Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tatalaksana Klinis COVID-19
Erlina Burhan
Satgas Waspada dan Siaga COVID-19 PB IDI
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUP Persahabatan
COVID-19 Dalam Angka
210.199ODP
19.987PDP
1.151Kasus sembuh
8,41%Case fatality rate
9.096Kasus positif
765Kasus meninggal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperbarui 27 April 2020 (Sumber :PHEOC Kemkes RI)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperbarui 26 April 2020
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperbarui 26 April 2020
Provinsi Kasus Sembuh Meninggal
DKI Jakarta 3.798 335 353
Jawa Barat 912 93 77
Jawa Timur 785 138 87
Jawa Tengah 649 72 58
Sulawesi Selatan 440 99 36
Persebaran Kasusberdasarkan Provinsi
Persebaran Kasus berdasarkan Usia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperbarui 13 Maret 2020
Pendahuluan
• Terdapat infeksi betacoronavirus jenis baru yang diberi nama 2019 novel coronavirus
(2019-nCoV), dilaporkan di Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.
• WHO menetapkan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
sebagai nama virus dan Coronavirus disease 2019 (COVID-19) sebagai nama penyakit
pada tanggal 11 Februari 2020.
• Dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020.
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. Protokol Tatalaksana COVID-19. Ed1. April 2020.
SARS-CoV-2
Patogenesis
Du, Lanying & He, Yuxian & Zhou, Yusen & Liu, Shuwen &Zheng, Bojian & Jiang, Shibo. (2009). The spike protein of
SARS-CoV - A target for vaccine and therapeutic development.Nature reviews. Microbiology. 7. 226-36. 10.1038/nrmicro2090.
Patogenesis
(A) Spike proteins (Protein S) pada permukaan virus mengikat reseptor ACE-2 di permukaan sel target
(B) Transmembrane serine protease tipe 2 (TMPRSS2) menempel dan kemudian memotong reseptor ACE-2. Pada proses ini
Protein S teraktivasi
(C) Reseptor ACE-2 yang terpotong dan Potein S yang aktif memfasilitasi virus masuk ekspresi TMPRSS2 meningkatkan
pengambilan sel oleh Coronavirus
Rabi F, et al. SARS-CoV-2 and Coronavirus Disease 2019: What We Know So Far. Pathogens2020, 9, 231; doi:10.3390/pathogens9030231
Patogenesis BadaiSitokin
Shi, Y., Wang, Y., Shao, C. et al. COVID-19 infection: theperspectives on immune responses. Cell Death Differ (2020).
https://doi.org/10.1038/s41418-020-0530-3
TransmissionCycle of
SARS-CoV-2
Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, et al. Features,Evaluation and Treatment Coronavirus (COVID-19)
[Updated 2020 Apr 6]. In: StatPearls [Internet]. TreasureIsland (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan.
Transmisi
LANGSUNG Percikan langsung Jarak 1 - 2 meter dari orang yang batuk / bersin tanpa ditutup
TIDAK LANGSUNG Droplet tumpah ke permukaan benda Menyentuh wajah tanpa mencuci tangan
Definisi Kasus
Orang Tanpa Gejala (OTG)
• Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID-19
• Orang tanpa gejala merupakan kontak erat* dengan kasus positif COVID-19
* Kontak Erat :
Seseorang yang kontak fisik atau berada
di satu ruangan dalam jarak 1 meter
dengan kasus PDP / positif COVID-19
Petugas kesehatan di tempat perawatan kasus tanpa
menggunakan APD sesuai standar.
Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama
dengan kasus positif dalam 14 hari terakhir
Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan
segala jenis alat angkut / kendaraan dalam 14 hari
terakhir
Definisi Kasus
Orang Dalam Pemantauan (ODP)
• Orang yang mengalami demam (≥38 oC) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan (pilek / sakit tenggorokan / batuk)
• Pada foto toraks tidak ditemukan gambaran pneumonia
Definisi Kasus
Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
• Orang demam (≥38 °C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala / tanda
penyakit pernapasan (batuk / sesak nafas / sakit tenggorokan / pilek / pneumonia
ringan hingga berat)
• Pada foto toraks ditemukan adanya gambaran pneumonia
Definisi Kasus
Pasien Terkonfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui
pemeriksaan PCR.
Manifestasi Klinis• Demam
• Nyeri kepala
• Nyeri otot
• Anosmia (gangguan penciuman)
• Hipogeusia (penurunan pengecapan)
• Nyeri tenggorokan
• Batuk
• Gangguan pernapasan (kesulitan bernapas)
• Gangguan gastrointestinal
Chen N, Zhou M, Dong X, et al. Epidemiological and clinical characteriscsof 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: A
descrip ve study. Lancet. 2020;395(10223):507–513.
Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of pa ents infected with 2019novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497–506.
