40
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa hal yang dulunya ialah tabu atau dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak layak dilakukan, namun berubah statusnya menjadi hal-hal yang dianggap biasa terjadi di masyarakat. Namun hal ini tentunya tidak semua dapat diterima oleh masyarakat Indonesia terutama dari segi etika, moral, hukum, dan agama. Segala sesuatu termasuk tindakan medis, pemilihan pengobatan tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara bebas terutama di Negara kita Indonesia yang masih sangat taat terhadap norma-norma dan aturan yang berlaku. Dilema antara Hukum dan etika sering sekali memicu permasalahan yang ada hubungannya dengan dokter dan pasien. Prinsip etika terhadap pasien harus dijunjung tinggi dan merupakan dasar untuk melakukan segala tindakan. Tetapi dari segala tindakan tersebut harus memikirkan hukum yang mengatur, karena hukum selain bisa melindungi, juga bisa menjatuhkan. Diskusi tutorial modul HAM Kedua dengan kasus ”Seorang Pasien yang menolak pengobatan” dimulai dengan sesi pertama pada hari Rabu,03 Juli 2013 dan dilanjutkan dengan sesi kedua pada hari Kamis, 04 Juli 2013 di ruang 709A.

Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MODUL HAM

Citation preview

Page 1: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa hal yang dulunya ialah tabu atau

dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak layak dilakukan, namun berubah statusnya menjadi

hal-hal yang dianggap biasa terjadi di masyarakat.

Namun hal ini tentunya tidak semua dapat diterima oleh masyarakat Indonesia

terutama dari segi etika, moral, hukum, dan agama. Segala sesuatu termasuk tindakan medis,

pemilihan pengobatan tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara bebas terutama di Negara kita

Indonesia yang masih sangat taat terhadap norma-norma dan aturan yang berlaku.

Dilema antara Hukum dan etika sering sekali memicu permasalahan yang ada

hubungannya dengan dokter dan pasien. Prinsip etika terhadap pasien harus dijunjung tinggi

dan merupakan dasar untuk melakukan segala tindakan. Tetapi dari segala tindakan tersebut

harus memikirkan hukum yang mengatur, karena hukum selain bisa melindungi, juga bisa

menjatuhkan.

Diskusi tutorial modul HAM Kedua dengan kasus ”Seorang Pasien yang menolak

pengobatan” dimulai dengan sesi pertama pada hari Rabu,03 Juli 2013 dan dilanjutkan dengan

sesi kedua pada hari Kamis, 04 Juli 2013 di ruang 709A.

Pada diskusi sesi pertama dimulai dari pukul 10.00 - 11.30 yang dipimpin oleh Felix

Hartanto dengan sekretaris Isnadiah Fitria dibimbing dr. Meyanti sebagai tutor, membahas

mengenai masalah yang didapatkan pada pasien.

Pada diskusi sesi kedua dimulai dari pukul 13.00 – 14.30 yang dipimpin Anasti Putri

Paramatasari dengan sekretaris Aninda Rebecca dibimbing dr. Diana sebagai tutor membahas

mengenai solusi serta permasalahan yang timbul ditinjau dari berbagai aspek

Diskusi berjalan tanpa kendala dan membuahkan pengetahuan yang dapat kami

terapkan dalam kehidupan

Page 2: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1.

Ny. S, 35 tahun, datang berobat ke sebuah klinik bedah dengan keluhan utama tidak

dapat buang air kecil. Setipa kali ingin bak, perlu ditolong dengan memakai kateter. Setelah

dilakukan pemeriksaan lengkap, termasuk kolonoskopi, ditemukan adanya tumor pada daerah

kolon yang mendesak vesika urinaria sehingga menyebabkan kesulitan bak. Dokter mengan-

jurkan untuk dilakukan tindakan bedah pengangkatan tumor mengingat tumornya belum

seberapa besar. Ny.S dan keluarganya setuju saran dokter dan menandatangani informed

consent. Saat pembedahan dilakukan, dokter menemukan banyak terjadi perlengketan dan

ternyata karsinoma primernya ada pada ovarium kiri. Dihadapkan pada kenyataan yang ada

saat itu dan kondisi pasien yang melemah, dokter segera memutuskan untuk melakukan

reseksi kolon dan mengangkat ovariumnya tanpa konsultasi dulu dengan dokter obgyn.

Setelah operasi, kondisi pasien tampak membaik dan dokter segera memberikan kemoterapi

serta penyinaran. Akibat efek samping kemoterapi dan penyinaran itu, Ny.S, merasakan

penderitaan yang luar biasa, tidak bisa makan karena sangat mual dan nyeri yang tidak

tertahankan. Ny. S akhirnya mengambil keputusan untuk menolak terapi apapun dan mamilih

tinggal dirumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya tidak bisa diobati dan

hidupnya tidak akan lama lagi.

Skenario 2.

Sikap Ny. S, yang menolak semua terapi dari dokter, berdampak pada kondisi fisiknya

yang semakin kurus. Atas saran teman-temannya dan juga desakan dari keluarga, Ny.S lalu

mencoba berobat ke pengobatan alternative. Ramuan ‘’jamu’’ dari pengobatan alternative,

ternyata tidak memberikan perbaikan pada kondisi kesehatannya. Kondisi ny. S semakin parah

dan sekarang malah sering merasakan sakit yang luar biasa yang hampir tidak tertahankan.

