24
1 STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEKERJA PADA PROYEK PELEBARAN RANTEPAO-PALOPO OLEH PT.WASKITA KARYA Boni Sombolinggi Mahasiswa S1 Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Alamat : Telkomas Jalan Satelit V no.102 Dr. M.Asad Abdurahman, ST., M.Eng. P.M Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp/Fax : 0411-587636 Suharman Hamzah, ST.MT,PhD.Eng, HSE Cert Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Telp/Fax : 0411-587636 ABSTRACT Occupational Health and Safety (K3) is a program created both workers and companies in an effort to prevent accidents and occupational diseases by identifying the things that potentially cause accidents and occupational diseases as well as anticipatory measures in case of accidents and occupational diseases. This study aimed to analyze the effect of occupational safety and health program on the performance of workers in the road widening project Rantepao-Palopo oleh PT. Waskita Karya. This research is associative research, ie research that connects two or more variables to see the influence of these variables. The data used in this study are primary data and secondary data. The population in this study is the staff and workers working in PT. Waskita. The sample in this study as many as 41 workers. Methods of data analysis using structural equation modeling (SEM) with the help of application smartPLSVersion 2.0 M3 to describe the relationship with the latent variable indicator (outer model) and to describe relationships between the latent variables (inner model). Research results show that the positive effect on work safety performance with the path coefficient value of 0.333. Occupational health positive effect on the performance of the value of the path coefficient 0.472. Safety and Health at work is able to explain the variable performance by 42.1%. Keywords: Safety, Health, Labor Performance, SmartPLS Versoin 2.0M3

STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

  • Upload
    lambao

  • View
    244

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1

STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TERHADAP KINERJA PEKERJA PADA PROYEK PELEBARAN

RANTEPAO-PALOPO OLEH PT.WASKITA KARYA

Boni Sombolinggi

Mahasiswa S1 Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Alamat : Telkomas Jalan Satelit V no.102

Dr. M.Asad Abdurahman, ST., M.Eng. P.M

Dosen Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10

Telp/Fax : 0411-587636

Suharman Hamzah, ST.MT,PhD.Eng, HSE Cert Dosen Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10

Telp/Fax : 0411-587636

ABSTRACT

Occupational Health and Safety (K3) is a program created both workers and

companies in an effort to prevent accidents and occupational diseases by identifying the

things that potentially cause accidents and occupational diseases as well as anticipatory

measures in case of accidents and occupational diseases. This study aimed to analyze the

effect of occupational safety and health program on the performance of workers in the road

widening project Rantepao-Palopo oleh PT. Waskita Karya.

This research is associative research, ie research that connects two or more

variables to see the influence of these variables. The data used in this study are primary

data and secondary data. The population in this study is the staff and workers working in

PT. Waskita. The sample in this study as many as 41 workers. Methods of data analysis

using structural equation modeling (SEM) with the help of application smartPLSVersion

2.0 M3 to describe the relationship with the latent variable indicator (outer model) and to

describe relationships between the latent variables (inner model).

Research results show that the positive effect on work safety performance with

the path coefficient value of 0.333. Occupational health positive effect on the performance

of the value of the path coefficient 0.472. Safety and Health at work is able to explain the

variable performance by 42.1%.

Keywords: Safety, Health, Labor Performance, SmartPLS Versoin 2.0M3

Page 2: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) umumnya terbagi menjadi

tiga (3) versi di antaranya adalah

pengertian K3 menurut Filosofi,

Keilmuan serta menurut standar OHSAS

18001:2007. Berikut adalah pengertian

dan defenisi K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) tersebut:

1. Menurut Filosofi

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohania

tenaga kerja pada

khususnya, dan manusia

pada umumnya, hasil karya

dan budaya untuk menuju

masyarakat adil dan

makmur. ( Mangkunegara

2002 )

2. Menurut Keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) adalah semua

ilmu dan penerapannya

untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja, penyakit

akibat kerja (PAK),

kebakaran, peledakan dan

pencemaran lingkungan.

3. Menurut OHAS

18001:2007 Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah semua kondisi dan

factor yang dapat

berdampak pada

keselamatan dan kesehatan

kerja tenaga kerja maupun

orang lain (kontraktor,

pemasok, pengunjung dan

tamu) di tempat kerja.

Kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance

yang berarti prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang. Maka dari itu kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan fungsinya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan adalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Keselamatan kerja yang tinggi akan

menekan tingkat kecelakaan yang

menyebabkan sakit, cacat, dan kematian

dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam

beberapa tahun terakhir sangat sering

terdengar kecelakaan yang berakibat

fatal seperti cacat dan kematian saat

bekerja.

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di perusahaan-perusahaan

yang ada di Indonesia terkadang masih

dibelakangkan. Padahal Keselamatan

dan Kesehatan Kerja karyawan

merupakan salah satu hak asasi dan salah

satu upaya untuk meningkatkan kualitas

kerja karyawan di perusahaan itu sendiri.

Hal itu ditunjukkan dengan masih

tingginya tingkat kecelakaan kerja yang

ada di Indonesia.

Menurut Abduh M. (Chahlul

2012) di Indonesia tingkat kecelakaan

kerja merupakan salah satu yang tertinggi

di dunia, sedikitnya pada tahun 2007

terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja.

Data tersebut diperkirakan 50% yang

tercatat oleh Jamsostek dari jumlah

sebenarnya. Dari sekian banyak jumlah

angka kecelakaan, penyumbang

terbanyak berasal dari kecelakaan kerja

konstruksi yang mencapai 30% dari total

keseluruhan jumlah kecelakaan kerja.

Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

konstruksi perlu mendapatkan perhatian

khusus terhadap masalah K3.

Dari data tersebut menunjukkan

bahwa tingginya angka kecelakaan kerja

tertinggi pada bidang konstruksi. Dalam

mewujudkan ketertiban dan kenyamanan

ketika bekerja, kontraktor wajib

memenuhi syarat-syarat K3, yaitu

Peraturan Menteri PU

Page 3: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

3

No.9/PER/M/2008. Dalam Peraturan

Menteri tersebut, K3 dijelaskan pada

pasal 1 ayat 1 yang berarti pemberian

perlindungan kepada setiap orang yang

berada di tempat kerja yang berhubungan

dengan pemindahan bahan baku,

penggunaan peralatan kerja konstruksi

serta proses produksi dan lingkungan

sekitar tempat kerja.

Sektor jasa konstruksi yang

berhubungan dengan kepentingan umum

(masyarakat) antara lain pekerjaan

konstruksi jalan, jembatan, bangunan

gedung, fasilitas umum, system

penyediaan air minum dan perpipaannya,

system pengolahan air limbah dan

perpipaannya, drainase, pengolahan

sampah, pengaman pantai, irigasi,

bendungan, bending, waduk, dan

lainnya.

Setelah diberlakukannya Permen

PU No.9/PER/M/2008 terjadi penurunan

angka kecelakaan kerja. Menurut data

Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia pada

tahun 2009 angka kecelakaan kerja

konstruksi yang terjadi mencapai 96.314

kasus, sampai akhir tahun 2010

mengalami penurunan menjadi 86.693

kasus kecelakaan kerja dan pada tahun

2015 melalui Badan penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) kasus kecelakaan

kerja menurun sebesar 50.089.

K3 yang mengatur khusus

bidang konstruksi bangunan masih

mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi

No.PER.01/MEN/1980. Setiap pekerjaan

konstruksi bangunan harus melakukan

usaha pencegahan terjadinya kecelakaan

dan sakit akibat kerja terhadap tenaga

kerjanya. Ketika suatu pekerjaan dimulai

harus disusun suatu unit keselamatan dan

kesehatan kerja, hal tersebut harus

diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.

Unit keselamatan dan kesehatan kerja

yang dimaksud adalah usaha-usaha

pencegahan terhadap kecelakaan,

kebakaran, peledakan, penyakit akibat

kerja, pertolongan pertama pada

kecelakaan dan usaha-usaha

penyelamatan.

Menurut penelitian Angkat S.

(Cyahlul 2012) menjelaskan bahwa

pelaksanaan pekerjaan bangunan sering

mengalami kecelakaan seperti terjatuh,

tertimpa, terpleset, terpotong, dan

tertusuk oleh material bangunan hal

tersebut disebabkan oleh berbagai

macam hal. Kondisi tersebut yang

mengakibatkan sering terjadi kecelakaan

kerja, tetapi pada umumnya disebabkan

oleh kesalahan manusia (human eror).

Pada saat ini sedang berlangsung

proyek pembangunan pelebaran jalan

Rantepeo-Palopo dan perusahaan

kontruksi PT. Waskita Karya menjadi

kontraktor pelaksana pada proyek ini.

