Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 2 LANDASAN TEORI
Grand Theory yang digunakan adalah Ilmu Manajemen, Middle Theory adalah
Manajemen Operasional dan Applied Theory adalah Optimalisasi, produksi, optimalisasi
Produksi, pengendalian produksi, maksimalisasi, keuntungan, Linear Programming dan
metode simpleks.
2.1. Ilmu Manajemen
2.1.1. Definisi Ilmu Manajemen
Menurut Samuel Batlajery (2016 : 134) mengutip dari Harold Kontz
dan Cyril O’donnel (1980) bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Manajer yang mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain meliputi perencanan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating), dan pengendalian
(Controlling). Dengan demikian, manajemen mangacu pada suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja untuk
diselesaikan secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Proses
menggambarkan fungsi-fungsi manajemen berjalan sesuai dengan tupoksinya
masing-masing.
Menurut Candra W. dan Muhammad R. (2016 : 15) manajemen adalah
suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi
melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efesien. Berarti manajemen merupakan perilaku anggota dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, organisasi adalah wadah
bagi operasionalisasi manajemen. Karena itu di dalamnya ada sejumlah unsur
pokok yang membentuk kegiatan manajemen, yaitu: unsur manusia (men),
barang-barang (materials), mesin (machines), metode (methods), uang (money)
dan pasar atau (market). Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan
saling berinteraksi atau mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi
terutama proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Menurut Mappasiara (2018 : 76) Apabila ditelusuri dalam berbagai
literatur manajemen, maka pengertian manajemen secara terminologis akan
ditemukan bahwa manajemen mengandung empat pengertian, yaitu: (a)
manajemen sebagai suatu ilmu, (b) manajemen sebagai suatu proses, (c)
manajemen sebagai suatu seni (art) atau kiat, (d) manajemen sebagai suatu
profesi atau kemampuan. Namun demikian, secara sederhana manajemen dapat
didefinisikan sebagai upaya untuk mendapatkan sesuatu yang dikerjakan melalui
orang lain (get things done through other people)
Menurut Samuel Batlajery (2016 : 134) mengutip dari Menurut Mary
Parker Follet (2007) pengertian manajemen sebagai proses, karena dalam
manajemen terdapat adanya kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, misalnya
kegiatan perencanan, pengorganisasian, pengarahan dan pengwasan. Kegiatan-
kegiatan itu satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan atau dengan kata lain
saling terkait (terpadu), sehingga akan membentuk suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen disebut sebagai Sistem.
Manajemen mengandung unsur sebagai berikut :
1. Manajemen sebagai proses/usaha/aktifitas
2. Manajemen sebagai seni
3. Manajemen terdiri dari individu-individu/orang-orang yang
melakukan aktivitas
4. Manajemen menggunakan berbagai sumber-sumber dan factor
produksi yang tersedia dengan cara efektif dan efisien
5. Adanya tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2.1.2. Perkembangan Ilmu Manajemen
Menurut Isnaeni R. (2016 : 2) Pada awal mula perkembangan peradaban
rnanusia, suatu pengetahuan atau dapat disebut dengan ilmu terbagi dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Ilmu yang mempelajari seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang
erat hubungannya dengan alam beserta isinya dan secara universal
mempunyai sifat yang pasti dan sarna serta tidak dipisahkan oleh
ruang dan waktu, disebut ilmu eksakta, contoh : fisika, kimia dan
biologi.
2. IImu yang mempelajari seluruh gejala rnanusia dan eksistensinya
dalam hubungannya pada setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat dinamakan ilmu sosial/non eksakta, misalnya :
ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi dan lain-
lain.
3. IImu humaniora, merupakan kumpulan pengetahuan yang erat
hubungannya dengan ilmu seni, misalnya : seni tari, seni lukis, seni
sastra, dan seni suara.
2.1.3. Ciri-ciri Ilmu Manajemen
Menurut Candra W. dan Muhammad R. (2016 : 15) Ilmu manajemen
sebagai suatu ilmu penegtahuan mempunyai beberapa ciri-ciri khusus sebagai
berikut :
1. Adanya kelompok manusia, kelompok yang terdiri atas dua orang
atau lebih.
2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut.
3. Adanya kegiatan proses/usaha
4. Adanya tujuan
2.1.4. Fingsi-fungsi Ilmu Manajemen
Menurut Candra W. dan Muhammad R. (2016 : 15) fungsi-fungsi
manajemen adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning) Mendefinisikan sasaran-sasaran, menetapkan
strategi, dan mengembangkan rencana kerja untuk mengelola
aktivitas-aktivitas.
b. Penataan (Organizing) Menentukan apa yang harus diselesaikan,
bagaimana caranya, dan siapa yang akan mengerjakannya.
c. Kepemimpinan (Leading) Memotivasi, memimpin, dan tindakan-
tindakan lainnya yang melibatkan interaksi dengan orang lain
d. Pengendalian (Controlling) Mengawasi aktivitas-aktivitas demi
memastikan segala sesuatunya terselesaikan sesuai rencana.
