25
MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA WAYANG PURWO LAKON DEWA RUCI SAJIAN NARTOSABDO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh: HERRY MULYONO NIM : S.300080010 PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA

WAYANG PURWO LAKON DEWA RUCI

SAJIAN NARTOSABDO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

Pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh:

HERRY MULYONO

NIM : S.300080010

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

i

HALAMAN PERSETUJUAN

MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA

WAYANG PURWA LAKON DEWA RUCI

SAJIAN NARTOSABDO

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

HERRY MULYONO

S.300080010

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing,

Dr. Nanik Prihartanti, M.Si.

Page 3: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

ii

HALAMAN PENGESAHAN

MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA

WAYANG PURWA LAKON DEWA RUCI

SAJIAN NARTOSABDO

Oleh :

HERRY MULYONO

S.300080010

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Program Studi Sains Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal: 13 Desember 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Page 4: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Herry Mulyono

NIM : S.300080010

Program Studi : Sains Psikologi

Konsentrasi : Pendidikan Psikologi

Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang

Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo

Tesis yang saya tuliskan adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, kecuali

kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang sudah saya jelaskan

sumbernya. apabila tesis ini jiplakan atau plagiasi, gelar yang diberikan oleh

Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat dibatalkan untuk saya terima

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Page 5: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

1

ABSTRAK

MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA

WAYANG PURWA LAKON DEWA RUCI

SAJIAN NARTOSABDO

Pendidikan secara umum memiliki tugas suci dan mulia untuk memberdayakan

manusia dalam memenuhi cipta, rasa, dan karsa dengan mengembangkan dan

menerima muatan nilai-nilai dalam proses pendidikan. Era globalisasi, wayang

sudah ditinggalkan generasi mudanya karena tergusur budaya asing yang

membanjiri melalui teknologi informasi. Simbolisme dalam cerita Dewa Ruci ini

berkontribusi sebagai informasi tentang muatan nilai-nilai pendidikan sebagai

kearifan lokal yang tersosialisasikan ditinjau dari Psikologi Pendidikan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menemukan nilai-nilai psikologis dalam merespons

rangsangan (stimulus) tontonan berupa cerita wayang dengan cerdas untuk

dipahami (respons) sebagai motivasi diri (output). Kedua ilmu ini hampir tidak

terpisahkan, tontonan wayang memberikan bimbingan hidup dan manusia tidak

akan sukses bila tidak mendasarkan diri kepada psikologi. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitataif diskriptif dengan

mentranskrip rekaman pita kaset dan studi pustaka, dokumen, dan beberapa

narasumber di bidang wayang, budayawan, pendidik, dan sastrawan bahasa Jawa.

Hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai murid yang cerdas meyakini

bahwa di dalam diri seorang guru melekat ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan

dunia dan akhirat, sehingga dalam mengupayakan ilmu akan dilaksanakan dengan

sepenuh hati, dan diupayakan hingga terwujudnya ilmu yang dicari (ilmu

kesempurnaan hidup). Melalui cemeti orang memotret (stimulus) dari tontonan

dengan cerdas dapat memahaminya secara ideal (respons) sehingga berfungsi

sebagai pedoman hidup untuk dijadikan motivasi diri (output), banyak bakat yang

tidak berkembang karena tidak diperoleh motivasi yang tepat. Cerita Dewa Ruci

memberikan rangsangan psikologis yang mengarahkan suatu perbuatan atau

tingkah laku menuju keberhasilan, tujuan kebaikan dengan latar belakang ikhlas

dan suci apabila diupayakan dengan sungguh-sungguh akan memperoleh hasil

sesuai dengan tujuan yaitu ilmu kesempurnaan hidup yang diperolehnya melalui

wejangan Dewa Ruci. Implikasi dalam penelitian ini adalah memahami pola

tingkah laku dalam bereaksi dan bersikap antara guru dengan peserta didiknya

untuk mewujudkan suatu keberhasilan.

Kata kunci : Cerdas, memahami, dan motivasi diri (CEMETI).

Page 6: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

2

ABSTRACK

EDUCATION VALUES CONTENT IN THE STORY OF WAYANG

PURWA WITH TITLE DEWA RUCI IN PRESENTATION OF

NARTOSABDO

Education in general has a sacred and noble duty to empower human beings in

fulfilling inventiveness, taste, and initiative by developing and receiving the

content of values in the educational process. The era of globalization, wayang has

been abandoned by the young generation because of displaced foreign culture

that flooded through information technology. The symbolism in Dewa Ruci's story

contributes to the contribution of information about the content of educational

values and as a socialized local wisdom in terms of Educational Psychology. The

purpose of this study was to find psychological values to be instrumental in

responding to the stimulus of the spectacle of wayang stories intelligently to be

understood as a self-motivation (output). Both of these sciences are almost

inseparable from the spectacle of puppets providing life guidance, human beings

will not succeed if not based on psychology. The method used in this research is

descriptive qualitative method by transcribing cassette tape recordings and

literature study, document, and some speakers in field of wayang, humanist,

educator, and writer of Javanese language. The result of this research is that

students who are intelligent believe that in a teacher attaches a useful science to

the life of the world and the hereafter, so that in pursuing knowledge will be

carried out wholeheartedly, not run from responsibility and strived until the

realization of science sought perfection of life). Through the whip the

photographer (stimulus) of the spectacle can intelligently understand the ideal

(response) so that it serves as a guide for life to be self-motivated (output), both

with change and without change though. Many talents are not developed because

they do not get the right motivation. Dewa Ruci's story provides a stimulus that

directs an action or behavior toward success, the purpose of kindness with sincere

and sacred background if strived earnestly will get results in accordance with the

expected final goal is the science of perfection of life obtained by the discourse of