Adapun item pekerjaan yang

sementara berlangsung adalah

pekerjaan minor meliputi pekerjaan

brojong, talut, pekerjaan galian dan

timbunan serta saluran sepanjang jalan

yang diperlebar. Adapun pekerjaan ini

dilakukan pada tiga segmen (daerah).

Pada Segmen I yang terletak di

Kecamatan Rantelemo, pekerjaan

pelebaran jalan yang direncanakan

sepanjang 4,5 kilometer. Pada Segmen

II yang terletak di Kecamatan Bolu,

pekerjaan pelebaran jalan yang

direncanakan sepanjang 1 kilometer.

Pada Segmen III yang terletak di

Kecamatan Tondon, pekerjaan

pelebaran jalan yang direncanakan

sepanjang 12 kilometer.

Proyek pembangunan pelebaran

jalan ini merupakan salah satu proyek

besar dimana sangat rawan terjadinya

kecelakaan kerja. Maka penerapan

system manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang baik untuk

meningkatkan produktivitas pekerja akan

sangat membantu dalam mengerjakan

proyek tersebut.

Dengan latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Studi

Pengaruh Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja terhadap kinerja

Page 4: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

4

pekerja pada proyek pelebaran jalan

Rantepao - Palopo”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan

pemikiran diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai

berikut : “Bagaimana pengaruh

keselamatan dan kesehatan kerja

terhadap kinerja pekerja pada proyek

pelebaran jalan Rantepao – Palopo”.

1.3 Maksud danTujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari

penelitian ini adalah dalam rangka

penyelesaian program studi Strata 1 pada

Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk

menganalisis pengaruh keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap kinerja pekerja

pada proyek pelebaran jalan Rantepao –

Palopo yaitu :

1. Hubungan antara Variabel

Keselamatan dengan Variabel

Kinerja

2. Hubungan antara Variabel

Kesehatan dengan Variabel

Kinerja

3. Hubungan antara Variabel

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dengan Variabel Kinerja

1.4 Hipotesis

Terdapat pengaruh program

keselamatan dan kesehatan kerja

terhadap kinerja pekerja pada proyek

pelebaran jalan Rantepao – Palopo.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini

diharapkan akan memberikan manfaat

kepada berbagai pihak yaitu:

1. Bagi Mahasiswa untuk memberikan

wawasan dan informasi tentang

betapa pentingnya penerapan

prosedur K3 dalam suatu proyek

konstuksi jalan guna meningkatkan

kinerja pekerja.

2. Bagi perusahaan dapat memberikan

informasi sebagai bahan evaluasi

dalam meningkatkan kinerja pekerja

melalui penerapan system manajemen

K3 yang baik.

3. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian

yang berhubungan dengan bidang

keselamatan dan kesehatan kerja dan

pengaruhnya terhadap kinerja

pekerja.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini,

pembahasan dan penyajian hasil

penelitian akan disusun dengan materi

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dikemukakan

tentang latar belakang permasalahan,

perumusan masalah, maksud dan tujuan

penelitian, hipotesis dan manfaat

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN

PUSTAKA

Bab ini menjelaskan pengertian

dan teori – teori yang mendasari dan

berkaitan dengan pembahasan dalam

penelitian ini, yang digunakan sebagai

pedoman dalam menganalisa masalah.

Teori – teori yang digunakan berasal dari

literatur – literatur yang ada baik dari

perkuliahan maupun sumber lain.

BAB III : METODE

PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan perihal

kerangka konsep penelitian, jenis

penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, jenis dan sumber data

serta metode analisa data yang akan

dipakai.

BAB IV : HASIL DAN

PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan

hasil dari penelitian yang diperoleh dari

pengolahan data menggunakan program

SmartPLS.

BAB V : KESIMPULAN DAN

SARAN

Page 5: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

5

Pada bab ini berisikan

kesimpulan dan saran yang telah

diperoleh dari penelitian serta kendala –

kendala yang dialami selama penelitian.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)

Keselamatan kerja merupakan

keselamatan yang bertalian dengan

mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

pengolahannya, landasan tempat kerja

dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan, suma’mur (Eddie

Daniel 2011). Undang-Undang No.1

Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003)

menerangkan bahwa keselamatan kerja

yang mempunyai ruang lingkup yang

berhubungan dengan mesin, landasan

tempat kerja dan lingkungan kerja, serta

cara mencegah terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, memberikan

perlindungan sumber-sumber produksi

sehingga dapat meningkatkan efesiensi

dan produktifitas.

Menurut suma’mur (Meydina

Mawar Perangin-angin 2011),

keselamatan kerja merupakan

spesialisasi ilmu kesehatan beserta

prakteknya yang bertujuan agar para

pekerja atau masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya baik fisik, mental maupun

sosial dengan usaha preventif dan kuratif

terhadap penyakit/gangguan kesehatan

yang diakibatkan oleh factor pekerjaan

dan lingkungan serta terhadap penyakit

umum .

Menurut Felton (Meydina

Mawar Perangin-angin 2011)

mengemukakan pengertian tentang

kesehatan kerja adalah “Occupational

Health is the extension of the principles

and practice of occupational medicine, to

include the conjoint preventive or

constructive activities of all members of

the occupational health team.”

Pengembangan prinsip-prinsip dan

praktik dari kedokteran kerja, untuk

memadukan kegiatan-kegiatan yang

bersifat mencegah atau membangun dari

seluruh anggota tim kesehatan kerja.

Melihat beberapa uraian diatas

mengenai pengertian keselamatan dan

pengertian kesehatan kerja di atas, maka

dapat disimpulkan mengenai pengertian

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah suatu bentuk usaha atau upaya

bagi para pekerja untuk memperoleh

jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan

yang mana pekerjaan tersebut dapat

mengancam dirinya yang berasal dari

individu itu sendiri dan lingkungan

kerjanya.

Pada hakekatnya Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan

suatu keilmuan multidisiplin yang

menerapkan upaya pemeliharaan dan

peningkatan kondisi lingkungan kerja,

keamanan kerja, keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja, serta melindungi

tenaga kerja terhadap resiko bahaya

dalam melakukan pekerjaan serta

mencegah terjadinya kerugian akibat

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,

kebakaran, peledakan dan pencemaran

lingkungan kerja.

Menurut Mangkunegara (Denny

Bagus 2009) bahwa tujuan dari

keselamatan dan kesehatan kerja adalah

sebagai berikut :

a. Agar setiap pegawai/tenaga

kerja mendapat jaminan

keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik,

social, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan

dan peralatan kerja

digunakan sebaik-baiknya,

selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi

dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas

pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

Page 6: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

6

e. Agar meningkatkan

kegairahan, keserasian kerja,

dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari

gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai/tenaga

kerja merasa aman dan

terlindungi dalam bekerja.

2.1.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah

kondisi keselamatan yang bebas dari

resiko kecelakaan dan kerusakan dimana

kita bekerja yang mencakup tentang

kondisi bangunan, kondisi mesin,

peralatan keselamatan, dan kondisi

pekerja menurut Simanjutak (Denny

Bagus 2009).

Kondisi bangunan adalah tempat

atau bangunan yang digunakan untuk

tempat bekerja apakah telah memenuhi

kriteria keselamatan bagi penghuni

bangunan tersebut. Kondisi mesin yang

ada di perusahaan juga harus baik

sehingga harus ada penjadwalan

perawatan mesin-mesin untuk proses

produksi. Hal ini bertujuam untuk

mencegah kerusakan mesin yang dapat

membahayakan operator.

Kondisi pekerja sangat

menentukan terjadinya kecelakaan kerja.

Faktor-faktor yang menentukan kondisi

pekerja yaitu Simanjuntak (Meydina

Mawar Perangin-angin 2011).

a. Kondisi mental dan fisik

Kondisi tersebut sangat

berpengaruh dalam

menjalankan proses

produksi karena dengan

kondisi mental dan fisik

yang buruk dapat

mengakibatkan kecelakaan

kerja

b. Kebiasaan kerja yang baik

dan aman

Pada saat melakukan

pekerjaan, pekerja harus

dapat dituntut untuk bekerja

secara disiplin agar tidak

lalai yang dapat

mengakibatkan kecelakaan

kerja.

c. Pemakaian alat-alat

pelindung diri

Kurangnya kesadaran dalam

pemakaian alat-alat

pelindung karena dirasa

tidak nyaman oleh pekerja

dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja.

Menurut Glandon dan Litherland

(2001) dari indikator dari pengukuran

keselamatan kerja adalah:

1. Dukungan dan komunikasi

Dukungan dan komunikasi

antara supervisiors dengan

pekerja dapat dilakukan

dengan cara diskusi, pekerja

bisa mengkomunikasikan

masalah masalah yang

berhubungan dengan

pekerjaan, dan komunikasi

menganai faktor risiko

diinformasikan kepada

pekerja pada saat pelatihan

awal masuk bekerja.

