Makalah ABRASI

Embed Size (px)

Citation preview

ABRASI> Pengertian Abrasi < Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove

MAKASSAR, 21/4 - ABRASI. Seorang anak bermain di dekat sejumlah karung pasir penahan ombak di Kampung Lau, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulsel, Rabu (21/40). Pengikisan air laut pada tepian pantai (abrasi) akibat pembabatan hutan mangrove yang tidak menentu. FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/ed/ama/10 sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/AbrasiKomentar : Penebangan atau pembabatan hutan akan berdampak negatif dan merugikan, seperti terjadinya abrasi. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat dan pemerintah daerah setempat harus melakukan penanaman kembali.

>Pulau Bengkalis Menciut Akibat Abrasi< Ilustrasi Abrasi Laut (FOTO ANTARA/M.ALI KHUMAINI) Kondisi ini sudah sangat darurat, dan memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita bersama. Dumai (ANTARA News) - Daratan Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dikabarkan terus menciut akibat abrasi pantai yang setiap tahunnya terus mengikis sebagian daratan di sana. Seorang tokoh masyarakat Bengkalis, H Effendi, kepada ANTARA News di Kota Dumai, Senin, mengatakan bahwa abrasi yang menghantam daratan pantai Pulau Bengkalis dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan. "Tidak sedikit masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di pesisir pantai merasa khawatir dengan terjangan abrasi yang kian hebat. Kami mengharapkan keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah ini karena daratan Bengkalis semakin menciut," katanya.

Dipantau secara kasat mata, kata dia, abrasi di Bengkalis tidak hanya "memakan" daratan sisi pantai, namun juga menggerus pinggir sungai akibat tanaman bakau yang terus berkurang. "Jika kondisi ini terus dibiarkan, kami khawatir abrasi akan semakin ganas dan semakin cepat mengeruk daratan," kata dia. Menurutnya, saat ini abrasi tidak hanya terjadi di pulau-pulau terluar, namun juga melanda hampir seluruh pinggir pantai Pulau Bengkalis yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Bengkalis. "Penyelamatannya harus dilakukan dari sekarang, kami selaku masyarakat setempat juga siap untuk membantu pemerintah," katanya. Berdasarkan data Badan Ligkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, saat ini ada sekitar 11 desa yang tersebar di lima kecamatan dari delapan kecamatan se-Kabupaten Bengkalis yang tengah dilanda abrasi berat. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, H Huzaini, mengatakan bahwa penangganan abrasi di Bengkalis tidak dapat hanya ditanggulangi oleh pemeritah kabupaten, tapi juga perlu perhatian dari Pemprov Riau dan pemerintah pusat. "Hal ini karena penanggulangan abrasi akan memakan dana yang cukup besar, idealnya harus dilakukan dengan anggaran bersama antara pemerintah provinsi dan pusat," imbuhnya. Tingkat laju abrasi di Bengkalis setiap tahunnya, menurut pantauan BLH, mencapai lima hingga sepuluh meter. "Kondisi ini sudah sangat darurat, dan memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita bersama," kata Huzaini.Komentar : Penyelamatannya harus dilakukan dari sekarang, memang dalam penanggulangan abrasi akan memakan dana yang cukup besar, oleh karena itu harus dilakukan dengan anggaran bersama antara pemerintah provinsi dan pusat. Apalagi masyarakat setempat juga siap untuk membantu pemerintah, penanaman dilakukan tidak perlu langsung ribuan pohon tapi mulailah sedikit demi sedikit tetapi secara bertahap dan maksimal.

>Penyu Tak Lagi Mau Mendarat di Pesisir yang Terabrasi< Penyu (ANTARA/Prasetyo Utomo) Liwa, Lampung (ANTARA News) - Populasi penyu di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung terancam akibat minimnya penghijauan di pesisir pantai dan abrasi pantai. "Kawasan pantai di pesisir Lampung Barat minim penghijauan, dan kondisi ini akan berdampak terhadap populasi penyu yang tidak mau lagi mendarat di lokasi pantai tersebut," kata penangkar penyu Desa Sukamaju, Kecamatan Ngambur, Lampung Barat, H Ahyar (56) di Ngambur, Senin. Dia menjelaskan, saat ini jumlah telur penyu yang ditemukan semakin sedikit dan letaknya jauh dari lokasi penangkaran.