Melihat keadaan Ny. S suaminya lalu minta bantuan dokter didekat rumah nya untuk

mengatasi rasa sakitnya. Dokter lalu memberikan suntikan morfin, akibat suntikan morfin itu,

Ny.S tertidur dan kelihatannya rasa sakitnya bisa diredakan. Namun setelah efek morfin itu

Page 3: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

hilang, Ny.S tampak kesakitan kembali sehingga dokter terpaksa harus memberikan suntikan

morfin beberapa kali dengan dosis yang semakin bertambah. Pada akhirnya nyawa Ny.S tidak

dapat dipertahankan, ia akhirnya meninggal.

Page 4: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

BAB III

PEMBAHASAN

Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 35 tahun

Alamat : -

keluhan utama : Tidak dapat buang air kecil

Skema Masalah dan Tindakan Yang Telah Dilakukan Oleh Dokter Obgyn

Masalah awal yang dihadapi Ny. S ialah keluhan tidak dapat buang air kecil. Tindakan

yang dilakukan oleh dokter tersebut sudah benar, yaitu pemasangan kateter. Kemudian dokter

tesrsebut melakukan pemeriksaan lengkap, sampai dnegan kolonoskopi. Namun yang perlu

Page 5: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

ditanyakan disini, selengkap apakah pemeriksaan yang telah dilakukan, apakah USG juga

telah dilakukan? Seharusnya dokter tersebut memikirkan diagnosis banding dari tumor yang

ditemukan di kolon, seperti tumor ini dapat merupakan keganasan ataupun bukan, dan bila

ternyata merupakan keganasan, apakah ini merupakan tumor primer atau tumor sekunder, dan

bila nantinya diketahui bahwa ini merupakan keganasan primer, apakah sudah metastasis.

Diagnosis banding tersebut seharusnyaa dijelaskan kepada pasien berikut dnegan tindakan

tindakan yang akan diambil. Pada Kasus ini, sepertinya dokter tersebut tidak memikirkan

diagnosis banding maupun asal dari tumor tersebut. Kesalahan dalam mendiagnosa dan tanpa

memikirkan diagnosa banding akan berakhir pada pengambilan tindakan yang tidak tepat.

Kemudian, dengan berbekal diagnosa tumor pada kolon yang belum seberapa besar

direncanakan tindakan pembedahan pengangkatan tumor. Tindakan ini sudah sesuai

berdasarkan prespektif ilmu kedokteran dan bioetika dan tidak melanggar ajaran agama.

Informed consent juga telah dilakukan. Pada informed consent tersebut, seharusnya dijelaskan

mengenai diagnosis dan diagnosis banding, tujuan tindakan, prosedur, resiko, tindakan

alternatif dan biaya. Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa

dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau

tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan. Informasi harus diberikan sebelum

dilakukannya suatu tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik

maupun terapeutik.

Ketika dilakukannya operasi, ditemukan bahwa karsinoma primer terdapat pada ovarium.

Kemudian dokter tersebut melakukan reseksi kolon dan pengangkatan ovarium tanpa terlebih

dahulu konsul ke bagian obsgyn dikarenakan kondisi pasien yang semakin melemah saat

operasi. Tindakan dokter tersebut yang mengangkat ovarium kiri dilihat dari prespektif ilmu

kedokteran dapat dibenarkan karena management terapi pada CA ovarium yang sudah

metastasis adalah mengeluarkan jaringan yang terkena sebanyak yang dapat dikeluarkan.

Namun, tindakan tersebut yang mana dilakukan tanpa melalui konsul terlebih dahulu tidak

dapat dibenarkan berdasarkan prespektif etika kedokteran; seharusnya dengan diagnosa dan

diagnosa banding yang tepat dapat dibentuk tim operasi bedah yang tepat dan akan

menghasilkna keputusan yang tepat pula. Bila dokter tersebut beralasan bahwa tindakan

tersebut diambil atas dasar kondisi pasien yang tampak melemah, maka seharusnya tindakan

Page 6: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

yang dilakukan oleh dokter tersebut ialah stabilisasi keadaan umum pasien bukan melakukan

pengangkatan ovarium kiri pasien.

Tindakan pasien yang memilih Pengobatan Alternatif

Dipandang dari segi Etika, Moral, Hukum, dan Agama

Pandangan etika

Terapi alternatif berdasar bioetika:

- Otonomi

o Pasien berhak memilih pengobatan yang akan dilakukan

- Beneficence

o Melakukan yang terbaik untuk proses perbaikan diri pasien dari penyakit

- Nonmaleficence

o Selama terapi yang di lakukan tidak memperburuk kesehatan pasien

- Justice

Sebagai seorang dokter terhadap pengobatan alternatif

- Menghormati otonomi

o Pasien bebas memilih dan memutuskan tindakan apa yang akan di lakukan

dalam proses penyembuhan.

- Melindungi agar pasien tidak dirugikan

o Sebagai dokter mempunyai kewajiban untuk menjelaskan tentang penyakit

yang di derita pasien. Dan memberikan masukan apa yang sebaiknya dilakukan

untuk proses perbaikan pasien dari penyakitnya tersebut. Tanpa menentang

prinsip otonomi yang dimiliki pasien untuk memilih pengobatan dokter

sebaiknya menjelaskan bahwa pengobatan alternatif sebaiknya di landasi oleh

dasar ilmiah dan tidak melenceng dari agama yang di anut pasien.

Page 7: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

- Memastikan pengobatan alternatif yang akan dijalankan pasien sesuai dengan evidence

based medicine

Pandangan Hukum

PERMENKES RI No 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang batasan terapi

alternatif : Terapi alternatif merupakan terapi non-konvensional untuk meningkatkan

kesehatan pasien yang bersifat promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan harus

dilandasi pengetahuan biomedik. Individu yang menjalankan usaha terapi altrernatif

seyogyanya memiliki izin dari pemerintah untuk menjalankan praktik di bidang

kesehatan.