2. Prosedur yang adekuat

Prosedur yang dikatakan

adekuat adalah prosedur yang

berisi berbagai informasi

yang lengkap, teknik yang

akurat, menjelaskan hal-hal

yang boleh dilakukan maupun

yang tidak boleh dilakukan

beserta alasannya dan pekerja

dapat dengan mudah

menerapkan prosedur

pekerjaan mereka.

3. Beban kerja

Beban kerja yang tidak terlalu

tinggi dapat diukur dengan

masih adanya waktu bekerja

untuk beristirahat, target yang

ditentukan masih realistis,

dan pekerja memiliki cukup

waktu menyelesaikan

tugasnya.

4. Alat Pelidung Diri

Page 7: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

7

Alat pelindung diri digunakan

pekerja untuk menghindari

kecelakaan yang dapat

menggagngu pekerja saat

bekerja, dan yang paling

penting adalah APD yang

digunakan nyaman bagi

pekerja.

5. Hubungan dengan

perusahaaan

Hubungan dengan

perusahaaan diukur dengan

adanya hubungan yang baik

antara supervisiors dengan

pekerja, pekerja dengan

pekerja dan juga berhubungan

dengan sikap moral pekerja.

6. Peraturan keselamatan

Peraturan keselamatan harus

selalu dilakukan dan

peraturan keselamatan dapat

diikuti tanpa adanya konflik

dengan praktek kerja.

2.1.2 Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa

digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,

mental dan social seseorang yang tidak

saja bebas dari penyakit atau gangguan

kesehatan melainkan juga menunjukkan

kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan pekerjaannya (Budiono,

2003).

Sejak beberapa abad yang lalu,

Burlinhame menyatakan bahwa

melakukan suatu pekerjaan atau bekerja

hakikatnya merupakan sumber kepuasan

manusia paling mendasar, katalis social

dan sekaligus juga pelengkap status serta

martabat manusia.

Bila konsep tersebut dikaitkan

dengan perubahan global pada bagian

sector dan perkembangan teknologi

dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia harus dilakukan melalui

pekerjaan yang diselaraskan dengan

lingkungan yang aman, nyaman dan

higienis sehingga kesehatan,

keselamatan dan produktivitas tenaga

kerja senantiasa terjamin.

Pradigma baru dalam aspek

kesehatan mengupayakan agar yang

sehat tetap sehat dan bukan sekedar

mengobati, merawat atau

menyembuhkan gangguan kesehatan

atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian

utama dibidang kesehatan lebih

ditujukan kearah pencegahan terhadap

kemungkinan timbulnya penyakit serta

pemeliharaan kesehatan seoptimal

mungkin.

Status kesehatan seseorang,

menurut Blum (Arma Bayu 2012)

ditentukan oleh empat factor yaitu :

1. Lingkungan, berupa

lingkungan fisik (alami,

buatan) kimia

(organic/anorganik, logam

berat, dabu) biologic (virus,

bakteri, mikroorganisme)

dan social budaya (ekonomi,

pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi

sikap, kebiasaan dan tingkah

laku.

3. Pelayanan kesehatan:

promotif, preventif,

perawatan, pengobatan,

pencegahan kecacatan dan

rehabilitasi.

4. Genetik, yang merupakan

factor bawaan setiap

manusia.

Interaksi dari berbagai factor

tersebut sangat mempengaruhi tingkat

kesehatan seorang baik dalam kehidupan

sehari-hari maupun di tempat kerja.

Dengan demikian, dalam pengolahan

kesehatan keempat factor tersebut perlu

diperhatikan, khususnya dalam aspek

lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Hubungan antara pekerjaan dan

kesehatan seseorang mulai dikenal sejak

beberapa abad yang lalu, antara lain

dengan didapatkannya penyakit akibat

cacing atau gejala sesak napas akibat

timbunan debu dalam paru pada pekerja.

Kaitan timbal balik pekerjaan

yang dilakukan dan kesehatan pekerja

semakin banyak dipelajari dan terus

Page 8: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

8

berkembang sejak terjadinya revolusi

industry. Pekerjaan mungkin berdampak

negatife bagi kesehatan akan tetapi

sebaliknya pekerjaan dapat pula

memperbaiki tingkat kesehatan dan

kesejahteraan pekerja bila dikelola

dengan baik. Demikian pula status

kesehatan pekerja sangat mempengaruhi

produktivitas kerjanya. Pekerjaan yang

sehat memungkinkan tercapainya hasil

kerja yang lebih baik bila dibandingkan

dengan pekerja yang terganggu

kesehatannya.

Menurut Suma’mur (Eddie

Daniel 2011), kesehatan kerja merupakan

spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan agar

pekerja/masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya baik

fisik, mental maupun sosial dengan usaha

preventatif atau kuratif terhadap

penyakit/gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja serta terhadap penyakit

umum.

Konsep kesehatan kerja dewasa

ini semakin banyak berubah, bukan

sekedar “kesehatan pada sektor industri’

saja melainkan juga mengarah pada

upaya kesehatan untuk semua orang

dalam melakukan pekerjaannya (Total

health of all at work).

Dan ilmu ini tidak hanya

berhubungan antara efek lingkungan

kerja dengan kesehatan, tetapi juga

hubungan antara status kesehatan pekerja

dengan kemampuannya untuk

melakukan tugas yang harus

dikerjakannya, dan tujuan dari kesehatan

kerja adalah mencegah timbulnya

gangguan kesehatan daripada

mengobatinya.

Sebagai bagian spesifik

keilmuwan dalam kesehatan masyarakat,

kesehatan kerja lebih memfokuskan

lingkup kegiatannya pada peningkatan

kualitas hidup tenaga kerja melalui

penerapan upaya kesehatan yang

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan dan

memelihara derajat

kesehatan pekerja.

2. Melindungi dan mencegah

pekerja dari semua

gangguan kesehatan akibat

lingkungan kerja atau

pekerjaannya.

3. Menempatkan pekerja sesuai

dengan kemampuan fisik,

mental dan pendidikan atau

keterampilannya.

4. Meningkatkan efisiensi dan

produktivitas pekerja.

Menurut Gary Dessler (Beni

Madaun 2016), indikator kesehatan kerja

terdiri dari :

1. Keadaan dan Kondisi

Karyawan

Keadaan dan kondisi

karyawan adalah keadaan

yang dialami oleh karyawan

pada saat bekerja yang

mendukung aktivitas dalam

bekerja.

2. Lingkungan kerja adalah

lingkungan yang lebih luas

dari tempat kerja yang

mendukung aktivitas

karyawan dalam bekerja.

3. Perlindungan karyawan

merupakan fasilitas yang

diberikan untuk menunjang

kesejahteraan karyawan

2.1.3 Aspek-aspek dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3)

Menurut Anoraga (Meydina

Mawar Perangin-angin 2011)

mengemukakan aspek-aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

meliputi:

a. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja

merupakan tempat dimana

seseorang atau karyawan

dalam beraktifitas kerja.

Lingkungan kerja dalam hal

ini menyangkut kondisi

Page 9: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

9

kerja, seperti ventilasi, suhu,

penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan

merupakan suatu hal yang

pokok dibutuhkan oleh

perusahaan untuk

memproduksi barang.

Dalam memproduksi

barang, alat-alat kerja

sangatlah vital yang

digunakan oleh para pekerja

dalam melakukan kegiatan

proses produksi dan

disamping itu adalah bahan-

bahan utama yang akan

dijadikan barang.

c. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian

produksi memiliki cara-cara

melakukan pekerjaan yang

berbeda-beda yang dimiliki

oleh karyawan. Cara-cara

yang biasanya dilakukan

oleh karyawan dalam

melakukan semua aktifitas

pekerjaan, misalnya

menggunakan peralatan

yang sudah tersedia dan

pelindung diri secara tepat

dan mematuhi peraturan

penggunaan peralatan

tersebut dan memahami cara

mengoperasionalkan mesin.

Menurut Budiono dkk (2003),

faktor-faktor yang mempengaruhi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

antara lain:

a. Beban kerja

Beban kerja berupa beban

fisik, mental, dan sosial,

sehingga upaya penempatan

pekerja yang sesuai dengan

kemampuannya perlu

diperhatikan.

b. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yang banyak

tergantung pada pendidikan,

keterampilan, kesegaran

jasmani, ukuran tubuh,

keadaan gizi dan sebagainya.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang

berupa faktor fisik, kimia,

biologik, ergonomik,

maupun psikosial.

