54
STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM UM TAHUN AJARAN 2012/2013 Proposal Skripsi Oleh: Septia Kusumaningrum 209821420925

Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

CO-OP CO-OP DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR

GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM UM

TAHUN AJARAN 2012/2013

Proposal

Skripsi

Oleh:Septia Kusumaningrum

209821420925

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

Januari 2013

Page 2: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari masa ke

masa semakin pesat. Perkembangan ini memicu adanya arus globalisasi yang

semakin hebat dan bersaing. Untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada

dibutuhkan keahlian sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam salah satu

faktor pembentuk sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan baik lembaga formal maupun norformal sangat

dibutuhkan untuk pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu

mengikuti perkembangan IPTEK dan arus globalisasi. Asri Budiningsih

(2005:126) menyebutkan bahwa “bidang pendidikan akan dapat menguatkan

kembali sumber-sumber daya manusia/sumber daya sosial dalam rangka

menghadapi perubahan-perubahan global”.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui lembaga formal, peran

guru sebagai faktor eksternal sangat menentukan. Guru sebagai komunikator

pembelajaran yang menyampaikan materi ajar, pembentuk karakter, serta

memilih media dan model yang tepat bagi materi yang disesuaikan dengan

kondisi peserta didik. Guru sangat diharapkan perannya untuk mencapai tujuan

pendidikan yaitu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas bagi bangsa

dan negara.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu

siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam Natsution (dalam Subroto 2002:18)

“Pembelajaran merupakan aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi

belajar mengajar” Tujuan dari pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan

efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik/siswa. berkaitan

dengan hal tersebut, diperlukan pembaharuan di bidang pembelajaran secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

2

Page 3: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Pembelajaran di lembaga pendidikan formal tingkat menengah ke atas

memiliki banyak pembagian jenis bidang studi seperti IPA, IPS, dan Bahasa.

Proses pembelajaran yang terjadi pun tak lepas dari kesulitan dan hambatannya.

Tidak semua proses pembelajaran dapat berjalan lancar, dalam hal ini terdapat

berbagai permasalahan belajar antara lain oleh Koestoer (1984:21) disebutkan

bahwa permasalahan pembelajaran itu antara lain “Masalah Intellegensi, masalah

penglihatan/pendengaran, perseptual, gizi, minuman keras dan narkotik,

kelelahan, harapan orang tua, disharmoni keluarga, masalah penguasaan materi

pelajaran dan masalah minat”.

Permasalahan itu berbeda untuk tiap-tiap bidang studi. Dalam

pembelajaran IPS (Geografi, sejarah, ekonomi,sosiologi, kewarganegaraan, dan

antropologi) permasalahan yang paling sering terjadi adalah karena faktor minat,

perspektual, dan masalah penguasaan materi. Hal ini karena IPS sering

diidentikkan dengan pelajaran hafalan Menurut kisworo (2008:1) bahwa

“Perasaan malas siswa terhadap pelajaran IPS karena peajaran IPS sering

diidentikkan dengan pelajaran hafalan”. Oleh karena pembelajaran IPS geografi

selama ini lebih banyak membuat siswa menghafal sebagian besar konsep tanpa

dihubungkan dengan kehidupan di lingkungan sekitar peserta didik sehingga

menimbulkan emosi negatif pada siswa. Peserta didik menjadi kurang berminat

terhadap pembelajaran yang ada karena menganggap ini hanya hafalan yang tidak

memiliki nilai kegunaan kaitannya langsung dengan kehidupan mereka. Persepsi

mereka terhadap pembelajaran geografi menjadi rendah sehingga penguasaan

materi mereka kurang matang. Apalagi dalam pembelajaran yang dilakukan

susunan materi yang disampaikan tidak berurutan dan sistematis antara materi

yang disampaikan di tingkat kelas yang sebelumnya sehingga kemantapan dalam

penguasaan materi geografi menjadi berkurang.

Hal ini dapat diatasi dengan perbaikan susunan materi ajar yang sistematis

dan cara belajar mengajar yang aktif, kreatif dan harmonis antara guru dan peserta

didik untuk meningkatkan minat dan penguasaan materi ajar yaitu dengan

penggunaan metode dan model pembelajaran yang sesuai. Karena pembelajaran

dengan metode dan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang

mengikusertakan peserta didik dalam partisipasinya terhadap pembelajaran

3

Page 4: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

(teaching center) akan membuat pemahaman mengenai geografi cenderung

rendah.

Kemudian Marrison dan Colin (dalam Dasna dan Sutrisno, 2006:70)

menyatakan bahwa

“Seorang pengajar hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk memformulasikan kembali informasi baru atau mengkontruk pengetahuan awal mereka melalui penyediaan informasi baru dan membangkitkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan awal”

Jadi belajar IPS Geografi akan bermakna apabila siswa mampu mengaitkan

pengetahuan yang baru diterimanya dengan informasi sebelumnya. Penggunaan

metode pembelajaran yang lebih memancing siswa untuk aktif dan ikut

berpartisipasi dalam pembelajaran serta mengaitkan dengan pengetahuan

terdahulu yang diterimanya akan lebih memotivasi siswa untuk mampu tertarik

dalam pembelajaran geografi sehingga diharapkan dapat mencapai ketuntasan

belajar yang dianjurkan dan menjadikannya pembelajaran yang bermakna

terutama dalam materi bab atmosfer.

Salah satu penggunaan metode pengajaran yang dianggap sesuai yaitu

kooperatif learning (pembelajaran berkelompok). Pengajaran kooperatif learning

diperkirakan mampu menstimulasi siswa untuk dapat aktif dalam menyerap

materi, kritis dan mempunyai pemahaman yang cukup dengan saling bertukar

informasi dan pendapat dalam kelompok. Schroeder (Dalam Melvin, 2006:29)

menyebutkan bahwa “siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang

benar-benar aktif daripada kegiatan yang reflektif abstrak. Cara belajar mengajar

kooperatif aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini”. Akan lebih efektif dan

efisien apabila dalam pembelajaran mata pelajaran geografi diberikan penugasan

dalam bentuk kerja sama grup.untuk pengkajian atmosfer dan manfaatnya bagi

kehidupan.

Metode pembelajaran kooperatif learning sekarang juga sudah mulai

digunakan di sekolah-sekolah terutama sekolah di perkotaan. Sekolah sudah mulai

menyadari peran dan manfaat pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan

pemahaman, minat dan hasil belajar siswa. Banyak macam modek dari metode

4

Page 5: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

pembelajaran kooperatif learning yang telah diterapkan seperti Jig Saw,

Cooperatif Scrip, TGT, TAI, NHT, Co-op Co-op dan STAD.

Salah satu motode kooperatif model STAD dalam pembelajaran geografi

sudah diterapkan di SMA Laboratorium UM oleh guru sekolah tersebut, peneliti

bermaksud menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op yang belum pernah

digunakan di sekolah tersebut namun dianggap mampu membangkitkan minat dan

hasil belajar untuk membandingkan hasil pembelajaran dengan model yang

digunakan sebelumnya. Apakah model pembelajaran Co-op Co-op lebih bisa

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi materi atmosfer

daripada model pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya.