2.1.5. Jenis-jenis Teori Ilmu Manajemen
Dari berbagai pemikiran tentang teori ilmu manajemen yang ada , maka
disini dapat dikelompokan menjadi beberapa gerakan pemikiran manajemen
yang tercatat secara formal dan dapat dibagi menjadi lima gerakan pemikiran
atau teori, yaitu :
1. Scientific Management Theory
Yang termasuk dalam gerakan pemikiran manajemen ini antara lain :
teori manajemen klasik, teori manajemen ilmiah. Pada Awal ilmu
perkembangan manajemen timbul akibat terjadinya revolusi industri
di Inggris pada abad 18 yang secara khusus menyebabkan tumbuhnya
kebutuhan akan adanya pendekatan yang sistematis mengenai
manajemen. Para pemikir tersebut rnemberikan perhatian terhadap
masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu di kalangan
usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang
terkenaI antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Frederick W. Taylor
dan lainnya.
2. General Administrative Management Theory
Pada teori ini lebih menitik beratkan pemikiran terkait aspek
pengaturan administrative keseluruhan aktivitas manajemen.
Pemikiran mengenai bagaimana pengaturan aktivitas organisasi secra
keseluruhan ini akan menjadi landasan dasar dan acuan utama dari
Generale Theory Management atau teori manajemen modern lainya.
Aliran-aliran yang termasuk dalam generale administrative
management thoey antara lain teoti organisasi klasik, dan teori
manajemen klasik. Beberapa tokoh dalam aliran ini antara lain Henry
Fayol, Max Weber, Chestet Barnard, Luther Gullick, dan James
Mooney
3. Behavioural Management Theory
Tokoh Yang termasuk dalam behavioural management theory antara
lain : Hugo Mintenberg, Mary Parker Follet, Eltom Mayo, Abraham
Maslow, Frederick Herzberg, Herbert A. Simon, Dauglas Mc Gregor,
Cris Argyris, McClelland, Stacy J. Adam.
4. Quantitative Management Theory
Tiga area yang ada dalam pemikiran ini adalah :
i. Management Sience
ii. Operations management
iii. Management information system
Dalam manajemen kuantitatif meliputi empat aspek yang terkait
antara lain :
a. Aplikasi statistik
b. Optimalisasi model
c. Teknik informasi
d. Simulasi komputer
Perkembagannya dimulai dengan digunakannya kelompok-kelompok
riset operasi dalam memecahkan permasalahan dalam industri.
Teknik riset operasi sangat penting sekali dengan semakin
berkembangnya teknologi saat ini dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini
selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science.
5. Modern Management Theory
Kerangka pemikirannya adalah manajemen modern. Pendekatan –
pendekatan dalam pemikiran manajemen modern, antara lain :
A. Pedekatan Proses
Dalam pendekatan proses tokohnya adalah Harold Koontz (1909-
1984) dalam artikelnya menyebutkan “Management Jungle
Theory”
B. Pendekatan System
Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang
saling berinteraksi yang tak terpisahkan. Organisasi merupakan
bagian dari lingkungan eksternal dalam pengertian luas. Sebagai
suatu pendekatan system manajemen meliputi sistem umum dan
sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka. Pendekatan
sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan
teknis, filosofis dan sosiopsikologis. Analis system manajemen
spesifik meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, akuntansi,
sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta pengawasan.
C. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah
antara teori dan praktek senyatanya. Biasanya antara teori dengan
praktek, maka harus memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik
manajemen yang berbeda.
D. Pendekatan Manajemen Stratejik
Konsentrasi pada proses pengambilan keputusan dan kajian serta
analisis aktifitas terkait kinerja jangka panjang organisasi.
2.2. Manajemen Operasional
Menurut Penulis (2016) Manajemen operasi dapat didefinisikan sebagai
desain, operasi dan perbaikan sistem produksi yang menciptakan produk-produk
primer dan jasa (services) perusahaan. Operasi ini termasuk operasi manufaktur
dan non manufacturing (layanan). Fungsi manajemen operasi dapat memainkan
peran penting dalam mencapai rencanadan tujuan strategi operasi perusahaan.
Hal ini telah menjadi penting bahwa manajemen operasi harus membantu untuk
mencapai keunggulan kompetitif di pasar lokal dan global.
Menurut Mappasiara (2018 : 76) mengutip dari Flippo dimana yang
dimaksud dengan manajemen operasional meliputi pengelolaan dalam aspek
pengadaan tenaga kerja (procurement), pengembangan (development),
kompensasi, integrasi, (integration), pemeliharaan (maintenance) dan pemutusan
hubungan kerja (separation). Manajemen operasional pada lembaga pendidikan
merupakan kegiatan pelaksana yaitu kegiatan yang dilakukan oleh para personil
pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan
kepadanya, yang meliputi bidang-bidang kegiatan seperti bidang kurikulum,
ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, tata usaha dan humas.
Gambar 2.2 Struktur Opreational Management
Sumber : Endang Darwin Durachim. 2016
Menurut Mappasiara (2018 : 76) Perencanaan operasional memusatkan
perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan
dari suatu rencana strategi. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk
memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana suatu program atau proyek
khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang
ditetapkan secara jelas sebelumnya. Itulah sebabnya rencana operasional ini
telah dijabarkan dan diterjemahkan ke dalam data kuantitatif yang dapat diukur
dan biasanya dipergunakan juga dimensi uang.
2.3. Optimalisasi
2.3.1. Pengertian Optimalisasi
Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tertinggi,
paling baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan, Mengoptimalkan berarti
menjadikan sempurna, menjadikan paling tinggi, menjadikan maksimal,
Optimalisasi berarti pengoptimalan.