God Ruci. The implications of this research are to understand behavioral patterns

in reacting and acting between teachers and learners to achieve a success.

Keywords: Intelligence, understanding, and self-motivation (CEMETI).

Page 7: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

3

1. Pendahuluan

Pendidikan memiliki tugas suci dan mulia yaitu memberdayakan manusia

sehingga mampu mengaktualisasikan diri melalui cipta, rasa dan karsa.

Pendidikan di Indonesia tengah mengalami paradigma perubahan dalam rangka

membangun visi baru dengan pendekatan kebijakan yang humanis. Undang-

Undang RI nomor 20 tahun 2003 mengamanatkan sistem pendidikan dengan

memperhatikan unsur budaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Generasi muda bangsa Indonesia saat ini dibanjiri dengan teknologi

informasi yang datang dari asing tanpa daya saring dan tidak lagi memperhatikan

etika serta unsur kearifan lokal. Sungguh tidak mudah membangun manusia

cerdas individu dan cerdas kolektif sebagai jati diri bangsa melalui pendidikan

yang berkualitas dengan latar belakang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

(IPTEKS) dan dengan iman dan taqwa (IMTAQ). Oleh karena itu dibutuhkan

media pendidikan yang tepat sehingga dapat mempengaruhi perilaku manusia

yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia melalui budaya.

Wayang kulit purwo sebagai pertunjukan multidimensional, dan sebagai

seni budaya asli bangsa Indonesia khususnya Jawa sangat kaya dan memiliki

kearifan lokal serta masih sesuai dengan perkembangan zaman. Wayang kulit

purwo diciptakan oleh nenek moyang zaman dahulu sebagai simbolisme

kehidupan manusia yang bersifat lahiriah dan rohaniah yang berfungsi

membangun etika, media dakwah dan pendidikan. Oleh karena itu melihat

wayang bagaikan melihat cermin, karena dengan melihat pagelaran wayang tidak

Page 8: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

4

saja melihat dari unsur kesenaian saja melainkan dapat diketemukan berbagai

muatan nilai yang tersirat dan terkandung dalam setiap lakon wayang.

Wayang kulit purwo dapat bermanfaat sebagai media komunikasi dan

informasi dan inspirasi yang layak untuk dikaji secara mendalam. Muatan nilai-

nilai yang terkandung dalam setiap lakon dapat berfungsi sebagai norma dan dapat

ditafsirkan secara psikologis sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Motivasi

dan kesan-kesan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam setiap lakon wayang

akan mudah dicernakan menembus segi-segi paling dalam (diinternalkan) bila

disajikan melalui pertunjukan wayang. Melihat pertunjukan wayang dengan

disertai keindahan berbagai macam seni yang digelar dalam pentas akan lebih

mudah diterima dari segi etika dan estetika dan dipahami sebagai komunikasi dan

informasi serta inspirasi yang jauh lebih akrab. Dengan kata lain tontonan

merupakan peristiwa interaksi psikologis yang dibangun di atas azas

ketidakbiasaan (Simatupang,2013).

Peneliti berharap kajian wayang kulit purwo yang sudah mulai ditinggalkan

oleh generasi muda dapat kembali menjadi nuansa baru, dan dapat dijadikan

kontribusi untuk dilihat dari segi tontonan, tuntunan dan sebagai motivasi diri.

Dalam setiap lakon wayang kulit purwo apabila digali dan dikaji secara mendalam

banyak sekali nilai-nilai simbolisme yang tersembunyi dan bermanfaat untuk

membentuk perilaku dengan meneladani tokoh-tokoh wayang . Sebagai sumber

komunikasi dan informasi bila ditafsirkan wayang kulit purwo tidak akan pernah

kering untuk digali dan dikaji.

Page 9: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

5

1.1. Kajian Teori

Pilihan peneliti terhadap lakon Dewa Ruci merupakan salah satu ikon cerita

wayang kulit purwo terkenal yang banyak dan sering dilakonkan oleh para dalang,

karena terdapat kandungan isi berupa ajaran-ajaran mistis, tarikat dan makrifat.

Penulis dalam hal ini ingin mengkajinya melalui muatan nilai-nilai pendidikan

dengan tujuan untuk menemukan tentang nilai-nilai yang terkandung didalam

cerita Dewa Ruci melalui unsur psikologi pendidikan, cerdas (stimulus),

memahami (respons) sebagai motivasi diri (output) atau cemeti. Jadi untuk

memahami wayang sangat tergantung pada alat atau pisau bedah yang dimilikinya

untuk membedah simbolisme wayang (Mulyono S, 1989).