Pandangan Agama

Islam

Pengobatan alternatif menurut pandangan islam

Islam memperbolehkan pengobatan alternatif asalkan itu tidak menggunakan bahan yang

haram ataupun seseuatu yang menuju kearah musyrik. Memanfaat suatu benda untuk

penyembuhan dengan mempercayai benda tersebut dapat membawa kesembuhan pada

dirinya termasuk sesuatu yang musyrik, (contoh:jimat)

Ibnu Sina, seorang dokter dan sekaligus filosofi dalam islam menulis buku “Al Qamus

Fi al Thibb” yang berisi tentang manfaat nabati dan rumput-rumputan. Baik dari

masing-masing jenis maupun secara ramuan, serta khasiatnya dalam pengobatan.

“Barang siapa yang menggantungkan jimat, berarti ia telah melakukan perbuatan

syirik.” (HR. Ahmad dan Hakim). Artinya, menggantungkan jimat dan hatinya

bergantung kepadanya berarti berbuat syirik.

Ungkapan abadi dari Abu Qurath 4500 tahun yang lalu : “jadikanlah makananmu

sebagai obatmu dan obatilah setiap penderitaan dengan nabati yang tumbuh di bumi,

karena nabati itulah yang paling pantas untuk menyembuhkan.

Katolik

Page 8: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Dalam penelitian dasar ilmiah dan dalam penyelidikan terapan, tampak dengan jelas

sekali kekuasaan manusia atas ciptaan. Ilmu pengetahuan dan teknik merupakan

sarana-sarana yang bernilai kalau mengabdi kepada manusia dan memajukan

perkembangannya secara menyeluruh demi kebahagiaan semua orang. Tetapi mereka

tidak mampu menentukan dari diri sendiri arti keberadaan dan kemajuan manusia.

Ilmu pengetahuan dan teknik ditujukan kepada manusia, olehnya mereka diciptakan

dan dikembangkan; dengan demikian mereka menemukan, baik kesadaran mengenai

tujuannya maupun batas-batasnya, hanya di dalam pribadi manusia dan nilai susilanya

(KGK 2293).

Kristen

Tidak menolak dan tidak menelan mentah-mentah dan perlu memahami konsep dibalik

praktik penyembuhan alternatif tersebut berdasarkan kebenaran.

Hindu

Metode terapi alternatif yang dipergunakan biasanya di hindu yaitu Ayurveda. Yang

mana pengobantan nya ayurveda merupakan salah satu penyembuhan alternatif dengan

menghubungkan antara sifat-sifat alam dengan tubuh yaitu vata,pitta dan kapha.

Buddha

Tidak ada masalah sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan Dhamma.

Dilakukan dengan sadar dan sukarela

Tindakan pasien yang menolak pengobatan dokter

Dipandang dari segi Etika, Moral, Hukum, dan Agama:

Pandangan Etika:

Dalam hubungan dokter-pasien, pasien memiliki hak otonomi yang dapat

digunakannya sebagai hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya termasuk

tindakan medis. Pada kasus ini pasien juga dalam keadaan sakit atau nyeri berat

sehingga mengharuskan dirinya untuk menolak pengobatan dari dokter yang

memberikan efek samping bagi pasien seperti mual dan muntah serta kesakitan yang

Page 9: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

luar biasa. Selain itu, dari segi etika dikenal adanya nilai kebebasan pada setiap

individu sebagai manusia yang akan menentukan sendiri sikap tindaknya sebagai

reaksi terhadap rangsangan dari luar maupun dorongan nalurinya. Jadi kebebasan

merupakan tanda martabat manusia sebagai makhluk yang tidak hanya secara alamiah

terikat pada kekuatan-kekuatan alamiah, melainkan karena akal budinya ia dapat

mengatasi keterbatasan alamiah. Pemahaman arti kebebasan sebagai suatu yang

positif, berarti kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri yang

menyangkut sikap tindak yang akan dilakukan. seperti pada kasus, keluarga bahkan

dokter harus menghormati nilai-nilai ini karena kedudukannya ialah martabat sebagai

manusia.

Pandangan Moral :

Dari segi moralitas, kebebasan dan tanggung jawab seorang manusia berarti

bertindak sesuai dengan suara hati atau hati nuraninya. Sebuah penghayatan tentang

baik atau buruk berkaitan dengan tingkah laku yang dilakukan. Sama halnya dengan

kasus, pasien bertindak sesuai dengan hati nuraninya yang memberi penilaian tentang

perbuatannya apa yang baik bagi dirinya maupun orang lain.

Pandangan Hukum :

Berdasarkan kasus, pasien menolak pengobatan yang diberikan oleh dokter

merupakan suatu hak pasien yang sebenarnya merupakan hak asasi yang bersumber

dari hak dasar individu seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu the right of

self determination, terutama pasien dalam keadaan kompeten untuk menentukan

penanganan medis apa yang baik bagi dirinya. Dari beberapa literatur kesehatan (Fred

Ameln dan Leenen) mengemukakan hak-hak yang dimiliki oleh seorang pasien,

beberapa diantaranya ialah hak untuk memillih sarana kesehatan, hak untuk menolak

pengobatan/perawatan, hak untuk menolak tindakan medis tertentu, serta hak untuk

menghentikan pengobatan perawatan. Namun dalam hal ini pasien juga tidak begitu

menaati kewajibannya sebagai seorang pasien yaitu tidak mengikuti petunjuk atau

mengikuti nasihat dokter untuk mempercepat proses kesembuhan.

