24
Syok Hivopolemik A. Definisi Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). B. Etiologi Kehilangan darah Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini diodalam thoraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas Kehilangan Plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera berat atau inflamsi peritoneal Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui jalur gastrointestinal,

Syok Hivopolemik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Syok Hivopolemik

Syok Hivopolemik

A. Definisi

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan

volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan

ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan

tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial.

Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.

Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini

akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.

Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok

hemoragik).

B. Etiologi

Kehilangan darah

  Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka

  Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini diodalam

thoraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas

Kehilangan Plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera berat atau

inflamsi peritoneal

Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui

jalur gastrointestinal, urinarius, atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian

yang adekuat.

C. Patofisiologi Syok Hipovolemik

 Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi

utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.

Page 2: Syok Hivopolemik

Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan

mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan

tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2

lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang

rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan

menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan

fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna. 

Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan

meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi

pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan

penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus,

arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon

dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot,

dan traktus gastrointestinal.

Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin dari

apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I,

yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II

mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok

hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari

korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya

akan menyebabkan retensi air.

Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik

Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai

respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap

penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung

ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis,

duktus kolektivus, dan lengkung Henle.

 

Page 3: Syok Hivopolemik

D.      Tanda-tanda Klinis

Status mental

Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas, tidak tenang,

takut, apatis, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan-kelainan ini menunjukkan adanya

perfusi cerebal yang menurun.

Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah

Perubahan awal dari tekanan darah  akibat Hipovolemia adalah adanya pengurangan selisih

antara tekanan siastolik dan sistolik. Ini merupakan akibat adanya peningkatan tekanan

diastolic yang disebabkan oleh vasokontraksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik

dipertahankan pada batas normal sampai terjadinya kehilngan darah 15-25 %.

Denyut Nadi

Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik untuk syok.

Tatikardi dapat tidak ditemukan pada pasien yang diobati dengan beta bloker.

  Pernafasan

Takipneu adalah karakteristik, dan alkalosis respiratorius sering ditemukan pada tahap awal

syok.

Kulit

Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik. Secara keseluruhan mudah berubah

menjadi pucat

Page 4: Syok Hivopolemik

Vena-vena ekstremitas menunjukkan tekanan yang rendah ini yang dinamakan vena perifer

yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.

Gejala Lain

Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang sangat.

1. Tahap Syok Hipovolemik

Tahap I :

terjadi bila kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)

Terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih dapat 

Dipertahankan

Tahap II:

terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%

tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.

Tahap III

 bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%

terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat

terjadi iskemik pada organ

terjadi ekstravasasi cairan

Page 5: Syok Hivopolemik

E.  KLASIFIKASI

Absolut

kehilangan darah dan seluruh Komponennya

  Trauma

  Pembedahan

  Perdarahan gastrointestinal

Kehilangan plasma

  Luka bakar

  Lesi luas

kehilangan cairantubuh lain

ü  Muntah hebat

ü  Diare berat

ü  Diuresis massive

Relatif

kehilangan integritas pembuluh Darah

  Ruptur limpa

  Fraktur tulang panjang

Page 6: Syok Hivopolemik

  Atau pelvis

Pankreatitis hemoragi

  Hemothorax / hemoperitoneum

  Diseksi arteri

Peningkatan permeabilitas Membran kapiler

  Sepsis

  Anaphylaxis

  Luka bakar

penurunan tekanan osmotik koloid

  Pengeluaran sodium hebat

  Hypopituitarism

  Cirrhosis

  Obstruksi intestinal

  a.      DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Solusio plasenta Kehamilan ektopik

Aneurisma abdominal Perdarahan post partum

Aneurisma thoracis Trauma pada kehamilan

Page 7: Syok Hivopolemik

Fraktur femur Syok hemoragik

Fraktur pelvis Syok hipovolemik

Gastritis dan ulkus peptikum Toksik

Plasenta previa

b.      MASALAH LAIN YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Perdarahan gastrointestinal

Trauma tembus

c.       LANGKAH DIAGNOSIS

Pemeriksaan Laboratorium

Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dlakukan, langkah diagnosis selanjutnya

tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari

kondisi pasien itu sendiri.

Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis

Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin,

kadar glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma),

dan tes kehamilan. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.

Pemeriksaan Radiologi

Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi

secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan

menjadi intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi.

Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia

langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.

Page 8: Syok Hivopolemik

Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di

unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai

terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric

lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus

perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah

pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.

Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika

pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi

pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas

tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok

hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif

jarang, namun pernah dilaporkan.

Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos

dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan

dada.

Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused

Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau

tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.

Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.

 

d.      Penatalaksanaan

 

Penanganan Sebelum di Rumah Sakit

Penanganan pasien dengan syok hipovolemik sering dimulai pada tempat kejadian

atau di rumah. Tim yang menangani pasien sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja

mencegah cedera lebih lanjut, membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin,

dan memulai penanganan yang sesuai. Penekanan sumber perdarahan yang tampak

dilakukan untuk mencegah kehilangan darah yang lebih lanjut.

Page 9: Syok Hivopolemik

Pencegahan cedera lebih lanjut dilakukan pada kebanyakan pasien trauma. Vertebra

servikalis harus diimobilisasi, dan pasien harus dibebaskan jika mungkin, dan

dipindahkan ke tandu. Fiksasi fraktur dapat meminimalisir kerusakan neurovaskuler

dan kehilangan darah.

Meskipun pada kasus tertentu stabilisasi mungkin bermanfaat, transportasi segera

pasien ke rumah sakit tetap paling penting pada penanganan awal sebelum di rumah

sakit. Penanganan definitif pasien dengan hipovolemik biasanya perlu dilakukan di

rumah sakit, dan kadang membutuhkan intervensi bedah. Beberapa keterlambatan

pada penanganan seperti terlambat dipindahkan sangat berbahaya.

Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada pasien trauma),

menjamin jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan memaksimalkan

sirkulasi.

Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi

aliran balik vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk status/keadaan syok.

Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat

merusak pada pasien dengan syok hipovolemik.

Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan transportasi.

Beberapa prosedur, seperti memulai pemberian infus atau fiksasi ekstremitas, dapat

dilakukan ketika pasien sudah dibebaskan. Namun, tindakan yang memperlambat

pemindahan pasien sebaiknya ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena segera

pada tempat kejadian tidak jelas. Namun, infus intravena dan resusitasi cairan harus

dimulai dan dilanjutkan dalam perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan.

Pada tahun-tahun terakhir ini, telah terjadi perdebatan tentang penggunaan Military

Antishock Trousers (MAST). MAST diperkenalkan tahun1960-an dan berdasarkan

banyak kesuksesan yang dilaporkan, hal ini menjadi standar terapi pada penanganan

syok hipovolemik sebelum ke rumah sakit pada akhir tahun 1970-an. Pada tahun

1980-an, “American College of Surgeon Commite on Trauma” memasukkan

penggunaannya sebagai standar penanganan pasien trauma dengan tanda-tanda dan

gejala-gejala syok.

Page 10: Syok Hivopolemik

Sejak saat itu, penelitian telah gagal untuk menunjukkan perbaikan hasil dengan

penggunaan MAST. “American College of Surgeon Commite on Trauma” tidak lama

merekomendasikan penggunaan MAST.

Pemantauan

Parameter dibawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan : denyut jantung,

Frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP) dan pengeluaran urin.