"Penghijauan pantai harus segera dibenahi, bila dibiarkan maka penyu tidak akan pernah mendarat lagi. Kalaupun melakukan pendaratan, penyu tersebut berada jauh dari area konservasi, sehingga berpotensi terjadi pencurian telur," kata dia. Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat, Nata Djudin Amran mengatakan, minimnya anggaran pemerintah daerah membuat program penghijauan tidak berjalan maksimal. "Minimnya penghijauan pesisir menjadi masalah yang saat ini tengah kami alami, keterbatasan dana membuat pemerintah tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi masalah tersebut," kata dia. Nata menuturkan, sejauh ini pemerintah daerah tengah melakukan upaya untuk mendapat bibit mangrove untuk ditanam pada lokasi pantai. "Kawasan pantai itu menjadi lokasi konservasi penyu, artinya seluruh elemen dan lintas sektor dapat terfokus pada masalah yang dihadapi ini, sebab bila keluhan ini tidak ditindak lanjuti dapat dipastikan populasi penyu benar-benar punah," kata dia lagi. Pemerintah daerah sendiri, Nata melanjutkan, berupaya semaksimal mungkin mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah terjadi. Lampung Barat sendiri menjadi daerah konservasi penyu, yang diketahui terdapat empat spesies penyu yang dilindungi, keempat penyu tersebut antar lain penyu lerkang, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu belimbing. Sebagai kawasan pusat konservasi penyu langka, seharusnya penghijauan pantai di daerah ini dapat terjaga, namun saat ini lokasi pantai di kawasan itu terlihat gersang. Minimnya penghijauan tersebut membuat beberapa titik dilokasi pantai tersebut terjadi abrasi, bahkan saat ini abrasi pantai tersebut mencapai lima hingga enam meter lebih. Sepanjang 100 kilometer dari 211,5 kilometer Pesisir Lampung Barat diketahui merupakan tempat pendaratan empat dari tujuh jenis penyu yang dilindungi, meski demikian, beberapa titik pendaratan, khususnya di pantai sepanjang 3,5 kilometer, diketahui sudah gundul dan sudah ada abrasi di muara-muara sungai. (ANT049/B013/K004)

Komentar : Penghijauan pantai harus segera dibenahi. Penyebab terjadinya abrasi ialah minimnya penghijauan dilokasi pantai. Oleh karena itu, lakukan lah penanaman kembali semaksimal mungkin agar mengurangi abrasi tersebut. Disamping itu, Pemerintah juga harus memikirkan jalan keluarnya.

>50 Persen Pantai Panimbang Terkena Abrasi< Ilustrasi (ANTARA/M.ALI KHUMAINI) Pandeglang (ANTARA News) - Sebanyak 50 persen pantai yang ada di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, rusak akibat terkena abrasi. "Di Kecamatan Panimbang terdapat 40 kilometer pantai, dan 20 kilometer atau 50 persen di antaranya mengalami kerusakan akibat abarasi," kata Camat Panimbang Anwari Husnira ketika dikonfirmasi ANTARA News di Pandeglang, Selasa.

Panimbang, merupakan salah satu kecamatan dari 35 kecamatan di Kabupaten Pandeglang yang memiliki kawasan pantai terluas, dan potensial menjadi objek wisata kalau dipelihara dan dikelola secara baik. Di kecamatan itu, juga terdapat Pantai Tanjung Lesung, yang merupakan objek wisata andalan Kabupaten Pandeglang dan banyak didatangi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. "Kita memiliki pantai sangat panjang, namun sayang sebagian mengalami kerusakan akibat abrasi. Kami butuh bantuan semua pihak untuk `memperbaiki` pantai ini," ujarnya. Anwari juga menjelaskan, abrasi pantai di Panimbang sudah berada pada tahap memprihatinkan, dan kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Ia juga menjelaskan, Pulau Liwungan yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Pantai Panimbang, sebelumnya menyatu dengan daratan. "Tahun 1970-an, Pulau Liwungan itu tidak ada, tapi karena abrasi yang begitu parah dan menimbulkan kerusakan pantai, sampai terbentuk pulau itu," ujarnya. Pada awal terbentuk, kata dia, luas Pulau Liwungan mencapai 26 hektar, namun kini hanya tersisa 16 hektare, sisanya 10 hektare sudah habis karena abrasi.Komentar : 50 % pantai di Kecamatan Panimbang mangalami kerusakan akibat abrasi mungkin itu disebabkan karena tidak dikelola dan dipelihara secara baik. Apalagi di kecamatan itu, juga terdapat Pantai Tanjung Lesung, yang merupakan objek wisata andalan Kabupaten Pandeglang dan banyak didatangi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Namun sangat di sayangkan sebagian mengalami kerusakan akibat abrasi.

