14
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………...i DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii I. DEFINISI…………………………………………………………………...1 II. EPIDEMIOLOGI…………………………………………………………...1 III. ETIOLOGI………………………………………………………………….1 IV. PATOGENESIS…………………………………………………………….2 V. GAMBARAN KLINIK……………………………………………………..2 VI. DIAGNOSIS………………………………………………………………...3 VII. DIAGNOSIS BANDING……………………………………………………5 VIII. PENATALAKSANAAN……………………………………………………7 IX. PROGNOSIS ………………………………………………………………..8 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..9 1

Superficial Folikulitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kulit

Citation preview

Page 1: Superficial Folikulitis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………...i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

I. DEFINISI…………………………………………………………………...1

II. EPIDEMIOLOGI…………………………………………………………...1

III. ETIOLOGI………………………………………………………………….1

IV. PATOGENESIS…………………………………………………………….2

V. GAMBARAN KLINIK……………………………………………………..2

VI. DIAGNOSIS………………………………………………………………...3

VII. DIAGNOSIS BANDING……………………………………………………5

VIII. PENATALAKSANAAN……………………………………………………7

IX. PROGNOSIS ………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..9

1

Page 2: Superficial Folikulitis

FOLIKULITIS SUPERFISIAL

I. DEFINISI

Folikulitis merupakan suatu bentuk dari pioderma yang mengenai folikel rambut

dan merupakan radang pada folikel rambut. Penyebab utama adalah Staphylococcus aureus.

Kelainan kulit ini seirng ditemukan pada iklim tropis dengan tempt tinggal yang padat dan

higine buruk. Folikulitis dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman invasinya (superfisial

dan profunda) serta etiologinya. Pada folikulitis superfisial biasanya inflamasi terkena pada

folikel rambut bagian atas dan secara klinis penderita tidak akan merasakan nyeri serta

pustul sumbuh sendiri dan tidak memberikan jaringan parut. Folikulitis superfisial disebut

juga impetigo Bockhart. Biasanya terjadi pada semua umur, namun lebih sering dijumpai

pada anak-anak. Frekuensi kejadiannya sama antara pria dan wanita.(1,2,3)

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit folikulitis biasanya sering terjadi pada lelaki yang berkulit hitam. Faktor-

faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini antara lain daerah tropis dan iklim panas

serta kebersihan yang kurang dan higiene yang buruk (2,4)

III. ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus. Tempat predileksi

penyakit ini paling sering pada kulit kepala anak-anak, leher, daerah janggut, aksila,

ekstremitas dan bokong pada dewasa. Efloresensi lesi yang timbul adalah pustul berbentuk

kubah, kecil dan mudah pecah pada infundibulum folikel rambut.(2,4)

IV. PATOGENESIS

2

Page 3: Superficial Folikulitis

Secara umum, hampir 20% populasi manusia membawa bakteri Staphylococcus

aureus dalam tubuh mereka. Lokasi yang paling sering adalah hidung, aksila dan perineum.

Staphylococcus aureus memproduksi beberapa toksin yang dapat meningkatkan kontribusi

untuk invasi dan membantu mempertahankan kehidupan stafilokokus dalam jaringan.

Produk-produk yang dihasilkan di dinding sel bakteri ini menimbulkan berbagai efek pada

sistem kekebalan tubuh penderita. (5)

Produk-produk yang dihasilkan pada dinding sel ini adalah asam teichoic,

peptidoglycan dan protein A. Protein A ini membantu pelekatan bakteri pada sel host.

Selanjutnya, bakteri akan terikat pada porsi Fc dari IgG sebagai tambahan pada fragmen Fab

pada IgE.(5)

Pada follikulitis superfisial, populasi sel neutrofil dapat memfiltrasi pada bagian

infundibulum pada folikel rambut dan mencetuskan suatu infeksi. Ini merupakan satu

contoh yang disebut sebagai suatu invasi secara langsung.(5)

V. GAMBARAN KLINIK

Berdasarkan perjalanan penyakitnya keluhan utama yang dapat timbul berupa rasa

gatal dan rasa terbakar pada daerah folikel. Gambaran klinis/ efloresensinya berupa makula

eritematosa disertai papula dan pustula yang ditembus oleh rambut. Pertumbuhan rambut

sendiri tidak terganggu. Kadang-kadang penyakit ini ditimbulkan oleh discharge (sekret)

dari luka dan abses.(2)