Peranan wayang bila dikaji secara mendalam akan didapatkan nilai-nilai

perlambang (symbolisme) yang sangat penting bagi kehidupan manusia dari nilai-

nilai pendidikan maupun unsur psikologisnya. Tokoh-tokoh yang dibangun dalam

wayang kulit purwo juga memiliki makna tersendiri, seolah-olah tokoh-tokoh

dalam wayang melakukan tugasnya untuk memerankan karakter-karakter tertentu

yang berkualitas dalam menyampaikan pikiran-pikiran arif yang disampaikan oleh

dalang (Rauf Amin, 2010).

Pribadi memiliki keunikan yang membuat berbeda dengan pribadi lain, dan

selalu berubah-ubah dalam struktur tindakan, dengan penanaman nilai perlu ada

pengertian perasaan dalam sebuah tindakan cerdas, memahami dan motivasi diri.

(cemeti). Manusia diarahkan secara esensial pada nilai-nilai untuk

mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat mewujudkan keinginannya

sebagai tindakan nyata (kognisi dan konasi). Pesan-pesan moral yang terkandung

dalam setiap cerita wayang kulit purwo dapat memberikan sejumlah alternatif dan

Page 10: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

6

pandangan sebagai obyek pembawa nilai. Memotret obyek nyata (fakta)

ditangkap melalui indranya dengan disertai keterbukaan hati, nilai ditangkap

selaras dengan kepekaan individu diterimanya sebagai pandangan hidup.

Pandangan setiap individu dalam merespons obyek akan diterima dengan berbeda

satu diantara yang lain oleh karena itu diperlukan ilmu (sciense) yang terukur dan

teruji sebagai alat penyeimbang, sehingga tidak menjadikan diri sebagai manusia

superiority (yang paling benar/super). Ilmu dalam hal ini untuk menguji dan

mengukur seberapa jauh kebenaran yang diterima melalui fungsi indrawi dan

dapat diterima oleh semua fihak sebagai unsur kebijakan (wisdom). Dalam hal ini

perlu membedakan antara nilai dan obyek nyata, pembawa nilai tidaklah mungkin

ditemukan hanya dengan indra melainkan dengan intelektual, walaupun

penangkapan nilai lewat indra yang sama (Soegeng AY, 2013).

Pendidikan merupakan perpaduan tujuan yang bersifat pengembangan

kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal yang dapat memainkan peranan

sebagai warga dalam lingkungannya. Menurut John Locke, manusia lahir tidak

dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, karena manusia dilahirkan dalam keadaan suci, putih bersih (tabula

rasa) dan sebagai makhluk sosial (empirisme) perlu belajar untuk dapat

berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif melalui bantuan manusia lain

sehingga terjadi saling mempengaruhi.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berhasil membantu

individu dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup dengan tujuan

yang tepat. Aliran Psikologi Gestalt memberikan pandangan bahwa manusia

Page 11: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

7

adalah makhluk yang mempunyai kebebasan cara memilih dan cara bereaksi

terhadap stimuli yang diterimanya atau ditolaknya. Gambaran dari hasil hubungan

antarmanusia menyebabkan manusia mempunyai kesadaran/penilaian dirinya

(self assessment) dari kemampuan-kemampuan: kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Fungsi sosialisasi dalam pendidikan merupakan fungsi untuk

mendidik dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada

masyarakat lain. Dalam komunikasi antarbudaya jarang terjadi ilmu atau

kajiannya bebas nilai atau budaya, seringkali tidak memahami perilaku verbal,

tetapi yang lebih penting adalah bagaimana manusia menangkap dan memahami

nilai yang terkandung di dalam cerita untuk disikapi sebagai konsep diri. Peserta

didik dalam upaya mencari kebenaran tidak cukup melalui penemuan data dan

mengetahui fakta, namun kebenaran berimplikasi pada upaya manusia untuk

memperoleh pengetahuan secara terus menerus dalam segala hal. Karena itu

pendidikan di sekolah seharusnya memberikan prioritas untuk membangkitkan

nilai-nilai kehidupan, serta memperjelas implikasinya terhadap kualitas hidup

dalam masyarakat. Semua bangsa dan budaya tidak ada keraguan untuk

menerima dan menghargai nilai intelektual, etika, dan estetika, akan tetapi prinsip

nilai ini terlalu umum untuk dapat membantu masyarakat dalam memecahkan

masalah yang lebih spesifik. Di dalam realitas kehidupan, masyarakat

membutuhkan uraian rinci tentang prinsip-prinsip nilai yang luas dan beragam,

sehingga menghasilkan proses pendidikan yang efektif (Mulyana, 2004).

