Click here to load reader
Upload
angierennatha
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN SITOKIN PADA OTITIS MEDIA EFUSI
Oleh:
Angie Rennatha A.S, dr
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran UNAIR / RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
PENDAHULUAN
Otitis media efusi (OME) adalah proses inflamasi pada telinga tengah ditandai
adanya kumpulan sekret dengan membran timpani yang intak.1 Sekret dapat berupa
serous atau mukoid yang menetap selama 3 bulan atau lebih. Proses tersebut dapat
berlangsung akut, subakut atau kronis. Istilah lain yang sering dipakai adalah kronik
otitis media sekretorik, kronik otitis media serosa, dan glue ear.2
Angka kejadian OME pada anak yaitu sekitar 5 – 10 % anak yang menderita
otitis media akut (OMA) dengan terapi antibiotik yang tidak adekuat.3 Dampak yang
ditimbulkan akibat OME sering dihubungkan dengan penurunan pendengaran,
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, hingga perubahan struktur membran
timpani dan tulang pendengaran, serta mukosa telinga tengah.3,4
Faktor penyebab dari patogenesis OME belum diketahui secara pasti. Banyak
faktor yang terlibat dan beberapa teori telah menjelaskan hal tersebut diantaranya yaitu
adanya disfungsi tuba Eustachius, reaksi alergi, disfungsi imun lokal akibat adanya
bakteri patogen atau komponen bakteri yang menetap.3
Beberapa mediator inflamasi telah diidentifikasi pada OME, meliputi komponen
koagulasi, fibrinolitik dan sistem komplemen, imunoglobulin serta kompleks imun.1
penelitian terakhir menunjukkan bahwa sitokin terlibat dalam proses inflamasi dan
reaksi imun pada berbagai penyakit termasuk OME.1,5
Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas peran sitokin pada etiopatogenesis OME.
1
2
1. ETIOPATOGENESIS OME
Etiopatogenesis OME bersifat multifaktorial, dugaan yang sering dikemukakan
pada mekanisme terjadinya OME adalah gangguan fungsi tuba Eustachius, alergi,
infeksi virus, otitis media yang belum sembuh sempurna dan disfungsi imun lokal
akibat adanya bakteri patogen yang menetap.1,4,5
Gangguan fungsi tuba Eustachius dapat disebabkan karena adanya hiperplasi
adenoid, rhinitis kronis, tonsillitis kronis, tumor nasofaring, dan defek palatum.6 Hal
tersebut dapat mengakibatkan terganggunya mekanisme aerasi ke telinga tengah
sehingga rongga telinga tengah akan mengalami tekanan negatif.
Tekanan negatif pada telinga tengah menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kemudian terjadi transudasi serta infiltrasi sel inflamasi dan sekresi kelenjar
yang pada akhirnya akan terdapat penumpukan sekret di telinga tengah.4
Alergi bukan hanya dapat menyebabkan obstruksi tuba Eustachius karena udem
tetapi juga dapat meningkatkan aktivitas sekresi pada mukosa telinga tengah sebagai
organ target. Selain itu adanya aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret
alergi yang masuk ke dalam telinga tengah dapat menjadi penyebab terjadinya OME.6
Infeksi virus pada saluran nafas atas dapat masuk ke mukosa telinga tengah
sehingga timbul peningkatan aktivitas sekresi di dalam telinga tengah.6 Terapi antibiotik
yang tidak adekuat pada OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat sembuh
sempurna. Pada kasus tersebut dapat muncul infeksi tingkat rendah yang dapat memicu
mukosa untuk memproduksi sekret lebih banyak, serta terjadi peningkatan jumlah sel
goblet dan kelenjar mukus.6
2. MEDIATOR INFLAMASI PADA OME
Latar belakang molekuler patologi OME masih belum jelas. Bakteri, virus dan
reaksi alergi terlibat sebagai stimulus awal dari inflamasi pada telinga tengah.4
Sejumlah studi yang dilakukan selama beberapa kurun waktu terakhir
menunjukkan bahwa virus dan bakteri berinteraksi secara substansial. Pada infeksi
saluran nafas yang disebabkan oleh virus ditemukan korelasi antara kadar sitokin fase
akut dengan jumlah virus di nasofaring, jumlah hitung jenis leukosit dan derajat
3