>Pantai Dumai Terkikis Lima Meter Per TahunAbrasi ancam permukiman< BANDA ACEH Abrasi pantai di kawasan Pulau Pusonq Telaga Tujuh, Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa, Provinsi Aceh, dalam beberapa tahun terakhir semakin mengganas dan telah mengancam permukiman penduduk setempat. "Relokasi ribuan jiwa penduduk di kawasan Pusong ke tempat lain merupakan satu-satunya jalan keluar yang harus dilakukan pemerintah, dan cara itu sebagai jawaban untuk menyelamatkan mereka," kata Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar di Banda Aceh, kemarin. Dia menyebutkan luas Pulau Pusong pada awalnya tercatat 26 hektare, namun akibat mengganasnya ombak di perairan itu kini tinggal menjadi 6 hektareKomentar : Memang, satu-satunya jalan keluar yang harus dilakukan pemerintah pada saat itu, menyelamatkan ribuan penduduk di kawasan Pusong ke tempat lain. Dan cara itu sebagai jawaban untuk menyelamatkan mereka, tetapi pemerintah juga harus memikirkan jalan keluarnya.

>Abrasi Gerus Pantai Indramayu< Mengancam Keberadaan Sejumlah Objek Wisata INDRAMAYU. (PR).Abrasi kian menggerus pesisir pantai Kabupaten Indramayu. Selain mengikis areal tambak dan permukiman masyarakat abrasi juga terus memakan bibir pantai, sehingga mengancam keberadaan sejumlah objek wisata pantai di Indramayu. Para pedagang dan warga yang tinggal di sekitar pantai berharap agar pemerintah untuk segera menangani masalah abrasi itu dan mencegah terus terkikisnya wilayah pantai

Salah satu objek wisata pantai makin terancam oleh abrasi adalah Pantai Glayem yang terletak di Blok Glayem. Desa/-Kecamatan Juntinyuat Objek wisata yang mengandalkan keindahan pantai dan wisata kuliner tersebut, kini terancam gulung tikar akibat abrasi yang sangat parah. Berdasarkan pemantauan. akibat digerus abrasi, jarak antara bibir pantai dengan daratan kini hanya tinggal sekitar satu meter, sehingga air makin mendekati warung-warung di tepi pantai. Padahal, menurut beberapa pedagang, jarak bibir pantai dengan daratan pada akhir tahun lalu masih lebih dari 20 meter. "Dulu air jauh, tidak pernah sampai masuk ke warung. Makin ke sini, air justru lebih sering masuk, karena tanah pantainya habis digerus air," ujar Rakiman (46) pedagang setempat, Senin (25./4X Kondisi itu mengancam kelangsungan nasib para pedagang kecil, yang selama ini berjualan di sepanjang bibir pantai Kebanyakan pedagang itu adalah istri dari para nelayan ataupun warga setempat yang berjualan makanan dan minuman ringan, sewa ban. toilet umum, serta tempat pemandian bagi para wisatawan. Dijelaskannya, sebelum abrasi terjadi, terdapat lebih dari seratus orang pedagang yang berjualan setiap hari di sepanjang Pantai Glayem. "Namun kini, jumlah pedagang yang bertahan tinggal sekitar 30 orang. Banyak yang tutup, karena jumlah pengunjung juga terus turun," katanya. Pedagang lainnya Mestiri (40) mengatakan, saat pertama kali membuka lapak makanan dan minuman ringan pada 2007, omzet lapak bisa mencapai Rp 300.000 per hari. Namun, kinidia mengakui pendapatannya menurun drastis, yakni hanya pada kisaran Rp 50.000 per hari. Sumber PAD Dia menjelaskan, kondisi serupa berlaku untuk usaha penyewaan bon. Jumlah ban yang disewa pengunjung mencapai 50 - -o unit per hari. Namun, kini hampir tidak ada satu pun ban miliknya yang berhasil disewakan kepada pengunjung. Sebagai informasi, tidak hanya di Glayem. abrasi juga terjadi di pantai-pantai wisata lainnya seperti di Pantai Tirta-maya dan Balongan Indah. Pengurus Koperasi Pedagang Kecil Glayem. Deni Darmanto, berharap. Pemkab Indramayu tidak menutup mata dengan kondisi abrasi di pantai-pantai wisata tersebut Apalagi, kawasan wisata Pantai Glayem selalu menyetorkan pendapatan ash" daerah (PAD) kepada daerah setiap tahunnya. Kami harap, ada perhatian dari pemerintah." ujar Deni Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabu-paten Indramayu, sebanyak 56 kilo meter garis pantai Indramayu mengalami abrasi. Sementara itu. panjang garis pantai Indramayu mencapai 114 kilometer. , Kepala Dinas Perikanan dai Kelautan Kab. Indramayu Abdul Rosyid Hakim mengatakan. minimnya anggaran menjadi kendala untuk mengatasi masalah abrasi selama ini. pihaknya baru dapat menangani abrasi sepanjang ipo kilometer terutama yang membahayakan permukiman warga. (A-168)***Komentar : Abrasi bukan hanya mengancam keberadaan sejumlah objek wisata pantai di Indramayu tetapi juga berpengaruh juga terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pantai.