Wayang sebagai budaya warisan leluhur bangsa Indonesia menjadi dasar

bagi individu dan bangsa untuk mampu menjadi ciri identitas atau jati diri bangsa

Indonesia yang memiliki makna kearifan lokal, karena di dalamnya terdapat

Page 12: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

8

seperangkat nilai yang mendasar untuk dapat dijadikan orientasi norma

kepribadian bangsa.

Budaya Jawa mengapresiasi kebajikan yang memberikan sumbangan

terhadap keharmonisan integrasi sosial. untuk menjaga agar kerukunan dapat

terwujud. Orang Jawa dituntut untuk dapat bersikap rendah hati dan hidup

sederhana (samadya). Selain itu, orang Jawa juga diarahkan agar dapat

menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi, bertindak secara wajar dan

tidak boleh berlebih-lebihan. Bentuk perilaku sebagai wujud kebajikan yang

dinilai ideal mencakup patuh (Jawa: manut) terhadap orang yang lebih senior.

Tradisi Jawa memandang semua orang tidak sama (unequel), yang ditunjukkan

dalam banyak aspek perilaku sosial sehingga sikap hormat perlu ditanamkan pada

anak (Lestari, 2012).

Dewasa ini nilai-nilai kehidupan masyarakat semakin luntur dan kehilangan

jati sebagai bangsa yang bermartabat dan berkepribadian dengan dasar Pancasila

akibat banjirnya teknologi dan informasi yang datangnya dari berbagai penjuru

dunia. Masuknya teknologi dan informasi merambah ke semua usia tanpa adanya

filter yang digunakan sebagai norma dan nilai yang dapat memberikan arah

melalui tindakan-tindakannya yang mencerminkan ciri budaya dan jati diri bangsa

Indonesia. Generasi muda sangat jarang yang tertarik mempelajari kearifan lokal

bagi kepentingan bangsanya. Kearifan lokal masa lalu jarang dipahami karena

dianggap sudah tidak sesuai dengan zamannya. Generasi muda perlu memahami

makna kearifan lokal sebagai jati diri bangsanya yang berderajat tinggi dan

sungguh luar biasa (adi luhung). Akankah generasi yang akan datang mengubur

Page 13: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

9

jati diri bangsa yang telah diwariskan oleh nenek-moyang sebagai budaya yang

memiliki khas kerifan lokal yang bernilai dan berderajat tinggi. Akhirnya perlu

dipahami bersama dalam membangun karakter kepribadian bangsa Indonesia yang

bermartabat sangat diperlukan tokoh atau figur sebagai keteladanan dengan

penyampaian makna kearifan lokal tentang nilai yang dipilih sebagai suatu

alternatif, dan diwujudkan untuk mempertinggi integrasi diri yang selalu

berkembang ke arah kematangan serta kedewasaan sebagai manusia yang

berkarakter dan humanis.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif

studi pustaka, dimaksudkan untuk mendapatkan teori informasi yang

berhubungan dengan obyek penelitian dengan menunjukkan originalitas

penelitian. Studi pustaka lebih diutamakan pada sumber-sumber buku tertulis,

tulisan, dokumen, narasumber dan media lain yang berkaitan langsung dengan

obyek penelitian baik yang bersifat informatif maupun tulisan yang berisikan

pembahasan secara rinci yang mengarah pada pengkajian analitisnya. Metode

deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu

dibalik fenomena yang tersembunyi, belum diketahui dan untuk mendapatkan

wawasan yang baru sedikit diketahui.

Adapun yang dapat dilakukan dalam penelitian ini:

a. Mengidentifikasi dan mendiskripsikan tema-tema yang muncul dari

hasil penelusuran melalui dokumen, buku-buku pustaka, dan hasil

Page 14: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

10

wawancara dengan narasumber dari berbagai latar belakang profesi

(Dalang, Budayawan, Dosen, dan Sastrawan);

b. Melakukan kategori dari tema-tema yang muncul;

c. Melakukan analisis tema-tema yang muncul beradasarkan muatan nilai-

nilai yang terkandung dalam cerita Dewa Ruci;

d. Mengenal model-model pendidikan berdasarkan muatan nilai-nilai yang

terkandung dalam cerita Dewa Ruci;

e. Pada tahap analisis, data-data yang diperoleh dari percakapan

(antawacana) antar tokoh dalam cerita Dewa Ruci, kemudian diseleksi

tentang kebenarannya, diidentifikasi, diatur, dikelompokkan sesuai

dengan keterkaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Tahap akhir data-data yang sudah terseleksi diinterpretasikan tentang

muatan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Dewa Ruci, kemudian

diolah sehingga ditemukan analisis isi (content). Hasil analisis berupa

uraian deskriptif dan ditulis secara sistematis.

f. Membuat kesimpulan, saran dan rekomendasi.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Interpretasi dilakukan dengan berbagai kenyataan dan gejala terhadap suatu

peristiwa yang terjadi selanjutnya diuraiakan dalam bentuk bahasa dan pikiran.

Dengan dieksplisitkan sebagai pengalaman yang dimaknai dengan cerdas, dan

memahaminya sehingga berfungsi sebagai pengalaman baru untuk memotivasi

diri (cemeti).