beratnya penyakit di telinga tengah. Peningkatan kolonisasi bakteri di nasofaring terjadi
pada infeksi virus. Hal tersebut diyakini menjadi penyebab patogenesis OME.7
Mikroba dapat melepas endotoksin dan eksotoksin, keduanya memacu pelepasan
mediator proinflamasi. Mediator inflamasi tersebut akan menimbulkan proses inflamasi
dan mengkatifkan imunitas seluler di mukosa telinga tengah. Mediator yang terbentuk
saat proses inflamasi di telinga tengah adalah TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8, sedangkan
imunitas seluler yang terlibat yaitu makrofag dan neutrofil.8,9
3. PROSES INFLAMASI PADA TELINGA TENGAH
Endotoksin merupakan komponen utama dari membran luar bakteri Gram
negatif yang mempunyai peran penting dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram negatif. Endotoksin terdeteksi pada efusi telinga tengah bersama dengan sitokin
utama TNF-α dan IL-1β. Endotoksin bisa juga dikeluarkan dalam bentuk aktif selama
kematian mikroorganisme yang dihasilkan dari mekanisme imun host atau pengobatan
antibiotik (gambar 1).10
Gambar 1. Rangkaian proses inflamasi di jaringan telinga tengah yang dipicu
oleh endotoksin.10
4
Endotoksin yang diidentifikasi dalam efusi telinga tengah dari pasien dengan
OME kronis dan pada efusi menetap yang muncul setelah OMA. Endotoksin tidak
mudah dieliminasi oleh sistem pertahanan lokal dan akan menetap pada telinga tengah
meskipun telah diberikan pengobatan antibiotik yang efektif hingga 3 bulan.10,11
Endotoksin lebih sering ditemui pada telinga tengah daripada keberadaan bakteri
patogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa endotoksin sendiri tanpa adanya bakteri
hidup dapat menimbulkan inflamasi dan perubahan patologis di telinga yang dibuktikan
pada penelitian eksperimental oleh Krekorian dkk yang dikutip Simrinova yaitu meneliti
endotoksin dari bakteri patogen Haemophilus influenza dan Klebsiella pneumonia dapat
menyebabkan perubahan histopatologi yang sama di telinga tengah. Perubahan tersebut
meliputi adanya limfosit-T, makrofag dan neutrofil pada mukosa dan submukosa, udem
interstisial, penebalan epitel dengan udem intraseluler, hiperplasia sel goblet serta
disfungsi transport sistem mukosiliar yang menghasilkan akumulasi efusi dalam rongga
telinga tengah.10,11
Analisis mediator molekul endotoksin pada OME secara in vivo yang dilakukan
Ball dkk menunjukkan sebagai berikut: 1) konsentrasi TNF-α yang tinggi hingga 200 pg
/ ml dalam cairan telinga tengah dan ekspresi IL-1β RNA di mukosa telinga tengah, 2)
endotoksin menimbulkan perubahan patologis di telinga tengah, seperti ekstravasasi
pembuluh darah dan akumulasi efusi yang secara signifikan dilemahkan oleh TNF-α
binding protein dan reseptor antibodi anti-IL-1.12 Temuan ini menunjukkan endotoksin
memicu produksi TNF-α dan IL-1β di telinga tengah serta menimbulkan anggapan
bahwa TNF-α dan IL-1β adalah mediator endotoksin yang menginduksi inflamasi pada
telinga tengah yang dibuktikan dari penelitian dengan hasil adanya korelasi yang
signifikan secara statistik antara konsentrasi endotoksin bakteri dan sitokin utama dalam
sampel efusi.10,12
Molekul adhesi yaitu interseluler (ICAM-I) dan vaskuler (VCAM-1) juga
terdeteksi dalam sampel efusi dengan disertai adanya endotoksin dan sitokin primer,
namun konsentrasinya tidak secara langsung berkorelasi dengan endotoksin atau TNF-α
dan IL-1β. Namun pada penelitian in vitro yang dilakukan oleh Schousboe dkk
ditemukan bahwa TNF-α dan IL-1β, serta endotoksin bakteri dapat menstimulasi
ekspresi ICAM-I di epitel telinga tengah. ICAM-I merupakan molekul spesifik di
permukaan sel yang diekspresikan oleh sel epitel, sel endotel dan antigen presenting
5
cell (APC) dan menjadi tempat ikatan pada leukosit yang beredar serta tempat
akumulasi leukosit pada inflamasi. Reseptor LFA-1 (Iymphocyte function associated
molecule-1) dan Mac-1 (membrane attack complex-1) adalah ligan untuk ICAM-I.
