13
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN PADA ANAK DENGAN NEFROTIK SINDROM Disusun Oleh : Siti Nur Khanifah P17420113031 Tina Rejeki P174201130132 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

Satuan Acara Penyuluhan Ns

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sap

Citation preview

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Ns

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN PADA ANAK DENGAN NEFROTIK SINDROM

Disusun Oleh :

Siti Nur Khanifah P17420113031

Tina Rejeki P174201130132

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2015

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Ns

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang nefrotik sindrom

Sub Pokok Bahasan : Perawatan anak dengan nefrotik sindrom

Hari,tgl : Sabtu,04 April 2015

Waktu : 10:00 WIB

Sasaran : Orang tua dan anak penderita nefrotik sindrom

Tempat : Ruang IRNA RS Sejahtera

A. Tujuan

1. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pasien dapat

mengerti dan memahami tentang Nefrotik Sindrom.

2. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan mengenai Nefrotik Sindrom, keluarga pasien dan

pasien dapat :

a. Menjelaskan pengertian Nefrotik Sindrom

b. Menjelaskan penyebab Nefrotik Sindrom

c. Menyebutkan klasifikasi Nefrotik Sindrom

d. Menyebutkan tanda dan gejala Nefrotik Sindrom

e. Menyebutkan penatalaksanaan Nefrotik Sindrom

f. Menyebutkan komplikasi dari Nefrotik Sindrom

3. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Ns

1. 5 menit Pembukaan :

1.  Mengucapkan salam pembuka

2.      - Memperkenalkan diri

Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan

penyuluhan

4.      Menanyakan kepada keluarga pasien

sejauh mana pemahaman tentang materi

yang akan disampaikan

1.      Menjawab salam

2.      Mendengarkan

3.      Mendengarkan

4.      Menjawab

pertanyaan penyuluh

2. 15 menit Pelaksanaan :

1.      Menjelaskan pengertian Nefrotik Sindrom

2.      Menjelaskan penyebab Nefrotik Sindrom

3.      Menyebutkan klasifikasi Nefrotik

Sindrom

4.      Menyebutkan tanda dan gejala Nefrotik

Sindrom

5.      Menyebutkan penatalaksanaan Nefrotik

Sindrom

6.      Menyebutkan komplikasi dari Nefrotik

Sindrom

1.      Memperhatikan

2.      Memperhatikan

3.      Memperhatikan

4.      Memperhatikan

5.      Memperhatikan

6.      Memperhatikan

3. 10 menit Penutup :

Menggali pengetahuan peserta tentang

materi yang telah disampaikan.

2.      Menyimpulkan hasil kegiatan penyuluhan

3.      Mengucapkan salam penutup

1. Menjelaskan tentang

materi Nefrotik

Sindrom yang telah

disampaikan.

2. Mendengarkan

3.   Menjawab salam

4. Media

a. Lisan

b. Lembar balik

5. Materi

a. Pengertian dari nefrotik sindrom

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Ns

b. Penyebab dari nefrotik sindrom

c. Klasifikasi dari nefrotik sindrom

d. Tanda dan gejala daei nefrotik sindrom

e. Penatalaksanaan dari nefrotik sindrom

f. Komplikasi dari nefrotik sindrom

6. Metode

a. Diskusi

B. EVALUASI :

1. Target Persiapan

a. Tersedianya materi tentang nefrotik sindrom dan perawatannya.

b. Media : Lembar balik

c. Tempat : Ruang IRNA RS Sejahtera

d. Waktu : hari libur yaitu hari Sabtu jam 10:00WIB

2. Evaluasi Proses

a. Pengorganisasian penyuluhan dipersiapkan beberapa hari sebelum penyuluhan.

b. Peserta hadir mengikuti penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan tempat

penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilakukan.

c. Peserta aktif dan antusias mengikuti proses penyuluhan sampai kegiatan

penyuluhan selesai.

d. Peserta mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi.

e. Peserta bisa menjawab pertanyaan denga baik.