Page 15: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

11

Cerdas, memahami, dan motivasi diri merupakan implentasi dari unsur

psikologi pendidikan yang berupa:

3.1. Cerdas dalam menerima rangsangan (stimulus).

Orang pergi melihat tontonan berupa pergelaran wayang kulit purwo

dengan kesadaran bahwa orang tersebut memiliki keinginan untuk

melihat, mendengar, menikmati secara keseluruhan melalui fungsi

indrawinya. Manusia bebas memilih dan bereaksi terhadap stimuli

(rangsangan) yang diterima atau ditolaknya. Nilai tidak ada dalam diri

individu melainkan merupakan hasil interaksi antarpribadi yang

menghasilkan nilai. Dalam ilmu filsafat, axiologi adalah perilaku

manusia yang berhubungan dengan nilai, semua yang dikerjakan

menghasilkan sesuatu yang bernilai baik dari segi etika maupun

estetika. Nilai yang bersifat historis, sosial, biologis atau yang bersifat

individual dengan berbagai pertimbangan secara cerdas menghasilkan

emosi dan perasaan, sedangkan hiburan diterima manusia dalam bentuk

kesenangan. Manusia tidak akan terlepas dari nilai, segala perbuatan,

tindakan, kegiatan dan perilaku manusia selalu dinilai. Manusia adalah

insan yang menilai dan dinilai, langkah orientasi dan informasi

merupakan umpan balik yang dapat bermakna bagi dirinya. Secara

psikologis sikap dan perilaku superiority ternyata dapat berubah melalui

proses sosialisasi dengan adanya pengalaman-pengalaman baru.

Nilai secara normatif berkembangnya melalui proses dan tahapan

yang berupa hasil pengamatan nyata yang berupa tanggapan, sehingga

ketika individu menerima rangsangan eksternal dari tontonan

Page 16: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

12

(pagelaran wayang) yang di dalamnya banyak muatan nilai-nilai

pendidikan yang tersembunyi dapat dimaknai secara cerdas disimpan

dalam ingatan dengan setia dan berkontribusi secara psikologis untuk

berubah atau tidak berubah sama sekali.

3.2 . Memahami tontonan sebagai tuntunan (respons).

Melihat atau mendengar pergelaran wayang kulit purwa orang

dapat berfantasi dengan perantaraan setiap figur tokoh maupun jalan

cerita yang dilakonkan. Dalam hal ini, semua tergantung dari

kemampuan dan keterampilan dalang sebagai penggerak kehidupan

wayang dalam melakonkan cerita.

Setiap tokoh wayang memiliki tipe dan karakter berbeda-beda,

dalam dunia wayang tersimpan nilai-nilai pandangan hidup masyarakat

Jawa yang dapat menggambarkan berbagai tantangan dalam mengatasi

kesulitan hidup. Jadi untuk dapat memahami muatan nilai-nilai yang

terkandung dalam setiap lakon wayang tergantung dengan ketajaman

pisau bedah yang dimiliki untuk dapat membedah simbolisme nilai-

nilai yang tersembunyi.

Setiap lakon wayang selalu terdapat dan ditunjukkan pandangan-

pandangan antara kebaikan dan keburukan sehingga dalam memahami

cerita wayang yang banyak menyediakan lakon wayang akan

mmemberikan tuntunan untuk direspons bagi orang yang melihat

dengan pemaknaan yang mendalam dan komplek.

Page 17: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

13

3.3. Wayang sebagai motivasi diri (output).

Setiap tokoh yang dibangun dalam wayang memiliki makna yang

kuat seolah-olah tokoh-tokoh dalam wayang mempunyai tugas untuk

memerankan karakter-karakter tertentu. Seseorang dapat meneladani

sikap dan perilaku setiap tokoh yang digambarkan dalam figur wayang.

Untuk memperoleh nilai-nilai kebajikan sangat tergantung dari

kemampuan individu dalam mencerna, menghayati dan memahami

bentuk dan lakon setiap pergelaran wayang.

Cerita Dewa Ruci mengandung berbagai makna filosofis, tarikat,

makrifat dan makna lain yang tersembunyi secara simbolisme. Kajian

cerita Dewa Ruci dari sudut pandang psikologi dan pendidikan terdapat

makna kesetiaan, rasa bakti dan hormat, patuh dan taat kepada guru

yang telah menjadi pilihannya. Dewa Ruci adalah suatu karya sastra

yang diambil dari lakon wayang purwo yang adi luhung dan isinya

dapat ditafsirkan dan dimaknai sebagai bekal dalam kehidupan. Dalam

cerita Dewa Ruci terdapat gambaran tentang perjuangan seorang murid

dengan terus menerus menuntut ilmu sehingga berhasil, dalam

ungkapan pandangan masyarakat Jawa ilmu kuwi kelakone kanthi laku

yang dapat dimaknai untuk memperoleh ilmu harus diupayakan dengan

kesungguhan sehingga berhasil. Cerita Dewa Ruci menggambarkan

perjuangan seorang murid untuk taat menjalankan tugas guru dengan

sekuat tenaga dan dengan menghadapi berbagi kesulitan sehingga

memperoleh yang dicita-citakan berupa wejangan ilmu kesempurnaan

hidup

Page 18: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

14

Adapun muatan nilai-nilai pendidikan dalam cerita Dewa Ruci

diantaranya:

