakan
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya.. Pemeriksaan kas adalah suatu tindakan membandingkan antara saldo
kas baik berupa uang tunai, kertas berharga maupun giral yang berada dalam
pengurusan pemegang kas dengan tata usahanya.
Penerimaan dan pengeluaran keuangan madrasah harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan
pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat
dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan
42
dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri madrasah
dilakukan secara rinci dan transparan kepada dewan guru dan staf madrasah.
Pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan di madrasah dilaksanakan dalam
bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada:
a. Kepala Kanwil Departemen Agama up. Kepala Bidang Mapenda
Islam/Bagais/TOS
b. Kantor Departemen agama setempat
Khusus untuk keuangan komite madrasah, bentuk pertanggungjawabannya sangat
terbatas pada tingkat pengurus dan tidak secara langsung kepada orang tua peserta
didik15.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
43
A. Lokasi dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berlokasi di MAN Model Manado, secara keseluruhan
dilaksanakan selama 5 bulan, sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2009.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata
dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara
antara peneliti dan informan. Sesuai dengan karakter tersebut, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang
selengkap mungkin sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini.
B. Metode Pendekatan
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya,
kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi
etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual
dan cara-cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62).
Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan
mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan
penelitian lapangan (fieldwork) yang intensif. Etnograf bertugas membuat thick
descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan ‘kejamakan struktur-
struktur konseptual yang kompleks’, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap
dan taken-for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan.
Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal
44
dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang lebih luas. Hasil akhir
penelitian komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai
interpretasi yang menginterpretasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan
menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Untuk itu, penelitian ini akan
difokuskan pada penelitian mikro etnografi, yaitu difokuskan pada manajemen
pembiayaan pendidikan di Madrasah Aliyan Negeri Model Manado.
C. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data
yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam
kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu,
sehingga proses penelitian akan dapat berjalan lancar. Sumber data dan jenis data
yang terdiri atas kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto, dan data statistik.
Selain itu masih ada sumber data yang tidak dipersoalkan di sini seperti yang
bersifat nonverbal (Moleong, 2007:
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi,
wawancara, dan dokumentasi, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik
pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini dan dipaparkan sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang
sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada
45
beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan
bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan
(Moleong, 2007: 242). Jorgensen dalam Mulyana (2004:164), mengemukakan
bahwa metode pengamatan berperanserta dapat didefinisikan berdasarkan tujuh
ciri berikut: minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan
perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu,
fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan
sehari-hari, bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan
pemahaman eksistensi manusia, logika dan proses penelitian yang terbuka, luwes,
oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematic, berdasarkan fakta
yang diperoleh dalam situasi nyata eksustensi manusia, pendekatan dan rancangan
yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus, penerapan peran partisipan yang
menuntut hubungan langsung dengan pribumi lapangan, penggunaan pengamatan
langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.
Menurut Arikunto (2006:229), sebagai contoh dapat dikemukakan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar
mengajar di kelas. Variabel akan diungkap didaftar, kemudian di tally
kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut.
Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan
tidak langsung tentang perilaku personel dimadrasah yang terkait dengan
manajemen pembiayaan pendidikan di madrasah
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
46
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186).
Peneliti harus mencatat teknik yang mana kondisi dan situasi yang mana
mendukung penerimaan informasinya yang paling tepat. Sebaiknya pada waktu
uji coba, digunakan tape recorder (Arikunto, 2007: 228).
Teknik wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan
pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain kepala sekolah, pembantu
kepala sekolah urusan kurikulum, sarana prasarana, guru, pengurus komite
sekolah, dan siswa dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang
hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi.
Wawancara ini dilakukan peneliti dengan subjek penelitian yang terkait
dengan manajemen pembiayaan pendidikan di MAN Model Manado sekaligus
digunakan untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui observasi
dan dokumentasi.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada
diluar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
Menurut Arikunto (2007:231), dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.. Dokumen dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
47
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
Dokumen digunakan untuk keperluan penelitian menurut Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2007:217), karena alasan : 1) dokumen digunakan
karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong, 2) berguna sebagai
bukti untuk suatu pengujian, 3) berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif
karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam
konteks, 4) dokumen harus dicari dan ditemukan, 5) hasil pengkajian isi akan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data tentang manajemen pembiayaan pendidikan di MAN Model Manado.
Dokumen antara lain berupa kebijakan-kebijakan pemerintah, rencana
pengembangan madrasah, program kerja madrasah, laporan-laporan
pertanggunjawaban pengelola kegiatan di madrasah, Rencana anggaran
pendapatan dan belanja madrasah, profil madrasah dan dokumen-dokumen lain
yang dianggap relevan dengan fokus permasalah. Dokumentasi digunakan untuk
mempelajari berbagai sumber dokumentasi terutama yang berada di sekolah itu
sendiri dan didukung oleh sumber-sumber yang representatif.
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Manurut Patton (dalam Moelong, 2007:280), pengolahan data adalah
proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan
arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
48
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2007:280),
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis seperti yang di saranakan oleh data dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji
definisi pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data sedangkan
definisi tersebut dapat pengorganisasian data sedangkan definisi yang kedua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut
dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya
ialahmengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti,
proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap beradadi
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.
Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-
kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini
adalahmengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini mulailah kini
tahappenafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif
dengan menggunakan metode tertentu (Moleong, 2007: 247).
49
Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya
sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif,
yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisisdata memerlukan
usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik danpikiran dari peneliti,
dan selain menganalisis data peneliti juga perlumendalami kepustakaan guna
mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang mungkin ditemukan.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007:308), pada dasarnya
analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme.
Analisis data itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan
apakah : satu atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analisis sewaktu hendak
mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan
data yang telah dilakukannya satu situs atau lebih. Dalam penelitian ini
dilaksanakan pada satu situs yaitu di MAN Model Manado
Adapun tahapan dalam menganalisis data adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan
dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudiandisusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah
pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
2. Display data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
50
penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data
dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data
memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang
penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek, trianggulasi dan audit trail,
sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.
Selanjutnya untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik
trianggulasi,yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah
dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya.
Menurut Moleong (2007:330), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.
Denzin (dalam Moleong, 2007:330) membedakan empat macam
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi
langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan
dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian
51
dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan
diantara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi
dalam memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan
untuk menjaring data primer yang berkaitan manajemen pembiayaan pendidikan
di MAN Model Manado. Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu
penelitian, yaitu tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap
orientasi, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke
lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, prasurvey dilakukan di MAN
Model Manado, melakukan dialog dengan kepala sekolah, beberapa perwakilan
guru, juga dari pegawai administrasi serta pengurus komite Madrasah.
Kemudian peneliti juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan
untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap
eksplorasi, tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian,
dengan melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman
wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak
langsung tentang kondisi sekolah dan mengadakan pengamatan langsung tentang
penanganan pendidikan pascagempa di sekolah itu. Tahap member chek, setelah
data diperoleh di lapangan, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi
dokumentasi, dan responden telah mengisi data kuesioner, serta responden diberi
kesempatan untuk menilai data informasi yang telah diberikan kepada peneliti,
untuk melengkapi atau merevisi data yang baru, maka data yang ada tersebut
diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data sesuai dengan
sumber aslinya.
52
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
53
A. Perkembangan dan Kondisi Obyektif MAN Model Manado
Keberadaan MAN Model Manado saat ini tidak dapat dipisahkan dari
sejarah dan perkembangan yang cukup panjang yang diawali dari perkembangan
Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Manado. Dalam proses ini
terjadi peralihan fungsi dari PGAN Manado yang merupakan wujud kesadaran
akan pentingnya pendidikan agama bagi umat Islam Sulawesi Utara, khususnya di
kota Manado, maka diupayakanlah pendirian sekolah PGA. Tepatnya tanggal 1
Oktober 1965, melalui upacara resmi yang berlangsung di Aula Kodam 13
Merdeka (sekarang Korem 131 Santiago) diresmikanlah pendirian PGA Manado.
Para tokoh yang berperan dalam hal ini, adalah Ustadz Musonif, BA.
(waktu itu sebagai, Kepala Jawatan Pendidikan Agama Provinsi Sulawesi Utara,
sekarang Bagian Pergurais di lingkungan Departemen Agama), Ustadz Haji Abdul
Kadir Abraham (waktu itu sebagai, Kepala Kantor Agama Manado-Minahasa),
Drs. H. Djainuddin Ahmad, dan Ustadz Drs. H. Abdurrahman Noh.
Sejak kelahirannya, PGA Manado belum langsung memilki gedung sendiri
untuk kelangsungan PBM (proses belajar mengajar), maka ditempulah
kesepakatan bahwa untuk memenuhi kegiatan PBM, dipinjamlah gedung SDN 12
Manado, dengan konsekwensi kegiatan PBM PGA Manado berlangsung di sore
hari. Nanti pada medium Maret 1966, PGA Manado dapat dikatakan telah
memiliki sarana gedung sendiri, baik untuk kelangsungan kegiatan PBM maupun
pengelolaan administrasi sekolah. Sarana gedung dimaksud adalah yang kini
54
menjadi lokasi MAN Model Manado. Dulunya baik lokasi maupun gedung di
tempat itu merupakan kompleks persekolahan khusus etnis Tionghoa, yakni SMP
dan SMA Hwa Chiau.
Sebagai akibat dari krisis politik bangsa Indonesia di masa itu (adanya
rangkaian peristiwa PKI pada 30 September 1965 hingga terbitnya Surat Perintah
11 Maret 1966), sehingga persekolahan Hwa Chiau pada akhirnya ditinggalkan
pemiliknya (orang-orang Cina waktu itu), maka para pengelola PGA Manado
waktu itu berinisiatif untuk menggunakannya. Secara formal, langkah tersebut
didukung Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara di masa itu, hal ini sesuai SK
Pemda Sulut No. 1 Tahun 1965, tentang penempatan tanah dan gedung yang
ditinggalkan para residivis PKI di masa itu.
Sejak didirikan (1 Oktober 1965) PGA Manado dipimpin oleh Ustadz
Musonif, BA dengan wakil kepala Drs. H. Djainuddin Ahmad. Seiring dengan
perpindahan kegiatan kependidikan (baik proses belajar mengajar maupun
pengelolaan adminstrasi) PGA Manado dari SDN 12 ke lokasi persekolahan Hwa
Chiau, berlangsung pula proses pergantian pimpinan (kepala sekolah). Terhitung
mulai awal April 1966 PGA telah dipimpin oleh Drs. H. Djainuddin Ahmad.
Sejak berdirinya PGAN Manado hingga berubah nama menjadi MAN Manado
telah mengalami enam kali pergantian Kepala sekolah
Tabel. 1 Daftar Pejabat Kepala PGAN Manado
Kurun Tahun 1965 s.d 1995
55
No. N a ma Periode Jabatan Sekarang
1. Musonif, BA. 1965-1966Mantan Kepala Perwakilan Depag (setingkat dengan
Kanwil Depag) 2.
Drs. H. Djainuddin Ahmad 1966-1975Mantan Kakanwil Depag
Sulut3.
Abdullah Sidiqi 1975-1978 Almarhum
4. Drs. Ridwan Sarib 1978-1981 Dosen STAIN Manado5. Dra. Hj. Zubaedah Albugis,
M.Si. 1981-1989 Dosen STAIN Manado
6. Drs. Suwarto 1989-1995 PengawasSumber Data: TU. MAN Model Manado, 2009.
Dalam perkembanganya PGAN Manado sempat mengalami tiga kali
perubahan tingkatan, dari PGAN 6 tahun menjadi PGAN 4, dan akhirnya menjadi
PGAN 3 tahun. Berdasarkan SK Menteri Agama RI, No. 64 tanggal 25 April 1990
tentang alih fungsi PGAN menjadi MAN Manado.15 maka di masa
kepemimpinan Drs. Suwarto (Tahun 1989) mulai berlangsung proses peralihan
PGAN Manado menjadi MAN Manado.
Secara bertahap mulai Tahun Pelajaran 1990/1991 dimulailah
penyelenggaraan kegiatan PBM MAN Manado untuk kelas I. Sementara untuk
Kelas II dan III, masih berlangsung kegiatan PBM dengan kurikulum PGAN
Manado, hingga berakhir pada tahun pelajaran 1992/1993. Dengan demikian,
keorganisasian MAN Model Manado masih menjadi satu dengan PGAN Manado.
