146
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DENGAN ANALISIS SWOT DI DESA SEGARAJAYA KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: NAILUL MUNA AWALIAH NIM:11140150000002 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

DENGAN ANALISIS SWOT DI DESA SEGARAJAYA

KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKASI

JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh:

NAILUL MUNA AWALIAH

NIM:11140150000002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

i

ABSTRAK

NAILUL MUNA AWALIAH. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan Analisis

SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa

Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan

ekowisata mangrove dengan Analisis SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan

Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode

kombinasi, bahwa data-data yang disajikan berupa kata-kata dan angka-angka

dengan menganalisis internal dan eksternal lingkungan dalam mengembangakan

dan merumuskan strategi pengembangan ekowisata mangrove Desa Segarajaya.

Teknik pengambilan datanya dengan menggunakan observasi, wawancara,

dan studi dokumen. Untuk observasi dengan menganalisis vegetasi dan biota

mangrove menggunakan teknik transek line. Sedangkan untuk analisis sosial,

yaitu untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap ekowisata mangrove Desa

Segarajaya dengan menggunakan pedoman wawancara.

Hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa ekowisata mangrove Desa

Segarajaya termasuk dalam kategori sesuai (S2) untuk dijadikan kawasan

ekowisata. Hal ini terlihat dari total skor penghitungan tingkat kesesuaian

ekowisata sebesar 60 dan Indeks Kesesuaian Ekosistem sebesar 68%. Hasil

alternatif strategi (SO) yaitu mengembangkan seluruh potensi yang ada di

ekowisata mangrove Desa Segarajaya dengan meningkatkan penanaman

mangrove. Sedangkan hasil alternatif strategi (WO) yaitu pemerintah setempat

Kabupaten Bekasi dapat menggalakkan promosi tentang adanya ekowisata

mangrove, dan membuat website resmi agar para pengunjung lebih bertambah

lagi.

Kata Kunci: Strategi, Mangrove, Segarajaya

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

ii

ABSTRACT

NAILUL MUNA AWALIAH. The Social Sciences Education Department,

Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic

University Jakarta. Strategy for Developing Mangrove Ecotourism with

SWOT analysis in Segarajaya Village, Tarumajaya District, Bekasi District,

West Java.

This study aims to determine the strategy for developing mangrove

ecotourism with SWOT analysis in Segarajaya Village, Tarumajaya District,

Bekasi, West Java. This study uses a combination method, that the data presented

are in the form of words and numbers by analyzing internal and external

environments in developing and formulating a strategy for developing mangrove

ecotourism in Segarajaya Village.

The data collection technique uses observation, interviews, and document

studies. For observation by analyzing vegetation and mangrove biota using the

line transect method. Whereas for social analysis, that is to find out public opinion

on mangrove ecotourism in Desa Segarajaya using interview guidelines.

The results of the conformity analysis show that mangrove ecotourism in

Segarajaya Village is included in the appropriate category (S2) to be used as an

ecotourism area. This can be seen from the total score of calculating the

ecotourism suitability level of 60 and the Ecosystem Conformity Index of 68%.

The alternative strategy (SO) is to develop all the potential that exists in the

mangrove ecotourism in Segarajaya Village by increasing mangrove planting.

Whereas the results of alternative strategies (WO), namely the local government

of Bekasi Regency can promote promotion of mangrove ecotourism, and create an

official website so that more visitors will increase.

Keywords: Strategy, Mangrove, Segarajaya

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan

Analisis SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi

Jawa Barat”.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pendidikan yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan di bidang

karya ilmiah dan juga untuk memperdalam pemahaman keilmuan dan

aplikatifnya. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna untuk semua pihak yang

membutuhkan.

Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik moril dan materil, maka penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.

4. Dr. Sodikin, M.Si dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing

yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya

untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat

dimanfaatkan sebaik-baiknya.

6. Kedua orang tuaku tercinta, Rojudin Kurniawan dan Rohati yang

memberikan curahan kasih sayang dan senantiasa memberikan do’a serta

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

iv

dukungan baik secara moril maupun materil, satu-satunya adikku Amalia

Dwi Ananda yang memberikan semangat tiada henti dan memberikan

warna kehidupan.

7. Kepala Kesbangpol Kabupaten Tangsel, Kepala Kesbangpol Kabupaten

Bekasi, Kepala Desa Segarajaya dan Pengelola Restorasi Mangrove Desa

Segarajaya yang dengan ramah membantu dalam proses penelitian ini.

8. Temen-temen Pendidikan IPS angkatan 2014 dan sahabat-sahabatku,

Muzdalifah, Sani Alfia Chairani, Faristin Firdausiyah, Maulidia Syifa,

Yusri Humairah, Novia Nurhayati yang telah memberikan motivasi dan

semangat setiap harinya.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhirnya segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 10 Januari 2019

Penulis

Nailul Muna Awaliah

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori ......................................................................................... 9

1. Pengertian Strategi ......................................................................... 9

2. Pengertian Pariwisata ..................................................................... 13

3. Daerah Tujuan Wisata .................................................................... 14

4. Masyarakat, Lingkungan dan Budaya ............................................ 15

5. Komponen Pendukung Pariwisata ................................................. 16

6. Pengertian Ekowisata ..................................................................... 22

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

vi

7. Dampak Ekonomi Pariwisata ......................................................... 25

8. Pengertian Mangrove ..................................................................... 26

9. Strategi Pengembangan Ekowisata ................................................ 29

B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... 31

C. Kerangka Berfikir................................................................................. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36

B. Metode Penelitian................................................................................. 38

C. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 39

D. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 39

E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 40

1. Data Primer .................................................................................... 40

2. Data Sekunder ................................................................................ 40

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41

1. Observasi ........................................................................................ 41

2. Wawancara .................................................................................... 41

3. Studi Dokumen .............................................................................. 42

G. Instrumen Penelitian............................................................................. 42

1. Pedoman Wawancara ...................................................................... 42

2. Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 46

H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................... 53

1. Kondisi Geografis .......................................................................... 53

2. Kependudukan................................................................................ 54

B. Deskripsi Data ...................................................................................... 58

1. Profil Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ................................ 58

2. Parameter Ekowisata Mangrove di Desa Segarajaya ..................... 60

C. Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ............... 68

D. Strategi Pengembangan Ekowisata ...................................................... 70

E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 77

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 78

B. Implikasi ............................................................................................... 79

C. Saran ..................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2016................... 5

Tabel 2.1 Spesies Mangrove Indonesia ............................................................ 27

Tabel 3.1. Waktu Penelitian ............................................................................. 37

Tabel 3.2 Alat Penelitian .................................................................................. 39

Tabel 3.3 Bahan Penelitian .............................................................................. 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Pengunjung .......................................... 42

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara untuk Masyarakat .......................................... 43

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Pengelola Ekowisata ..................................... 44

Tabel 3.7 Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 46

Tabel 3.8 Matriks Kesesuaian Lahan Pengembangan Mangrove .................... 49

Tabel 3.9 Matriks Analisis SWOT ................................................................... 52

Tabel 4.1 Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 54

Tabel 4.2 Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan ............................ 55

Tabel 4.3 Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama ................................... 56

Tabel 4.4 Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian .................. 57

Tabel 4.5 Ketebalan Mangrove tiap Stasiun .................................................... 60

Tabel 4.6 Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove ................................. 62

Tabel 4.7 Hasil Observasi Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove ...... 63

Tabel 4.8 Kerapatan Mangrove di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ..... 63

Tabel 4.9 Jenis Fauna di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya .................... 64

Tabel 4.10 Jenis Fauna yang ditemukan saat Observasi .................................. 65

Tabel 4.11 Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Mangrove ................ 71

Tabel 4.12 Matriks Analisis SWOT ................................................................. 76

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.13 Matriks Analisis SWOT ................................................................. 76

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 36

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 53

Gambar 4.2 Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin .................... 54

Gambar 4.3 Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan ........................ 55

Gambar 4.4 Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama ............................... 56

Gambar 4.5 Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian .............. 58

Gambar 4.6 Ketebalan Mangrove tiap Stasiun ................................................ 61

Gambar 4.7 Kondisi Pasang Surut ................................................................... 66

Gambar 4.8 Track............................................................................................. 73

Gambar 4.9 Perahu ........................................................................................... 73

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Transkip Wawancara

Lampiran II Hasil Observasi

Lampiran III Dokumentasi

Lampiran IV Surat-surat

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas,

tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang

surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung

dan gempuran ombak dan daerah yang landau. Mangrove tumbuh optimal di

wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran aimya

banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak

bermuara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal.1

Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman

jenis yang tertinggi di dunia. Sejauh ini di Indonesia tercatat ada 202 jenis

tumbuhan mangrove yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis

tumbuhan memanjat (liana), 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan I jenis

tumbuhan paku. Dari 202 jenis tersebut, hariya 43 jenis yang merupakan

mangrove sejati (true mangrove).2 Hutan mangrove berperan penting untuk

penahan erosi dan tempat tinggal biota laut, selain itu hutan mangrove menjadi

daya tarik wisata.

Pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus mempertimbangkan dua

aspek, yaitu aspek tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun pengembangan

ekowisata menganut konsep pengarusutamaan produk atau pasar, namun

pengembangan produk wisata tetap menjamin kelestarian sumber daya alam

dan budaya masyarakat pesisir dan laut. Pengembangan ekowisata pesisir dan

laut lebih dekat kepada aspek pelestarian, karena di dalamnya sudah

terkandung aspek keberlanjutan. Pelestarian sumberdaya alam dan budaya

masvarakat akan menjamin terwujudnya keberlanjutan pembangunan. Dalam

1 Rokhmin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 58 2 Ibid, hlm. 66

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

2

pelaksanaannya, ekowisata pesisir dan laut hampir tidak dilakukan eksploitasi

sumberdaya ala, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan.3 Di

Indonesia, konsep ekowisata atau ecouturism, banyak dikembangkan oleh

pemerintah daerah. Contoh yang baik adalah, Taman Nasional Komodo,

Taman Nasional Kalimutu, di Bogor ada Taman Safari, Taman Buah Mekar

Sari di wilayah lainnya.4

Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Basyuni, dkk tentang

identifikasi potensi dan strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa

Lubuk Kertang Terdapat tiga strategi prioritas untuk pengembangan ekowisata

di Desa Lubuk Kertang, pertama, meningkatkan pengelolaan ekosistem hutan

mangrove melalui kegiatan ekowisata dan interpretasi lingkungan. Kedua,

untuk menjaga obyek ekowisata mangrove dengan memperhatikan daya

dukung wilayah tersebut. Ketiga, dalam rangka untuk mempromosikan

ekowisata mangrove yang masih baru digunakan media internet atau media

sosial.5

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip

pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan Pasal 6: Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan

asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui

pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan

keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan

manusia untuk berwisata. Pasal 8: 1) Pembangunan kepariwisataan dilakukan

berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas

rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk

pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan

3 Ambo Tuwo, Pengelolan Ekowisata Pesisir dan Laut Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi,

Kelembagaan, dan Sarana Wilayah, (Surabaya: Brilian Internasional, 2011), hlm. 29 4 I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Jakarta: Rajawali, 2016),

hlm. 63 5 Mohammad Basyuni, dkk, Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata

Mangrove di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat Sumatera

Utara, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, 2016, hlm. 1

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

3

kepariwisataan kabupaten/kota. 2) Pembangunan kepariwisataan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan

jangka panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga yang terkait

dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. Serta Pasal

12: 1 Aspek- aspek penetapan kawasan strategis pariwisata.

Ekowisata atau pariwisata yang berbasis lingkungan merupakan konsep

pariwisata yang saat ini diminati oleh masyarakat. Menurut Sodikin di dalam

penelitiannya pada tahun 2002 pemerintah telah mencanangkan program

ekowisata dan tahun 2003 ditetapkan sebagai tahun wisata bahari. Direktorat

Diversifikasi Produk Pariwisata Bahari Sub Direktorat Pengembangan

Pariwisata menyatakanbahwa, realisasi tahun wisata bahari adalah berupa

pengembangan objek-objek wisata bahari baru dalam bentuk pengembangan

wisata dengan ketertarikankhusus. Hal tersebut bertepatan dengan munculnya

perkembangan pariwisata yang bertema back to nature‖ yang cenderung

semakin meningkat. Fenomena itu tentunya merupakan kesempatan emas bagi

kepariwisataan untuk mengembangkan program pariwisata guna menarik

kunjungan wisatawan.6 Menurut Yunita Rahma Fauziah di dalam skripsinya,

hal ini disebabkan oleh perubahan paradigma berpikir manusia yang semakin

memberi penghargaan kepada alam dan isinya dan adanya konsep back to

nature. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang padat dan tingkat jenuh yang

tinggi mengakibatkan banyak orang yang ingin menikmati udara bebas dari

alam untuk melepaskan penat. Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki

potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pusat wisata alam.

Kesadaran akan pentingnya konservasi alam juga merupakan faktor yang

menyebabkan ekowisata sangat diminati.7

6 Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan

Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:

Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015) h. 334 7 Yunita Rahma Fauziah, Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa

Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,

2010, hlm. 18

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

4

Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 7-8 tentang

hutan atau tumbuhan, sebagai berikut :8

اأولم ضإلىيرو ر ج كل من فيهاأن بت ناكم ال كريم زو

لكفيإن ثرهم كانوما لية ذ منينأك مؤ

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik?

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda

kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman.”

Dalam Surah Asy-Syura, dikatakan bahwa manusia berasal dari tanah

dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara manusia dan tanah sangat

erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan

sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya

sebagai tanah yang memiliki fungsi. Dengan lahan itu manusia bisa membuat

tempat tinggal, bercocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya seperti

memberi penghargaan kepada alam dengan membangun ekowisata yang

berbasis konservasi.

Di Indonesia wilayah yang menjadi tempat favorit wisatawan lokal

maupun mancanegara salah satunya adalah Pulau Bali yang menjadi tujuan

wisata alam maupun tujuan wisata budaya. Pualu bali menjadi salah satu

tempat di Indonesia menjadi tempat terbanyak turis maupun siwatawan lokal

yang berkunjung. Dari segi fasilitas Pulau Bali bisa menjadi tempat wisata

yang bisa di kunjungi kalangan manapun, dari fasilitas murah sampai fasilitas

yang super mewah. Sedangkan pada wisata budayanya Pulau Bali merupakan

tujuan wisata yang Bali memiliki masyarakat yang ramah dengan segudang

tradisi yang masih dijaga hingga kini, memberinya kekhasan tersendiri yang

membuat banyak orang penasaran untuk membaur dan belajar dari

masyarakatnya.

Meskipun Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata

dan banyak lagi negara ini gagal menarik jumlah turis asing yang besar.

8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Jumanatul „Ali dan Terjemahannya, ( Jakarta: J-

ART, 2004), hlm. 267

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

5

Indonesia mungkin mencapai targetnya untuk menyambut 10 juta turis asing di

2015, namun angka ini jauh lebih rendah dari jumlah turis yang mengunjungi

negara-negara tetangga Singapura (15 juta) atau Malaysia (27 juta). Namun

Kunjungan turis ke Indonesia di tahun 2016 dibanding tahun sebelumnya,

beruntung tumbuh 9,5 persen selama Januari sampai Oktober 2016. Angka

tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan turis ke Malaysia dan Singapura yang

masing-masing, 3,8 dan 9,4 persen. Dengan jumlah kunjungan turis dari

Januari sampai Agustus dan Januari sampai September 2016. Hal ini seperti

disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2016

Bulan Tourist

Arrivals

2013

Tourist

Arrivals

2014

Tourist

Arrivals

2015

Tourist

Arrivals

2016

Januari 614,328 753,079 723,039 814,303

Februari 678,415 702,666 786,653 888,309

Maret 725,316 765,607 789,596 915,019

April 646,117 726,332 749,882 901,095

Mei 700,708 752,363 793,499 915,206

Juni 789,594 851,475 815,148 857,651

Juli 717,784 777,210 814,233 1,032,741

Agustus 771,009 826,821 850,542 1,031,986

September 770,878 791,296 869,179 1,006,653

Oktober 719,900 808,767 825,818 1,040,651

November 807,422 764,461 764,461 777,976

Desember 766,966 915,334 915,334 913,828

Total 8,802,129 9,435,411 9,435,411 9,729,350

Sumber:https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri sektor/pariwisata/item6051?

Dengan banyaknya turis yang masuk ke Indonesia membuat berbagai

wilayah di Indonesia berlomba-lomba untuk saling mengembangkan potensi

wisatanya. Salah satunya adalah Kabupaten Bekasi. Dilihat dari lokasi

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

6

Kabupaten Bekasi dijuluki sebagai wilayah industry namun tidak membuat

Kabupaten Bekasi tidak mengembangkan wisata-wisata alam ataupun budaya

yang ada. Kepala Bidang Dinas Budaya Pemuda, dan Olahraga Kabupaten

Bekasi Agus Trihono, mengatakan jumlah wisatawan pada tahun 2015 tercatat

1.050.000. Data tersebut didapatkan dari jumlah pengunjung diobjek wisata

ataupun orang yang menginap di hotel, serta di sejumlah apartemen yang

tersebar di Kabupaten Bekasi.

Salah satu ekowisata yang terdapat di Kabupaten Bekasi adalah Restorasi

Pembelajaran mangrove atau sering disebut ekowisata mangrove yang terletak

di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Ekowisata

mangrove ini memiliki potensi wisata alam yang indah dan pemandangan yang

menarik.

Ekowisata yang tergolong baru ini memiliki potensi ekonomi bagi

masyarakat sekitar, namun dalam pengelolaan dan pengembangannya

dihadapkan pada beberapa permasalahan penting. Dari observasi awal yang

dilakukan oleh penulis di antaranya ialah tidak adanya pelayanan informasi,

kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya transportasi umum, kurangnya

promosi hanya mengandalkan social media, dan kurangnya kebersihan pada

ekowisata mangrove tersebut. Selain itu, pengembangan ekowisata mangrove

ini tidak sama dengan pariwisata umumnya, harus memperhatikan aspek

konservasi, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Beberapa permasalahan

tersebut harus segera di cari solusinya agar pengembangan obyek wisata ini

bisa memberikan kemanfaatan ekonomi secara berkelanjutan, tanpa harus

mengorbankan lingkungan.