a. Pentingnya nilai ketekunan, kegigihan, keyakinan dan kepercayaan

kepada seorang guru. Diawali dari permohonan seorang murid

bernama Bima kepada guru Drona untuk dapat memberikan

wejangan ilmu tentang kesempurnaan hidup. Guru Drona

menganggap permintaan wejangan ilmu kesempurnaan hidup

merupakan permintaan yang tidak wajar karena tidak mungkin

setiap orang memilikinya, oleh karenanya Bima diperintahkan

untuk mencari tirta pawitra mahening suci yang tempatnya di

tengah hutan Tikbrasara di dalam goa Sigranggo sebagai

persyaratan. Dari kegagalannya dalam pencarian di hutan, maka

perintah kedua dari guru Drona kepada Bima untuk mencarinya di

tengah samudra. Bima dengan keyakinan penuh tanpa ragu-ragu

karena tidak mungkin seorang guru akan menjerumuskan dirinya,

dan dipercaya bahwa guru adalah sumber ilmu untuk kebahagiaan

dunia dan akhirat, maka segala perintah guru dipatuhi dengan

ketekunan, keyakinan, kesabaran dan keikhlasan dengan niat suci

akan diperoleh ilmu yang diharapkan yaitu wejangan ilmu

kesempurnaan hidup.

b. Bekerja dengan sungguh-sungguh, berani mengambil segala

resiko, tantangan dan berbagai langkah yang harus ditempuh dalam

menuntut ilmu sehingga mewujudkan hasil seperti yang

diharapkan berupa wejangan ilmu kesempurnaan hidup. Bima

Page 19: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

15

menyerahkan diri dengan sepenuh hati kepada guru Drona, dan

Bima yakin bahwa kematian ada ditangan Tuhan, dengan

kepatuhan penuh dan ketaatan yang tinggi oleh karena itu segala

yang diperintahkan dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa

mempertimbangkan segala resiko membahayakan keselamatan

jiwanya. Sebagai murid, Bima berkeyakinan bahwa guru adalah

orang yang memberi petunjuk jalan kehidupan berupa ilmu, karena

di dalam diri guru melekat ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan

dunia dan akhirat oleh karena itu layak untuk dijadikan

keteladanan. Pada kenyataannya keinginan baik Bima banyak

resiko serta tantangan termasuk dari pihak keluarga sendiri bahkan

maut yang mengancam dirinya. Dengan tekad bulat, bersungguh-

sungguh dilandasi ikhlas dan niat suci akhirnya Bima memperoleh

keberhasilan yaitu bertemu dengan Dewa Ruci untuk mendapat

wejangan tentang ilmu kesempurnaan hidup.

c. Guru adalah orang yang berjasa mengajarkan ilmu dan ukuran

keberhasilan guru terletak pada kemampuan mentransfer ilmu

pengetahuan dan menanamkan perilaku normatif kepada murid

tanpa harus memandang sefihak, membedakan siapapun, dan asal-

usul murid yang dididiknya. Sedangkan keberhasilan murid dalam

pendidikan adalah apabila murid memiliki jiwa kedisiplinan,

keterampilan, kreativitas dan konsistensi tingkah lakunya. Dalam

cerita Dewa Ruci guru Drona telah berhasil membimbing

Page 20: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

16

muridnya bernama Bima sehingga bertemu dengan Dewa Ruci

untuk memperoleh wejangan ilmu kesempurnaan hidup.

Pesan-pesan, nasehat dalam masyarakat Jawa biasanya disampaikan dalam

bentuk-bentuk simbolisme dan sindiran-sindiran. Simbolisme pendidikan

biasanya menggunakan tembang, salah satunya menggunakan media wayang yang

dilakonkan oleh seorang dalang, ketika digelar dalam pertunjukan dan dilakonkan

setiap ceritanya dapat diambil makna secara psikologis sebagai gambaran hidup

dan penilaian tentang kehidupan baik atau buruk/jahat.

Nilai yang dapat diambil dari cabang filsafat disebut aksiologi, atau nilai-

nilai yang dikehendaki oleh manusia sebagai pedoman hidup yang berkaitan dan

menyangkut masalah hubungan benar dan tepat antar pendapat-pendapat yang

dimiliki oleh setiap individu manusia. Oleh karena itu penulis mengisyaratkan

untuk berpikir dengan memanfaatkan logika dari segi etika (perilaku, norma, adat

istiadat) dan estetika (nilai keindahan). Setiap yang diterima oleh indrawi

(penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan perasaan) perlu kiranya

menggunakan nilai positif dan obyektif. Nilai positif dan obyektif perlu

dikembangkan dengan mencari pendukung berupa teori atau musyawarah, dan

ilmu, sehingga apa yang diterima terukur dan teruji dapat dan dapat berfungsi

sebagai langkah kebijakan yang bermafaat sebagai pengalaman berharga bagi

dirinya dan motivasi bagi orang lain.