Masa inkubasi 2 - 9hari dengan rata-
rata 5 hari
Diagnosis
• Anamnesis
Gejala klinis
Riwayat perjalanan
Riwayat kontak dengan penderita COVID-19
Riwayat bekerja / berkunjung di area terjangkit COVID-19
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Foto toraks (gambaran pneumonia)
CT scan toraks (gambaran opasitas ground-glass)
RT-PCR (swab tenggorok / sputum / aspirat saluran napas bawah)
Darah perifer lengkap (leukopenia / normal / limfopenia)
Kimia darah (fungsi hepar, fungsi ginjal, prokalsitonin, asam laktat, dll.)
Perbandingan rata-rata positivitasSARS-CoV-2 dari berbagai spesimen
No. Jenis Spesimen Positif (%)
1. Bilasan bronkoalveolar 93 %
2. Biopsi fibrobronkoskopi 46 %
3. Sputum 72 %
4. Swab nasal 63 %
5. Swab faring 32 %
6. Feses 29 %
7. Darah 1 %
8. Urin 0 %
Wang W, Xu Y, Gao R, et al. Detection of SARS-CoV-2 in Different Types of Clinical Specimens. JAMA. Published online March 11,2020. doi:10.1001/jama.2020.3786
Pemeriksaan Rutin saat Pasien Datang
• Foto toraks
• Darah perifer lengkap
• Kimia darah
Fungsi hepar
Fungsi ginjal
Gula darah sewaktu
Elektrolit
• Prokalsitonin bila dicurigai bakterialis
• Analisis gas darah bila sesak
• Asam laktat serum dan CRP
• EKG pada pasien hipertensi dan
takikardia
• Rapid test antibody / swab
nasofaringeal
• CT scan toraks bila memungkinkan
dapat dilakukan bila terdapat
keraguan pada rontgen toraks
Foto Thorax COVID-19
CT Scan Toraks COVID-19
Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala
Tanpa gejala
• Kondisi ini merupakan kondisi teringan
• Pasien tidak ditemukan gejala
Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala
Ringan
• Gejala tidak spesifik seperti demam, lemas, batuk, anoreksia, malaise, nyeri otot,
sakit tenggorokan, sesak ringan, hidung tersumbat, atau nyeri kepala
• Tidak ada tanda pneumonia berat dan tanpa komorbid
Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala
Sedang
• Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda pneumonia
berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen
• Pasien anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit
bernapas disertai napas cepat
Klasifikasi Derajat Keparahan GejalaBerat
• Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas / pneumonia,
ditambah satu dari :
RR > 30 x/menit
Distres nafas berat
SpO2 < 93% pada udara kamar atau PaO2 / FiO2 < 300
• Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas ditambah setidaknya satu dari gejala berikut :
Sianosis sentral SpO2 < 90 %
Distres pernapasan berat (mendengkur, tarikan dinding dada berat)
Tanda pneumonia berat
Tarikan dinding dada atau takipnea : < 2 bulan , ≥ 60 x/menit; 2-11 bulan, ≥ 50 x/ menit; 1-5 tahun, ≥ 40
x/menit ; > 5 tahun, ≥ 30x /menit
Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala
Kritis
Pasien dengan gagal napas, ARDS, syok sepsis, dan atau multiple organ failure
COVID-19 early warning score: a multi-parameterscreening tool to identify highly suspected patients
doi: https://doi.org/10.1101/2020.03.05.20031906
SCORING COVID-19Dari Wuhan
Classification of COVID-19 Disease Statesand Potential Therapeutic Targets
Siddiqi, Hasan K. et al.COVID-19 Illness in Native andImmunosuppressed States: AClinical-Therapeutic Staging
ProposalThe Journal of Heart and Lung
Transplantation.DOI10.1016/j.healun.2020.03.012
Tanpa gejala
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet untuk dibawa ke rumah)
• Vitamin C 3 x 1 tablet untuk 14 hari
• Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
• Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi (Positif)COVID-19
Gejala ringan
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
• Vitamin C 3 x 1 tablet untuk 14 hari
• Klorokuin fosfat 2 x 500 mg untuk 5 hari ATAU Hidroksiklorokuin 1 x 400 mg untuk 5 hari
• Azitromisin 1 x 500 mg untuk 5 hari dengan alternatif Levofloxacin 1 x 750 mg untuk 5 hari
• Simtomatis (Paracetamol dan lain-lain)
• Bila diperlukan dapat diberikan antivirus seperti Oseltamivir 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) 2 x 600 mg
untuk 5 hari
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi (Positif)COVID-19
Gejala sedang
• Rujuk ke rumah sakit / rumah sakit darurat, seperti Wisma Atlet