Ketiga molekul, ICAM-I, LFA-1 dan Mac-1 adalah penanda proses inflamasi yang
sedang berlangsung.10,13
Berdasarkan penelitian tersebut maka dinyatakan bahwa ada hubungan langsung
antara stimulus eksternal dari peradangan telinga tengah dan endotoksin bakteri dengan
stimulus internal yaitu sitokin primer dalam inflamasi meliputi TNF-α dan IL-1β, serta
ICAM-1 yang diekspresikan pada permukaan sel selama proses inflamasi. Fakta ini
membuktikan bahwa awal rangkaian induksi endotoksin pada proses inflamasi di telinga
tengah dimediasi oleh sitokin pro-inflamasi primer (Gambar 1).10,11,14
Endotoksin bakteri memprovokasi produksi TNF-α dan IL-1β oleh sel
khususnya makrofag di mukosa telinga tengah. Selanjutnya TNF-α dan IL-1β memicu
dua proses molekul penting yaitu sekresi sitokin sekunder IL-8 yang diperankan oleh sel
goblet dan sel endotel serta meningkatkan regulasi ekspresi ICAM-1 pada endotelium
vaskular, epitel dan mungkin pada APC. Sekresi IL-8 memicu kemotaksis
polymorphonuclear neutrophil (PMN) yang telah diaktifkan oleh mediator awal pada
proses inflamasi yaitu histamin, platelet-activating factor (PAF), dan leukotrien dari
aliran darah ke permukaan sel endotel. Interaksi antara reseptor ICAM-1 pada sel
endotel dan ligan LFA-1 pada neutrofil aktif akan mengikat neutrofil ke permukaan
endotel dan memfasilitasi migrasi neutrofil berikutnya dari aliran darah ke dalam
mukosa yang terinfeksi (Gambar 1). Interaksi antara ICAM-I dan ligan LFA-1 serta
Mac-1 memperkuat ikatan sel imunokompeten dengan APC, yang merupakan prasyarat
untuk pengenalan antigen dan imunostimulasi berikutnya di telinga tengah.10
4. SITOKIN YANG BERPERAN PADA INFLAMASI OME
Sitokin adalah peptida yang diproduksi sebagai respon terhadap rangsang
mikroba dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator pada reaksi imun dan
inflamasi. Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar. Kerjanya sering pleiotropik
yaitu satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis sel dan menimbulkan berbagai efek.
Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.8,9
6
Produk sitokin yang berhubungan dengan inflamasi adalah TNF-α, IL-1, IL-6,
dan IL-8. Sitokin proinflamasi tersebut dilepaskan oleh makrofag jaringan yang telah
diaktifkan.7,8,9
4.1 Produk sitokin
4.1.1 TNF-α
TNF-α merupakan sitokin proinflamasi yang pertama kali teridentifikasi pada
OME. Konsentrasi TNF-α berkaitan dengan usia, pada anak yang usia nya lebih tua
mempunyai level dan konsentrasi TNF-α yang tinggi. Anak yang mengalami
timpanostomi berulang juga memiliki level TNF-α yang tinggi daripada anak yang akan
menjalani timpanostomi untuk pertama kalinya.10,11
TNF-α diduga menjadi marker untuk kejadian OME, karena meskipun TNF-α
terdeteksi pada semua tipe otitis media tetapi tingkat TNF-α selalu tinggi pada tipe
kronis.9,11 Peran TNF-α pada patogenesis OME diteliti melalui studi in vitro dan in
vivo.10
Studi in vitro yang dilakukan Schousboe dkk dikutip oleh Simrinova
menunjukkan bahwa TNF-α meningkatkan regulasi ekspresi dari RANTES dan
menstimulus sekresi mucous glycoprotein (MGP).10
Pada studi in vivo oleh Lin dkk yang dikutip Simrinova dengan menggunakan
dua jenis model hewan. Model pertama, rekombinan TNF-α langsung disuntikkan ke
dalam telinga tengah hewan percobaan dan selanjutnya dianalisa perubahan
immunohistopatologi. Dalam model kedua, proses TNF-α yang berhubungan dengan
otitis media dianalisis setelah injeksi bakteri atau endotoksin ke dalam telinga tengah
hewan percobaan.10
Injeksi TNF-α transtimpani dalam penelitian yang dilakukan Lee dkk
menginduksi OME tipe akut pada kelinci percobaan dan dalam model tikus. Pada efusi
selular inflamasi mengeluarkan 67% limfosit dan meningkat dalam waktu 24 jam
setelah injeksi TNF-α. TNF-α yang telah menimbulkan OME juga disertai dengan
perubahan histopatologi seperti subepitel udem, infiltrasi ditandai neutrofil dan
meningkatnya permeabilitas mikrovaskuler di telinga tengah.10,15
Penelitian tentang TNF-α pada manusia dengan OME menghasilkan kesimpulan
berikut:
7
1. TNF-α diproduksi pada tahap awal peradangan oleh mukosa telinga tengah dan
dalam tahap akhir dengan mengumpulkan sel inflamasi, serta dapat dianggap
sebagai sitokin utama pada OME.
2. TNF-α berkorelasi dengan jumlah sel inflamasi dan keberadaan molekul sel
adhesi pada otitis media. Di mukosa telinga tengah, TNF-α merangsang ekspresi
RANTES yang merupakan salah satu mediator inflamasi sedang berlangsung. Oleh
karena itu, TNF-α juga merupakan mediator peradangan yang sedang berlangsung
di telinga tengah.
3. TNF-α meningkatkan regulasi ekspresi gen musin dan sekresi lendir di telinga
tengah dan mungkin memainkan peran penting dalam patogenesis glue ear.
4. TNF-α menyebabkan perubahan histopatologi berat pada jaringan telinga tengah
dan dapat menyebabkan terjadinya OME kronis.
5. TNF-α adalah salah satu sitokin utama dalam otitis media yang disebabkan oleh
bakteri patogen baik gram positif dan gram negatif, dan juga berperan pada OME
karena virus.9,10
Sitokin proinflamasi TNF-α adalah salah satu mediator utama dalam peradangan
telinga tengah (Gambar 2) yang mengatur banyak proses patologi molekul di telinga
tengah dan dapat dianggap sebagai sitokin kunci yang terlibat dalam etiologi OME.10,11
Gambar 2. Alur sitokin proinflamasi pada OME.10
8
4.1.2 IL-1
Fungsi utama IL-1 yaitu mediator inflamasi yang merupakan respon terhadap
infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan pada imunitas nonspesifik. Sumber
utama IL-1 adalah fagosit mononuklear yang diaktifkan. Protein IL-1 dibedakan dalam
dua bentuk IL-1α dan IL-1β yang masing-masing diatur oleh gen yang berbeda. Gen
untuk IL-1β diduga terletak pada 2q14.8,9
Interleukin-1β sebagai mediator inflamasi utama, diproduksi oleh makrofag
yang telah diaktifkan. IL-1β ada pada semua tipe otitis media. Efusi akut (purulen)
mengandung level IL-1β paling tinggi dibandingkan serous dan mukoid.7,10,11
Pada fase akut, konsentrasi IL-1β pada OME dengan adanya bakteri patogen 3
kali lebih tinggi daripada yang telah mendapat terapi antibiotik. IL-1β juga dideteksi
pada OME dengan infeksi virus. Hal tersebut membuktikan bahwa IL-1β sebagai
mediator pada OME.14,16
Penelitian yang dilakukan Juhn dkk dikutip oleh Simrinova tentang IL-1β pada
OME telah menemukan korelasi sebagai berikut:
1. IL-1β berkorelasi terbalik dengan usia anak-anak. Pada kelompok yang lebih
muda memiliki tingkat IL-1β lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lebih
tua.
2. Tingginya tingkat IL-1β pada efusi purulen berkorelasi dengan tingginya tingkat
total kolagenase.
3. Analisis immuno-sitologi dari efusi menunjukkan tingkat IL-1β tertinggi pada
neutrofil kaya efusi.
4. Pada efusi yang terdapat IL-1β di dalamnya juga ditemukan TNF-α, IL-6, dan
IL-8.
5. Secara statistik mempunya korelasi yang signifikan antara konsentrasi IL-1β
dengan TNF-α, IL1-β dengan IL-6, IL-1β dengan IL-8.10
Temuan ini memberikan bukti tidak langsung untuk berbagai proses molekuler,
serta membuktikan bahwa IL-1β dapat memberikan stimulus selama peradangan di
telinga tengah (Gambar 2), berperan meningkatkan regulasi primer bersama dengan
TNF-α sedangkan sekresi sitokin proinflamasi sekunder adalah IL-6 dan IL-8, dapat
mengaktivasi neutrofil di zona peradangan, serta mengaktifasi fibroblas dengan
meningkatkan pengaturan sekresi kolagenasi berikutnya.10,14
9
Peran IL-1β pada OME telah dipelajari secara in vivo yang diteliti oleh
Watanabe dkk dengan melalui dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, rekombinan
IL-1β (RIL-1β) disuntikkan ke hewan percobaan melalui transtimpani. Analisis
perubahan patologis di telinga tengah didapat hasil sebagai berikut. RIL-1β (100 U)
tidak menghasilkan efusi signifikan dalam kelinci percobaan normal. Namun, pada
percobaan dengan menggunakan murine (sejenis tikus) dengan OME, RIL-1β (100 ng)
menimbulkan OME dalam waktu tiga hari setelah injeksi.10,17
Pada pendekatan kedua, IL-1β dianalisis pada otitis media yang dipicu oleh
injeksi patogen bakteri ke telinga tengah hewan percobaan, dengan hasil sebagai
berikut:
1. IL-1β adalah sitokin proinflamasi awal yang terdeteksi pada OME, tampak
kurang dari 1 jam setelah inokulasi pneumokokus pada model chinchilla dengan
OME. Tingkat IL-1β meningkat dua kali yaitu pada 6 jam setelah inokulasi yaitu
sebelum cukupnya akumulasi sel inflamasi, serta pada 24 jam yaitu ketika
akumulasi sel inflamasi telah tinggi.
2. Konsentrasi IL-1β pada OME berkorelasi secara signifikan dengan jumlah
neutrofil, menunjukkan bahwa IL-1β mengaktifkan neutrofil dan menginduksi
peningkatan regulasi sekresinya sendiri dengan mengaktifasi neutrofil dalam
peradangan telinga tengah. Korelasi antara konsentrasi IL-1β dan jumlah makrofag
dan limfosit kurang signifikan dibandingkan dengan neutrofil.
3. Korelasi yang signifikan antara tingkat IL-1β dan tingkat TNF-α, IL-6, IL-8 dan
dinamika sekresi sitokin pada penelitian otitis media, menunjukkan bahwa IL-1β
bisa meningkatkan pengaturan sekresi TNF-α, IL-6 dan IL-8 pada peradangan
telinga tengah.10,17
Studi tentang IL-1β yang dilakukan pada manusia dengan OME telah
menghasilkan kesimpulan berikut:
1. IL-1β adalah produk sitokin paling awal dalam peradangan telinga tengah,
yang
diproduksi oleh sel di telinga tengah mukosa dan kemudian di akumulasi oleh sel
inflamasi. IL-1β bersama dengan TNF-α diakui sebagai sitokin utama pada OME.
10
2. IL-1β menginduksi sekresi sitokin proinflamasi pada jaringan telinga tengah dan
merangsang jalur sitokin proinflamasi pada proses inflamasi di telinga tengah
(Gambar 2 ).
3. IL-1β mengaktifkan neutrofil dan limfosit pada proses inflamasi telinga tengah
dan meningkatkan infiltrasi sel inflamasi ke telinga tengah.
4. IL-1β terlibat dalam otitis media yang disebabkan oleh bakteri patogen baik
Gram positif dan Gram negatif.10
Secara umum, IL-1β dapat dianggap sebagai mediator inflamasi akut dan kronis
di telinga tengah. Hal tersebut berkaitan dengan tahap awal penyakit dan otitis media
tipe akut. Namun, IL-1β dapat menginduksi aktivasi fibroblas dan proliferasi,
pertumbuhan osteoklas pada jaringan telinga tengah, dengan perubahan patologis
berikutnya seperti fibrosis dan erosi tulang serta dapat berkontribusi pada patogenesis
OME tipe kronis.14,16
4.1.3 IL-6
IL-6 telah diidentifikasi di OME kronis, bersama dengan sitokin proinflamasi
primer IL-1β dan TNF-α. IL-6 juga terdeteksi pada OME akut. mRNA untuk IL-6 juga
ada pada OME dan jaringan mukosa yang terinfeksi virus.10,11,16
Studi IL-6 dalam efusi telinga tengah yang diteliti Yellon dkk dikutip oleh
Simrinova mengungkapkan bahwa:
1. Tingkat IL-6 lebih tinggi pada anak-anak.
2. Tingkat IL-6 di otitis media akut lebih tinggi dibandingkan dengan otitis media
kronis, dan keberadaan IL-6 dalam spesimen biopsi berkorelasi positif dengan
keberadaan makrofag dan sel B.
3. Konsentrasi IL-6 pada OME berkorelasi dengan konsentrasi IL-1β dan TNF-α.10
Pengamatan ini menunjukkan partisipasi IL-6 dalam regulasi tahap akut dan
inflamasi berkelanjutan pada telinga tengah. Konsentrasi IL-6 dalam cairan telinga
tengah berkorelasi secara signifikan dengan jumlah sel inflamasi terutama makrofag dan
limfosit, serta sitokin primer (IL-1β dan terutama TNF-α). Penelitian tentang IL-6 pada
manusia dengan OME memberikan kesimpulan berikut:
1. IL-6 adalah mediator peradangan telinga tengah yang diproduksi oleh sel pada
mukosa telinga tengah dan oleh akumulasi sel inflamasi.
2. IL-6 mengaktifkan sel B dalam peradangan telinga tengah.
11
3. Sekresi IL-6 selama peradangan telinga tengah berada di bawah kendali pro-
inflamasi sitokin IL-1β utama dan TNF-α. IL-6 dapat dianggap sebagai sitokin
sekunder pada peradangan telinga tengah (Gambar 2).
4. IL-6 terlibat dalam otitis media dirangsang oleh bakteri patogen dan virus.10
Secara umum, IL-6 adalah pengatur proses peradangan yang sedang berlangsung
di telinga tengah berhubungan dengan tahap awal OME. Namun, IL-6 dapat melakukan
diferensiasi makrofag untuk osteoklas dan dengan demikian berpartisipasi dalam proses
remodeling tulang yang mengarah ke pengembangan timpanosklerosis dan perubahan
ke tahap kronis.10,14,16
4.1.4 IL-8
IL-8 telah diidentifikasi pada semua tipe otitis media termasuk OME.
Konsentrasi IL-8 dalam otitis media akut secara signifikan lebih tinggi daripada di OME
kronis. IL-8 terdeteksi dalam proporsi yang tinggi pada analisa cairan efusi yaitu
mencapai 100%, dan biasanya menunjukkan nilai konsentrasi rata-rata tertinggi dari
sitokin proinflamasi lainnya. Pada cairan efusi yang sama, konsentrasi IL-8 4.805
pg/mg, sedangkan konsentrasi IL-1β dan TNF-α adalah 4.075 pg/mg dan 163 pg/mg.
Namun, ada korelasi yang signifikan antara konsentrasi IL-8 dan konsentrasi IL-1β dan
TNF-α pada efusi yang menunjukkan bahwa IL-1β dan TNF-α dapat menginduksi
hipersekresi IL-8 pada OME.10,18
Pentingnya IL-8 dalam etiologi OME telah terbukti dengan in vivo dan in vitro
model yang dilakukan Johnson dkk. Injeksi IL-8 transtimpani pada manusia dengan
OME sebanyak 25 mug / ml menyebabkan peradangan telinga tengah. Peradangan
berkembang dalam 8 jam pertama setelah injeksi IL-8 dan disertai dengan penebalan
lapisan epitel dan infiltrasi sel inflamasi ke dalam ruang subepitel.19
Berdasarkan hasil penelitian IL-8 pada OME dapat dibuat kesimpulan:
1. IL-8 adalah mediator peradangan telinga tengah yang terakhir diproduksi oleh
sitokin proinflamasi lainnya (IL-1β, IL-6 dan TNF-α) dengan mengakumulasikan
sel inflamasi dan sel pada mukosa telinga tengah.
2. IL-8 adalah faktor kemotaksis utama untuk neutrofil pada inflamasi telinga
tengah dan bertanggung jawab untuk akumulasi neutrofil pada OME.
12
3. Sitokin proinflamasi primer (IL-1β dan TNF-α) dapat mengontrol ekspresi dan
sekresi IL-8 selama proses inflamasi telinga tengah. Oleh karena itu IL-8 dapat
dianggap sebagai sitokin sekunder pada peradangan telinga tengah (Gambar 2).
4. IL-8 berpartisipasi dalam respon imun lokal pada telinga tengah terhadap virus
dan bakteri.10,19
Secara umum, IL-8 adalah mediator proses inflamasi yang berlangsung di
telinga tengah dan bertanggung jawab untuk infiltrasi sel inflamasi ke dalam jaringan
telinga tengah dan akumulasi sel inflamasi pada OME.10,14,18
Penelitian tentang sitokin proinflamasi pada manusia dengan OME
menunjukkan bahwa keempat sitokin TNF-α, IL-1β, IL-6 dan IL-8 diproduksi dalam
jaringan telinga tengah sebagai respon adanya bakteri patogen dan virus, serta
berpartisipasi dalam stimulasi dan regulasi proses molekuler yang menyertai
peradangan OME (Gambar 2).10,11,16,19
RINGKASAN
Otitis media efusi merupakan suatu proses inflamasi pada telinga tengah ditandai
adanya kumpulan sekret dengan membran timpani yang intak. Sekret dapat berupa
serous atau mukoid yang menetap selam 3 bulan atau lebih.
Patofisiologi OME multifaktorial meliputi disfungsi tuba Eustachius, reaksi
alergi, disfungsi imun lokal akibat adanya bakteri patogen atau komponen bakteri yang
menetap.
Mediator inflamasi yang terlibat berdasarkan beberapa penelitian dalam kurun
waktu terakhir yaitu sitokin proinflamasi meliputi TNF-alfa, IL-1β, IL-6 dan IL-8.