Pandangan Agama :

Semua agama tidak menginginkan manusia untuk menyerah begitu saja

terhadap keadaan yang menimpa dirinya. Kehidupan manusia merupakan tempat ujian

Page 10: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

dari Tuhan sehingga manusia harus kuat dan sabar untuk meningkatkan imannya,

termasuk apabila seseorang menderita suatu penyakit. pada kasus, penolakan

pengobatan dari pasien belum dapat dikatakan sebagai suatu sikap pasrah, namun

harus dilihat dari tujuan pasien menolak pengobatan. Apabila pasien menolak

pengobatan yang diberikan dokter yaitu kemoterapi namun menggantikannya dengan

pengobatan lain yang menurutnya dapat memperbaiki keadaannya maka hal ini

dibenarkan menurut agama.

Tindakan Dokter mengikuti keinginan Pasien untuk tidak melakukan pengobatan

Dipandang dari segi Etika, Moral, Hukum, dan Agama:

Pandangan Etika:

Banyak penyebab pasien memutuskan untuk menolak dirawat atau mengakhiri

pengobatan. Penyebab yang muncul diantaranya masalah biaya perawatan hal ini

sering menjadi polemik dalam pelayanan kesehatan, terutama jika berhadapan dengan

pasien yang kurang mampu dalam hal ekonomi, alasan lain yang mungkin yaitu rasa

takut terhadap tindakan atau operasi, atau pasien merasa kondisinya sudah lebih baik,

atau masalah lain yang tidak bisa diketahui oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan

yang dikemukakan biasanya akan dicoba dicarikan solusi yang terbaik oleh tenaga

paramedis ataupun dokter yang merawat dengan harapan pasien tidak menolak atau

tetap bersedia meneruskan pengobatan atau mungkin juga menerima keputusan dokter

untuk dilakukan tindakan seperti operasi. Tetapi ketika pasien menolak untuk dirawat

beranggapan bahwa dia sudah memilih yang terbaik untuk dirinya meskipun mungkin

bukan yang terbaik menurut tenaga medis, dengan menghormati Prinsip Kedokteran

Hak Otonomi.

Pandangan Moral:

Hubungan dokter-pasien sering merupakan hubungan yang spesifik. Dalam

keadaan biasa (bukan keadan gawat darurat) maka hubungan dokter – pasien

didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak, yaitu pasien dengan bebas dapat

menentukan dokter yang akan dimintai bantuannya sebagai Azas Voluntarisme. Maka

Page 11: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

dalam kasus ini tindakan dokter telah memenuhi kaidah moral dengan telah

memberikan segala informasi dan tindakan yang ditujukan untuk kebaikan diserahkan

kepada pasien keputusannya.

Pandangan Hukum:

Semakin banyaknya tuntutan yang terjadi di masyarakat karena tenaga

kesehatan bersikap memaksa terhadap tindakan yang akan dilakukan. Maka agar tidak

terjadi hal demikian menghormati hak pasien lebih harus diperhatikan, terlebih jika

sejak awal pasien sudah menolak untuk dilakukan tindakan. Tetapi yang perlu

diperhatikan, dokter harus berupaya untuk menjelaskan segala kemungkinan yang bisa

terjadi jika pasien menolak, meskipun pada akhirnya pasien tetap bersikukuh dengan

penolakannya. Selain itu tidak melupakan pasien untuk menyetujui surat penolakan

dilakukan tindakan. Hal ini bisa dijadikan bukti jika ketika terjadi sesuatu pada pasien

dan timbul tuntutan hukum.

Pandangan Agama:

Semua agama berpandangan setiap manusia haruslah menghormati manusia

yang lainnya, karena Allah sebagai khalik sendiri menghormati manusia, sebagai mana

di jelaskan Allah dalam surat Al Isra’ :70. Maka dokter maupun paramedis haruslah

tidak memaksakan sesuatu kepada pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan

haruslah dengan suka rela dan atas keyakinan. Dokter haruslah memiliki karakteristik

yang diperintahkan agama, yaitu : dokter harus mengobati pasien dengan ihsan dan

tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Kedua, tidak menggunakan

bahan haram atau dicampur dengan unsur haram. Ketiga, dalam pengobatan tidak

boleh mengakibatkan mencacatkan tubuh pasien atau menimbulkan penderitaan bagi

pasien, kecuali sudah tidak ada alternative lain. Keempat, pengobatannya tidak berbau

takhayyul, khurafat, atau bid’ah. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga medis yang

menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sikap-sikap terpuji, tidak

pemilik rasa iri, riya, tkabbur, senang merendahkan orang lain, serta sikap hina

lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapi dan bersih. Kedelapan, lembaga-lembaga

pelayanan kesehatan mesti bersikap simpatik.

Page 12: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Pandangan Agama tentang sakit penyakit

Islam:

Sakit merupakan bagian dari kebaikan yang dapat menjadi penebus dosa bagi

orang muslim.

Katolik:

Yang menyebabkan manusia dakit adalah manusia itu sendiri, karena kelalaian

manusia menjaga tubuh. Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit karena Alah

itu Mahabaik.

Kristen:

Sakit disebabkan karena pemberontakan manusia terhadap Allah dan karena

ulah manusia sendiri. Sakit penyakit merupakan proses pemurnian dari Allah.

Buddha:

Sakit, cacat, dan penderitaan adalah bua atau akibat dari perilaku buruk yang

dilakukan di masa lalu (termasuk kehidupan-kehidupan yang lalu), contohnya adalah

suka membunuh dan menyiksa mahkluk lain di masa lalu.

Hindu:

Penyakit timbul karena hukum sebab akibat (atau hukum aksi-reaksi).