Manusia memiliki nilai yang sebenarnya bagi manusia, dengan kata lain

merupakan nilai kesempurnaan dalam kehidupan. Secara kodrati manusia

mempunyai pengetahuan tentang perilaku baik dan buruk. Ajaran, wejangan dan

khotbah yang berwujud lisan, tulisan, gambar, atau media lain adalah sekumpulan

Page 21: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

17

informasi yang berfungsi secara psikologis untuk membedakan antara perilaku

baik dan buruk.

Berdasarkan gambaran di atas, peneliti fokus dengan rumusan masalah

dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data studi dokumentasi yang

dilakukan secara purposive, cerita wayang kulit purwa lakon Dewa Ruci sangat

unik dan dapat ditafsirkan dari unsur tarikat dan makrifat. Peneliti meyakini

bahwa dari segi aksiologi, cerita Dewa Ruci didalamnya terkandung muatan

nilai-nilai pendidikan yang dapat berfungsi secara psikologis sebagai tontonan,

tuntunan, dan motivasi diri, dengan bebas manusia dapat menangkap stimuli yang

digambarkan dalam cerita, difahami dari segi etika dan estetika tentang muatan

nilai-nilai yang terkandung dan dapat berfungsi sebagai motivasi diri baik dengan

perubahan maupun tanpa perubahan, yang merupakan jawaban dari pertanyaan

rumusan masalah dalam penelitian ini: cerdas, memahami, dan motivasi diri

(cemeti).

4. Penutup

Aksiologi mengisyaratkan sebagai ilmu yang mempertanyakan bagaimana

manusia menggunakan ilmunya, oleh karena itu apabila dalam proses pendidikan

mengabaikan nilai-nilai yang diajarkan oleh guru, dimana di dalam pribadi

seorang guru melekat ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat

maka akan mengalami kegagalan dalam pendidikannya. Dalam cerita Dewa Ruci

terdapat nilai pendidikan yang mengandung makna bahwa untuk memperoleh

ilmu harus diupayakan dengan maksimal, sabar, ikhlas, niat suci dan diupayakan

untuk menghasilkan hasil belajar yang maksimal pula. Muatan nilai-nilai dalam

Page 22: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

18

penelitian ini menggambarkan betapa gigihnya seorang murid yang bernama Bima

menaati perintah guru Drona dengan penuh tanggung jawab, rasa hormat, setia,

patuh dan menjalankannya dengan sepenuh hati sehingga dapat bertemu dengan

Dewa ruci untuk memperoleh wejangan ilmu kesempurnaan hidup.

Wayang sebagai budaya asli bangsa Indonesia terutama masyarakat Jawa.

Budaya yang adi luhung penuh dengan nilai-nilai kearifan yang sudah mendapat

pengakuan dari Badan dunia (UNESCO) pada tanggal 7 November 2003. Wayang

kulit purwo sebagai sumber informasi dan komunikasi yang tidak pernah kering

untuk ditimba dan sebagai warisan nenek moyang memiliki derajat tinggi,

sebaiknya tidak ditinggalkan terutama bagi generasi mudanya karena jika dikaji

dengan mendalam terdapat banyak muatan nilai-nilai luhur sesuai dengan

peradaban, kearifan lokal, dan jati diri bangsa Indonesia yang berdasarkan

Pancasila.

Penulis merekomendasikan kepada generasi muda untuk dapat menggali

tentang wayang secara lebih mendalam baik ditingkat etika maupun estetika pada

setiap cerita lakonnya. Melihat dan mengenal wayang, manusia akan sadar

tentang kehidupan dirinya sebagai manusia, karena dalam pergelaran wayang

setiap lakonnya menceritakan dan memberi gambaran tentang kehidupan manusia.

Sebagai warisan leluhur dan kearifan lokal yang penuh dengan makna simbolis

dapat ditafsirkan sebagai media komunikasi, informasi dan inspirasi untuk

membangun karakter dan motivasi karena terdapat banyak figur yang dapat

diteladani dari perilaku baik dan tidak baik

Page 23: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

19

DAFTAR PUSTAKA

AY. Soegeng Ysh. 2013. Landasan Pendidikan Karakter. Semarang: IKIP PGRI

Press

Alo Liliweri. 2003. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Ardian Kresna.2012. Bima Sejati. Yogyakarta: DIVA Press.

Barnadib Imam. 2013. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak

DeVito J.1996. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.

Hidayatullah Furqon. 2009. Guru Sejati. Surakarta: Yuma Pustaka.

Isjoni.2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mubsikin Imam. 2011. Serat Dewaruci. Yogyakarta: DIVA Press.

Matsumoto David. 2008. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Mulyana Dedy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja

Rosdakarya

Made Purna, Mintosih. 1995. Arti dan Makna Tokoh Pewayangan Mahabarata

Dalam Pembentukan Dan Pembinaan Watak. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

DeVito J.1996. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2005. Jakarta: Balai Pustaka

Ki Ageng Kapalaye.2010. Kamus Pintar Wayang. Yogyakarta: Laksana.