Dari uraian diatas perlu disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang sangat berperan penting dalam

mengembangkan ekowisata mangrove, bahwa perlu diketahui ekowisata ini

adalah salah satu tempat wisata yang mempunyai potensi yang sangat besar

dalam menumbuhkan pendapatan daerah. Solusi-solusi yang dimaksud dalam

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

7

hal ini adalah strategi terkait dengan pengembangan ekowisata mangrove di

Desa Segarajaya agar dapat lebih berdaya saing dalam menarik wisatawan.

Strategi sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan

melestarikan kawasan wisata yang sesuai dengan pengembangan kawasan

ekowisata mangrove di Desa Segarajaya ini. Sehingga dengan demikian

pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat mengambil

langkah yang strategis dari pilihan yang ada.

Menurut Mintzburg di dalam skripsi Ian Asriandy strategi menjadi sangat

penting bagi pengembangan sebuah organisasi/perusahaan dalam rangka

pencapaian tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Analisa

dalam pengembangan strategi berdasarkan dimensi-dimensi strategi yang

digunakan yaitu tujuan, kebijakan dan program.9 Berdasarkan uraian yang

sudah dijelaskan, maka penulis begitu tertarik untuk melakukan penelitian

tentang strategi pengembangan ekowisata mangrove dengan analisis SWOT di

Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum tersedianya pelayanan informasi ekowisata mangrove.

2. Strategi pengembangan ekowisata mangrove yang belum optimal.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap konservasi mangrove.

4. Kurangnya sarana dan prasarana.

5. Belum tersedianya transportasi umum.

6. Hanya mengandalkan sosial media

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya berkaitan dengan “Strategi Pengembangan

Ekowisata Mangrove dengan Analisis SWOT di Desa Segarajaya, Kabupaten

Bekasi Jawa Barat”.

9 Ian Asriandi, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di Kabupaten

Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin, 2016, hlm. 4

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang dipaparkan

sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana strategi

pengembangan ekowisata mangrove dengan Analisis SWOT di Desa

Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai oleh penulis dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata

mangrove dengan analisis SWOT di Desa Segarajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa

Barat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti berharap memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Teoritis

Secara teoritis hasil peneliatian ini diharapkan berguna sebagai

sumbangan perkembangan ilmu dan pengetahuan pengembangan

ekowisata.

2. Praktis

a. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi bahan masukan atau solusi untuk mengembangkan ekowisata

mangrove sebagai kawasan wisata yang layak untuk dikunjungi dan

dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan program sektoral.

b. Bagi pengelola ekowisata mangrove, dapat memperbaiki pengelolaan

wisata dengan baik dan merencanakan program wisata hingga layak

dikunjungi oleh wisatawan.

c. Bagi masyarakat sekitar ekowisata mangrove, dapat ikut serta dalam

pemeliharaan dan pelestarian kawasan ekowisata mangrove.

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

9

d. Bagi para peneliti, diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau acuan,

tambahan informasi yang sama ketika melakukan penelitian yang

terkakait untuk dikembangkan lebih lanjut

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Strategi

Menurut Bracker, di dalam skripsi Ian Asriandy , pengertian “strategi”

bersumber dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (jenderal), yang pada

dasarnya diambil dari pilahan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan

“memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan

“strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan

musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan

saranasarana yang dimiliki”.10

Pengertian strategi menurut para ahli, di antaranya . Menurut Chandler

strategi ialah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,

diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.11

Menurut Andrews strategi ialah pola sasaran, tujuan dan

kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang

dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh

perusahaan, atau yang seharusnya yang dijalankan oleh perusahaan.12

Menurut Itami strategi ialah menentukan kerangka dari aktivitas bisnis

perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengoordinasikan aktivitas,

sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan

yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang

diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak

dijalankan.13

Pengertian beberapa ahli mengenai strategi ini mempunyai banyak

kesamaan. Frase “tujuan jangka panjang” dan “kebijakan umum”

10

Ian Asriandi, Ibid, hlm 9-10 11

Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga,

2006), hlm. 1 12

Mudrajad Kuncoro, Ibid, 2006, hlm. 1 13

Ibid, Mudrajad Kuncoro, 2006, hlm. 1

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

11

menyiratkan bahwa strategi seharusnya berkaitan dengan keputusan “besar”

yang dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan

yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi.14

Strategi diperlukan agar perencanaan dapat dilaksanakan secara

praktis dan spesipik mungkin, maka di dalamnya harus tercakup

pertimbangan dan penyesuaian terhadap reaksi–reaksi orang dan pihak yang

dipengaruhi kegiatan marketing tersebut. Dalam hal yang demikian

diperlukan suatu strategi yang dapat membantu perencanaan yang dibuat.15

Menurut Henry Mintzberg, Joseph Lampel, James Brian Quinn, dan

Sumantra Ghoshal di dalam skripsi Ian Asriandi, menyajikan lima definisi

strategi yaitu :16

a. Strategi Sebagai Rencana

Strategi adalah rencana, semacam sadar dimaksudkan yang

meliputi tindakan, pedoman (atau pedoman yang ditetapkan) untuk

menangani situasi. Dengan definisi ini, strategi memiliki dua

karakteristik penting: mereka dibuat sebelum tindakan yang menerapkan,

dan mereka dikembangkan secara sadar dan sengaja. Sebagai rencana,

strategi berkaitan dengan bagaimana pemimpin mencoba untuk

menetapkan arah untuk organisasi, untuk mengatur mereka pada tindakan

yang telah ditentukan. Dalam mempelajari strategi sebagai rencana, kita

harus entah bagaimana masuk ke dalam pikiran strategi, untuk mencari

tahu apa yang benar-benar dimaksudkan.

b. Strategi Sebagai Taktik

Sebagai taktik, strategi membawa kita ke dalam wilayah persaingan

langsung, dimana ancaman dan feints dan berbagai manuver lain bekerja

untuk mendapatkan keuntungan. Tempat ini proses pembentukan strategi

dalam pengaturan yang paling dinamis, dengan gerakan memprovokasi

dan seterusnya. Namun Ironisnya, strategi itu sendiri adalah sebuah

14

Mudrajad Kuncoro, Ibid, 2006, hlm. 1 15

Oka A. Yati, Pemasaran Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1966), hlm. 164 16

Ian Asriandi, Op.cit, 2016, hlm. 10-18

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

12

konsep yang berakar tidak dalam perubahan tetapi dalam stabilitas dalam

mengatur rencana dan pola didirikan.

c. Strategi Sebagai Pola

Jika strategi dapat dimaksudkan (apakah sebagai rencana umum

atau khusus ploys), tapi mereka juga dapat terwujud. Dengan kata lain,

menentukan strategi sebagai rencana ini tidak cukup; kita juga perlu

definisi yang meliputi perilaku yang dihasilkan. Dengan demikian,

definisi ketiga diusulkan: strategi adalah pola-khususnya, pola dalam

aliran tindakan (Mintzberg dan Waters, 1985 [dalam Mintzberg, Lampel,

Quinn, Ghoshal :2003]). Menurut definisi ini, strategi adalah konsistensi

dalam perilaku, apakah atau tidak dimaksudkan.

Hal ini mungkin terdengar aneh definisi untuk kata yang telah

begitu terikat dengan kehendak bebas. Tetapi faktanya adalah bahwa

sementara hampir tidak ada yang mendefinisikan strategi dalam cara ini,

banyak orang tampak pada suatu waktu menggunakannya. Quinn

(1980:35) dalam Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal (2003)

mengatakan, pertimbangkan ini kutipan dari seorang eksekutif bisnis;

"Secara bertahap pendekatan yang sukses menggabungkan ke dalam pola

tindakan yang menjadi strategi kami. Kita tidak memiliki strategi

keseluruhan". Komentar ini tidak konsisten hanya jika kita membatasi

diri untuk salah satu definisi strategi, apa yang orang ini tampaknya

katakan adalah bahwa perusahaan memiliki strategi sebagai pola, tapi

bukan sebagai rencana.

Dengan demikian, definisi strategi sebagai rencana dan pola dapat

cukup independen satu sama lain: rencana saya belum direalisasi,

sementara pola mungkin muncul tanpa prasangka. Sebagai pola, bertitik

berat pada tindakan. Strategi sebagai pola juga memperkenalkan gagasan

tentang konvergensi, pencapaian konsistensi dalam perilaku organisasi.

Menyadari strategi dimaksudkan, mendorong kita untuk

mempertimbangkan gagasan bahwa strategi dapat muncul serta sengaja

dikenakan.

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

13

d. Strategi Sebagai Posisi

Definisi keempat adalah strategi sebagai posisi-secara khusus, cara

untuk menemukan sebuah organisasi, di teori organisasi suka

menyebutnya "lingkungan". Dengan definisi ini, strategi menjadi mediasi

antara organisasi dan lingkungan dalam konteks internal dan eksternal.

Definisi strategi sebagai posisi dapat kompatibel dengan baik (atau

semua) dari yang sebelumnya, posisi dapat dicentang dan bercita-cita

untuk memikirkan rencana (atau taktik) atau dapat dicapai, mungkin

bahkan melalui pola perilaku.

Sebagai posisi, strategi ini mendorong kita untuk melihat organisasi

dalam lingkungan kompetitif mereka, bagaimana mereka menemukan

posisi mereka dan melindungi mereka untuk memenuhi persaingan,

menghindarinya, atau menumbangkannya. Hal ini memungkinkan kita

untuk berpikir organisasi secara ekologis, sebagai organisme dalam ceruk

yang berjuang untuk bertahan hidup di dunia permusuhan dan

ketidakpastian serta simbiosis.

e. Strategi Sebagai Perspektif

Sementara definisi keempat strategi terlihat keluar, mencari untuk

menemukan organisasi dalam lingkungan eksternal, dan turun ke posisi

kelima terlihat di dalam organisasi, memang dalam kepala strategi

kolektif, tetapi sampai dengan pandangan yang lebih luas. Di sini,

strategi adalah perspektif, bukan hanya terdiri dari posisi pilihan, tetapi

cara yang tertanam memahami dunia.

Definisi kelima ini menunjukkan bahwa semua konsep strategi

memiliki satu implikasi penting, yaitu bahwa semua strategi adalah

abstraksi yang hanya ada di pikiran pihak yang berkepentingan. Hal ini

penting untuk diingat bahwa tidak ada yang pernah melihat atau menyentuh

strategi, setiap strategi adalah sebuah penemuan, khayalan dari imajinasi

seseorang, apakah dirumuskan sebagai niat untuk mengatur perilaku itu

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

14

berlangsung atau disimpulkan sebagai pola untuk menggambarkan perilaku

yang telah terjadi.

Sebagai perspektif, strategi menimbulkan pertanyaan menarik tentang

niat dan perilaku dalam konteks kolektif. Jika kita mendefinisikan

organisasi sebagai tindakan kolektif dalam mengejar misi umum, kemudian

strategi sebagai perspektif memunculkan masalah bagaimana menyebar niat

melalui sekelompok orang untuk menjadi bersama sebagai norma-norma

dan nilai-nilai, dan bagaimana pola perilaku menjadi sangat tertanam dalam

kelompok.

Seperti yang disarankan di atas, strategi sebagai posisi dan perspektif

dapat kompatibel dengan strategi sebagai rencana dan/atau pola. Tapi, pada

kenyataannya, hubungan antara definisi yang berbeda ini bisa lebih terlibat,

tapi konsep strategi yang muncul adalah bahwa pola yang dapat muncul dan

diakui menimbulkan sebuah rencana resmi, mungkin dalam perspektif

keseluruhan.

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, pari berarti sempurna,

lengkap, tertingi, sedangkan wisata ialah perjalanan, sehingga pariwisata

yaitu perjalanan yang lengkap atau sempurna. Menurut Yoeti, pariwisata

merupakan keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh

perjalanan dan tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat tinggal

sementara dan tidak berhubungan dengan pencarian nafkah. 17

Pariwisata

merupakan faktor penting dalam suatu negara, karena mendorong

perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional.18

Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud

dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatanwisata dan didukung

17

I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Jakarta: Rajawali, 2016),

hlm. 6 18

Yati, Oka A, Ekonomi Pariwisata Introduksi Informasi dan Implementasi. (Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 27

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

15

oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.19

3. Daerah Tujuan Wisata

Menurut Pendit di dalam skripsi Paramitha, bahwa terdapat tiga poin

utama yang menjadi syarat satu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata,

yaitu:20

a. Memiliki atraksi atau objek menarik (atraksi)

b. Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan (aksesbilitas) dan

c. Menyediakan tempat untuk tinggal sementara (fasilitas).

Pendit juga mengatakan, syarat untuk menjadi daerah tujuan wisata,

yaitu:21

a. Atraksi

Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan

melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk

para wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan objek wisata

(tourist objects), karena objek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa

membayar. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk menyaksikan harus

dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa

dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai,

gunung, candi, monumen, dan lain-lain.

Atraksi yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 pasal 1, objek dan daya

tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

b. Aksesbilitas

Menurut Bintarto mengatakan bahwa yang dikatakan aksesbilitas

adalah kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu

19

Unesco, Ekowisata Panduan Dasar Pelaksanaan, 2009, hlm. 3 20

Paramita Cyntia Dewi, Studi Kelayakan Pantai Bagus sebagai Daerah Tujuan Wisata di

Kabupaten Lampung Selatan, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, hlm. 14 21

Paramita Cyntia Dewi, Ibid, 2017, hlm. 14-15

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

16

wilayah. Aksesbilitas dapat diukur melalui waktu tempuh dari suatu

tempat ke tempat lain dan jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lain.

Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan system

transportasi:

1) Angkutan transportasi seperti mobil, bis, kereta api, pesawat udara.

2) Jaringan rute, sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel

kereta api, jalur udara.

c. Fasilitas

Menurut Jansen menjelaskan mengenai fasilitas pariwisata disuatu

lokal menjadi dua bagian yaitu fasilitas primer dan penunjang.

Pembagian dan penjelasan mengenai fasilitas menurut Jansen Verbeke,

antara lain:

1) Fasilitas Primer adalah objek wisata dengan fungsi sebagai daya tarik

utama wisata

2) Fasilitas penunjang adalah bangunan diluar fasilitas primer yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di

lokasi wisata. fasilitas penunjang dibagi menjadi dua bagian,

3) Fasilitas sekunder: bangunan yang bukan merupakan daya tarik utama

wisata akan tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama

wisatawan seperti penginapan, rumah makan dan took cinderamata.

4) Fasilitas kondisional: bangunan yang digunakan oleh wisatawan

maupun warga setempat seperi masjid, toilet umum dan tempat

parker.

4. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya

Daerah tujuan wisata yang memiliki objek dan daya tarik wisata akan

mengundang kehadiran wisatawan. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya. Dapat dilihat

sebagai berikut:22

22

Paramita Cyntia Dewi, Ibid, 2017, hlm. 17-18

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

17

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut

kehadiran wisatawan, baik dari dalam maupun dari luar daerah. Untuk itu

masyarakat disekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan

kualitas layanan yang dibutuhkan wisatawan.

b. Lingkungan

Selain masyarakat sekitar, lingkungan di sekitar objek wisata juga

perlu diperhatikan. Jika lingkungan tercemar, maka ekosistem dari fauna

dan flora di lingkungan sekitar akan rusak. Oleh sebab itu masyarakat di

sekitar dan wisatawan yang berlalu-lalang juga berperan penting untuk

menjaga lingkungan sekitar objek wisata.

c. Budaya

Setelah mengetahui masyarakat dan lingkungan alam, lingkungan

budaya juga berperan penting di sekitar objek wisata. Oleh karena itu,

masyarakat di sekitar harus menjaga kelestarian dari suku asli, adat

maupun kesenian daerah, agar tidak tercemar oleh budaya asing yang

masuk. Akan tetapi, kualitas budaya harus ditingkatkan lagi agar dapat

memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang

berkunjung.

5. Komponen Pendukung Pariwisata

Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memerlukan berbagai

kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke

tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita

sehari-hari. Sama seperti yang kita lakukan setiap hari, wisatawan juga

butuh makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang

membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi

kebutuha dan pelayanan tersebut, pariwisata harus didukung oleh berbagai

komponen yaitu:23

23

Paramita Cyntia Dewi, Ibid, hlm. 18

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

18

a. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah.

Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk

setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik,

atau mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya, wisatawan datang

untuk menikmati hal-hal yang tidak dapat mereka temukan dalam

kehidupan mereka seharihari. Alam, budaya serta sejarah tersebut

merupakan bagian dari obyek dan daya tarik wisata.24

Menurut Paramita dalam skripsinya, Daya tarik wisata merupakan

fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya

tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk

mengunjungi suatu tempat. Menurut Victor T.C Middleton membagi

daya tarik wisata itu terdiri atas 6 bagian besar sebagai berikut:25

1) Natural Attractions

Yaitu daya tarik wisata yang bersifat alamiah dan terdapat secara

bebas yang dapat dilihat dan disaksikan setiap waktu. Di antaranya

ada yang sudah dipelihara atau dikembangkan seperti: Kebun Raya,

Taman Nasional pemandangan, pantai, danau, laut, pegunungan,

lembah dan ada pula di antaranya tidak terpelihara seperti hutan

lindung yang terdapat dalam hutan belantara.

2) Build Attractions

Yaitu bangunan-bangunan dengan arsitektur kuno, jembatan,

rumah-rumah ibadah (gereja, masjid, wihara, kuil atau pura, gedung-

gedung perkantoran bekas penjajahan Belanda).

3) Cultural Attractions

Termasuk kelompok ini, yaitu peninggalan lama, petilasan, bekas

kerajaan, candi, museum. Misalnya Candi Borobudur dan Prambanan

(Jateng).

24

Paramita Cyntia Dewi, Ibid, hlm 18 25

Paramita Cyntia Dewi,Ibid, hlm. 21-24.

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

19

4) Traditional Attractions

Yaitu tata cara hidup satu etnis, masyarakat terasing, adat istiadat,

festival kesenian, Folklore suatu bangsa, misalnya Festival Bunga

Sakura (Jepang), Galungan dan Kuningan (Bali), Reog Ponorogo

(Jatim).

