179
DAMPAK ABRASI TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANAMAN MANGROVE DI DESA KETAPANG, KECAMATAN MAUK, KABUPATEN TANGERANG-BANTEN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Hiazatul Fauziah NIM 1113015000060 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

DAMPAK ABRASI TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38017/1/HIAZATUL... · dampak abrasi terhadap peningkatan partisipasi masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

DAMPAK ABRASI TERHADAP PENINGKATAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANAMAN

MANGROVE DI DESA KETAPANG, KECAMATAN

MAUK, KABUPATEN TANGERANG-BANTEN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Hiazatul Fauziah

NIM 1113015000060

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

DAMIPAK ABRASI TERIIADAP PENINGKATAN PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAPIPENAN 6ROE DI DESA

KETAPANG,KECAMATAN mUK KABUPATEN TANGERANG

BANTEN

Skripsi

Dttukan kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk melnenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sttana

Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh:

Hiazatul Fauziah

NIM.1113015000060

Dibawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sodikin,Mo SiNIDN 2022028704

Zaharah.I.EdNIP 197201152014112002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETA UAN SOSIALFAKULTASILMU TARBIYA DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLA I NEGERISYARIF IDAYATUIII:.4=II

JAKARTA2018

LEMBAR PBNGESAHAN

Skripsi berjudul '6Dampak Abrasi rerhadap peningkatan partisipasiMasyarakat Dalam Penanaman Mangrove Di Desa Ketapang, KecamatanMauk, Kabupaten Tangerang-Banten,,, disusun oleh Hiazatul Fauziah NomorInduk Mahasiswa (NIM) 1113015000060, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulusdalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Januari 20lg di hadapan dewan penguji.Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana sl (s,pd) dalam bidangpendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IpS).

Jakarta,22 Januari 2018

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal TandaTanganKetua Sidang (Ketua Jurusan pendidikan IpS)

Dr.Iwan Purwanto. M.PdNrP. 19730424 200801 1 0t2

Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan p.IpS)

Drs. Syaripulloh, M.SiNrP. 19670909 20070t I 033

Penguji IDrs. Syaripulloh. M.SiNIP. i9670909200701 1 033

Penguji IIDr. Jakiatin Nisa, M.PdNIP. 19831205 2011C12 012

LEPIBAR PERNYATAAN REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam peneltian yang berjudul "Dampak

Abrasi Terhadap Peningftatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman

Mangrove Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten"

yang disusun oleh:

Narna

NIM:

Jllmsan

Fakultas

Sodikin,MoSi

NIDN 2022028704

:Hiazatul Fauziah

:1113015000060,

:Pcndidikan 1lmu Pengetahuan Sosial(IPS)

:Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah diuji kebenaramya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 27 Desember

20t7

akarta, 27]Descmber 2017

Yang Menguji

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Zaharah. IoEdNIP 197201152014112002

KEDIEENTERIAN AGAPIAUIN JAKARTAFITK N

"c,21

FORM(FDNO Dokumcn i FlTK FRAKD089

Tg1. Terbit : I Maret 20lllJo Rc risi: : 01

Hal 1/

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Hiazatul Fauziah

Tempat/Tgl.Lahir . Tangerang, i3 November 1995

NIM : 1 113015000060Jurusan I Prodi : FlTKPendidikan IPSJudul Skripsi : Dampak Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Dalam Penanaman l,Tcrngrovc Di Desa Ketapang. Kecanratan

Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.

Dosen Pembimhing : I. Sodikin, M Sl2 Zaharah. M. Ed

dengan ini menvatakan bahrva skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung.lawab secara akadernis atas apa yang saya tulis

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,27 Dcscmbcr 2017

1113015000060] ] ] ] /1

i

ABSTRAK

Hiazatul Fauziah (NIM: 1113015000060). Dampak Abrasi Terhadap

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove Di Desa

Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis peningkatan partisipasi

masyarakat dalam penanaman mangrove oleh dampak abrasi dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya, dengan lokasi di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk,

Kabupaten Tangerang-Banten

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ketapang yang berada dan

tinggal disekitar pesisir. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian

gabungan/campuran (mixed methods) dengan menggunakan Model Concurrent

Embedded Design adalah metode yang menerapkan metode kuantitatif dan

kualitatif secara bersamaan dalam satu tahap dan bobot kedua metode berbeda.

Metode primer dan metode sekunder. Metode penelitian kuatitatif untuk

mengetahui partisipasi masyarakat dalam melakukan penanaman mangrove

dengan skala pengukuran likert dan kualitatif untuk meneliti tingkat dampak

abrasi di Desa Ketapang menggunakan aplikasi geografi yaitu ER Mapper 7.0

dilaksanakan secara bersamaan namun terpisah dalam pengolahannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari bibir pantai Desa Ketapang

mengalami abrasi. Tingkat abrasi dilihat dari citra tahun 2010 dan 2015 dengan

selisih perubahannya yaitu -0.51 (km). Pada kurun waktu 5 tahun terakhir telah

terjadi abrasi berada pada titik nomor 1 yaitu 10.58 Ha, kemudian diikuti oleh titik

nomor 2 terjadi akresi yaitu sebesar 3.98 Ha, kemudian yang ketiga diikuti dengan

abrasi yaitu sebesar 9.54 Ha. Total luas yang terjadinya abrasi adalah 20.12 Ha

yang lebih besar dari perubahan akresi yaitu 3.98 Ha. Hasil dalam perhitungan

data menurut responden yang didapatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat

dalam penanaman mangrove menunjukan hasil tingkatan partisipasi terbanyak

yaitu tingkat partisipasi sedang dengan 48 responden. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove di Desa

Ketapang sedang atau dengan range 33-66. Partisipasi sudah mulai ada

peningkatan dengan ikut berpartisipasi untuk mengurangi dampak yang terjadi

direkomendasikan kawasan-kawasan yang telah mengalami tingkat abrasi perlu

adanya tindak lanjut.

Kata Kunci: Dampak Abrasi, Mangrove, Partisipasi Masyarakat

ii

ABSTRACT

Hiazatul Fauziah (NIM: 1113015000060). The Impact of Abrasion on

Increasing Community Participation in Mangrove Planting in Ketapang

Village, Mauk Subdistrict, Tangerang Regency, Banten.

The purpose of the research is to investigate and to analyze the increase of

community participation in mangrove planting caused by the abrasion and its

influencing factors, in Ketapang Village, Mauk Subdistrict, Tangerang Regency,

Banten.

The population in this research is Ketapangs people who live around the coastal

area. The research method is mixed methods using Concurrent Embedded Design

type. This is one type of mixed method which is in implementation is quantitative

method to know the level of peoples participation in mangrove planting with

likert and qualitative scale measurement to investigate the impact of abrasion in

Ketapang Village using geographic application, is ER Mapper 7.0 was carried out

simultaneously but separate from each other.

The results showed that most of Ketapang Village had an abrasion. The abrasion

rate is seen from 2010 and 2015 with the difference is -0.51 (km). In last 5 years

there has been abrasion at the point number 1 is 10.58 Ha, the second followed by

point number 2 that have been accretion is 3.98 Ha, then the third followed by

abrasion is 9.54 Ha. The total area of the abrasion is 20.12 which is greater than

the accretion is 3.98 Ha. The results in the calculation of data according to the

respondents that the level of community participation in mangrove planting shows

is the highest level of participating, in medium level with 48 respondents. So, it

can be conclude that the level of community participation in Ketapang Village is

in medium level with the range is 33-36. It has been an increase in the

participation to reduce the impact recommended areas that have abrasion need

follow-up.

Keyword: The impact of abrasion, Mangrove, Community Participation

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah mengatur dan menetapkan ketentuan hidup yang harus

dilalu oleh kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Hanya Dia-lah dengan segala

kekuasaan-Nya senantiasa memberikan Nikmat kepada semua Insan, sehinga

penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul Dampak Abrasi

Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove

Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad

SAW, kepada para keluarga dan Sahabat Rasul yang selalu berada dijalan

dakwah, juga kepada kita umatnya yang tetap komitmen dalam menegakkan

hembusan nafas Islam sampai akhir hayat.

Penulis sepenuh hati menyadari bahwa skripsi ini selesai bukan

merupakan hasil dari diri pribadi sepenuhnya, namun berkat ridho Allah SWT dan

bantuan dari semua pihak yang turut berkontribusi dalam memberikan bantuan

berupa Doa, semangat, pengorbanan, moral ataupun materil, serta keikhlasan

dalam membimbing penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan baik ini penulis

menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu penulis. Dengan segala ketulusan hati, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai ketua Jurusan Pendidikan IPS yang

mengajarkan makna kesabaran serta seluruh dosen yang telah menjadi

fasilitator dalam memperoleh ilmu selama belajar di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sodikin, M.Si dan Zaharah, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing yang dengan

tulus ikhlas telah meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan,

iv

petunjuk dan dorongan yang sangat berharga kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Husni dan Ibunda Suasmi yang telah

mencurahkan cintanya serta selalu memberikan semangat, nasihat dan doa

tiada henti sehingga sampai detik ini serta selalu memberikan motivasi hidup

dalam menggapai cita-cita penulis serta kakak-kakakku tersayang Lailatul

Munawaroh, Bustomi, Masruroh dan Bahaudin untuk perhatian serta doa

kalian.