Tindakan-tindakan yang tidak sehat akan menyebabkan hilangnya keseimbangan pada

azas Tridosa (vata, pitta, kapha).

Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas

hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan

penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui

Page 13: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah

lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).

Perawatan paliatif dilihat dari segi moral, etika, hukum, dan agama adalah:

Pandangan Etika:

Secara etika, usaha untuk melakukan perawatan paliatif adalah perbuatan yang

dinilai baik, asalkan tidak menyimpang dari empat prinsip bioetika. Problem etika

seringkali terjadi pada pasien, tenaga kesehatan yang merawat, dan keluarga pasien.

Pada pasien stadium terminal yang masih kompeten, terjadi beberapa konflik yang dia

hadapi, seperti menolak melakukan pengobatan, sehingga seakan-akan dirinya

melakukan bunuh diri pasif, atau bahkan bunuh diri berbantuan, dimana saat

kematiannya ditentukan oleh pasien itu sendiri. Namun, pasien juga bisa menjadi

sangat optimis dalam pengobatan, dimana pasien rela mencoba berbagai macam

pengobatan, mulai dari yang konservatif hingga alternatif, yang perlu sampai yang

tidak begitu diperlukan untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Bagi pasien yang

tidak kompeten lagi, masalah yang sering terjadi adalah masalah perwalian dan

informed consent dari keluarga atau wali pasien. Dalam hal ini, apapun yang

diputuskan oleh keluarganya dan apapun yang dilakukan oleh dokternya, haruslah

demi kebaikan pasien dan tidak untuk pihak lain. Untuk masalah etika pada dokter

yang merawatnya, penentuan untuk mencabut (withdrawing) alat bantu hidup pasien

menjadi dilema terbesar yang dapat menyebabkan rasa bersalah pada dokter tersebut.

pencabutan alat bantu hidup dapat dilakukan pada saat kualitas hidup pasien sudah

tidak layak dipertahankan, contohnya pasien mati batang otak. Oleh karena itu, tidak

hanya dokter yang berperan dalam melakukan hal ini, tetapi juga dibantu oleh tim etik

dari RS dan pihak-pihak yang berkepentingan dan berwenang.

Pandangan Moral:

Perawatan paliatif yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien

adalah perbuatan yang masih menunjukkan usaha baik dari pasien itu sendiri,

keluarganya, dan tenaga kesehatan yang melakukan perawatan tersebut. Namun,

konflik yang seringkali terjadi adalah pada saat pasien sudah dalam keadaan vegetatif

dan pertimbangan untuk mencabut alat bantu hidup mulai menjadi dilema. Di satu sisi,

Page 14: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

kehidupan yang belum berakhir tidak dibenarkan oleh agama apapun untuk diakhiri

oleh manusia, dan di sisi lainnya pasien yang ibaratnya sudah “mati” menderita

hidupnya tanpa bisa berfungsi sebagaimana manusia sehat.

Pandangan Hukum:

Aspek medikolegal dalam perawatan paliatif adalah:

1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.

a) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif

melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan

paliatif dengan pasien dan keluarganya.

b) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada

dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

c) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang

membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya

setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.

d) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien

sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya.

Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan

keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga

terdekatnya melakukannya atas nama pasien.

e) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan

atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus

atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya

kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit

tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya

menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat

keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan

akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan paliatif.

f) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif

dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat

diberikan pada kesempatan pertama.

Page 15: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif

a) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat

oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.

b) Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien

memasuki atau memulai perawatan paliatif.

c) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi,

sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan

telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan

(advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan

kompetensinya.

d) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak

resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun

demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak

dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat

dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.

e) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan

resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien

berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan

menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah

pada saat tersebut.

3. Perawatan pasien paliatif di ICU

a) Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-

ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.

b) Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti

pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life-

supporting.

Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif

Page 16: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

a) Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh

Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah

pasien.

b) Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga

medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien

tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non

medis yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan

harus dipelihara.

Pandangan Agama:

Dari segi agama apapun, melakukan perawatan paliatif adalah tindakan yang

dibenarkan asalkan tidak melanggar atura-aturan dari masih-masing agama. Selama

hal ini masih membawa manfaat bagi pasien, maka perawatan paliatif ini boleh

diteruskan. Berbeda dengan hal euthanasia, sebagian besar agama melarang hal

tersebut karena hidup manusia tidak boleh diakhiri tanpa seizin Tuhan yang berkuasa

atas tubuh manusia.

Aspek Kematian

Dipandang dari segi Etika, Moral, Hukum, dan Agama:

Pandangan Etika:

Berikut ini beberapa konsep tentang mati (dikutip dari Veatch, Robert

M.: Death Dying and Biological Revolution, Our Last Quest for Responsibility, Yale

University Press, New Haven and London, 1989).

1. Mati sebagai berhentinya darah mengalir

Konsep ini bertolak dari criteria mati berupa berhentinya jantung.

Dalam PP No. 18 tahun 1981 dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi

jantung dan paru-paru. Namun criteria ini sudah ketinggalan zaman. Dalam

pengalaman kedokteran, teknologi resusitasi telah memungkinkan jatung dan

paru-paru yang semula terhenti dapat dipulihkan kembali.

Page 17: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

2. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh

Konsep ini menimbulkan keraguan karena, misalnya, pada tindakan

resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan

nyawa dapat ditarik kembali.

3. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen

Konsep inipun dipertanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-

sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk kepentingan

transplantasi, konsep ini menguntungkan. Namun, secara moral tidak dapat

diterima karena kenyataannya organ-organ masih berfungsi meskipun tidak

terpadu lagi.

4. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan

interaksi sosial.

Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk social, yaitu

individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya, kemampuan

mengingat, mengambil keputusan, dan sebagainya, maka penggerak dari otak,

baik secara fisik maupun sosial, makin banyak dipergunakan. Pusat pengendali

ini terletak dalam batang otak. Olah karena itu, jika batang otak telah mati,

dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik dan social telah mati. Dalam

keadaan seperti ini, kalangan medis sering menempuh pilihan tidak

meneruskan resusitasi, DNR (do not resuscitation).

Yang penting dalam penentuan saat mati di sini adalah proses kematian

tersebut sudah tidak dapat dibalikkan lagi (irreversibel), meski menggunakan

teknik penghidupan kembali apapun.(1)

Pandangan Hukum:

SK IDI NO. 336/PB/A.4/88

“seseorang dinyatakan mati bila fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti

secara pasti (ireversibel) atau apabila terbukti telah terjadi kematian batang otak.”

Page 18: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Kriteria Mati/Meninggal:

Berhentinya kehidupan secara permanen

Konsep henti napas dan denyut jantung

Konsep brain death

Konsep brain stem death

Pandangan Agama:

Islam

Islam memberikan ajaran bahwa semua yang hidup pasti akan menemui ajal

atau kematian. Kematian tidak akan bisa dicegah dan dielakkan. Umur seseorang ada

yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Bahkan, panjang  atau pendek

umur seseorang  berada pada wilayah takdir Allah. Tidak akan ada seorangpun yang

mengetahui tentang kepastian umur itu. 

Kematian dalam agama-agama samawi mempunyai peranan yang sangat besar

dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian.

Tanpa kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan

mempersiapkan diri menghadapinya. Karena itu, agama-agama menganjurkan manusia

untuk berpikir tentang kematian. Rasul Muhammad saw, misalnya bersabda,

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan duniawi (kematian).”

Dapat dikatakan bahwa inti ajakan para Nabi dan Rasul setelah kewajiban

percaya kepada Tuhan, adalah kewajiban percaya akan adanya hidup setelah kematian.

“Sesungguhnya negeri akhirat itu adalah al-hayawan (kehidupan yang

sempurna” (QS Al-’Ankabut [29]: 64)

Dijelaskan pula bahwa,

“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, sedang akhirat lebih baik bagi orang-

orang bertakwa, dan kamu sekalian (yang bertakwa dan yang tidak) tidak akan

dianiaya sedikitpun (QS Al-Nisa’ 14]: 77)

Page 19: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu,

adalah kematian, karena menurut Raghib Al-Isfahani:

“Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan, merupakan sebab yang

mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu

negeri ke negeri yang lain, sebagaimana diriwayatkan bahwa, “Sesungguhnya kalian

diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian harus berpindah dan satu negeri ke negeri

(yang lain) sehingga kalian menetap di satu tempat.” (Abdul Karim AL-Khatib, I:217)

Kematian walaupun kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya

adalah kelahiran yang kedua. Kematian manusia dapat diibaratkan dengan menetasnya

telur-telur. Anak ayam yang terkurung dalam telur, tidak dapat mencapai

kesempurnaan evolusinya kecuali apabila ia menetas. Demikian juga manusia, mereka

tidak akan mencapai kesempurnaannya kecuali apabila meninggalkan dunia ini (mati).

Ada beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada

kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan).

Dalam surat Al-Zumar (39): 42 dinyatakan bahwasanya,

“Allah mewafatkan jiwa pada saat kematiannya, dan jiwa orang yang belum mati

dalam tidurnya, maka Allah yumsik (menahan) jiwa yang ditetapkan baginya

kematian, dan melepaskan yang lain (orang yang tidur) sampai pada batas waktu

tertentu.”

Memang, Al-Quran juga menyifati kematian sebagai musibah malapetaka

(baca surat Al-Ma-idah [5]: 106), tetapi agaknya istilah ini lebih banyak ditujukan

kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Dalam arti

bahwa kematian dapat merupakan musibah bagi orang-orang yang ditinggalkan

sekaligus musibah bagi mereka yang mati tanpa membawa bekal yang cukup untuk

hidup di negeri seberang.

Kematian juga dikemukakan oleh Al-Quran dalam konteks menguraikan

nikmat-nikmat-Nya kepada manusia. Nikmat yang diakibatkan oleh kematian, bukan

saja dalam kehidupan ukhrawi nanti, tetapi juga dalam kehidupan duniawi, karena

Page 20: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan dunia kita yang terbatas arealnya ini, jika

seandainya semua manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami kematian.

“Mahasuci Allah Yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan,

dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk

menguji kamu siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya

Dia Mahamulia lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk [67]: 1-2)

Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu

yang buruk, karena di samping mendorong manusia untuk meningkatkan

pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, ia juga merupakan pintu gerbang untuk

memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati.(3)

Kristen

Dalam agama Kristen, kematian bukanlah termasuk dalam ciptaan Allah. Kematian itu

sendiri adalah hasil dari dosa manusia yang berontak terhadap Sang Pencipta. Ciptaan,

yang mana dalam konteks ini adalah manusia, mau tidak mau, suka tidak suka,

ataupun rela tidak rela, bergantung penuh pada Sang Pencipta. Oleh karena

kebergantungan inilah manusia dapat hidup karena kebergantungan menjadi sumber

kehidupan ciptaan.

Pemberontakan manusia sebagai ciptaan dinamakan dosa, sekaligus sumber kematian

karena lepasnya dari Sang Pencipta. Jadi kematian Bukan berasal dari Allah. Kematian

seharusnya sudah hadir saat itu juga ketika manusia berontak tehadap Allah, tetapi

oleh anugerah Allah manusia ditopang hidup lebih lama.