Peneliti mengambil sampel di sekolah SMA Lab dengan pertimbangan

homogenitas antar kelas lumayan tinggi, sehingga perbedaan kemampuan siswa

antara kelas kontrol dan kelas eksperiment siswa tidak terlalu banyak berbeda

sehingga hasil yang akan diperoleh dalam membandingkan hasil belajar dapat

lebih valid.

Co-op Co-op adalah pembelajaran dengan menggunakan diskusi kelas,

tim belajar kelompok campur dan pemberian tanggung jawab tugas individu. Co-

op Co-op menggabungkan pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.

Pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya flexible, kreatif,

merangsang munculnya pemikiran dari berbagai sudut pandang yang baru

sehingga materi dapat berkembang, memperdalam pemahaman siswa,

menekankan tanggung jawab individu masing-masing untuk keberhasilan

kelompok dan lebih menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa.

Co-op Co-op merupakan salah satu metode spesialisasi tugas yang

dikembangkan oleh Kagan yang termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif. Setiap

siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas, sehingga masing-

masing siswa akan merasa bangga atas kontribusinya kepada tim. Oleh karena itu,

minat belajar akan muncul dari adanya keinginan untuk ikut berkontribusi dalam tim

Co-op Co-op mengelompokkan siswa menjadi beberapa tim dengan

pembagian topik yang berbeda untuk setiap timnya. Pada awal memulai pelajaran di

mana Co-op Co-op digunakan, siswa diupayakan untuk menemukan dan

mengekspresikan ketertarikan terhadap topik yang akan dipelajari sehingga dari

awalnya minat belajar geografi sudah ditumbuhkan. Seleksi topik tim juga akan

5

Page 6: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

membuat setiap tim lebih memilih topik yang mudah dan menarik bagi semua

anggota tim. Topik tim dipilih oleh setiap tim sesuai urutannya. Topik tim yang telah

dipilih oleh salah satu tim, tidak boleh dipilih oleh tim yang lain.

Masing-masing anggota dalam tim tersebut membahas topik-topik kecil yang

masih merupakan bagian dari topik tim. Pada awalnya, pembagian topik-topik kecil

untuk masing-masing anggota tim tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman

siswa secara individu dan selanjutnya memberi siswa kesempatan untuk saling

berbagi pemahaman baru dengan teman satu timnya dan kemudian berbagi

pemahaman baru dengan teman sekelasnya.

Setelah ada pengelompokkan tim, pemilihan topik tim, dan pembagian topik

kecil maka dilanjutkan dengan presentasi topik kecil dan presentasi tim. Presentasi

topik kecil maupun presentasi tim akan membuat setiap siswa dapat mengkreasikan

cara presentasi, bagaimana mengelola presentasi tersebut agar semua siswa dapat

tertarik dengan presentasi tersebut sehingga materi yang disampaikan dalam

presentasi dapat dimengerti oleh seluruh siswa dengan mudah. Dengan adanya

presentasi, siswa akan lebih tertarik dan lebih berminat dalam proses pembelajaran

karena siswa menjadi lebih aktif dan berperan dalam proses belajar mengajar. Di

akhir pembelajaran akan ada evaluasi. Hal itulah yang akan membuat siswa lebih

tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran kooperatif yang belum pernah digunakan dengan pembelajaran

kooperatif yang biasa digunakan di SMA Laboratorium UM yaitu model

pembelajaran tipe Co-op Co-op dan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X

pada mata pelajaran Geografi di SMA Labroratorium UM dan untuk

mendeskripsikan perbedaan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe

Co-op Co-op dan STAD mata pelajaran Geografi di SMA Laboratorium UM.

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dengan STAD

terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA Laboratorium UM

dalam sub bahasan Atmosfer?

6

Page 7: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

2. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar model pembelajaran Co-op Co-op

dengan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA

Laboratorium UM dalam sub bahasan Atmosfer?

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Ada perbedaan penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dengan STAD

terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA Laboratorium UM dalam

sub bahasan Atmosfer.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak:

1. Bagi Sekolah

Sebagai tambahan informasi tentang pembelajaran kooperatif model

Co-op Co-op yang dapat dimanfaatkansebagai masukan umtuk kemajuan

sekolah.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan agar guru dapat menentukan pembelajaran apa yang

tepat dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khusunya

dalam pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op serta diharapkan dapat

menyempurnakan, memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk

penelitian yang lebih baik dan mendalam pada permasalahan yang sama

sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

E. Definisi Operasional:

Definisi Operasional digunakan agar tidak terjadi pemaknaan ganda dalam

memahami penelitian ini adalah sebagai berikut:

7

Page 8: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

1. Studi Komparasi : Kegiatan membandingkan dua kejadian, dalam hal ini

adalah membandingkan hasil belajar Co-op Co-op dengan STAD

2. Hasil belajar Geografi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam memahami konsep dan materi Atmosfer yang

diukur dengan menggunakan tes. Nilai diperoleh dari selisih antara pratest

dan pascatest

3. Pembelajaran Kooperatif model Co-op Co-op merupakan model

pembelajaran secara berkelompok dan pemberian tanggung jawab tugas

individu. Langkah-langkahnya terdiri dari diskusi kelas, penugasan dalam

kelompok, seleksi topik kelompok, pembagian sub topik per individu,

presentasi sub topik dalam kelompok, presentasi kelompok, dan evaluasi

4. STAD (Student Teams-Achievement Divisons) merupakan model

pembelajaran yang langkah-langkahnya terdiri dari ceramah oleh guru,

lalu penugasan dalam kelompok,diskusi kelompok dilanjutkan kuis oleh

masing-masing siswa dan diakhiri dengan pemberian

sertifikat/penghargaan tim.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah :

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu

variabel bebas model pembelajaran kontekstual model Co-op Co-op dan

STAD dan variabel terikat hasil belajar Geografi

2. Penelitian ini dilakukan di kelas X Semester 2 SMA Laboratorium dalam

Mata Pelajaran Geografi. Hasil belajar yang diukur terbatas dari segi

kognitifnya yaitu dari perhitungan selisih antara pra tes dan pasca test.

3. Materi yang dipilih yaitu Atmosfer, sedangkan acuan standar kompetensi,

kompetensi dasar dan indikator kompetensi yang digunakan mengacu pada

kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

8

Page 9: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

“Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun

stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat

diamati dan diukur” (Watson dalam Budiningsih, 2005:22). Menurut pandangan

Skinner (dalam Sagala.2009:14) “belajar adalah suatu proses penyesuaian tingkah

laku yang berlangsung secara progresif”. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar menurut

Dimyati (2006:18) merupakan proses internal yang kompleks. Segala aspek

terlibat di dalamnya seperti aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dalam

pemahaman yang dilakukan berbagai proses dan aspek saling menunjang satu

sama lain.