5) Sport Events

Yaitu aktivitas yang berkaitan dengan dunia olahraga, baik ikut

berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tersebut, maupun hanya

datang menyaksikan pertandingan berlangsung, seperti misalnya

peserta olimpiade, pertandingan piala dunia untuk sepakbola.

6) Attractive Spontance

Yaitu segala sesuatu yang terdapat di DTW yang merupakan daya

tarik wisata, sebagai alasan mengapa wisatawan tertarik datang

berkunjung ke DTW tersebut. Daya tarik wisata itu (tourist

attractions), pada suatu DTW pada dasarnya ada tiga hal yang selalu

menjadi pertanyaan wisatawan kalau berkunjung, yaitu:

a) Something To See

Pada setiap DTW hendaknya selalu ada yang menarik untuk

dilihat atau disaksikan, aneh, unik dan langka yang menjadi daya

tarik, mengapa wisatawan perlu datang ke DTW tersebut.

b) Something To Do

Pada suatu DTW itu, hendaknya selain banyak yang dapat

dilihat atau disaksikan, juga banyak rekreasi yang dapat

dilakukan, sehingga tidak mononton.

c) Something To Buy

Hal ini penting sekali dalam bisnis pariwisata. Wisatawan itu

tidak dapat dipisahkan dari oleh-oleh, sebagai kenangkenangan

telah datang berkunjung ke DTW tersebut. Karena itu, cendera

mata khas daerah sudah harus disediakan, walau bentuk apapun,

pokoknya cendera mata dari DTW itu perlu ada, walaupun bukan

buatan DTW itu sendiri.

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

20

b. Transportasi dan Infrastruktur

Wisatawan memerlukan alat transportasi baik itu transportasi

udara, laut dan darat untuk mencapai daerah wisata yang menjadi

tujuannya. Tersedianya alat trasportasi adalah salah satu kunci sukses

kelancaran aktivitas pariwisata.

Komponen pendukung lainnya adalah infrastruktur yang secara

tidak langsung mendukung kelancaran kegiatan pariwisata misalnya: air,

jalan, listrik, pelabuhan, bandara, pengolahan limbah dan sampah.

Namun, meskipun tidak semua daerah tujuan wisata memiliki

komponen pendukung yang baik, suatu daerah tetap bisa menarik

wisatawan untuk berkunjung karena ada hal-hal unik yang hanya bias

ditemui atau dilihat di tempat tersebut.26

c. Akomodasi (Tempat Menginap)

Akomodasi adalah tempat dimana wisatawan bermalam untuk

sementara di suatu daerah wisata. Sarana akomodasi umumnya

dilengkapi dengan sarana untuk makan dan minum. Sarana akomodasi

yang membuat wisatawan betah adalah akomodasi yang bersih, dengan

pelayanan yang baik (ramah, tepat waktu), harga yang pantas sesuai

dengan kenyamanan yang diberikan serta lokasi yang relative mudah

dijangkau.

Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk bangunan, fasilitas, dan

pelayanan yang disediakan, adalah sebagai berikut:27

1) Hotel

Hotel merupakan sarana akomodasi (menginap) yang menyediakan

berbagai fasilitas dan pelayanan bagi tamunya seperti pelayanan

makanan dan minuman, layanan kamar, penitipan dan pengangkatan

barang, pencucian pakaian, serta pelayanan tambahan seperti salon

kecantikan, rekreasi.

26

Unesco, Op,cit, hlm 5 27

Unesco, ibid, hlm. 6-7

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

21

2) Guest House

Guest house, adalah jenis akomodasi yang bangunannya seperti

tempat tinggal. Umumnya guest house hanya memiliki fasilitas dasar

yaitu kamar dan sarapan tanpa fasilitas tambahan lainnya.

3) Homestay

Berbeda dengan Guest House, Homestay, jenis akomodasi yang

populer di wilayah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia,

menggunakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat wisatawan

menginap.

Umumnya homestay memberikan pelayanan kamar beserta

makanan dan minuman. Salah satu kelebihan dari homestay adalah

wisatawan bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenal keluarga

pemilik. Mereka bisa juga mengenal lebih jauh tentang alam dan

budaya sekitar terutama bila si pemilik rumah memiliki banyak

pengetahuan tentang itu.

4) Losmen

Losmen merupakan jenis akomodasi yang menggunakan sebagian

atau keseluruhan bangunan sebagai tempat menginap. Losmen

memiliki fasilitas dan pelayanan yang jauh lebih sederhana

dibandingkan hotel. Losmen tidak dirancang menyerupai tempat

tinggal seperti guest house.

5) Perkemahan

Tidak seperti jenis akomodasi lainnya, perkemahan merupakan

sarana menginap yang memanfaatkan ruang terbuka dengan

menggunakan tenda.

6) Vila

Merupakan kediaman pribadi yang disewakan untuk menginap.

Bedanya dengan homestay adalah tamu akan menyewa rumah secara

keseluruhan dan pemilik rumah tidak berada pada rumah yang disewa

tersebut. Sedangkan pada homestay, tamu hanya menyewa kamar dan

berbaur bersama pemilik rumah.

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

22

d. Usaha Makanan dan Minuman

Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan

salah satu komponen pendukung penting. Usaha ini termasuk di

antaranya restoran, warung atau cafe. Wisatawan akan kesulitan apabila

tidak menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi. Sarana

akomodasi umumnya menyediakan fasilitas tambahan dengan

menyediakan makanan dan minuman untuk kemudahan para tamunya.

Selain sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

makanan adalah nilai tambah yang dapat menjadi daya tarik tersendiri

bagi wisatawan. Banyak wisatawan tertarik untuk mencoba makanan

lokal, bahkan ada yang datang ke daerah wisata hanya untuk mencicipi

makanan khas tempat tersebut sehingga kesempatan untuk

memperkenalkan makanan lokal terbuka lebar. Bagi wisatawan,

mencicipi makanan lokal merupakan pengalaman menarik.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola usaha

makanan dan minuman adalah jenis dan variasi hidangan yang disajikan,

cara penyajian yang menarik, kebersihan makanan dan minuman yang

disajikan, kualitas pelayanan serta lokasi usaha tersebut. Penyedia jasa

harus memperhatikan apakah lokasi usahanya menjadi satu dengan

sarana akomodasi, atau dekat dengan obyek wisata sehingga mudah

dikunjungi.28

e. Jasa Pendukung Lainnya

Jasa pendukung adalah hal-hal yang mendukung kelancaran

berwisata misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan,

penjualan cindera mata, informasi, jasa pemandu, kantor pos, bank,

sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan pulsa, salon,

dan lain-lain. Dari berbagai jasa pendukung yang disebutkan di atas,

informasi dan jasa pemandu merupakan salah satu faktor penting dalam

mendukung kesuksesan suatu daerah tujuan wisata. Merekalah yang

28

Unesco, Ibid, hlm 8

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

23

memberikan panduan kepada wisatawan mengenai daerah yang

dikunjunginya.

Wisatawan bisa memperoleh informasi di pusat informasi wisata,

baik berupa penjelasan langsung maupun bahan cetak seperti brosur,

buku, leaflet, poster, peta dan lain sebagainya. Jasa pendukung lainnya

yang sangat penting adalah jasa pemandu. Pemandu harus memahami

informasi mengenai daerah tempat ia bekerja. Pengetahuan tentang

pelayanan dan keramah-tamahan juga sangat diperlukan. Pemandu tidak

hanya sekedar memberikan informasi, tapi juga harus dapat

meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menghormati alam dan budaya

setempat.

Jasa pendukung tersebut sangat tergantung pada daerah atau tujuan

wisata, semakin terpencil, maka jasa pendukung akan semakin minim.

Namun hal ini umumnya dapat dimaklumi karena wisatawan yang

memilih pergi ke tempat terpencil sudah mempersiapkan diri dengan

kondisi lapangan yang terbatas.29

6. Pengertian Ekowisata

Pada awalnya ekowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata

yang menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi

manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi

masyarakat setempat. Jika dikaji, maka definisi ini menekankan pada

pentingnya gerakan konservasi. Seiring dengan semakin berkembangnya

niat konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka lahir

definisi baru mengenai ekowisata, yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke

area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan

melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.30

Ekowisata harus dipahami melalui dua sisi, di antaranya:31

a. Ekowisata dari Segi Konsep

29

Unesco, Ibid, hlm 9 30

Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 28 31

Unesco, Op.cit, 2009, hlm. 15-17

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

24

Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang

dilakukan pada tempat tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap

kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat

(TIES – The International Ecotourism Society dengan sedikit

modifikasi).

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik

Indonesia, Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian

lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada

masyarakat dan pemerintah setempat.

Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip

pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting

yaitu:

1) Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang

dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan

wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman

akan pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman

diberikan melalui kegiatankegiatan wisata yang kreatif disertai dengan

pelayanan yang prima.

2) Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik

lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.

3) Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.

4) Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal,

untuk itu, kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).

5) Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.

Dalam ekowisata, prinsip tanggung jawab dan menghormati alam

dan budaya setempat menjadi sangat penting. Wisatawanmenyesuaikan

diri dengan budaya dan situasi setempat, bukan sebaliknya. Wisatawan

juga harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan

menghormati budaya dari kawasan yang dikunjunginya.

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

25

b. Ekowisata dari Segi Pasar

Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang

mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya

sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata (misalnya: paket wisata).

Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi

trend di pasar wisata. Konsep ”kembali ke alam” cenderung dipilih oleh

sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan

keinginan untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang

dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya

yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.

Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan

wisata maupun pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada

ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait

pelestarian lingkungan, budaya setempat dan manfaat kepada masyarakat

lokal. Karena pada banyak tempat, produk-produk wisata yang dijual

kebanyakan menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya

sebagai label untuk menarik konsumen, namun tidak disertai dengan

semangat melestarikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam

produk wisata tersebut.

Ekowisata memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) memberi nilai konservasi

yang dapat dihitung, (2) melibatkan masyaraka, (3) serta menguntungkan

dan dapat memelihara dirinya sendiri. Ketiga kriteria tersebut dapat

dipenuhi bilamana pada setiap kegiatan ekowisata memadukan empat

komponen, yaitu: (1) ekosistem, (2) masyarakat, (3) budaya, (4) ekonomi.32

7. Dampak Ekonomi Pariwisata

Menurut Laiper dampak positif pariwisata bagi perekonomian, di

antaranya adalah sebagai berikut:33

Pendapatan dari valuta asing

32

Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 32 33

I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Yogyakarta: Andi

Offset, 2009), hlm. 185-188

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

26

a. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri

b. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata

c. Pendapatan pemerintah

d. Penyerapan tenaga kerja

e. Efek multiplier

f. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat

Menurut Mathieson dan Wall, dampak negative keberadaan ekonomi

pariwisata di antaranya:34

a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata

b. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah

c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang

diperlukan dalam pariwisata sehingga produk local tidak terserap

d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat

menyebabkan pengambilan modal investasi juga tidak pasti waktunya.

e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.

Menurut Pizam dan Milman, mengklasifikasikan dampak sosial

budaya pariwisata, di antaranya:35

a. Dampak terhadap aspek demografis (jumlah penduduk, umur, perubahan

piramida kependudukan)

b. Dampak terhadap mata pencaharian (perubahan pekerjaan, distribusi

pekerjaan)

c. Dampak terhadap aspek budaya (tradisi, keagamaan, bahasa)

d. Dampak terhadap transformasi norma (nilai, moral, peranan seks)

e. Dampak terhadap modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komuditas)

f. Dampak terhadap lingkungan (polusi, kemacetan lalu lintas.

8. Pengertian Mangrove

a. Pengertian Mangrove

34

I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Ibid, hlm. 191-192 35

I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Ibid, hlm. 194

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

27

Menurut Nybakken, Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan

untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi

oleh beberapa jenis pohon dan semak yang khas yang mempunyai

kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Secara ekologis hutan

mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari bahaya tsunami,

penahan erosi dan perangkap sedimen, pendaur hara, menjaga

produktivitas perikanan, peredam laju intrusi air laut, penyangga

kesehatan, menjaga keanekaragaman hayati, dan menopang ekosistem

pesisir lainnya.36

Jenis Flora dan Fauna Menurut Nybakken, tumbuhan atau vegetasi

mangrove terdiri atas pohon dan semak yang tergolong ke dalam delapan

family. Mangrove terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu:

Avicennie, Sonneratia, Rhyzopora, Bruguiera, Aegiatilis, Snaeda, dan

Conocarpus.37

Menurut Qonitta Surayya di dalam skripsinya, diperkirakan sekitar 89

species mangrove tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22

famili. Tumbuhan mangrove tersebut umumnya hidup di hutan pantai

Asia tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan sekitar 11 species hidup di

Caribbean. Lebih lanjut dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies

hidup di Indonesia yang terlihat pada Tabel 2.1.38

Tabel 2.1 Spesies Mangrove Indonesia

No Famili Species Penyebaran

1 2 3 4 5

1 Apocynaceae Cerbera Mangkas x x x x

2 Bignoniceae Dolichandrone x x

3

Combretaceae

Lumitzera Littorea x x x x

L. Lutea x

L. Rasemosa x x x x

36

Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 91-92 37

Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 93 38

Qonitta Surayya, Persepsi Siswa Terhadap Fungsi Hutan Mangrove Karangsong Sebagai

Sumber Belajar Geografi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Indramayu), Jurusan

Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2017,

hlm.16-17

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

28

4 Euphorbiaceae Excoecaria Agallocha x x x x x

5 Flacourtiaceae Scolopia Maerophylla x x

6

Leguminosae Cynometra Ramiflora x x

Pithecellobium

Umbellatum

x

7 Meliaceae

Xylocarpus granatum

X. Molucensis x x x x x

8 Myrtaceae Osbornia Octodonta x x x

9

Palmae

Nypa Fruticans x x x x

Oncosperma Tisillaria x X

Phoenix Paludosa x 10

Rhizophoraceae

Bruguirea Cylindrica x x x X

B.Exarista X

B.Gymnorhiza x x x x X

B.Parviflora x x x X

B.Sexangula x x X

B.Haenesii X

Ceriops Decandra x x x X

C.Tagal x x x x X

Kandelia Candae x

Rhizophora Apiculata x x x x X

R.Mucronata x x x X

R.Stylosa x x X

11 Rubiaceae Scyphiphora

Hydrophyllaceae x x x X

12 Rutaceae Paramignya x x

13 Sonnerataceae Sonneratia Alba x x x x X

S.Caseolaris x x x x X

S.Ovata x x x x X

14 Sterculiaceae Heritiera Litoralis x x x x X

15 Avicenniuceae /

Verbenaceae Avicennia Alba x x x x X

A.Marina x x x x X

A.Officinalis x x x x X

Total 38 2

7

2

6

2

9

2

6

2

9 Keterangan : 1.Sumatra, 2.Jawa, Bali, Kalimantan, 3.Sulawesi, 4.Maluku, Nusa

Tenggara, 5.Irian Jaya

Fauna ekosistem mangrove terdiri dari berbagai jenis burung, Kalong

(Pteropus vampyrus), Monyet (Mucaca fascicularis), Lutung (Presbytis

cristatus), Bekantan (Nasalis larvatus), Kucing bakau (Felis viverrina),

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

29

Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), dan Garangan (Herpetes

javanicus).39

b. Konservasi Mangrove

Menurut Asisten I Menteri Negara KLH pada tesis Saptorini, yang

dimaksud dengan konservasi adalah pengelolaan biosfer bagi keperluan

manusia sehingga menghasilkan manfaat sebesar-besarnya bagi generasi

kini dan memantapkau potensi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi

generasi yang akan datang. Konservasi mencakup pengawetan,

perlindungan, pemanfaatan secara lestari, rehabilitasi dan peningkatan

umum lingkungan alam. Sudah diketahui bahwa komunitas mangrove

merupakan salah satu sistem penyangga kehidupan. Berdasarkan

berbagai peraturan, kerusakan hutan mangrove sebagai akibat tindakan

manusia maupun karena faktor alam harus segera ditanggulangi dengan

upaya konservasi sebagaimana diisyaratkan oleh peraturan-peraturan .

Menurut DepHutBun Propinsi Jateng, dalam rangka upaya konservasi

tersebut, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah telah menyusun Rencana

Lima Tahun Rehabilitasi Rutan Mangrove Propinsi Jawa Tengah 2000 -

2005, yang bertujuan : (1) menghentikan perusakan, penanaman dan

penggunaan lahan secara tidak lestari dalam ekosistem mangrove, (2)

memelihara dan mengelola hutan mangrove secara lestari melalui

peningkatan ekologi, budaya, ekonomi dan sosial, (3) mengumpulkan,

mendokumentasikan, dan menyebarkan data dan informasi tentang

ekosistem mangrove untuk menjamin perlindungan, konservasi,

rehabilitasi dan pengelolaan mangrove yang lestari secara ilmiah

berdasarkan teknologi ; sebagai tujuan ekologi. Sedangkan sebagai tujuan

sosial ekonomi : (1) meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat

akan nilai nilai sosial, ekonomi dan ekologi serta fungsi hutan mangrove,

(2) menciptakan partisipasi masyarakat yang efektif dan dapat

berkomunikasi dalam pengelolaan mangrove secara lestari. Sebagai

tujuan kelembagaan adalah : (1) menciptakan pemahaman yang lebih

39

Ambo Tuwo, 2011, hlm. 111

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

30

baik, kerjasama dan koordinasi antara instansi-instansi yang terlibat

dalam pengelolaan mangrove, (2) membuat kerangka kerja kelembagaan

yang efektif dalam pengelolaan mangrove dan wilayah pantai secara

lestari. Dan sebagai tujuan hukum adalah : (1) menjelaskan masalah

hukum mengenai pengelolaan mangrove termasuk hak penggunaan

lahan, hak untuk menggarap, peraturan nasional dan lokal tentang

pemanfaatan mangrove, serta bila perlu memperkenalkan perundang-

undangan barn yang akan memperlancar dan mendukung pengelolaan

sumberdaya secara lesteri, (2) mempertegas status hukum wilayah pantai

secara urnum dan mangrove secara khusus melalui penerbitan peraturan

daerah yang mengatur pemanfaatan wilayah pantai.40

Menurut Hendrarto pada tesis Saptorini dalam merehabilitasi kawasan

mangrove pada hakekatnya yang perlu diperhatikan adalah : (1) sifat

tumbuhan penyusun hutan mangrove, (2) ketersediaan lumpur, (3) tekstur

tanah dan (4) pasang surut. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemilihan jenis

mangrove yang digunakan dalam program penghijauan pantai biasanya

tergantung pada faktor-faktor : (1) kemudahan dalam memperoleh bibit,

(2) mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan (3) rnempunyai

daya toleransi tinggi terhadap rnanipulasi habitat. Karena pada umunmya

yang memenuhi krìteria ini adalah jenis dan marga Rhizophora, maka

jenis ini dipergunakan dalam program penghijauan.41

9. Strategi Pengembangan Ekowisata

Strategi pengembangan ekowisata ditentukan dari analisis kondisi dan

kelayakan ekowisata, ditentukan berdasarkan kriteria ekowisata yang

dikembangkan oleh Clark dan Salm, yaitu kriteria sosial ekonomi, ekologi,

dan penunjang. Adapun kriteria sosial ekonomi terdiri dari, penerimaan

masyarakat, kesehatan masyarakat, budaya, pendidikan, keamanan.

lapangan pekerjaan, dan manfaat ekonomi. Pada kriteria ekologi terdiri dari

40

Saptorini, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Konservasi Hutan

Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Program Studi Magíster Manajemen

Sumberdaya Pantai, Pascaserjana Universitas Diponegoro, 2003, hlm. 15-16 41

Saptorini, Ibid, 2003, hlm. 17

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

31

tumbuhan mangrove, jenis tumbuhan mangrove, jenis fauna, biota

berbahaya, struktur tumbuhan. Sedangkan kriteria penunjang mencakup

aksesbilitas, kondisi infrastruktur, dan kelembagaan.42

Setelah kelayakan jenis kegiatan ekowisata ditentukan, maka tahapan

selanjutnya dari kegiatan perencanaan yaitu merumuskan strategi

pengembangan ekowisata. Strategi pengembangan ekowisata harus dikaji

berdasarkan lingkungan strategic yang berpengaruh. Kondisi lingkungan

strategi mencakup faktor internal ( kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman) yang dapat berpengaruh terhadap

pengelolaan ekowisata.43

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambo Tuwo di dalam

bukunya dengan menggunakan analisis SWOT yang sudah diperkalikan

antara nilai bobot skor didapatkan prioritas strategi pengembangan. Dari

hasil analisis ini nampak bahwa lima urutan teratas dari program yang perlu

mendapat prioritas dalam pengembangan ekowisata di Kepulauan Tanakeke

adalah: (1) pengembangan infrastruktur transportasi; (2) pengembangan

bantuan modal usaha; (3) pembangunan prasarana dan sarana yang

menunjang kegiatan wisata; (4) promosi potensi wisata pantai; (5)

pengembangan proyek obyek wisata.44

Dalam penelitian berbeda yang dilakukan oleh Ian Asriandy dalam

skripsinya, dengan menggunakan strategi berdasarkan dimensi-dimensi

strategi yang digunakan yaitu Tujuan, Kebijakan dan Program (Mintzberg,

Lampel, Quinn, Ghoshal). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi

pengembangan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bantaeng adalah Strategi sebagai Rencana. Adapun beberapa

implementasi strategi pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan

yakni, (1) Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik, (2)

Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi secara

menyeluruh terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4) Melakukan

42

Ambo Tuwo, 2011, hlm. 259-260 43

Ambo Tuwo, 2011, hlm. 317. 44

Ambo Tuwo, 2011, hlm 329.

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

32

pelatihan-pelatihan baik pemandu wisata, pelaku wisata, dan pengelola

wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan kepada pemerintah dan warga

sekitar kawasan obyek wisata.45

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Ian Asriandi, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di

Kabupaten Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanudin, 2016.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang

dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng adalah

Strategi sebagai Rencana. Adapun beberapa implementasi strategi

pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan yakni, (1)

Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik, (2)

Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi secara

menyeluruh terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4) Melakukan

pelatihan-pelatihan baik pemandu wisata, pelaku wisata, dan pengelola

wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan kepada pemerintah dan warga

sekitar kawasan obyek wisata.

2. Yunita Rahma Fauziah, Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional

Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2010

Hasil penelitiannya, prioritas strategi pengembangan ekowisata TN

Karimunjawa adalah (1) peningkatan pemberdayaan masyarakat, (2)

peningkatan kesadaran masyarakat, (3) pengembangan jasa lingkungan, (4)

pembangunan wisata darat dan bahari, (5) pemantapan koordinasi antar

para stakeholders, dan (6) pengembangan penelitian berbasis konservasi.

Prioritas strategi ini menunjukkan arah pengembangan TN Karimunjawa

yaitu pembangunan ekowisata dan konservasi berbasis pemberdayaan

masyarakat.

45

Ian Asriandy, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di Kabupaten

Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin, 2016, hlm.iii

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

33

3. Aditya Cahya Putra, Sutisno Anggoro dan Kismartini, Strategi

Pengembangan Ekowisata Melalui Kajian Ekosistem Mangrove di Pulau

Pramuka, Kepulauan Seribu, Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro, 2014.

Metode penelitian merupakan penelitian studi kasus menggunakan

deskriptif analitik melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan

analisis kualitas lingkungan mangrove, kualitas perairan dan sedimen

mangrove, kesesuaian ekowisata, daya dukung ekowisata dan SWOT untuk

memberikan informasi tentang potensi dan strategi pengelolan hutan

mangrove secara berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan Pulau

Pramuka yang merupakan wilayah pesisir memiliki hutan mangrove dengan

jenis mangrove Rhizophora stylosa dengan kualitas lingkungan yang sesuai

untuk karakteristik pertumbuhan dan adaptasi mangrove. Memiliki

kesesuaian layak untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata

mangrove dengan Nilai Kesesuaian Ekowisata (NKE) sebesar 279 dan daya

dukung maksimal ekowisata sebanyak 114 orang/hari dengan alternatif

kegiatan yang dapat dilakukan diataranya wisata alam dan wisata bahari.

Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan 5 prioritas strategi untuk

pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pramuka diantaranya: a).

koordinasi antara masyarakat sekitar dengan stakeholder yang dimulai

dengan perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pemantauan konsep

pengembangan ekowisata mangrove; b). penataan kembali ruang untuk

kegiatan ekowisata, perbaikan insfrastruktur, jaringan air bersih,

pembangunan MCK umum, sistem pengolahan dan pembuangan sampah,

serta unit usaha penunjang kebutuhan wisatawan; c). memberikan

pengetahuan kepada masyarakat mengenai pengelolaan dan pelatihan

manajemen pemasaran ekowisata mangrove yang efektif dan produktif; d).

studi kajian analisis dampak kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan

dan pertumbuhan vegetasi mangrove dengan pemantauan secara berkala dan

berkelanjutan; dan e). menggali potensi wisata alam dan bahari dengan

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

34

pembinaan wisata kepada masyarakat dan melengkapi pengadaan sarana dan

prasarana wisata.

4. Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir

Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata

Mangrove yang Berkelanjutan, Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV

2015.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Untuk analisis vegetasi dan biota mangrove menggunakan metode transek

line, adapun untuk analisis sosial, yaitu untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap fungsi mangrove dan manfaat adanya

ekowisata mangrove menggunakan angket dan pengukuran skala likert.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan berdasarkan kondisi

biofisik maupun sosial yang ada, hutan mangrove di Pantai Tiris termasuk

kategori sangat baik untuk di kembangkan menjadi kawasan ekowisata

mangrove dan masyarakat sekitar sudah memahami akan fungsi mangrove

dan manfaat adanya ekowisata mangrove. Jenis vegetasi yang ditemukan

antara lain jenis Rizhopora Apiculata, Rizhopora Mucronata,Avicennia

marina, Soneratia, Nypah, Bruguera, dan rata-rata memiliki kerapatan 15,1

individu/100m2. Untuk biota yang ditemui antara lain terdiri dari 13 jenis

ikan, 4 jenis kerustacea, 5 jenis molusca, 10 jenis burung dan jenus

mamalia. Sehingga dapat dikategorikan kawasan hutan mangrove di Pantai

Tiris sangat layak dijadikan sebagai kawasan ekowisata.

5. Mohammad Basyuni, Yuntha Bimantara, Bejo Selamet, Achmad Siddik

Thoha, Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata

Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten

Langkat Sumatera Utara, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,

Universitas Sumatera Utara.

Hasil penelitian Desa Lubuk Kertang memiliki 638.47 ha hutan mangrove.

Sepuluh jenis mangrove ditemukan di Desa Lubuk Kertang Village adalah

Avicennia marina, A. lanata, Bruguiera sexangula, Rhizophora apiculata,

Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Lumnizera racemosa, Sonneratia

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

35

caseolaris, Excoearia agallocha dan Acanthus ilicifolius. Indeks kesesuaian

ekosistem mangrove untuk kegiatan ekowisata di Desa Lubuk Kertang

adalah 36 orang/hari. Terdapat tiga strategi prioritas untuk pengembangan

ekowisata di Desa Lubuk Kertang, pertama, meningkatkan pengelolaan

ekosistem hutan mangrove melalui kegiatan ekowisata dan interpretasi

lingkungan. Kedua, untuk menjaga obyek ekowisata mangrove dengan

memperhatikan daya dukung wilayah Desa Lubuk Kertang tersebut. Ketiga,

dalam rangka untuk mempromosikan ekowisata mangrove yang masih baru

digunakan media internet atau media sosial.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam

pengembangan berbagai konsep teori yang digunakan dalam sebuah penelitian.

Kerangka pemikiran merupakan penjelasan terhadap hal-hal yang menjadi

objek permasalahan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil

penelitian yang relavan.

Pada penelitian strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa

Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Terdapat berbagai

masalah terkait dengan strategi pengembangan ekowisata mangrove sebagai

obyek wisata sendiri yaitu daya tarik wisata, kondisi fisik, kondisi social yang

disediakan pengelola ataupun pemerintah agar wisatawan merasakan

kenyamanan ketika melakukan kunjungan wisata.

Dalam strategi pengembangan ekowisata diperlukan keseimbangan antar

dimensi seperti peran masyarakat lokal, pengunjung, dan pengelola. Dan tak

kalah penting adalah identifikasi potensi fisik ekowisata mangrove tersebut.

Sebagai awal penelitian, maka akan dilakukan pengumpulan data berkaitan

dengan ekowisata mangrove Desa Segarajaya yang meliputi di dalam kawasan

(sarana prasarana, identifikasi jenis tumbuhan dan hewan di kawasan

mangrove), kemudian melakukan pengumpulan data pengunjung, pengelola,

dan masyarakat sekitar ekowisata tersebut.

Setelah data terkumpul jenis kegiatan ekowisata ditentukan maka hal

yang harus dilakukan adalah dengan menganalisis deskriftif dan langkah akhir

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

36

yaitu merumuskan strategi pengembangan yang dilakukan dengan

menggunakan analisis situasional (SWOT), yaitu untuk menentukan kekuatan

dan kelemahan pada faktor internal, dan menentukan peluang dan ancaman

pada faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut, maka disusun kerangka

pemikiran penelitian seperti yang tertera pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Masyarakat

Lokal Kondisi Fisik

Sarana, Prasarana, Fasilitas, Pemandangan Alam, Identifikasi Jenis Tumbuhan

dan Flora di Kawasan Mangrove

Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan Analisis SWOT di Desa

Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa Barat

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove

di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Kabupaten Bekasi membentang antara 106º 48‟ 28” BT dan 107º 27‟

Pemilihan ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan

bahwa Ekowisata Mangrove tersebut merupakan salah satu daerah kawasan

ekowisata yang potensial untuk dikembangkan dan merupakan wisata andalan

Kabupaten Bekasi. Peta lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh bulan yakni dari bulan

Desember 2017 sampai September 2018, jadwal dengan perincian kegiatan

penelitian seperti terlihat pada Tabel 3.1.

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

38

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan

Seminar

Proposal

Revisi

Proposal

Menyusun

Bab I-III

Membuat

Instrumen

Pengumpulan

Data

Melakukan

Penelitian

Mengolah

Data

Menyusun

Bab IV-V

Sidang

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu.46

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

kombinasi. Menurut Creswell metode penelitian kombinasi merupakan

pendekatan penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif.47

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kombinasi karena didasarkan

atas pertimbangan bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat

mengkaji lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penelitian lain.

46

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),

hlm. 2 47

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 19

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

39

C. Sumber Data Penelitian

Seumber data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Peneliti akan

menganalisis potensi dengan menggunakan analisis kesesuaian ekowisata

mangrove dengan menggunakan metode kuantitatif, kemudian merumuskan

strategi pengembangannya dengan menggunakan analisis SWOT.

Peneltian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial dan melakukan

observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang mengetahui

tentang situasi sosial tersebut.48

Penentuan sumber data pada orang yang

diwawancarai dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono, “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya

orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan.”49

Jumlah narasumber pada penelitian ini ditetapkan menurut pertimbangan

peneliti yaitu sebanyak 20 (dua puluh) yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari 1 Kepala Desa, 2

Pengelola, 7 dari masyarakat, dan 10 dari pengunjung ekowisata mangrove.

D. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 3.2

dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Alat Penelitian

No Alat Kegunaan

1 Alat Tulis Untuk mencatat data penelitian

2 GPS Penentuan stasiun dan data sample

3 Roll Meter Untuk mengukur panjang transek

4 Tali Rafia Untuk membuat transek line, yaitu teknik

untuk menggariskan plot atau stasiun

5 Alat Perekam Untuk merekam hasil wawancara

6 Kamera Untuk dokumentasi

48

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 216 49

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 216

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

40

6 Kantong Plastik Untuk tempat sample

7 Kertas Label Untuk memberi tanda sample

8 Serokan Ikan Untuk mengambil sample fauna mangrove

9 Buku Panduan Mangrove Untuk panduan mengidentifikasi jenis

mangrove

Tabel 3.3 Bahan Penelitian

No Bahan Kegunaan

1 Peta RBI Kabupaten

Bekasi Sebagai acuan batas area penelitian

2 Data monografi desa

Sebagai gambaran situasi dan kondisi

wilayah penelitian

E. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pegamatan langsung di

lapangan mengenai pengembangan ekowisata, dan kegiatan-kegiatan yang

mendukung penelitian yaitu data. Wawancara langsung dengan dinas setempat

dan pengisian kuesioner oleh wisatawan. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari buku, jurnal, serta pemerintah setempat.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan

dengan melalui wawancara/kuisioner dan observasi langsung. Pengumpulan

data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, dengan

melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara

langsung dengan pengelola ekowisata mangrove, masyarakat lokal dan

pihak-pihak terkait.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai instansi atau

lembaga terkait yang relevan. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

41

data keadaan geografis wilayah penelitian, data monografi desa dan data

pasang surut air laut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai dengan

tujuan penelitian maka digunakan metode penelitian data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat

ataupun dapat diulang.50

Adapun observasi yang dilakukan untuk melihat

vegetasi mangrove, biota, dan kondisi fisik lingkungan.

Pengamatan vegetasi di kawasan hutan mangrove dilakukan dengan cara

mengambil contoh bagian-bagian tumbuhan, mencatat nama daerah, ciri-ciri,

kemudian diidentifikasi dengan melihat buku petunjuk yang ada, serta

menghitung kerapatannya. Untuk menginventarisasi vegetasi digunakan

metode transek line.

Pengamatan pada fauna ikan dan udang dikumpulkan dengan

menggunakan serokan untuk diidentifikasi. Sedangkan pengamatan kepiting

langsung diamati di lapangan dilakukan pada waktu pagi hari pukul 07.00

sampai dengan pukul 10.00. pengamatan pada burung dilakukan dengan cara

pengamatan pada waktu pagi hari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00.

Pengamatan dilakukan dengan cara duduk diam atau berjalan pelan dan

mengamati udara serta pepohonan dan air di kawasan ekowisata mangrove.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan

pada para responden.51

Dalam penelitian wawancara dilakukan pada

penduduk sekitar dan pengelola wisata, dan pengunjung yang berada di

sekitar lokasi penelitian. Model wawancara yang digunakan adalah

50

Sukandarrumidi, Op.cit, 2012, hlm. 69 51

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik.( Jakarta: Rineka Cipta, 2015),

hlm 39

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

42

wawancara terstruktur dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang disusun

dan dianggap sesuai dengan aspek pengembangan ekowisata.

3. Studi Dokumen

Menurut Irawan, studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan

data yang ditujukan kepada subyek penelitian.52

Dokumen yang digunakan

berupa dokumen yang dimiliki pengelola ekowisata mangrove Desa

Segarajaya berupa profil ekowisata mangrove, petunjuk wisata, peta

mangrove, tiket wisata, dan sebagainya.

G. Instrument Penelitian

Untuk memudahkan penliti dalam mengumpulkan data saat penelitian.

Berikut ini akan disajikan kisi-kisi pedoman wawancara dan angket yang akan

dilaksanakan sebagai alat untuk mengumpulkan data selama penelitian

berlangsung.

1. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pengelola ekowisata, masyarakat setempat,

dan pengunjung ekowisata mangrove. Kisi-kisi wawancara tertera pada

Tabel 3.4, 3.5, dan 3.6

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Pengunjung

No. Indikator Sub Indikator Butir Soal

1. Karakteristik

Responden

1. Nama

2. Alamat

3. Umur

4. Jenis Kelamin

5. Daerah Asal

2. Karakteristik

Sosial

Ekonomi

1. Tingkat pendidikan

2. Jenis Pekerjaan

52

Sukandarrumidi, Op.cit, 2012, hlm.101

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

43

3. Tanggapan

responden

terhadap

keadaan

ekowisata

1. Alasan berkunjung

2. Potensi yang dimiliki

3. Potensi yang perlu

dikembangkan

4. Kekuatan dari ekowisata

mangrove

5. Kelemahan dari ekowisata

mangrove

6. Peluang dari ekowisata

mangrove

7. Ancaman dari ekowisata

mangrove

1,2,3,4,5,6,7

4. Tanggapan

responden

setempat

terhadap

aksesibilitas,

prasarana

dan sarana

1. Kondisi jalan

2. Akses menuju ekowisata

3. Prasarana dan sarana yang

layak

4. Sarana dan prasarana yang

perlu diperbaiki

5. Prasaran dan sarana untuk

masa yang akan datang yang

perlu ditambah

8,9,10,11,12

5. Tanggapan

responden

setempat

terhadap

pengembangan

ekowisata

1. Perkembangan pengelolaan

objek wisata

2. Kendala dalam pengelolaan

3. Manfaat adanya objek

ekowisata

4. Pengaruh terhadap

lingkungan

5. Saran untuk pengembangan

ekowisata

13,14,15,16,

17

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

44

6. Dukungan

responden

1. Partisipasi dalam

mengembangkan objek

ekowisata

18

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara untuk Masyarakat

No Indikator Sub Indikator Butir Soal

1 Keadaan

Perekonomian dan

Demografi

1. Pola mata pencaharian

masyarakat di sekitar

ekowisata

2. Hasil produksi mayoritas

penduduk di sekitar

ekowisata

3. Latar belakang

pendidikan mayoritas

penduduk di sekitar

ekowisata

4. Rata-rata umur angkatan

kerja penduduk di

sekitar

5. Berapa besar pendapatan

rata-rata perbulan

1,2,3,4,5

2 Keadaan Sosial 1. Latar belakang budaya

mayoritas penduduk di

sekitar ekowisata

2. Kesenian daerah

mayoritas penduduk di

sekitar ekowisata

3. Bahasa yang digunakan

mayoritas penduduk di

sekitar ekowisata

6,7,8,9

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

45

4. Respon masyarkat

sekitar ekowisata

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Pengelola Ekowisata

No. Indikator Sub Indikator Butir Soal

1. Karakteristik

responden

Nama

Alamat

Umur

Jenis Kelamin

Daerah Asal

2. Karakteristik Sosial

Ekonomi

Tingkat pendidikan

Jenis Pekerjaan

3. Tanggapan responden

terhadap keadaan

potensi ekowisata

1. Keadaan potensi yang

dimiliki

2. Keadaan potensi yang

perlu dikembangkan

3. Kekuatan dari ekowisata

mangrove

4. Kelemahan dari

ekowisata mangrove

5. Peluang dari ekowisata

mangrove

6. Ancaman dari ekowisata

mangrove

1,2,3,4,5,6

4. Tanggapan responden

setempat terhadap

aksesibilitas,

prasarana dan sarana

1. Kondisi jalan

2. Akses menuju ekowisata

3. Prasarana dan sarana

yang layak

4. Sarana dan prasarana

7,8,9,10,11

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

46

yang perlu diperbaiki

5. Prasarana dan sarana

untuk masa yang akan

datang yang perlu ditambah

5. Tanggapan responden

setempat terhadap

pengembangan

ekowisata

1. Perkembangan

pengelolaan objek wisata

2. Kendala dalam

pengelolaan

3. Manfaat adanya objek

ekowisata

4. Pengaruh terhadap

lingkungan

5. Saran untuk

pengembangan

ekowisata

12,13,14,15,16

2. Kisi-kisi Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mengamati langsung tentang

gambaran keadaan ekowisata mangrove, diantaranya ialah seperti terdapat

di Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kisi-kisi Observasi

No. Aspek yang diamati Deskripsi Aspek yang diamati Deskripsi

1. Ketebalan mangrove

2. Kerapatan mangrove

3. Jenis mangrove

4. Objek biota

5. Pasang surut air laut

6. Karakteristik kawasan

7. Aksebilitas

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

47

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini yaitu untuk mengaanalisis vegetasi dan

biota mangrove dengan menggunakan metode transek line. Sedangkan untuk

analisis sosial, yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap ekowisata

mangrove dengan menggunakan pedoman wawancara. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT dan akan

menghasilkan beberapa strategi yang akan direkomendasikan dalam

pengembangan ekowisata. Analisis data dilakukan dengan cara:

1. Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data peneliti membuat catatan yang dikumpulkan dari

observasi dan wawancara.

2. Reduksi Data

Proses analisis dimulai dengan menelaah hasil dari observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan dari hasil

observasi meliputi ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis

mangrove, objek biota, pasang surut air laut, karakteristik kawasan, dan

aksebilitas. Dari data tersebut peneliti dapat mengetahui indeks kesesuaian

ekowisata mangrove Desa Segarajaya. Kemudian hasil dari wawancara dan

studi dokumen dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT untuk

menghasilkan suatu strategi yang akan direkomendasikan dalam

pengembangan ekowisata mangrove.

3. Penyajian Data

Kemudian tahapan selanjutnya adalah peneliti melakukan penarikan

kesimpulan. Dalam hal ini peneliti menggunakan penyajian berupa teks

deskriptif yang mendeskripsikan secara rinci temuan penelitian. Kemudian

untuk memperkuat penyajian data, penulis akan menyajikan gambar, bagan,

dan tabel. Selain itu penyajian data dengan cara tersebut diharapkan mampu

membuat pembaca lebih memahami isi dari penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka

langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

48

atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya

analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama

tersebut. Di antaranya :

a. Analisis Potensi Mangrove untuk Ekowisata

Data yang dikumpulkan untuk analisis potensi mangrove untuk

ekowisata meliputi :

1) Ketebalan Mangrove

Ketebalan mangrove diukur secara manual dengan menggunakan

roll meter yang ditarik tegak lurus terhadap garis pantai mulai dari

hutan mangrove di batas laut sampai bagian darat. Nilai yang

didapatkan pada pengukuran ketebalan mangrove di lapangan adalah

pengukuran lebar mangrove.

2) Kerapatan Mangrove

Data mengenai spesies, jumlah individu, dan diameter pohon yang

telah dicatat pada form mangrove, kemudian diolah untuk

memperoleh kerapatan spesies. Rumus untuk mengetahui kerapatan

spesies ialah:53

Di=

Keterangan :

Di = Kerapatan jenis (ind/m2)

ni = Jumlah total tegakan jenis

A = Luas total area pengambilan contoh

3) Indeks Kesesuaian Ekowisata

Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang

disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung

kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk

kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah54

53

Dhimas Wiharyanto, Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kawassan Konservasi

Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan Timur, IPB, 2007. 54

Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan

Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:

Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015) h. 335-336

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

49

IKW= Σ [ Ni/Nmaks ] x 100 %

Keterangan:

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk ekowisata mangrove (nilai

maksimum =88)

S1 : Sangat sesuai, dengan nilai 80 % - 100 %

S2 : Sesuai, dengan nilai 60 % - < 80 %

S3 : Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 % - <60 %

N : Tidak sesuai, dengan nilai <35 %

Ni : Nilai parameter ke-i (bobot x skor)

N max : Nilai maksimum dari kategori ekowisata mangrove.

Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor

dari masing-masing parameter. Kesesuaian ekowisata mangrove

mempertimbangkan 7 parameter penilaian, seperti yang terlihat pada

Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Matriks Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan

Ekowisata Mangrove

No. Parameter B Kategori

S1 S

Kategori

S2 S

Kategori

S3 S N S

1. Ketebalan

Mangrove

5 >500 4 >200-500 3 50-200 2 >50 1

2. Kerapatan

mangrove

4 >15-25 4 >10-15 3 5-10 2 > 1

3. Jenis

Mangrove

3 >5 4 3-5 3 1-2 2 0 1

4. Objek biota 3 Ikan, 4 Ikan, 3 Ikan, 2 Salah 1

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

50

Keterangan:

Untuk parameter no 6 dan 7

Karakteristik kawasan ; Penilaian karakteristik kawasan di dasarkan

pada pertimbangan :

Adanya objek yang menarik, baik flora, fauna maupun aspek fisik

Terdapat panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik

tertentu

Bentang alam yang bagus

Satwa dan tumbuhan langka / dilindungi

Keterangan :

S1 : apabila terdapat 4 dari ketentuan karakteristik

S2 : apabila terdapat 3 dari ketentuan karakteristik

S3 : apabila terdapat 2 dari ketentuan karakteristik

N : apabila terdapat 1 dari ketentuan karakteristik

Aksesibilitas ; Penilaian Aksesibilitas di dasarkan pada pertimbangan :

Jalan yang bagus untuk mencapai lokasi

Banyak jalan alternatif untuk mencapai lokasi

Banyak alat angkut / jenis transportasi ke lokasi

udang,

kepiting,

moluska,

reptil,

Burung

udang,

kepiting,

moluska,

moluska satu

biota air

5. Pasang surut 3 0-1 4 >1-2 3 >2-5 2 >5 1

6. Karakteristik

Kawasan

2 4

ketentuan

4 3

ketentuan

3 2

ketentuan

2 1

ketentuan

1

7. Aksebilitas 1 4

ketentuan

4 3

ketentuan

3 2

ketentuan

2 1

ketentuan

1

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

51

Terdapat sarana pendukung dermaga dan terminal

Keterangan :

S1 : apabila terdapat 4 dari ketentuan aksesibilitas

S2 : apabila terdapat 3 dari ketentuan aksesibilitas

S3 : apabila terdapat 2 dari ketentuan aksesibilitas

b. Analisis Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT, karena analisis

SWOT merupakan alat untuk mengembangkan stategi pengembangan

ekowisata mangrove ini bagi peran pemerintah. Analisis SWOT

digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan strategi kawasan

pengembangan dengan menggunakan data kondisi ekosistem pesisir,

social dan ekonomi, kondisi infrastruktur, dan kondisi kelembagaan

masyarakat. Analisis situasional bertujuan untuk dijadikan dasar

perumusan kebijakan pengembangan ekowisata.55

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan

suatu strategi. Analisis ini mendasarkan pada logika yan memaksimalkan

kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses), dan ancaman

(Threats).56

Analisis SWOT memberikan cara sederhana untuk memperkirakan

cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi, menolong para

perencana untuk mengetahui apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja

yang perlu diperhatikan.57

Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah

mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal

(EFAS) terlebih dahulu.58

Kemudian menyusun matriks SWOT. Matriks

SWOT ini menghasilkan empat kemungkinan strategis.

55

Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 260. 56

Nur Ismawati, hlm 59-60 57

Ambo Tuwo, Op.cit, hlm 260-261 58

Dhimas Wiharyanto, Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Kawasan Konservasi

Pelabuhan Tengkayu Ii Kota Tarakan Kalimantan Timur, (Bogor: IPB,2007)

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

52

Tabel 3.9 Matriks Analisis SWOT

Keterangan:

Strategi Kekuatan – Peluang

Dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Strategi Kelemahan – Peluang

Dibuat untuk menggunakan seluruh kekuatan didalam mengatasi

ancaman.

Srategi Kelemahan – Peluang

Diterapkan Berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi Kelemahan – Ancaman

Didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha

meminimalkan kelemahan.

IFAS

EFAS

Strengths (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor

kekuatan internal

Weakness (W)

Tentukan 5-10 kelemahan

internal

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats ( T)

Tentukan 5-10 faktor

ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk

mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

Meminimalkan kelemahan

dan

menghindari ancaman

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis

Desa Segarajaya adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan

Tarumajaya, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kabupaten Bekasi membentang

antara 106º 48‟ 28” BT dan 107º 27‟. Desa Segarajaya memiliki luas

wilayah 779.385 Ha. Untuk lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1

Lokasi Penelitian

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat batas wilayah Desa Segarajaya adalah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Desa Samudrajaya

Sebelah Selatan : Desa Pahlawan Setia

Sebelah Barat : Desa Pantai Makmur

Jarak dengan Ibukota Kecamatan + 2 Km

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

54

Jarak dengan Ibukota Kabupaten + 40Km

Jarak dengan Ibukota Provinsi > 100 Km

Jarak dengan Ibukota Negara + 30 Km

Desa Segarajaya terletak di daerah dataran rendah + 0.5 meter di atas

dipermukaan laut. Kelembapan dengan suhu rata-rata 31 derajat celcius, dan

bentuk wilayah dataran rendah dan pantai.

2. Kependudukan

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan

berdasarkan jenis kelamin dijelaskan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.2

Tabel 4.1

Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 10.641 Orang

2 Perempuan 10.090 Orang

Total 20.731 Orang

Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014

Gambar 4.2

Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin

9,800

10,000

10,200

10,400

10,600

10,800

Laki-laki Perempuan

Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis

Kelamin

KondisiKependudukanberdasarkan JenisKelamin Jumlah

Total Jumlah

Penduduk 20.731

orang

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

55

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 jumlah penduduk Desa

Segarajaya ialah sebanyak 20.731 orang, dengan jumlah penduduk laki

laki sebanyak 10.641 orang, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

10.090 orang. Sedangkan jumlah kepala keluarga Desa Segarajaya

sebanyak 5.572 kepala keluarga.

b. Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan

berdasarkan pendidikan dijelaskan dalam Tabel 4.2 dan Gambar 4.3

Tabel 4.2

Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD/MI 5.133 Orang

2 SMP/SLTP 4.288 Orang

3 SMA/SLTA 3.877 Orang

4 D1-S1 78 Orang

5 S2 12 Orang

6 S3 3 Orang

Total 13.391

Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014

Gambar 4.3

Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan

Kondisi Kependudukanberdasarkan PendidikanJumlah

Total Jumlah

Kependudukan

Berdasarkan

Pendidikan 13.391

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

56

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa

penduduk Desa Segarajaya mayoritas lulusan SD/MI dengan jumlah

5.133 orang. Kemudian untuk lulusan terbanyak kedua yaitu lulusan

SMP/SLTP dengan jumlah 4.288 orang. Serta lulusan terbanyak ketiga

yaitu lulusan SMA/SLTA dengan jumlah 3.877 orang.

c. Berdasarkan Agama atau Penghayat terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan

berdasarkan agama dijelaskan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4

Tabel 4.3

Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 20.499 Orang

2 Katolik 27 Orang

3 Protestan 173 Orang

4 Budha 32 Orang

5 Hindu -

6 Konghucu -

Total 20.731 Orang

Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014

Gambar 4.4

Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama

Kondisi Kependudukanberdasarkan AgamaJumlah

Jumlah

Kependudukan

berdasarkan Agama

20.731

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

57

Jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Segarajaya mayoritas

menganut agama Islam sebanyak 20.499 orang. Kemudian yang kedua

adalah agama Protestan yang berjumlah 173 orang. Kemudian yang

ketiga adalah agama Budha yang berjumlah 32 orang.

d. Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan

berdasarkan mata pencaharian dijelaskan dalam Tabel 4.4 dan Gambar

4.5

Tabel 4.4

Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 440 Orang

2 Buruh 176 Orang

3 Jasa Transportasi 20 Orang

4 Nelayan 275 Orang

5 Bidan/Perawat 12 Orang

6 Karyawan 1.245 Orang

7 PNS 32 Orang

8 Dosen 7 Orang

9 Guru 78 Orang

10 Pensiunan 42 Orang

11 Montir 9 Orang

12 Pedagang 356 Orang

13 TNI/ Polri 60 Orang

14 Seniman/ Artis 23 Orang

15 Lain-lain 712 Orang

Total 3.487 Orang

Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

58

Gambar 4.5

Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian

Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa

penduduk Desa Segarajaya mayoritas bekerja sebagai karyawan dan lain-

lain. Penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 1.245 orang

dan penduduk yang bekerja sebagai lain-lain sebanyak 712 orang.

B. Deskripsi Data

1. Profil Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Ekowisata mangrove terletak di Desa Segarajaya, Kecamatan

Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Area ekowisata mangrove Desa Segarajaya

memiliki wilayah 7,4 Ha. Secara umum ekowisata Desa Segarajaya

memiliki konsep seperti ekowisata daerah lain. Pengunjung dapat

menikmati ekosistem mangrove yang berbagai jenis, pengunjung juga dapat

berjalan sepanjang track dengan berhenti atau berkumpul bersama keluarga

di saung-saug yang berada di ujung-ujung track. Pengunjung dapat menaiki

perahu, dan permainan anak-anak seperti becak, dan bebek-bebekan.

Pengunjung yang berwisata sebagian besar berasal dari kota Bekasi dan

kabupaten Bekasi, sedangkan dari luar kabupaten yaitu dari Karawang dan

0200400600800

100012001400

Pe

tan

i

Bu

ruh

Jasa

Tra

nsp

ort

asi

Nel

ayan

Bid

an/P

era

wat

Kar

yaw

an

PN

S

Do

sen

Gu

ru

Pe

nsi

un

an

Mo

nti

r

Pe

dag

ang

TNI/

Po

lri

Sen

iman

/ A

rtis

Lain

-lai

n

Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata

Pencaharian Jumlah

Kondisi Kependudukanberdasarkan MataPencaharian Jumlah

Jumlah Kondisi

Kependudukan

berdasarkan Mata

Pencaharian 3.487

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

59

Jawa Timur. Para pengunjung banyak berdatangan pada sore hari dari

kalangan anak muda maupun orang tua. Hal yang mendasari pengunjung

mendatangi wiasata ini yaitu untuk berkumpul bersama keluarga dan

menikmati keindahan yang disajikan wisata tersebut. Bagi kalangan anak

muda yaitu untuk befoto bersama teman-teman maupun pasangannya untuk

disebarkan disial media seperti facebook dan instagram.

Hal yang mendasari lainnya ialah ekowisata tersebut cukup popular di

social media dengan adanya jembatan cinta sebagai objek utama sebagai

pemandangan untuk berfoto, kemudian track sepanjang jalanan mangrove

yang berujung atau saling terhubung dengan beberapa saung. Manfaat dari

saung tersebut ialah untuk berkumpul, dan menikmatai keindahan

mangrove.

Selain itu pengunjung dapat menaiki atau menyewa perahu maupun

kapal boat untuk menyusuri dan melewati tumbuhan mangrove. Selain itu

juga dengan menyewa perahu atau kapal boat para pengunjung dapat

mengunjungi tumbuhan mangrove yang ada di sungai rindu. Keunikan

ekowisata mangrove ini ialah wisata yang berbasis alam yang baru

dikembangkan di desa Segarajaya. Pada awalnya tujuan dari penanaman

atau mengembangkan mangrove ini ialah untuk menahan abrasi dari air

laut, memperbanyak populasi ikan, dan untuk pendidikan, namun

berjalannya pengembangan tumbuhan mangrove ini yang dibangunnya track

dan jembatan yang unik para masayarakat mengunggah atau menyebarkan

poto yang diabadikan disosial media, kemudian datanglah para pengunjung

dari luar desa maupun kota dan semakin berjalannya waktu fasilitas

ekowisata tersebut semakin dikembangkan atau dibenahi.

Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di ekowisata mangrove

desa Segarajaya dikenakan biaya tarif sebesar Rp. 5000,00 per orang.

Sedangkan untuk parkir motor dikenakan biaya Rp. 2000,00, untuk mobil

dikenak biaya yaitu Rp. 5000,00.

Fasilitas yang sudah dibangun di ekowisata mangrove ini ialah tempat

parkir, gazebo, jembatan, track mangrove, dermaga kapal atau perahu,

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

60

tempat bermain anak-anak, saung, musholah, toilet. Sedangkan fasilitas

pendukungnya yaitu tempat duduk dan tempat sampah, namun masih

sedikit. Pengelola dan masyarakat setempat menyediakan bibit mangrove

untuk dijual.

2. Parameter Ekowisata Mangrove di Desa Segarajaya untuk Potensi

Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

a. Ketebalan Mangrove

Pengukuran pada ketebalan atau lebar mangrove, dilakukan dengan

cara pengukuran manual dengan menggunakan roll meter. Tebal

mangrove diukur dari garis terluar ke arah laut tegak lurus ke arah darat

hingga vegetasi mangrove terakhir. (Jurnal Nunung, di dalam

Nurismawati). Ketebalan mangrove diukur per plot atau stasiun. Setelah

melakukan pengukuran di kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya

maka diperoleh hasil pengukuran ketebalan ekosistem mangrove setiap

plot atau stasiun seperti pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.2

Tabel 4.5

Ketebalan Mangrove tiap Stasiun

Stasiun Koordinat Ketebalan Mangrove

I S 06°04.897‟ E 107°00.181‟ 100 m

II S 06°04.885‟ E 107°00.157‟ 60 m

III S 06°04.896‟ E 107°00.086‟ 55 m

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

61

Gambar 4.6

Ketebalan Mangrove tiap Stasiun

Berdasarkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 stasiun I memiliki

ketebalan 100 meter, stasiun II memiliki ketebalan 60 meter, dan stasiun

III memiliki ketebalan 55 meter. Jadi satasiun yang memiliki ketebalan

tertinggi yaitu stasiun I yaitu 100 meter.

b. Komposisi Jenis Mangrove

Berdasarkan data kepengelolaan ekowisata mangrove Desa

Segarajaya sebanyak 9 (sembilan) komponen mangrove sejati, yang

mendominasi Avicennia sp dan Rizhopora sp. Untuk lebih jelasnya,

disajikan pada tabel 4.6

0

20

40

60

80

100

120

I II III

Grafik Ketebalan Mangrove tiap Stasiun

Ketebalan Mangrove (m)

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

62

Tabel 4.6

Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove

No Nama Latin Famili Nama

Lokal

Keterangan

1 Avicennia lanata

Ridley

Avicenniaceae Api-api Komponen

utama

2 Avicennia marina

(Forssk.) Vierh

Avicenniaceae Api-api Komponen

utama

3 Bruguiera

gymnorrhiza (L.)

Lam.

Rhizophoraceae Tanjang Komponen

utama

4 Rhizophora

apiculata Blume

Rhizophoraceae Bakau Komponen

utama

5 Nypa fruticans Palmae Nipah Komponen

utama

6 Rhizophora

mucronata Lam

Rhizophoraceae Bakau Komponen

utama

7 Rhizophora

stylosa Griff

Rhizophoraceae Bakau,

Slindur

Komponen

utama

8 Sonneratia alba

J. Sm.

Sonneratiaceae Prapat Komponen

utama

9 Sonneratia

Caseolaris (L.)

Engl.

Sonneratiaceae Pedada,

Prapat

Komponen

utama

Sumber: Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya, 2018

Berdasarkan hasil observasi jenis mangrove yang ditemukan di

ekowisata mangrove Desa Segarajaya sebanyak 7 (lima) jenis. Untuk

lebih jelasnya, jenis mangrove yang ditemukan saat observasi di

ekowisata mangrove Desa Segarajaya disajikan dalam Tabel 4.7

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

63

Tabel 4.7

Hasil Observasi Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove

No Spesies Nama local

1 Avicennia marina (Forssk.) Vierh Api-api

2 Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam. Tanjang

3 Nypa fruticans Nipah

4 Rhizhopora apiculatta Bakau

5 Sonneratia alba J. Sm. Prapat

6 Sonneratia Caseolaris (L.) Engl. Pedada, Prapat

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan teori di BAB II jenis-jenis yang terdapat di ekowisata

mangrove Desa Segarajaya termasuk dalam jenis yang terdapat di Pulau

Jawa, yaitu Avicennia Marina, Bruguiera gymnorrhiza, Nypa Fruticans,

Rizhopora Apiculatta, Sonneratia alba, Sonneratia Caseolaris.

c. Kerapatan Jenis Mangrove

Kerapatan jenis adalah jumlah jenis yang berada di suatau unit area.

Ekosistem mangrove yang berada di Desa Segarajaya adalah jenis

mangrove muda. Hal ini dilihat dari kerapatan mangrove yang paling

mendominasi adalah mangrove dalam kelompok anakan. Dari tingkat

adapatasi mangrove ini dipengaruhi oleh keterlibatan manusia. Untuk

lebih jelasnya kerapatan mangrove di ekowisata mangrove Desa

Segarajaya disajikan dalam Tabel 4.8

Tabel 4.8

Kerapatan Mangrove di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Stasiun Spesies Jumlah Pohon

(Ni)

Luas Area

(m)

Kerapatan

(Di)

I -Avicennia lanata

Ridley 2 100 0,02

-Rhizhopora 30 100 0,3

Jumlah 32 100 0,32

Rata-rata 0,16

II -Avicennia lanata

Ridley 1 100 0,01

- Rhizhopora 20 100 0,2

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

64

-Nypa fruticans 2 100 0,02

Jumlah 23 100 0,23

Rata-rata 0,07

III

- Avicennia marina 2 100 0,02

-Bruguiera

gymnorrhiza 1 100 0,01

-Sonneratia alba J.

Sm. 2 100 0,02

-Rhizhopora 15 100 0,15

Jumlah 20 100 0,2

Rata-rata 0,05

Sumber : Diukur langsung oleh peneliti, 2018

Dari hasil pengukuran yang dilakukan peneliti, nilai kerapatan jenis

mangrove berdasarkan kategori pohon di setiap plot menunjukkan bahwa

Rhizhopora memiliki nilai kerapatan tertinggi dibandingkan dengan jenis

mangrove lainnya. Berdasarkan nilai kerapatan rata-rata di setiap stasiun,

maka pada stasiun I memiliki nilai kerapatan 0,16 ind/m2. Stasiun II

memiliki kerapatan 0,076 ind/m2 dan stasiun III dengan nilai kerapatan

0,05 ind/m2.

d. Objek Biota

Fauna yang berasal dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya

menurut pengelola ekowisata mangrove Desa Segarajaya dapat dilihat

dari Tabel 4.9

Tabel 4.9

Jenis Fauna di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Jenis Nama Lokal Nama Latin

Aves

1. Burung Coka

2. Burung Walet Apodidae

3. Burung Gereja Passeridae

4. Burung Blekok Sawah Ardeola speciosa

Reptile

1. Ular Kadut Homalopsis buccata

2. Ular Babi Elaphe Flavoliniate

3. Kadal Lecertilia

4. Biawak Varanus salvator

Ikan

1. Ikan Bandeng Chanos chanos

2. Ikan Beranak Liza melinoptera

3. Ikan Cere Poecilia retiulata

Crustacea 1. Kepiting Metopograpsus latifrons

Tabel 4.7 (lanjutan)

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

65

2. Rajungan Portunidae

3. Udang Caridea

Mollusca

1. Kerang Hijau/ Sekupang Perna Viridis

2. Keong Telescopium

3. Kerang Simping Pectinidae

Sumber: Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya, 2018

Berdasarkan Tabel 4.9 fauna yang ada di Desa Segarajaya cukup

beragam. Mulai dari jenis aves, reptile, ikan, crustecea, mollusca.

Sedangkan untuk fauna yang terdapat di ekowisata mangrove Desa

Segarajaya berdasarkan hasil observasi dapat dilihat di Tabel 4.10

Tabel 4.10

Jenis Fauna yang ditemukan saat Observasi

Jenis Nama Lokal Nama Latin

Aves 1. Burung Coka

2. Burung Walet Apodidae

Reptile 1. Ular Kadut Homalopsis buccata

Ikan 1. Ikan Bandeng Chanos chanos

2. Ikan Cere Chanos chanos

Crustacea 1. Kepiting Metopograpsus

atifrons

2. Udang Caridea

Mollusca 1. Kerang Hijau Perna Viridis

Sumber : Diolah Peneliti, 2018

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, jenis fauna

yang ditemukan didominasi dari jenis aves yaitu burung Coka dan

burung Walet. Kemudian didominasi juga dari jenis ikan yaitu ikan

Bandeng, ikan Cere. dan Crustacea antara lain kepiting dan udang.

Setelah itu jenis fauna yang jarang yaitu Reptil (Ular Kadut). Serta

Mollusca yaitu Kerang Hijau.

e. Kondisi Pasang Surut

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir

periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan

matahari. Untuk grafik pasang surut di lihat pada Gambar 4.7

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

66

Gambar 4.7

Kondisi Pasang Surut

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

67

Data mengenai pasang surut merupakan data sekunder yang di dapat

dari Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

Dari analisis data pasang surut memperlihatkan bahwa tinggi muka air di

lokasi penelitian pada saat pasang tertinggi terjadi pada tanggal 29

Oktober 2018 jam 12.00 dengan ketinggian mencapai 53,59 cm.

Sedangkan tinggi muka air pada surut terendah terjadi pada tanggal 30

Oktober 2018 jam 04.00 mencapai ketinggian 34,91 cm. Hal ini

menunjukkan bahwa kisaran pasang surut yang diperoleh adalah sebesar

88,5 cm.

f. Karakteristik Kawasan

Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya untuk penilaian

karakteristik kawasan di dasarkan pada pertimbangan : (1) Adanya objek

yang menarik, baik flora, fauna maupun aspek fisik (2) Terdapat

panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik tertentu (3) Bentang

alam yang bagus (4) Satwa dan tumbuhan langka atau dilindungi. Di

ekowisata mangrove Desa Segarajaya ini memiliki dua kriteria , yaitu

adanya objek yang menarik baik flora, fauna maupun aspek fisik, dan

terdapat panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik tertentu.

Pada kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya ini menyuguhkan

pemandangan yang sangat menarik untuk dilihat, yaitu banyaknya jenis

mangrove dan bibit mangrove, keanekaragaman faunanya, terdapatnya

jembatan yang sering disebut jembatan cinta yang salah satunya untuk

objek poto bagi para pengunjung, terdapatnya tracking yang

menghubungkan antara beberapa saung. Pengunjung juga dapat menaiki

perahu untuk menuju ke sungai rindu yang salah satunya objek

keindahan dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya

g. Aksesbilitas

Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya untuk parameter

aksebilitas didasarkan pada pertimbangan (1) Jalan yang bagus untuk

mencapai lokasi (2) Banyak jalan alternative untuk mencapai lokasi (3)

Banyak alat angkut atau jenis transportasi ke lokasi (4) Terdapat sarana

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

68

pendukung dermaga dan terminal. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara yang dilakukan peneliti ekowisata mangrove Desa Segarajaya

memiliki dua kriteria, yaitu jalan yang bagus untuk mencapai lokasi dan

banyak jalan alternative untuk mencapai lokasi.

Akses menuju ke ekowisata mangrove Desa Segarajaya tergolong

mudah. Untuk mencapai ke kawasan tersebut hanya bisa menggunkan

kendaraan pribadi, karena tidak tersedianya angkutan umum. Lokasi

ekowisata ini cukup strategis karena berdekatan dengan ibukota negara.

Akses jalan yang dapat dilalui sudah beraspal dan kondisinya cukup baik.

C. Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang

disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan

pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai

dan wisata bahari adalah59

IKW= Σ [ Ni/Nmaks ] x 100 %

Sumber : Yuliyanda, dalam Sodikin, 2015

Keterangan :

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk ekowisata mangrove (nilai

maksimum =88)

S1 : Sangat sesuai, dengan nilai 80 % - 100 %

S2 : Sesuai, dengan nilai 60 % - < 80 %

S3 : Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 % - <60 %

N : Tidak sesuai, dengan nilai <35 %

Ni : Nilai parameter ke-i (bobot x skor)

N max : Nilai maksimum dari kategori ekowisata mangrove.

Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor dari

masing-masing parameter.

59

Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan

Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:

Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015), hlm. 335-336

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

69

Tabel 4.11

Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Mangrove

No Parameter Stasiun

Rata-rata Skor Ni

1 2 3

1. Ketebalan

Mangrove (m)

100 m 60 m 55 m 71,7 m 2 10

2. Kerapatan

Mangrove (100m2)

16 ind 7 ind 5 ind 9,3 ind 2 8

3. Jenis Mangrove

-Avicennia lanata Ridley

-Rhizhopora

-Avicennia lanata

Ridley

- Rhizhopora

-Nypa fruticans

- Avicennia marina

-Bruguiera gymnorrhiza

-Sonneratia alba J. Sm.

-Rhizhopora

7 jenis

4 12

4. Objek Biota

Aves, Reptile, Ikan,

Crustacea

Reptile, Ikan,

Crustacea, Mollusca,

Kepiting

Aves, ikan, reptile, 6 Jenis 4 12

5. Pasang Surut 0,88 m 0,88 m 4 12

6. Karakteristik

Kawasan

2 Ketentuan

1. Adanya objek yang menarik baik flora, fauna maupun aspek fisik,

2. Terdapat panorama atau keindahan

2 2 4

7. Aksesbilitas

2 Ketentuan

1. Jalan yang bagus untuk mencapai lokasi

2. Banyak jalan alternatif untuk mencapai lokasi

2 2 2

Total 60

Indeks Kesesuaian Ekosistem (%) 68 %

Tingkat Kesesuaian S2

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

70

Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa hasil dari tingkat kesesuaian lahan

mangrove yaitu pada ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, karakteristik

kawasan, dan aksesbilitas hasil skornya itu 2 (dua) menunjukkan termasuk

dalam kategori S3, yaitu sesuai bersyarat, dan menjadi kelemahan dari

ekowisata mangrove Desa Segarajaya. Sedangkan jenis mangrove, objek biota,

dan pasang surut hasil skornya 4 (empat) termasuk dalam kategori S1 yaitu

sangat sesuai.

Skor semua hasil kondisi ekowisata mangrove Desa Segarajaya termasuk

dalam kategori sesuai S2, dengan total skor 60 dan indeks kesesuaian

ekosistem sejumlah 68 %. Jadi dapat diartikan lokasi ekowisata mangrove

Desa Segarajaya dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata, namun masih

terdapat parameter yang harus ditingkatkan yaitu dari ketebalan mangrove.

Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya ketebalan yang optimal untuk

wisata adalah lebih dari 500 m. Sedangkan ketebalan mangrove yang terdapat

di ekowisata mangrove Desa Segarajaya berkisar antara 55-100 m. Upaya yang

harus dilakukan pengelola yaitu dengan cara penanaman mangrove. Cara ini

dapat meningkatkan kesesuaian mangrove untuk kegiatan wisata serta

mengoptimalkan kembali peran mangrove bagi pesisir. Masih terdapat

parameter yang lainnya yang harus ditingkatkan yaitu kerapatan mangrove,

karakteristik kawasan dan aksesbilititas.

D. Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Kawasan Ekowisata Mangrove

Desa Segarajaya dengan analisis SWOT

Strategi pengembangan ekowisata mangrove dirumuskan melalui analisis

SWOT yaitu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Untuk lebih jelasnya analisis SWOT terhadap

pengembangan ekowisata mangrove Desa Segarajaya dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan yang dimaksud dalam hal ini yaitu mengembangkan potensi yang

dimiliki untuk masa yang akan datang. Menurut informasi yang didapat dari

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

71

salah satu responden yang bernama Muhammad Guntur sebagai ketua

pengelola “ekowisata mangrove Desa Segarajaya memiliki tanah yang luas

untuk dijadikan indikator pengembangan ekowisata,beragamnya jenis

mangrove, tempatnya di tengah perkotaan, terdapatnya permainan anak,

adanya saung untuk bersantai, adanya track dan jembatan yang menjadikan

objek foto”.

Selain itu ada transportasi perairan seperti kapal untuk menjelajah hutan

mangrove dan untuk ke daerah Sungai Rindu. Seperti keterangan dari

responden lainnya yang bernama Laifa Nabila “dengan adanya alat

transportasi kapal para pengunjung dapat menjelajahi hutan mangrove”.

Sedangkan menurut pengelola yang bernama Agus “kekuatan ekowisata

mangrove ini yaitu adanya kerjasama pemerintah setempat dan LSM dalam

melaksanakan rehabilitasi mangrove”.

Untuk lebih jelasnya sarana-sarana pendukung ekowisata yang sudah baik

dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan 4.9

Gambar 4.8 Track Gambar 4.9 Perahu

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa kekuatan yang mendukung untuk pengembangan

ekowisata antara lain:

1. Memiliki jenis mangrove yang cukup beragam

2. Adanya lahan yang luas

3. Terdapat sarana, seperti tracking, saung, perahu

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

72

4. Adanya kesiapan pemerintah setempat dan LSM dalam melaksanakan

program rehabilitasi mangrove dan meningkatnya masyarakat dengan

menghasilkan produk

5. Aksesbilitas mudah dijangkau

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang dimaksud dalam studi ini adalah kekurangan atau

hambatan dalam pengembangan kawasan ekowisata mangrove. Menurut

informasi yang didapat dari responden yang bernama Iqbal “kelemahan dari

wisata ini banyaknya sampah yang berserakan kak, adanya jembatan yang

rusak, pusat informasi pun belum ada kak jadi kita tidak mengetahui apa

saja yang dilarang dalam wisata ini”.