Hotniar Siringoringo (2015 : 4) mendefinisikan optimalisasi adalah
proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi
yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan
keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika
tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.
Menurut Ayuni, Rizza (2016 : 7) Optimalisasi adalah usaha
memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan
atau dikehendaki. Dari uraian tersebut diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat
diwujudkan apabila dalam pewujudannya secara efektif dan efisien. Dalam
penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil
secara efektif dan efisien agar optimal.
Menurut Krisna A Y (2017 : 17-19) Optimalisasi adalah usaha
memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan
atau dikehendaki Dengan demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah
sebagai upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan sumber –
sumber yang dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling
menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas tertentu dan kriteria
tertentu.
Menurut Esther dkk (2018 : 464) Optimasi merupakan pencapaian suatu
keadaan yang terbaik, yaitu pencapaian suatu solusi masalah yang diarahkan
pada batas maksimum dan minimum. Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara
yaitu maksimisasi dan minimisasi. Maksimisasi adalah optimasi produksi
dengan menggunakan atau mengalokasian input yang sudah tertentu untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan minimisasi adalah
optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan
menggunakan input atau biaya yang paling minimal.
2.3.2. Langkah-langkah Optimalisasi
Menurut Nur’safara (2015 : 38-39) berdasarkan langkah-langkah
optimasi setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka langkah
selanjutnya adalah memformulasikan model matematika yang meliputi tiga
tahap, yaitu :
1. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan
dalam simbol matematik,
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan
perkalian) dari variabel keputusan,
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam
persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari
variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah
tersebut.
2.3.3. Elemen Permasalahan Optimalisasi
Menurut Krisna A Y (2017 : 17-19) Adanya tiga elemen permasalahan
optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu tujuan, alternative keputusan, dan
sumberdaya yang dibatasi.
1. Tujuan Tujuan bisa berbentuk maksimisasi atau minimisasi. Bentuk
maksimisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan
keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Bentuk minimisasi akan dipilih
jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan
sejenisnya. Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang diminimumkan
atau maksimumkan.
2. Alternatif Keputusan Pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa
pilihan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif keputusan yang
tersedia tentunya alternatif yang menggunakan sumberdaya terbatas yang
dimiliki pengambil keputusan. Alternatif keputusan merupakan aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Sumberdaya yang Dibatasi Sumberdaya merupakan pengorbanan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan
sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini yang mengakibatkan dibutuhkanya
proses optimalisasi.
2.3.4. Manfaat Optimalisasi
Menurut Krisna A Y (2017 : 17-19) Manfaat Optimalisasi adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifiksi tujuan
2. Mengatasi kendala
3. Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan
4. Pengambilan keputusan yang lebih cepat.
2.4. Produksi
2.4.1. Pengertian Produksi
Menurut Aditama, Yerry (2015) Produksi adalah semua kegiatan untuk
menciptakan dan menambah kegunaan atau utiliy suatu output barang maupun
jasa dengan memanfaatkan input faktor-faktor produksi yang tersedia.
Sedangkan proses produksi adalah cara, metode atau teknik produksi.
Sementara utility merupakan kemampuan suatu produk untuk memuaskan
keinginan manusia.
Menurut Herlin H dan Dewi M (2016 : 466) produksi merupakan
kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan
baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
2.4.2. Proses Produksi
Menurut Aditama, Yerry (2015) proses produksi ialah cara, metode atau
teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan
menggunakan factor-faktor produksi yang ada.
Menurut Herlin H dan Dewi M (2016 : 466) proses produksi adalah cara,
metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang
dan jasa dengan mennggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan
dana) yang ada. Jenis proses produksi terdiri dari beberapa, antara lain: a) Jenis
proses produksi di tinjau dari segi wujud proses produksi, yang meliputi: Proses
produksi kimiawi, Proses produksi perubahan bentuk, Proses produksi
assembling, Proses produksi transportasi, Proses produksi penciptaan jasa
administrasi; b) Jenis proses produksi ditinjau dari segi arus proses produksi,
meliputi: Proses produksi terus menerus (Continous processes) dan Proses
produksi terputus-putus (intermitten processes); dan c) Jenis proses produksi
ditinjau dari segi keutamaan proses produksi
Menurut Aditama, Yerry (2015) dalam sifat Proses Produksi, pengolahan
produk dapat dibedakan atas :
1. Proses Ekstratif
Disini produksi mengambil bahan-bahan langsung dari alam. Proses ini
terdapat dalam industri produksi dasar.
2. Proses Fabrikasi (Proses Pengubahan)
Yaitu suatu proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi dalam
bentuk yang lain
3. Proses Analitik
Proses ini memisahkan suatu bahan menjadi beberapa macam bahan yang
mirip dengan bentuk aslinya.
4. Proses Sintetik
Adalah suatu proses pengkombinasian beberapa bahan kedalam satu bentuk
produk dan produk akhir akan sangat berbeda dengan bentuk aslinya karena
ada perubahan fisik atau kimia
5. Proses Perakitan
Proses yg dilakukan dengan cara menggabungkan komponen-komponen
sehingga menjadi produk akhir dan produk akhir tersebut terdiri dari
komponen yang saling berhubungan.
6. Proses Penciptaan jasa administrasi
Perusahaan memerlukan data atau informasi secara tepat dan cepat maka
diperlukan suatu bagian tersendiri untuk menangani masalah itu.
Menurut Aditama, Yerry (2015) jenis proses produksi dapat dibedakan
menjadi dua golongan :
1. Proses Produksi terus-menerus ( Continuous Process)
Jenis proses ini biasanya untuk membuat produk
secara massa atau dalam jumlah yang besar.
Contoh : industri pupuk , semen, makanan dalam kaleng, minuman
dalam botol.
2. Proses Produksi terputus-putus
Jenis proses ini biasanya digunakan untuk melayani pesanan yang
bias berbeda-beda dalam hal jumlah, kualitas, disain maupun harganya .
Contoh : Perusahaan percetakan, Perusahaan mebel.
Adapun kegunaan/utility yang dapat dihasilkan dari suatu proses
produksi adalah:
1. Faedah Bentuk/Utility of Form
Contohnya rotan di hutan setelah diproses dapat menghasilkan kursi,
meja, dan lainnya.
2. Faedah Waktu/Utility of time
Dapat dimisalkan dengan jasa pengudangan yang dalam hal ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan barang, dengan menyimpan barang yang dibeli
sekaligus dalam jumlah tertentu, maka dengan adanya perbedaan waktu
barang tersebut nilai atau manfaatnya meningkat.
3. Faedah Tempat/Utility of Place
Dalam hal ini dapat dilihat dari jasa transportasi dalam pendistribusian.
Dengan berpindahnya produk dari suatu tempat ke tempat lain maka akan
tercipta faedah tempat dan dapat meningkatkan nilai jual suatu output.
4. Faedah Milik/Utility of Ownership
Dengan adanya pemindahan hak milik dari pedagang ke pembeli maka
akan terdapat faedah yang lebih tinggi dari barang tersebut. Dengan usaha
perdagangan maka pemiik usaha secara langsung memiliki dan bebas
memperdagangkan hasil produksi yang dimilikinya agar mendapatkan laba
atau keuntungan.
2.4.3. Manajemen Produksi
Menurut Aditama, Yerry (2015) Manajemen produksi Adalah kegiatan
untuk mengatur agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang
atau jasa. Untuk mengatur ini perlu dibuat keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar barang atau jasa
yang akan dihasilakan sesuai dengan direncanakan.
2.4.4. Optimalisasi Produksi
Menurut Ellysa N, dkk (2015 : 61-68) Optimasi kapasitas produksi dapat
dilakukan dengan banyak cara, diantaranya adalah dengan membuat
penjadwalan jam kerja yang optimal, menambah jam lembur, menambah tenaga
kerja ataupun menambah mesin.
2.4.5. Pengemdalian Produksi
Menurut Aditama, Yerry (2015) Tahap-tahap dalam pengendalian
produksi :
1. Planning
Yaitu untuk menentukan produk apa dan beberapa banyak akan
diproduksikan dan direncanakan seluruh kegiatan produksi mulai saat
masuknya bahan-bahan mentah sampai produk selesai dibuat.
2. Routine
Merupakan urutan penyelesaian pekerjaan dari bahan mentah sampai produk
selesai. Dan tujuan Routing adalah untuk memperkecil adanya kesalahan
dalam proses produksi.
3. Scheduling
Yaitu penentuan kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan kapan harus
selesai.
4. Dispatching
Merupakan perintah untuk mulai bekerja kepada para pekerja
5. Follow Up
Merupakan tindak lanjut dalam urutan proses produksi untuk menjaga agar
Routing, Scduling dan Dispatching sesuai rencana serta untuk menghindari
kegagalan proses produksi
Dengan pengendalian produksi diperoleh keuntungan- keuntungan :
1. membantu tercapainya operasi produksi secara efesien dari perusahaan
2. lebih menyederhanakan prosedur pekerjaan
3. mempertinggi modal pekerja karena mereka bekerja secara jelas dengan
disertai pengendalian
2.5. Maksimalisasi
Menurut Eygner G. (2017) profit maximization adalah mengalokasikan
input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal atau
bagaimana memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya karena tidak
dihadapkan pada keterbatasan biaya.
Menurut Eygner G. (2017) profit maximization atau profit maksimum
adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk menentukan harga dan level
output yang memberikan profit yang paling besar. Terdapat beberapa pendekatan
untuk masalah ini. Metode total revenue - total cost berdasarkan pada fakta
bahwa profit sama dengan pendapatan dikurangi beban, dan metode marginal
revenue-marginal cost didasarkan pada fakta bahwa total profit dalam sebuah
pasar persaingan sempurna adalah poin maksimum di mana marginal revenue
sama dengan marginal cost.
2.6. Keuntungan
Menurut Iqbal, P (2017 : 2) Laba atau keuntungan dapat didefinisikan
sebagai selisih antara selurun pendapatan (revenue) dan beban (expense) yang
terjadi dalam suatu periode akuntansi. Laba merupakan suatu kelebihan
pendapatan yang layak diterima oleh perusahaan, karena perusahaan tersebut
telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan lain pada jangka waktu
tertentu. Informasi laba diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam
menutupi biaya nonproduksi.