>Akibat Abrasi Pantura Rawan Longsor< TUBAN Abrasi (pengikisan) pantai yang ada di sisi utara Kabupaten Tuban dari waktu ke waktu terus mengalami frekwensi menghawatirkan. Bila saja kondisi itu tak segera mendapat penanganan serius, dalam jangka sepuluh tahun ke depan berakibat terancamnya kelangsungan kehidupan social ekonomi di sekitarnya. Apalagi, jalur pantura yang berada dekat bibir pantai sebagai sarana transportasi darat rawan longsor oleh ganasnya amuk gelombang. Sejumlah warga yang berada di pesisir pantai Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, misalnya, merasa resah jika ini dibiarkan tanpa adanya penanganan. Sebab abrasi sudah terjadi selama puluhan tahun. Namun hingga saat ini belum ada penanganan secara serius. Pengikisan pantai sudah terjadi puluhan tahun yang lalu, keadaanya kian lama kian parah kita kahwatir jika ini terus dibiarkan, sampai saat ini belum ada tindakan apa-apa dari pemerintah, tutur Ahmad Naim, warga setempat mengungkapkan kekhawatirannya, Senin (19/4/2010). Pun demikian dengan pengusaha tambak yang berada dipinggir pantai sudah gulung tikar sejak tahunan yang lalu, tersebab abrasi pantai yang kian tahun semakin melebar karena tabaktambak mereka tergerus gelombang ombak tanpa penagkal sama sekali. Penebangan hutan bakau (mangrove-red) yang membabi buta juga salah satu penyebab pengikisan pantai. Salah seorang petani hutan mangrove (bakau, Red), setempat Santoso menyatakan, bibir pantai telah terkikis hingga daratan pinggir pantai sepanjang sekitar 50 meter dan menghancurkan ratusan hektar lahan tambak. Hal itu terjadi karena pohon bakau yang berfungsi sebagai penangkal arus air laut, hilang ditebang, jelas dia. Kerusakan hutan bakau terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah setempat terhadap hutan pantai. Pohon bakau yang di tanam beberapa bulan yang lalu oleh pihak Dinas Konservasi dan Kehutanan Pemkab Tuban juga sudah banyak yang menghilang disapu gelombang, selain itu juga karena kurangnya perawatan. Sedangkan mangrove yang sudah menginjak pengembangan di tebang orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tanpa ada sanksi apapun. Kami berharap pohon-pohan bakau yang sudah ditanam dengan jerih payah dengan biaya yang cukup mahal ini, mendapat payung hukum sehingga ada efek jera bagi penebang, tukasnya. Santoso, mengungkapkan walau pun pemerintah telah membuat pembibitan pohon bakau dan membangunkan break water (pemecah gelombang) di sekitar pantai yang berfungsi menangkal arus air laut. Namun, ia menilai fungsi break water tidak optimal. Sebab, break water tidak dibangun secara horizontal mengikuti panjang pantai, tetapi secara vertikal. Akibatnya, air laut tetap mengikis daratan yang tidak terlindungi break water.Komentar : Pemerintah setempat harus lebih memperhatikan perkembangan hutan bakau yang sudah ditanam dengan jerih payah dengan biaya yang cukup mahal. Serta mengoptimalkan fungsi break water (pemecahan gelombang).