Periporitis staphylogene adalah penyakit akibat infeksi sekunder miliaria pada

bayi yang disebabkan S.aureus. Infeksi S.aureus pada kelopak mata memberikan gambaran

skuama dan krusta pada pinggir kelopak mata dan biasanya disertai dengan konjungtivitis.(4)

3

Page 4: Superficial Folikulitis

Gambar 1. Folikulitis superfisial di daerah leher

(Dikutip dari kepustakaan 4)

VI. DIAGNOSIS

Anamnesis dan Pemeriksaan fisik

Pada folikulitis superfisial biasanya inflamasi terkena pada folikel rambut di

daerah kulit kepala, dagu, ketiak dan ektremitas. Kelainan kulit diawali dengan pustul pada

folikel rambut. Pustul pecah diikuti pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya

terlokalisir. Sering disertai dengan keluhan pruritus dan secara klinisnya penderita tidak akan

merasakan nyeri serta pustul yang tumbuh akan membaik sendiri.(2)

Gambar 2. Papul-papul eritematosa, diskret,diatasnya terdapat pustule

(Dikutip dari kepustakaan 2)

Pemeriksaan laboratorium

4

Page 5: Superficial Folikulitis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pewarnaan Gram, preparat KOH, dan

kultur. Pada pewarnaan Gram didapatkan coccus gram positif. Preparat KOH digunakan

untuk mengidentifikasi spesies jamur. Golongan dermatofit dapat diidentifikasi dari

gambaran hifa dan spora, M. furfur diidentifikasi dengan adanya bentuk ragi multipel dan

Candida dengan bentuk miselial. Kultur digunakan untuk menentukan organisme penyakit,

yaitu bakteri, jamur atau pun virus. Untuk kasus folikulitis relaps yang kronis, perlu

dilakukan kultur dari swab hidung dan perianal untuk mengidentifikasi adanya S. aureus.(7)

Pemeriksaan Histopatologi

Secara histologis, pada kasus folikulitis superficial terdapat infiltrasi sel-sel

inflamasi di ostium folikuler dan di daerah folikel bagian atas. Dalam kebanyakan kasus,

peradangan awalnya terdiri dari neutrofil dan kemudian menjadi lebih beragam dengan

penambahan limfosit dan makrofag. Apabila infeksi adalah penyebab terjadinya folikulitis,

maka berbagai organisme dapat diidentifikasi dalam folikel. (7)

Gambar 3. Folikulitis Superficial dengan neutrofil terkonsentrasi pada bagian atas folikel.

(Dikutip dari kepustakaan 7)

VII. DIAGNOSIS BANDING

5

Page 6: Superficial Folikulitis

Penyakit folikulitis superfisial di diagnosa banding dengan :

1. Pseudofolliculitis barbae (PFB)

Pseudofolliculitis barbae (PFB) adalah kelainan akibat reaksi benda asing

terhadap rambut. Reaksi inflamasi yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan

folikulitis stafilokokus. Lesi kelainan ini sering dijumpai pada pipi dan leher pada orang

yang memiliki rambut yang keriting, spiral yang tumbuh ke dalam. Kondisi ini ditemukan

pada 50-75% orang berkulit hitam dan 3-5% orang berkulit putih setelah mereka

bercukur. Papul atau pustul yang merah dan lunak muncul pada tempat masuknya bakteri

dan menetap hingga bulu rambut dihilangkan. Umumnya masalah ini lebih berat pada

area leher. Pseudofolikulitis dapat muncul pada area aksila, genital dan kaki. Flora

normal kulit dapat terganti dengan organisme patogen apabila perlangsungan penyakit

menjadi kronis.(1)

Gambar 4. Pseudofolliculitis barbae

(Dikutip dari kepustakaan 1)

2. Keratosis pilaris

6

Page 7: Superficial Folikulitis

Keratosis pilaris sering ditemukan pada bagian posterolateral dari lengan atas dan

anterior paha. Puncak insidens penyakit ini pada usia remaja dan membaik setelah melewati

masa tersebut. Erupsi penyakit ini berkaitan dengan keadaan atopi. Gambaran klinis yang

tampak adalah pustul folikular kecil yang berkelompok yang menetap pada area yang sama

sepanjang tahun. Gambaran histologi menunjukkan inflamasi hanya terjadi pada bagian luar

folikel rambut. Garukan, memakai pakaian yang ketat, dan proses pengobatan yang bersifat

abrasif dapat menyebabkan infeksi pada pustul yang steril dan menyebabkan erupsi yang

bersifat difus. Keratosis pilaris resisten terhadap segala jenis pengobatan. Antibiotik oral

digunakan apabila muncul folikulitis akibat S. Aureus. Steroid topikal digunakan apabila

area lesi berubah menjadi kering dan meradang. Krim urea (vanamide) dan pelembab asam

lactic (Lac-Hydrin, AmLactin) digunakan untuk menghaluskan kulit.(1)

Gambar 5. Keratosis Pilaris

(Dikutp dari kepustakaan 1)

3. Sycosis barbae

Sycosis merupakan peradangan folikel rambut dan mungkin disebabkan oleh infeksi S.

aureus atau jamur dermatofit. Penyakit ini. hanya terjadi pada pria yang telah memulai

cukur. Sycosis ditandai dengan munculnya folikel kecil papula atau pustula dan cepat

menyebar jika orang tersebut tetap mencukur. Reaksi terhadap penyakit ini sangat bervariasi

di antara individu. Infiltrasi tentang folikel mungkin ringan atau luas. Pada sebagian kasus

7

Page 8: Superficial Folikulitis

ditemukan sembuh dengan jaringan parut. Pada kasus kronis, pustula mungkin tetap terbatas

untuk satu bidang, seperti bibir atas atau leher. Untuk kausa jamur, rambut harus dihapus

dan diperiksa dan bahan purulen harus dibudidayakan. Infeksi jamur cenderung lebih parah,

Pseudofolliculitis memiliki penampilan yang serupa. Peradangan lokal diobati dengan

topikal mupirocin (Bactroban salep). Penyakit yang luas diobati dengan antibiotik oral

selama minimal 2 minggu atau sampai semua tanda-tanda peradangan telah hilang.

Mencukur harus dilakukan dengan pisau cukur yang bersih.(1)

Gambar 6. Sycosis barba

(Dikutp dari kepustakaan 1)

VIII. PENATALAKSANAAN

Folikulitis superfisial yang ringan sering sembuh sendiri tanpa pengobatan atau

dengan pembersih antiseptik atau antiseptik topikal dan menghindari faktor-faktor

predisposisi yang memicu terjadinya folikulitis. Pada kasus yang berat, dibutuhkan

penggunaan antibiotik topikal atau sistemik.(3)

Folikulitis superficial yang dapat diobati dengan antibacterial yang mengandung

chlorhexidine. Triclosan atau povidine-iodine, yang dapat digunakan dalam bentuk krim,

lotion, sabun atau campuran pada bak mandi. Dianjurkan untuk membersihkan area lesi

8

Page 9: Superficial Folikulitis

sebanyak tiga kali sehari dengan menggunakan sabun antibakteri. Ointment antibakteri

(bacitracin atau mupirocin 2%) juga digunakan selama 7-10 hari terbatas pada daerah lesi.

Apabila terjadi kasus folikulitis stafilokokus yang menyebar luas pada tubuh atau rekuran,

dapat diberikan antibiotic golongan β lactam, macrolides.(6)

IX. PROGNOSIS

Folikulitis superficial mempunyai prognosis lebih baik karena infeksinya ringan

dan tidak parah sedangkan folikulitis profunda lebih sulit diatasi karena infeksinya lebih

dalam dan parah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Habif TP, editor. Folliculitis. In: Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and

Therapy. 4th edition. USA; Mosby. 2004. p.279-282.

9

Page 10: Superficial Folikulitis

2. Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM, editors. Folikulitis. In: Penyakit Kulit Yang Umum di

Indonesia, Sebuah panduan bergambar. Jakarta: Pt Medical Multimedia Indonesia. 2005.

p.41.

3. Hay RJ, Adriaans BM, Bacterial Infections. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffits C,

editors. Rook's Textbook of Dermatology. 8th edition. Victoria: Blackwell Publishing.

2010. p. 30.21-30.22.

4. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Superficial

Cutaneous Infections and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 7th edition.

New York; Mc Graw Hill Medical. 2008. p. 1698-1699.

5. James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Bacterial Infection. In: Andrews' Disease of

The Skin Clinical Dermatology. 10th edition. Pennsylvania: Saunders Elsevier. 2006.

p.252-253

6. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Superficial Folliculitis. In: Bolognia

Dermatology. 2nd edition. New York: Mobsy Elsevier. 2008.

7. Satter EK. Folliculitis (Online) Update on: Jul 10, 2010. Cited on: Mei 28, 2013.

Availabe at: http://emedicine.medscape.com/article/1070456-workup#a0723

10