Upload
rh-rafsanjany
View
456
Download
38
Embed Size (px)
DESCRIPTION
read it
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
Terapeutik (therapeutic) adalah terapi atau penyembuhan yang bukan hanya teori atau metode tetapi suatu konsep yang sifatnya penyembuhan sistim metobolisme alami tubuh manusia. Komunitas sendiri bukan hanya sekedar orang-orang, nama-nama, tetapi lebih pada individu bisa disebut juga lebih kearah menuju keluarga yang diharapkan yang mempunyai visi dan misi yang sama. Tujuan dari terapi ialah menciptakan ruangan yang memungkinkan untuk terjadinya penyembuhan, pemulihan dan merasa lebih baik. Tujuan utama dari Terapi Komunitas adalah bekerja dengan rasa peduli, ,melindungi setiap anggota, menjaga kesehatan fisik, mental dan emosional
Terapi Komunitas dapat di andaikan sebagai rantai, dengan masing-masing individu sebagai mata raintainya yang memiliki peran masing-masing. Untuk dapat mencapai tujuan, Terapi Komunitas harus dimulai dengan kata KITA. Masing-masing mata rantai mempengaruhi kesatuan dan keutuhan dari Terapi Komunitas. Jika satu mata rantai putus atau bermasalah, maka akan mempengaruhi keutuhan dan kesatuan yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Therapeutic Community (TC)
Menurut Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen
Sosial (2003:24), komunitas terapeutik adalah satu lingkungan dimana sekelompok individu
yang sebelumnya hidup ‘terasing’ dari masyarakat umum, berupaya mengenal diri sendiri
serta belajar menjalani kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip yang utama dalam hubungan
antar individu, sehingga mereka mampu mengubah perilaku yang selama ini tidak sesuai
dengan norma-norma sosial ke arah perilaku yang dapat diterima oleh norma masyarakat.
Dengan semangat kebersamaan yang tinggi, mereka saling mendukung dalam
mempersiapkan diri mereka untuk kembali ke masyarakat sebagaiwarga yang dapatberfungsi
sosial dan produktif.
The Therapeutic Community (TC) adalah gaya pengobatan yang melibatkan
keseluruhan pribadi dalam proses pemulihan dan tantangan individu untuk memiliki
kehidupan yang penuh positif dengan hubungan yang mendukung sehat dan bekerja dengan
memuaskan. (DAYTOP)
Therapeutic Community (TC) untuk pengobatan kecanduan didefinisikan sebagai
berikut:‘A Therapeutic Community is a drug-free environment in which people with addictive
(and other) problems live together in an organized and structured way in order to promote
change and make possible a drug-free life in the outside society. The Therapeutic Community
forms a miniature society in which residents, and staff in the role of facilitators, fulfil
distinctive roles and adhere to clear rulea, all designed to promote the ttransitionalprocess of
the residents’. (ottenberg 1993 in Wendy Gibbons,2002:2) 19
Dijelaskan dari pengertian diatas bahwa, Therapeutic Community(TC) adalah
lingkungan yang bebas dari narkoba, dimana para pengguna yang mengalami ketergantungan
akan narkoba hidup secara bersama secara terorganisasi dan terstruktur yang memiliki tujuan
yang sama yaitu berubah dan membuktikan ke masyarakat luar bahwa sudah bersih dari
narkoba. Therapeutic Community (TC) membentuk miniatur dari masyarakat, dimana ada
penduduk, kemudian staf yang berperan sebagai fasilitator.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Therapeutic Community (TC)
yaitu suatu lingkungan terdiri dari korban penyalahgunaan narkoba yang berkumpul secara
terorganisasi dan terstruktur yang mempunyai masalah yang sama dan memiliki tujuan
yang sama yaitu berubah dan membuktikan ke masyarakat luar sudah bersih
dari narkoba, mereka saling bantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
Selain itu Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen
Sosial (2003:25) menjelaskan empat struktur dalam Therapeutic Community (the Four
Structure) sebagai berikut:
1. Perubahan perilaku (Behaviour Modification)
Dalam hal ini pembentukan perilaku yang positif dihasilkan melaluicara atau teknik
khusus. Residen mempelajari teknik-teknik yang ada dengan menggunakan tools of the
house secara benar. 20
2. Penanganan aspek psikologis dan emosi (Psychological and Emotional)
Pengendalian emosi dan psikologi dilakukan melalui kelompok static group (kelompok
tetap), teguran oleh rekan sebaya apabila emosi tidak terkendali.Dengan pengendalian
emosi dan psikologis ini diharapkan residen mengalami perubahan persepsi,pemahaman
diri,pengembangan harga diri dan latihan pengendalian emosi.
3. Penanganan aspek intelektual dan spiritual (Intellectual and Spiritual)
Pengembangan pemikiran dan kerohanian residen menggunakan cara memberikan
seminar tentang pendidikan bahaya narkotika, bahaya HIV/AIDS,memberikan contoh,
rekreasi dan penerapan nilai-nilai agama. Dengan pengembangan pemikiran tersebut
diharapkan residen mengalami perubahan pola pikir.
4. Peningkatan keterampilan hidup dan vokasional (Survival and Vocational)
Keterampilan kerja dan keterampilan bersosialisasi serta bertahan hidup memiliki konsep
pembelajaran dalam lingkungan sosial yang berlandaskan kepada keterampilan diri
residen. Pengembangan ini memudahkan proses untuk diterima kembali oleh keluarga,
masyarakat, dan lingkungan umum.
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen Sosial
(2003:25) menjelaskan lima pilar program Therapeutic Communnity (The Five Pillars) 21
1. Konsep Lingkungan Keluarga Pengganti (Family milieu concept)
Konsep lingkungan keluarga pengganti bertujuan untuk menyamakan persamaan
dikalangan komunitas supaya bersama-sama menjadi bagian dari sebuah
keluarga.Lingkungan sosial dalam Therapeutic Community dianggap sebagai sebuah
keluarga di mana setiap stafserta residen merupakan anggota yang mempunyai hak dan
kewajiban.
2. Tekanan Teman Sebaya (Peer pressure reversal)
Para residen yang sebelumnya mempunyai kecenderungan untuk mengajak rekan sebaya
melakukan hal-hal yang negatif dibimbing oleh rekan sebaya lain untuk saling
mendorong dan menciptakan suasana yang kondusif untuk mewujudkan perbuatan yang
positif. Proses ini mengutamakan tekanan dari teman sebaya dalam kelompok.
3. Sesi-sesi Teraputik (Therapeutic sessions)
Sesi terapi bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dari
residen dalam rangka membantu dalam proses kepulihan. Setiap kegiatan yang dilakukan
residen selalu diarahkan untuk membentuk perilaku antara lain disiplin, tanggungjawab,
dan kepedulian untuk mendukung proses pemulihan mereka.
4. Sesi-sesi Keagamaan dan Spiritual (Religious and spiritual sessions)
Kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan keyakinan
mereka. Serta untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama yang mereka
anut.22
5. Menjadi Panutan (Role modeling)
Menjadi panutan memiliki maksud bahwa setiap residen belajar menjadi panutan bagi
residen yang lain sehingga di masa mendatang mampu memberikan keteladanan. Proses
pembelajaran menjadi panutan memudahkan residen belajar dan mengajar mengikuti
ketauladanan residen yang sudah sukses.
Yang dibutuhkan pada Terapi Komunitas
1. Sebuah rasa komunitas.
Komunitas merupakan bagian dari lembaga atau program kelembagaan dan lebih
penting, dari pengguna narkoba lingkungan. Terapi Komunitas mengandung suatu ruang
untuk mempromosikan rasa kesamaan selama kegiatan kolektif. Pengobatan atau layanan
pendidikan (kecuali individukonseling) harus disampaikan dalam komunitas sebaya.
2. Tim atau Staff pada Terapi Komunitas.
Tim medik pada Terapi Komunitas berperan melayani sebagai peran positif dengan
menunjukkan perilaku yang diharapkan dan mencerminkan nilai-nilai dan ajaran masyarakat.
Tim yang melayani pada Terapi Komunitas, dilatih untuk tujuan memberikan bantuan secara
aktif, memberi dukungan, memberikan informasi secara langsung, memberikan pendidikan
serta membimbing masyarakat, keluarga dan kelompok-kelompok lainnya agar mereka dapat
mengetahui bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah adiksi,
Hepatitis C, dan HIV/AIDS, bersama teman-teman dan keluarga mereka. Kekuatan
Komunitas untuk pembelajaran sosial bersandar pada jumlah dan kualitas yang model peran
positif.
3. Bekerja sebagai terapi dan pendidikan.
Konsisten dengan pendekatan swadaya Terapi Komunitas, semua anggota dari Terapi
Komunitas bertanggung jawab untuk sehari-hari dalam hal manajemen fasilitas, dan
pekerjaan yang dirancang untuk pendidikan dan efek terapi.
4. Kelompok sebaya pertemuan, pelatihan kesadaran, dan pelatihan pertumbuhan emosi.
Sesi pertemuan adalah terapi utama untuk kesadaran kelompok dan mempertinggi
sikap tertentu atau pola perilaku yang perlu diubah. Kelompok-kelompok lain fokus pada
membantu anggota, mengidentifikasi perasaan dan mengekspresikan mereka secara tepat
dan konstruktif.
Perspektif Therapeutic Community
Berdasarkan perspektif Therapeutic Community menurut Direktorat Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen Sosial (2003:27-51) terbagi menjadi empat
prespektif, yaitu:
1. Perspektif Therapeutic Community Terhadap Adiksi
Adiksi dipandang Therapeutic Community sebagai gangguan kompleks yang
mempengaruhi berbagai aspek dan fungsi seseorang. Gangguan tersebut dapat berupa
munculnya masalah dalam cara berfikir, gangguan perasaan, pola pikir yang tidak
realistik dan tidak terorganisasi, nilai-nilai kehidupan yang tidak jelas dan kurangmantap,
kurang keterampilan sosial dan vokasional dan kualitas moral dan spiritual yang
rendah. Dalam pelaksanaan Therapeutic Community, residen dianggap baru memulai
proses pemulihan apabila mempunyai sikap tanggungjawab terhadap perilaku dan gaya
hidup, oleh karena itu mereka dibimbing untuk: 23
a. Mampu mengambil keputusan yang benar dan pilihan yang tepat dalam hidup
b. Menerima bahwa mencapai pemulihan itu adalah tanggungjawab mereka
c. Meningkatkan komitmen untuk berubah
d. Membulatkan tekad untuk terus hidup bebas narkoba, mampu membian gaya hidup
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.(Depsos,2003:29)
Dalam perspektif Therapeutic Community terhadap adiksi, menurut peneliti tidak
hanya sugesti yang mempengaruhi untuk kesembuhan individu dalam terbebas dari
pengaruh narkoba.Tetapi juga komitmen, tekad yang kuat untuk terus hidup bebas dari
narkoba dan mengubah pola hidup itu sendiri.“...bahwa adiksi tidak hanya sugesti,
toleransi dan gejala putus zat yang dapat ditangani lewat perawatan
medik, tapi melibatkan pengaruh penyalahgunaan narkoba dalam pikiran, emosi dan
perilaku residen..” (Depsos, 2003: 30)
2. Perspektif Therapeutic Community Terhadap Penyalahguna Narkoba
Sebagaimana dikemukakan Depsos (2003:31-36) bahwa persepsi Therapeutic
Community didasari oleh empat hal yang ditinjau dari profil umum penyalahguna
narkoba, yaitu sebagai berikut:
a. Ciri-ciri kognitif dan perilaku para penyalahguna nakoba
Ciri kognitif dan perilaku para penyalahguna narkoba, ditandai dari tingkat
kewaspadaan mereka yang rendah. Mereka sering terhalang oleh kemampuan
berpikir tentang resiko-resiko yang akan timbul yang disebabkan oleh pengalihan
perhatian dan 24 perilaku. Ketidakmampuan membuat penilaian yang
tepat merupakan ciri lain, ciri ini sangat nyata dalam konteks mengambil keputusan,
memecahkan masalah dan memikirkan konsekuensi dari perbuatan mereka.
b. Ciri-ciri persepsi para penyalahguna narkoba
Tingkat harga diri (self esteem) yang rendah dan identitas sosial yang negatif
merupakan ciri persepsi para penyalahguna narkoba. Pengalaman masa kecil dan
lingkungan sosial yang memberikan dampak buruk bagi penyalahguna dapat
menyebabkan terbentuknya identitas sosial yang negatif.Bahkan dampaknya
mereka tidak mampu mengenal diri mereka sendiri yang sesungguhnya.
c. Ciri-ciri emosi para penyalahguna narkoba
Penyalahguna narkoba yang kesulitan untuk mengungkapkan, merasakan dan
merespon perasaan mereka sendiri. Sehingga berdampak melakukan hal-hal yang
negatif apabila tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Emosi yang labil
karena mudah tersinggung sehingga mereka memiliki sifat yang tertutup.
d. Ciri-ciri sosial penyalahguna narkoba
Sikap merasa berhak untuk memiliki sesuatu, sikap yang
tidakbertanggungjawab,pertanggungjawaban terhadap perilaku serta tindakan, dan
tindakan yang selalu merusak kepercayaan orang lain merupakan ciri-ciri sosial
penyalahguna narkoba. 25
3. Perspektif Therapeutic Community Terhadap Pemulihan
Perspektif Therapeutic Community pemulihan adalah posesperubahan identitas dan gaya
hidup. Adiksi dipandang sebagai gangguan/penyakit kronis dan karena itu pemulihan
lebih bersifat relatif dan makin baik.(Depsos,2003:37).
Proses pemulihan merupakan proses yang penting, dimana seorang residen yang
benar-benar sembuh dan menemukan kembali identitas diri serta perubahan gaya hidup.
Dalam proses pemulihan, motivasi, kesediaan dan komitmen merupakan faktor yang
timbul dari dalam diri individu yang sangat penting untuk kelancaran proses
pemulihan. “Motivasi yang berasal dari faktor luar hanya cukup dapat mendorong
seseorang untuk menjalani program perawatan dan rehabilitasi, tapi
belum dapat memastikan kemampuannya untuk memepertahankan pemulihan dalam
jangka panjang” (Depsos,2003:38)
Model Therapeutic Community secara terencana menggabungkan aspek-aspek
proses pembelajaran multidimensi sebagai pemulihan, diantaranya:
a. Pembelajaran pengetahuan (cognitive learning), seperti mengubah pola
pikir,membetulkan persepsi, memantapkan kemagiran membuat keputusan dan
memantapkan kemahiran memecahkan masalah.
b. Pembelajaran menyangkut perasaan (emotional learning), seperti belajar
mengungkapkan perasaan (assertiveness training), belajar mengelola perasaan
(emotion management).
c. Pembelajaran pembentukan perilaku (behavioural learning), seperti usaha
menghapuskan perilaku yang asosial dan antisosial, mengembangkan perilaku yang
pro-sosial,26 mempelajari dan memantapkan kembali kemahiran antar
personal.(Depsos,2003:43).
4. Perspektif Therapeutic Community Terhadap Peran Keluarga
Dalam perspektif Therapeutic Community terhadap peran keluarga memiliki tujuan
yaitu:
a. Menyediakan wadah bagi orang tua untuk memperoleh dukungan.
b. Menyediakan sarana bagi orang tua untuk belajar cara-cara yang efektif untuk
menyelesaikan masalah penyalahgunaan narkoba di dalam keluarga.
c. Memberdayakan orang tua untuk mampu mengembalikan keharmonisan di dalam
keluarga.
d. Membina orang tua untuk menjadi pendukung proses pelayanan (Depsos,2003:48)
Tujuan tersebut berdasar dari pemikiran bahwa setiap keluarga memberikan pengaruh
yang besar terhadap penyalahgunaan narkoba dan pemulihannya. Proses pelayanan yang
efektif, khususnya untuk remaja harus melibatkan anggota keluarga terdekat dengan
penyalahguna narkoba (Depsos,2003:48).
Komponen Program Therapeutic Community
Komponen program menurut Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban
Napza Departemen Sosial (2003:158-207) dapat diklasifikasikan menjadi jadwal harian
(daily schedule) dan kelompok (group) di mana intensitas penerapannya dibedakan antara
tahap primarydan re-entry (lebih intens dilakukan pada primary).
1. Jadwal Harian (Daily Schedule)
Jadwal harian disusun dengan tujuan agar residen dapat kembali ke pola hidup sehat.
Dibuat untuk mengatur seluruh kegiatan residen selama24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
Jadwal harian disusun memuat kegiatan atau rutinitas yang dimulai dari bangun pagi hingga
tidur kembali dan mengkondisikan residen untuk melakukan aktifitas
secara berkelompok.Jadwal harian menuntut agar residen dapat bertanggungjawab serta
disiplin atas kegiatan yang telah disusun.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Korban Napza Departemen Sosial (2003:159-162),Jadwal harian (Daily Schedule) terdiri dari
beberapa kegiatan diantaranya:
a. Bangun pagi (rising timewake up call). Residen harus bangun pagi sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Residen dituntut untuk membiasakan diri membereskan tempat
tidur.
b. Senam pagi (Morning exercise). Kegiatan olahraga di pagi hari ini bertujuan untuk
melemaskan otot dan syarat residen. Senam pagidipimpin oleh residen secara
bergantian.
c. Mandi (wash up). Kegiatan mandi ini bertujuan agar residenbertanggungjawab atas
kebersihan, kesehatan tubuh mereka dan menghargai diri sendiri hingga mulai terbina
rasa hormat terhadap diri sendiri.
d. Sarapan, makan siang, makan malam (Breakfast, Lunch, Dinner). Merupakan satu
kegiatan makan bersama seluruh residen.Dilaksanakan oleh Kitchen Department di
bawah pengawasan staf. Residen diharuskan mengenakan pakaian sopan.
Langkah pelaksanaan sebagai berikut:
i. Sebelum mulai makan harus berbaris/antri (line-up) sampai
seluruh residen berkumpul.
ii. Residen mengambil makanan dan minuman masing-masing
iii. Residen duduk bersama di meja makan
iv. Pengumuman (annoucement)
v. Doa bersama
vi. Makan
vii. Residen mengumpulkan peralatan makan yang telah dipakai pada tempat yang
disediakan oleh kitchen departement (gastronomy departement)
e. Tidur Siang (Siesta). Waktu yang disediakan untuk tidur siang bagi seluruh residen.
Bertujuan untuk memberikan waktu istirahat sejenak, sebelum melanjutkan kegiatan
berikutnya. Seluruh residen harus masuk kamar pada waktu tidur siang serta
menjaga ketertiban suara.
f. Istirahat (Break). Penghentian sejenak dari suatu kegiatan yang
sedangberlangsung.Memberikan waktu istirahat sejenak kepada residen sebelum
melanjutkan kegiatan berikutnya.Para residen dapat merokok, membuat minuman, dan
makan snack sesuai kebiasaan panti.Harus dimulai dan diakhiri bersama-sama, tidak
boleh sendiri-sendiri.
g. Olahraga (Sport). Kegiatan olahraga dilakukan sesuai dengan jadwal, dilakukan baik di
dalam atau luar ruangan. Olahraga bertujuan agar residen dapat menjaga kekompakan
tim, serta mengembangkan minat,hobi dan bakat residen di bidang olahraga.
h. Jam Tidur Malam (Curfew). Jadwal waktu yang ditentukan untuk tidur di malam hari.
Menetapkan batas waktu untuk tidur (berhentinya seluruh aktifitas) bagi residen sesuai
dengan fasenya. Membiasakan residen untuk menjalankan pola hidup dan waktu istirahat
yang sehat dan normal. Sarana pembinaan kedisiplinan serta memberikan struktur pada
kehidupan residen. Jam curfew pada setiap fase dan/atau tahap proses pelayanan
disesuaikan dengan tanggung jawab yang diberikan.
Langkah pelaksanaan sebagai berikut:
i. Coordinator on duty memberikan komando pelaksanaan 10
menit sebelum waktu curfew.
ii. Residen menghentikan seluruh peralatan dan perlengkapan rumah tersimpan
secara benar dan dalam keadaan aman
iii. Seluruh residen segera masuk kamar tidur
2. Kelompok (Group) dan Perangkat Therapeutic Community
Kelompok (group) dan perangkat Therapeutic Communitymerupakan berbagai kegiatan
yang menunjang residen baik secara individu maupun kelompok untuk mengalami perubahan
ke arah yang lebih baik.Kelompok (group) dan perangkat Therapeutic Communityberfungsi
untuk membangun kesadaran (awareness) dari dalam diri 30
seorang residen. Kelompok (group) dan perangkat Therapeutic Community merupakan salah
satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan lainnya (Depsos,2003:162).
Sebagaimana dijelaskan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza
Departemen Sosial (2003:163), Kelompok (group)dan perangkat Therapeutic Community,
terbagi menjadi beberapa kegiatan:
a. House follow up/House chores. Kegiatan ringan seperti merapikan, membersihkan dan
mengembalikan segala sesuatunya ke tempat semula.
b. Free time/Free and Easy. Waktu di mana residen tidak melakukan kegiatan-kegiatan
secara terjadwal. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan waktu luang bagi residen
untuk melakukan aktifitas secara bebas.
c. Pre-Morning Meeting. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan
morning meeting. Mengidentifikasi serta mempersiapkan isu-isu hangat yang akan
dibahas di morning meeting.
d. Morning meeting. Diikuti oleh seluruh residen, dipimpin oleh staf untuk membahas hal-
hal yang sudah dilakukan selama 24 jam sebelumnya, dan merencanakan hal-hal yang
akan dilakukan selama 24 jam kedepan.
Tujuan dari morning meeting menurut Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Korban Napza Departemen Sosial (2003:164-165) yaitu:
i. Tempat dan waktu di mana seluruh residen di dalam satu panti merencanakan dan
memulai hari secara bersama-sama di samping mengulas (review) berbagai hal
selama 24 jam yang lalu.
ii. Kesempatan bagi seluruh residen untuk membahas isu, pull up, awareness dan
concern.
iii. Kesempatan untuk memberikan annuncements, pull upserta menginformasikan
berita mengenai kejadian di dalam maupun di luar panti, yang berkaitan dengan
proses pelayanan.
iv. Mengidentifikasi suasana dan sikap seisi panti.
v. Melatih residen untuk dapat mengeluarkan pendapatnya di dalam
forum.
Dalam morning meeting ada beberapa tujuan, yaituresiden dikumpulkan dalam suatu
tempat dan waktu yang sama untuk melakukan share, morning meeting sebagai ajang untuk
membahas isu yang hangat, serta melatih residen agar berani untuk
mengungkapkan pendapatnya di dalam kelompok.
i. Langkah pelaksanaan morning meeting menurut Direktorat Pelayanan dan
rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen Sosial (2003:165-169)
yaitu: Pembacaan falsafah tertulis Therapeutic Community (The Creed)
secara bersama-sama. Hal lain dapat dilakukan: Pembacaan doa, pembacaan ikrar
panti.
ii. Check check/ Belly check. Tergantung pada besarnya group, seluruh atau beberapa
residen yang menyediakan diri berbagi pikiran dan perasaannya pada saat itu. Jika
ada perasaan yang masih mengganjal akan diselesaikan melalui konseling.
iii. Community business.
(1) Anncouncements. Ucapan selamat datang bagi anggota dan/atau staf baru; Bagi
yang akan homeleave untuk pertama kalinya;General information;Tamu yang akan
berkunjung ke panti untuk hari ini; Hari ulang tahun, peringatan hari mulai berhenti
meggunakan narkoba (setiap bulan); promosi ke fase program yang lebih tinggi atau
penurunan fase program;Sanksi serius selama masih dijalankan.
(2) Urusan Departemen. Scedule hari ini (perubahan,pengingatan
kembali); Pekerjaan khusus yang memerlukan perhatian khusus dalam panti
(misalnya perbaikan); Peralatan dan perlengkapan yang memerlukan perhatian
(hapir habis, sudah habis, cara pemakaian dll).
iv. Community Concern. Pull up ditujukan kepada perilaku individu atau kelompok,
bukan kritik tetapi permintaan untuk menyadari dan mengidentifikasi perilaku yang
negatif, harus disebutkan perilaku seperti apa yang seharusnya dijalankan dan
komitmen untuk berubah.
v. Acknowledgements. Mengenali dan mengkomunikasikan, memuji, mengucapkan
terima kasih atas perilaku, sikap dan pekerjaan yang baik, performa kerja, bantuan
yang telah diberikan dan usaha yang sungguh-sungguh untuk berubah kepada
residen secara individu maupun kelompok.
vi. Up Rituals. Commitments, residen dapat menyampaiakan motivasi mereka kepada
group dengan melakukan berbagi (sharing) tujuan khusus untuk hari ini, berfokus
kepada perubahan sikap dan menghadapi ketakutan residen menyampaikan
komitmen.
vii. Tema hari ini (diambil dari filosofi tak tertulis/unwritten
philosophy)
viii. Berita lokal,internasional,olahraga, dan ramalan cuaca
ix. Cerita lucu,lagu, puisi dan group games
x. Pemantauan proses morning meeting. Penekanan kepada suasana,
mood, dan motivasi secara keseluruhan, emosi yang mendasar atau
tersembunyi.
xi. Ritual penutupan (closing ritual). Satu bentuk penutupan untuk mengakhiri setiap
morning meeting. Dilaksanakan dengan pembacaan serenity prayer/doa kedamaian
12 step, pembacaan doa, dan meneriakan slogan yang bersemangat (yell).Dalam
pelaksanaan morning meeting, terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yaitu
pembacaan falsafah,check check,Community business, community concern,
aknowledgements, up ritual, berita, cerita, pemantauan, dan ritual penutupan.
e. Job Function. Kegiatan membersihkan, merapikan, dan mengatur kamar minimal satu kali
setiap pagi hari (sesuai program dankebiasaan) yang dilakukan secara bersama.
Terstruktur, hirarkis sesuai struktur rumah/departemen. Penugasan kerja diserahkan
kepada departemen masing-masing. Membiasakan residen untuk bekerja secara tim dan
terstruktur. Membina rasa tanggungjawab atas pekerjaan yang ditugaskan. Menumbuhkan
rasa memiliki (sense of belonging) atas lingkungan tempat tinggalnya. Tidak
diperkenankan merokok sebelum waktu job function selesai.
f. Group Confrontation/Family Confrontation. Confrontation yang dilakukan dalam group
dan bersifat normal. Menciptakan tekanan (pressure) yang cukup besar untuk mendorong
residen agar berubah ke arah yang lebih baik sesuai program. Membantu residen
untuk bercermin kepada sikap dan/atau perilaku satu sam alian terutama yang menunjang
pemulihannya. Menumbuhkan motivasi dan komitmen residen yang bersangkutan untuk
senantiasa berusaha agar sikap dan/atau perilakunya lebih menunjang pemulihannya.
Prinsip utama confrontation ini adalah bahwa yang diconfront merupakan murni sikap
dan/atau perilakunya yang tidak/kurang menunjang pemulihannya.
g. Encounter Group. Sebuah sarana di mana seorang residen dapat berbagi secara terbuka
mengekspresikan perasaan, pengamatan, dan kepedulian satu dengan yang lain dan
meyelesaikan konflik pribadi mereka. Melatih residen berani secara terbuka
mengekspresikan perasaannya terhadap residen lain. Melatih residen untuk
menerima ekspresi perasaan yang secara keras diberikan. Menyelesaikan konflik pribadi
secara terbuka. Mengindari berbicara negatif di belakangorang yang bersangkutan (bad
rap) dan dendam. Membuat residen menyelesaikan masalah tanpa harus melakukan
kekerasan fisik.
h. Wrap up/Evening wrap up. Ritual mengakhiri jalannya kegiatanharian (daily schedule)
dalam satu hari. Mencegah adanya perasaan yang mengganjal sebelum residen berangkat
tidur. Membina kesadaran (awareness) residen atas kegiatannya hari ini. Wrap
up merupakan tempat dan waktu di mana para residen dapat berbagi perasaan, masalah,
pemikiran, pengetahuan, apa saja yang telah dipelajari serta insights (pencerahan,
menemukan sesuatu yang baru, pemahaman baru atau konfirmasi pemahaman) yang
didapat dari kegiatan selama satu hari penuh, juga merupakan kesimpulan dari hari yang
telah dijalani. Seluruh residen diharuskan untuk mendengarkan residen lainnya yang
sedang sharing.
i. Static Group.Suatu pertemuan residen dalam satu kumpulan yang dipimpin oleh para
konselor yang terlatih tentang rancangan rawatan perkembangan pribadi dan isu-isu yang
perlu dibicarakan.
j. Testimonies. Kesaksian atau pengungkapan seorang anggota komunitas di hadapan group
tentang pengalaman hidup yang berkaitan dalam menunjang proses pemulihannya.
Bersifat jujur dan terbuka tanpa mengarang cerita maupun keadaan.
k. Religious Activities. Menumbuhkan kembali kepercayaan residen terhadap agamanya.
Mengingatkan kembali kepada residen akanadanya kekuasaan Tuhan serta bagaimana
secara baik dan benar menjalankan ajaran-Nya.
l. Week End Wrap Up. Merupakan tepat di mana residen dan staf dapat bersama-sama
melakukan evaluasi atas apa yang telah dicapai selama satu minggu.
m. General Cleaning. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka membersihkan, merapikan, dan
mengatur kembali keadaan fisik dan lingkungan.
n. Confrontation. Prinsip dari confrontation adalah menolong residen lain yang sikap atau
perilakunya kurang menunjang pemulihannya, bukan untuk menjatuhkan perasaan orang
namun dituntut harus menghargai.
o. Coordinator Meeting. Forum pembahasan masalah para residen senior.
p. Relapse Prevention Training. Merupakan sarana pembinaan pengetahuan, pemahaman
serta kemampuan residen mengenai segala hal yang berkaitan dengan slip relase.
q. Sparepart. Peringatan keras kepada residen bahwa sikap dan perilakunya telah mencapai
tingkat yang secara prinsip berlawanan dengan nila-nilai program.
r. Homeleave. Merupakan sarana bagi residen untuk menjalani proses sosialisasi di luarpanti
sesuai dengan tingkat kemajuan pemulihan/recovery yang dicapainya selama menjalani
program.
s. Time off. Pemberian dispensasi tidak mengikuti jadwal harian (daily schedule),
berdasarkan penilaian staf atas kondisi residen yang dipandang tidak memungkinkan
mengikuti kegiatan panti sehari-hari karena alasan kesehatan (fisik maupun psikologis).
t. Phase Promotion (Naik Fase). Peningkatan status fase residen karena sikap dan/atau
perilaku yang dianggap memenuhi kriteria fase berikutnya.
u. Phase Demotion (Penurunan Fase). Penurunan status fase residen karena sikap dan/atau
perilaku yang tidak sesuai dengan fasenya saat itu.
v. Sanctions Tools. Seperangkat bentuk sanksi berurutan (paling ringan adalah spoken to,
yang terberat adalah haircut) yang diberikan kepada residen atas pelanggaran atas
penyimpangan terhadap program pemulihannya melalui suatu panel.
- Spoken to (ST): menginformasikan secara lisan kepada residen yang
bersangkutan mengenai sikap dan/atau perilakunya yang menyimpang (bahasa
yang digunakan bersifat umum, tidak terlalu memojokkan/ekspresif).
- Dealt with (DW): menginformasikan kepada residen yang bersangkutanmengenai
sikap dan/atau perilakunya yang menyimpang dan telah dilakukan berulang setelah
melalui proses spoken to, dan diberikan sanksi (dapat diberikan menggunakan
bahasa yang lebih ekspresif daripada spoken to).
- Haircut (HC) : peringatan keras yang diberikan kepada residen yang masih
melakukan penyimpangan setelah proses sanksi ST dan DW (dapat diberikan
menggunakan bahasa yang ekspresif disertai bentakan.
w. Pull up. Merupakan suatu perangkat yang dapat membangun kepedulian dan tanggung
jawab seorang residen terhadap lingkungannya. Pull up adalah kata-kata lisan yang keras
menegur sikap seseorang atas tindakannya.
x. On Chair. Merupakan satu bentuk pembelajaran kepada residen di mana seorang residen
duduk di sebuah kursi dan menghadap tembok yang terdapat the creed dan/atau unwritten
philosophy.
y. Accountibility. Merupakan sebuah bentuk pertangungjawaban tertulis terhadap tugas dan
kewajiban yang berkaitan kepada permohonan yang akan diajukan residen.
z. Learning Experience. Merupakan sstu bentuk proses pembelajaran yang diberikan kepada
residen, yang berkaitan dengan tingkah laku negatif. Proses pembelajaran tersebut dapat
berupa: written assignment/theme writing (tugas tertulis/paperwork), Oral
assignment (disampaikan secara lisan), pekerjaan fisik lainnya
(membersihkan, membereskan dll), bentuk-bentuk sanksi lainnya sesuai pelanggaran dan
kebiasaan.
aa. Probe. Merupakan satu group terapi yang dibuat untuk mengenali lebih dalam
berbagai masalah dan isu yang menghambat perkembangan dan kematangan
mental dan emosi residen.
bb. Extended Group dan Marathon. Bertujuan membongkar lebih dalam lagi berbagai
rahasia dan mendorong residen untuk mengungkap segala rasa sakit dan trauma
lama (old traumas and pain), sehingga seorang residen dapat belajar mencari jalan
keluarnya.
cc. Ban. Perangkat ini digunakan bila terjadi pelanggaran oleh seorang atau
sekelompok residen. Dilakukan dengan cara menarik hak-hak residen.
dd. Job Change. Merupakan satu perangkat untuk memberikan tanggung jawab yang
lebih dan penghargaan atas performa yang telah ia tunjukkan bagi dirinya sendiri
dan kepada komunitas.
ee. Jargon/Terminology. Merupakan kumpulan kata-kata yang digunakan dalam
menjalankan program Therapeutic Community. Kata-kata ini berfungsi sebagai
pembentukan budaya baru yang lebih baik serta menunjang pemulihan dirinya
melalui komunitas.
Tahapan Rehabilitasi Narapidana Pengguna Narkoba
Pelaksanaan rehabilitasi bagi pengguna narkoba bertujuan untuk dapat dipulihkannya
kondisi mental psikologis dan kondisi sosial serta pulihnya fungsi kualitas sosial melalui
rehabilitasi medis/non medis,pembinaan sikap dan moral sehingga mereka dapat hidup
secara wajar ditengah-tengah masyarakat serta menjadi manusia yang berguna, produktif dan
berkualitas.
Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat Sub Dinas Pemulihan Sosial (2003:10) menjelaskan
langkah-langkah dalam proses rehabilitasi bagi pengguna narkoba dibagi dalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Penerimaan
Tahap ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaaan awal untuk menetukkan diagnosis
awal atau rencana tindakan yang meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.
b. Tahap Detoksifikasi
Fokus utama dalam tahap ini adalah mengatasi kondisi putus zat (withrdawal) sehingga
pasien bersih dari metabolit (sisa metabolisme zat). Sasaran dari detoksifikasi adalah klien
yang masih menggunakan napza (narkoba) dalam satu minggu terakhir.
c. Tahap Pra Rehabilitasi
Tahap ini residen sudah selesai menjalani detoksifikasi dari kondisi fisik, mental dan
emosional secara umum sudah teratasi yang bertujuan mempersiapkan dan memantapkan
klien untuk mengikuti program rehabilitasi yang terdiri dari perbaikan kesehatan fisik,
menstabilkan kondisi mental dan emosional, membangkitkan motivasi bagi klien yang masih
ragu-ragu, penilaian fisik maupun psikologis, membangkitkan motivasi bagi klien yang masih
agu-ragu dalam menjalani rehabilitasi, pengenalan metode program rehabilitasi dan
pengenalan program pencegahan kekambuhan.
d. Tahap Assesmen
Tahap assesmen ini bertujuan untuk mengumulkan data-data residen secara keseluruhan
yang berkaiatan dengan latar belakang, masalah klien, pemecahannya sehingga dapat
mendapatkan informasi dan data menggenai latar belakang masalah residen yang meliputi
bakat, minat, potensi yang dimiliki, kemampuan, harapan dan rencana masa depan, yang
dapat digunakan untuk mendukung upaya pemecahan serta upayaupaya lain untuk
mengembangkan kemampuan klien.
e. Tahap Pembinaan dan Bimbingan
Tahap ini meliputi segi fisik dan mental psikologik, dalam hal pembinaan fisik memiliki
tujuan agar memulihkan kesehatan dan kesegaran jasmani residen serta mengembangkan
displin residen. Sedangkan dalam tahap bimbingan terdiri dari bimbingan mental psikologik,
bimbingan moral dan keagamaan, bimbingan sosial, dan pelatihan keterampilan
usaha/kerja/sekolah.
Bimbingan mental psikologik, bertujuan agar tumbuh dan terbentuknya kondisi
psikis, emosional, intergritas, dan disiplin diri serta mantapnya sikap mental klien.
Bimbingan moral dan keagamaan, bertujuan meningkatkan kemampuan menjalankan ibadah
agama, meningkatkan ketahanan sosial klien terhadap pengaruh buruk lingkungan sosialnya
dan mampu berinteraksi sosial secara wajar.
Bimbingan sosial bertujuan memulihkan dan mengembangkan tingkah laku positif klien,
sehingga mereka mau dan mampu melakukan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar
dan dapat menjalin relasi dengan anggota keluarga dan masyarakat.
Bimbingan keterampilan bertujuan meningkatkan kemampuan residen
dalam berbagai jenis keterampilan usaha/kerja untuk menunjang kebutuham masa depannya
dan atau melanjutkan pendidikannya.
Dengan demikian tahap dalam melaksanakan rehabilitasi hendaknya disesuaikan
dengan tingkatan usia dari residen itu sendiri agar tepat dalam penanganan sehingga program
dapat berjalan dengan baik.
Rehabilitasi Narapidana Pengguna Narkoba Melalui Therapeutic
Community
1. Proses Konseling Narapidana Pengguna Narkoba Dalam Therapeutic Community
Konseling merupakan bagian penting dalam Therapeutic Community terutama untuk
membantu residen mengatasi berbagai permasalahan psikososial yang dialaminya. Konseling
adalah suatu proses interaktif yang dicirikan dengan suatu hubungan yang unik
antara konselor dan residen yang menuju pada perubahan dalam ciri residen dalam satu atau
lebih hal sebagai berikut:
a. Perilaku
b. Keyakinan-keyakinan(cara-cara menafsirkan atau menguraikan realitas, termasuk
tentang diri sendiri).
c. Kemampuan untuk mengatasi situasi-situasi kehidupan untuk memaksimalkan
kesempatan-kesempatan dan meminimalkan kondisi-kondisi lingkungan yang
merugikan.
d. Tingkat emosi yang menyusahkan (Depsos,2003:54). Dalam hal ini ada empat ciri
perubahan yang terjadi dari residen yang telah melakukan konseling dengan konselor,
yakni perubahan perilaku, keyakinan-keyakinan, kemampuan untuk mengatasi
situasi lingkungan, dan mengontrol tingkat emosi residen yang berubah-ubah. Setelah
konseling baru akan terlihat sangat jelas apa yang dirasakan, dialami oleh residen.
Tujuan konseling menurut Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Korban Napza Departemen Sosial (2003:55) terbagi dua,yaitu:
i. Tujuan hasil adalah bahwa konseling menuju pada perubahan dalam diri
individu/residen. Konseling individual maupun konseling kelompok mengekspresikan
maksud pengembangan (berorientasi pada pertumbuhan personal) dan
perbaikan (berorientasi pada pemecahan masalah).
ii. Tujuan proses, yaitu berkisar pada pengembangan kepercayaan diri, pengetahuan,
keterampilan maupun sikap residen dan juga konselor itu sendiri. Tujuan proses
kadang-kadang digambarkan berkenaan dengan kegiatan konselor, pada waktu yang
lain berkenaan dengan pengaruh-pengaruh yang dialami oleh residen.
Pendapat diatas menjelaskan, bahwa tujuan dari konseling yaitu
tujuan hasil dan tujuan proses. Tidak hanya hasil yang dinilai tetapi juga proses bagaimana
seorang residen itu dapat mengalami perubahan bagi diri sendiri.
Proses konseling menurut Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza
Departemen Sosial (2003:57-63) terbagi menjadi tiga, yaitu:
i. Pengungkapan Tahap Awal (Initial Disclosure)
Pada awal konseling, konselor dan residen tidak saling mengenal, walaupun mungkin
sebelumnya pernah bertemu dalam satukesempatan tertentu atau memang sama sekali
belum pernah. Tugas yang harus dilakukan oleh konselor pada awal konseling
adalahmemperhatikan secara hati-hati kata-kata dan tindakan residen, perhatikan
sikap badan, ekspresi wajah, dan kontak mata.Konselor mengamati tingkah laku
residen yang mengindikasikan isi dan perasaan yang mungkin tidak terucapkan secara
verbal.Tanda-tanda kegelisahan, nada suara, gagal dalam memelihara kontak
mata. Ada lima kondisi yang dapat membentuk kepercayaan residen terhadap
konselor yaitu:
a) Empati (empathy), memahami pengalaman atau perasaan orang lain/residen.
Empati menunjukkan kecermatan konselor untuk memberikan umpan balik
(feedback) mengenai perasaan residen.
b) Kesesuaian dan keaslian/kesejatian (congruence or genuineness), terdiri dari
kejujuran dan keterbukaan konselor terhadap residen. Konselor menjadi dirinya
sendiri dan bertindak konsisten selama proses pertolongan.
c) Memandang positif (positive regard) dan memperhatikan residen.
d) Tidak menetapkan kondisi tertentu dalam memberikan pertolongan kepada
residen, misalnya dengan menyatakan saya akan setuju dengan kamu jika kamu
mengerjakan apa yang saya inginkan.
e) Kejelasan (conctreeness), menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk
menjelaskan situasi kehidupan residen. (Depsos,2003:58)
Pendapat diatas menjelaskan bahwa lima kondisi seperti empati, kesesuaian,
memandang positif, tidak menetapkan kondisi tertentu dan kejelasan adalah kondisi
yang bisa dilakukan seorang konselor agar dapat membentuk kepercayaan residen
terhadap diri konselor. Setelah rasa kepercayaan muncul, maka konselor akan lebih
mudah untuk memahami apa yang dirasakan, dialami oleh residen. Sehingga
proses konseling akan berjalan lancar dan tanpa paksaan.
ii. Eksplorasi Lebih Mendalam (In-depth Exploration)
Pada tahap ini residen sudah mulai memahami permasalahan yang dihadapinya dan
mulai untuk mencari pemecah permasalahannya. Senada dengan “Residen akan
mencari pemahaman yang lebih jelas mengenai kehidupannya dan mulai merumuskan
suatu pengertian yang baru tentang harapan dan arah
pemecahan mfaasalah”(Depsos,2003:59). Residen sudah memiliki pemikiranyang
terbuka, dan berpikir jernih untuk mencari solusi permasalahannya.
iii. Komitmen untuk melakukan kegiatan (Commitment to Action)
Tugas pertama pada tahap ketiga ini adalah merumuskan tujuan yang ingin
dicapai.Kapan memulai dan kapan mengakhirinya. Komitmen yang kuat dari
keduanya untuk menampilkanperilaku/tindakan sesuai dengan tujuan pemecahan
masalah yang ingin dicapai harus nampak jelas terlihat.
2. Proses Pelayanan narapidana pengguna narkoba dalam Therapeutic Community
Proses pelayanan dalam Therapeutic Community menurut Direktorat Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Korban Napza Departemen Sosial (2003:96) dilakukan melalui beberapa
tahap yaitu intake, induction, primary, re-entry dan after care. Secara lebih rinci tahapan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Intake Process
Proses intake merupakan tahap pertama dilakukan untuk mengenal
calon-residen dan memberikan informasi tentang panti kepada calon residen,
keluarganya
b. Induction
Induction merupakan tahap dimana residen masuk kedalam
lingkungan panti setelah ia menjalani tahap intake. Dalam tahapini, pekerja sosial dan
staf membimbing residen untu menjalani transisi dari kehidupan luar panti ke dalam
lingkungan panti untuk menjalani proses pelayanan serta mengkondisikan residen
untuk memasuki tahap Primary.
c. Primary Stage
Tahap primary merupakan tahap dimana residen memasuki proses
pelayanan. Tahap ini bertujuan untuk memperkuat kondisi stabil yang telah dicapai
pada tahap induction. Dalam tahap primary terdapat beberapa fase sesuai dengan
kemampuan residen untuk menyelesaikan proses pelayanan, meliputi:
i. Younger member (1-3 bulan): merupakan fase awal pada program primary,
terdiri atas para residen yang dinilai telah siap untuk mengikuti proses
pelayanan Primary.
ii. Middle Peer (1-2 bulan): pada fase ini residen diharapkan dapat menunjukkan
performa yang cukup baik sebagai role model untuk residen yang berada pada
fase dibawahnya serta menunjukkan perkembangan yang memuaskan dalam
pelaksanaan program pelayanan sehari-hari.
iii. Older member (1-2 bulan): merupakan fase akhir program primary, dimana fase
ini residen diharapkan menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang baik dan
mampu menjadi panutan bagi keseluruhan residen yang berada pada fase
Primary.
d. Re-entry, yaitu suatu tahap dimana residen dilatih untuk bergabung dengan keluarga,
lingkungan masyarakatnya lingkungan sekolah dengan tujuan meningkatkan
kemampuan interaksi residen dengan lingkuangan sosialnya.
e. After Care atau pembinaaan lanjut yaitu suatu tahap dimana residen residen telah
selesai mengikuti program dan disebut sebagai alumni. Kemudian alumni memasuki
masyarakat luas: keluarga, lingkungan tetangga, lingkungan kerja dan lingkungan
pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Metode Therapeutic Community adalah merupakan sebuah ”keluarga” terdiri atas
orang-orang yang mempunyai masalah-yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu
menolong diri sendiri dan sesama yang oleh seseorang dari mereka, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku dari yang negatif ke arah tingkah laku yang positif. Metode
Therapeutic Community ini merupakan metode pembinaan yang dilaksanakan dibeberapa
lembaga pemasyarakatan terhadap narapidana tindak pidana narkotika dan
psikotropika.Program rehabilitasi terpadu yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan
merupakan salah satu wujud dari Community Civics.