Menurut Rizky Andarways (2016 : 990-1001) Keuntungan (laba) adalah
perbedaan antara penghasilan dan biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian,
sebagai ukuran keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan dapat dilihat dari
tinggi rendahnya profit margin serta tingkat pengembaliannya. Keuntungan
merupakan selisih antara hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya
sumberdaya yang telah dipergunakan, jika biaya lebih besar dari pendapatan
maka keuntungan negatif atau mengalami kerugian. Penerimaan diartikan
sebagai target penciptaan berdasarkan selera pasar. Penerimaan berasal dari hasil
penjualan produk baik berupa barang dan jasa usaha.
Menurut Rizky Andarways (2016 : 990-1001)Penerimaan (pendapatan
kotor) adalah jumlah semua produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan
usaha dikalikan dengan harga yang berlaku dipasaran secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:
R = P x Q
Dimana:
R = Penerimaan
P =Harga produk
Q =Jumlah produk
Persamaan di atas menjelaskan bahwa penerimaan tergantung harga dan jumlah
produk. Meskipun perusahan telah berproduksi secara optimal, namun harga
tidak berfluktuasi maka penerimaan produsen menjadi berfluktuasi.
Menurut Rizky Andarways (2016 : 990-1001) Biaya adalah semua
pengeluaran yang dinyatakan dengan uang, digunakan untuk keperluan
menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau
yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, dalam arti
sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut
dengan istilah harga pokok.
Sedangkan Rizky Andarways (2016 : 990-1001) mengutip Boediono
(2002 : 87) Pengertian Total Cost yaitu penjumlahan dari biaya tetap maupun
biaya variabel yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC +TVC
Dimana :
TC = Total Biaya
TFC = Biaya Tetap
TVC = Biaya Tidak Tetap / Variabel Cost
Menurut keuntungan tidak hanya dihitung dari besar kecilnya baran, tetapi ada
titik tekan yang difokuskan, yaitu memberikan nilai kebaikan kepada orang lain,
yang idsebut dengan konsep tabarr. Apakah nilai atau keuntungan tersebut dapat
memberikan daya guna atau tidak ke orang lain? Hal ini semata-mata dilihat dari
aspek kemasalaahan. Konsep ini jelas berbeda dengan ekonomi konvensional
yang memiliki konsep tersendiri, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Konsep pemaksimum keuntungan oleh perusahaan dapat diterangkan kepada dua
cara berikut :
1. Menghasilkan hasil penjualan total dengan biaya total.
2. Menunjukkan keadaaan, yaitu hasil penjualan marjinal sama dengan biaya
marjinal.
Pada cara pertama, keuntungan ditentukan dengan menghitung dan
membandingkan hasil penjualan total sama dengan biaya total. Keuntungan
adalah perbedaan hasil penjualan yang diperoleh dan biaya total yang
dikeluarkan. Keuntungan mencapai maksimum apabila perbedaan diantara
keduanya adalah maksimum. Dengan cara pertama ini, keuntungan maksimum
dicapai apabila perbdaaan anatara hasil penjualaan total dengan biaya total
adalah yang paling maksimum.
2.7. Peramalan
2.7.1 Pengertian Peramalan
Menurut S. Dheviani DKK (2018 : 434) peramalan memiliki
beberapa definisi yang kemudian disimpulkan bahwa peramalan
berkaitan dengan upaya memperkirakan apa yang terjadi di masa depan,
berbasis pada metode ilmiah (ilmu dan teknologi) serta dilakukan secara
sistematis.
Menurut Gitosudarmo, sebagaimana dikutip oleh S. Dheviani
DKK (2018 : 434) peramalan adalah usaha yang dilakukan untuk dapat
meramalkan, memprediksikan keadaan masa datangnya dengan
menggunakan data historis (data masa lalu) yang diproyeksikan ke dalam
sebuah model dan menggunakan model ini untuk memperkirakan
keadaan masa mendatang. Secara spesifik, menurut Abraham,
sebagaimana dikutip oleh S. Dheviani DKK (2018 : 434) tujuan dari
peramalan adalah untuk mengurangi kesalahan peramalan yaitu dengan
menghasilkan ramalan yang jarang memiliki kesalahan dan memiliki
nilai kesalahan yang kecil.
Menurut Siti W (2016 : 136) Peramalan adalah metode untuk
memperkirakan suatu nilai dimasa depan dengan menggunakan data
masa lalu. Peramalan juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk
memperkirakan kejadian pada masa yang akan datang, sedangkan
aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha
memperkirakan penjualan dan penggunaan suatu produk sehingga
produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat
2.7.2. Jenis-jenis Prakiraan Peramalan
Menurut Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), metode peramalan
kuantitatif, terdiri dari:
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di
periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk
beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model
peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak,
pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain
yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk
menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita
ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi
permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut :
n
sebelumnyan periode dalam Permintaan=bergerak rata-Rata ∑
Ket: dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan bobot
merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan
pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang
terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan perubahan yang terlalu cepat
yang tidak biasa pada permintaan atau pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis
sebagai berikut.
∑
∑Bobot
n) periode dalamaan n)(Permint periode(Bobot =bergerak rata-rata Pembobotan
4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing)
Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini
menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus
penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Peramalan baru = Peramalan periode
terakhir
+ α (Permintaan
sebenarnya periode
terakhir –
peramalan periode
terakhir)
dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih
oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas juga
dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut.
