16
1 BAB I ISI I. Skenario Batuk Darah Seorang peremuan berusia 23 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk darah sejak tiga hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah batuk sejak setahun yang lalu. Batuk hilang timbul. Kadang-kadang pasien merasa sesak. Pasien juga mengeluh badanya terasa lemah, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafsaan 20x/menit, denyut nadi 88x/menit, temperature 36,8 o C pemeriksaan paru ditemukan redup pada paru kanan atas, ronki basah kasar pada paru kanan dari kiri. II. Klarifikasi Istilah 1. Batuk darah : batuk yang mengeluarkan darah; mendahakkan darah yang berasal dari bronkus atau paru. 2. Redup : bunyi yang dihasilkan pada pemeriksaan perkusi pada

SKENARIO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl

Citation preview

Page 1: SKENARIO

1

BAB I

ISI

I. Skenario

Batuk Darah

Seorang peremuan berusia 23 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk

darah sejak tiga hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah batuk sejak setahun yang

lalu. Batuk hilang timbul. Kadang-kadang pasien merasa sesak. Pasien juga mengeluh

badanya terasa lemah, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit, kesadaran composmentis,

tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafsaan 20x/menit, denyut nadi 88x/menit,

temperature 36,8 oC pemeriksaan paru ditemukan redup pada paru kanan atas, ronki

basah kasar pada paru kanan dari kiri.

II. Klarifikasi Istilah

1. Batuk darah : batuk yang mengeluarkan darah; mendahakkan darah

yang berasal dari bronkus atau paru.

2. Redup : bunyi yang dihasilkan pada pemeriksaan perkusi pada

organ yang berisi cairan.

3. Bronki basah kasar : suara yang dihasilkan oleh gerakan udara melalui sekret

tipis pada bronkus.

III.Rumusan Daftar Masalah

1. Bagaiman patofisiologi batuk darah?

2. Mengapa pasien tersebut merasa sesak?

3. Bagaimana korelasi simptom pada kasus ini?

4. Jelaskan mengenai anatomi paru dan saluran pernapasan! (Vaskularisasi paru)

5. Jelaskan mengenai histologi saluran pernafasan!

Page 2: SKENARIO

2

6. Jelaskan mengenai fisiologi batuk!

IV. Analisis Masalah

1. Inspeksi saluran nafasan → produksi sekret berlebih → batuk → tekanan di

paru-paru meningkat → kapiler di alveoli pecah → darah keluar bersama batuk.

2. Pasien merasa sesak karena:

a. Karena penumpukan sekret di saluran pernafasan sehingga menyebabakan

pertukaran udara tidak lancer.

b. Penyempitan pada bronkus ( karena penumpukan sekret, kelainan pada otot

polos dan lain-lain)

3. Infeksi → respon tubuh → tubuh terasa lemah → badan tidak enak → asupan

makanan berkurang ( tidak nafsu makan) → asupan gizi kurang → berat badan

menurun.

4. a. Anatomi saluran pernafasan:

Hidung (nares anterior dan nares posterior) → Faring (nasofaring) → Laring

→ Trakea → Bronkus primer → Bronkus sekunder → Bronkus tertius →

Bronkiolus → Bronkiolus terminalis → Bronkiolus respiratorius → Duktus

alveolaris → Atrium alveolaris → Sakulus alveolaris → Alveolus

b. Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri memiliki dua lobus:

Lobus Paru Dextra 3 → Lobus superior, Lobus media, Lobus inferior

Lobus paru sinistra 2 → Lobus superior, Lobus inferior

c. Vaskularisasi Paru:

- Nutrisi: A. bronkialis

- Sirkulasi darah kecil: Ventrikel dextra → a. pulmonalis → masuk ke

hilus paru → mengikuti percabangan bronkus→ menjadi kapiler (di

alveolus) → V.pulmonalis → atrium sinistra

5. Histologi saluran pernapasan:

a. Trakea: kartilago seperti tapal kuda, epitel kolumner pseudokompleks

bersilia bergoblet.

Page 3: SKENARIO

3

b. Bronkus primer: kartilago dan epitel serupa trakea.

c. Bronkus sekunder: epitel kuboid, cincin tulang rawan penuh

d. Bronkiolus: otot polos tebal, epitel kuboid tipis dan pendek, tidak ada

kartilago

e. Alveolus: epitel pipih selapis, terdapat surfaktan untuk menjaga arsitektur

alveolus agar tidak kolaps.

6. Fisiologi batuk:

a. Macam-macam batuk:

- batuk berdahak

- batuk kering (bisa menjadi batuk berdahak karena adanya proses

peradangan)

b. Rangsangan batuk: zat iritan

c. Pusat batuk: saraf aferen dan eferen

V. Sistematika Masalah

VI. Sasaran Belajar

Batuk Darah

Anatomi Saluran Pernapasan

Histologi Saluran Pernapasan

Fisiologi Batuk

Patofisiologi Batuk Darah

Korelasi Simptom dengan Kasus

Page 4: SKENARIO

4

1. Fisiologi batuk (Macam-macam batuk, rangsang dan pusat batuk)

2. Patofisiologi batuk darah (Volume darah)

3. Etiologi batuk darah

4. Pecah Bleb

VII.Penjelasan

A. Fisiologi Batuk

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi

percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme

yang penting untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga

merupakan gejala tersering penyakit pernapasan. Segala jenis batuk yang

berlangsung lebih dari tiga minggu harus diselidiki untuk mengetahui

penyebabnya.