>Akibat abrasi aliran Sungai Musi< Akibat abrasi aliran Sungai Musi, puluhan rumah warga di Tebing Tinggi, Empatlawang, yang berada di sisi Sungai Musi kondisinya mengkhawatirkan karena rawan longsor. Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan saat musim hujan dan debit air Sungai Musi meningkat. Pantauan di beberapa titik lokasi tempat tinggal di Kota Tebing Tinggi, beberapa bagian bawah lantai rumah warga sudah ada yang mulai tergerus arus sungai Musi, bahkan sudah berada di bibir sungai. Salah seorang warga Desa Tanjung Makmur, Tebing Tinggi, Sobri, mengatakan, saat ini dia bersama keluarga belum bisa berbuat banyak dengan kondisi tersebut.

Sebab, bukan perkara mudah untuk pindah atau relokasi dari lokasi tersebut karena kendala utamanya adalah biaya untuk membuat rumah baru di kawasan yang jauh dari pinggiran Sungai Musi. Jelas ada kekhawatiran, tapi mau bagaimana lagi, saat ini untuk pindah kami belum ada rezeki,ungkapnya. Selain kendala biaya untuk relokasi, kondisi sosial kehidupan masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Meskipun, kekhawatiran akan kejadian seperti bencana longsor tetap ada. Sementara itu, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Empatlawang Hasbullah, pihaknya sudah meminta pihak pemerintah kecamatan dan desa di Empatlawang untuk mewaspadai bencana longsor. Kawasan DAS Musi yang rawan longsor di antaranya di Desa Lubuk Buntak, Kecamatan Talang Padang, Desa Tanjung Makmur, Tanjung Beringin, Kelurahan Pasar, serta di Desa Seguring, Kecamatan Tebing Tinggi, dan sejumlah titik DAS rawan longsor lainnya. Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Empatlawang Ismail Hanafi mengatakan, Pemkab Empatlawang saat ini belum bisa berbuat banyak untuk mengatasi masalah kerawanan longsor akibat gerusan air sungai Musi. Menurutnya, biaya yang diperlukan untuk membuat dinding penahan arus Sungai Musi sangatlah besar bahkan mencapai Rp40 miliar. Demikian catatan online Gerbang Type Approval yang berjudul Akibat abrasi aliran Sungai Musi.Komentar : Untuk mengatasi gerusan air sungai Musi dan kerawanan longsor ini, Pemerintah dan Pemkab Empatlawang harus bekerjasama untuk membuat dinding penahan arus Sungai Musi.

>Abrasi Pantai Utara Jawa< Kerusakan lingkungan yang dialami pesisir utara pulau Jawa, makin lama makin parah. Yang jadi musabab terutama adalah abrasi, pengikisan daratan oleh air laut. Akibat abrasi, berbagai infrastruktur rusak, lingkungan hancur, ekosistem berubah. Dan secara sosial dan ekonomi juga menciptakan bencana terhadap penduduk. Sayung, Tanggul Tlare dan Bulak merupakan contoh nyata tentang ancaman abrasi laut. Namun pemerintah masih belum menaruh perhatian yang memadai. Memang mulai dibangun sejumlah fasilitas pelindung pantai, seperti beton-beton penjinak gelombang, juga dijalankan program penanaman kembali pohon bakau atau mangrove di berbagai kawasan pantai. Tapi berbagai upaya itu terkesan setengah-setengah. Keterbatasan dana selalu jadi alasan tidak optimalnya penanganan melalui bangunan fisik. Sementara penanganan secara alami, agar

mencapai kerapatan yang cukup untuk menahan laju abrasi, pohon bakau memerlukan waktu setidaknya 25 tahun.Komentar : Untuk pemerintah segeralah lakukan tindakan agar warga yang tinggaal di daerah dekat dengan pantai utara tersebut mersa nyaman kembali.

Sumber: http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3061608,00.html

>Abrasi Pantai Kuwaru Hancurkan Tiga BangunanMencegah dan Mengatasi Abrasi di Indonesia< Banyak diantara pantai-pantai di Indonesia yang mengalami abrasi, mulai dari yang tingkat abrasinya rendah, sedang, sampai yang tingkat abrasinya parah/tinggi. Dalam upaya mengatasi abrasi ini sudah saatnya bagi kita untuk memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang berwawasan konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan upaya yang sifatnya sementara saja. Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak imbas positif dalam kehidupan manusia. Salah satu cara mencegah ataupun mengatasi abrasi yaitu dengan cara penanaman bakau. Sebenarnya telah banyak orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan bakau bagi lingkungan. Namun dalam prakteknya di lapangan, masih banyak pula yang belum memanfaatkan hutan bakau sebagai sarana untuk mencegah atau mengatasi abrasi.

Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah di beberapa daerah melakukan kebijakan pencegahan abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang laut. Namun payahnya, seringkali pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dalam upaya mencegah ataupun mengatasi abrasi. Yang sering terjadi di lapangan, ketika pemecah gelombang telah rusak, lagi-lagi pemerintah setempat membangun pemecah geombang buatan dan lagi-lagi tanpa dibarengi dengan penanaman bakau atau konservasi terumbu karang yang rusak. Hal tersebut seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila difikir lebih jauh, tetunya hal tersebut akan berimbas terhadap dana yang harus dikeluarkan daerah setempat.

Seandainya, dalam mengatasi abrasi tersebut kebijakan yang diambil pemerintah yaitu dengan membangun pemecah gelombang buatan (pada awal usaha mengatasi abrasi atau jika kondisi abrasi benar-benar parah dan diperlukan tindakan super cepat) dengan dibarengi penanaman bakau di sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan bila memungkinkan dibarengi pula dengan konservasi terumbu karang, tentunya pemerintah setempat tidak perlu secara berkala terus menerus membangun pemecah gelombang yang menghabiskan dana yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam beberapa tahun sejak penanaman, tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup untuk mengatasi atau mengurangi abrasi yang terjadi.

Selain mencegah atau mengatasi abrasi, hutan bakau dapat membawa keuntungankeuntungan lebih daripada hanya sekedar membangun pemecah gelombang buatan. Keuntungankeuntungan tersebut antara lain: 1. Menjaga kestabilan garis pantai, 2. Menahan atau menyerap tiupan angin laut yang kencang, 3. Dapat mengurangi resiko dampak dari tsunami, 4. Membantu proses pengendapan lumpur sehingga kualitas air laut lebih terjaga dari endapan lumpur erosi, 5. Menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi manusia, hewan, dan tumbuhan, 6. Mengurangi polusi, baik udara maupun air. 7. Sumber plasma nutfah, 8. Menjaga keseimbangan alam, 9. Sebagai habitat alami makhluk hidup seperti burung, kepiting, dan lain sebagainya. Beberapa hal di atas merupakan sebagian dari berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penanaman hutan bakau dalam usaha mencegah atau mengatasi abrasi. Selain itu pemerintah tidak perlu lagi berulang kali membangun pemecah gelombang sehingga dapat menghemat pengeluaran dan dapat mengalokasikan dana untuk keperluan-keperluan lain (tentunya yang berguna untuk masyarakat). Jika ada yang relative lebih murah, membawa banyak keuntungan dan berkelanjutan, kenapa harus memilih yang relative lebih mahal, tidak memiliki banyak keuntungan, dan bersifat sementara??? Sumber : http://pedemunegeri.com/tulisan/detail/703/mencegah-dan-mengatasi-abrasi-diindonesiaKomentar : Tak banyak orang yang menyadari bahaya dari abrasi pantai, kebanyakan orang berpasrah akan fenomena ala mini. Perlu kesadaran tiap-tiap orang untuk melakukan pencegahan abrasi ini sebelum hal buruk terjadi