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
dimana :
Ft = Peramalan baru
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
A t-1 = Permintaan aktual periode lalu
5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend (Exponential Smoothing
with Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri
pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data penghalusan
eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan positif atau negatif
pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi
rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta
penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung
rata-rata dan tren untuk setiap periode. Rumus Penghalusan Eksponential dengan
Penyesuaian Trend adalah sebagai berikut.
Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) , Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1
dimana :
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
A t = permintaan aktual periode t
a = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)
6. Proyeksi Trend (Linear Regression)
Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren
pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa
mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.
Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah sebagai
berikut.
y = a + bx
dimana :
y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
a = persilangan sumbu y
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan
yang terjadi di x
x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).
Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini.
dimana :
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
X = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
a = ȳ - bx̄
dimana :
ȳ = rata-rata nilai y
x̄ = rata-rata nilai x.
2.7.3. Menghitung kesalahan peramalan
Menurut Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), ada beberapa
perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total.
Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang
berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan
baik.Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata
(Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared
Error – MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error
– MAPE).
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk
sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari
tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data n. Rumus untuk
menghitung MAD adalah sebagai berikut.
n
|peramalan - aktual|= MAD ∑
2. Kesalahan Rata-Rata Kuardrat (Mean Square Error)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia
cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
Rumus untuk menghitung MSE adalah sebagai berikut.
n
|peramalankesalahan |= MSE
2∑
2.8. Linear Programming
Suparno (2017 : 2) mengutip bahwa George B. Dantzig diakui umum
sebagai pionir Linear Programming karena jasanya dalam menemukan metode
dalam mencari solusi masalah Linear Programming dengan banyak variable
keputusan. Dantzig bekerja pada penelitian teknik matematika untuk
memecahkan masalah logistic militer ketika dia dipekerjakan oleh angkatan
udara Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Penelitiannya didukung oleh
ahli-ahli lainnya. Nama asli teknik ini adalah program saling ketergantungan
kegiatan-kegiatan dalam suatu struktur linear yang kemudian dipendekkan
menjadi Linear Programming. Linear Programming lahir tahun 40-an di
Departemen Pertahanan Inggris dan Amerika untuk menjawab masalah
optimisasi perencanaan operasi perang melawan Jerman dalam Perang Dunia ke-
II dan dikembangkan oleh Dantzig (1947) dan para pakar lainnya. Wujud
permasalahan yaitu mengoptimumkan suatu fungsi linear yang terbatas oleh
kendala-kendala berupa persamaan dan pertidaksamaan linear.
2.8.1. Definisi Linear Programming
Sebuah organisasi harus membuat keputusan mengenai cara
mengalokasikan sumber- sumbernya, dan tidak ada organisasi yang beroperasi
secara permanen dengan sumber yang tidak terbatas, akibatnya manajemen harus
secara terus-menerus mengalokasikan sumber yang langka untuk mencapai
tujuan yang optimal.
Menurut Suparno (2017 : 2) Program linier merupakan model matematik
untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber
organisasi. Pemrograman linier merupakan proses optimasi dengan
menggunakan model keputusan yang dapat diformulasikan secara matematis dan
timbul karena adanya keterbatasan dalam mengalokasikan sumber daya.
Penerapan LP di perusahaan antara lain untuk memaksimasi keuntungan dengan
mempertimbangkan berbagai pilihan input dan keterbatasan kapasitas produksi.
Kata linier digunakan untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang
digunakan dalam bentuk linier. Program menyatakan penggunaan teknik
matematika tertentu. Jadi program linier dapat juga diartikan suatu teknik
perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model
matematis dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan
optimum terhadap suatu persoalan.
2.8.2. Model Program Linier
Menurut Suparno (2017 : 2) syarat pembentukan model program linier: variabel
keputusan merupakan unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan oleh pengambil
keputusan; fungsi tujuan (objective function) dari suatu persoalan program linier;
batasan (constraints) atau kendala yang membatasi sampai sasaran dapat dicapai. Semua
persoalan pemrograman linier mempunyai empat sifat umum sebagai berikut:
a. Variabel Keputusan, yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan
yang akan dibuat.
b. Fungsi Tujuan, merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan
dimaksimumkan (untuk pendapatan atau keuntungan) atau meminimumkan
(untuk ongkos).
c. Pembatas, merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa
menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien
dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis,
sedangkan bilangan pada sisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan
pembatas.
d. Pembatas tanda, pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya
diasumsikan hanya berharga non negatif atau variabel keputusan tersebut
boleh berharga positif, boleh juga negatif (tidak terbatas dalam tanda).
Menurut Selvia A Dkk (2018) Linear programming berkaitan dengan
penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai suatu model matematik yang
terdiri dari sebuah fungsi tujuan linear dengan beberapa kendala linear.
Programa Linier merupakan bagian dari Matematika yang khusus diterapkan
untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan penentuan :
a) Jumlah variabel-variabel input yang dipakai dalam suatu masalah.
b) Kombinasi variabel input yang harus disediakan atau kombinasi output yang
harus dihasilkan.
c) Jumlah output yang harus dihasilkan untuk mencapai tujuan (objective)
tertentu yakni untuk mencapai optimalisasi dari suatu masalah, misalnya untuk
mencapai profit maksimum atau biaya minimum.