5. Makhsus yang telah memberikan motivasi, samangat, doa dan dukungannya

serta selalu bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu

penulis.

6. Kepala Desa Ketapang Ahmad Nasuhi, MHS beserta segenap staf desa yang

telah sudi sekiranya menerima dengan baik melakukan penelitian, sehingga

penulis dengan baik melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang

dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku saat kuliah (Uus, Aya dan Anis), sahabat Aliyah (Ros,

Endang, Mpat, Dela dan Resti) serta sahabat 5 Se-surga (Najat, Tedi, Afri dan

Masriyah) yang telah mengajarkan penulis arti persahabatan yang tidak

ternilai. Teman-teman kelas C konsentrasi Geografi dan jurusan pendidikan

IPS angkatan 2013, serta keluarga angkat (Bapak Yunus, Ka rijal, Devi dan

Nunu). Berbagai pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari

Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT selalu

meridhoi, Amin.

Jakarta,

Penulis

Hiazatul Fauziah

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori ......................................................................................... 9

1. Abrasi ............................................................................................. 9

a. Pengertian Abrasi ..................................................................... 9

b. Faktor-faktor Abrasi ................................................................. 12

vi

c. Dampak Abrasi......................................................................... 14

d. Tindakan dan Pencegahan ........................................................ 14

2. Partisipasi Masyarakat ................................................................... 15

a. Pengertian Partisipasi ............................................................... 15

b. Pengertian Masyarakat ............................................................. 16

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ..... 21

d. Tipe Partisipasi Masyarakat ..................................................... 22

e. Tahapan Partisipasi .................................................................. 24

3. Mangrove ....................................................................................... 25

a. Pengertian Mangrove ............................................................... 25

b. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove .................................................. 27

c. Jenis-jenis Mangrove ............................................................... 28

d. Fungsi Ekosistem Mangrove .................................................... 29

e. Zonasi Mangrove ..................................................................... 30

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Mangrove ....... 31

g. Dampak Dari Kerusakan Mangrove......................................... 32

h. Penyebaran Mangrove di Indonesia ......................................... 33

4. Batas Wilayah Pesisir ..................................................................... 38

5. Pencemaran Air .............................................................................. 38

6. Kerusakan Daya Dukung Alam ..................................................... 39

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................ 41

C. Kerangka Berfikir ................................................................................. 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 45

B. Metode Penelitian................................................................................. 46

C. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 47

D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 49

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen ...................................................... 54

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Desa Ketapang ........................................................... 61

1. Letak Geografis .............................................................................. 61

2. Kependudukan................................................................................ 61

3. Pendidikan ...................................................................................... 62

4. Keadaan Sosial ............................................................................... 64

5. Keadaan Ekonomi .......................................................................... 65

6. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ketapang ........................ 72

B. Hasi Analisis Data ................................................................................ 73

1. Hasil Analisis Untuk Mengetahui Tingkat Abrasi di Desa

Ketapang ........................................................................................ 73

2. Hasil Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Penanaman

Mangrove di Desa Ketapang .......................................................... 76

3. Dampak Tingkat Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove di Desa

Ketapang Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten ......... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 104

B. Saran ..................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Tumbuhan yang Ditemukan Dihutan Mangrove

Indonesia .......................................................................................... 33

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Relevan .................................................................. 41

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Dampak Abrasi Terhadap

Peningkatan Partisipasi Masyarakat alam Penanaman

Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk ............................. 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Tentang Dampak Abrasi Terhadap

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman

Mangrove Di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk ............................ 53

Tabel 3.4 Bobot Nilai Kuesioner Dampak Tentang Abrasi

Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam

Penanaman Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk .......... 58

Tabel 3.5 Jumlah Skor Seluruh Responden ..................................................... 58

Tabel 3.6 Presentase Skala Partisipasi Masyarakat ......................................... 59

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecematan Mauk ..... 61

Tabel 4.2 Jumlah Sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) Negeri dan Swasta

2015 ................................................................................................. 63

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Desa/Kelurahan

Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 64

Tabel 4.4 Presentase Luas Wilayah Menurut Desa Penggunaan

Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 66

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Tadah Hujan Menurut Desa Di Kecamatan

Mauk ................................................................................................ 67

Tabel 4.6 Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi Sawah Menurut

Desa Di Kecamatan Mauk ............................................................... 68

Tabel 4.7 Banyaknya Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Di Kecamatan

Mauk ................................................................................................ 68

Tabel 4.8 Jumlah Industri Kecil/Kerajinan Rumahtangga Menurut Desa

ix

Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 70

Tabel 4.9 Jumlah Sarana Kegiatan Ekonomi Lainnya Menurut Desa

Di Kecamatan Mauk ........................................................................ 71

Tabel 4.10 Kepala Desa yang Pernah Menjabat Di Desa Ketapang .................. 72

Tabel 4.11 Tingkat Abrasi Di Desa Ketapang Tahun 2010-2015 ..................... 75

Tabel 4.12 Luas Abrasi dan Akresi Di Desa Ketapang ..................................... 75

Tabel 4.13 Mengharuskan Masyarakat Mengetahui Pengetahuan Tentang

Dampak Abrasi ................................................................................ 77

Tabel 4.14 Abrasi Baik Bagi Masyarakat Desa Ketapang ................................. 78

Tabel 4.15 Penanaman Mangrove Menandakan Pemerintah Desa Sudah

Peduli ............................................................................................... 79

Tabel 4.16 Pemerintah (Kabupaten) Peduli Tetapi Hanya Memberikan

Sosialisasi Saja ................................................................................. 80

Tabel 4.17 Tidak Perlu Adanya dan Pencegahan Terhadap Dampak Abrasi .... 81

Tabel 4.18 Dampak Abrasi Telah Menjadikn Berkurangnya Pendapatan

Hasil Laut Masyarakat ..................................................................... 82

Tabel 4.19 Dampak Abrasi Telah Merubah Mata Pencaharian Nelayan

Menjadi Petani ................................................................................. 83

Tabel 4.20 Masyarakat Desa Ketapang Memanfaatkan Mangrove Sebagai

Kayu Bakar ...................................................................................... 84

Tabel 4.21 Tidak Adanya Tindakan Serius Lagi Karena Mangrove Masih

Banyak ............................................................................................. 85

Tabel 4.22 Pemanfaatan Mangrove Secara Besar Dijadikan Sebagai Mata

Pencaharian ...................................................................................... 87

Tabel 4.23 Program Rehabilitasi dan Konservasi Tidak Perlu

Karena Hutan Mangrove Masih Banyak ......................................... 88

Tabel 4.24 Partisipasi Masyarakat Perlu Dilakukan Setiap Tahunnya Untuk

Dijadikan Kebiasaan Masyarakat .................................................... 89

Tabel 4.25 Sosialisasi Untuk Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove

Sangat Diperlukan Untuk Mengurangi Dampak Abrasi .................. 90

x

Tabel 4.26 Sosialisasi Tentang Penanaman Mangrove Dari Pemerintah

Hanya Bersifat Sementara Saja ........................................................ 91

Tabel 4.27 Partisipasi Untuk Mencegah Dampak Abrasi Hanya Dengan

Penanaman Mangrove Saja Tidak Perlu Yang Lainnya .................. 92

Tabel 4.28 Untuk Melakukan Partisipasi Harus Terlebih Dahulu

Melapor Ke Kepala Desa ................................................................. 93

Tabel 4.29 Partisipasi Penanaman Mangrove Sudah dilakukan Tetapi

Tidak Perlu Adanya Pengawasan Lebih Lanjut ............................... 94

Tabel 4.30 Kegiatan Penanaman Mangrove Telah Mengganggu

Aktivitas Masyarakat Setiap Harinya .............................................. 95

Tabel 4.31 Partisipasi Masyarakat Sudah Cukup Baik Dan Patut

dijadikan Sebagai Contoh Untuk Desa/Kawasan Pesisir

Lainnya ............................................................................................ 96

Tabel 4.32 Partisipasi Desa Sudah Cukup Baik Dalam Melakukan

Pencegahan Dan Mengurangi Dampak Abrasi ................................ 97

Tabel 4.33 Ikut Berpartisipasi Dalam Penanaman Mangrove Karena

Ajakan Dari Kepala Desa (Tidak Isiatif) ......................................... 98

Tabel 4.34 Pemerintah Desa Tidak Ikut Berpartisipasi, Cukup

Masyarakatnya Saja ......................................................................... 99

Tabel 4.35 Partisipasi Dalam Penanaman Mangrove Hanya Dari Non

Lembaga Pemerintah/Swasta .........................................................100

Tabel 4.36 Skala Kategori Partisipasi Masyarakat dalam Penanaman

Mangrove Menurut Responden .....................................................102

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Pantai ............................................................ 11

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ........................................................................... 43

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian .................................................................... 45