Belajar berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri khas

belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan-

perubahan yang diharapkan akan terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah

perubahan yang bersifat positif, yaitu perubahan yang senantiasa bertambah dan

bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Slameto (2003:3) menjelaskan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

belajar tersebut adalah (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam

belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5)

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh

aspek tingkah laku.

Gagne (dalam Sagala, 2009:17) mengemukakan bahwa belajar terdiri dari

tiga komponen penting, antara lain (1) kondisi eksternal, yaitu stimulus dari

lingkungan dalam kegiatan belajar, (2) kondisi internal, yaitu menggambarkan

keadaan internal dan proses kognitif siswa; serta (3) hasil belajar yang

menggambarkan informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik,

9

Page 10: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

sikap, dan siasat kognitif. Interaksi antara kondisi eksternal dan internal tersebut

selanjutnya akan menciptakan hasil belajar.

Menurut Hamalik (2004:44) “Pembelajaran adalah menyampaikan

pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah”. “Pembelajaran

merupakan aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar

mengajar”(Nasution dalam Suryosubroto, 2002:18).

Dapat disimpukan bahwa Pembelajaran adalah proses penyampaian

pengetahuan dengan cara mengorganisasi dan menghubungkan lingkungan

kepada siswa didik dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi kegiatan belajar

mengajar.

Belajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena

dipengaruhi oleh berbagai faktor menurut Gintings (2008:2). Untuk memahami

dan meningkatkan cara pembeajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut

yang dantaranya adalah (1) budaya.(2) sejarah, (3) hambatan praktis, (4)

karakteristik guru sebagai guru, (5) karakteristik siswa dan (6) sifat alamiah

proses belajar dan pembelajaran.

B. Hasil belajar

Hasil belajar menurut Asmani (2011:75) adalah “proses menemukan dan

membangun makna/pengertian oleh si pembelajar terhadap informasi dan

pengalaman, yang disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan si pembelajar.

Belajar bukanlah menyerap pengetahuan yang sudah menjadi bentukan guru,

pengetahuan dibangun sendiri oleh si pembelajar.

Hasil belajar menurut Sudjana (2009:3) adalah “hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai

jasil dari aktifitas dalam belajar. Perkembangan pengetahuan tersebut merupakan

indicator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam

segala hal yang diperoleh sebagai berikut”

Menurut Winkel (dalam Dimyati 2006:201) konsep hasil belajar dan tiga

ranah hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut:

Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tiingkat keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil belajar memiliki tiga ranah antara lain:

10

Page 11: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

(1) ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) ranah afektif: tampak pada siswa bertingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, menghargai guru dan teman; (3) Ranah psikomotor: hasl belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak setelah siswa mengalami pengalaman tertentu.

“ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasi lbelajar. Diantara ketiga

ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran”

(Sudjana, 2009:23).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai hasil belajar, maka dapat

dikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki individu

setelah dia melakukan kegiatan atau aktifitas pembelajaran yang meliputi

pengetahuan, kecakapan, ketrampilan sikap, minat. Hasil belajar juga merupakan

keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah ditemukan siswa

dan dinyatakan dalam bentuk angka yang telah diperoleh dari skor test.

Akan tetapi penilaian hasil belajar dalam penelitian ini, untuk siswa

Laboratorium UM tidak sampai pada tahap tingkat tinggi ranah kognitif, tetapi

disesuaikan dengan kompetensi Dasar dan Indikator yang ingin dicapai. Pada

penelitian ini hasil belajar IPS geografi yang akan diukur adalah terbatas pada

materi Atmosfer dengan kompetensi menganalisis atmosfer dan dampaknya

terhadap kehidupan muka bumi,

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa bekerja

secara berpasangan dan bergantian secara lesan, mengikhtisarkan bagian-bagian

dari materi yang disampaikan.

Menurut Nurhadi,dkk (2004:61) “pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih

asuh untuk menghingari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan”. Menurut Ibrahim, dkk (2000:6) pembelajaran

kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

11

Page 12: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana para siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil, anggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk

mencapai tujuan bersama.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Abdurrahmah & Bintaro dalam Nurhadi (2004:61) Elemen

penting dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif,

interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan menjalani hubungan

erat pribadi.

a) Saling ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Pada pembelajaran kooperatif , guru menciptakan suasana yang mendorong

siswa saling membutuhkan. Misalnya dalam setiap kelompok setiap anggota

diberi tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang pada

akhirnya keberhasilan diukur secara kelompok . dengan demikian kerja

anggota sangat menentukan tingkat keberhasilan kelompok. Hal inilah yang

dimaksud dengan ketergantungan positif. Nilai ketergantungan positif akan

bertambah jika anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih dapat

membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

b) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling berhadapan

langsung sehingga mereka dapat saling melakukan dialog, tidak hanya dengan

guru tatapi juga sesama siswa. Interaksi tatap muka akan memberikan

pengalaman yang berharga setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,

menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelbihan masing-masing dan

mengisi kekurangan masing-masing.

c) Akuntabilitas Individual

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif ditunjukkan untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian

secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok

12

Page 13: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang

memerlukan bantuan dan siapa yang membutuhkan bantuan.

d) Keterampilan Menjalani Hubungan Erat Pribadi

Pada pembelajaran kooperatif, ketrampilan social seperti tenggang rasa, sikap

sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman.

Mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antara pribadi akan mendapat teguran dari guru dan

juga dari teman.Pembelajaran kooperatif bagi golongan berbakat telah

membawa kesan manfaat antara lain adalah memperbaiki hubungan social,

meningkatkan pencapaian, meningkatkan kemahiran kepemimipinan,

meningkatkan kemahiran social,meningkatkan kemahiran teknologi dan

meningkatkan keyakinan diri.

D. Pembelajaran Kooperatif Model Co-op Co-op

1. Pengertian Metode Pembelajaran Co-op Co-op

Model pembelajaran Co-op Co-op termasuk dalam pembelajaran

kooperatif. Dalam model pembelajaran Co-op Co-op, siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk

menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya

diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang

memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama

dan tingkat kemampuan (tinggi, rendah, sedang)

2. Perlunya Model Pembelajaran Co-op Co-op

Menurut Slavin (2006: 19) model pembelajaran Co-op Co-op perlu untuk

dibuat dan disusun, karena:

a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran

individual.

b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar koperatif.

c. Co-op Co-op disusun untuk memecahkan masalah dalam program

pengajaran, misalnya dalam kesulitan belajar siswa secara individual.

3. Tahap-tahap Model Pembelajaran Co-Op Co-Op

13

Page 14: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Co-op Co-op berorientasi pada pemberian tugas. Siswa dalam suatu tim

menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik

kecil yang harus diselesaikan, dan setiap tim memberikan kontribusi yang

menunjang tercapainya tujuan kelas. Menurut Slavin (2009: 229) ada sembilan

langkah dan karakteristik spesifik dari metode spesialisasi tugas tipe Co-op Co-op

yang dapat meningkatkan kemungkinan sukses dari metode ini, yaitu: (1) Diskusi

kelas terpusat pada siswa, (2) Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan

pembentukan tim, (3) Seleksi topik tim, (4) Pemilihan topik kecil, (5) Persiapan

topik kecil, (6) Presentasi topik kecil, (7) Persiapan presentasi tim, (8) Presentasi

tim, dan (9) Evaluasi. Sembilan langkah dan karakteristik dari Co-op Co-op ini

merupakan penjababaran dari enam tahap pada Group Investigation. Berikut ini

deskripsi penjabaran dari langkah dan karakteristik dari Co-op Co-op sebagai

berikut (Slavin, 2009: 213-236) :

a. Diskusi kelas terpusat pada siswa

Secara umum Co-op Co-op memerlukan keterlibatan maksimal dari siswa.