Dari beberapa uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa Aspek dan

Faktor yang mempengaruhi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain

lingkungan kerja, alat kerja dan bahan,

cara melakukan pekerjaan, beban kerja,

kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.

2.1.4 Tujuan Penerapan

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3)

Secara umum, kecelakaan selalu

diartikan sebagai kejadian yang tidak

dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat

terjadi karena kondisi yang tidak

membawa keselamatan kerja, atau

perbuatan yang tidak selamat.

Kecelakaan kerja dapat didefinisikan

sebagai setiap perbuatan atau kondisi

tidak selamat yang dapat mengakibatkan

kecelakaan. Berdasarkan defenisi

kecelakaan kerja maka lahirlah

keselamatan dan kesehatan kerja yang

mengatakan bahwa cara menanggulangi

kecelakaan kerja adalah dengan

meniadakan unsur penyebab kecelakaan

dan atau mengadakan pengawasan yang

ketat.

Keselamatan dan kesehatan kerja

pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang

memungkinkan terjadinya kecelakaan.

Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu mengungkapakan sebab-

akibat suatu kecelakaan dan meneliti

apakah penendalian secara cermat

dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (Denny

Bagus 2009) bahwa tujuan dari

keselamatan dan kesehatan kerja adalah :

1. Agar setiap pegawai

mendapat jaminan

keselamatan dan kesehatan

Page 10: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

10

kerja baik secara fisik, social

dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan

dan peralatan kerja

digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi

dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas

pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

5. Agar meningkatkan

kegairahan, keserasian kerja,

dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari

gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa

aman dan terlindungi dalam

bekerja.

Adapun tujuan K3 dalam dunia

konstruksi adalah untuk melindungi para

tenaga kerja atas hak keselamatannya

dalam melakukan pekerjaan dan untuk

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif sehingga upaya pencapaian

efisiensi waktu yang sesuai pada

jadwalnya pada suatu proyek konstruksi.

Tujuan K3 juga diatur dalam Undang-

Undang Nomor I Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi

kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan

memadamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi

bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau

jalan menyelamatkan diri

pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang

berbahaya.

5. Memberi pertolongan pada

kecelakaan.

6. Memberi alat-alat

perlindungan diri pada para

pekerja.

7. Mencegah dan

mengendalikan timbul atau

menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran,

asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar atau

radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan

mengendalikan timbulnya

penyakit akibat kerja baik

physik maupun psychis,

peracunan, infeksi dan

penularan.

9. Memperoleh penerangan

yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan

lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan

penyegaran udara yang

cukup.

12. Memelihara kebersihan,

kesehatan dan ketertiban.

13. Memperoleh keserasian

antara tenaga kerja, alat

kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya.

14. Mengamankan dan

memperlancar

pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau

barang.

15. Mengamankan dan

memelihara segala jenis

bangunan.

16. Mengamankan dan

memperlancar pekerjaan

bongkar-muat, perlakuan

dan penyimpanan barang.

17. Mencegah terkena aliran

listrik yang berbahaya.

18. Menyeseuaikan dan

menyempurnakan

pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaanya

menjadi bertambah tinggi.

2.1.5 Manfaat Penerapan

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3)

Page 11: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

11

Secara umum manfaat penerapan

SMK3 diperusahaan terbagi empat poin

penting yaitu:

1. Melindungi pekerja

Tujuan utama penerapan

SMK3 adalah melindungi

pekerja dari segala macam

bahaya kerja dan juga yang

bias mengganggu kesehatan

saat kerja. Dengan

melindungi pekerja dengan

menerapkan SMK3 Kerja

maka otomatis perusahaan

akan untung karenan

meningkatkan produktivitas

pekerja.

2. Mematuhi peraturan

pemerintah

Dengan menerapkan SMK3

maka perusahaan telah

mematuhi peraturan

pemerintah Indonesia.

Perusahaan yang tidak

menerapkan SMK3 akan

diberikan sangsi oleh

pemerintah karena lalai

dalam melindungi pekerja.

3. Meningkatkan kepercayaan

konsumen

Dengan menerapkan SMK3

secara otomatis akan

meningkatkan kepercayaan

konsumen, karena dengan

menerapkan SMK3 akan

dapat menjamin proses yang

aman, tertib dan bersih

sehingga bias meningkatkan

kualitas hasil pekerjaan.

4. Membuat system

manajemen efektif

Penerapan SMK3 tidak jauh

beda dengan ISO dimana

semua tindakan

terdokumentasi dengan baik,

dengan adanya dokumen

yang lengkap memudahkan

melakukan tindakan

perbaikan jika ada alur kerja

yang tidak sesuai.

Menurut Sculler dan Jackson

(Cantika, 2005), apabila perusahaan

dapat melaksanakan program

keselamatan dan kesehatan kerja dengan

baik maka perusahaan akan dapat

memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas

karena menurunnya jumlah

hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan

kualitas pekerja yang lebih

komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya

kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja

dan pembayaran langsung

yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan

klaim.

5. Fleksibilitas dan

adaptabilitas yang lebih

besar sebagai akibat dari

partisipasi dan rasa

kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja

yang lebih baik karena

meningkatnya citra

perusahaan.

7. Perusahaan juga dapat

meningkatkan

keuntungannya secara

substansial.

2.1.5 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja didefinisikan

sebagai suatu kejadian tidak terduga,

semula tidak dikehendaki yang

mengacaukan proses yang telah diatur

dari suatu aktivitas dan dapat

menimbulkan kerugian baik bagi

manusia dan atau harta benda, sedangkan

kecelakaan kerja adalah kejadian yang

tidak terduga dan tidak diharapkan dan

tidak terencana yang mengakibatkan

luka, sakit, kerugian baik pada manusia,

barang maupun lingkungan.

(http://www.definisi-

pengertian.com/2015/07/definisi-

pengertian-faktor-kecelakaan-

kerja.html)

Page 12: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

12

Terdapat banyak faktor yang

menimbulkan kecelakaan dan penyakit

kerja. Kecelakaan dan penyakit kerja

dapat terjadi pada saat seseorang

mengoperasikan alat kerja atau produksi,

antara lain karena:

1. Pekerja yang bersangkutan

tidak tampil atau tidak

mengetahui cara

mengoperasikan alat-alat

tersebut.

2. Pekerja tidak hati-hati, lalai,

terlalu lelah atau dalam

keadaan sakit.

3. Tidak tersedia alat-alat

pengaman.

4. Alat kerja atau produksi

yang digunakan dalam

keadaan tidak baik atau tidak

layak pakai lagi.

Kecelakaan dan penyakit akibat

kerja dapat pula terjadi karena kondisi

dan lingkungan kerja yang tidak aman,

misalnya dalam bentuk ledakan,

kebakaran, dan kebocoran atau

perembesan unsur-unsur kimia

berbahaya. Bencana kecelakaan kerja

tersebut dapat menimbulkan korban dan

kerugian dalam bentuk:

1. Pekerja atau orang lain

meninggal atau luka.

2. Alat-alat produksi rusak.

3. Bahan baku dan bahan

produksi lainnya rusak.

4. Bangunan terbakar atau

roboh.

5. Proses produksi terhenti atau

terganggu.

Kecelakaan kerja dapat

dikategorikan dalam beberapa akibat

yang ditimbulkan seperti menurut

Simanjuntak (Meydina Mawar

Perangin-angin 2011) adalah :

a. Meninggal dunia, termasuk

kecelakaan yang paling fatal

yang menyebabkan

penderita meninggal dunia

walaupun telah

mendapatkan pertolongan

dan perawatan sebelumnya.

b. Cacat permanen total adalah

cacat yang mengakibatkan

penderita secara permanen

tidak mampu lagi melakukan

pekerjaan produktif karena

kehilangan atau tidak

berfungsinya lagi bagian-

bagian tubuh, seperti: kedua

mata, satu mata, satu tangan

atau satu lengan atau satu

kaki. Dua bagian tubuh yang

tidak terletak pada satu ruas

tubuh.

c. Cacat permanen sebagian

adalah cacat yang

mengakibatkan satu bagian

tubuh hilang atau terpaksa

dipotong atau sama sekali

tidak berfungsi.

d. Tidak mampu bekerja

sementara, dimaksudkan

baik ketika dalam masa

pengobatan maupun karena

harus beristirahat menunggu

kesembuhan, sehingga ada

hari-hari kerja hilang dalam

arti yang bersangkutan tidak

melakukan kerja produktif.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah

sebuah kata dalam Bahasa

Indonesia dari kata dasar kerja yang

menerjemahkan kata dari bahasa

asing prestasi. Bisa pula

berarti hasil kerja. Kinerja

dalam organisasi merupakan jawaban

dari berhasil atau tidaknya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Para

atasan atau manajer sering tidak

memperhatikan kecuali sudah sangat

buruk atau segala sesuatu jadi serba

salah. Terlalu sering manajer tidak

mengetahui betapa buruknya kinerja

telah merosot sehingga perusahaan /

instansi menghadapi krisis yang serius.