Gambar 3.1 Metode Penelitian Kombinasi Cuncurent Embedded, Model

Metode Kuantitatif sebagai Metode Penelitian ............................. 46

Gambar 4.1 Gambar Digitasi Garis Pantai Citra Landsat. (a) Citra Landsat 7

Tahun 2010 Dan (b) Citra Landsat 8 Tahun 2015 ......................... 73

Gambar 4.2 Overlay Citra Landsat Tahun 2010 dan 2015 ................................ 74

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Luas Daerah Desa Ketapang yang Terkena Abrasi dan Akresi ..... 76

Grafik 4.2 Skor Rata-rata Pertanyataan Partisipasi Masyarakat

Dalam Penanaman Mangrove.....................................................101

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan Data Deskriptif

Lampiran 2 Skoring Hasil Angket

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Kepala Desa Ketapang

Lampiran 8 Foto

Lampiran 9 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ketapang Periode 2016-

2021

Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 Surat Izin Permohonan Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan

wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara

ekosistem darat dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling

mempengaruhi, wilayah ini sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan

manusia misalnya sebagai pusat pemerintahan, permukiman, industri,

pelabuhan, pertambakan, pertanian dan pariwisata.1

Perairan wilayah Indonesi merupakan salah satu ekosistem yang

sangat produktif diperairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem

yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini terjadi pertemuan tiga

kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara.2

Secara geografis Indonesia membentang dari 60 LU-11

0 LS dan 92

0-

1420 BT, terdiri dari beberapa pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya

17.504 pulau. Dari luas Indonesia, tiga perempat wilayah adalah laut (5,9 juta

km2), dengan panjang garis pantai 95,161 km, terpanjang kedua setelah

Kanada.3 Dilihat dari garis geografis Indonesia sangat strategis karena

merupakan pusat lalu lintas maritim antarbenua.

Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar,

namun nyatanya belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi

pembangunan ekonomi nasional. Pemanfaatannya sumberdaya yang belum

1 Amin Fatah, Mitigasi Dampak Abrasi Air Laut Pada Masyarakat Petani Tambak (Studi

Kasus Budidaya Tanaman Mangrove Di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota

Semarang Tahun 2014, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institute Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, 2014), h. 1. tidak dipublikasikan.

2 Belvi Vatria, Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi

Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkan, h. 47.

3 Ridwan Lasabuda, Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam Perspektif Negara

Kepulauan Republik Indonesia, Jurnal Ilmiah Platax, Vol.1-2 (Jan 2013), h. 93.

2

optimal akan terjadi abrasi, erosi pantai ataupun degradasi akibat dari

pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan.4

Kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pantai/pesisir Indonesia

hingga saat ini masih belum bisa ditanggulangi dengan baik dan optimal.

Justru yang terjadi kerusakan lingkungan yang makin memperparah dan

semakin meluas. Penyebab ternyadinya kerusakan lingkungan di wilayah

pesisir lebih didominasi oleh pencemaran-minyak, sampah dll, hal ini

menyebabkan beberapa pesisir pantai di Indonesia kerusakan mangrove dan

terumbu karang.5

Kecamatan yang dekat daerah pesisir adalah Kecamatan Mauk berada

di Kabupaten Tangerang yang letaknya tepat di Pantai Utara Tangerang.

Kecamatan Mauk memiliki luas wilayah sebesar 40,095 km2 dan memiliki

terdiri dari 11 (sebelas) desa. Salah satu desa yang berada di dekat daerah

pesisir pantai adalah Desa Ketapang. Desa Ketapang memiliki luas wilayah

yaitu 4,186 km2

dengan presentase 10,44%.6 Di Desa Ketapang terdiri dari 9

Rukun Warga (Rw) dan 21 Rukun Tetangga (Rt) dengan jumlah penduduk

mencapai 7.032 Jiwa.7 Desa Ketapang memiliki pantai/laut yang sangat

berpotensi bagi warga sekitar, akan tetapi hal ini tidak bisa dimanfaatkan

dengan baik oleh masyarakatnya.

Salah satunya yang terjadi di daerah pesisir pantai/laut di Desa

Ketapang menjadi sangat memperihatinkan adanya abrasi yang sangat drastis

sekali. Hal ini menyebabkan garis pantai di laut menjadi lebih maju

dibandingkan garis pantai sebelumnya. Penyebabnya yang lain selain global

warming, efek rumah kaca dan adanya pengerukan pasir yang ilegal

dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Salah satu hal untuk

mengatasi dampak tersebut adalah penanaman kembali mangrove.

4 Ibid., h. 96.

5 Vatria, op. cit., h. 48.

6 Statistik Daerah Kecamatan Mauk 2015, Katalog BPS : 1101002.3603160,

(http://.tangerangkab.bps.go.id), h. 1.

7 Profil Desa Ketapang, h. 3, tidak dipublikasikan.

3

Herry mengatakan, beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten

Tangerang seperti Pakuhaji, Kosambi, Kronjo, Teluknaga dan Kecamatan

Mauk yang juga mengalami abrasi parah. beberapa desa di Kecamatan Kronjo

yang mengalami abrasi seperti di Desa Muncang sepanjang 17,43 meter,

Pagedangan Ilir (36,4 meter), Kronjo (12 meter), Lontar (25,1 meter), Karang

Anyar (16,1 meter). Sedangkan desa yang berada di Kecamatan Mauk yang

terkena abrasi terparah adalah di Desa Patra Manggala (34,4 meter), Marga

Mulya (79, 8 meter), Ketapang (107,2 meter), Mauk Barat (40,4 meter).

Abrasi juga menerjang Kecamatan Pakuhaji di Desa Surya Bahari (16,8

meter), Sukawali (36,1 meter), Kramat (46,1 meter) dan Kohod (130,7

meter). Selain itu juga abrasi juga melanda Kecamatan Teluknaga di Desa

Muara (36,3 meter), Lemo (59,4 meter) dan di Kecamatan Kosambi yakni

Desa Salembaran Baru (30,8 meter), serta Kosambi Timur (3,6 meter).8

Desa Ketapang yang merupakan salah satu desa di wilayah pesisir

pantai Utara Kabupaten Tangerang yang pantainya mengalami abrasi yang

cukup parah. Terjadinya abrasi di pantai atau laut Desa Ketapang lebih

banyak disebabkan oleh kegiatan ekonomi yaitu pengerukan pasir di wilayah

tersebut yang berakibat pada terjadinya abrasi di wilayah ini. Oleh aktifitas

manusia yang tidak bertanggungjawab baik memanfaatkan atau merusak akan

berdampak pada pengikisan daratan di wilayah pantai sekitarnya. Hal inipun

dipaparkan oleh sekretaris Desa Ketapang. Menurutnya, wilayah pesisir

Desa Ketapang dari tahun ke tahun mengalami pengikisan akibat abrasi, hal

ini diperparah dengan adanya tambang pasir di sekitar lokasi tersebut.9

Anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Fakhrudin mengatakan, abrasi

terus meluas tiap tahun dan terparah berada di Desa Marga Mulya dan Desa

Ketapang. Salah satu solusi terbaik mengatasi abrasi yakni dengan

penanaman pohon bakau.10

8 Lili Nopita, Empat Kecamatan di Kabupaten Tangerang Terkena Abrasi, 2016,

(http://bantenterkini.com).

9 Afrizal Aziz, Ramadhan Menanam Memperbaiki Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir

Tangerang, 2016, (http://rri.co.id).

10

Adityawarman, Dua Desa Korban Abrasi Parah di Pantura Tangerang, 2016,

(www.antaranews.com).

http://bantenterkini.com/http://rri.co.id/http://www.antaranews.com/

4

Hilangnya sekitar 60 ha lahan di kawasan Pantai Ketapang, Mauk,

Tangerang, menjadi bukti dari kerusakan kawasan pesisir di daerah tersebut

akibat pengerukan pasir pantai. Keindahan pantai yang dahulu menurut cerita

masyarakat lebih indah daripada Anyer, kini telah jauh berbeda. Berganti

pantai ala kadarnya yang sewaktu-waktu air pasang dapat menyerang

keselamatan masyarakat.11

Dampak yang dirasakan akibat abrasi ini adalah salah satunya

kerusakan ekologis yang terjadi di Pantai Ketapang yang daratannya hancur

akibat abrasi. Saat ini jika datang ke Pantai Ketapang sangat berbeda. Dahulu

masih bisa bermain atau sekedar jalan-jalan di bibir pantai, namun saat ini

hanya bisa melihat laut di pinggir jalan raya. Banyak pertambakan yang

tergenang oleh air laut yang dapat melemahkan perekonomian masyarakat

sekitar.

Kerusakan daerah pesisir pantai/laut akan memberikan dampak lain

yaitu bagi ekosistem, terutama hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan

salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah

pasang surut di wilayah pesisir, pantai dan atau pulau-pulau kecil dan

merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove

memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan

terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan,

melestarikan dan pengolahannya.12

Dasar agama Islam menjelaskan dalam Al-quran sebagai sumber

pedoman umat manusia dengan jelas bagaimana ayat ini menggambarkan

tentang kerusakan lingkungan. Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Rum

ayat 41

11 Taufan YN, Tanam 1000 Mangrove, Bersama-sama Merawat dan Mencintai Alam, 2016,

(www.dompetdhuafa.org).