Dengan terbitnya Surat Keputusan (SK) Menteri Agama No. 65 tertanggal
7 Maret 1992 tentang kuasa peralihan tugas pegawai dan guru dari PGAN ke
15 Departemen Agama, SK Menteri Agama No. 64 Tahun 1990, Jakarta, tanggal 25 April 1990.
56
MAN, maka sejak saat itu baik secara struktur organisasi maupun
penyelenggaraan pendidikan dari kelas I sampai dengan kelas III secara utuh telah
beralih fungsi menjadi MAN Manado. Sejak saat itu baik secara struktur
organisasi maupun penyelenggaraan pendidikan dari kelas I s.d. kelas III, maka
MAN Manado dianggap telah melengkapi seluruh administrasi yang disyarakan
pada perubahan status dimaksud. Dengan demikian pembenahan secara interen
dilakukan terhadap program kurikulum dan ketenagaannya.
Dalam perkembangannnya, seiring dengan upaya pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan untuk mencapai output
yang unggul, maka melalui SK Dirjen Bimbagais Departemen Agama RI, nomor:
E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98 tertanggal 20 Februari 1998 tentang penetapan 35
buah MAN yang tersebar di 26 propinsi menjadi Madrasah Aliyah16, maka sejak
tahun 1998 MAN Manado berubah status menjadi MAN Model Manado. Berikut
ini disajikan daftar pejabat Kepala Madrasah.
Tabel 2. Daftar Pejabat Kepala MAN Manado Kurun waktu Tahun 1998 s.d 2009
No. N a m a Periode Jabatan sekarang
1.Drs. Suwarto 1989-1995 Pengawas
2.Drs. Hi. Sukarmi 1995-1996 Pensiunan Depag Sulut
3.Imran Akili, S.Ag. 1996-2000 Pengawas
4.Drs. Sjamsuddin N. Tuli 2000- 2003 Pengawas
5.Drs. H. Abd. Rahim, M.Pd 2002 -
16 Departemen Agama, Pedoman Umum Pengelolaan MAN Model (t.t. : Departemen Agama-Asian Development Bank, 2000), h. 1-2.
57
6
7Kepala MAN Model
ManadoSumber Data: TU MAN Model Manado, 2009.
Pada periode kepemimpinan Kepala MAN Model Manado yang dijabat
oleh .............................. menunjukkan bahwa perkembangan madrasah ini telah
memasuki era kemajuan yang cukup signifikan dengan ditandai dengan relatif
pesatnya perkembangan jumlah siswa yang masuk setaiap tahunnya. Hal ini
menujukkan tingginya harapan orang tua siswa terhadap MAN Model Manado
sebagai lembaga pendidikan bermutu. Keberhasilan yang dicapai ini dilandasi
oleh Visi MAN Model Manado yaitu Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang
Islami, berkualitas, Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terampil dan
mandiri serta bermanfaat bagi masyarakat. 17 Dalam penjabaran Visi secara
operasional, telah ditetapkan Misi MAN Model Manado yaitu :
a. Menegakkan disiplin bagi seluruh civitas akademika Madrasah.
b. Menyiapkan sumber daya manusia berkualitas yang
berakhlakul karimah dan berwawasan Qur’ani.
c. Meningkatkan penguasaan IPTEK dan komunikasi untuk dapat
bersaing di era globalisasi.
d. Meningkatkan prestasi Olah Raga dan Seni
e. Menyiapkan Kemandirian melalui kegiatan Keterampilan dan
Kewirausahaan dalam membangun kemitraan. 18
Secara umum, tujuan jangka panjang MAN Model Manado dilandasi
17 Lihat : Profil Madrasah Aliyah Negeri Model Manado, 2009
18 Ibid
58
dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UUSPN No 20 tahun
2003 yaitu: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.19 Sedangkan tujuan secara khusus adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan, sosial
budaya, dan alam sekitar.
Selanjutnya dalam profil MAN Model Manado dinyatakan bahwa tujuan
jangka pendek MAN Model Manado adalah:
a. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghadapi Ujian Nasional
b. Mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi sesuai dengan minat dan kemampuannya.
c. Memberi bekal keterampilan (Vocational Skill) untuk dapat berwirausaha
dan mandiri.
1. Sistem Kurikulum dan Fasilitas Penunjang Pembelajaran
a. Program kurikulum MAN Model Manado
19 Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Cet. Pertama, Setjen Depdiknas, Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depdiknas, Jakarta, 2003), h. 8
59
Sebagai bagian dari pendidikan nasional, maka pemberlakuan sistem
kurikulum yang berlaku di Madrasah Aliyah Nageri (MAN) Model Manado
merujuk pada Kurikulum 2004 untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada jenjang kelas X dan
kelas XI. Hal ini berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 18 ayat (3) yang menyebutkan bahwa Pendidikan
Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK). Dengan demikian satuan pendidikan Madrasah Aliyah menggunakan
Kurikulum yang sama dengan kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah
di bawah Departemen Pendidikan Nasional, yaitu kurikulum berbasis
komptetensi. Sedangkan kelas III masih menggunakan kurikulum 1994
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan edisi penyempurnaan pada
tahun 1999.
Pemberlakuan masing-masing kurikulum tersebut selanjutnya
ditetapkan oleh Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda)
Departeman Agama menjadi Kurikulum Madrasah Aliyah. Aspek yang
menjadi karakteristik Kurikulum Madrasah Aliyah terdapatnya mata pelajaran
agama Islam sebagai kurikulum plus dipandang dari lembaga pendidikan
umum lainnya. Kebijakan dari Departemen Agama ini berupa rumpun 5 mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terinci yaitu mata pelajaran al-Qur’an
Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.
60
Sebagai salah satu MAN Model dari 35 MAN Model lainnya di
Indonesia yang dikembangkan oleh Development of Madrasah Aliyah Project
(DMAP), maka Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado
Mengusahakan peningkatan mutu mata pelajaran inti yaitu: Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Bahasa Inggris
Dalam upaya mengadakan penyiasatan kurikulum terhadap mata
pelajaran umum tersebut telah dilaksanakan internalisasi nilai-nilai islami
melalui pendekatan al-Qur’an. Misalnya untuk mata pelajaran biologi yang
berupaya mengadakan tadabbur terhadap hukum-hukum alam melalui ayat-
ayat al-Qur’an atau merujuk proses kejadian manusia yang terdapat di dalam
al-Qur’an.20 Upaya mengintegrasikan nilai-nilai Qur’ani ini belum seluruhnya
terlaksana. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kendala. Salah satu
hambatannya adalah karena pada umumnya guru mata pelajaran umum relatif
sangat minim pengetahuan agamanya. Apalagi bila diperhadapkan dengan
kajian al-Qur’an yang memerlukan pemahaman yang kompleks.
Berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang sesui dengan minat,
bakat, dan kemampuan akademik siswa, maka MAN Model Manado
melaksanakan 4 program studi sebagai penjurusan yang diperuntukan bagi
siswa kelas X, XI, dan XII. Program studi tersebut adalah :
b. Program Studi Ilmu Agama Islam
Terdiri dari beberapa mata pelajaran agama seperti Usul Fiqh, Tafsir,
ilmu Kalam, Tasawuf sebagai mata pelajaran jurusan disamping mata pelajaran
20 Hasil Wawancara dengan Drs. Sapril, Guru Inti Mata Pelajaran Biologi MAN Model Manado selaku Ketua MGMP Rumpun IPA, tanggal 25 Januari 2006, di Manado
61
umum lainnya. Dalam Program studi ini siswa dididik untuk mendalami ilmu
agama sebagai bekal untuk melaksanakan syiar Islam di dalam masyarakat.
Siswa pada program ini dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Agama
seperti STAIN, IAIN, atau UIN yang terdapat beberapa fakultas dan jurusan
antara lain Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin, Adab, dan Da’wah.
c. Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran di program studi ini dititik beratkan pada pembelajaran
praktis di laboratorium, sehingga siswa dapat mencoba dan mempraktekkan
teori yang didapat dalam pelajaran dengan suatu percobaan di laboratorium.
Siswa juga diajak ke lapangan untuk meneliti dan mengamati langsung
beberapa fenomena alam, keragaman hayati, dan penerapan ilmu IPA di
bidang industri.Mata pelajaran pada program Studi ini antara lain Fisika,
Kimia, Biologi dan beberapa Mata pelajaran umum lainnya.
d. Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran pada program studi ini lebih menerapkan pada proses
sosial di masyarakat, seperti interaksi antara manusia dengan manusia, antara
manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Juga tak kalah pentingnya adalah praktek pengelolaan Ekonomi suatu
perusahaan/ organisasi, yaitu pembukuan neraca dan lain-lain. Mata Pelajaran
pada program studi ini antara lain Ekonomi Akuntansi, Sosiologi Antropologi,
Tata negara dan beberapa mata pelajaran umum lainnya.
e. Program Studi Bahasa
Bagi siswa yang mengikuti program studi ini, maka diharapkan dapat
62
memiliki penguasaan terhadap bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa
Jepang. Dengan menggunakan Laboratorium Bahasa yang cukup memadai,
siswa memperoleh kecakapan berbahasa asing yang meliputi kecakapan
mendengarkan (Listening), mengucapkan (Speaking), dan percakapan
(dialogue). Mata Pelajarannya antara lain : bahasa Inggris, bahasa Jepang dan
beberapa mata pelajaran umum lainnya.
Selain program kurikuler sebagaimana yang telah dipaparkan, MAN
Model Manado menawarkan Program intra kurikuler berupa Keterampilan
yang dimulai sejak tahun 1998. Bersama 82 madrasah Aliyah lain se
Indonesia baik negeri maupun swasta, MAN Model Manado mendapat
bantuan berupa workshop baik gedung maupun peralatannya dari IDB
(Islamic Development Bank). MAN Model Manado saat ini mengembangkan
3 paket keterampilan yakni, keterampilan Tata Busana, Tata Boga, dan
Keterampilan Produksi perabot Rumah tangga (Meubelair). Dengan Tenaga
pengajar yang kompeten dibidangnya, paket keterampilan MAN Model
Manado siap mendidik para siswa untuk mendapatkan keterampilan
(vocational skill) sebagai bekal setelah lulus nanti.
Secara teknis paket keterampilan dilaksanakan pada seluruh siswa
kelas X (sepuluh) pagi hari bersamaan dengan jam reguler lainnya selama 3
jam pelajaran/minggu. Kemudian setelah naik ke kelas XI (sebelas), siswa
yang berminat melanjutkan pendidikan keterampilan akan dididik untuk
mendapatkan keterampilan lanjutan hingga benar-benar terampil dan
menguasainya. Keterampilan lanjutan ini karena hanya diikuti oleh sebagian
63
siswa kelas XI (yang berminat) maka pelatihannya dilaksanakan pada waktu
sore hari setelah jam reguler pagi hari selesai, yakni mulai dari jam 14.30 s.d
17.00 selama 3 hari/minggu.
f. Keterampilan Tata Busana
Pada keterampilan ini siswa akan dilatih untuk membuat pola pakaian,
pakaian anak, busana muslim, dan lain lain. Siswa juga dilatih untuk berwira
usaha dan praktek industri ke tempat industri konveksi yang ada di sekitar
manado. Pelatihan didukung dengan peralatan mesin jahit listrik, mesin
obras, dan mesin neci, serta peralatan pendukung lainnya.
g. Keterampilan Tata Boga
Pada keterampilan ini siswa akan dilatih untuk membuat makanan
kecil baik yang berasal dari daerah maupun yang nasional, membuat
berbagai jenis minuman daerah, masakan daerah maupun nasional dan
kontinental. Peralatan yang digunakan dalam keterampilan ini berupa
kompor gas, blender, mixer, oven, kulkas dan peralatan pendukung lainnya.
h. Keterampilan Produksi Perabor Rumah Tangga (meubelair)
Siswa akan dilatih untuk dapat membuat konstruksi dasar meubelair,
membuat meja kursi tamu, meja kursi makan, lemari dan rak/buffet.
Pelatihan didukung dengan peralatan tangan dan mesin baik portable
maupun statis seperti sekap (ketam) listrik portable dan statis, gergaji listrik
portable dan statis, bor portable dan statis, serta peralatan pendukung
lainnya.
Dalam Upaya mengadakan pembinaan kesiswaan maka MAN Model
64
Manado melaksanakan program ekstra kurikuler yang bertujuan untuk
menunjang kegiatan siswa di luar kegiatan Kurikuler dan intra kurikuler.
Kegiatan ini untuk mengembangkan minat, bakat, dan kepribadian siswa
berkenaan dengan kemampuan dirinya dalam bidang tertentu (personal skill).