Pengeluaran urin yang kurang dari 30ml/jam (atau 0,5 ml/kg/jam) menunjukkan perfusi ginjal

yang tidak adekuat

Penatalaksanaan pernafasan

Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau

Kanula. Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandubula

yang tepat dan aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna. Penentuan gas darah

arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksigenasi. Jika ditemukan kelainan

secara klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubisi dan diventilasi

dengan ventilator yang volumenya terukur. Volume tidal harus diatur sebesar 12 sampai 15

ml/kg, frekuensi pernapasan sebesar  12-16 permenit. Oksigen harus diberikan untuk

mempertahankan PO2 sekitar 100mmHg. Jika pasien “melawan” terhadap ventilator, maka

obat sedatif atatu pelumpuh otot harus diberikan. Jika cara pemberian ini gagal untuk

menghasilkan oksigenase yang adekuat, atau jika fungsi paru-paru menurun harus

menambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif

Pemberian cairan

1. Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan ringer laktat atau

larutan garam fisiologis secara cepat. Umumnya paling sidikt 1-2 liter larutan RL

harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih cepat lagio bila

dibutuhkan.

Page 11: Syok Hivopolemik

2. Jika hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi

bahwa kehilangan darah sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung harus

dilakukan tranfusi darah pada pasien ini secepat miungkin dan kecepatan serta

jumalah yang diberikan disesuaikan dari respon yang dipantau.

3. Celana militer anti syok (MAST = Military Antishock Trousers)

Tekanan berlawanan eksternal dengan pakaian MAST bermanfaat sebagai terapi tambahan

pada terapi penggantian cairan. Pakaian MAST ini dikenakan pada kedua tungkai atau

abdoomen pasien, dan masing-masing ketiga kompartemen individual ini dapat

dikembungkan. Pakaian ini meristribusikan darah dari ekstremitas bawah ke sirkulasi sentral

dan mengurangi darah arterial ke tungkai dengan memprkecil diameter pembuluh darah.

Kontra indikasi pemakaian MAST

Edema paru yang bersamaan

Kehamilan . Ini hanya ber4laku pada kompartemen abdomen

Hal yang peerlu diperhatikan

  Pakaian mast dapat meningkatkan kejadian perdarahan karena cidera diafragmatik.

   Pemakaian yang lama (24-48 jam) pada tungkai yang cedera dapat menyebabkan timbulnya

sindrom kompartemen pada fascia.

Vasopresor

Pemakain vasopresor pada penangan syok hipovolemik akhir-akhir ini kurang disukai

alasannya adalah bahwa ha ini akan lebih megurangi perfusi jaringan. Vasopresor dapat

diberikan sebagai tindakana sementara untuk meningkatkan tekanan darah sampai

mendapatkan cairan pengganti yang adekuat.

Page 12: Syok Hivopolemik

Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau

penyakit pembuluh darah otak yang berat, hal yang digunakan adalah Norepineorin 4-8 Mg

yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air ( D5W, atau metaraminor, 5-10 ml

yang dilarutkan dalam 500ml D5W yang bersifat pasokonstriktor predominan dengan efek

yang minimal pada jantung.

Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.

1. Komplikasi

Sekuel neurologi

Kematian

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Pengkajian primer

Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai

adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara

dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas

tambahan seperti snoring.

Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi

dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara

napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya

trauma pada dada.

Page 13: Syok Hivopolemik

 Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta

adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, mengumpulan keterangan tentang

hematemesis, melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti-inflamasi non

steroid yang lama, dan koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah sangat penting.

Kronologi muntah dan hematemesis harus ditentukan.

Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu dikumpukan informasi mengenai hal

berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko kehamilan ektopik, perdarahan pervaginam

(termasuk jumlah dan durasinya), produk konsepsi pada saluran vagina, dan nyeri. Semua

wanita usia subur sebaiknya menjalani tes kehamilan, untuk meyakinkan apakah mereka

hamil. Tes kehamilan negatif bermakna untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.

Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok

seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua

pasien. Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada

pembuluh darah.  Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri yang

menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyebabkan nyeri

perut, nyeri punggung, atau nyeri panggul.

Exposure: Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa

informasi lain akan memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya,

cedera akibat tertumbuk kemudi kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi

akibat kecelakaan kendaraan bermotor)

2. Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat

menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment).

Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan

diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.