12

Riny Novianty, Sukaya Sastrawibawa dan Donny Juliandri. P, Identifikasi Kerusakan dan

Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Pantai Utara Kabupaten Subang, Jurnal Perikanan

dan Kelautan, Vol. 3. No. 1, Maret 2012, h. 42.

http://www.dompetdhuafa.org/

5

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada

mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali

(ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Rum [13]: 41)

Maksud ayat ini adalah, telah terlihat jelas perbuatan yang tidak

bertanggungjawab yang dilakukan oleh manusia dengan melakukan

kerusakan lingkungan didaratan maupun di laut, karena melakukan perbuatan

tersebut adalah perbuatan yang dilarang Allah SWT, perbuatan ini akan

merugikan diri sendiri, manusia dan lingkungan.

Kerusakan yang ada dibumi ini, baik yang ada didarat maupun dilaut

sangat memberikan hasil ketidakseimbangan bagi lingkungan sekitar. Padahal

Allah telah menciptakan manusia akal dan pikiran supaya saling

berkesimbungan, memelihara, menciptakan ketentram dan keserasian antara

manusia, tumbuhan dan makhluk hidup lainya.

Permasalahan ini terdapat kesenjangan yaitu dampak abrasi yang

terjadi terus menerus yang semakin meluas di laut Ketapang yang semestinya

banyak hal yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi laut oleh

pihak pemerintah, aparat desa maupun masyarakat. Upaya memang sudah

dilakukan baik oleh masyarakat maupun instasi swasta, namun kenyataannya

adalah belum ada upaya yang lebih serius lagi.

Inti dari semua permasalahan yang ditimbulkan berasal dari

manusianya sendiri berserta perilakunya, dalam hal ini adalah masyarakat

yang ada disekitarnya. Hal inilah yang sangat diperlukan partisipasi dan

kesadaran masyarakat dalam penanaman mangrove untuk mengurangi

dampak abrasi yang terjadi di Desa Ketapang.

Dengan permasalahan yang ada perlu adanya tindakan dan partisipasi

masyarakat dapat membentuk suatu kelompok yang akan memberikan

6

aspirasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya partisipasi tersebut

memberikan suatu penyaluran bagi masyarakat agar ikut mensosialisasikan

penanaman kembali mangrove yang diakibatkan oleh abrasi, pertambangan

pasir yang ilegal, pengalihan fungsi lahan, dll.

Melihat dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul Dampak Abrasi Terhadap Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan

Mauk Kabupaten Tangerang-Banten.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi

sebagai berikut:

1. Tingkat kerusakan akibat dampak abrasi yang terjadi di laut Ketapang

Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten

2. Masih kurangnya kesadaran dari masyarakat terhadap hutan mangrove

bagi ekosistem laut.

3. Kurangnya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menanam

mangrove.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat terdapat beberapa permasalahan pembabatasan yang akan

dibahas dan telah teridentifikasi seperti yang dipaparkan diatas, maka skripsi

ini dibatasi pada pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Dampak abrasi yang dimaksud dalam pembatasan masalah disini adalah

masalah yang muncul sebagai akibat dari pengikisan daratan oleh

gelombang air laut dibibir pantai Desa Ketapang, Kecamatan Mauk,

Kabupaten Tangerang-Banten.

2. Partisipasi masyarakat pada pembatasan masalah adalah persepsi dan

keikutsertaan masyarakat dalam penanaman mangrove Desa Ketapang,

kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.

7

D. Perumusan Masalah

Adapun pertanyaan pada penelitian ini adalah bagaimana dampak

abrasi terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanaman

mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-

Banten?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan partisipasi

masyarakat dalam penanaman mangrove yang diakibatkan oleh dampak

abrasi di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-Banten.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti, menambah pengalaman, wawasan dan pemahaman

dalam penerapan konsep dan teori geografi di lapangan.

b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai produk penelitian di

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi geografi

yang diharapkan daat memberikan kontribusi yang baik.

c. Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pengayaan pada bahan ajar

untuk mata pelajaran geografi dan memberikan manfaat pengetahuan

khususnya materi lingkungan hidup pada kelas XI SMA/MA.

d. Bagi pembaca, penelitian ini melengkapi kajian tentang dampak abrasi

terhadap partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan

pembaca dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan

pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi instansi, memberikan informasi sebagai pertimbangan kepada

pengambilan kebijakan berupa rujukan mengenai partisipasi

masyarakat dalam penanaman mangrove. Penelitian ini juga bisa

8

dijadikan sebagai referensi yang dipelajari dan dijadikan pedoman agar

pihak-pihak yang berwenang bisa mengambil keputusan dengan baik

dan benar.

b. Bagi masyarakat, yang terkait juga bagi masyarakat pada umumnya

dapat memberikan informasi mengenai tingkat partisipasi masyarakat

terhadap penanaman mangrove di Desa Ketapang.

c. Bagi peneliti lain, diharapkan berguna sebagai bahan pembanding bagi

penelitian sejenis yang sudah atau penelitian lainnya yang akan

dilakukan, serta menjadi referensi dalam kaitannya dengan penelitian

yang relevan.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Abrasi

a. Pengertian Abrasi

Menurut Hang Tuah dalam jurnal karya Ferli Fajri, Abrasi

pantai adalah kerusakan garis pantai dari terlepasnya material pantai,

seperti pasir atau lempung yang terus menerus dihantam oleh

gelombang laut atau dikerenakan oleh terjadinya perubahan

keseimbangan angkutan sedimen diperairan.1

Sedangkan menurut Kamus Kata Serapan, abrasi dalam bahasa

Inggrisnya abrasion dan bahasa latinnya Abrasio yang artinya

mengikis. Dalam bidang Geologi, abrasi mempunyai arti pengikisan

tebing oleh air (laut, sungai).2 Sedangkan Menurut Nur dalam jurnal

karya Kurnia Damayanti, memberikan penjelasan mengenai abrasi

yaitu, pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat aktivitas

gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan daratan

mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehinga

garis pantai berubah.3

Sedangkan menurut Triatmodjo yang telah dikutip oleh Dwi Ri

Wahyuningsih, dkk, abrasi merupakan suatu peristiwa mundurnya

garis pantai yang rentan terhadap aktivitas yang terjadi di daratan

maupun dilaut. Aktivitas penebangan hautan mangrove,

penambangan pasir, serta fenomena tingginya gelombang dan

pasang surut air laut menimbulkan dampak terjadinya abrasi atau

erosi pantai.4

1 Ferli Fajri, Rifardi, Afrizal Tanjung, Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang Provinsi

Sumatera Barat, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. 17, No 2, (2012), h. 36

2 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 4.

3 Kurnia Damaywanti, Dampak Abrasi Pantai Terhadap Lingkungan Sosial (Studi Kasus di

Desa Bedono, Sayung Demak), Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan 2013, h. 363.

4 Dwi Sri Wahyuningsih, dkk, Efektifitas Upaya Mitigasi Abrasi Berbasis Ekosistem

Dikabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yohyakarta, Prosiding Seminar Nasional Kelautan,

2016, h. 255.

10

Lain halnya yang dikemukakan oleh Mulyanto yang dikutip

oleh Cakrawala Singka Ismail, Abrasi adalah peristiwa terkikisnya

alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena

permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air

laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub utara akibat

pemanasan global.5

Proses terjadinya gelombang dan abrasi adalah ketika

terjadinya gelombang dan tiupang angin yang cukup kencang yang

melanda daerah pantai dan semakin parah jika pantai mengalami

kerusakan. Abrasi tidak terjadi secara seketika, melainkan terjadi

dalam waktu yang lama, akibatnya gelombang yang terus menerus

terjadi lambat laun pantai akan menyempit dan semakin mendekati

permukiman yang ada disekitar. Bukan hanya kekuatan gelombang,

akan tetapi terjangan gelombang secara terus menerus yang

mengakibatkan abrasi.6

Proses kerusakan pantai berupa abrasi pantai dapat terjadi karena

sebab alamiah atau buatan. Pemahaman akan sebab abrasi

merupakan dasar penting dalam perlindungan pantai. Perlindungan

yang baik bersifat komprehensif, dalam arti perlindungan yang

dibuat di satu tempat tidak mengalihkan permasalahan di tempat

lain. Selain itu diharapkan perlindungan tersebut efektif guna

menanggulangi permasalahan kerusakan yang ada.7

Pada saat badai, dimana terjadi gelombang besar dan elevasi

muka air diam lebih tinggi karena Set-up gelombang dan angin, pantai

dapat mengalami erosi. Pada gambar , menunjukkan proses terjadinya

erosi pantai oleh gelombang badai. Gambar 2.1 (a) adalah profil pantai

dengan gelombang normal yang terjadi sehari-hari. Pada saat terjadi

badai yang bersamaan dengan muka air tinggi, gelombang mulai

5 Cakrawala Singka Ismail, dkk., Pengaruh Abrasi Terhadap Tingkat Pendapatan Petani

Tambak Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Juornal Geo Image, Vol.1, No. 1 (Oktober

2012), h. 58.

6 M. Isa Ramadhan, Buku Panduan Pencegahan Abrasi Pantai,(tt.p, t.p, Jurusan Pendidikan

Geografi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h.1.

7 Salamun, Penanganan Abrasi Pantai Pasir Mayang, Berkala Ilmiah Teknik Keairan. No. 1

(Juni 2006), h. 38.

11

menggerus bukit pasir (Sand Dunes) dan membawa material ke arah

laut dan kemudian mengendap gambar 2.1 (b). Gelombang badai yang

berlangsung cukup lama semakin banyak menggerus bukit tersebut,

seperti terlihat pada gambar 2.1 (c). Setelah badai reda gelombang

normal kembali terlihat pada gambar 2.1 (d).8

Dengan membandingkan profil pantai sebelum dan sesudah

badai, dapat diketahui volume sedimen erosi (abrasi) dan mundurnya

garis pantai. Setelah badai berlalu, kondisi gelombang normal kembali

dan akan mengangkut sedimen yang telah diendapkan di perairan

dalam selama badai kembali ke pantai. Dalam waktu panjang akan

membantuk pantai ke profil semula.9

8 Ricky Shuhendry, Abrasi Pantai Wilayah Pesisir Kota Bengkulu: Analisis Faktor Penyebab

dan Konsep Penanggulangannya, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang, 2004, h. 11, tidak

dipublikasikan.

9 Ibid., h. 11.

12

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Pantai (Triatmodjo, 1999)10

(a)

Gelombang Biasa, (b) Awal Serangan Gelombang, (c)

Gelombang Menyerang, (d) Setelah Gelombang

Normal

Sehingga dapat disimpulkan bahwa abrasi adalah suatu

perubahan garis pantai yang berbeda dari semula garis pantai yang

diakibatkan oleh aktivitas alam ataupun aktivitas manusia yang

berdampak terhadap perubahan garis pantai.

b. Faktor-faktor Abrasi

Terjadinya abrasi pantai dilihat dari tiga jenis komponen

faktor-faktor abrasi yang memberikan pengaruh langsung terhadap

kejadian-kejadian dari abrasi pantai. Faktor-faktornya yaitu:

1) Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin

2) Pasang surut yang diakibatkan oleh adanya tarik benda-benda

angkasa

10 Ibid, h. 12.

13

3) Pola arus laut akibat pengaruh pola sirkulasi arah dan kecepatan

angin. 11

Faktor-faktor tersebut merupakan sebab-sebab kerusakan pantai

pada umumnya. Tetapi abrasi pantai terjadi karena ketidakseimbangan

sedimen dipantai. Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi karena

berbagai hal baik alami maupun buatan. Abrasi pantai kerena proses

alami seperti halnya:

1) Sifat daratan pantai yang masih muda dan belum imbang, dimana

sumber sedimen (source) lebih kecil dari kehilangan sedimen

(sink)

2) Subsidence

3) Adanya sink didaerah lepas pantai

4) Perubahan iklim gelombang

5) Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, sand

dune)

6) Naiknya arus air

Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh buatan (manusia) adalah:

1) Perusakan perlindungan pantai alami (penebangan bakau,

pemanenan terumbu karang, pengambilan pasir)

2) Perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat

pembuatan bagunan pantai (jetty, pemecahan gelombang,

pelabuhan, tembok kearah laut)

3) Perubahan suplai sedimen dari daratan (perubahan aliran sungai,

pembutan bendungan di hulu sungai)

4) Perubahan gaya gelombang yang mengenai pantai

5) Pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai.12

Faktor abrasi bisa akibat dari perilaku manusia yang tidak

bertanggung jawab, tetapi faktor alam juga ikut menjadikan pengaruh

terjadinya dampak abrasi, yang dimana faktor alam tidak dapat dicegah

11 Ibid., h. 13.

12

Salamun, op. cit., h. 38-39.

14

untuk tidak terjadi, tetapi setidaknya faktor manusia bisa untuk dicegah

setidaknya untuk mengurangi akibat faktor-faktor abrasi.

c. Dampak Abrasi

Faktor-faktor abrasi akan memberikan dampak abrasi bagi

pesisir pantai. Hal inilah yang diakibatkan oleh abrasi antara lain:

1) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai secara terus menerus

2) Kerusakan hutan bakau disepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang.

3) Rusaknya infrastruktur di sepanjang pantai, misalnya tiang listrik, jalan, dermaga, dll.

4) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.

13

Dampak abrasi yang sudah terjadi sangat sulit untuk

dikembalikan kembali seperti semula. Dikeranakan tanah yang sudah

terkikis terbawa oleh air atau ombak laut. Dampak ini juga akan

mengakibatkan mata pencarian masyarakat seperti nelayan akan

terganggu. Jika dampak ini tidak segera di tanggulangi akan berakibat

sangat parah untuk habitat perairan maupun masyarakat yang tinggal

disekitar pinggir pantai.

d. Tindakan dan Pencegahan

Jika sudah terjadinya abrasi laut, maka tidakan dan pencegahan yang

dilakukan terjadinya abrasi adalah :

1) Membuat hutan mangrove disekita pantai.14

2) Jika terjadi dipantai tanpa permukiman dapat diantisipasi dengan

membuat tanggul sederhana dengan karung berisi pasir dan

ditempatkan disepanjang pantai yang diterjang ombak

3) Jika terjadi dipantai yang berpenduduk atau berdekatan dengan

aktifitas warga, pastikan mengevakuasi terlebih dahulu warga

sekitar, kemudian memberi penanda tempat yang mudah longsong

13 M. Isa Ramadhan, op, cit., h. 2.

14

Luqman Hadiyan Faza dan Yessi Nirwana Kurniadi, Desain Bangunan Pelindung Pantai

Sebagai Penanggulangan Abrasi Dikawasan Pantai Unjung Jabung Provinsi Jambi, Vol. xx, No.

X (Desember 2015), h. 2

15

akibat abrasi, memperkuat tepian pantai dengan tanggul alami dari

karung yang berisi pasir atau material padat lainnya, jika pantai

telah mengalami kerusakan, akan dibuat talud/tanggul atau

pemecah ombak.15

Dampak abrasi berasal dari faktor alam dan tindakan manusia

yang tidak bertanggungjawab. Tetapi jika sudah terjadi setidaknya

manusia memberikan tanggungjawab dengan cara memberikan

pencegahan ataupun tindakan untuk mengurasi dampak yang telah

terjadi.

2. Partisipasi Masyarakat

a. Pengertian Partisipasi

Pengertian partisipasi menurut Daniel dalam jurnal

Mohammad Musleh, partisipasi adalah pengambilan bagian

pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap

tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai pada

monitoring dan evaluasi (controlling).16

sehingga partisipasi adalah

pengambilan bagian atau pengikutsertaan dalam suatu hal yang akan

dilakukan.

Konsep partisipasi menurut Hoofsteede dalam jurnal Muhammad

Musleh, kosep partisipasi mencakup kerjasama antara semua unsur

terkait dan merupakan suatu kesepakatan, harapan, persepsi dan

sistem komunikasi dimana kemampuan dan pendidikan

mempengaruhi sikap dan cara berprilaku seseorang. Partisipasi

berarti mengambil bagian.17

Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Partisipasi memiliki perihal turut berperan serta disuatu kegiatan,

keikutsertaan ataupun peran serta. Lain hal dengan partisipan

15 M. Isa Ramadhan, op, cit., h. 3.

16

Mohammad Musleh, Parida Angraini, Deasy Arisanty, Partisipasi Masyarakat Terhadap

Pengelolaan Kawasan Mangrove di Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Jurnal

Pendidikan Geografi, Vol 2, No 6 (November 2015), h. 4.

17

Ibid., h.4

16

memiliki arti orang yang ikut berperan serta disuatu kegiatan

(pertemuan, konferensi, seminar dsb).18

Sehingga dapat ditarik kesimpulannya dalam arti partisipasi

adalah keikutsetaan dalam melakukan sebuah tindakan yang dapat

memberikan hal positif untuk memberikan dampak yang baik dalam

bermasyarakat.

b. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu Syaraka

yang artinya ikut serta, partisipasi. Sedangkan menurut Peter L.

Berger seorang ahli Sosiologi dalam buku Yesmil Anwar dan

memberikan pengertian tentang masyarakat adalah suatu keseluruhan

kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.19

Sedangkan dalam

bahasa Inggris, masyarakat dapat disebut sebagai society, dengan asal

kata dari socius yang artinya kawan.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masyarakat

memiliki arti yaitu sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya

dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.21

Sedangkan menurut Kontjaraningrat dalam karangan Yesmil

Anwar dan Adang, masyarakat adalah sekumpulan manusia atau

kesatuan hidup manusia yang beriteraksi menurut suatu sistem adat

istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa

identitas bersama.22

Macam-macam Masyarakat

a) Masyarakat Pesisir

Febry Rahmayanti. H mengutip pandangan Nikijuluw,

yang dimaksud masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang

18 Tim penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.

831.

19

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi Untuk Universitas, (Bandung: Refika Aditama, 2013),

h. 173.

20

M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT

Eresco, 1993), h. 63.

21

Tim Kamus Besar, op. cit., h. 721.

22

Anwar dan Adang, op. cit., h. 173.

17

tinggal didaerah pesisir dan sumber kehidupan perkonomiannya

bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut

dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan,

pembudidayaan ikan dan organism laut lainnya, pedang ikan,

pengelola ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan.23

Menurut Ambo Tuwo yang juga dikutip oleh Febry

Rahmayanti H, dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir

bisa terdiri dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa

transportasi, serta kelompok lainnya yang memanfaatkan

sumberdaya nonhayati laut dan pesisir untuk menyongkong

kehidupannya.24

Fanesa Fargomeli mengutip menurut Imron, nelayan adalah

suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung

langsung hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau

budi daya. Pada umumnya tinggal di pinggir pantai, lingkungan

pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan.25

Sedangkan menurut Kusnadi yang telah dikutip oleh Fanesa

Fargomeli, secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat

yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni

suatu kawasan antara wilayah darat dan laut.26

Menurut Charles dalam Widodo yang telah dikutip oleh

Fanesa Fargomeli, telah membagi kelompok nelayan/pesisir

kedalam empat bentuk kelompok, yaitu:

(1) Nelayan subsiten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri

(2) Nelayan Asli (native/indigenous/aboriginal fishers), nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan

kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk

23 Febry Rahmayanti H, Perubahan Interaksi Sosial pada Masyarakat Pesisir Pulau Galang

Kota Batam Pasca Pembangunan Jembatan Barelang, Ringkasan Skripsi Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 9. tidak dipublikasikan.

24

Ibid,. h. 9

25

Fanesa Fargomeli, Interaksi Kelompok Nelayan Dalam Meningkatkan Tarap Hidup Di

Desa Tewil Kecamatan Sangaji Kabupaten Maba Halmahera Timur, Jurnal Acta Diurna Vol

III, No 3 (Tahun 2014), h. 4.

26

Ibid,. h. 4

18

melakukan aktivitas secara komersil walaupun dalam sekala

kecil

(3) Nelayan Rekreasi (Rekreasi/sporta fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan

hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga

(4) Nelayan komersil (Commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan

baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.27

Selain pengertian masayarakat pesisir, Ambon Tuwo Juga

yang dikutif oleh Febry Rahmayanti H, Masyarakat pesisir dalam

kehidupan bermasyarakatnya memiliki lima pendekatan yang bisa

dilakukan atau dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat

pesisir. Untuk menjadikan lima pendekatan ini berhasil perlu

adanya perhatian yang sungguh-sungguh, sehingga dari lima

pendekatan ini adalah sebagai berikut:

(1) Pencipataan lapangan kerja alternatif sebagai sumber

pendapatan lain bagi keluarga

(2) Membedakan masyarakat dengan sumber modal dengan

penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri

(3) Mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang

lebih berhasil dan berdaya guna

(4) Mendekatkan masyarakat dengan pasar

(5) Membangun solidaritas serat aksi kolektif di tengah

masyarakat.28

Fanesa Fargomeli mengutip pernyataan Kusnadi untuk tipe-

tipe masyarakat apapun itu tidak akan terhindar dari masalah-

masalah yang dihadapinya baik dalam segi politik, sosial dan

ekonomi yang kompleks. Tetapi masalah yang lain juga masih

dapat memberikan pengaruh, antara lain:

(1) Kemiskinan (2) Kesenjangan sosial (3) Tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat

27 Ibid,. h. 4

28

Rahmayanti H,. loc. cit

19

(4) Keterbatasan akses modal (5) Teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha (6) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada (7) Kualitas sumberdaya manusia yang rendah sebagai akibat

keterbatasan akses pendidikan

(8) Kesehatan (9) Pelayanan publik (10) Degradasi sumberdaya lingkungan

29

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir

selalu berkaitan dengan hal kelautan dan perikanan. Masyarakat

pesisir untuk perekonomiannya selalu mengadalkan sektor

perikanan.

b) Masyarakat Setempat

Istilah kata (Comminity) dapat diartikan sabagai masyarakat

setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku,

atau bangsa. Apabila anggota-anggota sesuatu kelompok, baik

kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian

rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat

memenuhi kepentingan-kepentingan hidup utama, kelompok

sehingga dapat disebut sebagai masyarakat setempat.30

Tipe-tipe masyarakat setempat :

Untuk dapat mengetahui dan melakukan tindakan masyarakat

setempat, maka yang dapat digunakan empat tipe masyarakat

setempat yang saling berkaitan, seperti:

(1) Jumlah penduduk

(2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah setempat

(3) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh

masyarakat

(4) Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.31

Untuk tipe-tipe masyarakat setempat tersebut untuk

memberikan perbedaan tipe-tipe masyarakat yang lain. Sehingga

akan memberikan kemudahan dalam bermasyarakat. Dan tipe-tipe

29 Fargomeli, op. cit., h. 4-5

30

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 135.

31

Ibid., h. 135.

20

masyarakat setempat dapat dilakukan saling berkaitan satu sama

lain.

c) Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan adalah suatu masyarakat yang mempunyai

hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang

hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

Sistem kehidupan masyarakat pedesaan biasanya masih primitif

dan kadang hidupnya masih tergantung dalam sektor pertanian.32

d) Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan atau urban comunity adalah masyarakat kota

yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan dari pengertian

kota adalah terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda

dengan masyarakat pedesaan.33

Masyarakat kota dalam segala

halnya sudah masuk dalam dunia yang serba modern dan segala

interaksinya sosial dan kebersamaannya berkurang solidaritasnya.

Untuk membedakan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Ini

adalah ciri-ciri dari masyarakat perkotaan, seperti:

(1) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa.

(2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain

(3) Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata

(4) Kemungkinan-kemungkinan adanya untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada

warga desa kerena sistem pembagian kerja yang tegas

tersebut diatas

(5) Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interkasi yang terjadi lebih

didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi

(6) Jalan kehidupan yang cepat dikota mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang

teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-

kebutuhan seorang individu

32 Ibid., h. 136.

33

Ibid., h. 138.

21

(7) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata dikota-kota kerena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh

luar.34

Masyarakat perkotaan memang pada umumnya masyarakat

yang sudah menerima dan terbuka dalam setiap hal. Bukan rahasia

umum lagi jika perkembangan perkotaan lebih pesat

dibandingakan dengan masyarakat pedesaan.

Dari dua kata diatara antara partisipasi dan masyarakat

memiliki kaitannya dalam hal untuk melakukan sebuah kegiatan

kemasyarakatan. Pastisipasi sendiri mempunyai arti keikutsertaan dan

masyarakat memiliki arti seseorang atau kawan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat

adalah suatu tindakan tertentu yang dilakukan oleh seorang atau

sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal bersama dalam suatu

wilayah tertentu yang memberikan bantuannya secara langsung atau

pengikutsertaan dalam melakukan sesuatu pengambilan keputusan

yang bersifatnya positif dan bersifat kontinu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah suatu yang muncul dari masyarakat serta

akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga

faktor pendukung atau yang mempengaruhinya sebagai berikut:

1. Adanya kemauan

2. Adanya kemampuan

3. Adanya kesempatan untuk berpartisipasi35

Sedangkan menurut Tjokroamidjojo dalam Tesis karangan

Bahagia memberikan penjelasan bahwa yang perlu dapat perhatian

dalam partisipasi masyarakat, yaitu:

a. Faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas

34 Ibid., h. 139-140

35

Eka Fitria, Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Pemanfaatan

Tumbuhan Mangrove Sebagai Pangan Alternatif Untuk Menghadapi Ketahanan Pangan, jurnal

Sientiae Educatia, Vol 5, No. 2, 2015, h. 7.

22

b. Faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui

dan dimengerti oleh masyarakat.

c. Faktor pendidikan, dengan tingkat pendidikan yang memadai, individu/masyarakat akan dapat memberikan partisipasi yang

diharapkan.36

Partisipasi masyarakat biasanya memiliki faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi dalam menjalankan sebuah pastisipasi.

Pastisipasi merupakan sebuah kerjasama atau keikutsertaan dalam

melakukan sebuah tindakan yang akan menciptakan sebuah

kebersamaan diantara masyarakat.

d. Tipe Partisipasi Masyarakat

Tipe partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Pretty dkk dalam

IIRR (1998) yang telah dikutip oleh Muhammad Khazali Harahap,

dapat dikelompokan menjadi 7 jenis, yaitu:

1) Partisipasi Pasif

Partisipasi masyarakat dengan diberitahu tentang hal-hal yang

sudah jadi. Hal ini merupakan tindakan sepihak dari administratur

atau manajer proyek tanpa menghiraukan tanggapan masyarakat.

Sumber informasi yang dihargai hanya pendapat para profesional.

2) Partisipasi dalam memberikan informasi

Partisipasi masyarakat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti dengan menggunakan koesioner survai

atau pendekatan serupa.

3) Pastisipasi konsultatif

Partisipasi masyarakat dengan dimintai tanggapan atas suatu hal.

pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan

informasi, dan melakukan analisia.

4) Partisipasi dengan imbalan material

Partisipasi masyarakat dengan cara memberikan kontribusi

sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebagai tenaga kerja,

36 Bahagia, Peran Pemerintah Daerah dan Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitas Hutan

Mangrove Pasca Tsunami Di Kecamatan Baitussalam tahun 2008, Tesis Pada Sekolah sarjana

Universitas Sumatera Utara, Jakarta, 2009, h. 17., tidak dipublikasikan.