Kesan – kesan buruk organisasi yang

mendalam berakibat dan mengabaikan

tanda – tanda peringatan adanya kinerja

yang merosot.

Page 13: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

13

Ada beberapa pengertian kinerja

menurut para ahli, menurut Robbins

(Beni Madaun 2016), kinerja merupakan

pencapaian yang optimal sesuai dengan

potensi yang dimiliki seorang karyawan

merupakan hal yang selalu menjadi

perhatian para pemimpin organisasi.

Kinerja ini menggambarkan sejauh mana

aktivitas seseorang dalam melaksanakan

tugas dan berusaha dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan. Sementara

kinerja menurut Mangkunegara (Beni

Madaun 2016), adalah hasil kerja secara

kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya

karyawan dalam menjalankan tugas yang

diberikan perusahaan dapat diketahui

dengan melakukan penilaian terhadap

kinerja karyawannya. Penilaian kinerja

merupakan alat yang sangat berpengaruh

untuk mengevaluasi kerja karyawan

bahkan dapat memotivasi dan

mengembangkan karyawan.

2.2.2 Tujuan Kinerja

Tujuan kinerja menurut Rivai

dan Basri (2005):

1. Kemahiran dari kemampuan tugas

baru diperuntukan untuk perbaikan

hasil kinerja dan kegiatannya.

2. Kemahiran dari pengetahuan baru

dimana akan membantu karyawan

dengan pemecahan masalah yang

kompleks atas aktivitas membuat

keputusan pada tugas.

3. Kemahiran atau perbaikan pada

sikap terhadap teman kerjanya

dengan satu aktivitas kinerja.

4. Target aktivitas perbaikan kinerja.

5. Perbaikan dalam kualitas atau

produksi.

6. Perbaikan dalam waktu atau

pengiriman.

2.2.3 Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja

Menurut Prawirosentono (

Muchlisin Riadi 2014) dalam ada 4 faktor

yang mempengaruhi kinerja yaitu

efektifitas dan efisiensi, otoritas

(wewenang), disiplin, dan inisiatif.

a. Efektifitas dan efisiensi

Bila suatu tujuan tertentu

akhirnya bisa dicapai, kita

boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut efektif

tetapi apabila akibat-akibat

yang tidak dicari kegiatan

menilai yang penting dari

hasil yang dicapai sehingga

mengakibatkan kepuasan

walaupun efektif dinamakan

tidak efesien. Sebaliknya, bila

akibat yang dicari-cari tidak

penting atau remeh maka

kegiatan tersebut efesien.

b. Otoritas (wewenang)

Otoritas menurut adalah sifat

dari suatu komunikasi atau

perintah dalam suatu

organisasi formal yang

dimiliki seorang anggota

organisasi kepada anggota

yang lain untuk melakukan

suatu kegiatan kerja sesuai

dengan kontribusinya.

Perintah tersebut mengatakan

apa yang boleh dilakukan dan

yang tidak boleh dalam

organisasi tersebut.

d. Disiplin

Disiplin adalah taat kepda

hukum dan peraturan yang

berlaku. Jadi, disiplin

karyawan adalah kegiatan

karyawan yang

bersangkutan dalam

menghormati perjanjian

kerja dengan organisasi

dimana dia bekerja.

d. Inisiatif

Inisiatif yaitu berkaitan

dengan daya pikir dan

kreatifitas dalam

membentuk ide untuk

merencanakan sesuatu yang

berkaitan dengan tujuan

organisasi.

2.2.4 Indikator Kinerja

Page 14: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

14

Indikator untuk mengukur

kinerja karyawan secara individu ada

enam indikator, yaitu Robbins (Beni

Madaun 2016)

1. Kualitas. Kualitas kerja diukur

dari persepsi karyawan terhadap

kualitas pekerjaan yang

dihasilkan serta kesempurnaan

tugas terhadap keterampilan dan

kemampuan karyawan.

2. Kuantitas. Merupakan jumlah

yang dihasilkan dinyatakan

dalam istilah seperti jumlah unit,

jumlah siklus aktivitas yang

diselesaikan.

3. Ketepatan waktu. Merupakan

tingkat aktivitas diselesaikan

pada awal waktu yang

dinyatakan, dilihat dari sudut

koordinasi dengan hasil output

serta memaksimalkan waktu

yang tersedia untuk aktivitas

lain.

4. Efektivitas. Merupakan tingkat

penggunaan sumber daya

organisasi (tenaga, uang,

teknologi, bahan baku)

dimaksimalkan dengan maksud

menaikkan hasil dari setiap unit

dalam penggunaan sumber daya.

5. Kemandirian. Merupakan

tingkat seorang karyawan yang

nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya

Komitmen kerja. Merupakan

suatu tingkat dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja

dengan instansi dan tanggung

jawab karyawan terhadap kantor.

2.2 Permodelan Statistik Multivariat

Basis SEM

Permodelan Persamaan

Struktural (Structural Equation

Modelling = SEM) merupakan salah satu

metode penelitian multivariat yang

memberikan kemampuan untuk

melakukan analisis jalur (path analysis)

dengan variabel laten. SEM merupakan

gabungan dua alat analisis yang diambil

ekonometrika yaitu persamaan simultan

yang memfokuskan pada prediksi,

dengan psikometrika yang berkembang

pada ilmu psikologi yang mampu

menggambarkan variabel laten (tak

terukur langsung) dan diukur secara tidak

langsung melalui indikator-indikator

(variable manifest).

Ada dua pendekatan dalam

metode SEM, yaitu EM (CB-SEM) dan

SEM dengan pendekatan variance yang

juga dikenal sebagai Partial Least

Square SEM (PLS-SEM). CB-SEM

memiliki keterbatasan karena harus

menggunakan jumlah sampel yang besar

(minimal 100 sampel), data harus

terdistribusi normal multivariat,

indikator harus dalam bentuk reflektif,

model harus berdasarkan pada teori dan

adanya indeterminacy. PLS-SEM

dikembangkan untuk mengatasi

keterbatasan CB-SEM. Dimana metode

PLS-SEM dapat digunakan pada setiap

jenis skala data (nominal, ordinal,

interval, dan rasio) serta syarat asumsi

yang lebih fleksibel yaitu dapat

mengestimasi persamaan struktural

dengan jumlah sampel yang relatif lebih

kecil (Abdillah, 2015).

Selain itu, penggunaan metode

SEM berbasis kovarian lebih tepat

digunakan sebagai alat bantu konfirmasi

bila landasan teori hubungan antar

variabel tersebut kuat. Sedangkan bila

landasan teori yang diajukan adalah

tentang hubungan antar variabel yang

bersifat tentatif dan bergeser menjadi

tujuan prediksi, maka penggunaan

metode Partial Least Square lebih

sesuai.

Parameter estimasi yang

dilakukan pada model pengukuran dan

model struktural dalam PLS-SEM dibagi

menjadi tiga kategori. Pertama weight

estimate yang digunakan untuk

menghasilkan skor variable laten. Kedua,

path estimate yang mencerminkan bobot

kontribusi variasi perubahan variabel

independen terhadap variabel dependen.

Page 15: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

15

Bobot tersebut menghasilkan nilai R2

yang muncul pada variabel dependen.

Ketiga, adalah skor rerata (mean) dan

konstanta regresi untuk variabel laten.

Proses iterasi yang dilakukan PLS-SEM

terdiri dari tiga tahap. Iterasi pertama

menghasilkan weight estimate yang

dilakukan dalam iterasi alogaritma.

Weight estimate digunakan sebagai

parameter validitas dan realiabilitas

instrumen. Iterasi kedua menghasilkan

nilai inner model dan outer model. Inner

model digunakan sebagai parameter

signifikansi dalam pengujian hipotesis

sedangkan outer model digunakan

sebagai parameter validitas konstruk

(reflektif dan formatif). Iterasi ketiga

menghasilkan skor rerata dan konstanta

variabel laten yang digunakan sebagai

parameter, sifat hubungan kausalitas dan

rerata nilai sampel yang dihasilkan.

(Abdillah, 2015).

Keunggulan PLS adalah sebagi berikut :

1. Mampu memodelkan banyak

variable dependen dan variable

independen (model kompleks).

2. Mampu mengelolah masalah

multikolinearitas antar variable

independen.