Zat-zat yang merangsang terjadinya batuk adalah:

1. Mekanis

Seperti halnya iritan. Bila asap atau debu terhirup, maka akan

dikeluarkan melalui batuk, akan tetapi bila mekanisme ini gagal maka akan

terjadi fibrosis, ateletaksis, atau massa endobronkial.

2. Inflamasi

Terdapatnya postnasal drip, refluks esofagus, laringitis, atau trakeobronkitis.

3. Psikogenik

Misalnya pada keadaan ketakutan.

Batuk dapat dicetuskan secara volunter atau refleksif. Sebagai refleks

defensif, batuk mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras aferen termasuk

reseptor di dalam serabut sensorik saraf trigeminus, glosofaringeus, laringeus

superius, dan vagus. Jaras eferen termasuk saraf laringeus rekuren (yang

menyebabkan penutupan glotis) dan saraf spinalis (yang menyebabkan kontraksi

otot-otot abdominal dan toraks). Urutan batuk diawali dari timbulnya stimulus

yang kemudian diikuti oleh tiga fase, yaitu:

Page 5: SKENARIO

5

1. Fase inspirasi, dimana terjadi peninggian volume paru dengan tekanan yang

sama dengan atmosfir. Bedanya dengan pernapasan yang biasa adalah

terjadinya dalam waktu yang pendek dan volume udara yang masuk lebih

banyak.

2. Fase apnea atau disebut juga dengan fase kompensasi, dimana glotis tertutup

dan terjadi peninggian tekanan toraks yang disebabkan oleh relaksasi otot-

otot diafragma. Secara teoritis disebut juga dengan isovolemik.

3. Fase ekspirasi atau dekompensasi, dimana glotis terbuka secara tiba-tiba,

disertai dengan pengeluaran sekret dan debris.

Sifat batuk dapat menunjukkan lokasi anatomi kelainan yang terdapat.

Pasien dengan batuk yang terdengar seperti salak anjing dapat disebabkan oleh

kelainan yang mengenai epiglotis (misalnya whooping cough akibat infeksi

Haemophylus pertusis pada anak kecil), sedang batuk yang menyertai lesi pada

trakea atau saluran napas yang besar sering terjadi dengan suara yang keras dan

kasar. Batuk yang disertai suara wheezing yang menyeluruh dapat disebabkan

oleh bronkospasme akut. Saat timbulnya batuk dapat menunjukkan penyebab

yang spesifik, batuk yang timbul pada malam hari menunjukkan kemungkinan

gagal jantung kongestif. Batuk yang berhubungan dengan makan menunjukkan

kemungkinan refluks gastrointestinal. Batuk yang dicetuskan oleh perubahan

posisi tubuh menunjukkan kemungkinan adanya abses paru atau bronkiektasis

pada daerah yang terbatas. Uraian mengenai sputum atau sekret yang dihasilkan

sehubungan dengan batuk harus mencakup warna, konsistensi, bau dan

volumenya. Sputum yang purulen dan atau jumlah sputum yang banyak

menunjuk pada kemungkinan abses paru dan bronkiektasis; sputum yang

mengandung bercak darah atau sputum yang disertai perdarahan; sputum yang

berlebih dan bernoda warna karat, edema paru; sputum yang mukoid dan masif,

karsinoma sel alveoli.

B. Patofisiologi Batuk Darah

Page 6: SKENARIO

6

Batuk darah merupakan keadaan batuk dengan pengeluaran sputum

berbercak darah atau pengeluaran darah yang tampak jelas dari dalam traktus

respiratorius.

Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran napas (dari

bronkus utama hingga bronkiolus terminalis), pleura, jaringan limfoid intra

pulmonar, serta persarafan di daerah hilus. Arteri pulmonalis yang pada

dasarnya membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim

paru, termasuk bronkiolus respiratorius. Anastomisis arteri dan vena

bronkopulmonar, yang merupakan hubungan antara kedua sumber perdarahan di

atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus respiratorius dan

terminalis. Anastomisis ini memungkinkan kedua sumber darah untuk saling

mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu sistem meningkat maka pada sistem

yang lain akan menurun.

Patogenesis hemoptisis bergantung dari tipe dan lokasi dari kelainan.

Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan

adalah dari sirkulasi bronkialis, sedang bila lesi di parenkim maka perdarahan

adalah dari sirkulasi pulnoner. Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan

berulang maka perdarahan seringkali berhubungan dengan peningkatan

vaskularitas di lokasi yang terlibat.

Klasifikasi hemoptisis berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan:

1. Hemoptisis masif, bila darah yang dikeluarkan adalah 100-600 cc dalam 24

jam.

2. Kriteria yang digunakan di rumah sakit Persahabatan Jakarta (1974).

- Bila perdarahan lebih dari 600 cc/ 24 jam.

- Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc/ 24 jam, akan

tetapi Hb kurang dari 10 %.

- Bila perdarahan lebih dari 600 cc/ 24 jam dan Hb kurang dari 10 g %,

tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak berhenti.

C. Etiologi Batuk Darah

Page 7: SKENARIO

7

Penyebab batuk darah (hemoptisis) dapat dibagi atas :

1. Infeksi, terutama tuberkolosis, abses paru, pneumonia, dan karena jamur dan

sebagainya.

2. Kardiovaskuler, stenosis mitral, dan anerisma aorta.

3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan pulpasi bronkus.

4. Sebab-sebab defek ( kerusakaan ) pada pembekuan darah.

5. Benda asing.

6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses ameba.

Penyebab Hemoptisis

Penyakit parenkim paru Abses paru, aktinomikosis,

amebiasis, askariasis, aspergiloma,

endometriosis paru, histoplasmosis,

Kista paru : kongenital atau didapat,

koksidodomikosis, kontusio paru,

mola hidatidosa, mukormikosis,

nokardiosis, paragonimiasis,

pneumonia akut dan kronik,

sekueuberkostrasi bronkopulmonar,

sporotrikosis, tuberkulosis paru

Kelainan Trakeobronkial Adenoma bronkus, amilodosis,

aspirasi benda asing, inspirasi isi

lambung, bronkiektasis, bronkitis

kronik, bronkolitiasis, endometriosis

bronkus, fibrosis kistik, fistula

trakeoesofageal, fistula arteritrakeal,

hamartoma endobronkus, karsinoma

bronkogenik, metastasis

endobronkus, impaksi mukoid di

bronkus, telangietaksia bronkus,

terakeobronkitis akut, tuberkulosis

Page 8: SKENARIO

8

endobronkus

Kelainan hematologi DIC (Dissminatae dintravascular

coagulation), leukemia, terapi

antikoagulan, trombositopenia

Penyakit Parenkimal Paru Difus Angiosarkoma diseminata,

kapilaritis, farmer’s lung,

granulomatosis Wagenner,

hemosiderosis paru idopatik, inhalasi

isosianat, keracunan trimellitik

anhidrida, krioglobulinemia

campuran, lupus ertematosus

sistemik, mixed connective tissue

disease, nefropati IgA, penyakit

Legionnaire, pneumonitis virus,

poliarteritis nodosa, sindrom

Goodpasture, skleroderma, vaskulitis

sistemik

Kelainan Kardiovaskuler Anuerisma aorta, aneurisma arteri

pulmonalis, anuerisma arteri

subklavia, CABG (coronary artery

bypass graff), emboli paru,

embolisasi lemak, embolisasi tumor,

fistula arteriovena pulmonalis, gagal

jantung kongesif, ruptur arteri

bronchial, ruptur arteri pulmonalis,

penyakit jantung kongenital,

perdarahan intrapulmonar difus,

sindrom Hughes-Stovin, sindrom

pasca infrak miokard, sindrom vena

kava superior, skistosomaiasis,

stenosis mitral, varises vena

Page 9: SKENARIO

9

pulmonalis

Lain-lain Idiopatik,introgenik (biopsi jantung

paru, bronkoskopi, kateterisasi

jantung, malposisi pipa drainase

toraks (WSD))

D. Pecah Bleb

Bleb atau bula adalah suatau lepuhan besar atau suatu struktur bundar dan

menonjol. Bleb adalah kista berisi udara di dekat atau pada permukaan paru-

paru. Bleb kurang dari 1 cm diameternya. Bila drainase tidak baik, dapat terjadi

supurasi yang akhirnya menjadi abses paru. Bila terinfeksi, akan terisi cairan

lebih banyak dan membesar, sehingga dapat terjadi ruptur yang menimbulkan

pnuematoraks ataupun hidropnuemotaraks. Pasien dapat mengalami demam,

batuk mukopurulen, hemoptisis, dan sepsis.

BAB II

SIMPULAN

Page 10: SKENARIO

10

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan

trakeobronkial. Batuk juga dapat dijadikan penanda adanya infeksi saluran pernapasan

terlebih apabila batuk berlangsung lebih dari tiga minggu dan memproduksi sputum

atau darah. Batuk darah terjadi karena adanya lesi intrapulmonar. Batuk darah atau

hemoptisis dapat disebabkan karena infeksi, neoplasma, adanya benda asing, dan

kelainan pembuluh darah atau kelainan pada sistem kardiovaskular.

Bleb merupakan suatu kista berisi udara pada alveolus. Apabila bleb pecah dapat

mengakibatkan pneumotoraks.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: SKENARIO

11

Isselbacher, K.J dkk. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison Vol 1. Jakarta: EGC. 1999.

Price, S.A dan Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Renyakit Vol 2 Ed 6. Jakarta: EGC. 2006.

Rahajoe, N.N dkk. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak Ed 1. Jakarta: Balai Penerbit

IDAI.

Rab, T. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika.

Sudoyo A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed V. Jakarta: Interna Publishing.