Diskusi kelas yang terpusat pada siswa juga dapat diartikan sebagai diskusi kelas

untuk seluruh siswa. Diskusi kelas yang terpusat pada siswa bertujuan untuk dapat

meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Diskusi harus mengarah

pada sebuah pemahaman di antara guru dan siswa mengenai apa yang ingin

dipelajari dan dialami oleh siswa sehubungan dengan topik yang akan dipelajari.

Pentingnya diskusi terpusat pada siswa ini tidak bisa dipandang rendah,

Co-op Co-op berpotensi menjadi tidak sukses bagi tiap siswa yang tidak memiliki

ketertarikan aktif terhadap topik yang berhubungan dengan materi pelajaran dan

yang tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang topik tersebut. Ketika

guru memberikan sebuah topik untuk dipelajari pada pembelajaran saat itu, tiap

siswa memikirkan mengenai aspek-aspek dari masalah yang ingin siswa

investigasi. Siswa berdiskusi untuk menuliskan seluruh gagasan dan

melaporkannya keseluruh kelas.

Diskusi singkat seluruh kelas akan menghasilkan daftar usulan bersama

mengenai topik tim yang akan menjadi bahan investigasi. Daftar ini mewakili

ketertarikan dari seluruh siswa. Guru memperbolehkan siswa menentukan

parameter investigasi dengan tidak mengganggu usulan siswa, akan tetapi guru

14

Page 15: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

tetap memberikan arahan. Jadi, dalam pembelajaran menggunakan metode

spesialisasi tugas tipe Co-op Co-op, seluruh proses pembelajaran dilaksanakan

oleh siswa sendiri untuk dapat mempelajari dan memahami materi. Dengan

adanya diskusi kelas yang terpusat pada siswa dapat menimbulkan perhatian bagi

siswa. Selain itu, diskusi kelas yang terpusat pada siswa juga dapat menimbulkan

keingintahuan karena siswa akan berusaha untuk ikut berdiskusi sehingga dapat

berkontribusi dan menimbulkan semangat dan rasa senang karena siswa dapat

mengeluarkan ide-idenya saat berdiskusi yang berdampak terhadap minat siswa.

b. Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim

Co-op Co-op akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam

kelompok kecil. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan

yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai Co-op Co-op.

Penyeleksian dan pembentukan tim dilakukan oleh guru.

Proses pembelajaran tim didasarkan pada ketertarikan, kebutuhan, dan

pengalaman individual siswa. Jadi, tim dibentuk berdasarkan pada ketertarikan

pada gagasan yang sama untuk mempelajari gagasan yang dipilih. Guru dapat

membatasi jumlah anggota dalam satu tim, sehingga mungkin saja jumlah anggota

dalam satu tim berbeda-beda tergantung pada banyaknya siswa yang memiliki

ketertarikan pada gagasan yang sama.

Tim pembelajaran merupakan sekumpulan siswa yang akan bekerja secara

bersama-sama dalam mempelajari sebuah topik tim. Penyeleksian dan

pembentukan tim membuat siswa merasa ingin tahu akan satu tim dengan siapa,

selain itu merupakan sesuatu yang menyenangkan karena siswa dapat saling

membantu dan bertukar ide satu sama lain sehingga semangat siswa juga

ditimbulkan pada tahap ini. Perhatian siswa juga akan terpusat pada siswa yang

menjadi anggota timnya. Sering kali saat pembelajaran di kelas siswa belajar

secara individu, dengan adanya pembentukan tim ini maka siswa menjadi tertarik

dan bersemangat karena akan belajar secara berkelompok. Oleh karena itu, saat

penyeleksian dan pembentukan tim dapat menimbulkan minat.

c. Seleksi topik tim

Para siswa sendiri yang menentukan topik dari guru yang cakupannya luas

menjadi sub topik. Dalam Co-op Co-op, sub topik ini yang disebut dengan topik

15

Page 16: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

tim. Topik tim ini merupakan hasil dari ketertarikan para siswa. Banyaknya topik

tim tergantung pada banyaknya gagasan ataupun usulan yang telah ditetapkan

oleh kelas sebagai hasil dari gagasan seluruh siswa.

Tim dapat memilih topik sendiri. Tim dapat bekerja sama dengan baik jika

memilih topik yang berhubungan dengan topik yang paling menarik bagi tim.

Tiap anggota tim perlu mendiskusikan berbagai macam topik supaya dapat

memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim. Apabila

dua tim mulai menentukan pilihan pada topik yang sama, guru sebagai mediator

dan fasilitator bisa menunjukkan dan mendorong tim tersebut untuk mencapai

kesepakatan, baik dengan membagi topik tersebut ataupun dengan membuat salah

satu anggota tim memilih topik lain yang menarik bagi tim tersebut. Jika semua

tim sudah memilih topik, maka tiap tim akan mempunyai topiknya masing-masing

dan merasa cocok dengan topik tersebut.

Topik tim tersebut akan menjadi bahan yang akan dipelajari oleh masing-

masing tim sesuai yang dipilihnya. Tim perlu menentukan apa yang akan tim

investigasi sehubungan dengan topik tim yang dipilih, antara lain: mengenai

bagaimana menyelesaian masalah, sumber apa saja yang diperlukan, siapa akan

melakukan apa, dan bagaimana menampilkannya di depan kelas. Dalam penelitian

ini, satu kelas terbagi menjadi enam tim. Masing-masing tim bertanggung jawab

terhadap satu topik, sehingga dalam satu kali pembelajaran terdapat enam topik

tim yang mengacu pada enam indikator.

Perlu adanya ketertarikan untuk memilih satu topik tim dari beberapa topik

tim. Untuk itu, perhatian dari setiap anggota tim sangat diperlukan agar tim dapat

memilih topik tim yang tepat bagi timnya. Saat pemilihan topik tim, juga

menimbulkan keingintahuan dari setiap tim terhadap topik tim mana yang menarik

dan mudah bagi tim dibandingkan dengan topik-topik tim yang lain. Pemilihan topik

tim sendiri membuat setiap tim senang dan bersemangat karena topik tim yang akan

dipelajari ditentukan sendiri oleh tim masing-masing. Jadi, minat siswa juga

dimunculkan ketika seleksi topik tim.

d. Pemilihan topik kecil

Pada Co-op Co-op setiap anggota tim juga membagi topik timnya menjadi

beberapa topik kecil. Tiap anggota tim memilih topik kecil yang mencakup satu

aspek dari topik tim. Tim harus merumuskan sebuah masalah yang diteliti,

16

Page 17: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber yang

dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut. Banyaknya topik kecil

disesuaikan dengan banyaknya anggota tim. Topik kecil ini mungkin saja

tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk saling berbagi referensi dan

bahan pelajaran, tetapi tiap topik kecil harus memberikan kontribusi bagi usaha

tim. Semua anggota tim perlu memberikan kontribusi penting.

Tiap siswa berkontribusi terhadap tim dan tiap tim berkontribusi terhadap

pembelajaran seluruh kelas atas unit yang lebih besar. Akan tetapi besarnya

kontribusi tiap-tiap anggota tim mungkin saja berbeda. Guru dapat menyelesaikan

masalah ini dengan: (1) membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari teman

satu timnya, (2) memberikan tugas atau proyek individual kepada siswa yang

berkaitan dengan topik kecil tersebut, dan (3) memonitor kontribusi individual.

Apabila topik kecil telah dipilih dengan benar, tiap siswa akan dapat memberikan

kontribusi kepada usaha tim. Dalam penelitian ini, setiap tim akan menentukan

topik kecil disesuaikan dengan banyaknya anggota untuk masing-masing tim,

sehingga dalam satu kelas ada 35 topik kecil. Topik-topik kecil secara tidak

langsung telah ada dalam LKS masing-masing tim sesuai dengan topik tim yang

dipilih. Jadi, topik kecil merupakan bagian kecil dari topik tim yang merupakan

indikator pembelajarannya. Setiap anggota tim perlu adanya perhatian,

ketertarikan, dan keingintahuan terhadap topik kecil yang akan dipilihnya.

Pemilihan sendiri setiap topik kecil yang akan dipelajari masing-masing siswa

akan membuat siswa bersemangat dan senang karena masing-masing siswa akan

mempelajari materi yang sedikit sehingga perhatian masing-masing siswa lebih

optimal. Oleh karena itu, pada tahap pemilihan topik kecil juga akan

menimbulkan minat.

e. Persiapan topik kecil

Setelah siswa membagi topik tim menjadi topik-topik kecil, maka tiap

anggota tim akan bekerja secara individu. Tiap anggota tim menginvestigasi topik

kecil dengan cara mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, dan

membuat kesimpulan-kesimpulan. Masing-masing anggota tim tahu akan

tanggung jawabnya terhadap topik kecil dan bahwa tim tersebut tergantung pada

usaha tiap anggota tim. Guru dalam kelas Co-op Co-op juga bertindak sebagai

17

Page 18: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

nara sumber dan fasilitator. Guru berkeliling ke setiap tim untuk melihat tim

dalam mengelola tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang dihadapi tim

termasuk juga kesulitan terhadap tugas-tugas individu.

Tahap persiapan topik kecil merupakan tahap dimana setiap siswa berusaha

mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan topik kecil.

Dalam tahap ini, minat siswa juga dimunculkan. Saat mempelajari topik kecil,

siswa perlu memusatkan perhatiannya dengan berkonsentrasi. Selain itu, siswa

juga memiliki rasa ketertarikan untuk dapat memahami topik kecil. Apalagi jika

ada hal yang tidak dimengerti, keingintahuan siswa muncul sehingga siswa

berusaha untuk dapat memahaminya baik dengan cara bertanya maupun membuka

referensi buku. Siswa akan bersemangat dan merasa senang jika siswa tersebut

dapat mempelajari dan memahami topik kecil dengan baik sehingga dapat

berkontribusi terhadap tim.

f. Presentasi topik kecil

Setelah anggota tim menyelesaikan kerja secara individu kemudian dilanjutkan

dengan mempresentasikan hasil investigasi topik kecil kepada teman satu tim.

Presentasi topik kecil di dalam tim haruslah bersifat formal, yaitu tiap anggota tim

diberikan waktu khusus ketika mempresentasikan topik kecilnya.

Presentasi topik kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat

semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang

dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Mengikuti presentasi tersebut,

anggota tim mendiskusikan topik tim seperti sebuah panel para ahli. Interaksi

dengan sesama teman dalam mengerjakan topik yang sama menciptakan sebuah

kesempatan munculnya sebagian inti pembelajaran yang paling penting.

Selama presentasi topik kecil, pembagian tugas di dalam tim bisa didorong supaya

ada satu anggota tim yang mencatat, yang lainnya mengkritik, yang lain memberi

dukungan, dan yang lain lagi memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dan

yang tidak dari informasi yang dipresentasikan.

Presentasi topik kecil merupakan kegiatan membagikan pengetahuan maupun

pemahaman mengenai topik kecil yang telah dipelajari. Untuk itu, perlu adanya

perhatian bagi siswa yang sedang presentasi agar apa yang disampaikan dapat

dengan mudah dipahami oleh anggota lain. Selain itu, anggota lain dalam satu tim

18

Page 19: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

juga perlu memperhatikan presentasi topik kecil karena dengan memperhatikan

dan mendengarkan presentasi tim dapat membuat siswa paham. Pada tahap ini,

juga muncul rasa ketertarikan bagi anggota lain untuk dapat mengetahui

penampilan siswa lain dalam mempresentasikan topik kecil. Rasa keingintahuan

juga timbul ketika ada anggota lain yang tidak paham mengenai topik kecil yang

disampaikan kemudian siswa tersebut bertanya. Siswa merasa senang dan

bersemangat ketika mempresentasikan topik kecil karena membagikan

pemahamannya kepada anggota lain agar anggota lain juga memahami mengenai

topik kecilnya. Jadi, minat juga ditimbulkan saat presentasi topik kecil.

g. Persiapan presentasi tim

Tim berusaha untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim.

Akan tetapi, seluruh informasi yang disumbangkan oleh anggota tim perlu adanya

evaluasi dan penyaringan. Tim juga perlu memadukan seluruh bagian-bagian dari

topik kecil menjadi satu keseluruhan serta merencanakan sebuah presentasi yang

menarik. Setiap anggota tim setelah mempresentasikan kepada teman satu timnya

mengenai apa yang telah dipelajari, dan sekarang mulai merencanakan bagaimana

mengajari teman sekelasnya dengan cara yang lebih teratur mengenai inti dari apa

yang telah dipelajari.

Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti materi topik

kecil. Presentasi panel di mana tiap anggota melaporkan topik kecilnya sangat

dianjurkan. Bentuk presentasi tersebut harus ditentukan berdasarkan materinya.

Misalnya, bila sebuah tim tidak dapat mencapai kesepakatan, maka bentuk ideal

presentasinya adalah mempresentasikan debat kehadapan kelas. Format-format

yang sifatnya bukan pengajaran langsung seperti: memamerkan,

mendemonstrasikan, pusat pembelajaran, lakon singkat, dan diskusi kelas yang

dipimpin tim adalah contoh–contoh bentuk presentasinya yang dianjurkan.

Penggunaan papan tulis, OHP, media-media audio visual, dan selebaran juga

dianjurkan. Pada tahap persiapan presentasi tim juga menumbuhkan minat.