MAN Model Manado memfasilitasi dan membimbing berbagai ragam kegiatan
ekstrakurikuler pada bidang-bidang unggulan yaitu: Pramuka, PMR/UKS, Seni
Suara/Musik, Teater, Siswa Pecinta Alam (Sispala), Seni Baca al-Qur’an, dan
Seni Rupa. Dalam bidang olah raga berupa jenis olah raga prestasi seperti bola
basket, bola volley, dan bola kaki
2. Sarana penunjang dan fasilitas pembelajaran
Kelengkapan fasilitas penunjang dan sarana pembelajaran yang
representatif di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado menujunkkan
besarnya perhatian pemerintah pada institusi madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam. Sudah selayaknya bila berbagai komponen yang terlibat di
dalamnya akan memiliki kinerja yang optimal karena ditunjang oleh fasilitas
gedung belajar yang nyaman dan berbagai fasilitas belajar lainnnya seperti
perpustakaan, laboratorium, bengkel keterampilan, sarana ibadah, fasilitas olah
raga serta fasilitas PSBB sebagai Pusat Sumber Belajar Bersama yang lengkap,
maka sudah tentu kualitas pembelajaran akan saling melengkapi.
Keberadaan sarana fisik dengan berbagai fasilitas yang relatif lengkap
ini memungkinkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado untuk
65
merancang inovasi pendidikan dan mengembangkan pola belajar yang efektif
dan terencana serta berorientasi pada tujuan pendidikan nasional
Tabel 3.Kelengkapan Umum Fasilitas Fisik Sarana Gedung
MAN Model Manado
Sumber Data: TU. MAN Model Manado, 2009
Guna melengkapi fasilitas penunjang pembelajaran, maka MAN Model
memiliki berbagai gedung dan fasilitas fisik sebagai sumber belajar siswa yang
secara bertahap dibangun sebagai realisasi dari pencanangan Madrasah ini
menjadi Madrsah aliyah Negeri (MAN) Model Manado. Kelengkapan sarana
penunjang sangat kondusif bagi pelaksanaan proses belajar mengajar dalam
program kelas efektif. Sarana Gedung dan Fasilitas penunjang pendidikan ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.Keadaan Sarana Penunjang Pendidikan dan Sumber Belajar
Pada MAN Model Manado
66
Sumber Data: TU. MAN Model Manado, 2009
Selain sarana gedung pada MAN Model sebagaimana yang disajikan
pada tabel 2 di atas, berbagai fasilitas dan media penunjang pembelajaran yang
memadai telah dimiliki. Berbagai fasilitas yang tersedia ini merupakan bantuan
peralatan penunjang pendidikan baik yang diperoleh dari Development
Madrasah Aliyahs Project (DMAP), Bantuan Operasional Pendidikan (BOP),
Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) dan sumber dana rutin yang
dianggarkan secara periodik oleh pihak madrasah maupun Majelis Madrasah.
Kesemuanya ini tentunya akan memfasilitasi kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa. Berbagai fasilitas dimaksud secara
umum dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.
67
Fasilitas dan Media Penunjang Pendidikan Pada MAN Model Manado
Sumber Data : TU. MAN Model Manado, 2009
Memperhatikan kelengkapan fasilitas dan media pembelajaran sebagai
sarana pendukung pendidikan seperti laboratorium Biologi, Fisika, Kimia,
Laboratorium Bahasa, dan Laboratorium Multimedia maka Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Model Manado telah dianggap repsentatif sebagai lembaga
pendidikan yang dapat menerapkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa
68
melalui kegiatan praktikum laboratorium dan lapangan, di samping
pembelajaran teori di kelas.
Selain ditunjang oleh sarana pendidikan sebagaimana yang dipaparkan
sebelumnya, maka sejalan dengan program pengembangan Madrasah yang
diproyeksikan sebagai Madrasah Model, maka MAN Model Manado dijadikan
sebagai Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) dan MDC sebagai Pusat
Informasi Madrasah di Sulawesi Utara. Legalitas ini setidaknya dapat terlihat
dengan dibangunnya gedung PSBB sebagai salah satu unit pelaksana teknis di
lingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado yang memiliki
fungsi sebagai wadah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Madrasah Aliyah dalam lingkup kelompok kerja madrasah (KKM).
PSBB dalam lingkup kerjanya lebih tertuju pada tersedianya fasilitas
bagi guru untuk mengadakan peningkatan dan pengembangan kompetensi guru
secara profesianal. Model penerapannya adalah melalui pola pendidikan dan
latihan serta penataran bagi guru dan komponen yang terkait dengan
peningkatan mutu madrasah. Dalam kapasitasnya sebagai pusat diklat, maka
Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) memiliki fasilitas yang dirancang untuk
menyelenggarakan forum ilmiah secara berkala dari guru bina dengan seluruh
rumpun mata pelajaran sehingga diharapkan dapat mengembangkan pendekatan
dan instrumen pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan pendidikan.
Fasilitas yang diperuntukkan untuk kegiatan dimaksud.
69
Tabel 6.Fasilitas Penunjang Pada Pusat Sumber Belajar Bersama (PSSB)
MAN Model Manado
Sumber Data : TU. MAN Model Manado, 2006
Selanjutnya sebagai sarana pendukung Pusat Sumber Belajar Bersama
(PSBB) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado, yang dilengkapi
dengan sarana Asrama PSBB berlantai 2 dengan fasilitas 40 kamar tidur.
Dengan upaya pengadaan sarana pembinaan tenaga pendidikan baik gedung
Pusat dan Asrama di madrasah ini, maka Pusat sumber belajar bersama
(PSBB) Madrasah Aliyah Negeri Model (MAN) Model memiliki tujuan ideal,
yakni: Pertama: Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk
menyokong kegiatan kelas tradisional. Kedua: Mendorong penggunaan model-
model pembelajaran terkini yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program
akademis dan kewajiban-kewajiban institusional. Keberadaan PSBB MAN
70
Model juga menjadi salah satu unit pelaksanaan teknis yang diharapkan menjadi
financial support pengotonomisasian dan kemandirian MAN Model Manado di
masa depan.
3. Keadaan Tenaga Pengajar dan Pegawai Tata Usaha
Secara umum tenaga pengajar di MAN Model Manado dianggap memiliki
kompotensi untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas, populis dan Islami
yang sesui dengan bidang keahliannnya. Tenaga pengajar ini berupakan lulusan
dari berbagai perguruan tinggi terkemuka yang ada di Indonesia. Dengan
keberadaaan tenaga pengajar yang bergelar magister pada rumpun mata pelajaran
unggulan, yakni ilmu pengetahuan alam dan bahasa Inggris ini maka Madrasah
Aliyah sudah memiliki kompetensi dasar sehingga diharapkan akan mampu
mengakomodir berbagai strategi pengembangan kurikulum di MAN Model
Manado. Keadaan Tenaga pengajar pada MAN Model Manado dapat disajikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7.Keadaan Tenaga Pengajar MAN Model Manado
Menurut Kualifikasi status Kepegawaian
No.Status
Kepagawaian Guru
Jumlah GuruKeterangan
L P Jumlah
Termasuk Kepala
71
1
2
3
Guru NIP. 15
Guru NIP. 13
GTT/Honor
21
1
-
36
2
2
57
3
2
Madrasah
Total Jumlah22 40 61
Sumber Data : TU. MAN Model Manado, 2009
Keadaan ketenagaan guru mata pelajaran sebagaimana yang disajikan
tersebut menunjukkan bahwa MAN Model Manado telah memiliki tenaga
pengajar yang memadai. Apalagi sebagaian besar adalah berstatus Pegawai Negeri
Sipil, baik di lingkungan Departemen Agama, maupun dari Dinas Pendidikan
Nasional sebagai guru yang diperbantukan (DPK). Keseluruhan tenaga pengajar
tersebut melaksanakan tugas kegiatan belajar mengajar pada berbagai mata
pelajaran yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kelompok
mata pelajaran yang diajarkan dan kualifikasi pendidikan guru yang bertugas di
MAN Model Manado dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 8 Keadaan Tenaga Pengajar Menurut Kelompok
Mata Pelajaran yang diajarkan dan Latar Belakang pendidikan
72
Sumber Data : TU. MAN Model Manado, 2009
Selain itu dalam upaya mencapai tujuan lembaga madrasah sebagaimana
telah diprogramkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado, maka
diperlukan pelaksana administrasi yang diharapkan mendukung kegiatan
kependidikan yang berlangsung. Kegiatan administrasi ini memiliki tugas untuk
mengadakan penataan dan pengadministrasian seperti kegiatan surat menyurat
resmi, kearsipan, admnistrasi kepegawaian, kesiswaan, keuangan, inventarisasi,
dan dokumentasi serta membantu tugas-tugas kepala madrasah.
Alhamdulillah, seiring dengan dikukuhkan Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Model Manado, pemerintah juga dalam hal ini Departemen Agama telah
mengangkat guru-guru mata pelajaran umum ditempatkan di madrasah aliyah
sesuai dengan yang dibutuhkan, dengan bertambahnya jumlah ketenagaan baik
tenaga guru dan pengawai tata usaha akan lebih bermakna bagi program kelas
efektif di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado. Keadaan ketenagaan
yang menjadi pegawai dapat disajikan pada tabel berikut:
73
Tabel 9. Keadaan Ketenagaan Pegawai pada MAN Model Manado
No.
Jenis KetenagaanJumlah Pegawai
KeteranganL P Jumlah
123456
LaboranKepala TUStaf TUPeg. Honorer TUSecurityCleaning Service
-12311
1-42--
116511
Tenaga HonorerTenaga Honorer
Jumlah Total 8 7 15
Sumber: TU. MAN Model Manado, Maret 2009
Secara hirarki keorganisasian, madrasah ini memiliki struktur yang relatif
sama dengan SMA, baik dari segi fungsi dan kewenangan, maupun tugas-tugas
yang diemban setiap komponen sebagai pembantu kepala madrasah . Namun
demikian terdapat perbedaan dari segi jabatan wakil kepala madrasah pada bidang
Sumber Daya Manusia yang sekaligus selaku Kepala PSBB pada MAN Model
Manado yang tidak terdapat di sekolah lainnya. Tugas yang diemban ini terkait
erat dengan pemberdayaan guru dan siswa madrasah termasuk dalam pengelolaan
dan pengebangan program kelas efektif
4. Kesiswaan
Sebagai penyelenggara pendidikan setaraf SMU, maka dalam
perkembangannya MAN Model Manado merupakan lembaga pendidikan yang
telah diperhitungkan di Propinsi Sulawesi Utara. Hal ini di tandai dengan
terdapatnya siswa yang berasal dari berbagai daerah kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara bahkan berasal dari provinsi lain. Peningkatan jumlah input siswa
74
lebih disebabkan oleh peningkatan mutu pelayanan pendidikan seiring dengan
pemberlakuan madrasah sebagai model dan prestasi yang dicapai dalam setiap
lomba dan pertandingan yang diikuti oleh siswa. Perkembangan jumlah siswa
yang mendaftar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan signifikan
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Perkembangan Siswa MAN Model Manado
Kurun 2002-2009
Sumber Data: TU. MAN Model Manado, Maret 2009
Dalam hal penerimaan siswa baru pada Tahun Pelajaran. 2008/2009.
MAN Model Manado telah menerapkan pola penerimaan dengan memasang
tiga indikator. Pertama: Menerima siswa yang memiliki kualitas agama dan
intelegensia yang baik. Kedua: Memiliki nilai akhlak yang teladan dan mampu
membangun kepribadian diri (personality development). Ketiga: memiliki
75
inovasi untuk pengembangan. Indikator ini menjadi tolak ukur penerimaan
siswa baru MAN Model Manado karena didasarkan atas empat sasaran yang
ingin dicapai.
Pertama, terciptanya kondisi belajar yang kondusif serta didukung oleh
kemampuan intelegensia siswa yang mampu bersaing. Kedua: Terciptanya
kader-kader muda yang berkualitas berakhlak, bermoral, dan berkepribadian
yang baik.
Ketiga, dihasilkannya output yang memliki dasar ketrampilan serta ilmu
pengetahuan yang relevan.
Keempat, Terjadinya MAN Model Manado sebagai sekolah pembina
dan unggulan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkankan data penerimaan calon siswa baru ditemukan bahwa
satuan pendidikan asal calon siswa pendaftar pada MAN Model Manado
merupakan lulusan dari jenjang pendidikan SMP dan MTs, baik negeri maupun
swasta. Sistem seleksi yang diterapkan dalam penerimaan calon siswa baru
dilakukan dengan mempertimbangkan nilai rapor, nilai ujian nasional, dan
mengikuti ujian tes tertulis dengan materi Agama Islam terpadu, IPA terpadu, IPS
terpadu, dan Matematika. Disaping itu setiap calon siswa mengikuti uji
kompetensi dalam bentuk praktek baca tulis al-Qur’an dan ibadah shalat. Data
siswa pada pendaftaran calon siswa baru dapat terlihat pada penyajian tabel
sebagai berikut :
76
Tebel 11Keadaan Siswa yang terdaftar dan Diterima di MAN Model Manado
Tahun Pelajaran 2008 /2009
Sumber Data: TU. MAN Model Manado,Maret 2009
Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan minat siswa untuk masuki dan
bersekolah di MAN Model Manado relatif tinggi. Khusus pada tahun ajaran
2008/2009 perkembangan dari keadaan siswa yang sedang menempuh
pendidikan di MAN Model Manado pada saat ini sudah mencapai jumlah 638
orang siswa yang tersebar pada 23 kelas serta berada pada tiga jurusan yaitu IPA,
IPS dan Bahasa. Keadaan siswa MAN Model Manado dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 12. Keadaan Siswa MAN Model Manado
Tahun Pelajaran 2008/2009
77
Sumber Data: MAN Model Manado,Maret 2009
Pada pelaksanaan Ujian Akhir Nasional tahun pelajaran 2008/2009, MAN
Model Manado telah mengikutsertakan siswanya dengan jumlah 207 peserta,
dan sebanyak 100 %. Dinyatakan lulus. Keberhasilan ini diikuti dengan
prestasi siswa yang memperoleh peringkat baik untuk mata pelajaran ekstra
standar NUN berada dalam kategori sedang, karena nilai yang diperoleh
berkisar antara 5.00 sampai 6.50.
Sesuai data yang diperoleh, alumni yang telah lulus itu, menyebar ke
beberapa perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, baik yang Perguruan Tinggi yang
78
ada di Sulawesi Utara, mauapun di Pulau Jawa serta selebihnya mengikuti jenis
pendidikan lain berupa kursus-kursus ketrampilan. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa MAN Model Manado sudah mampu bersaing dalam dunia
pendidikan.
B. Manajemen Pembiayaan Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Model
Manado
1. Perencanaan Pembiayaan
Perencanaan pembiayaan terkait dengan program-program yang akan
dikembangkan di madrasah selain program atau kegiatan rutin yang setiap tahun
dilaksanakan. Madrasah Aliyah Negeri Model Manado melaksanakan kegiatan
perencanaan dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengindentifikasi dan mengakomodasi
daya dukung penyelenggaraan pendidikan melalui penyediaan data yang akurat
dari berbagai sumber antara lain kepala madrasah, komite madrasah guru, tenaga
administrasi, dan orang tua siswa. Berkaitan dengan proses pengumpulan data,
berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan.
Hasil wawancara dengan kepala madrasah:
”Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan perencanaan program adalah mengumpulkan data. Kegiatan pengumpulan data ini melibatkan warga madrasah melalui pertemuan yang menghadirkan warga madrasah dan komite madrasah, melalui pengamatan, dokumentasi madrasah berupa program kerja sekolah yang lama, laporan kerja kepala sekolah, laporan perkembangan madrasah serta berbagai dokumen lainnya. (EM, W01)
79
Hal yang senada diungkapkan oleh ketua komite madrasah:
”Sebelum melakukan perencanaan terhadap berbagai program yang akan ditetapkan pihak madrasah melaksanakan kegiatan mengumpulkan berbagai informasi menyangkut keadaan terkini sekolah. Informasi yang mereka kumpulkan berasal dari berbagai sumber termasuk dari saya melalui perbincangan formal maupun nonformal, selain itu pertemuan-pertemuan dengan dewan guru maupun pertemuan dengan orang tua merupakan sumber untuk mencari data yang mereka butuhkan.”(BT, W03).
Seorang guru yang merupakan wakil kepala madrasah urusan sarana
dan prasarana mengungkapkan:
”Sebelum menyusun rencana program madrasah kami mengumpulkan data mengenai keadaan madrasah dari berbagai sumber termasuk saya sebagai koordinator sarana dan prasarana. yang juga merupakan pengelola kegiatan terkait dengan sarana dan prasarana Data yang dikumpulkan menyangkut keadaan dan kondisi sarana dan prasarana yang ada di madrasah (JR, W06)
Hal ini dikuatkan oleh wakil kepala sekolah urusan kurikulum.
”Sebelum melaksanakan kegiatan perencanaan untuk pengembangan madrasah kami mengumpulkan data menyangkut kondisi dan keberadaan sekolah serta kurikulum yang diterapkan. Sebagai wakil kepala madrasah urusan kurikulum dan pengelola kegiatan pengembangan kurikulum di madrasah ini, saya dimintakan berbagai masukan menyangkut perkembangan kurikulum, model dan metode pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan dalam madrasah, serta program-program terkait kurikulum yang cocok dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan madrasah.” (AR, W08)
b. Penyusunan rencana dan program yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya menyusun rencana dan program-program yang akan dilaksanakan.
Dari dokumentasi berupa rencana pengembangan madrasah ditemukan program-
program yang direncanakan dibagi dalam tujuh kategori yaitu:
1) Pengembangan Administrasi dan ketenagaan:
a) Pelayananan administrasi dan rumah tangga madrasah
80
b) Kesejahteraan guru dan tenaga administrasi
c) Kegiatan operasional kantor
2) Pengembangan Kurikulum
a) Administrasi kurikulum
b) Kegiatan penataran
c) Ulangan/ujian
3) Pengembangan kegiatan Kesiswaan
4) Kehumasan
5) Pengembangan Program-program binaan khusus
6) Peningkatan sarana dan prasarana madrasah.
7) Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
8) Peningkatan partisipasi masyarakat
Dalam kegiatan penyusunan rencana program madrasah dibentuk tim
work penyusunan program madrasah yang terdiri dari pimpinan sekolah,
perwakilan guru dan tenaga administrasi yang merupakan pengelola kegiatan dan
komite madrasah. Penyusunan rencana program didasarkan pada visi,misi, tujuan
dan sasaran yang ditetapkan
Berikut ini hasil wawancara dengan beberapa informan menyangkut
kegiatan perencanaan program madrasah.
Wawancara dengan kepala madrasah:
“Dalam menyusun rencana program madrasah, kami melibatkan warga madrasah sehingga semua kepentingan terwakili. Rencana program juga mengacu dari visi,misi tujuan dan sasaran madrasah. Dalam perencanaan kami menentukan ponti-point yang menjadi prioritas serta mempertimbangkan daya dukung sumber daya manusia, sarana prasarana dan dana.” (EM, W13)
81
Wawancara dengan salah satu guru yang merupakan ketua rumpun mata
pelajaran IPA
“Komunitas madrasah dilibatkan dalam kegiatan merencanakan program termasuk saya wakil dari guru rumpun mata pelajaran IPA sekaligus koordinator program bilingual. Saya dimintakan untuk merencanakan berbagai program untuk mengembangkan program yang menjadi salah satu program madrasah” (M, W14)
Wawancara dengan seorang guru yang merupakan anggota koordinator
kurikulum
“Kami dilibatkan dalam kegiatan perencanaan program madrasah. Sebagai pengelola kurikulum saya dimintakan untuk membuat rencana program yang terkait dengan kurikulum dan proses belajar mengajar antara lain rencana program tahunan, program kerja semester, program kelas, jadwal kegiatan belajar mengajar, silabus dan rencana program pembelajaran, kisi-kisi penilaian, evaluasi, pembinaan KBM, worskhop dan MGMP madrasah” (AR.W19)
Wawancara dengan seorang guru koordinator kesiswaan
“Sebagai koordinator dan sekaligus pengelola kegiatan kesiswaan, saya dilibatkan dalam kegiatan perencanaan program madrasah terkait dengan kegiatan kesiswaan. Saya dimintakan untuk merencanakan berbagai program antara lain penerimaan siswa baru, pengenalan sekolah, pembinaan OSIM dan kedisiplinan siswa, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya yang terkait dengan kesiswaan” (PT, W22)
Wawancara dengan koordinator urusan administrasi sekolah:
“Dalam kegiatan perencanaan saya dilibatkan sesuai dengan kapasitas saya sebagai koordinator urusan administrasi, adapun hal yang direncanakan adalah menyangkut berbagai hal yang terkait dengan pembinaan dan pengelolaan administrasi madrasah.” (AK, W22)
Wawancara dengan ketua komite madrasah:
“Sebagai mitra madrasah kami merencanakan berbagai program yang akan dikembangkan oleh madrasah dan tentunya tak lepas dari peran kami sebagai badan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan di madrasah, pendukung, pengontrol dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat di . ” (BT, W24)
82
Rencana program yang telah dibuat kemudian dipaparkan oleh masing-mas-
ing pengelola program kemudian dimasukkan kedalam rencana anggaran dan be-
lanja madrasah. Program-program yang akan dilaksanakan mempertimbangkan
aspek-aspek: peningkatan kualitas, modal dasar/starting point, kemampuan pen-
gelola, biaya, waktu, manfaat.
c. Penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja Madrasah (RAPBM)
Rencana anggaran pendapatan dan belanja madrasah disusun oleh team
penyusun Rencana anggaran pendapatan dan belanja madrasah. Progam-program
tersebut disesuaikan dengan sumber-sumber dana yang ada di madrasah. Adapun
sumber-sumber dana yang ada di madrasah adalah dana dari DIPA, komite seko-
lah, bantuan dari pemerintah dan sponsorship.
Rencana program yang telah dibuat disampaikan kepada kepala madrasah
sebagai pejabat pembuat komitmen. Rencana program yang telah dibuat dipilah
mana yang dananya akan diusulkan untuk didapatkan dari DIPA, blockgrant serta
dari komite maupun dari sponshorship. Khusus untuk DIPA rencana program
diusulkan pada penyusunan rencana kerja/anggaran kementerian/lembaga, selan-
jutnya setelah melalui proses kemudian madrasah mendapatkan DIPA . Setelah
mendapatkan DIPA pihak madrasah mengadakan rapat untuk menyampaikan
bahwa madrasah telah mendapatkan DIPA sekaligus menetapkan program-pro-
gram yang akan dilaksanakan dengan mengacu pada rencana anggaran pendapatan
dan belanja madrasah.
83
Walaupun kegiatan perencanaan program dan pembiayaan melibatkan ko-
munitas madrasah termasuk pengelola kegiatan namun masih ditemukan adanya
beberapa kelemahan antara lain
a. Fungsi perencanaan dalam manajemen pembiayaan MAN Model Manado
pada kenyataannya belum menggunakan konsep perencanaan pendidikan se-
bagaimana mestinya. Dengan kata lain, perencanaan terhadap seluruh proses
kegiatan yang berlangsung pada setiap kegiatan masih terpola dengan konsep
umum yang diberikan oleh institusi terkait yaitu Departemen Agama. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Kepala Madrasah yang menyatakan bahwa :
MAN Model Manado dalam merencanakan aktifitasnya baik pada bidang pendidikan, pelatihan dan pelayanan termasuk pembiayaan, masih bersifat sentralistik. Maksudnya, seluruh rangkaian kegiatan masih menuruti konsep perencanaan kegiatan dan anggaran yang diberikan oleh Departeman Agama. Sehingga hal-hal yang seharusnya direncanakan sesuai dengan spesifik kebutuhan lokal belum benar-benar teridentifikasi. .
b. Dalam perumusan perencanaan program dan pembiayaan, para pengelola
kegiatan cenderung tidak melibatkan komponen-komponen terkait dan
berkompetensi dalam pengembangan program yang dikelola
c. Perencanaan yang dirumuskan oleh para pengelola kegiatan pada MAN Model
Manado, belum menggambarkan adanya relevansi dengan konsep pengemban-
gan MAN Model Manado.
d. Perencanaan kegiatan pada MAN Model Manado masih lebih berorientasi
pada peningkatan aspek kualitas guru dan tenaga kependidikan lainnya, se-
hingga aspek kualitas siswa masih sering terabaikan dan kurang mendapat pri-
84
oritas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh seorang informan yang meru-
pakan guru bahasa Indonesia yaitu:
Program-program kegiatan yang selama ini diusulkan oleh pengelola kegiatan dalam perencanaan pembiayaan kegiatan lembaga, cenderung lebih mengutamakan aspek guru dan karyawan. Sementara aspek proses pendidikan dan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan kepentingan kesiswaan kurang mendapat perhatian yang serius. .
e. Proses perencanaan pembiayaan yang dilakukan oleh pengelola kegiatan pada
MAN Model Manado masih menggunakan pola tradisional, sehingga hasil
perencanaan yang dirumuskan cenderung tidak menggambarkan konsep
pengembangan jangka panjang, melainkan lebih terfokus pada aktifitas-aktifi-
tas yang bersifat insidentil.
Pada bidang ini, persoalan-pesoalan yang timbul cenderung disebabkan
oleh beberapa unsur permasalahan sebagai berikut :
Tidak adanya tenaga profesional atau yang ahli di bidang perencanaan. Hal
ini merupakan alasan pertama dan utama sehingga proses perencanaan
pembiayaan pada MAN Model Manado, tidak berjalan sesuai dengan semestinya.
Dengan kata lain, selama ini proses perencanaan hanya ditangani dan dilakukan
oleh tenaga-tenaga yang kurang memiliki skill di bidang perencanaaan. Faktor
belum tersedianya tenaga ahli dimaksud sangat dimaklumi karena beberapa alasan
yaitu: (1) pengembangan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Manado menjadi MAN
Model Manado, masih terhitung baru, (2) rekrutmen dan penempatan tenaga pada
MAN Model secara umum ditetapkan oleh Kanwil Dep. Agama. Sementara pada
institusi MAN Model Manado dan pembentukan team perencanaan pembiayaan
dilakukan oleh Kepala MAN Model Manado.
85
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan acuan teoritik, bahwa
perencanaan merupakan proses awal dari pelaksanaan semua fungsi manajemen.
Perencanaan juga yang akan menentukan arah dari gerak aktifitas suatu
organisasi. Dilihat dari sisi manfaat seperti yang telah dikemukakan oleh para
pakar manajemen, perencanaan dalam sebuah organisasi termasuk perencanaan
pembiayaan pada MAN Model Manado memegang peranan yang sangat penting
khususnya dalam tiga hal pokok yaitu : (1) merumuskan arah kegiatan, (2)
menentukan volume kegiatan, (3) memprediksikan bidang garapan atau program
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dalam merealisasikan tiga hal tersebut, senantiasa dituntut adanya tenaga
profesional. Dimaksudkan dengan tenaga profesional adalah tenaga yang memiliki
karakteristik sebagai perencana yang ahli. Selanjutnya Turang (2002:29)
menyarankan, seharusnya setiap lembaga pendidikan memiliki wadah khusus
Perencana Pendidikan. Selanjutnya beliau merumuskan beberapa karakteristik
yang harus dimiliki oleh tenaga Perencana Pendidikan yaitu sebagai berikut :
1) Ahli/profesional dalam perencanaan pendidikan dan manajemen pebangunan pendidikan.
2) Memiliki wawasan luas tentang organisasi/lembaga yang direncanakan.
3) Memahami secara umum kecenderungan lembaga yang dikelola.
4) Mempunyai idealisme, dan visi masa depan pendidikan bagi masyarakat, pemerintah dan negara.
5) Mempunyai kemampuan mencermati / mengamati secara umum pelaksanaan pembangunan bidang-bidang lain yang terkait dengan pembangunan pendidikan.
Rumusan yang dikemukakan oleh Turang di atas, nampaknya
secara operasional dapat dijabarkan pada beberapa karakteristik sebagai
86
berikut :
1) Memiliki kemampuan berusaha menyadari peluang-peluang yang tersedia.
2) Memiliki kemampuan untuk menetapkan tujuan dan sasaran.
3) Berkemampuan mempertimbangkan permis-permis perencanaan.
4) Mempunyai kemampuan mengidentifikasi berbagai alternatif,
membandingkan, menilai dan memilah artenatif-alternatif tersebut.
5) Mempunyai kemampuan dalam merumuskan rencana-rencana penunjang.
6) Memiliki kemampuan merencanakan anggaran belanja dalam pengelolaan
organisasi pendidikan.
7) Memiliki kemampuan merumuskan rencana strategis.
Karakteristik-karakteristik dasar yang harus dimiliki oleh perencana
pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas adalah sebuah keniscayaan. Sebab,
seorang perencana bila memiliki karakteristik-karakteristik tersebut, akan
melahirkan konsep perencanaan yang baik termasuk perencanaan pembiayaan.
Konsep perencanaan yang baik paling tidak adalah seperti yang telah
dikemukakan pada pembahasan teori perencanaan BAB II tesis ini, dan atau yang
dikemukakan oleh Turang (2002:28) bahwa perencenaan yang baik adalah, (1)
konkrit, (2) memuat berbagai alternatif, (3) mengidentifikasi berbagai isyu, (4)
ringkas, (5) menampung aspirasi dan peran serta dari berbagai pihak, (6) mudah
dievaluasi, (7) terdapat hubungan fungsional setiap input terhadap output. (8)
dapat direvisi, (9) dapat dilaporkan, (10) lengkap penyelesaian, (11) dapat
menguatkan perencana , pelaksana dan pihak-pihak lainnya.
87
f. Kurang memahami prosedur perencanaan dengan tepat. Unsur kedua
penyebab timbulnya permasalahan di bidang perencanaan pembiayaan adalah
karena para perencana pada MAN Model Manado kurang memahami dengan
sebenarnya prosedur dan mekanisme perencanaan, baik yang menyangkut
syarat-syarat ataupun teknik-teknik perencanaan termasuk didalamnya
perencanaan pembiayaan pendidikan. Secara substansial, alasan kedua ini
merupakan dampak lanjut dari alasan yang pertama di atas. Akibatnya, hasil
dari perencanaan yang dirumuskan cenderung tidak maksimal. Padahal,
maksimalnya suatu hasil perencanaan yang dirumuskan sangat ditentukan oleh
prosedur dan mekanisme perencanaan.
Prosedur dan mekanisme dalam suatu proses aktifitas, adalah sangat
berkaitan erat dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Oleh sebab itu,
dalam hubungannya dengan aktifitas perencanaan pembiayaan pada MAN Model
Manado, prosedur dan mekanisme perencanaan dimaksud paling tidak mencakup
dua hal penting yaitu : (1) Prosedur yang berkaitan dengan persyaratan-
persyaratan perencanaan. (2) Prosedur yang berhubungan dengan langkah-langkah
dan teknik-teknik perencanaan yang baik. Penjelasan tentang kedua hal tersebut,
telah dikemukakan dalam pembahasan tentang syarat-syarat dan langkah-langkah
perencanaan pada bagian II tesis ini.
Dalam perencanaan strategis pendidikan, secara gamblang dikemukakan
oleh Turang (2002:36) bahwa prosedur dan mekanisme yang dapat digunakan
dalam perumusan perencanaan pendidikan secara garis besar adalah sebagai
berikut :
88
1) Identifikasi masalah strategik jangka panjang kedepan.
Dalam hal ini terdapat tiga masalah strategik masa depan di era
globalisasi. yaitu: (1) masalah mutu pendidikan dalam konteks peningkatan mutu
SDM, dan tuntutan lingkungan eksternal. (2) Masalah relevansi pendidikan
dengan perkembangan IPTEK, tuntutan pembangunan nasional, daerah, dan
perkembangan regional internasional. (3) Masalah keterkaitan pengembangan
pendidikan, sosial ekonomi dan kultural daerah, terutama menyangkut masalah-
masalah ; kemiskinan, pengangguran, narkoba, dan penyakit sosial lainnya.
2) Perumusan visi pendidikan masa depan.
Dalam kaitan ini, visi dipahami sebagai wawasan yang dijadikan sumber
arahan bagi MAN dalam proses perumusan misi. Dengan kata lain, visi adalah
pandangan jauh kedepan kemana MAN Model Manado akan diarahkan.
Pemaknaan sederhana tentang visi ini, maka paling tidak perumusan visi yang
baik adalah mengandung beberapa unsur yaitu, (1) muncul dari suatu cita-cita dan
hasrat yang akan diwujudkan pada suatu waktu tertentu, (2) mengikuti syarat-
syarat, prosedur dan mekanisme perumusan visi yang baik, (3) memiliki kekuatan
dalam penanggulangan masalah yang kelak akan dihadapi oleh MAN Model
Manado , (4) memiliki nilai karakteristik yang sesuai dengan karakteristik MAN
Model Manado..
3) Perumusan misi pendidikan di masa depan.
Misi dalam kaitan ini diartikan sebagai tindakan untuk merealisasikan visi
dan aksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok terkait.
89
Maksudnya, merumuskan misi pada MAN Model Manado senantiasa harus
memperhatikan tugas dan fungsi serta kompetensi lembaga tersebut,
mempertimbangkan faktor-faktor kepentingan kelompok-kelompok terkait. Secara
gamblang, rumusan misi
4) Perumusan tujuan.
Bertitik tolak dari rumusan visi dan misi di atas, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang ingin
dicapai dan dihasilkan serta kapan proses pencapaiannya. Jadi pada hakekatnya
tujuan adalah tahapan wujud konkrit MAN menuju visi dan misi yang telah
dirumuskan. .
5) Menganalisis dan merumuskan program sesuai bidang garapan.
Mekanisme selanjutnya menurut proses perencanaan strategis
khusunya dalam perencanaan pembiayaan pada MAN Model Manado sesuai
dengan visi, misi dan tujuan yang telah dirumuskan ke dalam bentuk program dan
bidang garapan apa yang seharusnya dibiayai.
C. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan
Dalam hubungannya dengan aspek pengorganisasian pembiayaan
langkah-langkah yang dilaksanakan adalah
1. Pembagian tugas yang terkait dengan pembiayaan dimana bendahara komite
mengelola uang komite, bendhara rutin mengelola dana DIPA serta dibentuk
panitia pada kegiatan tertentu dengan tugas dan fungsi sesuai jabatannya
dalam kepanitian. Namun terkait dengan aspek pengorganisasian pembiayaan
90
2. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab terkait dengan pembiayaan
misalnya dalam kegiatan yang membutuhkan kepanitiaan, KPA memberikan
wewenang kepada panitia dan panitia bertanggung jawab terhadap kegiatan
yang dilaksanakan termasuk pembiayaan, yang dibuktikan melalui nota,
kwitansi serta laporan pertanggungjawaban kegiatan.
3. Adanya koordinasi terkait dengan pembiayaan antara bendahara, pejabat
pembuat kebijakan dan kuasa pengguna anggaran untuk semua program yang
membutuhkan pembiayaan
Konsultan Pengembangan MAN Model Manado menjelaskan bahwa :
Pada hakekatnya pola kerja terstruktur menurut Kanwil Dep. Agama Propinsi Sulawesi Utara menjadi dasar pengorganisasian setiap lembaga yang bernaung di bawahnya, dan pengorganisasian pembiayaan pada MAN Model Manado belum sesuai dengan pola tersebut..
Pernyataan di atas diperjelas oleh informan lainnya yang merupakan
ketua rumpun mata pelajaran IPA menyatakan bahwa :
Pengorganisasian pembiayaan pada MAN Model Manado sudah menggunakan pola kerja terstruktur sesuai petunjuk Kanwil Departemen Agama Propinsi Sulawesi Utara dan sudah dikembangkan menurut kebutuhan madrasah walapun belu semuanya bisa terakomodir. (CLW/03).
Berkaitan dengan Pernyataan di atas, Kepala MAPENDA Kanwil Dep.
Agama Propinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa :
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajerial dalam pembiayaan pendidikan pada MAN Model Manado belum teraplikasi secara maksimal terutama yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengorganisasian moderen. (CLW/02).
Berdasarkan hasil temuan penelitian dalam kaitannya dengan fungsi
pengorganisasian dalam pengorganisasian pembiayan pendidikan pada MAN
91
Model Manado, maka peneliti berkesimpulan bahwa fungsi ini dalam
operasionalnya belum secara total menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
pengorganisasian yang seharusnya. Sehingga, hal inilah yang mengakibatkan
timbulnya beberapa permasalahan utama yang berhubungan dengan fungsi
pengorganisasian dimaksud. Dengan kata lain, selama ini fungsi tersebut secara
operasional dalam pembiayan pendidikan pada MAN Model Manado hanya
dilaksanakan sesuai apa adanya dengan maksud yang penting tujuan setiap
kegiatan dapat dicapai. Padahal, secara ideal tercapainya tujuan organisasi
disamping melaksanakan fungsi perencanaan sebagaimana telah dikemukakan di
atas, maka fungsi organisasi juga turut menentukan proses pencapaian tujuan.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh para pakar manajemen di dalam
pembahasan acuan teoritik pada Bab II tesis ini, bahwa pengorganisasian
merupakan keseluruhan rangkaian proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat,
tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka setidaknya dalam proses
pengorganisasian pembiayaan terdapat beberapa unsur penting yang harus
diperhatikan. Unsur-unsur dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pembagian kerja yang harus dilakukan dan menugaskannya pada personil-
personil tertentu, kelompok-kelompok dan bagian-bagian yang terdapat dalam
suatu organisasi;
b. Pembagian kegiatan menurut level kekuasaan dan tanggung jawab;
92
c. Pengelompokkan tugas menurut tipe dan jenis organisasi;
d. Pengaturan hubungan kerja antara anggota organisasi.
Untuk dapat memenuhi unsur-unsur di atas sekaligus menciptakan dan
menggerakkan MAN Model Manado dalam proses pencapaian tujuan, maka
terdapat beberapa prinsip yang harus di perhatikan, yaitu :
a. Rumusan tujuan yang jelas. Tujuan menjadi dasar dalam organisasi. Tanpa tu-
juan, organisasi akan berjalan tanpa arah dan mudah terombang ambing.
Anggota kelompok harus benar-benar memahami dan menjiwai tujuan yang
akan dicapai. Karena dengan dipahaminya tujuan-tujuan organisasi secara
baik, maka akan memungkinkan mereka memperoleh pedoman dalam bekerja
dan menilai hasil yang telah dicapai. Disamping itu, dimungkinkan para
anggota organisasi bertindak dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab-
nya secara sadar.
b. Pembagian kerja dalam suatu organisasi harus dilaksanakan dengan memper-
hatikan keberagaman potensi dan minat para anggotanya.
c. Pendelegasian wewenang dan penetapan hirarkinya harus terdapat rele-
vansinya dengan tanggung jawab dan dilakukan secara jelas agar dapat mem-
berikan gambaran pola hubungan kerja.
d. Kesatuan arah. Artinya, semua aktifitas dan sumber yang digunakan adalah
benar-benar mengarah pada tujuan yang sama.
93
e. Kesatuan komando. Maksudnya, setiap anggota organisasi hanya memiliki
satu komando yang merupakan atasan langsung, kepada siapa ia menerima
perintah, dan kepada siapa ia harus melaporkan hasil kegiatannya.
f. Kemampuan pengawasan yang fungsional. Maksudnya, seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi tidak hanya mengawasi hubungan kerja antara dia
dengan bawahannya, tetapi juga harus mampu menguasai hubungan kerja an-
tara sesama bawahannya.
Dalam mengaplikasikan sejumlah prinsip-prinsip organisasi tersebut,
maka diperlukan beberapa teknik pendekatan dalam pelaksanaannya. Beberapa
teknik pendekatan dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan tujuan. Teknik ini merupakan pendekatan yang lebih menitik be-
ratkan pada pentingnya tujuan untuk dapat direalisasikan dan termasuk jenis
pendekatan yang hingga kini masih banyak digunakan oleh organisasi. Ada-
pun langkah-langkah penggunaan pendekatan ini mencakup : (1) Analisis tu-
juan organisasi, (2) perumusan tujuan, (3) mendeskripsi keadaan yang sedang
berlangsung, (4) mengidentifikasi berbagai kemudahan dan hambatan, dan (5)
mengembangkan serangkaian kegiatan. Di samping lima langkah tersebut,
pendekatan ini juga memerlukan dukungan dari delapan komponen kritis or-
ganisasi, terutama untuk mengetahui berbagai faktor kritisnya serta mendap-
atkan kepastian peran fungsionalnya dalam menanggulangi ketidak efektifan
organisasi. Adapun faktor-faktor kritis dimaksud, yaitu: (1) Sumber Daya
Manusia (SDM), (2) sumber dana, (3) material, (4) aturan dan hukum yang
94
berlaku dalam organisasi, (5) prosedur dan mekanisme, (6) metode, (7) pen-
gendalian, dan (8) pemasaran.
b. Pendekatan sistem. Teknik ini memandang organisasi sebagai sebuah sistem
dengan lebih menekankan pentingnya faktor input, procces, output, dan out-
comenya sebagai lokasi kajian keefektifan organisasi. Teknik pendekatan ini
biasanya memiliki tiga tahapan dalam menanggulangi ketidak efektifan organ-
isasi. Ketiga tahapan dimaksud yakni : (1) Penentuan lokasi ketidak efektifan
organisasi, (2) penentuan dan analisis masalah, dan (3) pengembangan
serangkaian kegiatan. Sebagaimana halnya pendekatan tujuan, penerapan pen-
dekatan sistem ini juga membutuhkan dorongan dari delapan komponen kritis
organisasi terutama dalam mendeteksi berbagai faktor kritisnya serta mendap-
atkan kepastian peran fungsional dalam menanggulangi ketidak efektifan or-
ganisasi. Komponen-komponen dukungan dimaksud yakni: (1) Koordinasi,
(2) struktur, (3) SDM, (4) pembagian tugas, (5) aturan organisasi dan hukum
yang berlaku, (6) pemasaran. (7) Informasi. (8) Dana.
c. Pendekatan lingkungan. Dalam pendekatan ini proses pengambilan keputusan
sangat dipengaruhi oleh berbagai perilaku yang berbeda (Nakamura dan
Smallwood dalam Harjito (1995:41). Oleh karena itu dalam pendekatan ini or-
ganisasi ditekankan untuk mementingkan kemauan dan kemampuan beradap-
tasi dengan perubahan yang terjadi, baik di lingkungan internal maupun ek-
sternal organisasi. Dalam menanggulangi ketidak efektifan organisasi, pen-
dekatan ini memiliki tiga langkah, yaitu: (1) Menentukan perubahan yang
mengganggu efektifitas organisasi, (2) analisis perubahan, (3) mengem-
95
bangkan serangkaian kegiatan. Seperti halnya dengan kedua pendekatan se-
belumnya, penerapan pendekatan lingkungan juga membutuhkan dorongan
dari delapan komponen kritis organisasi terutama dalam mendeteksi berbagai
faktor kritisnya serta mendapatkan kepastian peran fungsional dalam
menanggulangi ketidak efektifan organisasi. Komponen-komponen dukungan
dimaksud yaitu: (1) Struktur, (2) prosedur, (3) aturan organisasi dan hukum
yang berlaku, (4) sumber dana, (5) teknologi, (6) SDM, (7) pemasaran, dan
(8) informasi.
Tiga teknik pendekatan organisasi tersebut di atas, dalam
relevansinya dengan pembiayaan pendidikan pada MAN Model Manado dapat
dijabarkan pada beberapa bentuk teknik pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan Internal. Pendekatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
melakukan, memelihara dan meningkatkan hubungan kerja administratif
fungsional. di lingkungan Departemen Agama, baik ditingkat pusat, daerah
dan lokal. Pendekatan ini merupakan strategi awal yang harus dilakukan pihak
madrasah dalam mengorganisir aktifitas pembiayaan pendidikan.
b. Pendekatan Eksternal. Pendekatan ini adalah satu upaya yang perlu dilakukan
pihak madrasah untuk membuat, memelihara dan meningkatkan hubungan
kerja fungsional dengan berbagai instansi dan institusi di luar lingkungan
Departeman Agama dalam rangka memperoleh dana pendidikan.
c. Pendekatan Regional. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menempatkan MAN
Model Manado sebagai agen perubahan yang memiliki daya dorong yang
96
ampuh bagi pembangunaan masyrakat (community development) sekitar.
Untuk itu pendekaatan regional diperlukan untuk menggalang kerjasama
dengan berbagai potensi yang tersedia di lingkungan masyarakat dalam rangka
menggalang dana.
d. Pendekatan Kolaborasi Operasional. Pembiayaan berbagai Program dan
kegiatan yang dilaksanakan MAN Model Manado senantiasa
memperhitungkan secara rasional untuk memungkinkan hasil yang optimal
dengan penyelenggaraan yang efisien. Untuk ini MAN Model Manado perlu
mengimplementasikannya dalam berbagai bentuk penyelenggaraan. Program
kegiatan dengan pendekatan yang fleksibel dan dinamis yang disepakati
bersama oleh pihak-pihak yang terkait sangat banyak memberikan keuntungan
dalam pengorganisasian pembiayaan pendidikan MAN Model Manado.
Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas baik yang berkaitan dengan
pemaknaan pengorganisasian maupun teknik-teknik pendekatan yang harus
digunakan, maka terdapat beberapa aspek yang setidaknya dijadikan fokus dalam
mengaplikasikan fungsi pengorganisasian dalam pembiayaan pendidikan pada
MAN Model. Beberapa aspek dimaksud meliputi :
a. Struktur Organisasi. Tersedianya struktur organisasi secara jelas, akan
memberikan gambaran dan sekaligus pemandu bagi pengelolaan operasional
MAN Model Manado. Dilihat dari fungsi dan tujuan MAN Model Manado,
dalam tata kerja pengelolaannya dapat dipilah ke dalam tiga komponen
organisasi yaitu ; (1) pengelola, (2) pelaksana, dan (3) penyantun.
97
b. Deskripsi Kerja. Aspek ini merupakan salah satu bagian penting sebagai
aplikasi fungsi pengorganisasian dalam pembiayaan pendidikan pada MAN
Model Manado. Aspek ini juga berfungsi memberi penjelasan secara rinci
tentang apa dan bagaimana merealisasikan kerja sesuai dengan komposisi
komponen-komponen yang tergambar dalam struktur organisasi.
c. Mekanisme Kerja. Aspek ini adalah penting dalam memelihara hubungan
kerja, baik internal maupun eksternal. Manfaatnya adalah : (1) Menghindari
terjadinya tumpang tindih/ambivalensi dalam melaksanakan tugas dan untuk
menyederhanakan jalur birokrasi. (2) Memperjelas kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing komponen organisasi, (3) Mengoptimalkan kinerja
masing-masing komponen organisasi. (4) Menghindari atau mengurangi
kemungkinan munculnya pengaruh psikologis sebagai akibat dan tanggung
jawab dari hubungan formal kelembagaan dari masing institusi yang terkait.
D. Penggerakan Pembiayaan Pendidikan
Seperti halnya dengan dua aspek yang telah dikemukakan di atas,
aspek penggerakan pembiayaan pendidikan pada MAN Model Manado secara
sederhana dapat dikatakan telah terproses secara natural sesuai dengan bentuk
manajerial dan model oganisasi yang dianut oleh lembaga tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang informan yang merupakan
guru senior pada madrasah ini mengungkapkan :
Fungsi penggerakan sebagaimana banyak dijelaskan dalam literatur-literatur manajemen, secara operasional relatif teraplikasikan walaupun belum secara maksimal dalam proses yang terkait dengan manajemen pembiayaan pada MAN Model Manado, khusunya yang berkaitan dengan motivasi kerja. Hal inilah yang menyebabkan proses pencapaian
98
tujuan yang direncanakan belum terlaksana secara optimal. (CLW/02).
Pernyataan di atas diperjelas lagi oleh informan lainnya yang
merupakan koordinator urusan kesiswaam menyatakan bahwa :
Sampai dengan saat ini pola motivasi kerja yang dilaksanakan pada lingkup pengelola kegiatan masih sebatas pembinaan-pembinaan, pembagian job sesuai dengan bidangnya, memberi nilai maksimal (angka terbaik) yang diwujudkan dalam bentuk DP3 dan dikeluarkan setiap akhir tahun kerja. (CLW/07).
Menganalisis hasil wawancara di atas, peneliti berkesimpulan bahwa
permasalahan inti yang nampak dalam proses fungsi penggerakan dalam
manajemen pembiayaan pada MAN Model Manado secara substansial lebih
terfokus pada permasalahan pola motivasi kerja yang belum terarah. Hal ini
disebabkan oleh karena masih belum maksimalnya pemahaman tentang motivasi
kerja baik yang berkaitan dengan manfaatnya, karakteristik, maupun teknik-teknik
penggerakan yang seharusnya ada dalam manajemen pembiayaan di madrasah ini
Bentuk motivasi kerja yang belum terarah dan aspek kepemimpinan
yang merupakan bagian terpenting dalam proses pengelolaan PSBB cenderung
lemah, merupakan sisi lain dari permasalahan yang nampak dalam manajemen
pembiayaan pada MAN Model Manado. Permasalahan-permasalahan ini sangat
erat kaitannya dengan lemahnya aplikasi fungsi penggerakan dalam manajemen
pembiayaan pendidikan di madrasah ini. Adapun lemahnya aplikasi fungsi
tersebut lebih disebabkan oleh masih lemahnya pengetahuan para pengelola akan
makna dan manfaat dari fungsi penggerakan dalam manajemen pembiayaan
pendidikan
Dalam kajian teoritis tentang fungsi-fungsi manajerial sebagaimana
99
telah dikemukakan bahwa penggerakan dalam sebuah organisasi merupakan
pengintegrasian berbagai usaha untuk memposisikan semua anggota.organisasi
agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai
dengan perencanaan dan pola arganisasi. Dengan kata lain, penggerakan adalah
keseluruhan pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis.
Pernyataan di atas, memberikan gambaran bahwa fungsi penggerakan
dalam sebuah organisasi menempati posisi yang vital bagi langkah-langkah
manajemen dalam merealisir segenap tujuan, rencana dan kegiatan-kegiatan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk itu, dalam kaitannya dengan aplikasi fungsi penggerakan dalam
manajemen pembiayaan pendidian pada MAN Model Manado, terdapat dua aspek
utama yang relevan dengan fungsi tersebut yaitu sebagai beikut :
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagaimana telah banyak diuraikan pengertiannya pada
bagian II tesis ini, secara eksplisit adalah suatu aktifitas memimpin yang
dilakukan seseorang dengan segenap potensi yang dimilikinya untuk
mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang
dipimpin agar mau bekerja dengan semangat dan memiliki kepercayaan diri dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
100
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dalam sebuah
organisasi mempunyai beberapa fungsi yaitu: (1) Fungsi yang berhubungan
dengan tujuan yang akan dicapai; yaitu seorang pemimpin harus berusaha
membantu kelompok untuk memikirkan, memilih dan merumuskan tujuan yang
akan dicapai. (2) Fungsi yang berhubungan dengan pengarahan pelaksanaan setiap
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Dalam hal ini lebih erat
kaitannya dengan aktifitas manajerial pemimpin yang dilakukannya dalam rangka
menggerakkan kelompok untuk memenuhi tuntutan organisasi. Teknik-teknik
pengarahan/ penggerakan dimaksud antara lain, actuiting, leading, directing,
motivating dan staffing. (3) Fungsi yang berkaitan dengan penciptaan suasana
kerja yang mendukung proses kegiatan administrasi berjalan dengan lancar, penuh
semangat, sehat dan dengan kreativitas yang tinggi.
Terdapat beberapa usaha praktis yang boleh dilakukan oleh pemimpin
dalam menciptakan suasana/iklim organisasi yang sehat, antara lain adalah: (1)
Memberikan semangat dan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai
suatu taraf produktifitas kerja yang tinggi, (2) menumbuhkan sikap percaya diri
pada setiap anggota organisasi, (3) memupuk suasana kerja sama dalam
kelompok. Hal ini dapat dilakukan oleh pemimpin dengan cara mengikut-sertakan
seluruh anggota kelompok dalam menyelesaikan setiap persoalan atau kegiatan
sesuai dengan tugas-tugas yang telah dideskripsikan dan dispesifikasikan untuk
setiap unit. Di samping itu, pemimpin sendiri harus pandai memberikan panutan
pada anggotanya, bahwa ia juga sebenarnya merupakan personil yang
mementingkan kerjasama, (4) mengusahakan suatu tempat kerja yang
101
menyenangkan, sehat dan penuh kemudahan bagi para personil untuk
menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan dengan lancar, aman dan bergairah, (5)
menanamkan dan memupuk perasaan bersama pada masing-masing anggota,
bahwa mereka juga merupakan bagian dari pada kelompok. Semangat demikian
dapat ditumbuhkan melalui usaha-usaha seperti, memberikan penghargaan kepada
\setiap anggotanya sesuai dengan prestasi yang dicapai, dan dapat pula dilakukan
dengan menunjukkan sikap terbuka, objektif dan tidak menganak-emaskan
anggota tertentu. Sewaktu-waktu dapat pula diciptakan melalui aktivitas-aktivitas
sosial, rekreatif dan social meeting yang diadakan bersama anggota kelompok.
Dengan demikian secara sadar akan tumbuh suatu perasaan harga menghargai dan
saling memperhatikan, dan (6) menerapkan konsep kepemimpinan demokratis dan
efektif.
Untuk merealisasikan fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut di atas,
seorang pemimpin dituntut agar memiliki karakteristik kepemimpinan yakni; (1)
konstruktif, (2) kreatif, (3) partisipatif, (4) kooperatif, (5) pendelagasian yang
baik, (6) kapasitas integratif yang memadai, (7) rasionalitas dan objektitivitas, (8)
pragmatisme, (9) sederhana dan bersahaja, (10) adaptabilitas dan fleksibilitas.
Beberapa karakteristik di atas, adalah sangat dibutuhkan oleh seorang
pemimpin khususnya dalam lingkaran aktifitas manajemen pembiayan pendidikan
pada MAN Model Manado. Hal ini mengingat bahwa aspek kepemimpinan
merupakan faktor yang paling menetukan dalam menggerakkan roda organisasi
madrasah ini.
102
b. Motivasi Kerja
Guna mempermudah pemahaman motivasi kerja, berikut ini
dikemukakan pengertian motif, motivasi dan motivasi kerja. Motif merupakan
suatu dorongan kebutuhan dalam diri anggota organisasi yang perlu dipenuhi
agar mereka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan
motivasi adalah kondisi yang menggerakkan anggota organisasi agar mampu
mencapai tujuan dari motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi
untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Sedangkan motivasi
kerja sebagai kondisi yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan, dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara,
2000:85).
Berbagai istilah motivasi yang ada secara substansial mencakup dua
pengertian, (1) suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh para manajer, dan (2) suatu
dorongan psikis dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berperilaku
secara tertentu, terutama di dalam suatu lingkungan pekerjaan.
Memotivasi (to motivate) berarti tindakan dari seseorang yang ingin
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku (to behave) secara tertentu. Jika
digunakan dalam konteks ini, maka motivasi menjelaskan suatu aktivitas
manajemen, atau sesuatu yang dilakukan seorang manajer untuk membujuk atau
mempengaruhi bawahannya agar bertindak secara organisatoris dengan cara
tertentu untuk menghasilkan sesuatu yang efektif. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa peran dari seorang manajer adalah memotivasi seseorang. Dalam
hal ini ada hubungan antara kepemimpinan dan motivasi.
103
Motivasi juga dapat berarti dorongan psikis yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong untuk berperilaku. Namun motivasi tidaklah memberikan
pengaruh satu-satunya atas tingkat prestasi seseorang. Ada dua faktor lainnya
yang berhubungan dengan tingkat prestasi yaitu; (1) kemampuan dan persepsi
tentang perannya (role perception), maksudnya pengertian tentang perilaku yang
mana adalah yang penting untuk mencapai suatu prestasi yang tinggi, dan (2)
kemampuan dan persepsi tentang peran saling berhubungan. Dengan demikian,
bila salah satu dari faktor tersebut di atas rendah maka tingkat prestasi juga akan
rendah, meskipun faktor-faktor lainnya adalah tinggi.
Dalam kaitannya dengan proses motivasi kerja anggota organisasi di
lingkungan MAN Model Manado, terdapat beberapa teknik motivasi kerja yang
dapat dilaksanakan, yaitu ;
1) Teknik pemenuhan kebutuhan anggota
Pemenuhan kebutuhan anggota organisasi merupakan satu hal
penting yang mendasari perilaku kerja. Artinya, tidak mungkin dapat memotivasi
kerja anggota tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkannya.
2) Teknik komunikasi persuasif.
Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik
memotivasi kerja anggota organisasi yang dilakukan dengan cara mempengaruhi
mereka secara ekstralogis. Teknik ini biasanya menggunakan rumus “ADIDAS”
(Mangkunegara, 2000; 89) yaitu, Attention (Perhatian), Desire (Hasrat), Interest
(Minat), Decision (Keputusan), Action (Aksi atau Tindakan), dan Satisfaction
(Kepuasan). Adapun cara pemanfaatannya, pertama kali pemimpin harus
104
memberikan perhatian kepada anggota yang dipimpinnya tentang pentingnya
tujuan dan suatu pekerjaan agar timbul minat anggota yang bersangkutan terhadap
pelaksanaan kerja, dan jika telah timbul minatnya maka hasratnya menjadi kuat
untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai
tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, anggota yang
dipimpinnya akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil
pekerjaannya.
Berdasarkan uraian tentang aplikasi fungsi penggerakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan program kegiatan yang pada MAN
Model Manado merupakan unsur kunci bagi kredibilitas lembaga tersebut.
Efektifitas, efisiensi dan produktifitas pengelolaan program dan kegiatan
merupakan indikator atas keseluruhan manajemen pembiayaan pendidikan. Oleh
karena itu di dalam pelaksanaan kegiatan senantiasa memperhatikan urgensitas
dua aspek penggerakan tersebut.
E. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan
Dalam hubungannya dengan proses pengawasan, salah seorang pejabat di
lingkungan Mapenda Kanwil Departemen Agama Propinsi Sulawesi Utara
menyatakan bahwa, pengawasan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Mapenda
Kanwil Departemen Agama Propinsi Sulawesi Utara terhadap pembiayaan
pendidikan pada MAN Model Manado adalah menggunakan kontrol mekanisme
dengan teknik pengumpulan laporan baik lisan maupun tulisan melalui data
statistik dan dilakukan secara langung.
105
Menurut beberapa orang guru yang dipandang mengetahui proses proses
pembiayaan pendidikan MAN Model Manado mengemukakan bahwa, dalam
proses pengawasan terhadap pembiayaan pendidikan tidak melibatkan baik secara
perorangan ataupun secara kolektif guru dan siswa. Adapun pengawasan yang
berlangsung selama ini hanyalah dilakukan oleh institusi-institusi yang lebih
tinggi kedudukannya dalam struktur seperti, Kepala MAN Model Manado dan
Mapenda Kanwil Dep. Agama Propinsi Sulawesi Utara. Serta Kandep Agama
kota Manado
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang tenaga administrasi di
lingkungan MAN Model Manado menyatakan, pengawasan yang dilakukan
terhadap pembiayaan pendidikan oleh Mapenda Kanwil Departemen Agama
Propinsi Sulawesi Utara dan Departemen Agama kota Manado, ditemukakan
beberapa kelemahan yang menonjol antara lain kurang jelasnya standar dan
metode pengukuran prestasi kerja yang digunakan dan pada gilirannya berdampak
pada kesulitan melakukan penilaian terhadap prestasi kerja dan kebijakan
mengambil tindakan korektif.
Berdasarkan analisis hasil wawancara di atas, peneliti menginterpretasi
bahwa secara garis besar kelemahan pada aspek pengawasan adalah belum
terlaksananya kedua fungsi tersebut dalam mewujudkan pemahaman makna dan
arti penting dengan landasan nilai-nilai manajerial serta terwujudnya upaya
kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi.
. Pada pembahasan temuan penelitian, telah dinyatakan bahwa berdasarkan
analisis hasil observasi dan wawancara secara garis besar permasalahan yang
106
muncul pada aspek pengawasan/pengendalian adalah ketidak jelasan standar yang
digunakan dalam mengaplikasikan fungsi pengawasan / pengendalian terhadap
pembiayaan pendidikan di madrasah ini. Hal ini kemudian berdampak pada
lemahnya fungsi tersebut dalam mewujudkan pemahaman makna dan arti penting
dengan landasan nilai-nilai manajerial serta terwujudnya upaya kedisiplinan dan
etos kerja yang tinggi.
Secara teoritis sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan bab
II tesis ini, pengawasan merupakan suatu upaya sistematis untuk memberi garansi
terhadap pelaksanaan kegiatan atau tugas organisasi agar berjalan sesuai dengan
rencana. Dengan demikian, maka terdapat empat unsur yang berhubungan dengan
fungsi pengawasan, yaitu: (1) aktifitas penilaian dan memonitoring, (2)
berorientasi pada seluruh aktifitas organisasi, (3) pengawasan dilaksanakan
dengan tujuan pokok untuk membuat segenap aktifitas manajemen berjalan sesuai
rencana, (4) sistematis, rasional serta sesuai dengan rencana, tujuan dan aturan
main orgaisasi.
Berdasarkan empat unsur yang melekat pada fungsi pengawasan tersebut,
secara jelas pengawasan adalah mempunyai tujuan akhir yaitu terwujudnya
pelaksanaan secara baik sesuai dengan rencana dan tanpa penyimpangan dari
ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, dua syarat pengawasan yang harus
dipenuhi dalam proses pelaksanaan pengawasan adalah: (1) pengawasan
membutuhkan rencana-rencana, dan (2) Pengawasan membutuhkan struktur
organisasi yang jelas. Adapun dalam proses pelaksanaannya, pengawasan dapat
berupa :
107
a. Pengawasan melekat
Serangkaian kegiatan pengawasan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan organisasi atau satuan kerja secara sistemik agar pelaksanaan tugas
berjalan sesuai dengan rencana, peraturan perundang-undangan serta memenuhi
asas efisiensi dan efektivitas. Pengendalian secara sistemik didasarkan pada
delapan sistem, yaitu : (1) pengorganisasian yang mantap, (2) prosedur yang jelas,
(3) kebijakan yang jelas, (4) perencanaan yang matang, (5) sistem pencatatan
yang akurat, (6) sistem pelaporan yang tepat, (7) pembinaan personil, dan (8)
Review internal.
b. Pengawasan fungsional.