>Proyek Penahan Abrasi di Sebatik MangkrakAbrasi Pantai Ancam Ekosistem Burung Maleo< ilustrasi abrasi pantai. (ANTARA/Aco Ahmad) Ambon (ANTARA News) Abrasi yang menghancurkan tanggul pantai Di Desa Kailolo, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, mengancam kelangsungan ekosistem ratusan Burung Maleo (Macrocephalon Maleo) yang setiap hari memproduksi telur di sekitar Tanjung dekat pantai itu. Kepala Desa (atau dalam bahasa setempat di sebut Raja) Kailolo, Azhar Ohorella, kepada ANTARA di Ambon Senin mengatakan, abrasi mengakibatkan sejumlah pohon di hutan Tanjung Maleo tumbang sehingga areal bertelur burung menjadi terbuka. "Selain itu, abrasi juga menyebabkan masyarakat membangun rumah agak jauh dari pantai yang artinya semakin dekat ke hutan Maleo. Hal itu dapat mengganggu konsentrasi burung untuk bertelur karena cahaya lampu yang terlihat dari rumah-rumah warga," katanya. Dia berharap, pengikisan pantai akibat ombak dapat diperhatikan Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah serta Balai Konservasi Hutan sehingga tidak berdampak terhadap kelangsungan ekosistem Burung Maleo di Desa Kalilolo sebagai satu-satunya habitat burung itu di Pulau Haruku. "Kalau hal ini tidak diperhatikan oleh pemerintah lama-kelamaan hutan Tanjung itu bisa punah yang mengakibatkan burung-burung itu kehilangan ekosistemnya," katanya. Menurut Azhar, habitat Burung Maleo di Desa Kailolo telah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Burung-burung itu tinggal dan bertelur seiring pergantian musim barat dan timur. Bila musim Barat, burung-burung itu banyak memproduksi telur karena kawanan dari komunitas di Pulau Seram atau lainnya ikut bergabung. Sedangkan saat musim timur, mereka mencari habitat lain yang sesuai untuk tempat bertelur.

"Kalau musim timur mereka bertelur sedikit sekali. Paling banyak 50 butir. Bahkan bisa juga lapangan ini saat digali tidak ada telurnya sama sekali. Sedangkan saat musim barat telur-telur yang digali bisa mencapai 120 butir," kata seorang penggali telur Burung Maleo, Moch Ohorella.

Telur-telur tersebut sebagian dimanfaatkan oleh desa untuk pembangunan dan perawatan mesjid. Sebagian lagi dibudidaya. Pemanfaatan dan pemeliharaan tersebut ditangani oleh pihak ketiga yakni pengusaha yang menjadi pemenang tender pelelangan telur Maleo yang dilelang setiap tahun oleh Pemerintah Desa. Tarif lelang berkisar Rp8 juta-Rp15 juta per tahun. Hasil pelelangan diserahkan langsung kepada pengurus Mesjid Nandatu Desa Kailolo sebagai sumber utama dana pembangunan mesjid. Sumber : http://www.antaranews.com/berita/248970/abrasi-pantai-ancam-ekosistem-burungmaleoKomentar : Mungkin pemerintah dapat membuat sebuah cagar alam di suatu tempat khusus untuk burung-burung maleo. Agar semua pihak tidak di rugikan dari adanya abrasi ini.

>Abrasi , Jalan Meucat Nyaris Putus< LHOKSUKON - Abrasi Krueng Peutoe yang melintasi Desa Meucat, Lhoksukon, Aceh Utara kian mengganas. Sejumlah kebun warga di sekitar bantaran, amblas. Bahkan salah satu titik badan jalan Desa Meucat, kini nyaris putus akibat abrasi. Berdasarkan observasi, jalan yang terancam putus itu berada di kawasan titi gantung, perbatasan Desa Meucat dengan Desa Manyang, Kec. Lhoksukon. Badan jalan yang sebelumnya mencapai 6 meter kini tersisa 1,5 meter. Jika tidak segera ditanggulangi, diprediksi paling lama setahun ke depan jalan bakal putus total. Dinding sungai dekat jalan amblas perlahan sejak enam tahun lalu. Ini terjadi lantaran bentuk sungai di kawasan ini menikung dan dindingnya tidak dilengkapi bangunan tebing, kata Sekretaris Desa (Sekdes) Meucat, Ramli, sore tadi. Menurut Ramli, jalan itu jalur utama menghubungkan Desa Meucat dengan pusat kecamatan Lhoksukon. Selain akses ekonomi bagi petani, jalan ini satu-satunya lintasan bagi ratusan siswa, terutama siswa SMP dan SMA dari Desa Meucat ketika bersekolah ke kota Lhoksukon. Kalau jalan ini benar-benar putus, kami bisa terkurung. Kalaupun ada jalan alternatif, jaraknya sangat jauh, yakni harus memutar lewat Kec. Pirak Timu dan Matangkuli dengan jarak tempuh mencapai 7,5 km, imbuhnya. Sumber : http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=191753:abrasijalan-meucat-nyaris-putus&catid=13:aceh&Itemid=26Komentar : Lagi-lagi pemerintah harus cepat bertindak dalam mengantisipasi fenomena ala mini. Berikan hak warga yang semestinya menjadi milik mereka.