Beberapa hal yang mengindikasikan adanya minat antara lain dibutuhkannya

perhatian yang lebih bagi seluruh anggota tim untuk memadukan hasil

pembahasan topik kecil. Ketertarikan setiap tim juga muncul ketika tim

mendiskusikan bentuk presentasi tim, selain itu timbul juga semangat anggota

19

Page 20: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

tim. Jika ada beberapa pembahasan topik kecil yang masih membingungkan atau

bahkan belum tahu jawabannya, maka seluruh anggota tim berdiskusi untuk dapat

menyelesaikannnya. Hal tersebut yang menimbulkan rasa keingintahuan.

h. Presentasi tim

Selama waktu presentasi, tim memegang kendali kelas. Semua anggota

tim bertanggung jawab pada waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas

digunakan selama presentasi tim. Tim sangat dianjurkan untuk menggunakan

sepenuhnya fasilitas-fasilitas yang ada di kelas. Karena tim mempunyai kesulitan

dalam mengelola waktu, guru biasanya menunjuk seorang pengatur waktu yang

bukan berasal dari anggota tim yang sedang presentasi. Pengatur waktu tersebut

memegang waktu peringatan apabila waktu yang tersisa hanya tinggal lima menit,

satu menit, atau sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa.

Pada saat presentasi tim, tim harus menekankan gagasan utama dan

kesimpulan dari investigasi, menginformasikan ke kelas mengenai sumber-

sumber dan bagaimana tim mengumpulkan informasi, seluruh anggota tim

memerankan peranan penting dalam presentasi. Dalam presentasi tim boleh

memasukkan sebuah periode tanya jawab atau memberikan waktu untuk komentar

dan umpan balik. Biasanya tim yang sukses akan dipandang sebagai model.

Setelah presentasi ini, guru memberikan strategi yang mungkin berguna bagi tim

lainnya dalam unit-unit Co-op Co-op berikutnya.

Presentasi tim merupakan suatu kegiatan untuk membagikan pemahaman

dari apa yang telah didiskusikan dan dipelajari oleh tim mengenai topik tim.

Presentasi tim dilaksanakan oleh seluruh tim secara bergantian. Saat presentasi

tim baik tim yang presentasi maupun tim-tim lain yang mendengarkan presentasi

perlu sama-sama memiliki pemusatan perhatian. Tim yang sedang presentasi,

memusatkan perhatian agar dalam menyampaikan hasil pembahasan diskusi

mengenai topik tim dapat dengan mudah dipahami oleh tim lain. Untuk tim lain

yang mendengarkan presentasi tim, perlu berkonsentrasi, memberikan perhatian

yang lebih supaya tim lain dapat paham dan mengerti dari apa yang disampaikan

oleh tim yang sedang presentasi. Saat sesi tanya jawab, baik siswa dari tim lain

yang bertanya maupun tim yang sedang presentasi menjawab, sama-sama

memiliki rasa keingintahuan. Tim yang sedang presentasi juga memiliki semangat

20

Page 21: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

ketika akan presentasi dan membagikan pemahamannya mengenai topik tim

kepada tim yan lain. Hal tersebut membuat tim merasa senang karena dengan

mempresentasikan topik tim maka tim telah berkontribusi dalam kelas.

Ketertarikan siswa juga muncul ketika adanya bentuk-bentuk presentasiyang

ditampilkan oleh tim-tim. Jadi, ketika presentasi tim, minat belajar juga

ditumbuhkan.

i. Evaluasi

Guru harus mengevaluasi pemikiran siswa mengenai topik kecil yang

dipelajari, bagaimana menginvestigasi topik kecil, bagaimana siswa membuat

kesimpulan dari apa yang dipelajari. Evaluasi dilakukan secara konstan terhadap

siswa, baik oleh teman ataupun guru. Pengalaman siswa saat belajar juga harus

dievaluasi termasuk tingkat semangat dan keterlibatan siswa.

Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu: (1) pada saat presentasi tim

dievaluasi oleh kelas, (2) kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh

teman satu tim, dan (3) pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil

oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa. Guru dan siswa dapat berkolaborasi

dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Mengikuti tiap presentasi, guru boleh

saja memandu diskusi kelas mengenai unsur-unsur yang paling kuat dan lemah

dalam konten dan format presentasi tersebut. Bentuk-bentuk evaluasi formal

kadang kala juga digunakan bagi anggota tim dan kontribusi tim.

Sebagian guru dan kelas Co-op Co-op lebih memilih untuk melakukan

pembelajaran dan berbagi penghargaan, sementara yang lain lebih memilih

melakukan evaluasi formal. Kelas harus memiliki suara yang bulat dalam

menentukan bentuk evaluasi. Evaluasi dapat merupakan kegiatan menilai maupun

merefleksi dari apa yang telah dilakukan. Salah satu bentuk evaluasi yang dapat

menarik minat belajar siswa yaitu dengan pemberian penghargaan. Dengan

adanya evaluasi, setiap siswa akan lebih menaruh perhatiannya karena siswa akan

berusaha lebih maksimal dalam setiap langkah-langkah pembelajaran Co-op Co-

op. Selain itu, keingintahuan juga dimunculkan karena siswa ingin mengetahui

masukan baik saran maupun kritik yang diterima mengenai apa yang telah siswa

kerjakan.

21

Page 22: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Evaluasi dalam bentuk penghargaan juga dapat memberi ketertarikan,

semangat, dan rasa senang siswa karena siswa dipacu untuk melakukan segala

sesuatu yang terbaik agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Bagi tim yang

mendapat penghargaan memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan dari apa yang

telah dikerjakannya, sedangkan bagi tim yang tidak memperoleh penghargaan

dapat memicu semangat untuk melakukan segala sesuatu yang maksimal dan

terbaik agar dalam pembelajaran selanjutnya dapat memperoleh penghargaan.

Jadi, minat belajar siswa juga dapat muncul pada tahap evaluasi ini.

Dari rincian mengenai Co-op Co-op di atas dapat disimpulkan bahwa Co-op Co-

op yang merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki sembilan

langkah dan karakteristik yang memungkinkan untuk mencapai keberhasilan di

dalam suatu pembelajaran sehingga pemahaman siswa mengenai materi akan

lebih mudah. Keseluruhan diskusi baik diskusi untuk memilih topik tim, diskusi

untuk memilih topik kecil, diskusi sewaktu membahas seluruh hasil pembahasan

topik kecil, diskusi menentukan bentuk presentasi tim, diskusi ketika menjawab

pertanyaan sewaktu presentasi tim membutuhkan adanya kerja sama dan

keaktifan. Untuk presentasi baik presentasi tim maupun presentasi topik kecil

membutuhkan kepercayaan diri dan kemampuan berbicara, sedangkan untuk

evaluasi membutuhkan kemampuan menilai dan koreksi baik terhadap diri

sendiri, tim, maupun kelas. Secara keseluruhan, seluruh

langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode spesialisasi tugas tipe

Co-op Co-op dapat menimbulkan minat belajar siswa yang diindikasikan dengan

adanya perhatian, ketertarikan, keingintahuan, semangat, dan rasa senang.

E. Pembelajaran Kooperatif Model STAD

1. Pengertian pembelajaran model STAD

Suatu model pembelajaran yang penyampaian materinya dilakukan oleh guru

kemudian seluruh siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,

masing-masing kelompok antara 4-5 siswa, setelah itu siswa diberikan tugas

untuk kelompok, kemudian guru memberikan evaluasi untuk tiap individu

dan terakhir pemberian penghargaan bagi kelompok dengan point kemajuan

yang tinggi.

2. Kelebihan dan Kekurangan STAD

22

Page 23: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

a. Kelebihan model STAD antara lain:

1) Siswa dapat mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan

dengan temannya

2) Melatih belajar siswa untuk menghormati siswa yang pintar dan lemah

dan menerima perbedaan itu.

3) Membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.

4) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan ketrampilan berdiskusi.

5) Memudahkan siswa dalam interaksi social.

6) Meningkatkan berfikir kreatif.

b. Kekurangan model STAD antara lain:

1) Beberapa siswa mungkin awalnya akan ketakutan mengungkapkan

idenya.

2) Memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengkoordinasi siswa.

3) Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama secara

harmonis.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Model STAD

Menurut Slavin (2009:143), langkah-langkah model STAD terdiri dari lima

komponen utama – presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,

rekognisi tim:

a. Presentasi Kelas

Presentasi kelas mencakup pembukaan, pengembangan, dan pedoman

pelaksanaan diskusi.

1) Pembukaan

Guru melakukan apresiasi dan memotivasi siswa untuk memulai

pelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan rasa

ingin tahu siswa. Keingintahuan siswa dapat dilakukan dengan cara

penyampaian yang berulang dan penyampaian materi secara

kontekstual.

2) Pengembangan

Selalu memfokuskan pembelajaran pada pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran bisa menggunakan

23

Page 24: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

media bantu dan melakukan umpan balik terhadap materi yang

diterangkan.

3) Pedoman Pelaksanaan

Dalam melaksanakan pembelajaran diusahakan agar siswa selalu siap

menerima pelajaran dan mengerjakan tiap persoalan atau contoh yang

diberikan oleh guru. Pertanyaan dilakukan secara acak dan pada saat

pemberian tugas diusahakan tidak memakan waktu lama.

b. Belajar Tim

Selama belajar tim tugas anggota kelompok adalah menguasai materi

yang disampaikan guru di dean kelas dan membantu teman sekelasnya

untuk menguasai materi tersebut. Masing-masing tim mendapat dua

lembar kegiatan.

c. Kuis (Tes)

Tes dapat dilakukan setelah satu atau dua periode guru memberikan

presentasi , sekitar satu atau dua periode praktik tim (Slavin, 2005:144)

dalam hal ini siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

d. Skor Kemajuan Individu

Setelah hasil kuis dikoreksi selanjutnya menghitung skor kemajuan

individu. Pedoman perhitungan skor kemajuan individu dapat dilihat pada

tabel 2.1

Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan Individu

a. Lebih dari 10 Poin di bawah skor awal 5b. 10 – 1 poin di bawah skor awal 10c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor

awal20

d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30e. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari

skor awal)30

Sumber Slavin (2008:159)

Perhitungan skor individu bertujuan untuk emmungkinkan semua siswa

memberikan poin maksimal pada tim mereka, berapa pun tingkat kinerja

24

Page 25: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

mereka sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari

nilai sebelumnya (rata-rata skor kuis siswa sebelumnya atau jika tidak

ada, maka menggunakan hasi lnilai terakhir siswa dari tahun lalu).

Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal.

e. Regkognisi Tim

Rekognisi merupakan bagian akhir dari Student Teams-Achievement

Divisions di mana penghargaan diberikan kepada tim berdasarkan kriteria

yang ditetapkan. Dalam Slavin dikemukakan ada tiga macam tingkatan

penghargaan berdasarkan pada rata-rata skor tim seperti yang terlihat

pada Tabel 2.2

Tabel 2.2. Merekognisi Prestasi Tim

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan15 Tim Baik16 Tim Sangat Baik17 Tim Super

25

Page 26: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

eksperimen dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif untuk melihat adakah

perbedaan atau pengaruh yang ditimbulkan dari pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Co-Op Co-Op dengan pembelajaran STAD

terhadap hasil belajar. Rancangan yang digunakan adalah eksperimen tetapi

menggunakan eksperimen semu atau quasi eksperimental design dengan

rancangan pretest-posttestnon equivalent control group design.

Subyek Pretest Perlakuan PostestKelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O3 X2 O4

Keterangan:

O1: pengukuran awal pada kelas eksperimen

O2: pengukuran akhir pada kelas eksperimen

O3: pengukuran awal pada kelas kontrol

O4: pengukuran akhir pada kelas kontrol

X1: perlakuan dengan model pembelajaran Co-Op Co-Op

X2: perlakuan dengan model pembelajaran STAD

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X-1 SMA LAB UM dengan

waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2006: 130) menyimpulkan bahwa “populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian”. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka populasi dalam

26

Page 27: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Laboratorium UM yang terdiri dari 7

Kelas.

2. Sampel

Arikunto (2006:131) menyimpulkan sampel adalah sebagai wakil dari

populasi yang akan di teliti. Dalam penelitian ini teknik yang dipakai untuk

pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling ( sampel bertujuan) yang

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random,

atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. teknik ini dilakukan untuk

menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan populasi

di atas, peneliti mengambil populasi dua kelas yaitu kelas X1 sebagai kelompok

eksperimen dan kelas X2 sebagai kelompok kontrol.Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah dua kelas yang memiliki rata-rata nilai setara hal itu

dibuktikah dengan nilai Ujian Semester yang menunjukan kedua kelas ini

memiliki nilai rata-rata yang hampir sama.

D. Instrumen Penelitian

1. Angket Wawancara

Dalam pengambilan data untuk observasi awal, sebagai bahan untuk

mengetahui kemampuan siswa awal diperlukan angket wawancara sebagai media

pengumpulan data bagi murid. Angket berisi daftar pertanyaan tertulis yang

disusun secara sistematis untuk keperluan pencarian informasi, pendalaman ojek

kajian yang diteliti, acuan perencanaan dan tindakan yang akan diambil dalam

pertimbangan pelaksanaan penelitian.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan seperangkat alat

pembelajaran yang memuat rencana kegiatan belajar mengajar yang akan

dilakukan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan

dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran Geografi Atmosfer ini mencakup

1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk

1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

27

Page 28: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja (LKS) yang sengaja disusun

sebagai media penyampaian soal atau bahan permasalahan untuk dipecahkan

siswa. LKS di sini digunakan dalam grup sehingga dapat dikatakan fungsi LKS

dalam penelitian ini adalah sebagai media bahan diskusi kelompok siswa untuk

kemudian dibahas dalam presentasi kelompok serta diambil kesimpulan dalam

garis besar perumusan jawaban LKS semua kelompok.