3. Hasil tetap kokoh (rebust)

walaupun terdapat data yang

tidak normal dan hilang (missing

value).

4. Menghasilkan variable laten

independen secara langsung

berbasis cross-product yang

melibatkan variable laten

dependen sebagai kekuatan

prediksi.

5. Dapat digunakan pada konstruk

reflektif dan formatif.

6. Dapat digunakan pada sampel

kecil.

7. Tidak mensyaratkan data

berdistribusi normal.

8. Dapat digunakan pada data

dengan tipe skala berbeda, yaitu

nominal, ordinal dan kontinus.

Kelemahan PLS

1. Sulit menginterpretasi loading

variable laten independen jika

berdasarkan pada hubungan

cross-product yang tidak ada

(seperti pada teknik analisis

faktor berdasarkan korelasi antar

manifest variable independen).

2. Properti distribusi estimasi yang

tidak diketahui menyebabkan

tidak diperolehnya nilai

signifikasi kecuali melakukan

proses bootstrap.

3. Terbatas pada pengujian model

estimasi statistika.

Prinsip evaluasi model PLS-

SEM terdiri dari dua tahap, outer model

(model pengukuran) dan inner model

(model struktural):

1. Outer Model

Model pengukuran atau outer

model dengan indikator refleksif

dievaluasi dengan convergent dan

discriminant validity dari

indikatornya dan composite

realibility untuk blok indikator.

Sedangkan outer model dengan

indikator formatif dievaluasi

berdasarkan pada substantive

content-nya yaitu dengan

membandingkan besarnya relative

weight dan melihat signifikansi dari

ukuran weight tersebut. Outer model

sering juga disebut dengan outer

relation atau measurment model

yang didefenisikan bagaimana

setiap blok indikator berhubungan

dengan variabel latennya.

Secara umum uji validitas adalah

untuk melihat apakah item

pertanyaan yang dipergunakan

mampu mengukur apa yang ingin

diukur. Suatu item pertanyaan

dalam suatu kuesioner dipergunakan

untuk mengukur suatu konstruk

(variabel) yang akan diteliti.

Uji realibilitas adalah untuk

melihat apakah rangkaian kuesioner

Page 16: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

16

yang dipergunakan untuk mengukur

suatu konstruk tidak mempunyai

kecenderungan tertentu. Ukuran

refleksif individual dikatakan tinggi

jika berkorelasi lebih dari 0,70

dengan konstruk yang diukur.

Namun menurut Chin, 1998 (dalam

Ghozali, 2006) untuk penelitian

tahap awal dari pengembangan skala

pengukuran nilai loading 0,5 sampai

0,6 dianggap cukup memadai.

Dalam penelitian ini akan digunakan

batas loading factor sebesar 0,50.

a. Convergent Validity

Korelasi antara skor indikator

refleksif dengan skor variabel

latennya. Indikator individu

dianggap realible jika

memiliki nilai loading 0,5

sampai 0,6, karena

merupakan tahap awal

pengembangan skala

pengukuran.

b. Discriminant Validity

Discrimant validity

merupakan pengukuran

indikator dengan variabel

latennya. Pengukuran

discriminant validity

dilakukan dengan cara

membandingkan nilai square

root of average variance

extracted (Akar AVE) setiap

konstruk dengan korelasi

dengan korelasi antara

konstruk tersebut terhadap

konstruk lainnya dalam

model. Jika nilai akar AVE

suatu konstruk lebih besar

dibandingkan dengan nilai

korelasi konstruk terhadap

konstruk lainnya dalam

model maka dapat di

simpulkan kosntruk tersebut

memiliki nilai discriminant

validity yang baik dan

sebaliknya.

Direkomendasikan nilai

pengukuran AVE harus lebih

besar dari 0.5.

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas konstruk dapat

diukur dengan melihat

Composite Reliability dan

Cronbach’s Alpha dari blok

indikator yang mengukur

konstruk. Nilai batas yang

diterima untuk Composite

Reliability dan Cronbach’s

Alpha adalah diatas 0,70

meskipun 0,6 masih dapat

diterima.

2. Inner Model

Inner model merupakan model

struktural untuk memprediksi

hubungan kasualitas antar variabel

laten. Melalui proses bootsrapping,

parameter uji T-statistic diperoleh

untuk memprediksi adanya

hubungan kasualitas. Model

struktural dievaluasi dengan

menggunakan R2 untuk konstruk

dependen, nilai koefisien path atau

t-values tiap path untuk uji

signifikansi antar konstruk dalam

model struktural. Nilai R2 digunakan

untuk mengukur tingkat variasi

perubahan variabel independen

terhadap variabel dependen.

Semakin tinggi nilai R2 berarti

semakin baik model prediksi dari

model penelitian yang diajukan.

Sebagai contoh, jika nilai R2 sebesar

0,63 artinya variasi perubahan

variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 63 persen, sedangkan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dijelaskan dalam model

yang diajukan. Namun R2 bukanlah

parameter absolut dalam mengukur

ketepatan model karena dasar

hubungan teoritis adalah parameter

paling utama untuk menjelaskan

hubungan kausalitas tersebut. Nilai

koefisien path atau inner model

menunjukkan tingkat signifikansi

dalam pengujian hipotesis. Skor

koefisien path yang ditunjukkan

Page 17: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

17

oleh nilai T-statistic harus diatas

1,96 untuk parameter two-tail dan

1,64 untuk hipotesis dengan

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penilitian

Kerangka konsep pada

penelitian ini sebagai berikut :

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan

penelitian analitik dengan menggunakan

pendekatan desain cross sectional, yaitu

penelitian yang mempelajari dinamika

hubungan atau korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan dampak atau

efeknya. Faktor risiko dan dampak atau

efeknya diobservasi pada saat yang sama,

artinya setiap subyek penelitian

diobservasi hanya satu kali saja dan

faktor risiko serta dampak diukur

menurut keadaan atau status pada saat

observasi. Dengan penelitian ini

diharapkan dapat menganalisa pengaruh

program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja terhadap kinerja pekerja pada

proyek pelebaran jalan Rantepao -

Palopo.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada

proyek pelebaran jalan Rantepao –

Palopo. Adapun proyek ini terbagi atas

tiga segmen pekerjaan yaitu : segmen

pertama berada di daerah Rantelemo,

segmen kedua berada di daerah Bolu, dan

segmen ketiga barada di daerah Tondon.

Sedangkan waktu penelitian ini

dilakukan dari proses pengajuan judul,

pencarian literatur, konsultasi dengan

pembimbing, penelitian, pengolahan

data, penyajian data, pembahasan,

kesimpulan dan saran. Keseluruhan

proses penelitian tersebut dilakukan pada

bulan April 2016 - selesai.

3.3 Populasi dan Responden Penelitian

Dalam pengambilan data

berdasarkan metode kuesioner, populasi

dalam penelitian ini adalah pekerja dan

staff yang bekerja pada pada proyek

pelebaran jalan Rantepao - Palopo.

Sampel adalah objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi,

dimana pengambilan sampel terpilih

dengan metode simple random sampling

yaitu mengambil secara acak dengan

menggunakan table random sampai

memenuhi besar sampel yang diinginkan

yaitu sebesar 41 pekerja.

Distribusi responden

berdasarkan Umur Pekerja, Pendidikan

Pekerja, dan Masa Kerja Pekerja masing

dipelihatkan dari Gambar 3.2, Gambar

3.3, dan Gambar 3.4.

Page 18: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

18

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini

diperoleh dengan wawancara langsung

kepada responden dengan menggunakan

metode kuesioner yang mengacu pada

variabel yang akan diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder, merupakan

pelengkap data primer yang umumnya

diperoleh dari sumber kepustakaan

seperti literatur – literatur, bahan kuliah,

catatan, laporan, maupun dokumentasi

perusahaan, situs web, internet, karya

tulis, buku, dan sumber-sumber lainnya

yang erat hubungannya dengan

penelitian ini.

3.5 Teknik Analisa Data

3.5.1 Teknik Analisa Data dengan

Metode SEM

Teknik analisis data dengan

menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM) untuk menggambarkan

hubungan variabel laten dengan

indikatornya (outer model) dan untuk

menggambarkan hubungan antar

variabel-variabel laten (inner model)

dibantu dengan menggunakan aplikasi

SmartPLS versi 2.0M3.

3.5.2 Teknik Analisis Deskriptif

Teknik analisis deksriptif

digunakan untuk menggambarkan

besarnya nilai hubungan setiap item

terhadap indikator pada variabel. Jenis

parameter yang digunakan dalam teknik

analisis deskriptif pada penelitian ini

yaitu nilai mean dan presentase (%).