Menurut Rina L DKK (2017 : 36) Program linear adalah suatu teknik
pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah optimasi. Teknik ini
dikembangkan oleh LV Kantorovich, seorang ahli matematik dari Rusia, pada
tahun 1939. Tujuan dari optimasi linear adalah untuk mengoptimumkan sebuah
fungsi linear dari variabel tujuan, misalkan pendapatan, keuntungan atau biaya.
Dalam fungsi tujuan harus dijelaskan apakah akan memaksimalkan/
meminimalkan fungsi variable
2.8.3. Sifat Umum Program Linear
Menurut Suparno (2017 : 2) Semua persoalan pemrograman linier mempunyai
empat sifat umum sebagai berikut:
[1] Persoalan pemrograman linier bertujuan untuk memaksimalkan atau
meminimalkan pada umumnya berupa laba atau biaya sebagai hasil yang
optimal. Sifat umum ini disebut sebagai fungsi utama (objective function);
[2] Adanya kendala atau batasan (constraints) yang membatasi tingkat sampai
dimana sasaran dapat dicapai. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan atau
meminimalkan suatu kuantitas fungsi tujuan bergantung kepada sumberdaya
yang jumlahnya terbatas;
[3] Harus ada alternatif tindakan yang dapat diambil. Hal ini berarti jika tidak
ada alternatif yang dapat diambil, maka pemrograman linier tidak diperlukan;
[4] Tujuan dan batasan dalam permasalahan pemrograman linier harus
dinyatakan dalam hubungan dengan pertidaksamaan atau persamaan linier.
2.8.4. Bentuk Umum Model Linear Programming
Bentuk umum model Linear programming adalah :
Maksimumkan : Z = Σ �� ��
Dengan Batasan : Σ aij xij ≥≤ bi, untuk i = 1,2,3,…,m
�� ≥ 0 untuk j = 1,2,3,…,m
Atau dapat ditulis dengan secara lengkap yaitu sebagai berikut :
Maksimumkan
Z = c1x1 + c2x2 + …. + cnxn
Dengan Batasan (Constraint) :
(disebut dengan batasan karena merupakan kendala-kendala dimana rumusan dari
ketersediaan sumber daya yang membatasi proses optimasi)
a11x1 + a12x2 + …. a1nxn ≤ b1
a21x1 +a22x2 + …. a2nxn ≤ b2
a31x1 + a32x2 + …. a3nxn ≤ b3
…
…
…
am1x1 +am2x2+…. amnxn ≤ bm
x1, x2, x3, …. , xn ≥ 0
Keterangan :
Z = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal)
C = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu – satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap z
N = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia
M = macam Batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
Xj = tingkat kegiatan ke-j
Tingkat kegiatan ke – j yang biasan ditulis dengan 1,2,3,…,n
Seperti contoh : X1, X2,X3 sebagai bentuk simbol produk yang akan diproduksi
aij = Banyaknya sumber I yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j
i = merupakan jenis sumber daya yang diperlukan untuk agar produk j dapat dijalankan
bi = kapasitas sumber I yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan
2.8.5. Asumsi-asumsi dalam Program Linear
Menurut Hillier Lieberman (2000) dalam buku “Introduction to Operation
Research” bahwa dalam mengimplementasi linear programming harus memenuhi
asumsi-asumsi berikut ini :
1. Proporsionalitas
Proporsionalitas (Proportionality) adalah asumsi tentang fungsi tujuan
dan kendala fungsional.
Asumsi proporsionalitas: Kontribusi setiap aktivitas terhadap nilai fungsi
objektif Zis sebanding dengan tingkat aktivitas xj. Demikian pula, kontribusi
setiap kegiatan di sisi kiri setiap kendala fungsional adalah proporsional ke
tingkat aktivitas xj.
Asumsi tersebut yang diuji dalam studi kasus PT. Cikal Jaya Permai
adalah sebagai berikut :
Jumlah 2500X1, 800X2 dan 300X3 menghasilkan Z yang dimaksud
memberikan keuntungan untuk memproduksi X1, X2 dan X3 roll masing-
masing dari Sack Paper tipe 1, 2, dan 3, dengan keuntungan unit per sackpaper
2500 dan 800 dan 300, memberikan konstanta proporsionalitas. Berikut contoh
dari Propotionality Satisfied dengan kasus PT. Cikal Jaya Permai :
Tabel 2.7.1 Contoh dari Propotionality Satisfied
Propotionality Satisfied
qty X1 X2 X3
1 2500 800 300
2 5000 1600 600
3 7500 2400 900
4 10000 3200 1200
Sumber : Penulis (2020)
Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai z dan penggunaan faktor-
faktor produksi yang tersedia akan berubah secara sebanding (proposional)
dengan perubahan tingkat kegiatan
2. Additivity
Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling
mempengaruhi, atau dalam linear programming dianggap bahwa kenaikan nilai
tujuan yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditumbuhkan tanpa
mempengaruhi nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
Berikut contoh dari Propotionality Satisfied dengan kasus seperti pada
tabel 2.7.1
Tabel 2.7.2 Contoh dari Propotionality Satisfied
Value of Z
(X1, X2, X3) Additivity Satisfied
(1, 0, 0) 2500
(0,1,0) 800
(0,0,1) 300
(1, 1, 1) 3600
(2,0,0) 5000
(2,3,1) 7700
Sumber : Penulis (2020)
Dari tabel 2.7.2 dapat disimpulkan bahwa kenaikan setiap nilai tujuan
akibat perubahan suatu kegiatan (X) tidak mempengaruhi nilai tujuan yang
diperoleh dari kegiatan lain (X)
3. Divisibility
Asumsi ini mengatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh
suatu kegiatan dapat berupa bilangan pecahan, demikian pula nilai Z yang
dihasilkan.
