Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI SURVEY PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
TIK BAGI GURU PENJASORKES DI KOTA BANDARLAMPUNG
TAHUN 2019
(Skripsi)
Oleh
Dimas Duta Putra Utama
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
STUDI SURVEY PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
TIK BAGI GURU PENJASORKES DI KOTA BANDARLAMPUNG
TAHUN 2019
Oleh
DIMAS DUTA PUTRA UTAMA
Penggunaan Media Pembelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
dunia pendidikan sudah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk meningkatkan
proses pendidikan. Penggunaan TIK pada guru olahraga (penjasorkes) baik di sekolah
dasar dan menengah di Kota Bandar Lampung relatif minim. Hal ini ditunjukan oleh
masih sedikit jumlah guru menggunakan media TIK dalam pembelajaran gerak yang
sangat cepat dan sulit diamati secara langsung. Kemampuan TIK yang dimiliki setiap
guru Penjasorkes berbeda-berbeda baik dari penerapan maupun implementasinya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Prosedur pengumpulan data
memalui angket, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada guru Penjasorkes.
Teknik analisis pada penelitian ini yaitu reduksi data , penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Serta menggunakan analisis Skala Guttman dengan angka 0 sampai 1.
Hasil penelitian guru Penjasorkes di Kota Bandarlampung sekolah dasar dan sekolah
menengah, pada kategori sering sekali 10 guru dengan persentase 10,87%, kategori
Sering 28 Guru dengan presentase 30,43%, kategori sedang 29 guru dengan persentase
31,52%, Kategori Kurang 15 Guru dengan persentase 16,30%, dan kategori kurang
sekali 10 guru dengan persentase 10,87%. Dengan demikian guru penjasorkes sudah
memanfaatkan TIK baik di kelas maupun di lapangan, namun belum maksimal karena
pemahaman guru terbatas.
Kata kunci : TIK, media pembelajaran, memanfaatkan, penjasorkes.
ABSTRACT
STUDY ON USING ICT BASED LEARNING MEDIA SURVEY FOR
TEACHER OF PENJASORKES IN BANDARLAMPUNG CITY
IN 2019
By
DIMAS DUTA PUTRA UTAMA
The use of Technology, Information and Communication (ICT) Learning Media in
education has become a fundamental need to improve the educational process. The use
of ICT in sports teachers (penjasorkes) in primary and secondary schools in Bandar
Lampung City is relatively minimal. This is asked by a small number of teachers who
use ICT media in movement learning that is very fast and difficult to learn directly.
The ICTs that apply to each Penjasorkes teacher vary both in their application and
implementation.
This research uses quantitative descriptive methods. Data collection procedures
through questionnaires, interviews and documentation conducted at the Penjasorkes
teacher. The analysis technique in this research is data reduction, data presentation and
conclusion drawing. And using the Guttman Scale analysis with numbers from 0 to 1.
The results of the study of Physical Education teachers in the City of Bandarlampung
elementary schools and secondary schools, in the category of very often 10 teachers
with a percentage of 10.87%, the Frequency category 28 Teachers with a percentage
of 30.43%, medium category 29 teachers with a percentage of 31.52%, Less Category
15 Teachers with a percentage of 16.30%, and a category of very few 10 teachers with
a percentage of 10.87%. Thus the physical education teacher has used ICT both in the
classroom and in the field, but it has not been maximized because teacher
understanding is limited.
Keywords : learning media, TIK, penjaorkes, utilizing.
STUDI SURVEY PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK BAGI GURU PENJASORKES DI KOTA
BANDARLAMPUNG TAHUN 2019
Oleh
Dimas Duta Putra Utama
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dimas Duta Putra Utama, lahir
di Purbosari, Provinsi Bengkulu pada tanggal 12 Juli
1998, sebagai anak ke-Dua dari Bapak Sukir dan Ibu
Mugi Rahayu, A.Md. Penulis menyelesaikan pendidikan
di SDN 171 Seluma Provinsi Bengkulu selesai pada
tahun 2010, SMP Negeri 17 Seluma Provinsi Bengkulu
selesai pada tahun 2013, dan SMA Negeri 1 Seluma Provinsi Bengkulu
diselesaikan pada tahun 2016. Pada tahun 2016 juga , penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP
Universitas Lampung melalui jalur mandiri.
Selama menempuh pendidikan di pendidikan jasmani penulis mengikuti kursus wasit
C3 yang di adakan oleh ASPROV PSSI Provinsi Lampung Tahun 2018. Pada tahun
2019 mengikuti juga kursus wasit futsal Level 3 yang diadakan oleh ASPROV PSSI
Jakarta Timur. Dalam organisasi penulis pernah aktif di HIMAJIP sebagai
Anggota Muda tahun 2016, menjadi Ketua Bidang Olahraga dan Kesenian
HIMAJIP FKIP Unila periode 2017 s.d 2018, Menjadi Anggota EDUSPOT FKIP
Unila sebagai Reporter tahun 2016 s.d sekarang.
Pada Tahun 2019, melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Way Empulau Ulu Kec.
Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, dan sekaligus melakukan Praktek
Pengalaman Lapangan di SMAN 1 Liwa, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Allah tidak akan memberikan beban atau masalah bagi seseorang kecuali
sesuai dengan kesanggupannya”. (Surat Al Baqarah: 286).
“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna” (Einstein)
Bersabar dalam berusaha, berusaha dengan tekun dan pantang menyerah,
dan Bersyukur atas apa yang telah diperoleh. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
atas segala nikmat yang diberikan kepada penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis untuk
berhenti bersyukur. “Alhamdulillah “
Karya ini ku persembahkan kepada :
Ibuku Tecinta (Mugi Rahayu) dan Ayahanda tersayang (Sukir)
yang sangat saya sayangi dan cintai, engkaulah pahlawan hidup yang takkan tergantikan,
yang telah membesarkanku dengan penuh kasih dan sayang, mendidik ku hingga sekarang
dengan penuh kesabaran dan selalu mengalah dengan anakmu, selalau mendukung anak mu
disetiap kegiatan baik di akademik maupun non-akademik serta mendoakan anakmu di
setiap waktu. Semoga anakmu selalu menjadi kebanggan bapak-ibu,kebanggaan agama, dan
dapat berguna bagi nusa bangsa. alhamdulilah atas restumu, Dimas Duta Putra Utama bisa
menyelesaikan studi ini semoga bermanfaat dan mengangkat derajat orang tua.
Aamiin
ii
SANWACANA
Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Penulis berterimakasih akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ” Studi Survey Pemanfaatan Media Pembelajaran
Berbasis TIK Bagi Guru Penjasorkes Di Kota Bandarlampung Tahun 2019”
adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., Selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas
Lampung.
4. Drs. Akor Sitepu, M.Pd., Ketua Program Studi Penjas FKIP Universitas
Lampung.
5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes., Pembimbing I yang telah yang telah
memberikan motivasi, membina,mengkritik dan saran sampai penulis
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Lungit Wicaksono, M.Pd., Pembimbing II dan Pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan pengalaman sehingga dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dan yang telah membimbing saya selama perkuliahan.
iii
7. Drs. Herman Tarigan, M.Pd., sebagai Pembahas yang telah memberikan
pengalaman, kritikan dan masukan yang baik sehingga skripsi ini menjadi
dimengerti oleh pembaca nantinya.
8. Dosen Program Studi Penjas FKIP Unila yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan saat penulis menyelesaikan perkuliahan.
9. Orang tua tercinta, atas segala bentuk dukungan, do’a dan selau menjadi
tujuan serta penguat utama untuk melakukan segala sesuatu.
10. Teman seprogram studiku, PENJAS 2016 dan sekuat kontrakan atas
kebersamaan dan pengalaman dalam menjalani perkuliahan.
11. Team EDUSPOT FKIP UNILA yang menjadi tempat belajar dengan menggali
potensi diri.
12. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2020
Penulis,
Dimas Duta Putra Utama
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
F. Batasan Masalah ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ......... 9
B. Pengertian Media Pembelajaran ............................................... 12
C. Pendidikan Jasmani .................................................................. 14
D. Profil Guru ................................................................................ 17
E. Jenis – Jenis Media Pembelajaran ........................................... 21
F. Tujuan Penggunaan TIK dalam Pembelajaran ......................... 22
G. Pendekatan Saintifikdalam Penjasorkes .................................. 24
H. Perangkat Pembelajaran............................................................. 29
1. Silabus ............................................................................... 29
2. Rpp ..................................................................................... 31
3. Bahan Ajar ......................................................................... 33
4. Media Pembelajaran .......................................................... 34
5. Lembar Kerja Peserta Didik ............................................. 35
6. Instrumen Penilaian ........................................................... 36
I. Penerapan TIK dalam Pendidikan ............................................ 36
J. Manfaat TIK sebagai Media Pembelajaran .............................. 39
K. TIK sebagai media Pembelajaran ............................................. 40
L. Penelitian Relevan .................................................................... 42
M. Kerangka Fikir .......................................................................... 43
v
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian..................................................................... 44
B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 45
C. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 46
D. Populasi dan Sampel.................................................................. 47
1. Populasi Penelitian ............................................................. 47
2. Sampel Penelitian ............................................................... 47
E. Variabel ..................................................................................... 48
F. Desain Penelitian ..................................................................... 48
G. Instrumen Penelitian ................................................................. 50
1. Wawancara ........................................................................ 52
2. Angket ............................................................................... 52
3. Dokumentasi ...................................................................... 53
H. Analisis Data............................................................................ 53
1. Editing ............................................................................... 54
2. Penilaian ............................................................................ 54
3. Kesimpulan/Verifikasi ....................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian......................................................................... 57
1. Gambaran Umum Penelitian ................................................ 57
a. Jumlah Responden ........................................................ 57
b. Jenis Kelamin ................................................................ 58
c. Jenjang Tugas Responden ............................................. 59
d. Pendidikan Terakhir Responden ................................... 59
e. Profesi Guru Pendidik ................................................... 60
2. Penemuan Hasil Penelitian .................................................. 61
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................... 62
a. Kemampuan Guru Penjas Membuat Perangkat
Pembelajaran ................................................................. 64
b. Kemampuan Guru Penjas Membuat Video
Pembelajaran ................................................................. 66
c. Kemampuan Menggunakan Blended Learning ............ 67
d. Penggunaan Media Audio Visual ................................. 69
e. Penggunaan Mulitmedia ............................................... 70
f. Penggunaan Microsoft Office ....................................... 72
B. Pembahasan .............................................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 78
B. Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 80
LAMPIRAN................................................................................................... 84
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Banyak guru penjasorkes di Kota Bandar Lampung ............................... 47
3.2 Kisi-Kisi Pemanfaatan media Pemebelajaran Berbasis ICT ………........ 53
3.3 Tabel Pengkategorian ............................................................................... 55
4.1 Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis TIK bagi Guru Penjas ........ 62
4.2 Deskripsi Frekuensi pemnafaatan Mendia Pembelajaran Berbasis
TIK di Koa Bandar lampung …………………………………................ 63
4.3 Kemampuan Guru Penjas dalam Membuat Perangkat Pembelajaran....... 64
4.4 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Kemampuan Guru Penjas dalam Membuat
Perangkat Pembelajaran ........................................................................... 65
4.5 Tabel Kemampuan Guru Penjas dalam Membuat video
Pembelajaran ............................................................................................ 66
4.6 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Kemampuan Guru Penjas dalam Membuat video
Pembelajaran …………………............ ................................................... 66
4.7 Tabel Kemampuan menggunakan Blended Learning .............................. 68
4.8 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Kemampuan menggunakan Blended Learning ........................ 68
4.9 Penggunaan Audio Visual.......................................................................... 69
vii
4.10 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Kemampuan penggunaan Media Audio Visual ......................... 70
4.11 Penggunaan Multimedia ............................................................................ 71
4.12 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Penggunaan Multimedia ............................................................ 71
4.13 Penggunaan Microsoft Office .................................................................... 72
4.14 Deskripsi Frekuensi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis
TIK pada Penggunaan Microsoft Office .................................................... 73
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerucut Pengalaman ............................................................................. 13
2.2 Pendekatan Saintifik Mengamati .......................................................... 26
2.3 Pendekatan Saintifik Menanya ............................................................. 26
2.4 Pendekatan Saintifik Informasi ............................................................ 27
2.5 Pendekatan Saintifik Mengasosiasi....................................................... 28
2.6 Pendekatan Saintifik Mengkomunikasikan .......................................... 28
3.1 Kerangka Penelitian Dsekriptif Kuantitatif .......................................... 49
4.1 Diagram Responden Guru Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah
yang berada di Kota Bandar Lampung ................................................ 58
4.2 Jenis Kelamin ....................................................................................... 58
4.3 Keseluruhan responden berdasarkan tingkatan Sekolah ..................... 59
4.4 Jenjang Pendidikan ............................................................................... 60
4.5 Diagram Sertifikasi Pendidik ................................................................ 60
4.6 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Di Kota Bandar Lampung...................................................................... 63
4.7 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Kemampuan guru Penjas Membuat Perangkat Pembelajaran .............. 65
ix
4.8 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Kemampuan guru Penjas Membuat Video Pembelajaran .................... 67
4.9 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Kemampuan Menggunakan Blended Learning .................................... 68
4.10 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Penggunan Media Audio Visual ........................................................... 70
4.11 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Penggunaan Multimedia ....................................................................... 71
4.12 Diagram pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK dalam
Penggunaan Micreosoft Office ............................................................. 73
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian Kesbangpol................................................................ 84
2. Surat Izin Balasan Penelitian Kesbangpol ................................................. 85
3. Surat Izin ke Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung............................. 86
4. Surat Balasan Izin dari Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung ............ 87
5. Tabel Hasil Penelitian Pemanfaatan Media Pembelajaran TIK di Kota
Bandar Lampung........................................................................................ 88
6. From Indentitas Guru Yang di Wawancari .............................................. 92
7. Pedoman Wawancara ................................................................................ 100
8. Transkip Wawancara ................................................................................. 101
9. Lembar Angket .......................................................................................... 137
10. Foto Dokumentasi ...................................................................................... 140
11. Kartu Bimbingan Proposal ......................................................................... 151
12. Kartu Bimbingan Seminar Hasil ................................................................. 153
13. Contoh RPP SMA kelas x SMK-SMTI Lampung ...................................... 156
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di tandai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat. Berbagai aspek kehidupan manusia
telah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk
menghadapi penggunaan TIK di era sekarang, diperlukan berbagai persiapan,
termasuk metode pembelajaran pendidikan yang tepat. Banyak hal yang harus
diubah oleh negara yang ingin maju dari perangkat pembelajaran sampai dengan
evaluasi pembelajaran yang mana sekarang sudah menggunakan teknologi. Hal ini
juga berlaku bagi Indonesia, dari sejumlah perubahan yang harus dilakukan,
perbaikan sumber daya manusia dan sumber daya alam adalah salah satu hal yang
harus diperhatikan. Perbaikan tersebut dapat terlaksana salah satunya dengan cara
mengubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada. Untuk
menghadapi era TIK, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi
kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah satunya dapat dicapai dengan
cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang
diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah
zaman menjadi lebih baik.
Seorang guru dikala kegiatan belajar dan pemebalajan dibekali dengan kemampuan
pengetahuan dan teknologi yang di gunakan dalam pembelajaran maupun untuk
2
yang lainnya hal ini sangat berkaitan dengan . Dalam kenyataannya seorang guru
sebagian masih kebingungan tentang penerapan yang disebabkan fasilitas yang
berada di sekolah, serta guru juga perlu adanya pemahaman tentang pemanfaatan
TIK sebagai bekal untuk pribadinya. Pemanfaatan di era digitalisasi ini guru harus
mampu mengimplementasikan penggunaan TIK sebagai media pembelajaran di
lapangan maupun di kelas, itulah yang harus di lakukan oleh seorang guru
penjasorkes. Penggunaan TIK sangat penting di era globalisasi saat ini.
Penggunaan komputer untuk mengakses, mengolah, dan menyajikan informasi,
baik secara individu maupun kelompok.
Permendikbud (2013 : 1), proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan, bahwa pendidikan
dilaksanakan melalui suatu sistem pendidikan nasional yang berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Diantara implikasi
penting dari pemberlakuan Undang-Undang ini adalah bahwa penyelenggaraan
pendidikan di wilayah negara Republik Indonesia harus sesuai dengan standar yang
berlaku.
3
Dedeh Erawati (2015:15) Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang
melibatkan aktivitas gerak dalam pembelajaran sehingga penggunaan TIK sebagai
media dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk lebih mudah
menyampaikan materi pembelajaran yang berhubungan dengan gerak. Penggunaan
media dalam pembelajaran pendidikan jasmani bisa berupa slide presentation, CD-
Interaktif, video tutorial, film bertemakan olahraga, multimedia, jaringan dan lain-
lain. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penggunaan TIK sebagai media
pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu: (1) Kontrol ada di tangan pengguna
dalam hal ini guru sehingga dalam merancang dan menggunakan TIK sebagai
media pembelajaran guru harus merancang dengan teliti agar penggunaannya sesuai
tujuan yang ingin dicapai, (2) Proses pembuatan media pembelajaran memerlukan
waktu yang cukup lama, namun media yang telah dibuat dapat digunakan berkali-
kali, (3) SDM yang terbatas dalam hal ini guru. Sebagian guru pendidikan jasmani
terutama di daerah-daerah kurang mampu memanfaatkan TIK sebagai media
pembelajaran dan (4) Tidak ada sentuhan kemanusian, saat pembelajaran
berlangsung apabila menggunakan media tidak ada interaksi yang terjadi sehingga
unsur kemanusiaanya hampir tidak ada.
Media pembelajaran Penjasorkes mengarah pada perilaku yang ada di sekolah
sangat beragam, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa
digunakan oleh guru. Model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Banyak model pembelajaran dan
beberapa yang disarankan di dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah inquiry
based learning, discovery based learning, project based learning, dan problem
based learning. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah
4
memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga
sekolah yang sudah menggunakan Media audio visual gerak dalam pembelajaran,
seperti : contoh video pertandingan kejuaran olahraga dan video animasi gerakan
dalam cabang olahraga, memanfaatkan jenis media lain gambar diam, overhead dan
objek-objek nyata. Media lain seperti kaset audio senam, video model gerakan
olahraga, VCD, slide powerpoint masih jarang digunakan meskipun sebenarnya
sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru Penjasorkes. Hal ini harus di garis
bawahi bahwa penggunakan teknologi khususnya guru penjasorkes masih jarang
digunakan mungkin masih belum mampu penerapan teknologi. Pemanfaatan TIK
sebagai media dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk menyampaikan
materi terutama yang berhubungan dengan tujuan, penguasaan konsep, pengertian
materi yang diajarkan. Dalam slide presentantion dapat dikombinasikan dengan
gambar-gambar audio visual bergerak yang berhubungan dengan materi
pembelajaran agar menjadi lebih menarik dan pesan yang ingin disampaikan lebih
mudah dimengerti oleh peserta didik.
Video tutorial juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Beberapa
gerakan dalam olahraga tidak bisa diajarkan bagian-perbagian karena gerakan
tersebut menjadi suatu rangkaian yang sangat cepat seperti gerakan senam
lantai(artistic gymnastics) untuk mengetahui bentuk kelentukan, gerakan cepat lari
sprint pada garis finish dan gerakan pukulan pada olahraga bela diri. Padahal jika
ingin menguasai gerakan tersebut siswa harus mengetahui tahapan-tahapan atau
prosesnya secara perlahan film bertemakan olahraga, banyak terdapat film-film
yang bertemakan olahraga. Pemutaran film-film olahraga dapat membantu guru
menjelaskan sisi afektif yang ingin dikembangkan dan dicapai melalui
5
pembelajaran penjas, seperti kerjasama, disiplin, sikap sportif, tanggung jawab,
kerja keras, dan lain-lain. Melalui Media audio visual bergerak dengan peralatan
komputer/laptop dan projektor (OHP) untuk layar besanya sebagai sarana
pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat mengambil pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya terkait sikap afeksi dalam olahraga. Namun, dalam
pemutaran video tersebut guru harus merancang sedimikian rupa, mulai dari
pemilihan video yang akan ditampilkan, menyiapkan lembar kerja siswa untuk
dikerjakan selama proses pembelajaran. Hal ini lah yang mendorong terciptanya
pembelajaran di kelas semakin lebih menarik karena siswa aktif melihat video di
lanjutkan juga dengan siswa bisa mengisi lembar kerja yang diberikan.
Maka dari itu tenaga pendidik yang memadai sangat menentukan perkembangan
pendidikan di suatu daerah. dalam dunia pendidikan, kehadiran TIK merupakan
hal yang sangat membantu dalam media pembelajaran khususnya bagi guru penjas
sebagai media pembelajarannya. Media pembelajaran Audio Visual gerak memberi
kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran apabila sarana dan prasarana tersedia
dengan baik. Dalam rangka mengetahui hal tersebut, dilakukanlah penelitian
pendahuluan kepada sebagian guru penjas yang menjadi informasi awal tentang
pemanfaatan TIK tingkatan sekolah dasar dan menengah yang berada di Kota
Bandar Lampung, Sehingga setelah di lakukannya penelitian pendahuluan,
kemudian nantinya dilakukan penelitian kembali untuk mendapatkan data yang
lebih valid dengan banyaknya responden yang memberikan jawabannya.
Menurut Rosenberg (2001:621-624) perkembangan penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1)dalam pelatihan kepenampilan,
6
(2)dalam ruang kelas ke dimana dan kapan saja, (3)dari kertas ke online atau
salurannya, (4)fasilitas fisik kefasilitas jaringan kerja, (5)dari waktu siklus ke waktu
nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan
media komunikasi seperti telepon, computer,internet,e-mail, dan sebagainya.
Interaksi Antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatapmuka
tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat
memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
Pemanfaatan TIK dalam hal ini adalah internet telah dimulai di sejumlah institusi
pendidikan. Secara konsep pembelajaran dengan TIK bisa di lakukan dengan kelas
maya atau dalam arti Virtual learning memiliki potensi yang tidak sederhana dalam
meningkatkan kualitas. Pendidikan diantaranya potensi dalam memberikan peluang
berkomunikasi antara peserta belajar dan penyelenggara/pengajar serta komunikasi
antar peserta belajar, bahan belajar yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Berdasarkan survey awal di lapangan faktor yang menyebabkan tidak bisa di
manfaatkan TIK ini dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan jasmani salah
satunya kemampuan guru dalam menggunakan teknologi serta keterbatasan
fasilitas yang tersedia sekolah. Hal ini sudah bertentangan dengan program yang
sedang berkembang bahwasanya pemanfaatan TIK sebagai model terbaru dalam
pembelajaran, namun pada dasarnya banyak yang tidak memanfaatkan karena tidak
adanya proses yang signifikan. Di era yang serba teknologi, patut untuk
dipertanyaan kenapa hal ini bisa terjadi di setiap sekolah yang berada di wilayah
lingkup Kota Bandarlampung. Sehingga dilakukan penelitian ini untuk bisa
mengetahui dilapangan tentang pemahaman teknologi yang di miliki oleh guru
penjas itu sendiri.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan TIK terutama dalam media pembelajaran bagi guru penjasorkes.
2. Mengetahui media pembelajaran berbasis TIK oleh guru penjasorkes yang dapat
dimanfaatkan.
3. Permasalahan guru penjas tentang keahlian dalam menggunakan TIK sebagai
alternatif pilihan untuk bahan pembelajaran penjasorkes.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, penulis menemukan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana guru penjasorkes menggunakan TIK sebagai media pembelajaran
Penjasorkes?
2. Bagaimana peran guru penjasorkes mengajar dengan penggunaan TIK sebagai
media pembelajaran?
3. Bagaimana pengetahuan teknologi yang dimiliki oleh guru penjasorkes
tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Pemanfaatan TIK bagi guru penjasorkes sebagai media pembelajaran di kelas.
2. Untuk mendeskripsi pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK oleh guru.
8
3. Mengetahui secara menyeluruh mengenai pemanfaatan media pembelajaran
berbasis TIK di sekolah oleh guru penjasorkes.
E. Manfaat Penelitian
Secara umum ada manfaat teoritis dan praktis yang terdapat pada penelitian ini.
1. Bagi guru penjasorkes, bahan masukan dan informasi dalam meningkatkan
kompetensi pembelajaran guru tersebut tentang pemanfaaatan TIK.
2. Bagi sekolah, pemanfaatan perangkat TIK dalam pembelajaran dan kebijakan
sekolah berkaitan dengan pemanfaatan perangkat TIK oleh guru penjasorkes di
lingkungan sekolah.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam pemanfaatan media pembelajaran
TIK penjasorkes untuk menunjang penelitan-penelitian lanjutan.
F. Batasan Masalah
Dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari kesalah
pahaman maksud dan tujuan penelitian yang mana hanya sebagai pengetahuan
dasar tentang Media pembelajaran berbasis TIK yang dimaksud dalam penelitian
adalah media yang digunakan laptop, Liquid Crystal Display (LCD), layar
proyektor (screen), dan CD interaktif. Media pendukung: speaker, modem, printer,
kamera digital, kamera video, pointer laser LCD, dan microphone.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menurut Bambang Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah sarana dan
prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh,
mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan
menggunakan data secara bermakna. Juga menurut Darmawan (2012), Teknologi
Informasi adalah ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi
tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat, informasi dapat dikatakan sebagai
data yang telah diolah. Data atau informasi tersebut dapat berupa tulisan, suara,
gambar, video dan sebagainya. pengertian lain dari TIK yang dikutip dalam
Rusman, dkk (2011) adalah sebagian dari ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian
informasi. TIK semakin digunakan di dunia pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena
TIK dirasa membawa keuntungan baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan
atau dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan TIK tersebut. Teknologi
dapat dijadikan alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Menurut Fitrihana (2007), TIK adalah sistem atau teknologi yang dapat mereduksi
batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisis,
menyajikan, menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah
10
informasi. Dan, dalam konteks pembelajaran, TIK meliputi segala hal yang
berkaitan dengan pemanfaatan komputer untuk mengolah informasi dan sebagai
alat bantu pembelajaran serta sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.
Khusus dalam bidang pendidikan, menurut Bambang Sudibyo (2007), sesuai
dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 35 ayat 1 dan pasal 40 standar sarana dan
prasarana sekolah termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Demikian juga dalam pemerataan dan perluasan akses pendidikan sesuai
dengan Renstra Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, maka kegiatan prioritas
pencapaian sasaran termasuk pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran jarak
jauh. Selain itu dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing maka
diharapkan ada penerapan TIK dalam pembelajaran dengan di terapkan kurikulum
2013 yang berbasis teknologi .
Penggunaan Teknologi Di Ruang Kelas dapat digunakan untuk memudahkan,
mempercepat, sekaligus mengefektifkan proses pembelajaran di kelas. Beberapa
contoh penggunaan teknologi di ruang kelas, misalnya:(1) Guru memanfaatkan
komputer dan layar proyektor untuk menjelaskan materi pelajaran (melalui power
point, misalnya), 2). Guru membuat video tutorial untuk dipelajari oleh siswa secara
mandiri, lengkap dengan soal uji kompetensinya. (3) Pembuatan e-
learning (pembelajaran dalam jaringan) melalui web sekolah. 4). Guru membuat
video dari proses pembelajaran di kelas untuk kemudian diunggah di web sekolah
atau disimpan di perpustakaan sekolah untuk ditonton ulang oleh siswa. (5) Guru
membuat video interaktif berisi latihan soal dari materi yang sudah diajarkan untuk
permainan siswa. Jelasnya, teknologi dapat digunakan sebagai tutor, sebagai
pengajaran, atau sebagai alat belajar.
11
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sangat bermanfaaat sekali
penggunaan TIKutuk pembelajaran bagi guru. Menurut Azhar Arsyad (2002: 29),
media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1)
media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil
teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi
cetak dan komputer.
Menurut H. Hamzah B. Uno dan Hj. Nina Lamatenggo, (2011, 61) dalam Budiman
(2017), Mengatakan bahwa kecenderungan pendidikan di Indonesia di masa
mendatang adalah sebagai berikut : (1) Berkembangnya pendidikan terbuka dengan
modus belajar jarak jauh (distance learning), kemudian untuk menyelenggarakan
pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama, (2)
Shareng resource bersama antar lembaga pendidikan/latihan dalam sebuag jaringan
perpustakaan dan istrumen pendidikan lainnya (guru, laboraturiom) berubah fungsi
menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku, (3) Penggunaan perangkat
teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM multimedia dalam pendidikan
secara bertahap menggantuikan televisi dan vedio. Dengan adanya perkembangan
teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan, maka pada saat itu sudah
dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media
internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai
mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadual kuliah, mengirimkan
berkas tugas yang diberikan dosen dan sebaganya. Penggunaan teknologi pada
pendidikan memiliki pengaruh,hal ini disampaikan olehh Salameh dan Khawaldeh
(2014:147), bahwa penggunakan teknologi dalam pembelajaran memberikan
tanggung jawab yang baru dimana pelajar menjadi lebih aktif dalam mencari tahu,
12
serta instrukturnya berperan sebagai perancang dalam lingkungan pendidikan
dengan gaya yang lebih modern dalam mengembangkan kemampuan siswanya dan
mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah melalui internet.
B. Pengertian Media Pembelajaran
Smaldino (2005), media yang digunakan untuk menyampaikan pesan guna
mencapai suatu tujuan pembelajaran didefinisikan sebagai media pembelajaran
(Smaldino, et al., 2005: 9). Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala
alat yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Pengertian media
pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14), media pembelajaran adalah semua alat
(bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dengan
maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun
sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar).
Berdasarkan pendapat ahli tersebutdapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
alat bantu untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.
Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan:
“hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit),
kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda
tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut
semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar
tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman
yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang
dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”. Pengalaman langsung akan
memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh
karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan
peraba”.
13
Gambar. 2.1 Kerucut Pengalaman
Berdasarkan gambar 2.1 bahwa berkeyakinan bahwa symbol dan gagasan yang
abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk
pengalaman konkrit. Kerucut pengalaman merupakan awal untuk memberikan
alasan tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audiovisual.
Sudrajat (dalam Putri, 2011: 20), mengemukakan fungsi media diantaranya yaitu:
a)media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para siswa. b)media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
c)media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungan. d)media menghasilkan keseragaman pengamatan. e)media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit , dan realistis. f)media
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. g)media memberikan
pengalaman yang integral/menyeluruh dari yangkongkrit sampai dengan abstrak.
14
C. Pendidikan Jasmani
Menurut Rohman (2009: 4), pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam
kehidupannya. Pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis dan
menentukan dalam membangun pribadi individu-individu dalam masyarakat demi
memajukan peradaban yang lebih maju.
Menurut Aip Syarifudin, dkk (dalam Nurhadi Santoso, 2009:3), Pendidikan
jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun
secara sistematik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan
watak, serta nilai dan positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Arma Aboellah (dalam Guntur, 2009:15),
menyatakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan melalui kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu
secara organik, neuro muscular, intelektual dan emosional.
Pendidikan jasmani dan olahraga (penjasor). Wuest & Bucher (dalam Agus, 2011),
berpendapat bahwa Penjasor terdiri dari istilah, yaitu pendidikan jasmani (Physical
Education) dan olahraga (sport). Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu
proses yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa
melalui aktivitas fisik yang dipilih dan direncanakan dengan saksama. Sedangkan
olahraga merupakan aktivitas fisik yang mencakup unsur pertandingan dengan
aturan ketat bagi pesertanya. Sehingga Penjasmani dan olahraga merupakan suatu
proses pendidikan melalui pembelajaran yang memberikan perhatian pada
pengembangan potensi manusia melalui aktivitas jasmani sehingga tercapainya
15
tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi dalam hal ini ditekankan bahwa jasmani hanya
dijadikan sebagai alat dan bukan tujuan dari aktivitas yang dilakukan itu.
Payung hukum kedua yaitu Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 sebagai salah satu
payung hukum operasional Sisdiknas menyebutkan pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan (Penjasorkes) yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat
penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 penjasorkes diartikan sebagai bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang
dilakukan melalui aktivitas jasmani yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
meningkatkan kebugaran jasmani. Lebih lanjut Depdiknas (2003: 5), menjelaskan
bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran
jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial,
penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga.
Menurut Bloom dan Krathwohl (dalam Abdullah, dkk, 1994:15) tujuan pendidikan
dapat digolongkan menjadi tiga ranah (domain) yaitu kognitif, afektif dan
16
psikomotor. Ranah kognitif mencakup hasil intelektual, seperti pengetahuan,
pemahaman, dan ketrampilan berfikir, sedangkan ranah afektif mencakup pada
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan metode penyesuaian, lain
halnya dengan ranah psikomotor yang mencakup ketrampilan gerak siswa, seperti
menulis, mengetik, dan menjalankan mesin. Lebih lanjut, menurut Voltmer et al
(dalam Guntur, 2009: 15) “Tujuan pendidikan jasmani adalah pendidikan anak
secara keseluruhan, untuk mengembangkan individu anak secara maksimal yang
meliputi perubahan fisik, mental, moral, sosial, estetika, emosional, intelektual dan
kesehatan”.
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 2) menyebutkan bahwa ruang lingkup
mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi
gerak, keterampilan lokomotor non- lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti,
rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan,
bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik meliputi; gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik
serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air meliputi; permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak
di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
17
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat
lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah
dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif
dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan
secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
D. Profil Guru
perkembangan teknologi informasi sekarang ini guru sangat dipermudah dalam
membuat media pembelajaran berbasiskan TIK. Dengan alat bantu ini diharapkan
mampu menarik minat siswa dalam mempelajari suatu materi atau mampu
menstimulus siswa, mampu mengikuti kemajuan teknologi informasi, membantu
pemahaman siswa mempelajari suatu materi dengan ilustrasi, gambar,video atau
animasi di rumah, mempermudah guru dalam melakukan pengajaran di kelas dan
menumbuhkan tradisi pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Menurut Djamarah (2015: 280) Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik atau tenaga profesional yang dapat menjadikan
murid-muridnya untuk merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah
yang dihadapi. Guru adalah seorang pendidik yang profesional, guru merupakan
salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa.
Berdasarkan Undang - Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
18
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Berdasarkan Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya.
Sardiman, (2001:123) Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara
klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah” (Djamarah, 1994:33). Pada sisi
lain , Djamarah berpendapat “guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah” (Djamarah,
2000:32). Ametembun (1994 :33), megemukakan bahwa “Guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah”. Ini berarti
bahwa seorang guru, minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai
wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Berdasarkan uraian di atas,
dapatlah dipahami bahwa kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang
mutlak dimiliki oleh seorang guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan serta tanggung jawab terhadap murid-murid yang di asuhnya,sehingga
tugasnya sebagai seorang pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk
:
19
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan;
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Peran seorang guru salah satunya adalah, guru harus menjadi suri tauladan yang
baik bagi anak didiknya. Peranan seorang pendidik menurut Ki Hajar Dewantara
adalah pendidik memiliki peranan seperti berikut ini, Ing ngarso sung tuladha (jika
di depan menjadi contoh), ing madya mangun karsa (Jika ditengah membangkitkan
hasrat untuk belajar), tut wuri handayani (Jika ada dibelakang memberi dorongan).
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga
dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi anak didiknya secara optimal. Berkaitan dengan olahraga guru
Penjasorkes dapat membimbing peserta didik untuk melakukan gerakan terampil
dan efektif untuk segala aktivitasnya didalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Guru memiliki beberapa kompetensi guru yang mana guru dapat dikatakan guru
professional apabila dia dapat memiliki menjalankan kompetensi itu dengan baik.
Berdasarkan Rusman (dalam Citra wahyungtias,2011: 22) , kompetensi yang harus
di miliki oleh seorang guru yang professional diantaranya :
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
20
meningkatkan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). artinya guru harus mampu mengelola
kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi
kegiatan pembelajaran, dan terutama menguasai terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
berhasil.
2) Kompetensi Individual
Kompetensi Individual adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, dapat menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya guru
memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi contoh
untuk peserta didik. Guru patut diteladani oleh peserta didik seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru memberikan
teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di belakang memberikan
dorongan/motivasi).
3) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru harus
memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi yang akan di
ajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan
konsep teoritis,, mampu memilih model, strategi, dan metode yang tepat
21
sertamampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus
memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum dan landasan kependidikan.
4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sessama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat
sekitarnya. (SNP penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat
luas.
Berdasarkan pendapat kompetensi diatas, apabila guru telah memiliki keempat
kompetensi diatas, maka guru tersebut telah memiliki hak professional. Jadi diatas
pundak gurulah terdapat beban yang berat dan semakin menantang, karena tugas
guru adalah sedemikian kompleks dan akan semakin kompleks dengan majunya
masyarakat serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
E. Jenis- jenis Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru atau pendidik sering menggunakan media untuk
membantu guru dalam menyampaikan materi. Media yang dapat digunakan ada
beberapa macam seperti media gambar dan video. Berdasarkan Aminuddin (dalam
citra wahyuningtias,2013: 17), terdapat lima jenis media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran yaitu:
22
1). Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra
penglihatan yang terdiri atas media yang biasanya berupa gambar diam atau
bergerak.
2). Media Audio, yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para peserta didik
untuk mempelajari bahan ajar.
3). Media Audio-Visual, yaitu media yang merupakan kombinasi audio visual atau
biasa disebut media pandang-dengar.
4). Kelompok Media Penyaji. Media kelompok penyaji ini sebagaimana
diungkapkan Donald T. Tosti dan John R. Ball (2011: 163) dikelompokkan
kedalam tujuh jenis yaitu : (a) kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, dan
gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga;
audio, (d) kelompok keempat; media audio visual, (e) kelompok kelima; media
gambar, (f) kelompok keenam; media televisi, dan (g) kelompok ketujuh;
multimedia.
5). Media objek dan media interaktif berbasis komputer. Media objek merupakan
media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk
penyajian, melainkan melalui ciri-ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya,
bentuknya, berat susunannya, warnanya, fungsinya dan sebagainya.
F. Tujuan Penggunaan ICT dalam Pembelajaran
Menurut Situmorang (2009), tujuan penggunaan media pembelajaran adalah
membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi pelajaran kepada
siswanya, agar pesan lebih mudah dimengerti, lebih menarik, dan lebih
23
menyenangkan kepada siswa. Sedangkan secara khusus media pembelajaran
digunakan dengan tujuan:
a. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
merangsang minat siswa untuk belajar.
b. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam bidang teknologi
c. Menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan oleh siswa
d. Untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif
e. Untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa
Dengan Media pembelajaran berbasis TIK dalam pembelajaran yang di lakukan
adalah:
1. Menarik perhatian siswa
Dunia semakin maju, manusia semakin dimanjakan dengan kemudahan dalam
segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Saat ini semua siswa
sudah mengenal internet, kemanapun dan dimanapun internet menjadi sahabat
bagi para siswa. Internet merupakan salah satu bagian dari TIK. Semua siswa
tertarik dengan internet, maka dari itu pendidik dapat menjadikan internet
sebagai salah satu media pembelajaran agar siswa tertarik.
2. Pembelajaran menjadi menyenangkan
Dalam proses belajar mengajar terkadang siswa menjadi malas untuk belajar karena
media pembelajaran yang membosankan, pendidik dapat menjadikan sosial media
sebagai salah satu media pembelajaran agar pembelajaran menjadi menyenangkan
sehingga siswa akan mudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
3. Pembelajaran menjadi lebih mudah
Saat ini masyarakat sedang dimanjakan oleh kemudahan dengan perkembangan
teknologi dan komunikasi yang semakin pesat tidak terkecuali para siswa. Internet
24
mempermudah para siswa untuk mendapat materi secara cepat dan dengan mudah.
Dalam pembelajaran seorang pendidik harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat mendapat materi lewat internet tetapi dari sumber yang terpercaya.
4. Memberikan pengetahuan lebih kepada siswa
Peserta didik yang menggunakan internet sebagai salah satu media pembelajaran
akan memiliki pengetahuan lebih, karena dengan internet peserta didik dapat
mengetahui apapun dan bertanya apapun tentang materi, tetapi pendidik harus
tetap mendampingi dan meluruskan karena tidak seluruh informasi atau
pengetahuan yang didapat siswa adalah pengetahuan relevan, karena di Internet
ada beberapa blog yang memang menggunakan sumber tetapi tidak
dicantumkan.
5. Mempermudah komunikasi
Internet mempermudah komunikasi, dalam hal ini apabila seorang guru sedang ada
kepentingan yang tidak dapat ditinggalkan peserta didik dapat diberikan tugas dan
mengirimnya ke blog atau sosial media masing-masing sehingga saat itu juga guru dapat
memantau langsung siswa yang sudah mengerjakan tugas dan yang belum mengerjakan
tugas.
G. Pendekatan Saintifik dalam Penjasorkes
Pembelajaran dengan pendekatan santifik yang di terapkan di sekolah berhubungan
erat dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning).
Problem based learning merupakan model yang menyajikan permasalahn nyata
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar. Dalam penjasorkes pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
saintifik karena bisa dikatakan bahwa pendekatan ini dilakukan dengan
25
permasalahan yang ada. Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapantahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang ditemukan. Dalam Penjasorkes pendekatan saintifik berkaitan erat
dengan proses pembelajaran penjas yang mengedepankan permasalahan. Menurut
Kemendikbud(2014), Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model
pembelajaran yang menggunakan kaidah keilmuan yang memuat serangkaian
aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah
informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan. Hosnan (2014) Menurut
Hosnan, Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip
melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan /merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan.Menurut Kemendikbud (2013: 9-11)
mengemukakan keterampilan-keterampilan ilmiah dalam pendekatan saintifik.
Pendekatan ini merujuk kepada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena, cara
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan dengan
pengetahuan sebelumnya.
1. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
26
rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang
digunakan guru.
Gambar 2.2 Pendekatan saintifik Mengamati
Pada pendekatan saintifik mengamati dalam pembelajaran penjasorkes seperti
mencari tahu teknik dan strategi dengan kombinasi dalam pertandingan
olahraga. seperti mencari tahu dari sumber TV dan Internet.
2. Menanya
Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan
belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
Gambar 2.3 Pendekatan saintifik Menanya
27
Guru memfasilitasi untuk peserta didik memberikan pertanyaan yang berkaitan
dengan sikap, pegetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang akan
diraih. Pertanyaan dengan bentuk afektif dan keterampialn yang di hubungkan
dengan kognitif.
3. Mengumpulkan informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan
ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Siswa bisa membaca berbagai sumber,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen.
Gambar 2.4 Pendekatan saintifik Mengumpulkan Informasi
Mengumpulan informasi untuk mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
terkait dengan pengembangan dengan cara mengeksperimenkan dengan
berbagai varian gerak yang baik.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi ada kegiatan menalar dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
28
sistematis atas fakta empiris yang bisa diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan.
Gambar 2.5 Pendekatan saintifik Mengasosiasikan
Mengasisasikan dengan proses pemikiran yang logis dan sistematis atas fakta
yang empris dengan diperoleh dari observasi yang nanti didapatkan kesimpulan
berupa pengetahuan baru. Penalaran dalam pembelajaan merujuk pada
kemampuan mengelompokan beragam ide dan peristiwa untuk dijadikan sebagai
bahan dasar menentukan keputusan.
5. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan pada siswa
untuk mengkomunikasikan apa yang sudah dipelajari. Kegiatan ini bisa
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Gambar 2.6 Pendekatan saintifik Mengkomunikasikan
29
Mengkomunikasikan adalah proses penyajian berbagai sikap, pengetahuan dan
keterampilan dalam bentuk penyampaian informasi, peragaan keterampilan dan
sikap dalam pembelajaran penjasorkes.
H. Perangkat Pembelajaran
Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau
perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium
atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat
pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar
isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media
dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Perangkat
pembelajaran merupakan suatu perangkat yang dipergunakan.
Poppy Kamalia Devi, dkk, (2009: 1-5), dalam proses belajar mengajar Oleh karena
itu, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat
pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
memotivasi siswa untuk berpatisipasi aktif.
1. Silabus
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan
30
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menegah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap
tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut Trianto(2010:96), Silabus
merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran
atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
Langkah-langkah pengembangan silabus (Trianto, 2010: 99):
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mengkaji SK dan KD
mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi.
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran. Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian KD.
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik dalam rangka pencapaian KD.
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi.Indikator merupakan
penanda pencapaian KD. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun
alat penilaian.
e. Menentuan Jenis Penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dalam bentuk tertulis.
f. Menentukan Alokasi Waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap KD
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per
31
minggu. Alokasi waktu merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
KD yang dibutuhkan oleh siswa yang beragam.
g. Menentukan Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK
dan KD serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
2. RPP
Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam pembelajaran
menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan
dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Selanjutnya dijelaskan bahwa RPP adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang
mengacu pada silabus. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa “Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar ”.
Langkah-langkah menyusun RPP (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007):
1) Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi: sekolah; mata
pelajaran; tema; kelas/semester; alokasi waktu.
2) Menuliskan Standar Kompetensi.
SK merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada suatu mata pelajaran.
32
3) Menuliskan Kompetensi Dasar.
KD adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indicator kompetensi.
4) Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran.
5) Merumuskan Tujuan Pembelajaran.
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah
ditentukan.
6) Materi Ajar.
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk peta konsep sesuai dengan rumusan indicator pencapaian
kompetensi.
7) Alokasi Waktu.
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
8) Menentukan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD atau indicator yang
telah ditetapkan.
33
9) Merumuskan kegiatan pembelajaran
rencana pelaksanaan yang berorientasi pembelajaran terpadu dengan
menerapkan model cooperative learning tipe STAD yang menjadi pedoman
bagi guru dalam proses belajar mengajar.
3. Bahan Ajar
Menurut Widodo dan Jasmadi dalam Lestari (2013:1) Bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara
sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Pannen (Prastowo, 2011:17) bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
Melihat penjelasan tersebut, peneliti menjelaskan untuk pengetahuan bahwa
peran seorang guru terkhusus penjasorkes dalam merancang dan juga dalam
menyusun bahan ajar itu sangat besar menentukan untuk mengukur
keberhasilan proses belajar mengajar dan pembelajaran dengan sebuah bahan
ajar yang baik. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan
yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
lebih mandiri yang didasarkan keinginan lebih tahu sangat besar dan dalam
perancangannya dilakukan sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya
bahan ajar yang sudah tersusun, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan
materi kepada peserta didik dan tercapai semua kompetensi yang telah yang
sudah disiapkan sebelumnya yang menjadi acuan pada pembelajaran lanjutan.
34
Menurut Prastowo (2011:40) terdapat beberapa kategori untuk jenis-jenis
bahan ajar. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi
tersebut berdasarkan bentuknya adalah:
a. Bahan ajar cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam
kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran (Kemp dan
Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
b. Bahan ajar dengar atau program audio contohnya kaset, radio, piringan
hitam dan compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) contohnya, video compact disk
dan film.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari
dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video)
contohnya, compact disk interactive.
4. Media Pembelajaran
Sadiman(2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin.Berdasarkan
pernyataan tersebutdapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalahalat
bantu yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu mengajar. Dalam interaksi
pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran
kepada siswa.
35
Menurut Karti Hari Sukarsih (2002 :17), yaitu segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengaturan media pembelajaran
dan perabot kelas harus sedemikian rupa sehingga mendukung suasana belajar
mengajar, diharapkan anak menjadi : (a.) Disiplin dan rapih, (b.) Menanamkan
kebiasaan yang baik, (c.) Mudah jika digunakan, (d.) Mudah digunakan oleh
siapa saja dan (e.) Focus perhatian anak.
Selanjutnya Schramm (dalam Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.Jadi media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan
untuk pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
pengertian media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu
pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran supaya materi yang akan
disampaikan lebih mudah diterima peserta didik dan menjadikan peserta didik
lebih termotivasi untuk belajar dan menjadikannya aktif.
5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Depdiknas (2007), LKPD adalah lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Tugas yang diperintahkan dalam LKPD harus
mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Tugas tersebut dapat
berupa tugas teoritis dan tugas praktis (Abdul Majid, 2008: 176-177). LKS
digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
Menurut Trianto (2010: 111), LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar
36
yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam
upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indicator pencapaian hasil belajar
yang harus ditempuh.
Menurut Andi Prastowo (2011: 205-206) menyatakan bahwa empat fungsi LKS
yaitu: 1) Meminimalkan peran guru, tetapi memaksimalkan peran siswa. 2)
Memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan. 3) Ringkas dan
kaya tugas untuk berlatih. 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada
siswa.
6. Instrumen Penilaian
Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
peserta didik. Dalam Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa penilaian dalam
setiap mata pelajaran meliputi kompetnsi pengetahuan, kompetensi
keterampilan dan kompetensi sikap. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-
indikator pencapaian hasil belajar dari masing-masing domain tersebut. Ada
beberapa teknik dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan peserta didik baik berupa tes maupun non-tes
antara lain tes tertulis, penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian hasil
karya, penilaian portofolio dan penilaian diri.
I. Penerapan TIK dalam Pendidikan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan TIK. Selain
fungsinya sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, TIK juga dapat
37
dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang dipercaya dapat (Elang
Krisnadi, 2009): 1. meningkatkan kualitas pembelajaran Pengembangan TIK dalam
Pembelajaran 2. memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran 3.
mengurangi biaya pendidikan 4. menjawab keharusan berpartisipasi dalam TIK,
dan 5. mengembangkan keterampilan TIK (ICT skills) yang diperlukan siswa ketika
bekerja dan dalam kehidupannya nanti.
sehubungan pada era industri 4.0 ini dunia pendidikan harus memuat teknologi pada
proses pembelajaranya. Pada proses pembelajaran mungkin pihak sekolahan bisa
memakai gedged agar lebih praktis dalam penggunaanya. Pendidikan Indonesia
dengan pemanfaatan teknologi internet yang super cepat secara tidak langsung
telah memicu perubahan proses pembelajaran di Indonesia yang sedang
berlangsung di sekolah. Untuk menghadapi perkembangan ini, diperlukan
pendidikan yang dapat mencetak generasi yang kreatif, inovatif, serta kompetiti
pencapaian ini bisa diperoleh secara maksimal dengan cara mengoptimalisasi
penggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan yang diharapkan
nantinya bisa menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman
menjadi lebih baik.
Menurut Wulandari.S (2016:49) Perkembangan pendidikan di Kota Bandar
Lampung dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mendukung dan faktor sarana
dan prasarana serta sumber daya manusia (tenaga pendidik) yang memadai. Sumber
daya manusia merupakan faktor penting dalam pendidikan. Hal tersebut
dikarenakan tanpa adanya sumber daya manusia yang memadai (tenaga pendidik)
maka proses belajar mengajar tidak dapat berjalan. Siswa-siswi tidak dapat belajar
sendiri tanpa ada tenaga pendidik yang mengajari siswa-siswi memahami materi.
38
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dalam konteks ini mendukung teori socio-
constructivism, yakni siswa memperoleh pengalaman belajar secara bersama-sama
dengan siswa lain atau melalui interaksi dengan para pakar dengan media
komunikasi berbasis TIK. Perkembangan terkini adalah pemanfaatan TIK secara
terpadu di dalam pembelajaran yang memadukan berbagai keterampilan dan fungsi
TIK di dalam proses belajar mengajar. Penggunaan TIK sebagai media
pembelajaran dapat berbentuk file slide Power Point, gambar, animasi, video,
audio, program CAI (computer aided instruction). Perkembangan ICT yang pesat
tidak hanya dalam bentuk teknologi saja, namun juga dalam bentuk isi (content).
Pada satu sisi para ahli telah mengembangkan teknologi yang memudahkan para
pakar untuk menyajikan dan menyampaikan pengetahuan, di sisi lain para pakar
dalam berbagai bidang sudah banyak yang menyumbangkan dan menyebarkan
pengetahuannya melalui berbagai media seperti CD, DVD, Internet (Web), baik
secara individu maupun secara kolektif. Dengan tersedianya sumbersumber
informasi yang sangat melimpah di Internet, untuk mempermudah pencarian
informasi tertentu yang diiinginkan, seseorang dapat menggunakan fasilitas mesin
pencari (search engine). Salah satu mesin pencari yang sangat populer sekarang
adalahGoogle (www.google.com) 3. TIK sebagai sarana/tempat belajar Saat ini,
kegiatan belajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas atau perpustakaan.
Perkembangan TIK (khususnya Internet) telah memberikan kemungkinan membuat
kelas maya (virtual class) dalam bentuk e-learning, di mana seorang guru dapat
mengelola proses pembelajaran dan murid dapat melakukan aktivitas belajar
sebagaimana yang dilakukan di dalam kelas. Dengan e-learning, aktivitas belajar
39
seperti membaca materi pembelajaran, mengerjakan soal-soal dan tugas, berdiskusi
dengan sesama teman maupun guru, melakukan semua ekperimen.
J. Manfaat TIK sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan menurut Munir
(2009), pemanfaatan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan
kepada setiap pembelajaran untuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan
dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Dari penjelasan tersebut dapat
dimaknai bahwa TIK merupakan media yang berupa teknologi seperti komputer
beserta jaringanya yang dapat digunakan untuk proses pengolahan dan
pemprosesan data yang berguna untuk pemanfaatan berbagai bidang sosial,
ekonomi, budaya dan tentunya pendidikan.TIK sebagai alat bantu pembelajaran.
Artinya bahwa pembelajaran saat ini lebih mudah dengan bantuan TIK, untuk
menghadirkan dunia di kelas dan dapat disajikan kepada seluruh siswa melalui
peralatan TIK seperti multimedia dan media pembelajaran hasil olahan komputer
seperi poster, grafik, foto, gambar, display, dan media grafis yang lainnya.
Pemanfaatan CD Interaktif, Video Pembelajaran, Multimedia presentasi, e-learning
termasuk pada bagian TIK sebagai fasilitas pendidikan.
TIK sebagai Alat Bantu dan Fasilitas Pendidikan: (1) Penyampaian pengetahuan
seharusnya mempertimbangkan konteks dunia nyata. (2) Memberikan ilustrasi
berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan
ajar.(3) Peserta didik diharapkan melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya
secara lebih bebas dan mandiri. (4) Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi
antarpeserta didik dan pendidik. (5) Rasio antara pendidik dan peserta didik tidak
dibatasi tergantung pada proses dan pemberian fasilitas.
40
Sejalan dengan itu perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu hasil
produktivitas dari manusia yang memiliki pengetahuan yang di dapat dari
pendidikan. Dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki
implikasi yang luas dalam kehidupan manusia sehingga diharapkan manusia perlu
mendalami untuk mengambil manfaatnya secara optimal dan mereduksi implikasi
negatif yang ada (koentjaraninggrat dalam Mukhtar dan Iskandar (2011)
menyatakan mendalami serta mengambil manfaat dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak mungkin dilakukan oleh semua manusia dan
waktu tersebut menuntut adanya spesialisasi dalam semua cabang keilmuan yang
sesuai dengan objek material dan objek formalnya.
K. TIK sebagai Media Pembelajaran
McGee, Carmean dan Jafari (2005) menyatakan pentingnya standard dan
spesifikasi dalam pendidikan berbasis TIK, karena memungkinkan terjadinya
pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability, sistem berinteraksi dengan
sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability, sumber / objek belajar mudah
digunakan dalam kurikulum, latat, profil peserta didik yang berbeda,
3) Manageability, sistem telusur informasi tentang peserta didik dan konten,
4) Accessibility, semua peserta didik memiliki kemudahan menerima konten setiap
saat, dan 5) Sustainability, teknologi terus berkembang sesuai standar untuk
menghindari keusangan.
Boettcher (1999), Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu
proses belajar mengajar di sekolah, komputer/internet diharapkan mampu
memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara
41
guru, siswa, dan bahan belajar sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung oleh komputer/intemet
tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan,
yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi
yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu
siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka
mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Sadiman (2002: 16-17), Adanya media dalam pembelajaran sesungguhnya untuk
merangsang kegiatan belajar, dan peningkatan minat siswa dalam belajar. Media
digunakan dalam pembelajaran, karena di dalamnya mengandung beberapa nilai
praktis, dimana seorang guru sangat terbantu dengannya. Nilai-nilai praktis tersebut
berupa kemampuan untuk: (1) membuat konsep yang abstrak menjadi konkret,
misalnya peredaran darah atau pencernaan makanan manusia; (2) membawa obyek
yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar, seperti binatang
buas atau jenis tumbuhan ganja; (3) menampilkan obyek yang terlalu besar ke
dalam kelas, seperti ka’bah, candi, gunung, pasar, dan sejenisnya; (4) menampilkan
obyek yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, seperti bakteri, virus dan
sejenisnya; (5) memungkinkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Yusuf E. Adie (2010) Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam
pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan
terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi
mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung
pendidikan berbasis ICT yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis
ICT dapat dilakukan melalui model hybrid (dual system) yang mengkombinasikan
42
pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on line).
Sedangkan pembelajaran berbasis ICT dapat dilaksanakan secara lansung
(syncronous learning) dan tidak langsung (asyncronous Learning). Hal ini
tergantung dengan kondisi teknologi dan jaringan yang tersedia. Standarisasi dalam
pemanfaatan ICT dalam pendidikan sangat penting untuk menjamin mutu proses
dan hasil pendidikan.
L. Penelitian Relevan
1. Citra Wahyuningtyas (2019) yang berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran
Berbasis Ict Oleh Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Sekolah
Dasar Di Upt Wilayah Selatan Yogyakarta” Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan
instrumen berupa angket.
2. Budiana,H.R, Dkk (2015) dengan Judul “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran bagi para guru SMPN 2 Kawali desa
Citeuerup Kabupaten Ciamis” metode yang di gunakan dalam jurnal tersebut
adalah ceramah, diskusi, dan praktek.
3. Nurfaeda, DKK (2019) yang berjudul “ Analisis Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran pada SMK Negeri Se-
Kota Makassar”. Penelitian ini Mixed method pendekatan Strategi explanatoris
Sekuensial dengan teknik pengumpulan data kuisioner, wawancara, observasi
dan dokumentsi.
43
M. Kerangka Pikir
Peneliti dalam hal ini mengangkat mengenai pemanfaatan media pembelajaran
berbasis TIK Bagi guru Penjasorkes di Kota Bandarlampung. Media pembelajaran
itu penting ditambah dengan kemajuan teknologi sekarang yang semakin canggih,
yang mana sekarang semuanya serba digital, untuk itu agar pendidikan dapat
berjalan dengan lancar tentunya guru harus bisa mengikuti perkembangan TIK
supaya pembelajaran dapat tetap berjalan dengan baik. Kemampuan guru dalam
pemahaman tentang TIK harus selalu di tingkatkan. Pencapain seorang guru
ketika menjadi guru profesional salah satunya memiliki kemampuan dalam
penggunaan teknologi dan mampu untuk memanfaatkannya. Adanya Pemanfaatan
media dalam pembelajaran pendidikan jasmani akan sangat membantu kelancaran
pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani
itu sendiri. Kemampuan daya serap peserta didik yang berbeda-beda
mengharuskan guru untuk memilih media pembelajaran yang tepat agar materi
dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. TIK menjadi media yang sangat
tepat yang digunakan untuk perangkat pembelajaran yang sempurna.
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Masri Singarimbun (Singarimbun, 2006), dalam bukunya yang berjudul
Metode Penelitian Survai, pengertian survei pada umumnya dibatasi pada
penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atau populasi untuk mewakili
seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Sedangkan Menurut Sugiyono (2016:3), Secara
umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Demikian pula Margono S. (2005). Metode
penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-
prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan
tingkat ilmu serta teknologi, terhadap pendapat beberapa ahli kemudian peneliti
menggunakan Metode penelitian survey yang sebagai penelitian awal untuk
mengetahui pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran bagi guru penjasorkes.
Menurut Sugiyono (2013:11) pengertian metode adalah : “Penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang survey
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data
dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian
45
relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis”.
Tujuan penelitian survey adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail
tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas dari kasus atau
kejadian suatu hal yang bersifat umum. Menurut Burhan (Burhan, 2009). Survey
Online merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam survei yang dilakukan
dengan menggunakan web atau email. Web lebih disukai dibandingkan dengan
email karena bentuk-bentuk interaktif HTML dapat 9 digunakan. Banyak
keuntungan dalam penggunaan survei online (online survey) dalam rangka
meningkatkan fungsi dari sistem survei yang sudah ada sebelumnya. Namun, online
survey system juga tentunya memiliki kekurangan, misalnya dalam hal keamanan.
Seseorang akan mudah memanipulasi data dengan mengikuti survei berkali-kali
untuk mendapatkan hasil survei yang condong atau sesuai keinginan. Sistem survei
online ini dapat digunakan pada industri-industri dalam skala besar.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan
dasar-dasar teori yang telah dipelajari untuk menarik kesimpulan. Sehingga dapat
diambil kesimpulan dengan mengevaluasi secara lebih kopratif atau bisa ditarik
kesimpulan tertentu. Sedangkan analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif
yang menggunakan metode statistik yang relevan untuk menguji hipotesis. Untuk
itu, ditempuh langkah-langkah yang dimulai dari operasionalisasi variabel,
rancangan pengukuran hipotesis, dan metode pengumpulan data.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian
yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau
46
menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 1999:6). Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara berbagai fenomena
yang diselidiki. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2016: 336) mengemukakan “
Dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Data yang diperoleh dalam
lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan
dasar-dasar teori yang telah dipelajari untuk menarik kesimpulan. Sehingga dapat
diambil kesimpulan dengan mengevaluasi secara lebih kopratif atau bisa ditarik
kesimpulan tertentu. Sedangkan analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif
yang menggunakan metode statistik yang relevan untuk menguji hipotesis. Untuk
itu, ditempuh langkah-langkah yang dimulai dari operasionalisasi variabel,
rancangan pengukuran hipotesis, dan metode pengumpulan data.
C. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan di Kota bandar lampung dengan objek guru Penjasorkes
SD, SMP dan SMA. Waktu dalam penelitian dilakukan selama 2 bulan, di mulai
dari turunnya surat izin dari Dinas Pendidikan dan Kebudayan Kota Bandar
Lampung dari 14 Oktober s.d 14 Desember 2019.
47
Berdasarkan pada judul penelitian maka populasi yang di butuhkan. Menurut
Sugiyono (2014:115) bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang berkaitan dengan penelitian
yang penulis sekolah yang berada di Bandarlampung. Jumlah populasi guru
penjas sekolah dasar dan Menengah yang berada di Kota Bandarlampung.
Tabel 3.1 Banyak guru penjas Orkes di Kota Bandarlampung.
No Guru Penjas JUMLAH
1 SD dan MI 330
2 SMP dan MTS 198
3 SMA, MA dan SMK 60
Total 588
Ada 588 guru penjas orkes di sekolah dasar dan menengah yang berada di
Kota Bandar Lampung.
Menurut Sugiyono (2014:116) definisi Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampling adalah suatu
proses memilih sebagian dari unsur populasi yang jumlahnya mencukupi
secara statistik sehingga dengan mempelajari sampel serta memahami
karakteristik-karakteristiknya (ciri-cirinya) akan diketahui informasi tentang
keadaan populasi.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
2. Sampel
48
Yang menjadi sampel pada penelitian ini ada 92 guru dengan keterwakilan
pada 20 Kecamatan dengan minimal 1 sekolah SD, SMP dan SMA/K yang
berada di Kota Bandar Lampung. Dengan rincian 45 guru SD, 29 Guru SMP
dan 18 Guru SMA/SMK.
E. Variabel
Variabel dalam Penelitian ini adalah pemanfaatan media pembelajaran berbasis
TIK bagi guru penjasorkes di Kota Bandar Lampung. Sebagai pelaksanaannya
media pembelajaran TIK menjadi penunjangn untuk kelancaran belajar di
penjasorkes oleh guru pendidikan jasmani. Pembelajaran pendidikan jasmani
mencakup 4 jenis media, yaitu : 1. Media visual, 2. Media Audio, 3. Media audio-
visual dan (4) media Berbasis jaringan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini
adalah Guru Penjasorkes baik SD,SMP dan SMA. Kemudian pengembangan
pendekatan Modifikasi Olahraga mengupayakan adanya analisis dan
pengembangan dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan dan
kondisi siswa terutama sarana dan prasarana yang ada guna mencapai tujuan
pembelajaran olahraga. Serta dibarengi dengan pendekatan Partisipatorik dimana
siswa merupakan subjek pembelajaran dan guru menjadi fasilitator penentu
keberhasilan belajar.
.
F. Desain Penelitian
Menurut Hasibuan (2007: 93) dalam melakukan suatu penelitian salah satu hal yang
penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian merupakan pedoman
dalam melakukan proses penelitian diantaranya dalam menentukan instrumen
pengambilan data, penentuan sampel, pengumpulan data, serta analisa data. Dengan
49
pemilihan desain penelitian yang tepat diharapkan akan dapat membantu peneliti
dalam menjalankan penelitian secara benar. Tanpa desain yang benar seorang
peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik krena tidak memiliki
pedoman penelitian yang jelas. Desain bisa ditampilkan dalam bentuk kerangka
penelitian.
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian deskriptif Kuantitiatif
Berdasarkan Gambar 3.1 penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan
atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti.
Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kondisi antara kondisi nyata
dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan ini peneliti mencari teori yang
tepat untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian, yaitu mencari tahu tentang
kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permasalahan itu. Hasil dari
penelitiannya akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Sumber data dari guru penjasorkes yang berada di Kota
Penelitian Survey
Identifikasi masalah Rumusan Masalah
Penelitian Deskripsi Kuantitatif
Pengumpulan data
Analisis Data
Hasil Penelitian
Kesimpulaan
50
Bandar Lampung yang dilakukan dengan memberikan angket kepada guru
penjasorkes untuk menjadi subjek penelitian. Dengan mekanisme
a. Peneliti mencari jumlah guru dengan lengkap di Dinas Pendidikan Kota Bandar
Lampung.
b. Peneliti menentukan jumlah guru yang akan dijadikan subjek penelitian.
c. Peneliti menyebarkan angket kepada guru penjasorkes
d. Peroses pengumpulan data dan analisis data dengan bantuan software program
excel 2013 dan spss 20.
e. Demi memperkuat pernyataan tentang pemanfaatan TIK sebagai media
pembelajaran peneliti melengkapi dengan wawancara kepada guru SD 3 orang,
Guru SMP 2 orang dan Guru SMA 4 orang.
f. Setelah Memperoleh data penelitian peneliti mengambil kesimpulan dan saran.
G. Instrumen Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2016:222) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik, fenomena ini disebut variabel penelitian. Sebelum melakukan penelitian,
peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan.
Dalam pembuatan Instrumen Penilain penelitian dilakukan dengan menggunakan
angket yang dilakukan dalam pengambilan data secara online pada saat penyebaran
angket. Pembuatan angket sendiri didasarkan kepada perkembangan teknologi yang
mulai menjadi bagian penting dalam pendidikan . Hal inilah akhirnya menjadi
sebuah penelitian yang didasarkan pada survey untuk guru di sekolah yang di
khususnya pada guru mata pelajaran Penjasorkes. Contoh angket yang disebarkan
51
berada di daftar Lampiran. Dalam penelitian ini angket yang digunakan termasuk
jenis angket yang tertutup. Berdasarkan Sugiyono (2015:201), angket tertutup yaitu
pertanyaan atau pernyataan yang mengharapkan jawaban singkat atau
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan atau penyataan yang telah tersedia, sehingga dalam penelitian ini
responden tinggal memberi tanda (√) pada kolom atau tempat yang telah
ditentukan, selain itu angket tertutup memudahkan peneliti dalam pengolahan data
karena jawaban dari masing-masing responden sama dan memperoleh jawaban
secara cepat.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman. Skala
Guttman yaitu tipe pengukuran yang akan mendapatkan jawaban yang tegas, yaitu
“ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-
negatif” dan lain-lain. Dalam skala Guttman hanya ada dua variable yaitu “setuju”
atau “tidak setuju”. Pada skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan
ganda, juga dapat dibentuk dalam bentuk checklist. Jawabannya dapat dibuat
dengan skor tertinggi satu dan terendah nol. Misal untuk jawaban ya diberi skor 1
dan tidak diberi skor 0 (Sugiyono, 2016: 96).
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik, fenomena ini disebut variabel
penelitian (Sugiyono, 2016:222). Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih
dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Dalam
penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, anlisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
52
pelapor hasil penelitiannya (Moleong,2006:168). Faktor penting yang berhubungan
dengan data adalah metode pengumpulan data dan untuk mengumpulkan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian terlebih dahulu memilih metode pemilihan data
yang tepat, dan yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Sugiyono ( 2016 : 317) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan masalah yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden
lebih sedikit atau kecil.Esterberg dalam sugiyono (2016:317) mendefinisikan
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.
2. Angket
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
reponden adalah berbentuk angket. Penelitian kuantitatif digunakan untuk
mengolah data dari hasil sebaran angket/koesioner dengan mengacu pada
rumus persentase, untuk mempersentasekan skor ideal dengan skor dari hasil
pengumpulan data penelitian, selanjutnya data dari skor jawaban itu kemudian
dijelaskan dengan kalimat bersifat kualitatif.
Responden disuruh untuk memberikan jawaban dalam skala ukur yang telah
disediakan. Alternatif pilihan jawaban yang diberikan oleh peneliti berbeda-
beda disesuaikan dengan pernyataan yang diberikan. Instrumen yang baik akan
menghasilkan data yang akurat. Dalam penelitian ini, variabel yang diukur yaitu
53
pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT di Kota Bandar Lampung. Kisi-
kisi angket ketersediaan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK
dapat dibaca pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Variabel Dimensi Indikator No. Item Jumlah
Media Pembelajaran berbasis TIK guru Penjasorkes
Pendekata saintifik
Kemampuan guru penjas dalam membuat perangkat pembelajaran.
11,12,13,14
4
Kemampuan guru penjas dalam pembuatan video pembelajaran 5,6,15 3
Kemampuan menggunakan Blended learning
7,8 2
Pemanfaatan media
Penggunaan Media audio visual 9,10 2
Penggunaan Multimedia 1,2 2
Penggunaan Microsoft office 3,4 2
Jumlah 15
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016:329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera biografi, peraturan, dan
kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kuantitatif.
H. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013:206) mendefinisikan analisis data sebagai berikut :
“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
54
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.
Pengolahan data dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil,
wawancara, angket dan dokumentasi dan angket untuk selanjutnya dideskripsikan
dalam bentuk laporan. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2016: 336)
mengemukakan
“Dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”.
Aktivitas tahapan analisis data menurut Miles and Huberman (1984) dalam buku
Sugiyono (2016:337) adalah sebagai berikut: “yaitu reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Pengolahan data dan menganalisis data dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing Langkah awal yang dilakukan untuk memeriksa kuesioner /angket yang telah
dikumpulkan kembali dari responden, dilakukan untuk dapat mengurangi
kesalahan dan kekurangan dalam kuesioner. Dengan dilakukan uji kepada guru
penjasorkes.
2. Penilaian Pemberian nilai ini bertujuan untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan
analisis. Pemberian kode terhadap jawaban, artinya menaruh pilihan pada setiap
jawaban. Dari hasil pertanyaan yang sifatnya tertutup. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian yang
55
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif adalah menggambarkan data yang
ada guna memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah
dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang
dilakukan. Data yang diperoleh berupa angka maka cara mendeskripsikan data
dapat dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dilakukan
analisis deskriptif dengan menggunakan teknik statistika adalah untuk
meringkas data agar menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti
(Sukardi,2008;86). Tingkat penggunaan media pembelajaran berbasis TIK
dalam penelitian ini dikategorikan sebanyak 5 kategori yaitu : Sering sekali,
sering, sedang, kurang dan kurang sekali. Berdasarkan Sudijono (2008: 175),
pengkategorian disusun dengan lima kategori yaitu baik sekali, baik, sedang,
kurang, dan kurang sekali. Untuk menentukan kriteria skor dengan
menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) dalam skala sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pengkategorian
No Interval Kategori
1 M + 1.5 SD < X Sering sekali
2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Sering
3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Sedang
4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang
5 X ≤ M – 1,5 SD Kurang Sekali
Keterangan :
M = Nilai Rata-Rata (Mean)
X = Skor
SD = Standar Deviasi
Berdasarkan Sudijono (2010: 43), setelah data dikelompokan dalam setiap
kategori, kemudian mencari presentase masing- masing data dengan rumus
56
persentase sebagai berikut :
� =�
� � 100%
Keterangan:
P = Angka presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah subjek atau responden
3. Kesimpulan /Verifikasi Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penelitian untuk memberikan makna
terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan
pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk
unifiksi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkempul direduksi,
selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi melalui beberapa teknik,
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan,maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
Analisis pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK bagi guru penjasorkes
di Kota Bandar Lampung berada dalam kategori sedang, hal ini diibuktikan
dengan pemanfaatan media pembelajaran relatif seimbang. Dengan identifikasi
bahwa fasilitas yang terbatas serta pengetahuan dan penggunaan media
pembelajaran TIK masih kategori rendah. Kemudian kesimpulan yang terbagi:
1. Penerapan TIK pada kemampuan guru penjasorkes dalam membuat
perangkat pembelajaran pada umumnya berada kategori baik, hal ini
ditunjukan dengan banyak guru penjasorkes yang menggunakan TIK dalam
Silabus, RPP, bahan ajar dan LKPD penjasorkes.
2. Penerapan pada kemampuan guru penjasorkes dalam penggunan video
pembelajaran, pada umumnya berada pada kategori sedang. Hal ini
ditunjukan dengan para guru membuat video pembelajaran dari mengamati,
meniru dan memodifikasi.
3. Penerapan pada kemampuan menggunakan blended learning berada pada
kategori sedang. Hal ini dilihat dari guru sudah menggunakan blended
learning melalui google classromm, pada mengirim tugas.
79
B. Saran
Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan:
1. Perlu sering mengikuti pelatihan tentang penggunaan TIK untuk guru
Penjasorkes yang berguna meningkatkan kemampuan induvidu dalam
bidang TIK sebagai media pembelajaran untuk memudahkan penjelasan
materi yang akan diajarkan.
2. Diharapkan UPT memberikan perhatian dan duduk bersama memecahkan
masalah yang terkendala dihadapi guru penjas di lapangan untuk membantu
guru penjas dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK.
Dengan keterbatasan fasilitas yang ada.
3. Diharapkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mampu menyediaan
fasilitas bagi guru Penjasorkes dalam pemanfaatan media pembelajaran
yang berkaitan dengan teknologi dengan memberikan pelatihan TIK untuk
proses pembelajaran PJOK di sekolah dengan harapan siswa mampu meraih
hasil belajar yang lebih baik.
4. FKIP Unila harus memantapkan keperibadian guru sebagai seorang
pendidik dengan memberikan motivasi peserta PPG bahwa menjadi guru
bukan sekedar pekerjaan akan tetapi lebih kepada panggilan jiwa agar
kinerja guru semakin optimal. Dengan caa peningkatan pedagogik guru
khusus untuk penjaskes yang menggunakan pendekatan saintifik yang
prosesnya harus semenarik mungkin supaya kiat-kiat yang akan didapat
nantinya akan mengenai peserta didik secara menyeluruh
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. & Manadji, A. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani.
Dedikbud Direktur Jendral Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Agustina, Putri. 2011. Psikologi Perkembangan. PGSD UMS: Surakarta.
Aip Syarifudin dan nurhadi Santoso.2009. Pendidikan Jasmani danKesehatan.
DepdikbudDirjen Perguruan Tinggi:Jakarta.
A.M. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Arief Sadiman. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar,
Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Basuki, Sunarno. 2016. Pendekatan Saintifik pada Penjasorkes Dalam Rangka
Membentuk Jati Diri Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Jasmani:
Univeristas Lambung Mangkurat. Volume 12, Nomor 2, November 2016.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional.
Darmawan, D. (2012).“Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi”. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Elang Krisnadi. 2009. Rancangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT. disajikan
dalam Workshop Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT di
FMIPA UNY pada tanggal 6 Agustus 2013.
Erawati, Dedeh dkk. 2015.Peranan Tik Dalam Pembelajaran Penjas Di
Sekolah.Program Studi (S2) Pendidikan Olahraga,Program
Pascasarjana.Universitas Negeri Jakarta.
Hadziq, Khairul dan Musadad, Anwar. 2016. Buku Penjas Orkes SMP-MTS
Kelas VII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016. Yrama Widya: Jakarta.
81
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo. 2011. Teknologi Komunikasi dan
Informasi Pembelajaran. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar . Jakarta
____________2017. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Buku PJOK (Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan) Kelas X edisi revisi :Jakarta.
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar
Masa Kini. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia: Bogor.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya
:Bandung.
Modul PPG PJOK. 2019. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Serta
Belajar Gerak Dalam Pembelajaran PJOK. Jakarta.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi.Alfabeta:Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
Rahim, Muhamad Yusuf. 2011. Pemanfaatan ICT sebagai Media Pembelajaran
dan Informasi pada UIN Alauddin Makasar: Sulesana 6(2) : 127-135.
Rosenberg, M. J. 2001. E-learning: Strategies for delivering knowledge in the
digital age. New York: McGraw-Hill.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Rohman, Arif . 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. LaksBang
Mediatam:Yogyakarta.
Simamora, Berton Supriadi. 2019. Buku Guru Aktif Berolahraga: Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas V SD/MI. Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Balitbang Kemendikbud: Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.2006. Metode Penelitian Survei (Editor),
LP3ES, Jakarta.
82
Smaldino, S.E. & Lowther, D.L. & Russell, J.D. 2011. Instructional Technology
& Media For Learning Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar.
PT Fajar Interpratama Mandiri: Jakarta.
Sudijono, A,. 2008. Pengantar statistik pendidikan. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
2010. Pengantar statistik pendidikan. Rajawali Press:Jakarta.
Sudibyo, Bambang. 2007. Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sisdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
PT. Bumi Aksara:Jakarta.
Suryani, Nunuk. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis IT ,
Prosiding of Workshop Nasional . Surakarta : 28 November 2015. Halaman
1-12.
Suparlan. 2008. Menjadi guru efektif. Hikayat Publishing:Jakarta.
Swadesi, I Ketut Iwan. Kanca, I Nyoman. 2018. Pengembangan Media
Pembelajaran PJOK berbasis ICT di SMP: Seminar Nasional Riset
Inovatif 2018, SENARI ke -6: 274-281.
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu.Bumi Aksara:Jakarta.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan &Aplikasinya,
Rineka :Jakarta.
Wahyuningtyas, Citra . 2019. Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Oleh Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Sekolah Dasar
Di UPT Wilayah Selatan Yogyakarta(Skripsi).Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Wijaya, Made Agus. 2011. Buku Ajar Prinsip-Prinsip Pengembangan dan
Modifikasi Cabang Olahraga. Universitas Pendidikan Ganesha: Singaraja.
83
Wulandari,S.2016. Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (Lpmp)
Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan Profesionalisme Tenaga Pendidik
Di Bandar Lampung(Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung.
Yusuf E. Adie.2010.Pemanfaatan ICT Dalam Pendidikan: Kebijakan
Dan Standarisasi Mutu,Dosen Pasca Sarjana Unpak.