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel independen merupakan

variabel yang menjadi sebab

perubahannya akan timbul variabel

terikat. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

2. Variabel dependen merupakan

variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya

variabel independen, dalam

penelitian ini variabel dependen

adalah Kinerja Pekerja.

3.6.2 Defenisi Operasional Variabel

1. Keselamatan Kerja adalah upaya

perlindungan pemanen yang

meliputi peraturan keselamatan,

komunikasi dan dukungan, dan alat

pelindung diri. Indikator dari

keselamatan kerja yaitu:

a. Peraturan keselamatan adalah

program mengenai keselamatan

kerja pada pekerja yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

b. Komunikasi dan dukungan

adalah bentuk pemberian

informasi dan dukungan

mengenai program K3 dari

perusahaan kepada pekerja.

c. Alat Pelindung Diri (APD)

adalah peralatan untuk

melindungi pekerja dari sumber

bahaya saat melakukan

pekerjaannya.

2. Kesehatan Kerja meliputi pemeriksaan

kesehatan, dan sarana pelayanan

kesehatan:

a. Pemeriksaan kesehatan adalah

kegiatan yang disediakan oleh

Page 19: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

19

perusahaan untuk memeriksa

kondisi tubuh pekerja.

b. Sarana pelayanan kesehatan

adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang disediakan

perusahaan kepada pemanen saat

mengalami keluhan kesehatan.

3. Kinerja pekerja meliputi kualitas,

kuantitas, ketepatan waktu,

efektivitas dan kemandirian :

a. Kualitas. Kualitas kerja diukur

dari persepsi pekerja terhadap

kualitas pekerjaan yang

dihasilkan serta kesempurnaan

tugas terhadap keterampilan dan

kemampuan pekerja.

b. Kuantitas. Merupakan jumlah

yang dihasilkan dinyatakan

dalam istilah seperti jumlah unit,

jumlah siklus aktivitas yang

diselesaikan.

c. Ketepatan waktu. Merupakan

tingkat aktivitas diselesaikan

pada awal waktu yang

dinyatakan, dilihat dari sudut

koordinasi dengan hasil output

serta memaksimalkan waktu

yang tersedia untuk aktivitas

lain.

d. Efektivitas. Merupakan tingkat

penggunaan sumber daya

organisasi (tenaga, uang,

teknologi, bahan baku)

dimaksimalkan dengan maksud

menaikkan hasil dari setiap unit

dalam penggunaan sumber daya.

e. Kemandirian. Merupakan suatu

tingkat dimana pekerja

mempunyai komitmen kerja

dengan instansi dan tanggung

jawab pekerja terhadap

perusahaan.

3.7 Aspek Pengukuran

Masing-masing item indikator

diukur dengan menggunakan skala likert,

dimana terdapat lima kategori penilaian

antara lain sangat setuju, tidak setuju,

netral, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Skor masing-masing indikator

merupakan nilai total dari item indikator.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Menghitung pengukuran Outer

Model

4.1.1 Convergent Validity

Berdasarkan tabel 4.1, hasil

model struktural yang diteliti

menunjukkan hubungan antara indikator

dengan masing-masing variabel yang

ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot

faktor. Variabel Keselamatan diukur dari

empat indikator yaitu Peraturan

Keselamatan (X1) dengan bobot faktor

0,683; Komunikasi dan Dukungan (X2)

dengan bobot faktor 0,847; Alat

Pelindung Diri (X3) dengan bobot faktor

0,914.

Variabel Kesehatan diukur dari dua

indikator yaitu Pemeriksaan Kesehatan

(X4) dengan bobot faktor 0,942; Sarana

Pelayanan Kesehatan (X5) dengan bobot

faktor 0,889. Variabel Kinerja Pekerja

diukur dari lima indikator yaitu Kuantitas

(Y1) dengan bobot faktor 0,782; Kualitas

(Y2) dengan bobot faktor 0,838;

Ketetapan Waktu (Y3) dengan bobot

faktor 0,767; Efektivitas (Y4) dengan

bobot faktor 0,753. Kemandirian (Y5)

dengan bobot faktor 0,806 Melihat hasil

korelasi antara indikator dengan

variabelnya telah memenuhi convergent

validity karena semua loading factor

berada di atas 0,5.

Page 20: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

20

4.1.2 Discriminant Validity

Dari tabel diatas disimpulkan

bahwa akar AVE konstruk Keselamatan

sebesar 0,820 lebih tinggi dari nilai

korelasi antara konstruk Keselamatan

dengan konstruk lainnya. Akar AVE

konstruk Kesehatan sebesar 0,916 lebih

tinggi dari nilai korelasi antara konstruk

Kesehatan dengan konstruk lainnya.

Akar AVE konstruk Kinerja Pekerja

sebesar 0,790 lebih tinggi dari nilai Table

4.4. Cross Loading

Dari tabel dapat dilihat bahwa

korelasi konstruk Keselamatan dengan

indikator-indikatornya (X1,X2,X3) lebih

besar dibandingkan korelasi indikator

Keselamatan (X1,X2,X3) dengan

konstruk lainnya. Korelasi konstruk

Kesehatan dengan indikator-

indikatornya (X4,X5) lebih besar

dibandingkan korelasi indikator

Kesehatan (X4,X5) dengan konstruk

lainnya. Demikian juga dengan korelasi

konstruk Kinerja dengan indikator-

indikatornya (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5) lebih

besar dibandingkan korelasi indikator

Kinerja (Y1,Y2,Y3,Y4,Y5) dengan

konstruk lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa konstruk laten memprediksi

indikator pada blok mereka lebih baik

dibandingkan dengan indikator di blok

lainnya.

4.1.3 Uji Reliabilitas

Hasil output Composite

Reliability untuk konstruk Keselamatan

adalah sebesar 0,859, konstruk

Kesehatan sebesar 0,912, dan konstruk

Kinerja Pekerja sebesar 0,892. Hasil

output Cronbach’s Alpha untuk konstruk

Keselamatan adalah sebesar 0,773,

konstruk Kesehatan sebesar 0,812, dan

konstruk Kinerja Pekerja sebesar 0,850.

Semua nilai Composite Reliability dan

Cronbach’s Alpha tersebut berada di atas

0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa

konstruk Keselamatan, Kesehatan ,dan

Kinerja Pekerja memiliki reliabilitas

yang baik.

4.2 Pengujian model structural (Inner

Model)

Berdasarkan output di atas dapat

disimpulkan pengaruh variabel kesehatan

dan variabel keselamatan terhadap

variabel kinerja sebagai berikut:

1. Koefisien parameter jalur yang

diperoleh dari hubungan antara

variabel keselamatan dengan

Page 21: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

21

variabel kinerja sebesar 0,333

dengan nilai T-statistik 2,700

(>1,96) yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan

antara keselamatan dengan kinerja.

Nilai positif pada koefisien

parameter artinya adalah semakin

baik program keselamatan maka

kinerja pekerja akan meningkat.

2. Koefisien parameter jalur yang

diperoleh dari hubungan antara

variabel kesehatan dengan variabel

kinerja sebesar 0,471 dengan nilai

T-statistik 4,264 (>1,96) yang

menyatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara

kesehatan dengan kinerja. Nilai

positif pada koefisien parameter

artinya adalah semakin baik

program kesehatan maka kinerja

pekerja akan meningkat.

Berdasarkan dari output diatas

dapat disimpulkan bahwa nilai R Square

sebesar 0,421 berarti model regresi

memiliki tingkat goodness of fit yang

moderate. Dimana variabel kesehatan

dan variabel keselamatan mampu

menjelaskan variabel kinerja pekerja

sebesar 42,1%.

Hal tersebut menunjukkan

bahwa dalam penelitian ini dibuktikan

bahwa Hipotesis Program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja berpengaruh terhadap

kinerja pekerja diterima.

4.3 Analisis Desktiptif

Berdasarkan tabel analisis deskriptif di

atas, diperoleh nilai tertinggi untuk

indikator peraturan keselamatan yaitu

sebesar 33,82%, yaitu (X1.2) pada

pernyataan “Perusahaan selalu

menetapkan peraturan keselamatan kerja

untuk meningkatkan kinerja pekerja”.

Nilai tertinggi untuk indikator

komunikasi dan dukungan yaitu sebesar

34,08%, yaitu (X2.1) pada pernyataan “

Perusahaan selalu mengkomunikasikan

prosedur keselamatan kerja”. Nilai

tertinggi untuk indicator alat pelindung

diri (APD) yaitu sebesar 20,42% yaitu

(X3.1) pada pernyataan “Perusahaan

selalu menyiapkan APD sebelum

pekerjaan berjalan”.