>Abrasi Pantai di Dadap Tangerang Capai 30 Kilometer< Abrasi di kawasan pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, akibat ganasnya gelombang di perairan Laut Jawa mencapai sepanjang 30 kilometer, sehingga perlu pemasangan turap agar tidak semakin luas.

"Salah satu upaya mengatasi abrasi yakni dengan pemasangan turap, karena apabila dibiarkan akan melebihi 30 kilometer panjangnya," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang, Hermansyah, Minggu (7/8/2011). Menurut dia, abrasi paling parah terjadi di wilayah Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, yang perbatasan dengan Jakarta Utara. Di tempat ini abrasi sudah mengenai sebagian rumah penduduk. Pernyataan Hermansyah itu terkait pengkajian tentang abrasi pantai yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang bersam Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pengkajian kawasan pesisir itu terutama kawasan perbatasan di Kamal Muara, Jakarta Utara, dengan Kecamatan Kosambi. Pemprov DKI Jakarta telah menganggarkan dana sebesar Rp5 miliar untuk pembangunan turap di kawasan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan. Ia mengatakan apabila tidak dipasang turap, semakin lama tanah produktif dan perkampungan penduduk akan hilang diterjang gelombang Laut Jawa. Pada musim angin barat ombak semakin besar dan air laut mengenangi pemukiman nelayan di Kelurahan Dadap mencapai ketinggian 1,2 meter. Mantan Camat Kosambi, Kabupaten Tangerang itu menambahkan, bila musim angin barat kondisi warga di Kelurahan Dadap sangat memprihatinkan karena mereka harus mengungsi akibat air laut mengenangi rumah.(ayu/at) Sumber : http://www.berita8.com/read/2011/08/07/2/46040/Abrasi-Pantai-di-DadapTangerang-Capai-30-KilometerKomentar : Selagi pemerintahan memeiliki keinginan untuk mencegah abrasi tersebut , Masyarakatpun harus mendukung program yang dicanangkan oleh pemerintah setempat.

>Ratusan Kilometer Pantai di Sulbar Terancam Abrasi< MAMUJU--MICOM: 280 kilometer bibir pantai di Provinsi Sulawesi Barat terancam terkena dampak abrasi apabila tidak segera ditanggulangi. Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Selasa (1/2) mengatakan berdasarkan pemantauan yang dilakukan pemerintah di Sulbar, sekitar 280 kilometer bibir pantai di Sulbar terancam abrasi dari sekitar 677 panjang pantai wilayah itu. Ia mengatakan, kondisi pantai sepanjang 280 kilometer yang terancam abrasi di empat Kabupaten di Sulbar yang berada di sebelah barat Pantai Sulawesi yakni Majene-Mamuju, Mamuju Utara dan Polman, daerah itu mengalami abrasi persis seperti pesisir pantai di Desa Tampalang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju yang sebelumnya mengalami bencana abrasi pantai yang cukup parah. "Sekitar 280 kilometer bibir pantai di Sulbar yang terancam abrasi kondisinya seperti bibir pantai di Kecamatan Tapalang sebelum wilayah itu mengalami abrasi yang membuat gelombang pasang dengan mudah menghancurkan puluhan rumah penduduk," katanya. Bencana alam di Desa Tampalang itu, kata dia, telah membuat ratusan penduduk desa Tampalang kehilangan tempat tinggal, setelah gelombang pasang menghancurkan tanggul penahan ombak sepanjang 200 meter di wilayah itu.

Karena itu, ia mengatakan, 280 kilometer pesisir Pantai Sulbar tersebut terancam abrasi yang cukup parah dan bisa borpotensi terkena dampak dari bencana abrasi pantai yang parah, apabila tidak segera ditanggulangi. "Ribuan pemukiman penduduk di Pesisir Pantai Sulbar itu akan mengalami nasib yang sama seperti bencana abrasi yang menghancurkan pemukiman warga di Kecamatan Tapalang apabila tidak segera ditanggulangi," katanya. (Ant/OL-04) Sumber : http://www.batukar.info/news/ratusan-kilometer-pantai-di-sulbar-terancam-abrasiKomentar : Perlu kesadaran dari masyarakat setempat dalam pengelolaan ekosistem lautnya jika tidak segera ditangani maka bencana abrasi akan menyebar ke wilayah bibir pantai yang lainnya .