Pengawasan yang dilakukan oleh aparat baik internal pemerintah maupun
eksternal pemerintah dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana, peraturan
perundang-undangan, memenuhi asas efisiensi dan efektivitas serta tujuan
fungsional.
c. Pengawasan masyarakat.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh masyarakat, disampaikan secara
lisan, tulisan, atau bentuk lainnya kepada aparatur negara berupa sumbangan
pikiran, saran perbaikan, gagasan, keluhan atau pengaduan yang bersifat
membangun, atau disampaikan melalui media massa.
Apapun bentuk pengawasan yang dipilih dan dilakukan, seharusnya tetap
menggunakan beberapa langkah strategis dalam proses pelaksanaannya yaitu, (1)
menetapkan standar kualitas dan metode mengukur prestasi kerja yang jelas, (2)
108
melakukan pengukuran atas prestasi kerja secara baik berdasarkan standar yang
ditetapkan, dan (3) memutuskan dan mengambil tindakan korektif dan perbaikan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sama
urgennya dengan fungsi lainnya seperti perencanaana dan pelaksanaan, dengan
pemahaman bahwa pengawasan memiliki konstribusi yang seimbang dalam
pencapaian tujuan organisasi yang ditetapkan. Dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan organisasi, pengawasan sangat bermanfaat dalam
mengendalikan seluruh pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana
serta tidak menyimpang dan dapat dipertanggung jawabkan.
Hasil pengawasan berfungsi sebagai umpan balik atau bahan masukan
bagi para pihak pengambil keputusan / kebijakan. Sedangkan aspek perencanaan
berfungsi sebagai bahan pertimbangan penetapan rencana / program kerja.
Pengambilan keputusan / kebijakan yang didasarkan pada masukan hasil
pengawasan yang dilaksanakan dengan benar, jujur, adil dan khususnya dijiwai
oleh norma-norma dan nilai positif (agama), niscaya akan menghasilkan
keputusan yang adil dan bijaksana guna perencanaan selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan
pengawasan dalam manajemen pembiayaan pendidikan di madrasah ini sangat
bermanfaat khususnya dalam beberapa hal sebagai berikut :
a. Melalui pengawasan dapat dicegah berbagai penyimpangan baik dalam peng-
gunaan kekuasaan, kedudukan terkait dengan pembiayaan;
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan dan menindak se-
109
cara tegas penyalahgunaan dan penyimpangan penggunaan dana;
c. Mendinamisasikan organisasi madrasah ini serta segenap aktifitas manajemen-
nya;
d. Mempertebal rasa tanggung jawab seluruh personil dalam pelaksanaan tugas
organisasinya;
e. Menjaga dan memelihara secara baik pola hubungan organisasi yang telah
ditetapkan;
f. Mengefektivkan dan mengefisienkan pemanfaatan seluruh fasilitas MAN
Model Manado secara maksimal;
g. Pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap pengelola kegiatan didasarkan
atas pertimbangan yang rasional dan objektif;
h. Mempertegas sistem, prosedur dan mekanisme kerja agar tidak bertentangan
dengan rencana yang ditetapkan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi pengawasan dalam
manajemen pembiayaan pada MAN Model Manado khususnya pengawasan pada
bidang pelaksanaan program adalah, pencegahan, pemeliharaan, dorongan,
kontrol dan penyeimbang. Mekanismenya adalah; (1) pengendalian dan
pengawasan ini dilakukan oleh kepala madrasah, dan (2) dilakukan oleh instansi
tertinggi yang menaunginya untuk kebijakan evaluasi program dan anggaran.
Kegiatan pengendalian dan pengawasan pembiayaan pada MAN Model Manado
perlu dilakukan melalui beberapa metode dan pendekatan, yaitu; (a) kegiatan yang
bersifat reguler melalui rapat koordinasi, rapat dinas atau rapat staf berdasarkan
110
penjadwalan yang telah ditetapkan, (b) kegiatan yang bersifat insidental yang
dilakukan pada waktu monitoring pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan, (c)
kajian atas laporan pertanggung jawaban unit pelaksana baik yang bersifat reguler
maupun laporan dari suatu kegiatan terprogram.
Pengawasan dalam pembiayaan pendidikan merupakan kontrol atas
kinerja personil dan tingkat keberhasilan program kerja. Kegiatan ini harus
diposisikan sebagai kegiatan yang bersifat “built in” (melekat) dalam konteks
manajemen pembiayaan pendidikan di MAN Model Manado.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasar pada uraian-uraian yang telah dikemukakan pada
pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dikemukakan kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perencanaan pembiayaan pndidikan pada MAN Model Manado belum
menggunakan prosedur perencanaan sesuai dengan prinsip-prinsip
perencanaan manajemen moderen seperti langkah-langkah atau prosedur
perencanaan, pendekatan-pendekatanan yang harus digunakan dalam
proses perencanaan, sasaran-sasaran perencanaan, dan rencana strategis.
2. Pengorganisasian pembiayaan pada MAN Model Manado belum tertata
dan berfungsi secara tepat sesuai dengan prinsip-prinsip pengorgnisasian
menurut teori manajemen moderen.
3. Fungsi penggerakan pembiayaan pada MAN Model Manado belum
teraplikasi dengan jelas dan terarah khususnya dalam hal penerapan
motivasi kerja.
4. Fungsi pengawasan dalam pembiayaan pendidikan pada MAN Model
Manado belum dilaksanakan secara efektif dan efisien.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka disarankan :
112
1. Agar perencanaan pembiayaan pada MAN Model Manado mengacu pada
rumusan visi, misi dan tujuan strategis MAN Model Manado.
2. Agar diadakan struktur dan pedoman pengorganisasian yang rinci dan
operasional dalam kegiatan pmbiayaan pada MAN Model Manado
sehingga deskripsi dan mekanisme kerja dapat diimplementasikan.
3. Agar pimpinan MAN Model Manado melaksanakan program motivasi
kerja secara optimal terhadap seluruh staf yang ada .
4. Agar pengawasan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam aspek-
aspek yang terkait dengan pembiayaan pada MAN Model Manado.
113
DAFTAR PUSTAKA
Allen, K.W. & Allen, L., Organization and Administration of The Learning Resources Center in The Community College, USA : The Sohoe String Press, Inc. 1973.
Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Cet. I, Pustaka Jaya, Jakarta, 2002
Anwar, Mohammad, Idochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2003.
Arikunto, Suharsimi.. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2006
Aryad, Ashar. Pokok-pokok Manajemen, pengetahuan praktis bagi pimpinan dan eksekutif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
A. Maliki Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta : Yayasan Pendidikan Islam FajarDunia, 1999.
Anthony, R.N. dan J. Dearden, Sistem Pengendalian Manajemen, (Terjemahan), Jakarta ; Erlangga, 1992.
Arifin Abdurrachman, Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Cet ke 3 Jakarta ; Bathara, 1999.
Arifin Abdurrachman, Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Jakarta ; Bathara, 1971.
Beach, Dale S., Personnel : The Management of People at Work, New York ; Macmillan Publishing Co. Inc., 1990.
Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Cet.I, Bumi Aksara, Jakarta, 1994.
Departemen Agama RI., Sejarah Perkembangan Madrasah, Cet. II, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Madrasah Aliyah, 1999/2000.
DMAP., Pedoman Umum Pengelolaan MAN Model, Jakarta: PPA Consultants, 2000.
Departemen Agama. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta: Departemen Agama, 2005.
114
Departemen Agama. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Agama, 2006.
Departemen Agama. Perencanaan Dan Pembiayaan Pendidikan Islam. Jakarta: Departemen Agama, 2007
Departemen Agama, Petunjuk teknis pencairan anggaran dilingkungan Departemen Agama tahun untuk lingkungan Madrasah Aliyah Negeri. Jakarta: Departemen Agama, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional. Sistem Pelaporan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002
Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen Keuangan. Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002
Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas, 2008
Duncan, J, 1999, Management. Random House, Alabama, USA.
Gaffar, Fakry. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud, 1998.
Gomes, Faustino Cardoso, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi offset, 2001.
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, Yogyakarta : BPFE, 2000.
Handoko, T. Hani & Reksohadiprodjo, Organisasi Perusahaan, Teori, Struktur, Dan Perilaku, Yogyakarta : BPFE, 2000.
Hardjito, D., Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Herbert Hicks G., & Gullet, Organisasi, Teori Dan Tingkah Laku, Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
115
Hunsaker, Phillip L., Teknik Pendampingan Dalam Memecahkan Masalah, Cet. XII, Penerbit Kanisius, Yokyakarta, 1987.
Indrawijaya, Adam, Perilaku Organisasi, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.
Indriyo Gitosudarmo & Sudito, Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta : BPFE, 2002.
Imron, Ali. Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah. Dalam Maisyaroh dkk, 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2004.
Jamaluddin. Mendiskusikan Kembali Eksistensi Madrasah,Logos Jakarta: Wacana Ilmu, 2003.
Kadarman, A.M. et.al., Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta ; Gramedia, 1996
Kotter, J.P. Faktor Kepemimpinan, Membangun Tim Manajemen Unggul, Jakarta; The Free Press, 1997.
Kotter, J. P. Faktor Kepemimpinan: Membangun Tim ManajemenUnggul. Jakarta: The Free Press, 1999.
Moleong L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Merril, I. R. and H. A. Drob, Criteria for Planing The Colleg and University Learning Resource Center, Washington DC : AECT, 1977.
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001.
, Perspektif Perilaku Birokrasi, Jakarta : Rajawali Press, 1991.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XVI, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007
M. Sukmono, Karangan Dalam Majalah Manajemen dan Usahawan, FEUI, No. 2/XXI/92.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yohyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Mudhoffir, Prinsip-Prinsip pengelolaan Pusat Sumber Belajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
116
Muhlisin, dkk., “Berharap Pada Kemandirian Madrasah” Jurnal Perta, Vol. VI/No.01/2003.
Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Remaja RosdaKarya. 2004.
Mulyadi. Pemeriksaan Kas, Pusat Pendidikan dan Latihan Anggaran.Jakarta: Prenada Media, 1992.
Mukhtar, M. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos, 2001.
M. Widjayakusuma Karebet, dkk., Pengantar Manajemen Syari’ah, Cet.1, Khairul Bayan, Jakarta, 2002.
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1996.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:Tarsito, 1996.
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Rahim, H. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos, 2001.
Saaty, L. Thomas, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta ; Pustaka Binaman Pressindo, 1993.
Shaleh, A. R. Pendidikan agama dan keagamaan. Jakarta: Gemawindu Pancareksa, 2000
Siagian , S.P., Filsafat Administrasi, Cet ke 3 Jakarta ; Gunung Agung, 2001.
Sostromidjoyo. Administrasi Keuangan. Yokyakarta: Radya Indria, 1998.
Sukmadinata dan Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Soenarto, Training Program Evaluation : Desain Dan Prosedur Evaluasi Program Pelatihan, CDIE, Yogyakarta, 2004.
Soewarso Hardjosoedarmo, Dasar-dasar Total Quality Manajemen, Yogyakarta, Andi Offset, 1997.
Stepen R. Cover, The Seven Habits of Hightly Efective People, Alih Bahasa Drs. Budiyanto, Gramedia Jakarta, t.th.
117
Stoner, James A.F., Management, Jilid 1, (Terjemahan), Jakarta ; Intermedia, 1992.
Sutarji, Administrasi Pendidikan, Surabaya : Usaha Offset Priting, 1993.
Tajudin Noer Efendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan, Yogyakarta ; PT. Tiara Wacana, 1989
Terry, George R. & Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, Diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu, Jakarta ; Bumi Aksara, 2001.
Turang Jan, Perencanaan Pendidikan, Yayasan Mapalus Matuari Minaesa (YM3), Tomohon, 2002.
UU No. 20 / 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Rajagrafindo Persada, Jakarta. 2005
Weiss, C.H., Evaluation Research: Methods for Assessing Program Effectiveness. Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc. 1993.
Widjayakusuma Karebet, dkk, Pengantar Manajemen Syari’ah, Cet.1, Khairul Bayan, Jakarta. 2002
Wursanto, I.G. Dasar-Dasar Manajemen Personalia, Cet ke 4 Pustaka Dian, Jakarta 2001.
Yanes. Introduction to shool Finance Technique and Social Policy. New York: Macmillan Publishing. 1995.
Zul Fajri dan Aprilia Ratu. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher, 2006.
118