Berdasarkan tabel analisis deskriptif di

atas, diperoleh nilai tertinggi untuk

indikator pemeriksaan kesehatan yaitu

sebesar 33,98 %, yaitu (X4.1) pada

pernyataan “Perusahaan selalu

memperhatikan aspek kesehatan”. Nilai

tertinggi untuk indicator sarana

pelayanan kesehatan yaitu sebesar

26,23%, yaitu (X5.2) pada pernyataan

“Perusahaan memberikan pengobatan

jika pekerja sakit”.

Page 22: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

22

Berdasarkan tabel analisis deskriptif di

atas, diperoleh nilai tertinggi untuk

indikator kuantitas yaitu sebesar 34,27%,

yaitu (Y1.1) pada pernyataan “saya selalu

berusaha memaksimalkan hasil

pekerjaan yang saya lakukan”. Nilai

tertinggi untuk indicator kualitas yaitu

sebesar 33,71%, yaitu (Y2.3) pada

pernyataan “saya selalu berusaha bekerja

sebaik mungkin”. Nilai tertinggi untuk

indicator ketetepan waktu yaitu sebesar

33,98%, yaitu (Y3.3) pada pernyataan

“saya selalu memanfaatkan waktu jam

kerja dengan sebaik-baiknya”. Nilai

tertinggi untuk indicator efektifitas yaitu

sebesar 50,15%, yaitu (Y4.1) pada

pernyataan “saya mampu menyusaikan

diri dalam perusahaan”. Nilai tertinggi

untuk indicator kemandirian yaitu

sebesar 55,08%, yaitu (Y5.1) pada

pernyataan “saya selalu merasa

bertanggung jawab terhadap pekerjaan

yang diberikan.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Keselamatan Kerja

terhadap Kinerja Pekerja

Berdasarkan hasil penelitian,

terdapat pengaruh positif antara

keselamatan terhadap kinerja pekerja

ditunjukkan dengan koefisien parameter

sebesar 0,333 dan signifikan pada 5 %

karena menunjukkan T statistic sebesar

2,700(>1,96). Hal ini berarti jika

Program Keselamatan lebih diperhatikan

dan dikembangkan, maka dapat

meningkatkan kinerja pekerja.

Menurut Lalu dalam Beni Madaun

(2016) Keselamatan sendiri sangat erat

kaitannya dengan kecelakaan kerja yang

terjadi di tempat kerja. Hal ini berarti

setiap program Keselamatan yang

dilakukan suatu perusahaan harus sangat

diperhatikan pelaksanaannya agar

kejadian yang tidak diduga dan

dikehendaki tidak terjadi, sehingga

kinerja pekerja semakin meningkat. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Ferusgel dalam Beni Madaun

(2016), yang menyimpulkan bahwa

adanya pengaruh positif antara

keselamatan kerja terhadap produktivitas

pemanen.

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa indikator yang

berpengaruh terhadap keselamatan kerja

antara lain Peraturan Keselamatan,

Komunikasi dan Dukungan, dan Alat

Pelindung Diri. Hasil factor Loading

menunjukkan Alat Pelindung Diri

merupakan hal yang paling

mempengaruhi keselamatan pekerja.

Hasil pengamatan di lapangan, setiap hari

safety officer selalu berkomunikasi

dengan para pekerja mengenai

pentingnya mematuhi peraturan

keselamatan dan pentingnya penggunaan

Alat Pelindung Diri. Pekerjaan

konstruksi merupakan pekerjaan yang

memiliki resiko tingkat kecelakaan yang

tinggi, karena berhungungan dengan alat

– alat berat dan konsentrasi yang tinggi.

Maka perusahaan selalu menyediakan

Alat Pelindung Diri dan safety officer

selalu mengharuskan kepada semua

pekerja untuk menggunakannya. Hal

tersebut membuat pekerja merasa lebih

diperhatikan keselamatannya sehingga

membuat kinerja pekerja juga ikut

meningkat.

4.4.2 Pengaruh Kesehatan Kerja

terhadap Kinerja Pekerja

Berdasarkan hasil penelitian,

terdapat pengaruh positif antara

kesehatan terhadap kinerja pekerja

ditunjukkan dengan koefisien parameter

sebesar 0,472 dan signifikan pada 5 %

karena menunjukkan T statistic sebesar

4,264 (>1,96). Hal ini berarti bahwa

kesehatan kerja yang diterapkan pada

proyek ini berpengaruh terhadap kinerja

pekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian

Ferusgel (2015) yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh positif antara

kesehatan terhadap kinerja pekerja

dengan koefisien sebesar 0,472 pada

model.

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa indikator yang

berpengaruh terhadap kesehatan kerja

Page 23: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

23

adalah pemeriksaan kesehatan dan sarana

pelayanan kesehatan. Hasil faktor

loadings menunjukkan bahwa

pemeriksaan kesehatan merupakan hal

yang paling mempengaruhi faktor

kesehatan kerja. Hasil pengamatan di

lapangan, setiap pekerja yang mengalami

kelelahan ataupun mengalami

kecelakaan kecil akan cepat mendapat

perawatan di klinik yang telah

disiapakan. Dan juga menurut para

pekerja, ada dokter yang selalu

memeriksa kesehatan para pekerja secara

teratur yang telah disiapkan perusahaan.

Hal ini yang membuat pekerja semakin

lebih tenang dalam bekerja sehingga

kinerja mereka lebih meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kesehatan kerja lebih dominan

mempengaruhi kinerja kerja

dibandingkan keselamatan. Oleh karena

itu, pelaksanaan program kesehatan kerja

akan lebih mempengaruhi karyawan

untuk meningkatkan kinerja kerjanya

dibandingkan dengan pelaksanaan

keselamatan kerja.

4.4.3 Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja terhadap

Kinerja Pekerja

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel keselamatan dan

kesehatan mampu menjelaskan (naik-

turunnya) variabel kinerja pekerja

sebesar 42,1%, sisanya 57,9% dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini seperti skill

pekerja, lingkungan kerja, dan lain

sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi atau semakin baik

tingkat kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) yang diperhatikan perusahaan maka

semakin baik tingkat kinerja yang

dihasilkan pekerja.

Tujuan utama dari Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sedapat

mungkin memberikan jaminan kondisi

kerja yang aman dan sehat kepada setiap

karyawan dan untuk melindungi sumber

daya manusianya. Kesehatan dan

Keselamatan kerja ditingkatkan maka

kinerja karyawan dapat meningkat

karena karyawan merasa aman, nyaman,

dan selamat di tempat kerja. Tenaga kerja

harus memperoleh perlindungan diri dari

masalah sekitarnya dari pada dirinya

yang dapat menimpa dan mengganggu

pelaksanaan pekerjaannya Ferusgel

(2015).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien parameter jalur yang

diperoleh dari hubungan antara

variabel keselamatan dengan

variabel kinerja sebesar 0,333

dengan nilai T-statistik 2,700

(>1,96) pada taraf signifikansi

,05 (5%) yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara keselamatan

dengan kinerja. Nilai positif pada

koefisien parameter artinya adalah

semakin baik program keselamatan

maka kinerja pekerja akan

meningkat. Keselamatan kerja

dibentuk oleh indikator konstruk

peraturan keselamatan, dukungan

dan komunikasi, dan alat pelindung

diri. Adapun nilai loading faktor

indicator pelatihan keselamatan <

0,5 yang menyebabkan indicator ini

hilangkan karena dianggap tidak

berkontribusi terhadap model.

2. Koefisien parameter jalur yang

diperoleh dari hubungan antara

variabel kesehatan dengan variabel

kinerja sebesar 0,472 dengan nilai

T-statistik 4,264 (>1,96) pada taraf

signifikansi ,05 (5%) yang

menyatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara

kesehatan dengan kinerja. Nilai

positif pada koefisien parameter

Page 24: STUDI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

24

artinya adalah semakin baik program

kesehatan maka kinerja pekerja akan

meningkat. Kesehatan kerja

dibentuk oleh indikator konstruk

pemeriksaan kesehatan dan sarana

pelayanan kesehatan.

3. Nilai R Square dari penelitian ini

sebesar 0,421 berarti model regresi

memiliki tingkat goodness of fit

yang moderate. Dimana variabel

kesehatan dan keselamatan mampu

menjelaskan (naik-turunnya)

variabel kinerja pekerja sebesar

42,1%, sisanya 57,9% dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian,

maka dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Disarankan kepada perusahaan

agar menambah pihak

keamanan untuk mengatur lalu

lintas dan melengkapi atribut

rambu-rambu lalu lintas

berhubung proyek ini berada di

jalan yang di lalui banyak

kendaraan.

2. Disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk meneliti

variabel-variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini

seperti alat pelindung kelompok

dan lain-lain yang berhubungan

dengan kondisi dan jenis proyek

yang dikerjakan.