23

untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai maupun imbalan

material lainnya. Masyarakat boleh jadi menyediakan lahan dan

tenaga kerjanya, namun tidak terlihat dalam proses eksperimentasi

dan proses pembelajaran. Proses inilah yang selama ini lazim

disebut sebagai partisipasi.

5) Partisipasi fungsional

Partisipasi masyarakat dengan membentuk kelompok untuk

mencapai tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keterlibatan masyarakat biasanya tidak hanya pada awal proyek

atau perencanaan, tetapi juga setelah keputusan pokok telah dibuat

luar. Kelompok masyarakat cenderung menjadi tergantung

terhadap pemprakarsa dan fasilitator luar, tetapi juga mungkin

untuk menjadi mandiri

6) Partisipasi interaktif

Partisipasi masyarakat dalam tahapan analisisi, pengembangan

rencana kegiatan dan dalam pembentukan dan pemberdayaan

institusi lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak dan bukan

sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek

7) Mobilisasi swakarsa

Partisipasi masyarakat dengan mengambil inisiatif mandiri untuk

melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan

konsultatif dengan lembaga eksternal mengenai masalah

sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi

tetap harus memegang kendali menyangkut pendayagunaan

sumberdaya.37

Tipe-tipe partisipasi sangat beragam, jika ingin menerapkan

sebuah partisipasi tergantung dalam kondisi seseorang

menerapkannya. Bisa saja seseorang akan menerapkan partisipasi

37 Muhammad Khazali Harahap, Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan

Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu,

Provinsi Jawa Barat), (Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2001), h. 24-26. tidak

dipublikasikan.

24

pasif yang artinya partisipasi masyarakat dengan diberitahu tentang

hal-hal yang sudah jadi. Hal ini merupakan tindakan sepihak dari

administratur atau manajer proyek tanpa menghiraukan tanggapan

masyarakat. Dalam hal ini melakukan suatu kegiatan hanya untuk

mendapatkan keuntungan sepihak tanpa memikirkan tanggapan dari

masyarakat. Sehingga menggunakan tipe partisipasi masyarakat

tergantung seseorang dalam menentukannya.

e. Tahapan Partisipasi

Menurut Cohen dan Uphoff yang telah dikutip dalam Muhammad

Khazali Harahap, membagi partisipasi masyarakat menjadi empat

tahapan, yaitu:

1) Partisipasi dalam membuat keputusan

Partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat

mengemukakan pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu

rencana kegiatan

2) Partisipasi dalam pelaksanaan

Partisipasi dengan mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan

operasional berdasarkan rencana yang telah disepakati bersama

3) Partisipasi dalam manfaat

Partisipasi masyarakat dalam menggunakan hasil-hasil

pembangunan yang telah dilaksakan, baik pemerataan

kesejahteraan dan fasilitas yang ada dimasyarakat dan ikut

menikmati atau menggunakan sarana hasil pembangunan

4) Partisipasi dalam evaluasi

Partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaannya menilai serta

mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-hasil

pembangunan yang dicapai.38

Sebuah tahapan berarti sama dengan prosedur dalam

melakukan sesuatu. Dalam partisipasi masyarakat haruslah memiliki

tahapan agar semua berjalan sesuai dengan manajemen yang baik.

38 Ibid., h. 27.

25

Tahapan dalam sebuah partisipasi memilik empat tahapan, hal ini jika

salah satu tahapan tidak dijalankan dengan baik maka akan berakibat

pada tahapan yang lain juga.

3. Mangrove

a. Pengertian Mangrove

Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem

pantai atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik, yang

terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Hutan mangrove

merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan

ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang seragam, serta

mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan

bentukan yang khas, dan selalu hijau.39

Menurut Nyabakken dalam kutipan yang dikutip oleh Savira

Margfiratul Fadhilah, kata mangrove berasal dari perpaduan antara

bahasa Portugis (Mangue), dan bahasa Inggriss (Grove).40

Sedangkan

Kata mangrove yang berasal dari bahasa Malayu manggi-manggi

yang mempunyai artinya nama yang diberikan kepada mangrove

merah (Rhizophora spp.). Nama mangrove diberikan kepada jenis

tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di pantai atau goba-goba yang

menyesuaikan diri pada keadaan asin. Selain itu kata mangrove juga

berarti suatu komunitas (mangrove). Komunitas mangrove dan jenis

tumbuh-tumbuhan mangrove sering digunakan dan dikaitkan dengan

kata mangal.41

Menurut Tomlison dan Wightman dalam karangan Amran Saru,

mendefinisikan mangrove sebagai vegetasi yang terdapat di daerah

pasang surut sebagai salah suatu komunitas. Sedangkan definisi

yang lain menurut Nybakken dalam Amru Saru, hutan mangrove

39 Zoeraini Djamal Irwan, Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 135.

40

Savira Maghfiratul Fadhilah, Restorasi Ekosistem Mangrove Di Kabupaten Kendal

Skripsi Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang, 2015., h, 20,

tidak dipublikasikan.

41

Kasijan Romimohtarto dan Sri Junawa, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota

Laut, (Jakarta: Djambatan, 2997), h. 333.

26

merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh

beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada

daerah pasang surut pantai berlumpur.42

Ekosisetem mangrove Menurut Begen yang telah dikutip oleh

Savira Margfiratul Fadhilah, adalah sekumpulan komunitas vegetasi

dipantai tropis dan subtropis, yang didominasi beberapa jenis pohon

mangrove yang mampu hidup dan beradaptasi pada pantai serta

mendapat pengaruh pasang surut.43

Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan

yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal

juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau

juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai

tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat

dinamakan hutan mangrove. Istilah mangrove digunakan sebagai

pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah

pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora

spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain

bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.44

Menurut Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2012 Tentang

Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove pasal 1 ayat 2 yang

berbunyi, ekosistem mangrove adalah kesatuan antara komunikasi

vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikro organisme

sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang

pantai terutama didaerah pasang surut, laguna, muara sungai yang

terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam

membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan.45

Sedangkan pada pasal 1 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 73

Tahun 2012, Pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan adalah

semua upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari

42 Amran Saru, Potensi Ekologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir,

(Bogor: PT. Penerbit IPB Press, 2014), h. 11.

43

Fadhilah. loc. cit.

44

http://imred, (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia (Instutute of

Mangrove Research and Development (IMReD))

45

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012, Tentang Pengelolaan

Ekosistem Mangrove, Jakarta, 2012, h. 5.

http://imred/

27

melalui proses terintegrasi untuk mencapai berkelanjutan fungsi-

fungsi ekosistem mangrove bagi kesejahteraan masyarakat.46

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hutan mangrove

merupakan tumbuhan yang berada di daerah pesisir pantai yang kadar

airnya tawar yang daerahnya pasang surut dan menjadikan tempat

berkembangbiaknya ekosistem yang berada di hutan mangrove.

Mangrove merupakan tumbuhan yang sangat dibutuhkan untuk

sebuah perairan pantai sebagai penompang habitat pantai. Dampak

abrasi yang terjadi jika mangrove.

b. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove

Terlepas dari habitatnya yang unik, ekosistem mangrove mempunyai

ciri-ciri, yaitu:

1) Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit

2) Memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti

jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp.,

serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada

Sonneratia spp dan api-api Avicennia spp

3) Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat

berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora

4) Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.47

Ciri-ciri yang dimiliki oleh mangrove untuk memberikan

kemudahan dalam membedakan mana jenis yang mangrove mana

yang bukan jenis mangrove. Tidak semua orang bisa mengetahuinya

karena banyak sekali jenis-jenis mangrove yang tumbuh diperairan

Indonesia.

46 Ibid., Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012, h. 5.

47

http://imred, (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove), op, cit

http://imred/

28

c. Jenis-jenis Mangrove

Mangrove memiliki beberapa jenisnya yang berbeda-beda seperti:

1) Rhizhopora Mucronata

Rhizhopora mucronata mudah dikenali melalui akarnya yang tegak

dan pengumpulan benih yang sangat panjang, bentuk daun yang

menonjol, bunga yang membentuk kelompok 4-8, ketinggian dapat

mencapai 25 m.

2) Rhizhopora Apiculata

Rhizhopora apiculata tumbuhan mangrove yang memiliki akar

tegak seperti R. mucronata, daunnya memiliki ujung tajam,

ketinggian dapat mencapai 15 m, bunganya membentuk kelompok

dua buah.

3) Bruguiera Gymnorhiza

Bruguiera gymnorhiza memiliki akar setinggi lutut dan akar

penyangga yang kecil, daunnya terjulur, ketinggian mencapai 30

m, memiliki bungan tunggal, benih tebat dan sedikit memiliki

rusuk dengan panjang 20-30 cm.

4) Bruguiera Parviflora

Bruguiera parviflora memiliki akar setinggi lutut dan akar

penyangga yang kecil, daunnya terjulur, ketinggian mencapai 10

m, bunga yang ada membentuk kelompok 3-4, benih tipis berwarna

hijau kekuningan panjang 15-20 m.