Ki Hajar Dewantara 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan

Taman Siswa

Lestari S, 2014, Psikologi Keluarga, Jakarta; Kencana

Maharsi. 2012. Kamus Jawa Kawi – Indonesia. Yogyakarta: Pura Pustaka.

Marwanto. 2000. Apresiasi Wayang. Sukoharjo: Cendrawasih.

Mulyono S.1987. Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta: Gunung Agung

__________. 1979. Wayang dan Karakter Manusia. Jakarta: Gunung Agung

__________. 1987. Tripama Watak Satria dan Sastra Jendra. Jakarta: Gunung

Agung

Page 24: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

20

Pitoyo Amrih. 2010. Resi Durna. Yogyakarta: DIVA Press.

Prihartanti Nanik. 2004. Kepribadian Sehat Menurut Konsep Suryomentaram.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press

Purwanto Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Purwadi. 2007. Mengkaji Serat Dewaruci. Yogyakarta: Panji Pustaka

Ra’uf Amin. 2010. Jagad Wayang. Yogyakarta: Garailmu.

R. Tanoyo. Lelampahipun Bimo Suci. Karaton Surakarta

R.M. Sayid. 1981. Ringkasan Sejarah Wayang. Jakarta: Pradnya Paramita

R.Ng. Yosodipuro I. (Disalin Yanto 1985). Serat Suluk Dewaruci. Surakarta:

Sana Pustaka Karaton Surakarta.

Risieri Frondizi. 2011. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Rizal Mustansyir 2015. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rohmat Mulyana. 2004. Mengaktualisasikan Pendidikan Nilai. Bandung:

Alfabeta

Sastrohardjono. Bima Sutji. Solo: Sau Budi. Sedyawat Edi. 1983. Seni Dalam

Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT gramedia

Sudjono Irwan. Kawruh Wayang Purwa. 2000. Sukoharjo: Cendrawasih

Sedyawati Edi.2010. Budaya Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

____________ 1983. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT gramedia

Siswoharsojo. 1957. Serat Bima Paksa. Yogyakarta: Gondolayu

Seno Sastroamidjojo. 1967. Dewa Rutji. Jakarta: Kinta Sadiman Arif (dkk).

2008. Media Pendidikan. Jakarta: P.T. Rajagrafindo Persada

Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius

Supardi Imam. 1960. Dewa Rutji Winardi. Surabaya: Panyebar Semangat

Syaiful Bahri Djamarah.2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta:P.T. Rineka Cipta.

Sudarko. 1991. Dewa Ruci. Sukoharjo: Cendrawasih

Sudarwan Danim. 2007. Metode Penelitian Untuk Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi

Aksara

Setiawan Heru. 2005. “Adegan Dewaruci dalam Pertunjukkan Wayang Kulit

Purwa:Tinjauan Aspek Pembentukan” Kepribadian Sehat.

Jurnal Indegenous Vol.7, No.2, Nopember 2005. 97-106.

Page 25: SAJIAN NARTOSABDOeprints.ums.ac.id/60121/32/naskah publikasi pak hary.pdf · Judul : Muatan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Wayang Purwo Lakon Dewa Ruci Sajian Nartosabdo . Tesis

21

Sugiarta Sriwibawa. 2000. Citra Bima. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)

Sugiyono. 2008. Memahami Pendidikan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukatno. Wayang Kulit Purwo. Semarang: Aneka Ilmu.

Sunardi D.M. 1986. Barata Yudha. Jakarta: Balai Pustaka

Soetarno A.K.1987. Ensiklopedia Wayang. Semarang: Effhar Offset

Soetjipto.2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS dan

PTRinekaCipta

Sujamto.1995. Wayang & Budaya Jawa. Semarang: Effhar Offset

Suhartono Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Susantiana Sukatmi. 2010. Ensiklopaedi Wayang. Yogyakarta: Media Abadi

Supardi Imam. 1960. Dewa Rutji Winardi. Surabaya: Panyebar Semangat

Sutarno. 1995. Wayang Kulit Jawa. Sukoharjo: Cendrawasih

Suyamto. 1995. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang : Effhar

Siswoharsoyo. 1966. Tafsir Kitab Dewaruci. Yogyakarta: PT. JAKE

Syaiful Sagala. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan.

Bandung: Alfabeta

Sutarso J, Murtiyoso Bambang. “Wayang Sebagai Sumber dan Materi

Pembelajaran Pendidikan Budi Pekerti Berbasis Budaya Lokal”

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Tanojo.1962. Serat Dewaruci Kidung. Surakarta.

Tedi Priatna. 2012. Etika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Tri Dayaksini. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press.

The Journal of Social Studies Education vol 1/Marc 2012.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. 2006. Sistem

Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media Walgito Bimo. 2010.

Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Walgito Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Yanuar A.2015. Rahasia Jadi Guru Favorit dan Inspiratif. Yogyakarta: DIVA

Zainuddin HM. 2008. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar