Silvofishery Sebagai Solusi Abrasi Pesisir Pantai

Embed Size (px)

Citation preview

SILVOFISHERY SEBAGAI SOLUSI ABRASI PESISIR PANTAIAnggraeni P.,Akhmad A., Arbiansyah A., dan Dewi SarohFungsi ekologis dari hutan mangrove adalah menyediakan nutrien bagi berbagai organisme air di sekitar hutan mangrove. Selain itu, sistem perakaran vegetasi hutan mangrove yang menyediakan tempat berlindung yang baik bagi berbagai biota yang hidup di dalamnya. Fungsi lainnya adalah mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Disamping itu sebagai peredam gelombang dan angin badai, penahan lumpur, perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran permukaan (Bengen 1999 dalam Djamali 2004). pengubahan fungsi hutan mangrove menjadi fungsi lain secara tidak wajar akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang tidak sesuai dengan kaifah pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Berwick 1983 dalam Dahuri dkk.1996 dampak dari kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove yang dikonversi menjadi lahan pertanian, perikanan yaitu:

a. Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang memerlukan hutan mangrove sebagai nursery ground.

b. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar karena subtrat hutan mangrove yang mengikat pencemar sudah hilang.

c. Erosi garis pantai.Restorasi hutan mangrove seringkali bertubrukan dengan kepentingan ekonomi masyarakat, karena itu diperlukan solusi yang saling menguntukan. Solusi restorasi mangrove yang dianggap emnguntungkan adalah Silvofishery. Silvofishery merupakan pola pemanfaatan hutan mangrove yang dikombinasikan dengan dengan tambak/empang (Dewi 1995). Dengan

pola ini diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan sedangkan hutan mangrove masih tetap terjamin kelestariannya.Silvofishery atau tambak tumpangsari merupakan suatu bentuk agroforestry. Pada dasarnya prinsip tambak tumpangsari adalah perlindungan hutan mangrove dengan memberikan hasil lain dari segi perikanan. Al Rasyid (1971) dalam Dewi (1995) mendefinisikan tambak tumpangsari sebagai suatu penanaman yang dipakai dalam rangka merehabilitasikan hutan-hutan mangrove. Menggunakan sistem ini dapat diperoleh tiga keuntungan, yaitu :

a. mengurangi besarnya biaya penanaman, karena tanaman pokok dilaksanakan oleh penggarap.

b. meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan hasil pemeliharaan hutan.

c. menjamin kelestarian hutan mangrove.Adapun bentuk silvofishery menurut Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten (2009) adalah penanaman tumpangsari dengan sistem banjar harian tetapi dikombinasikan dengan kegiatan pertambakan. Penanaman selain pada jalur tanam juga dapat dilakukan di pelataran tambak dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 5 x 5 m dengan jumlah bibit per hektar 320 batang. Menurut Puspita dkk (2005) dalam Buku Lahan Buatan di Indonesia, bentuk tambak silvofishery terdapat 5 macam pola yaitu tipe empang parit tradisonal, tipe komplangan, tipe empang parit terbuka, tipe kao-kao serta tipe tasik rejo

Keterangan :

A. Saluran air X. Pelataran tambak

B. Tanggul/pematang tambak

C. Pintu air

D. EmpangSistem tambak tumpang sari atau silvofishery merupakan suatu konsep untuk membantu masayarakat pedesaan dengan meningkatkan pendapatan dan juga untuk pengelolaan kualitas hutan mangrove sebagai suatu ekosistem multiguna baik untuk perikanan maupun kehutanan (Soewardi 1994) dalam (Handayani 2004). Di samping digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan pada kawasan hutan mangrove terdapat juga hewan lain seperti kepiting, udang, ikan yang hidup secara alami dan memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai hasil sampingan.