Topangan Allah yang terbatas inilah yang membatasi umur manusia. Jadi kematian

secara aktual datang ketika topangan Allah kepada manusia agar tetap hidup ini

berakhir.

Dalam firman Allah disebutkan :

“Whoever sheds man’s blood, by man his blood shall be shed, for in the image of God

has He made man.” (Genesis 9:6)

Page 21: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Kita adalah pengelola hidup kita sendiri, bukanlah sebagai pemilik.

Sebuah tujuan yang kekal ; dikhususkan, dan dimiliki oleh Allah

diciptakan menurut gambar Allah : hidup kita memiliki nilai intrinsik dan tak terukur.

ini adalah sumber dari konsep 'kesucian hidup'. Orang memiliki harkat dan martabat

yang diberikan oleh Tuhan.

Katolik

Seperti agama-agama lain, agama Katolik memandang kematian badan

manusia sebagai dari awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Kematian badan

manusia bukan merupakan akhir dari kehidupan. Mungkin yang berbeda adalah

pandangan tentang eksistensi jiwa setelah kematian badan.

Agama Katolik percaya akan kehidupan kekal (Surga) dan kematian kekal

(Neraka). Selain Surga dan Neraka juga ada tempat yang disebut Tempat Penyucian.

Tempat Penyucian adalah suatu tempat atau keadaan sementara bafi jiwa orang-orang

saleh yang berada dalam keadaan dosa ringan atau tidak berdosa berat.

Wujud tempat penyucian :

Siksa Kutuk Sementara

Kutuk yang dimaksud adalah belum boleh memandang Wajah Allah atau suatu

keadaan sementara. Kutuk tidak dimaksud kutukan kekal yaitu Neraka.

Siksa Sementara

Yang dimaksud adalah keadaan penyucian atau suatu siksaan untuk

menyucikan.

Objek penyucian :

Dosa ringan yang belum diampuni di dunia semasa hidupnya

Siksa dosa sementara

Tempat atau keadaan penytucian tidak berlangsung sampai Pengadilan Akhir.

Sehingga yang ada pada akhir jaman hanya ada dua tempat atau keadaan yaitu Surga

Page 22: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

dan Neraka. Tempat atau keadaan penyucian itu berlangsung sampai semua dosa dan

sisa dosa dihapuskan. Setelah itu jiwa-jiwa tersebut diangkat ke Surga.

Neraka

Neraka adalah suatu tempat atau keadaan menderita selama-lamanya karena

berada dalam dosa berat. Jiwa-jiwa tersebut terkutuk sehingga mereka tidak bisa

memandang wajah Allah. Semua Kitab Suci menyebut tempat atau keadaan tersebut

sebagai api yang tidak terpadamkan, suatu penderitaan kekal, terbakar dalam api

karena kesalahan mereka sendiri.

Wujud Neraka :

Siksa Kutukan Kekal

Yang dimaksud adalah suatu pengucilan atau dikucil dari pandangan

Allah karena kesalahannya sendiri (Mt. 25:41, “Pergilah daripada-Ku... “ ; Mt.

25:12, “Aku tidak mengenal kamu”)

Siksa Indra

Yang dimaksud adalah siksaan yang datang dari luar yang menimpa

dirinya. Dalam haln ini Neraka dilukiskan sebagai api yang tidak terpadamkan,

tangis dan kertak gigi.

Sifat Neraka

Kekal

Oleh Kitab Suci dilukiskan sebagai api kekal, kejijikan kekal,

kebinasaan abadi, penderitaan kekal, tempat ulat tidak mati (Dan. 12:2 ; Kebij.

14:9 ; Yudith 16:21 ; Mt. 25:46 ; Mrk. 9:46 ss)

Tidak Sama

Bahwa orang-orang yang terkutuk itu disiksa dengan siksaan yang

berbeda menurut kejahatannya (Mt. 11:22 ; Lk. 20:47)

Surga

Page 23: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Surga adalah suatu tempat atau keadaan bahagia adikodrati (melampaui

kodrat), keadaan bahagia yang sempurna, keadaan bahagia yang terletak pada

memandang wajah Allah yang merupakan sumber kebahagiaan, sumber cinta kasih.

Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan memandang wajah

Allah (Mt. 5:8). Tidak ada mata yang pernah melihat, tidak adda telinga yang pernah

mendengar dan tidak terpikirkan oleh manusia apa yang disediakan oleh Allah untuk

mereka yang mencintai Beliau (I Kor. 2:9). Cf. II Kor. 12:4 ; Rom. 2:7 ; Rom. 8:18 ; I

Kor. 13:12 ; dan lain-lain.

Sifat Kebahagiaan Surgawi

Abadi

Bahwa kebahagiaan di Surga adalah kebahagiaan yang tidak berhenti,

kebahagiaan tanpa berakhir, kebahagiaan Super Temporer (kebahagiaan yang

melampaui waktu), kebahagiaan kekal. Dikatakan, orang kudus akan memasuki

kehidupan kekal (Mt. 25:46). Paulus melukiskannya sebagai kemah kota yang

tidak binasa (I Kor. 9:25). Oleh Petrus melukiskannya sebagai mahkota

kemuliaan yang tak akan pernah layu (I Petr. 5:4)

Tidak Sama

Gradasi kebahagiaan di Surga bagi setiap orang adalah berbeda.

Kebahagiaan seorang bayi tentu tidak sama dengan kebahagiaan seorang kakek

atau seorang nenek. Semua merasakan kebahagiaan secara penuh menurut

ukurannya masing-masing bagaikan gelas yang berbeda besar kecilnya tetapi

semua diisi secara penuh.

Buddha

Makna kematian dalam agama Buddha adalah akhir dari kehidupan yang

sekarang, pindah ke alam lain (baru), melanjutkan proses tumimbal lahir, sebelum

mencapai Kebebasan Mutlak (Nibbana). Setelah kematian, kemudian membawa serta

seluruh ‘catatan’ mengenai perbuatan yang dilakukan selama hidup (apabila belum

mencapai arahat), dalam pikiran bawah sadar.

Page 24: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Proses kematian merupakan rusaknya salah satu dari organ tubuh yang vital,

sehingga kehidupan tidak dapat berlanjut (otak, jantung, paru-paru, ginjal,jantung,

sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem syaraf). Pada saat kematian,

batin/jiwa (nama) meninggalkan jasmani/fisik (rupa) untuk melanjutkan proses

tumimbal akhir → patisandhi vinnyana.

Dalam agama Buddha, manusia setelah mengalami kematian akan terlahir kembali

sebagai berikut :

Terlahir kembali sebagai manusia

Terlahir di alam menderita

o Alam neraka

o Alam hewan

o Alam peta (setan)

o Alam asura (jin)

Terlahir di alam Dewa/Brahma (Surga)

Cara kematian atau meninggal dunia menurut Buddha tergantung dalam keadaan-

keadaan sebagai berikut :

Tergantung Kamma yang bersangkutan

o Mudah atau sulit

o Tersiksa atau nyaman

Dapat memilih waktu yang sesuai

o Untuk orang suci (Santa)

Hindu

Agama Hindu percaya bahawa penjelmaan dan kematian adalah sebagai

pandangan jiwa beralih daripada satu badan ke satu laluan untuk mencapai Nirwana,

iaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang menyedihkan. Manakala sami-sami

Page 25: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

Hindu menekankan pengebumian adalah satu penghormatan dan tanda peringatan

kepada si mati.(4)

Masyarakat Hindu membakar mayat mereka, percaya bahawa pembakaran satu

mayat menandakan pembebasan semangat dan api adalah mewakili shiva, iaitu dewa

pemusnah. Ahli-ahli keluarga akan berdoa di sekeliling badan secepat mungkin selepas

kematian. Orang akan cuba mengelak daripada menyentuh mayat. Hal ini, kerana ia

adalah dianggap sebagai lambang memalukan si mayat tersebut. Mayat biasanya

dimandikan dan dipakaikan dengan pakaian putih, adalah salah satu pakaian

tradisional orang India. Jika si isteri mati sebelum suaminya, dia dipakaikan pakaian

pengantin. Manakala seorang janda akan dipakaikan sari yang berwarna putih atau

berwarna pucat. Badan dihiasi dengan cendana, bunga-bunga dan kalungan-kalungan

bunga. Selepas itu, Vedas atau Bhagavad Gita ataupun sivapuranam, iaitu Kitab suci

Hindu akan dibaca . Orang yang berkabung diketuai olah anak sulung lelaki ataupun

anak lelaki bongsu, akan menerangi beberapa umpan api dengan mengelilingi mayat,

demi mendoakan pemergian jiwa.

Selepas pembakaran mayat, keluarga akan dihidangkan dan bersembahyang

dalam rumah mereka. Orang yang berkabung akan mandi dengan sepenuhnya sebelum

memasuki rumah selepas pengebumian. Seorang sami akan melawat dan melakukan

upacara sembayang untuk si mati pada hari ke 16 sebagai tujuan mententeramkan si

mati.

Biasanya, satu kalungan dijemur atau bunga-bunga diletakkan pada gambar si

mati adalah menunjukkan tanda penghormatan bagi mengingati mereka. 'Shradh'

adalah upacara sembahayang setahun selepas kematian orang. Ini diadakan setahun

sekali bagi memperingati mereka. Sami juga berpesan kepada ahli keluarga bahawa

pemberian makanan kepada masyarakat miskin adalah satu tanda ingatan kepada si

mati.

Page 26: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

BAB III

KESIMPULAN

Dalam profesi kedokteran, prinsip-prinsip bioetika, moral, hukum, dan agama harus

selalu diterapkan. Seperti dalam kasus ini, dokter harus selalu mengutamakan yang terbaik

untuk pasien dan bukan untuk orang lain. Tindakan medis yang dilakukan haruslah

bertujuan baik untuk penegakkan diagnosis dan perencanaan terapi. Tidak lupa tentang

pentingnya informed consent sebagai syarat legal dilakukannya tindakan medis yang wajib

diberikan kepada pasien yang kompeten, dan bila pasien tidak kompeten, dapat

didelegasikan kepada keluarga terdekatnya.

Page 27: Makalah Menolak Terapi Medis ; Terapi Alternatif & Paliatif

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, M. Jusuf, Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. 1999.

Jakarta: EGC.

Amir, Amri. Bunga Rampai Hukum Kesehatan. 1995. Medan: Fakultas Kedokteran

USU.

2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007.p.30-1, 53-6, 77-83.

3. Kematian dalam islam. Available at http://kolom.blogdetik.com/kematian-dalam-

islam-al-quran/ . Accessed July 04, 2013.

4. Ketut, Y. Aspek sakit dan penyakit dan penderitaan menurut ajaran Hindu. Available

at http://www.staffspasttrack.org.uk/exhibit/ilm/Mourining%20and

%20Remembrance/Types%20of%20funerals/Hindu%20Funerals.htm. Accessed July

06, 2013.