Informasi yang didapat dari responden lainnya yang bernama Sri

“kelemahan ekowisata ini tata ruangnya masih kurang kak warung-

warungnya belum teretata, mengenai promosi saya hanya mengetahu dari

sosisal media, belum ada peraturan yang jelas”.

Menurut pengelola ekowisata mangrove yang bernama Guntur dalam

wawancaranya ”bahwasanya kekurang ekowisata ini banyaknya sampah,

promosi hanya mengandalkan para pengunjung melalui sosial media dan

belum mempunyai website resmi”.

Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa kelemahan dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya,

antara lain :

1. Adanya sampah yang berserakan

2. Terdapat fasilitas yang rusak

3. Belum adanya pusat informasi

4. Rendahnya kegiatan pemasaran

5. Belum adanya peraturan yang jelas terkait pelestarian mangrove

c. Peluang (Opportunity)

Peluang yang dimaksud dalam hal ini yaitu faktor pendukung dari

pengembangan ekowisata mangrove. Menurut responden yang bernama

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

73

Darto “ekowisata ini tempatnya strategis neng, soalnya dekat dari ibukota

negara maupun dari kabupaten Bekasi”.

Sedangkan menurut Guntur sebagai ketua pengelola ekowisata mangrove

Desa Segarajaya ”adanya ekowisata ini pemerintah setempat dapat

berkerjasama dengan LSM, meningkatnya pendapatan masyarakat dan

mengurangi pengangguran, tingginya minat wisatawan untur berkunjung,

dengan adanya ekowisata masyarakatnya dapat menghasilkan produk seperti

kerajinan kerang dan membuat cemilan dari mangrove”.

Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa peluang dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya, di

antara lain:

1. Adanya kerjasama pemerintah dan LSM

2. Meningkatnya pendapatan masyarakat

3. Lokasi tempat strategis

4. Menciptakan masyarakat yang kreatif

d. Ancaman (Treath)

Ancaman yang dimaksud dalam penelitian ini ialah faktor-faktor yang

menghambat untuk pengembangan ekowisata mangrove. Menurut

responden yang bernama Agus sebagai anggota pengelola ekowisata

mangrove Desa Segarajaya “ancamannya wisata pantai di Kabupaten Bekasi

sudah mulai banyak neng contohnya di Muara Gembong, jadi sebagai

pengelola kita harus kreatif agar tidak ketinggalan dengan wisata lain.

Ancaman lainnya terkadang masyarakat masih buang sampah sembarangan.

Ada juga masyarakat yang belum mengerti kegunaan mangrove yaitu

dengan menebang pohonnya”

Menurut responden lainnya bernama Aisyah” ancamannya itu adanya alih

fungsi lahan kak, dari lahan mangrove menjadi pemukiman”.

Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa ancaman dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya, di

antara lain:

1. Abrasi pantai

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

74

2. Alih fungsi lahan

3. Dampak negative aktifitas ekowisata (sampah, kegiatan yang merusak

ekosistem)

4. Persaingan dengan obyek wisata lain

5. Penebangan pohon mangrove

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal di atas,

maka digunakan matriks analisis untuk mengetahui strategi

pengembangan ekowisata pada kawasan ekowisata mangrove Desa

Segarajaya. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Matriks Analisis SWOT

IFAS

EFAS

Strengths (S)

1. Memiliki jenis mangrove

dan biota yang cukup

beragam

2. Adanya lahan yang luas

3. Terdapat sarana, seperti

tracking, saung, perahu

4. Adanya kesiapan

pemerintah setempat dan

LSM dalam melaksanakan

program rehabilitasi

mangrove dan

meningkatnya masyarakat

dengan menghasilkan

produk

5. Aksesbilitas mudah

dijangkau

Weakness (W)

1. Adanya sampah yang

berserakan

2. Terdapat fasilitas yang

rusak

3. Belum adanya pusat

informasi

4. Rendahnya kegiatan

pemasaran

5. Belum adanya peraturan

yang jelas terkait pelestarian

mangrove

6. belum adanya alat

transportasi

7. kurangnya kerapatan

mangrove

8. kurangnya karakteristik

kawasan

Opportunities (O)

1. Adanya kerjasama

pemerintah dan LSM

2. Meningkatnya pendapatan

masyarakat

3. Lokasi tempat strategis

4. Menciptakan masyarakat

yang kreatif

Strategi SO

1. Mengembangkan vegetasi

mangrove yang ada, dengan

meningkatkan penanaman

mangrove

2. Meningkatkan komitmen

pemerintah terhadap

pengembangan mangrove

3. Menciptakan peluang

pendapatan ekonomi

dengan cara lebih

meningkatkan produksi dari

kerajinan tangan.

4. Menambah sarana yang ada

seperti menambah saung.

Dan lebih mengoptimalkan

Strategi WO

1. Menambahkan tempat

sampah dan

menginformasikan kepada

pengunjung untuk tidak

membuang sampah

sembarangan

2. Pemerintah setempat dapat

menggalakkan promosi

tentang adanya ekowisata

mangrove, dan membuat

website resmi agar para

pengunjung lebih bertambah

lagi

3. Mengoptimalkan kerjasama

pemerintah dengan beberapa

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

75

Berdasarkan Tabel 4.12 hasil dari strategi pengembangan ekowisata

mangrove menggunakan analisis SWOT. Strategi SO yaitu mengembangkan

vegetasi mangrove yang ada, dengan meningkatkan penanaman mangrove,

meningkatkan komitmen pemerintah terhadap pengembangan mangrove,

menciptakan peluang pendapatan ekonomi dengan cara lebih meningkatkan

produksi dari kerajinan tangan, menambah sarana yang ada seperti menambah

saung, lebih mengoptimalkan pemeliharaan sarana prasarana, dengan

memanfaatkan peran sumber daya masyarakat. Strategi WO yaitu

menambahkan tempat sampah dan menginformasikan kepada pengunjung

untuk tidak membuang sampah sembarangan, pemerintah setempat dapat

menggalakkan promosi tentang adanya ekowisata mangrove, dan membuat

website resmi agar para pengunjung lebih bertambah lagi, mengoptimalkan

kerjasama pemerintah dengan beberapa instansi untuk mengadakan penyuluhan

terkait manfaat mangrove agar partisipasi masyaraka meningkat, pemerintah

pemeliharaan sarana

prasarana, dengan

memanfaatkan peran

sumber daya masyarakat.

instansi untuk mengadakan

penyuluhan terkait manfaat

mangrove agar partisipasi

masyaraka meningkat

4. Pemerintah setempat

menyediakan angkutan

umum

5. Pengelola dan masyarakat

lebih giat untuk menanam

mangrove.

Threats ( T)

1. Abrasi pantai

2. Alih fungsi lahan

3. Dampak negative aktifitas

ekowisata (sampah,

kegiatan yang merusak

ekosistem)

4. Persaingan dengan obyek

wisata lain

5. Penebangan pohon

mangrove

Strategi ST

1. Meningkatkan penanaman

mangrove agar tidak terjadi

abrasi

2. Dibuat aturan atau

hukuman, agar tidak terjadi

alih fungsi lahan dan

penebangan untuk

kepentingan pribadi

3. Memberikan pendidikan

lingkungan/ konservasi

kepada setiap wisatawan

dengan cara menjaga

kebersihan di tempat

wisata,

4. Menjaga ekowisata wisata

mangrove dengan tetap

memperhatikan daya

dukung kawasan.

Strategi WT

1. Mengoptimalkan adanya

tempat sampah disetiap

sudut ekowisata mangrove

agar tidak merusak

ekosistem

2. Meningkatkan sarana dan

prasana, serta memperbaiki

fasilitas yang rusak. Agar

bisa bersaing dengan obyek

wisata lainnya.

3. Mengoptimalkan adanya

pusat pelayanan untuk

memberikan informasi dan

peraturan-peraturan yang

berlaku di ekowisata

mangrove Desa Segarajaya.

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

76

setempat menyediakan angkutan umum, pengelola dan masyarakat lebih giat

untuk menanam mangrove. Strategi ST yaitu meningkatkan penanaman

mangrove agar tidak terjadi abrasi, dibuat aturan atau hukuman, agar tidak

terjadi alih fungsi lahan dan penebangan untuk kepentingan pribadi,

memberikan pendidikan lingkungan/ konservasi kepada setiap wisatawan

dengan cara menjaga kebersihan di tempat wisata, menjaga ekowisata wisata

mangrove dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Strategi WT

yaitu mengoptimalkan adanya tempat sampah disetiap sudut ekowisata

mangrove agar tidak merusak ekosistem, meningkatkan sarana dan prasana,

serta memperbaiki fasilitas yang rusak. Agar bisa bersaing dengan obyek

wisata lainnya, mengoptimalkan adanya pusat pelayanan untuk memberikan

informasi dan peraturan-peraturan yang berlaku di ekowisata mangrove Desa

Segarajaya.

Berdasarkan pada teori Mintzburg Mzm strategi mempunyai lima

pendekatan yaitu sebagai rencana, taktik, pola, posisi, dan perspektif. Pada

strategi sebagai rencana di dalam penelitian ini dengan objek ekowisata

mangrove di Desa Segarajaya, formulasi strateginya menggunakan analisis

SWOT. Strategi sebagai taktik yaitu menurut Mintzberg strategi ini

merencanakan untuk bersaing dengan obyek wisata lain, jadi ekowisata

mangrove di Desa Segarajaya ini agar dapat bersaing dengan obyek wisata lain

yaitu meningkatkan dan pertumbuhan jenis mangrove, serta mengoptimalkan

promosi dan fasilitas yang ada, hasil dari strategi ini juga menjadi strategi

sebagai pola yaitu mementingkan aspek utama yang difokuskan. Sedangkan

strategi sebagai posisi yaitu adanya kerjasama antar pengelola ekowisata

mangrove Desa Segarajaya dengan masyarakat, yaitu memelihara ekowisata ini

dan menciptakan peluang ekonomi dengan menghasilkan produksi dan ini juga

menjadi strategi sebagai perspektif.

Menurut Ambo Tuwo, pengembangan ekowisata dapat mendatangkan

dampak positif berupa meningkatnya upaya reservasi sumberdaya alam,

pembangunan taman nasional, perlindungan pantai dan taman laut, serta

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

77

mempertahankan mangrove.60

Namun dipihak lain pengelolaan ekowisata yang

tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan

seperti pembuangan sampah sembarangan, dan adanya kegiatyan yang merusak

ekosistem. Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan atau kebijakan dalam

menata kegiatan ekowisata agar dapat memberikan dampak positif dan

menghindari dampak negatif terhadap lingkungan.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,

tetapi masih memiliki keterbatasan antara lain:

1. Masih minimnya rujukan dalam bentuk buku yang membahas mengenai

strategi ekowisata, sehingga sebagian besar penulis merujuk referensi pada

jurnal yang sesuai dengan penulis sedang teliti, itupun juga masih jarang.

2. Jarak tempat untuk melakukan penelitian terbilang jauh, menjadi salah satu

kendala untuk melakukan penelitian.

3. Terdapat daerah mangrove yang sulit dijangkau, karena derah tersebut

tergenang air.

60

Ambo Tuwo, 2011. Hlm 35

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data kepengelolaan ekowisata mangrove Desa Segarajaya

sebanyak 6 (enam) komponen mangrove sejati, yang mendominasi Avicennia

sp dan Rizhopora sp. Hasil observasi jenis mangrove yang ditemukan di

ekowisata mangrove Desa Segarajaya sebanyak 6 (enam) jenis, Avicennia

marina (Forssk.) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam., Nypa fruticans,

Rhizhopora apiculatta, Sonneratia alba J. Sm., Sonneratia Caseolaris (L.)

Engl. Jenis fauna yang ditemukan didominasi dari jenis aves atau burung.

Kemudian didominasi juga dari jenis ikan, dan crustacea, antara lain kepiting

dan udang. Dalam akses menuju ke ekowisata mangrove Desa Segarajaya

tergolong mudah. Untuk mencapai ke kawasan tersebut hanya bisa

menggunkan kendaraan pribadi, karena tidak tersedianya angkutan umum.

Lokasi ekowisata ini cukup strategis karena berdekatan dengan ibukota negara.

Akses jalan yang dapat dilalui sudah beraspal dan kondisinya cukup baik.

Potensi ekowisata mangrove Desa Segarajaya yang terdiri dari berbagai

jenis flora-fauna dan panorama alam memiliki daya tarik untuk pengembangan

ekowisata di kabupaten Bekasi. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian

menunjukkan bahwa ekowisata mangrove Desa Segarajaya termasuk dalam

kategori sesuai (S2) untuk dijadikan kawasan ekowisata. Hal ini terlihat dari

total skor penghitungan tingkat kesesuaian ekowisata sebesar 60 dan Indeks

Kesesuaian Ekosistem sebesar 68%.

Hasil dari penentuan strategi pengembangan ekowisata mangrove dengan

menggunakan analisis SWOT di antaranya yaitu: mengembangkan ekowisata

mangrove dengan meningkatkan penanaman mangrove, meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pentingnya menjaga kawasan mangrove,

menciptakan peluang pendapatan ekonomi dengan cara lebih meningkatkan

produksi dari kerajinan tangan, meningkatkan promosi tentang adanya

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

79

ekowisata mangrove, dan membuat website resmi agar para pengunjung lebih

bertambah lagi, menambah sarana yang ada seperti menambah saung. Dan

lebih mengoptimalkan pemeliharaan sarana prasarana, dengan memanfaatkan

peran sumber daya masyarakat.menjaga ekowisata wisata mangrove dengan

tetap memperhatikan daya dukung kawasan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan ekowisata.

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang penting bagi

pengelola ekowisata mangrove Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya,

dalam meningkatkan startegi pengembangan ekowisata mangrove dengan

mengoptimalkan penanaman mangrove dan mengembangkan fasiltas yang

ada.

2. Peran pemerintah setempat sangat mendukung dalam pelaksanaan starategi

pengembangan ekowisata mangrove yang bertujuan untuk lebih

mempromosikan dan memberikan anggaran untuk membangun fasilitas

yang belum ada.

3. Peran masyarakat sangat mendukung dalam sebuah pengembangan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya dengan memelihara fasilitas dan

tidak merusak ekosistem mangrove ketika masyarakat berkunjung.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan beberapa saran untuk

menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang diantaranya

sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bekasi

a. Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan strategi

pengembangan ekowisata mangrove

b. Menyediakan infrastruktur yang belum ada

c. Pemerintah diharapkan mempromosikan ekowisata mangrove Desa

Segarajaya

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

80

2. Bagi Pengelola Ekowisata Mangrove

a. Pengelola diharapkan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam

ekowisata mangrove Desa Segarajaya

b. Pengelola diharapkan menciptakan peluang pendapatan bagi masyarakat

sekitar dengan melakukan pengembangan akan pengetahuan tentang

manfaat mangrove terhadap kelompok masyarakat pengelola

c. Pengelola diharapkan dapat mengoptimalkan pemeliharaan sarana

prasarana yang telah ada dengan memanfaatkan peran sumber daya

masyarakat sekitar kawasan

3. Bagi Masyarakat

Untuk masyarakat diharapkan agar ikut berpartisipasi dalam

mengembangkan dan pemeliharaan pengelolaan ekowisata mangrove.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut terkait pengelolaan jenis

mangrove dan pola penanaman yang tepat pada beberapa areal yang

tergenang di sekitar kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya.

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:

Rajawali Pers

Arjana, I Gusti Bagus. 2016. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta:

Rajawali

Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan

Berkelanjuta Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al Jumanatul ‘Ali dan

Terjemahannya. Jakarta: J-ART

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Jakarta: Erlangga

Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT

Bumi Aksara

Pitana, I Gde, dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Andi Offset

Subagyo, Joko. 2015. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolan Ekowisata Pesisir dan Laut Pendekatan Ekologi,

Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Surabaya: Brilian

Internasional

Unesco. 2009. Ekowisata Panduan Dasar Pelaksanaan

Yati, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi Informasi dan Implementasi.

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Yati, Oka A. 1966. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

JURNAL DAN SKRIPSI

Asriandi, Ian. 2016. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di

Kabupaten Banteng, Sulawesi Selatan: Universitas Hasanudin

Basyuni, Mohammad, dkk. 2016. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan

Ekowisata Mangrove di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan

Barat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Program Studi Kehutanan,

Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Dewi, Paramita Cyntia. 2017. Studi Kelayakan Pantai Bagus sebagai Daerah

Tujuan Wisata di Kabupaten Lampung Selatan. Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fauziah, Yunita Rahma. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata Taman

Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Bogor:

Institut Pertanian Bogor

Ismawati, Nur. 2017. Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove

Park Pekalongan di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan

Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saptorini. 2003. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan

Konservasi Hutan Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

Program Studi Magíster Manajemen Sumberdaya Pantai, Pascaserjana

Universitas Diponegoro

Sodikin. 2015. Kelayakan Hutan Mangrove di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir

Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata

Mangrove yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Simposium Nasional Sains

Geoinformasi

Surayya, Qonitta. 2017. Persepsi Siswa Terhadap Fungsi Hutan Mangrove

Karangsong Sebagai Sumber Belajar Geografi (Studi Kasus

Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Indramayu), Jurusan Pendidikan

IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif

Hidayatullah Jakarta

Wiharyanto, Dhimas. 2007. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove di

Kawassan Konservasi Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan

Kalimantan Timur. IPB

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

LAMPIRAN I

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Pedoman Wawancara Pengelola

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis Kelamin :

Daerah Asal :

Tingkat Pendidikan :

Pekerjaan :

1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove sebagai daya tarik wisata?

2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove ?

8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak

dikunjungi?

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Pedoman Wawancara Pengunjung

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis Kelamin :

Daerah Asal :

Tingkat Pendidikan :

Pekerjaan :

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan ekowisata

mangrove?

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan ekowisata

mangrove?

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan ekowisata

mangrove?

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai ekowisata

mangrove?

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah layak di

ekowisata mangrove?

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih kurang

dan perlu diperbaiki?

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengelola

Nama : Muhammad Guntur

Alamat : Kp. Paljaya

Umur : 36

Jenis Kelamin : Laki-laki

Daerah Asal : Kp. Paljaya

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ketua Pengelola Ekowisata Mangrove

1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove sebagai daya tarik wisata?