4. Tes

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda

dan uraian. Tes Pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan masing-masing memiliki

5 opsi pilihan jawaban.

5. Lembar Observasi

Lembar Observasi digunakan dalam pengambilan data penilaian aktivitas

yang telah dilakukan di lapangan. lembar observasi diisikan saat itu juga sebagai

bahan refleksi dan analisis pembelajaran yang telah dilakukan. lembar observaasi

diisi oleh pengamat yang menyimak pengajaran dari awal pertama samapi akhir

siklus.

Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagi berikut (Edy Purwanto,

2005:25).

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui

tingkat kevalitan masing-masing butir soal sehingga dapat ditentukan butir soal

yang gagal dan diterima. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana

data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang

dimaksud. Tingkat kevalitan ini dapat digunakan rumus product moment pearson

rxy=N∑ XY−¿¿¿

Keterangan

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

N = Jumlah sampel

ΣY = Jumlah skor total

ΣX = Jumlah skor butir soal

ΣX2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

28

Page 29: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

ΣXY = Jumlah hasil kali skor butir soal

Soal dapat dikatakan valid jika harga r hitung ≥ r tabel

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua

sebagai berikut:

r11 = 2 r1 /21 /2

(1+r 1/21/2)

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 = Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes

kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dan perhitungan lebih besar dari harga

r pada table product moment maaka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks

kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

PBJs

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar

Js= Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukanindeks kesukaran soal adalah sebagi berikut:

Soal dengan P = 0,000 sampa 0,300 adalah sukar

Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks deskriminiasi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks deskriminasi adalah sebagai

berikut:

D= BaJa

−BbJb

=Pa−Pb

29

Page 30: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Keterangan:

D= Indeks deskriminsi

Ba = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab

dengan benar

Bb = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

dengan benar

Ja = Jumlah peserta kelompok atas

Jb = Jumlah peserta kelompok bawah

Pa=BaJa

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab

benar

Pb= BbJb

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda

butir soal sebagai berikut:

Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

Soal dengan D = 0,701 sampai 1,0000 adalah sangat baik

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket Wawancara

Dilakukan dengan cara memberikan angket yang berisi pertanyaan tentang

data yang ingin dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam

melaksanakan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan dengan

landasan kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan

siswa. dengan demikian pembelajaran diharapkan dapat berjalan baik dan

mencapai tujuan menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

30

Page 31: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Lembar kerja siswa dibuat dengan memberikan masalah dari materi yang

ada untuk kemudian dibahas bersama dalam diskusi kelompok. LKS ini dibuat

berdasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai. Mencakup Indikator yang

diharapkan dapat dicapai siswa dan tujuan pembelajaran.

4. Tes

Tes dilakukan dengan membagikan soal yang telah dibuat berdasarkan inti

materi yang disampaikan. terdiri dari soal subjektif dan soal objektif.

dibagikan pada saat selesai tahap akhir siklus. untuk mengetahui sejauh mana

materi dapat diserap oleh siswa.

5. Lembar Observasi

Lembar observasi dibuat dengan cara mengobservasi secara langsung

pembelajaran yang ada di kelas. menulis dan merekam kekurangan yang terjadi

selama pengajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis data

1. Pengolahan Data:

Pengolahan data meliputi data tentang kemampuan awal siswa, data

tentang kemampuan akhir siswa, data tentang hasil belajar siswa. Analisis data

digunakan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dari

sampel.

2. Uji prasyarat

Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data hasil belajar

siswa menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

a. Uji normalitas

Data yang digunakan untuk uji normalitas adalah data hasil belajar

(gainscore) kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan program

SPSS 16.0 For Windows. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 0,05.

Hipotesis dalam pengujian normalitas data hasil belajar siswa adalah sebagai

berikut.

H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal

H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

31

Page 32: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Nilai signifikansi yang diperoleh > α, maka H0 tidak dapat ditolak dan data

berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Jika signifikansi < α maka H0

ditolak dan data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari

kelompok yang sama atau homogen. Hipotesis dalam pengujian homogenitas data

hasil belajar adalah sebagai berikut.

H0 : Varians dari setiap kelompok sama (homogen)

H1 : Varians dari setiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

Nilai signifikansi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai α, jika nilai

signifikansi > α, maka H0 tidak dapat ditolak dan data sampel homogen. Jika,

signifikansi < α maka H0 ditolak dan data sampel tidak homogen.

3. Uji hipotesis

Uji normalitas data hasil belajar menunjukkan bahwa data sampel

terdistribusi secara normal, sehingga pengujian hipotesis menggunakan analisis

statistik parametrik. Metode analisis data dari bentuk penelitian eksperimen semu

(quasi eksperiment) adalah dengan menggunakan metode statistik parametric uji t.

Penggunaan uji t ini untuk mengetahui perbedaan dua macam sampel penelitian

yang hasilnya digunakan untuk menarik kesimpulan. Penganalisaan hasil dan

pengujian hipotesis di dalam penelitian eksperimen yang menggunakan prates dan

pascates control group design ini menggunakan rumus uji t dua sampel tidak

berpasangan, karena dua sampel ini bersifat bebas dimana masing-masing subyek

penelitian mendapat perlakuan masing-masing. Uji hipotesis ini menggunakan uji

t dengan taraf signifikansi sebesar 5% dan perhitugannya dilakukan dengan

bantuan SPSS 16 for Windows. Pengambilan keputusan dari hasil uji T tidak

berpasangan berdasarkan kriteria berikut. Jika P-value < α dan nilai rata-rata

(mean) kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol , maka H0 ditolak,

Jika P-value ≥ α dan nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen lebih rendah daripada

kelas kontrol, maka H0 tidak dapat ditolak,

hipotesis yang akan diuji adalah

32

Page 33: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

H1 : ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif

Co-Op Co-Op terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Laboratorium

UM

H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran

kooperatif Co-Op Co-Op terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA

Laboratorium UM

33

Page 34: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

DAFTAR PUSTAKA:

Arikunto, Prof.Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.

Budiningsih, Asri.2005. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati, Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.2006. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Ibrahim,M.,dkk.200.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang, “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”.2010. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstusal dan Penerapannya Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang : UM Press.

Purwanto, Edy.2005.Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran: Aplikasi dalam Bidang Studi Geografi. Malang:FPIPS IKIP Malang.

Purwanto, M.Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Probematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Alfabeta.

Setyosari, Punaji.2001.Rancangan pembelajaran teori dan praktek Malang: Penerbit elang mas.

Slavin, Robert E. 2008.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan.2010. Bandung:Alfabeta.

Suryobroto, B. 2002.Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: PT. Rineka.

Silberman, Melvin L. 2006.Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif Bandung: Penerbit Nusa Media.

Partowisastro, Koestoer. H. 1984. Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar jilid 2.Jakarta: Erlangga.

34

Page 35: Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Endah, P Apriyani. 2010. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Spesialisasi Tugas Tipe Co-Op Co-Op Pada Siswa Kelas Viii C Smp Negeri 3 Berbah. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UNY.

35