Sitokin tersebut mengatur proses molekuler yang menyebabkan perubahan patologis di
telinga tengah dalam tahap awal dari penyakit seperti: jaringan infiltrasi sel inflamasi,
hipersekresi musin, akumulasi efusi pada telinga tengah.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Cannel SS, Balkany TJ. Infection of the ear. In: Lee KJ, ed. Essential
otolaryngology head and neck surgery. Ninth edition. New York: Mc graw hill;
2008. p.304-41
2. Pai S, Sanjay R, Parikh SR. Otitis media. In: Lawlani AK ed. Current diagnosis and
treatment in otolaryngology head and neck surgery. Third edition. New York: Mc
graw hill; 2012. p.674-81
3. Johnson MD, Fitzgeral JE, Leonard G, Burleson JA, Kreutzer DL. Cytokines in
experimental otitis media in effusion. Laryngoscope 1994; 104: 191-6
4. Ceng AT, Young M. Middle ear effusion in children. Indian J Pediatr 1997; 64:
755-61
5. Skotnicka B, Hassman E. Proinflammatory and immunoregulatory cytokines in
middle ear effusion. Eur Arch Otorhinolaryngology 2000; 257: 323-6
6. Dhingra PL, Dhingra S. Disorder of middle ear. In: Dhingra D, ed. Disease of ear
nose and throat. Fifth edition. New Delhi: Elsevier; 2010. p. 69-74
7. Kentjono WA. Mikrobiologi dan imunologi otitis media. Dalam: Mulyarja, Soedjak
S, Kentjono WA, Wisnubroto, Hernomo SS, Harmadji S dkk, ed. Otitis media dan
permasalahannya serta kemajuan implantasi koklea. Surabaya: PKB V; 2006. hal.
23-37
8. Subowo. Sitokin dalam sistem imun. Dalam: Subowo, ed. Imunobiologi. Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto; 2009. hal. 121-46
9. Baratawijaya KG. Sitokin. Dalam: Rengganis, ed. Imunologi dasar. Edisi 8. Jakarta:
Balai penerbit FKUI; 2009. hal. 217-56
10. Smirnova MG, Kiselev SE, Gruchef NV, Bircho JP, Pearson JP. Role of
proinflammatory cytokine TNF-alpha, IL-1beta, IL-6, and IL-8 in the pathogenesis
of the otitis media with effusion. European Cytokine Network 2002; 13: 161-72
11. Smirnova NG, Birchall JP, Pearson JP. TNF-alpha in otitis media with effusion.
Cytokine 2000; 12: 1732-6
14
12. Ball SS, Prazma J, Daiz CG, Triana RJ, Pillsbury HC. Role of TNF-α and IL-1 in
endotoxin-induced middle ear effusions. Ann Otol Rhinol Laryngol 1997;106:633-9
13. Schousboe LP, Ovesen T, Eckhardt L, Rasmussen LM, Pedersen CB. How does
endotoxin trigger inflammation in otitis media with effusion. Laryngoscope 2001;
111: 297-300
14. Skotnicka B, Hassman E. Proinflammatory and immunoregulatory cytokine in
middle ear effusion. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 2008;
72:13-7
15. Lee DH, Park YS, Jung TT, Yeo SW, Choi YC, Jeon E. Effect of TNF-α on
experimental otitis media with effusion. Laryngoscope 2001; 111: 728-33
16. Samuel EA. Burrows A, Kerschner JE. Cytokine regulation in human middle ear
epithelial model. 2007. Avalilable from: www.elsevier.com/locate/issn. Accessed
July 5, 2012
17. Watanabe T, Hirano T, Suzuki M, Kurono Y, Mogi G. Role of IL-1β in a murine
model of otitis media with effusion. Ann Otol Rhinol Laryngol 2001; 110: 574-80
18. Pospiech L, Jawaska M, Kubacka. Interleukine-8 in otitis media with effusion.
Auris Naris Larynx 2000; 27: 213-7
19. Johnson M, Leonard G, Kreutzer DL. Murine model of IL-8-induced otitis media.
Laryngoscope 1997; 107: 1405-8