Jawaban: Potensi yang dimiliki ekowisata mangrove di Desa Segarajaya

ini banyak ada berbagai tumbuhan mangrove, terdapat pemandangan, trac-

track dan jembatan sebagai obyek poto. Selain itu adanya tempat ini orang

disekitar bisa belajar terkait penanaman ekosistem mangrove yang

kegunaannya sangan banyak. Dan seperti kakak ini, mau penelitian disini,

mau macem-macem seperti belajar, kemungkinan mau wawancara disini

bisa. Dan itu juga membuka informasi untuk masyarakat, selain itu kita

bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat. Dan hasil dari

kerja sama bisa meningkatkan penghasilan. Seperti tempat parkir, dan bisa

bermanfaat orang yang tadinya nganggur bisa mempunyai penghasilan

dari tempat parkir dan jualan. Disana juga sering diadakan pelatihan, nanti

dari buahnya bisa dihasilkan untuk keripik.

2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: yang pastinya tumbuhan mangrovenya, masih harus ditambah

karena lahan di sini luas. Dari tracking dan saung jembatan harus ditambah

atau dikembangkan, karena pada saat liburan sebagian pengunjung tidak

dapat atau kebagian tempat duduk.

3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: ekowisata mangrove Desa Segarajaya memiliki tanah yang luas

untuk dijadikan indikator pengembangan ekowisata,beragamnya jenis

mangrove, tempatnya di tengah perkotaan, terdapatnya permainan anak,

adanya saung untuk bersantai, adanya track dan jembatan yang

menjadikan objek foto.

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: bahwasanya kekurangan ekowisata ini banyaknya sampah,

promosi hanya mengandalkan para pengunjung melalui sosial media dan

belum mempunyai website resmi

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: adanya ekowisata ini pemerintah setempat dapat berkerjasama

dengan LSM, meningkatnya pendapatan masyarakat dan mengurangi

pengangguran, tingginya minat wisatawan untur berkunjung, dengan

adanya ekowisata masyarakatnya dapat menghasilkan produk seperti

kerajinan kerang dan membuat cemilan dari mangrove.

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: menurut saya abrasi, jika penanaman mangrovenya masih sedikit

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove ?

Jawaban: Kondisi jalannya sudah bagus, sudah beraspal.

8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: kalau akses mudah untuk lewat mana saja, seperti dari Jakarta

Utara dekat sekali, namun tidak terdapat transportasi. Kebanyakan

pengunjung menggunakan transportasi pribadi kak.

9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: yang sudah layak seperti jembatan tracking, saung, musholah,

toilet, perahu, dan parkiran.

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: saung harus ditambah, agar semua pengunjung dapat

menempatinya. Pusat pelayanan, homestay, tempat sampah.

11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: di sini yang belum ada homestay dan restoran kak.

12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: Untuk mengembangkan ekowisata mangrove Desa Segarajaya

ini perlu waktu waktu yamg panjang dan harus bekerjasama dengan baik

dari kelompok masyarakat dan pemerintah. Nah maka dari itu kita pelan-

pelan kak untuk mengembangkan ekowisata ini dengan memperbaiki

kekurangan yang ada.

13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: masih kurangnya kerjasama antara masyarakat, karena masih

banyak warung-warung kecil yang masih belum tertata. Dan kerjasama

dengan pengunjung karena masih banyak pengunjung yang membuang

sampah sembarangan.

14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: ya sangat banyak kak, dari yang dulunya ekowisata ini hanya

restorasi, sekarang menjadi wisata yang rame dikunjungi. Mengurangi

angka pengangguran dan pastinya menambah pendapatan masyarakat.

15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: yah sangat banyak, salah satunya menahan abrasi.

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak

dikunjungi?

Jawaban: lebih diperhatikan oleh pemerintah untuk perkembangan

ekowisata ini, harus kerjasama dengan baik antara pemerintah dan

masyarakat setempat.

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengelola

Nama : Agus

Alamat : Jalan Paljaya, Desa Segarajaya

Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Daerah Asal : kampung Paljaya

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Anggota Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove sebagai daya tarik wisata?

Jawaban: tumbuhan mangrove, Jembatan tracking, Saung, dan lain

sebagainya

2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: lebih mengembangkan icon yang ada seperti Jembatan Cinta.

3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: kekuatan ekowisata mangrove ini yaitu adanya kerjasama

pemerintah setempat dan LSM dalam melaksanakan rehabilitasi mangrove

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: penataan warung-warung kecil yang belum terorganisir.

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: meningkatnya ekonomi masyarakat, dan berkurangnya

pengangguran.

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove Desa Segarajaya?

Jawaban: ancamannya wisata pantai di Kabupaten Bekasi sudah mulai

banyak neng contohnya di Muara Gembong, jadi sebagai pengelola kita

harus kreatif agar tidak ketinggalan dengan wisata lain. Ancaman lainnya

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

terkadang masyarakat masih buang sampah sembarangan. Ada juga

masyarakat yang belum mengerti kegunaan mangrove yaitu dengan

menebang pohonnya.

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove ?

Jawaban: kondidi jalannya lumayan bagus neng. Sudah beraspal.

8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: di sini transportasi angkutan umum belum ada neng.

9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya sarana-prasarana yang ada di ekowisata ini

semuanya lumayan layak neng, karena ekowisata ini masih di tahap

pengembangan.

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: toilet umum, dan icon ekowisata ini.

11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: di sini belum ada homestay neng.

12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: ya menurut saya lebih giat mempromosikannya.

13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: masih kurang kesadaran dari masyarakat akan manfaat

mangrove, dan warung-warung kecil belum tertata rapih.

14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: sangat mendatangkan manfaat neng, dari manfaat tumbuhan

mangrvenya. Sampai manfaat ekowisata ini, yang tadinya daerah di sini

sepi menjadi rame, dan pastinya meningkatkan pendapatan masyarakat.

15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: Pengaruhnya lingkungan tersebut menjadi sejuk.

16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak

dikunjungi?

Jawaban: lebih mengembangkan fasilitas yang ada agar tidak ketinggalan

dari ekowisata lainnya, dan lebih giat lagi dalam mempromosikannya.

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengunjung

Nama : Iqbal Rosyadi

Alamat : Kp. Jati, RT 01/05, Desa Kebalen, Babelan, Bekasi.

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Daerah Asal : Bekasi

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

Jawaban: untuk melihat pemandang, berpoto, merilekskan pikiran kak

hehe.

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

Jawaban: wah banyak banget kak, yang pasti adanya tumbuhan mangrove,

jembatan cinta/tracking, saung-saung, perahu dan permainan anak.

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

Jawaban: memperbanyak penanaman mangrove.

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: Tata-tata ruangnya cukup baik.

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: masih ada sampah yang berserakan, adanya jembatan yang rusak,

pusat informasi pun belum ada kak jadi kita tidak mengetahui apa saja yang

dilarang dalam wisata ini.

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

Jawaban: mengangkat ekonomi penduduk

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove?

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: kalau menurut saya si lebih ke lingkungan saja ya kak, seperti

pembuangan sampah sembarangan akan mangakibatkan merusaknya

ekosistem tumbuhan mangrove tersebut.

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove?

Jawaban: kondisi jalannya sudah beraspal.

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: kalau jangkauan dari daerah saya agak jauh ya kak, dan alat

transportasinya belum ada. Saya menggunakn transportasi pribadi.

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: saung, jembatan, musholah, dan permainan anak.

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: tempat sampah, pusat pelayanan

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: di sini kayanya belum ada tempat penginapan kak.

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: tidak mengetahui

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: kurangnya penjagaan/warning dari ekowisata ini.

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: manfaatnya untuk para pengunjung lebih merefresh pikiran.

Untuk masyarakat menurut saya bertambahnya ekonomi atau pendapatan.

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: menahan abrasi

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

Jawaban: banyakin jenis mangrove dan harus mengembangkan fasilitasnya

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Jawaban: ikut serta mempromosikan lewat social media.

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengunjung

Nama : Sri Wahyuni

Alamat : jalan Pertamina, RT 07/04, Kedung Jaya

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Daerah Asal : kp. Wates

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

Jawaban: mencari ketenangan kak, hehe sambil poto-poto.

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

Jawaban: potensi mangrovenya lebih dominan kak

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

Jawaban: lebih mengembangkan jembatan mangrovenya kak, soalnya

masih ada yang belum diperbaiki

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya icon jembatan cinta kak

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: masih banyak sampah dan bau tak sedap

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

Jawaban: banyak pedagang mencari peruntungan sehingga meningkatkan

ekonomi

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove?

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: banyaknya pengunjung, jadi takut jembatannya roboh kak. Lebih

ke fasilitasnya si kak.

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove?

Jawaban: lumayan bagus, tapi banyak tikungan kak

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: kemudahannya dekat dengan kampong saya, tapi tidak ada

transportasi kak

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: musholah, parkiran

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: toilet umumnya

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: tidak ada

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: tidak mengetahui kak

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: kurangnya kesadaran warga sekitar, masih buang sampah

sembarangan

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: pasti ada, lebih meningkatkan pendapatan masyarakat

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: lebih banyak pengunjung, jadi rame kak

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

Jawaban: agar lebih dikembangkan fasilitas yang ada kak,

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Jawaban: mempromosikan ke media social bahwa di daerah bekasi ada

tempat wisata yang bagus

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengunjung

Nama : Laifa Nabila

Alamat : Kp. Tambun

Umur : 23

Jenis Kelamin : Perempuan

Daerah Asal : Bekasi

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : Karyawan

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

Jawaban: untuk liburan mbak dan poto-poto.

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

Jawaban: tumbuhan mangrove, permainan anak, ada perahu, masih banyak

lagi pokoknya mbak

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

Jawaban: tanaman manrovenya banyakin lagi mbak

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya perahu mbak adanya alat transportasi kapal/perahu

para pengunjung dapat menjelajahi hutan mangrove

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: masih banyak sampah mbak

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

Jawaban: meningkatkan pendapatan masyarakat

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban:lebih ke lingkungan mbak, pembuangan sampah sembarangan.

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove?

Jawaban: kondisi jalnnya beraspal mbak, lumayan bagus

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: tidak ada angkutan umum mbak di daerah sini

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: jembatan, saung, musholah dan lain sebagainya

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: saungnya kurang banyak mbak, terus toilet, dan pusat pelayanan

umum tidak ada.

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: penginapan mbak di sini belum ada

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: tidak mengetahui mbak

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: kendalanya kesadaran masyarakat mbak

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: sangat banyak mbak, menahan abrasi, menambah pendapatan

masyarakat pastinya.

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: menahan abrasi

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: lebih memperhatikan dan mengembangkan fasilitas yang kurang,

meperhatikan kebersihan.

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Jawaban: ikut mempromosikan di social media

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengunjung

Nama : Darto

Alamat : Paljaya

Umur : 31

Jenis Kelamin : Laki-laki

Daerah Asal : Paljaya

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

Jawaban: jalan-jalan dan liburan neng

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

Jawaban: yang pastinya mangrove, jembatan, perahu, dan permainan anak

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

Jawaban: fasilitas, dan pohon mangrovenya diperbanyak lagi

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: pohon mangrove dan jembatan cinta neng

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: fasilitasnya kurang neng

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

Jawaban: ekowisata ini tempatnya strategis neng, soalnya dekat dari

ibukota negara maupun dari kabupaten Bekasi

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya tidak ada

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove?

Jawaban: jalnnya cukup baik

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: tidak ada transportasi umum neng, jadi menggunakan transportasi

pribadi

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya masih sedikit yang layak

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: toiletnya, dan pusat pelayannya belum ada

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: saungnya harus ditambah neng

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: tentu saja tidak mengetahui

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: kurangnya warga sekitar neng, sampah masih banyak berserakan

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: pasti ada neng, seperti pendapatan masyarakat meningkat

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: ada, semakin banyak pengunjung.

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: untuk lebih diperbaharui lagi fasilitasnya, soalnya masih banyak

yang rusak neng, jembatannya ada yang bolong.

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Jawaban: kalau say amah neng paling cerita ke teman-teman kerja.

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Transkip Wawancara Pengunjung

Nama : Aisyah

Alamat : kampung Kedaung, Babelan, Bekasi

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Daerah Asal : Kp. Kedaung

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?

Jawaban: untuk poto-poto

2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata

mangrove?

Jawaban: permainan anak, mangrove, dan pemandangan yang bagus

3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari

ekowisata mangrove?

Jawaban: fasilitasnya harus dikembangkan mbak

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: icon jembatan cinta mbak, terkenal banget dikampung saya

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: masih banyak sampah

6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata

mangrove?

Jawaban: meningkatkan ekonomi penduduk setempat

7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan

ekowisata mangrove?

Jawaban: ancamannya itu adanya alih fungsi lahan mbak, dari lahan

mangrove menjadi pemukiman

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

ekowisata mangrove?

Jawaban: cukup baik mbak

9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke

lokasi wisata ini?

Jawaban: saya menggunakan transportasi pribadi, angkutan umum belum

ada

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah

layak di ekowisata mangrove?

Jawaban: musholah, parkiran, dan lain-lain

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan perlu diperbaiki?

Jawaban: toiletnya perlu diperbaiki

12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di

ekowisata mangrove?

Jawaban: tempat beristirahatnya seperti saung

13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan

ekowisata mangrove?

Jawaban: tidak mbak

14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?

Jawaban: menurut saya si lebih ke fasilitasnya ya mbak harus diperbaiki,

karena yang namanya wisata fasilitas paling utama.

15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah

mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan

setempat?

Jawaban: sangat menguntungkan penduduk setempat

16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan

sekitar?

Jawaban: Menahan abrasi dan banjir

17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata

mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Jawaban: tingkatkan penanamn mangrove dan fasilitas

18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

ekowisata mangrove?

Jawaban: paling cerita keteman-teman kak

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

LAMPIRAN II

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Pedoman Observasi

No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil

1. Ketebalan mangrove

2. Kerapatan mangrove

3. Jenis mangrove

4. Objek biota

5. Pasang surut air laut

6. Karakteristik kawasan

7. Aksebilitas

Transkip Observasi

No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil

1. Ketebalan mangrove Stasiun I memiliki ketebalan 100

meter, stasiun II memiliki

ketebalan 60 meter, dan stasiun III

memiliki ketebalan 55 meter. Jadi

satasiun yang memiliki ketebalan

tertinggi yaitu stasiun I yaitu 100

meter

2. Kerapatan mangrove Nilai kerapatan jenis mangrove

berdasarkan kategori pohon di

setiap plot menunjukkan bahwa

Rhizhopora memiliki nilai

kerapatan tertinggi dibandingkan

dengan jenis mangrove lainnya.

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Berdasarkan nilai kerapatan rata-

rata di setiap stasiun, maka pada

stasiun I memiliki nilai kerapatan

0,16 ind/m2. Stasiun II memiliki

kerapatan 0,076 ind/m2 dan stasiun

III dengan nilai kerapatan

0,05 ind/m2.

3. Jenis mangrove Jenis mangrove yang ditemukan di

ekowisata mangrove Desa

Segarajaya sebanyak 7 (lima) jenis.

4. Objek biota Jenis fauna yang ditemukan

didominasi dari jenis aves yaitu

burung Coka dan burung Walet.

Kemudian didominasi juga dari

jenis ikan yaitu ikan Bandeng, ikan

Cere. dan Crustacea antara lain

kepiting dan udang. Setelah itu

jenis fauna yang jarang yaitu Reptil

(Ular Kadut). Serta Mollusca yaitu

Kerang Hijau

5. Pasang surut air laut Tinggi muka air di lokasi penelitian

pada saat pasang tertinggi terjadi

pada tanggal 29 Oktober 2018 jam

12.00 dengan ketinggian mencapai

53,59 cm. Sedangkan tinggi muka

air pada surut terendah terjadi pada

tanggal 30 Oktober 2018 jam 04.00

mencapai ketinggian 34,91 cm. Hal

ini menunjukkan bahwa kisaran

pasang surut yang diperoleh adalah

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

sebesar 88,5 cm.

6. Karakteristik kawasan Pada kawasan ekowisata mangrove

Desa Segarajaya ini menyuguhkan

pemandangan yang sangat menarik

untuk dilihat, yaitu banyaknya jenis

mangrove dan bibit mangrove,

keanekaragaman faunanya,

terdapatnya jembatan yang sering

disebut jembatan cinta yang salah

satunya untuk objek poto bagi para

pengunjung, terdapatnya tracking

yang menghubungkan antara

beberapa saung. Pengunjung juga

dapat menaiki perahu untuk

menuju ke sungai rindu yang salah

satunya objek keindahan dari

ekowisata mangrove Desa

Segarajaya

7. Aksebilitas Akses menuju ke ekowisata

mangrove Desa Segarajaya

tergolong mudah. Untuk mencapai

ke kawasan tersebut hanya bisa

menggunkan kendaraan pribadi,

karena tidak tersedianya angkutan

umum. Lokasi ekowisata ini cukup

strategis karena berdekatan dengan

ibukota negara. Akses jalan yang

dapat dilalui sudah beraspal dan

kondisinya cukup baik.

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

LAMPIRAN III

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Lembar Dokumentasi

Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Tracking Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Perahu Nelayan Aksesbilitas

Mengamati Flora dan Fauna Fauna Mangrove

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Musholah Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya

Wawancara Pengelola

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

Wawancara Masyarakat Wawancara Pengunjung

Wawancara Pengunjung

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

LAMPIRAN IV

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 137: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 138: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 139: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 140: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 141: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 142: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 143: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 144: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 145: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Page 146: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE

BIOGRAFI PENULIS

Nailul Muna Awaliah, lahir di Bekasi 19 Februari 1996.

Merupakan putri pertama dari Bapak Rojudin Kurniawan

dan Ibu Rohati. Riwayat Pendidikan penulis di mulai dari

MI Attaqwa 16 Wates, melanjutkan ke MTs 05 Wates,

melanjutkan ke MAN 1 Kota Bekasi, dan melanjutkan ke

Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Kosentrasi Geografi.

Penulis berasal dari Kabupaten Bekasi, salah satu daerah yang terletak di Jawa

Barat.