3. Evaluasi Hasil

a. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrotik Sindrom diharapkan peserta

mampu :

1) Menjelaskan pengertian Nefrotik Sindrom

2) Menjelaskan penyebab Nefrotik Sindrom

3) Menyebutkan klasifikasi Nefrotik Sindrom

4) Menyebutkan tanda dan gejala Nefrotik Sindrom

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Ns

5) Menjelaskan penatalaksanaan Nefrotik Sindrom

6) Menyebutkan komplikasi dari Nefrotik Sindrom

b. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nefrotik Sindrom diharapkan keluarga

pasien dan pasien mengerti dan memahami tentang Nefrotik Sindrom serta

diharapkan dapat melakukan perubahan perilaku hidup yang lebih sehat untuk

mencegah terjadinya Nefrotik Sindrom.

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Nefrotik Sindrom

Nefrotik Sindrom (NS) merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai

pada anak. Nefrotik sindrom adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan

permeabilitas glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan protein

urinaris yang massif ditandai dengan : proteinuria, hipoalbuminemia, edema disertai

hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi

dan penurunan fungsi ginjal.

Nefrotik Sindrom merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury

glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hypoproteinuria,

hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. (Suriadi, 2006)

Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria,

hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya

faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus. (Hidayat, A.Aziz, 2011)

2. Penyebab Nefrotik Sindrom

Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, namun akhir-akhir ini

dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-

antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:

a. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya

adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap

semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal

pada masa neonatus namun biasanya tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya

penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Ns

b. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh:

1) Malaria kuartana atau parasit lain.

2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.

3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.

4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan

lebah, racun oak, dan air raksa.

5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif

hipokomplementemik.

c. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )

Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan

mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan

yaitu: kelainan minimal, nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan

glomerulosklerosis fokal segmental.

3. Klasifikasi Nefrotik Sindrom

Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:

a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome).

Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.

Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila

dilihat dengan mikroskop cahaya.

b. Sindrom Nefrotik Sekunder

Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik,

purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan

neoplasma limfoproliferatif.

c. Sindrom Nefrotik Kongenital

Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi

yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah

edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan

kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan

dialysis.

4. Tanda dan gejala Nefrotik Sindrom

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Ns

Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik

adalah: (Ngastiyah, 2005)

a. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.

b. Proteinuria dan albuminemia.

c. Hipoproteinemi dan albuminemia.

d. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.

e. Lipid uria.

f. Mual, anoreksia, diare.

g. Anemia, pasien mengalami edema paru.

5. Penatalaksanaan Nefrotik Sindrom

a. Tirah baring

Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak

berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan

tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.

b. Diet

Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan

masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema

menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang

seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten

dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus

mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami

anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.

c. Perawatan kulit

Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit

dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi

sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut,

menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus

dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak

menimbulkan kontriksi, serta hindarkan menggosok kulit.

d. Perawatan mata

Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis

mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Ns

e. Terapi medis

1) Prednisolon digunakan secara luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai

efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan

sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan

cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau

diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan,

osteoporosis, ulkus peptikum, diabetes mellitus, konvulsi dan hipertensi.

2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat

cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik

( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis

dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan

siklofosfamid.

f. Penatalaksanaan krisis hipovolemik

Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan.

Terapinya adalah dengan memberikan infus plasma intravena, serta monitor nadi dan

tekanan darah.

h. Pencegahan infeksi

Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan

pneumokokus, kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada

anak dengan steroid dan siklofosfamid.

i. Perawatan spesifik

Meliputi mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbangan harian, pencatatan

tekanan darah dan pencegahan dekubitus.

j. Dukungan bagi orang tua dan anak

Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan

perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang

berat pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara

periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka dapat

mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada

mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumah sakit.

6. Komplikasi dari Nefrotik Sindrom

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Ns

a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat

hipoalbuminemia.

b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang

menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.

c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi

peninggian fibrinogen plasma.

d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.

(Rauf, .2002 : .27-28)

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta: Salemba Medika.

Suriadi .2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung.

Sudoyo, Aru, Dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Depertemen

Ilmu penyakit Dalam FKUI.