• Isolasi di rumah sakit / rumah sakit darurat selama 14 hari
• Vitamin C 200 - 400 mg / 8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9 % habis dalam 1 jam secara intravena
• Klorokuin fosfat 2 x 500 mg untuk 5 hari ATAU Hidroksiklorokuin 1 x 400 mg untuk 5 hari
• Azitromisin 1 x 500 mg untuk 5 - 7 hari dengan alternatif Levofloxacin 750 mg / 24 jam per IV atau oral
untuk 5-7 hari
• Oseltamivir 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x
600mg hari ke 2 - 5
• Simtomatis (Paracetamol dan lain-lain)
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi (Positif)COVID-19
Gejala berat
• Isolasi di ruang isolasi rumah sakit rujukan
• Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
ü Klorokuin fosfat 2 x 500 mg perhari (hari ke 1 - 3) dilanjutkan 2 x 250 mg (hari ke 4 - 10) ATAU Hidroksiklorokuin 1 x
400 mg untuk 5 hari
ü Azitromisin 1 x 500 mg untuk 3 hari
ü Oseltamivir 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg hari
ke 2 - 5
ü Vitamin C intravena
• Diberikan obat suportif lainnya
• Pengobatan komorbid yang ada
• Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan ventilator mekanik
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi (Positif)COVID-19
Tatalaksana PasienBelum / Tidak
Terkonfirmasi COVID-19
Hasil swab negatif
ODP
PDP
Tatalaksana Pasien Belum / Tidak TerkonfirmasiCOVID-19
Tanpa gejala
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet untuk
dibawa ke rumah)
• Vitamin C 3 x 1 tablet
Tatalaksana Pasien Belum / TidakTerkonfirmasi COVID-19
Gejala ringan
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet untuk dibawa ke rumah)
• Obat-obat simtomatik
• Vitamin C 3 x 1 tablet
• Azitromisin 1 x 500 mg untuk 3 hari
• Pemeriksaan swab nasofaring (PCR) hari 1 dan 2
• Pemeriksaan hematologi lengkap di FKTP, meliputi hematologi rutin, hitung jenis leukosit, dan
laju endap darah
Tatalaksana Pasien Belum / Tidak TerkonfirmasiCOVID-19
Gejala sedang – berat
• Rujuk ke rumah sakit
• Rawat di rumah sakit / rumah sakit rujukan
• Pemeriksaan hematologi lengkap di FKTP, pemeriksaan foto toraks
• Pemeriksaan swab nasofaring (PCR) hari 1 dan 2
• Pikirkan kemungkinan diagnosis lain
Ket : Kasus PDP yang dicurigai sebagai COVID-19 dan memenuhi kriteria sedang / berat ditatalaksana
seperti pasien terkonfirmasi sampai terbukti bukan
Keterangan
• Untuk anak dosis harap disesuaikan
• Vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan di faskes
• Pemberian Azitromisin dan Klorokuin fosfat pada beberapa kasus dapat menyebabkan QT interval
yang memanjang
• Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang terkait jantung sebaiknya pasien
dirawat
• Bila terdapat komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi
dan bila perlu dapat berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam ATAU Dokter Spesialis
Jantung
Keterangan
Pilihan vitamin C :
• Tablet vitamin C non acidic 500 mg / 6 - 8 jam oral untuk 14 hari
• Tablet isap vitamin C 500 mg / 12 jam oral selama 30 hari
• Multivitamin yang mengandung vitamin C 1 - 2 tablet / 24 jam selama 30 hari
• Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, dan zink
Kriteria Sembuh
• Klinis perbaikan
• Swab tenggorok (PCR) 2 kali berturut-turut negatif dalam selang waktu 2 hari
Keterangan :
Bila ada komorbid yang belum stabil selama perawatan, maka pasien dinyatakan
sembuh, dapat dikeluarkan dari ruang isolasi dipindahkan ke ruang nonisolasi
Kriteria Pulang• Sudah dinyatakan sembuh
• Komorbid teratasi dan stabil
Pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di rumah selama 14 hari ke depan dan diberikan leaflet yang
berisi informasi tentang apa yang harus dilakukan selama di rumah.
Keterangan :
• Bila hasil swab pertama > 5 hari, pasien yang sudah stabil kondisi klinis dan laboratorium membaik
dapat dipulangkan sambil menunggu hasil swab pertama dan kedua, namun dianjurkan bila
mungkin menunggu hasil swab follow-up pertama negatif.
• Pastikan pasien yang dipulangkan dengan kondisi ini berada dibawah pengawasan ketat dari rumah
sakit yang merawat (tidak diserahkan ke faskes lain) dan isolasi dilanjutkan dirumah selama minimal
14 hari.