Page 14: Syok Hivopolemik

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan fisis seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan

sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan, sistem sirkulasi harus

dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala-gejala syok.

Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai indikator utama syok; hal ini

menyebabkan diagnosis lambat.

Mekanisme kompensasi mencegah penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan hingga

pasien kehilangan 30% dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi

kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak

mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya.

Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang.

Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata.

Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan

klasifikasi awal.

1. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)

Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.

Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi

pernapasan.

Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar

10%

Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan

tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan .

Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang

menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya

meningkatkan tekanan darah diastolik.

Page 15: Syok Hivopolemik

o Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah

sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti

kebingungan atau agitasi.

o Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah

jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan

tekanan darah sistolik.

o Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan

untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap

cairan.

o Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan

nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak

ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan

kulit dingin dan pucat.

o Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

2. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)

3. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)

4. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)

Pada pasien dengan trauma, perdarahan biasanya dicurigai sebagai penyebab dari syok.

Namun, hal ini harus dibedakan dengan penyebab syok yang lain. Diantaranya tamponade

jantung (bunyi jantung melemah, distensi vena leher), tension pneumothorax (deviasi trakea,

suara napas melemah unilateral), dan trauma medulla spinalis (kulit hangat, jarang takikardi,

dan defisit neurologis)

Ada empat daerah perdarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha, dan bagian

luar tubuh:

Page 16: Syok Hivopolemik

Dada sebaiknya diauskultasi untuk mendengar bunyi pernapasan yang melemah,

karena perdarahan yang mengancam hidup dapat berasal dari miokard, pembuluh

darah, atau laserasi paru.

Abdomen seharusnya diperiksa untuk menemukan jika ada nyeri atau distensi, yang

menunjukkan cedera intraabdominal.

kedua paha harus diperiksa jika terjadi deformitas atau pembesaran (tanda-tanda

fraktur femur dan perdarahan dalam paha).

Seluruh tubuh pasien seharusnya diperiksa untuk melihat jika ada perdarahan luar.

Pada pasien tanpa trauma, sebagian besar perdarahan berasal dari abdomen. Abdomen

harus diperiksa untuk mengetahui adanya nyeri, distensi, atau bruit. Mencari bukti

adanya aneurisma aorta, ulkus peptikum, atau kongesti hepar. Juga periksa tanda-

tanda memar atau perdarahan.

Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan speculum steril. Meskipun, pada

perdarahan trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai “double set-up” di

ruang operasi. Periksa abdomen, uterus,atau adneksa

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL MENURUT NANDA

Defisit volume cairan

Penurunan curah jantung

Resiko infeksi

 

Page 17: Syok Hivopolemik

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2010. Memahami tanada dan Gejala Syok anafilaktik.

http://www.blogdokter.net/2010/06/20/memahami-tanda-dan-gejala-syok-anafilaktik/ .

Diakses tanggal 28 Maret 2011

Anonim. 2012. Syok Hipovolemik.  http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-

hipovolemik/. diadopsi dari Paul Kolecki, MD, FACEP, Associate Professor, Department of

Emergency Medicine, Thomas Jefferson University Hospital, Director of Undergraduate

Emergency Medicine Student Education, Jefferson Medical College, Philadelphia, PA,

Consultant, Philadelphia Poison Control Center, Philadelphia, PADiakses tanggal 17 januari

2012

Eliastham, Michael. Dkk. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis (5 ed.).1998. Jakarta.

EGC

IOWA Project. 2009. NANDA Nursing Diagnosis. USA : Mosby

IOWA Project. 2009. Nursing Intervention Classification. USA : Mosby

IOWA Project. 2009. Nursing Outcomes Classification. USA : Mosby

Jevan, Philip, Beverley ewens, melame Humprays. 2008. Nursing Medical Emergency

patiens ( 3 Ed.) Blackwell: United Kingdom

Urden,L. D;Stesi, K.M. &Lough, M.E. (2006). Critical care Nursing: Diagnosis and

management (5 ed.. Misouri: Mosby

Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of

Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine, 1997.