5) Cerioops Tagal

Ceriops tagal memiliki akar penyangga setinggi lutut, ujung daun

berbentuk bulat, ketinggian pohon dapat mencapai 6 m, bunga

membentuk kelompok 510, benih tipis berwarna hijau kecoklatan

panjang 25 cm.

6) Avicennia Marina

Avicennia marina memiliki bentuk pneumatophores seperti pensil,

bentuk ujung daun bervariasi, ketinggian mencapai 20 m, bentuk

buah seperti almond.

29

7) Sonneratia Alba

Sonneratia alba memiliki bentuk pneumatophores tebal, bentuk

daun yang bulat, ketinggian pohon 20 m, bentuk bunga besar dan

berwarna putih serta membentuk 1-2.

8) Sonneratia Caseolaris

Sonneratia caseolaris memiliki bentuk pneumatophores seperti

kerucut dengan tinggi 1 m, ujung daun bulat, ketinggian pohon 20

m, bentuk bunga yang besar dan berwarna merah/putih membentuk

kelompok 1-2.

9) Xylocarpus Granatum

Xylocarpus granatum memiliki akar penyangga dan akar papan

berbentuk seperti pita, daun-daunnya membentuk kumpulan daun

(4 daun muda), ketinggian pohon hingga 12 m, bunga kecil dan

membentuk kelompok 8-20.

10) Heritiera Littoralis

Heritiera littoralis memiliki akar yang kuat, memiliki daun

sederhana, ketinggian mencapai 25 m, bunga sangat kecil dengan

kumpulan dahan yang saling terlepas, buah berwarna hijau hingga

coklatan, tekstur lembut, sisi tinggi dan memiliki panjang 5-7 m.48

Jenis-jenis mangrove banyak sekali, terdapat 10 jenis

mangrove. Jenis-jenis mangrove memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda

dalam bentuk morfologi akar, daun, bunga, tinggi pohon. Semua jenis

ini mempunyai ciri khasnya yang tertentu.

d. Fungsi Ekosistem Mangrove

Menurut Kusmana dalam karangan Amran Saru, fungsi hutan

mangrove dibagi atas tiga, yaitu:

1) Fungsi fisik yang dapat melindungi lingkungan dari pengaruh oseanografi (pasang surut, arus, angin, topan, dan gelombang),

mengendalikan abrasi, dan mencegah intrusi air laut ke darat.

48 Amin Fatah, Mitigasi Dampak Abrasi Air Laut Pada Masyarakat Petani Tamba (Studi

Kasus Budidaya Tanaman Mangrove Di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota

Semarang Tahun 2014), (Skripsi S1 Institute Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014),

h. 14-16.

30

2) Fungsi biologi sangat berkaitan dengan perikanan sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding

ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) dari beberapa

jenis ikan, udang, dan merupakan menyuplai unsur-unsur hara

utama di pantai, khususnya daerah lamun dan terumbu karang.

3) Fungsi ekonomi, sebagai sumber kayu kelas satu, bubur kayu, bahan kertas, chips dan arang.

49

Sedangkan menurut Anwar, dkk dalam karangan Amran Saru,

fungsi hutan mangrove dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Secara fisik dapat menjaga kestabilan garis pantai, mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dari tebing sungai, dan

mengolah bahan limbah.

2. Secara biologis merupakan tempat pemijahan dan pembesaran benih-benih ikan, udang, dan kerang-kerangan, tempat bersarang

dan mencari makan burung-burung, serta habitat alami bagi

banyak biota.

3. Secara ekonomi merupakan salah satu daerah pesisir yang cocok untuk tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi dan produksi

dan produksi kayu.50

Fungsi hutan mangrove banyak sekali bagi lingkungan maupun

kehidupan manusia. Semua kembali lagi pada yang memanfaatkan

fungsi mangrove. Jika memanfaatkan dengan baik dan menjaga

lingkungan, akan memberikan kelangsungan hidup yang baik bagi

habitat disekitar hutan mangrove, tetapi jika tidak bisa memanfaatkan

dengan baik akan merusak dan mencemarkan lingkungan hidup.

e. Zonasi Mangrove

Menurut Anwar dalam karangan Amran Saru, memberikan

pengertian zonasi adalah kumpulan vegetasi yang saling berdekatan,

mempunyai sifat atau tidak ada sama sekali jenis yang sama, walaupun

tumbuh dalam lingkungan yang dapat mengakibatkan perubahan nyata

diantara kumpulan vegetasi. Perubahan vegetasi tersebut dapat terjadi

pada batas yang jelas, tidak jelas, atau bisa terjadi bersama-sama.51

49 Saru, op. cit., h. 19.

50

Saru, loc. cit.

51

Saru, op. cit., h. 17-18.

31

Menurut Bengen yang dikutip oleh Amran Saru bahwa hutan

mangrove tumbuh dengan membentuk zonasi ke arah darat. Salah

satu tipe zonasi di Indonesia diketahui atas Avicennia spp biasanya

berasosiasi dengan Sonneratia spp. Zona berikutnya adalah

Rhizophora spp, Bruguiera spp, dan pada zona transisi hutan darat

dan laut banyak ditumbuhi oleh Nypa Fruticans.52

Faktor utama menurut Anwar dalam buku Saru, yang

menyebabkan adanya zonasi hutan mangrove adalah sifat tanah,

salinitas, frekuensi genangan oleh pasang surut, dan ketahanan suatu

jenis vegetasi terhadap terpaan gelombang dan arus.53

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Mangrove

Menurut Bengen dalam Savira Margfiratul Fadhilah, usaha

peningkatan ekosistem dan kegiatan manusia yang kurang

memperhatikan aspek kelestarian ekosistem dapat menimbulkan

permasalahan yang sangat membahayakan bagi ekosistem tersebut.54

Menurut Nybakken yang dikutip oleh Amran Saru,

memberikan penjelasan mengenai kerusakan ekosistem mangrove

umumnya disebabkan oleh faktor utama yaitu:

1) Secara alami, seperti badai topan dapat merusakan dan memporak-

porandakan ekosistem mangrove

2) Buatan manusia, erat kaitannya dengan konversi lahan mangrove

menjadi tambak dan penebangan untuk pemanfaatan dari hutan

mangrove.55

Sedangkan Savira Margfiratul Fadhilah mengutip menurut

Bengen, bahwa kerusakan ekosistem mangrove umumnya disebabkan

adanya kondisi dimana terjadi intervensi ekosistem mangrove oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilihat dari

52 Saru, loc. cit.

53

Saru, op. cit., h. 19

54

Savira Margfiratul, op. cit., h. 25

55

Saru, op. cit., h. 21

32

adanya konversi lahan mangrove menjadi tambak, permukiman,

industri, dsb.56

Kerusakan yang terjadi di muka bumi, tidak akan terlepas dari

perilaku manusianya sendiri. Manusia diberikan kesempatan untuk

memanfaatkan semua yang ada di bumi dengan memanfaatkan yang

sebaik-baiknya bukan mengeksploitasi secara terus menerus. Perlu

adanya pilah memilah dalam hal menggunakan atau memanfaatkan.

g. Dampak dari Kerusakan Mangrove

Kawasan pesisir pantai merupakan wilayah yang secara

ekologis sangat sensitif akan terhadap gangguan akibat adanya

perubahan lingkungan, terutama yang disebabkan oleh aktivitas

manusia yang meningkat. Kondisi tersebut tidak bisa secara parsial

dilihat sebagai masalah salah satu sektor saja, walaupun sektor hulu

yang menerima dampak terbesar adalah sektor perikanan. Masalah

degradasi kualitas dan nilai ekonomi sumber daya alam merupakan

masalah lintas sektoral yang membutuhkan penanganan yang terpadu,

tidak hanya ada tataran komitmen tetapi sampai pada tataran aksi

manajeman pengelolaan ekosistem.57

Aktivitas manusia dapat mempengaruhi kehidupan mangrove

secara luasnya adalah adanya konversi habitat ke pertambakan,

penebangan pohon, sedimentasi dan pencemaran lingkungan. Namun

akibat yang ditimbukan dari kerusakan mangrove adalah:

1. Intrusi air laut

2. Penurunan kualitas perairan

3. Peningkatan abrasi pantai

4. Penurunan produktivitas perikanan (tambak)

5. Berkurangnya fauna makrozoobentos.58

Kawasan pesisir pantai sangat renta terhadap gangguan yang

disebabkan oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Dalam hal ini

56 Savira Margfiratul, op. cit., h. 26.

57

Saru, op. cit., h. 69.

58

Saru, loc. cit.

33

membutuhkan penanganan yang baik dalam mengatasi segala dampak

dari kerusakan di hutan mangrove. Butuh kerjasama dari semua pihak,

baik dari instasi pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk

mencegah kerusakan, setidaknya mengurangi dampak kerusakan

lingkungan yang sudah terjadi.

h. Penyebaran Mangrove di Indonesia

Hutan mangrove tumbuhan yang memiliki banyak jenis-

jenisnya, sementara menurut Soemodihardjo et al. 1993 dalam Strategi

Nasional Pengelol