Karantina / Isolasi diri
• Seluruh pasien menggunakan masker bedah
• Dokter tidak perlu menggunakan sneli
• Dokter / petugas kesehatan memakai masker bedah saat memeriksa pasien
• Pada saat melakukan anamnesis, pasien dan dokter berjarak minimal 1 m
• Jika melakukan pemeriksaan fisik harus memakai sarung tangan,
• Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Petunjuk & Pencegahan PenularanCOVID-19 di Tempat Praktik
Ikatan Dokter Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Petunjuk Pencegahan PenularanCOVID-19 untuk Petugas Kesehatan. Maret 2020
• Petugas medis wajib menggunakan masker N95 ketika terdapat tindakan
yang mengharuskan membuka mulut pasien
• Tindakan yang menghasilkan aerosol wajib menggunakan masker N95,
memakai gaun, dan sepatu atau sandal khusus di tempat praktik dan
pelindung mata.
• Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan fisis.
• Bersihkan benda-benda sekitar dengan desinfektan.
• Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah.
Petunjuk & Pencegahan Penularan COVID-19di Tempat Praktik
• Tanya keluhan demam atau batuk atau sesak napas.
• Pasien infeksi saluran pernapasan dipisahkan dengan pasien lain.
• Bila pasien datang sudah terkonfirmasi COVID-19 :
Minta pasien segera memakai masker.
Jaga jarak > 1 meter dari pasien lain.
Petugas memakai N95, gaun pelindung dan sarung tangan.
Segerakan pasien untuk dirujuk ke rumah sakit rujukan atau sementara di ruang isolasi sampai
mendapat rujukan.
Petugas di ruang isolasi memakai APD sesuai dengan ketentuan Pengendalian & Pencegahan Infeksi
(PPI) di ruang isolasi.
Petunjuk & Pencegahan PenularanCOVID-19 di Triase
• Pisahkan pelayanan pasien bergejala infeksi saluran napas dengan
pasien umum lainnya.
• Seluruh pasien memakai masker bedah.
• Dokter / petugas kesehatan memakai masker bedah saat anamnesis
maupun saat melakukan pemeriksaan dengan jarak minimal 1 m.
• Dokter tidak perlu menggunakan sneli.
• Untuk pemeriksaan yang membuat jarak dokter / petugas kesehatan
dengan pasien
Petunjuk & PencegahanPenularan COVID-19 di IGD
• Untuk setiap tindakan yang mengharuskan pasien membuka mulut
maka petugas kesehatan memakai masker N95, sarung tangan, gaun
pelindung, dan sepatu / sandal RS.
• Bila tindakan inhalasi, dipisahkan di ruangan yang berbeda dan
sendirian.
• Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan fisik.
• Dokter / petugas kesehatan membawa baju ganti dan mengganti
baju sebelum pulang ke rumah
Petunjuk & Pencegahan PenularanCOVID-19 di IGD
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Maret 2020.
2. Rabi F, et al. SARS-CoV-2 and Coronavirus Disease 2019: What We Know So Far. Pathogens 2020, 9, 231; doi:10.3390/pathogens9030231
3. Shi, Y., Wang, Y., Shao, C. et al. COVID-19 infection: the perspectives on immune responses. Cell Death Differ (2020). https://doi.org/10.1038/s41418-020-0530-3
4. Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, et al. Features, Evaluation and Treatment Coronavirus (COVID-19) [Updated 2020 Apr 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;2020 Jan
5. Chen N, Zhou M, Dong X, et al. Epidemiological and clinical characteriscs of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: A descrip ve study. Lancet.2020;395(10223):507–513.
6. Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of pa ents infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497–506.
7. Wang W, Xu Y, Gao R, et al. Detection of SARS-CoV-2 in Different Types of Clinical Specimens. JAMA. Published online March 11, 2020. doi:10.1001/jama.2020.3786
8. Cong et al. COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to identify highly suspected patients. doi: https://doi.org/10.1101/2020.03.05.20031906
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Protokol Tatalaksana Pasien COVID-19. Jakarta 3 April 2020
10. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. Protokol Tatalaksana COVID-19. Ed1. April 2020.
11. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia. Maret 2020
12. WHO. Clinical Management of severe acute respiratory infection (SARI) when COVID-19 disease is suspected. Interim Guidance. 13 March 2020
13. WHO. Advice on the use of masks the community, during home care and in health care settings in the context of the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak.Interim guidance 29 January2020. Available from https://www.who.int/docs/default-source/documents/advice-on-the-use-of-masks-2019-ncov.pdf.
14. Ikatan Dokter Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19 untuk Petugas Kesehatan. Maret 2020
15. Wang W, Xu Y, Gao R, et al. Detection of SARS-CoV-2 in Different Types of Clinical Specimens. JAMA. Published online March 11, 2020. doi:10.1001/jama.2020.3786
16. Siddiqi, Hasan K. et al. COVID-19 Illness in Native and Immunosuppressed States: A Clinical-Therapeutic Staging Proposal. The Journal of Heart and Lung Transplantation.DOI10.1016/j.healun.2020.03.012
Daftar Pustaka