Berikutnya menyangkut nilai-nilai yang diizinkan untuk variabel
keputusan. Asumsi dapat dibagi: Variabel keputusan dalam model
pemrograman linier adalah diizinkan untuk memiliki nilai apa pun, termasuk
nilai nonintegervasi, yang memenuhi batasan fungsional dan nonnegativitas.
Dengan demikian, variabel-variabel ini tidak terbatas padahanya nilai integer.
Karena setiap variabel keputusan mewakili tingkat beberapa kegiatan,
diasumsikan bahwa kegiatan dapat dijalankan pada tingkat fraksional.
Dimana dalam studi kasus ini, output yang berupa bilangan pecahan
dapat diterima dan digunakan dalam guna operasi bisnis perusahaan.
4. Deterministic
Asumsi ini mengatakan bahwa semua parameter yang terdapat
dalam model linear programming (aij, bj, cj ) dapat diperkirakan dengan
pasti meskipun jarang digunakan tepat. Menyangkut parameter model, yaitu,
koefisien dalam fungsi objektif cj, koefisien dalam kendala fungsional aij, dan
tangan kanan sisi kendala fungsional bi.
Asumsi kepastian: Nilai yang ditetapkan untuk setiap parameter model
pemrograman linier diasumsikan konstanta yang diketahui. Dalam aplikasi
nyata, asumsi kepastian jarang dipenuhi dengan tepat. Model pemrograman
linier biasanya diformulasikan untuk memilih beberapa tindakan di masa depan.
Oleh karena itu, nilai parameter yang digunakan akan didasarkan pada prediksi
kondisi masa depan, yang mau tidak mau menimbulkan beberapa
ketidakpastian. Untuk alas an ini biasanya penting untuk melakukan analisis
sensitivitas setelah solusi ditemukan yang optimal di bawah nilai parameter
yang diasumsikan.
Berikut merupakan tabel komposisi dalam memproduksi produk pada PT. Cikal
Jaya Permai :
Tabel 2.7.3 Komposisi
No. Bahan Baku Sack Paper (per 100 Pcs)
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
1 Kertas outline layer 6.9 Roll 0.8 Roll 0.08 Roll
2 Kertas Inner Layer 6.9 Roll 0.8 Roll 0.08 Roll
3 Mesin 1 mesin 1 mesin 1 mesin
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai (2020)
Dari tabel 2.7.3 dapat disimpulkan bahwa angka komposisi bahan baku
yang diperlukan dalam memproduksi Sack Paper tersebut, harus sesuai dengan
angka pada tabel diatas.
5. Finiteness
Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas.
Berikut merupakan tabel keterbatasan bahan baku dalam memproduksi produk pada PT. Cikal Jaya Permai :
Tabel 2.7.4 Data Keterbatasan Bahan Baku
No. Bahan Baku Jumlah
1 Kertas outline layer 150000 Roll
2 Kertas Inner Layer 150000 Roll
3 Mesin 3 mesin
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai (2020)
Dari tabel 2.7.4 bahwa dapat disimpulkan dimana PT. Cikal Jaya Permai
dalam satu tahun hanya dapat memproduksi produk dengan bahan baku yang
ada ditabel diatas atau disebut terdapatnya keterbatasan bahan baku dalam
memproduksi produk yang diinginkan.
2.9. Jenis Data
Nomor Deskripsi Data Indikator Simbol Satuan
Pengukuran
Sumber
Data
1. Variabel -Sack Paper Tipe
1
-Sack Paper Tipe
2
-Sack Paper Tipe
3
X1
X2
X3
Lembar Narasumber
2. Fungsi Elemen
Kendala
Kertas Outer
Layer
Kertas Inner
Layer
Plastik
Lem
Benang
Mesin
b1
b2
b3
b4
b5
b6
Roll
Roll
Roll
Liter
Meter
Mesin
Narasumber
3. Pembentukan
Fungsi Tujuan
Memaksimumkan
keuntungan yang
diperoleh dari
berbagai jenis
Sack Paper
Z=C1X1 +
C2X2 +
C3X3
Rupiah Narasumber
Keterangan :
- X1 = X1 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe 1
- X2 = X2 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe 2
- X3 = X3 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe3
- B = merupakan kendala yang terdapat dalam melakukan kegiatan dalam
tujuan mencapai fungsi tujuan yang ada
- B1 = Kendala / terbatasnya Kertas Outer Layer dalam memproduksi produk
X1,2,3
- B2 = Kendala / terbatasnya Kertas Inner Layer dalam memproduksi produk
X1,2,3
- B3 = Kendala / terbatasnya Plastik dalam memproduksi produk X1,2,3
- B4 = Kendala / terbatasnya Kertas Lem dalam memproduksi produk X1,2,3
- B5 = Kendala / terbatasnya Kertas Benang dalam memproduksi produk X1
- B6 = Kendala / terbatasnya Mesin dalam memproduksi produk X1,2,3
2.9.1 Data Jenis Produk
Pada penelitian ini, penulis melakukan penyelitian pada produk Sack Paper 2 lapis
yang dimana diproduksi di PT. Cikal Jaya Permai dimana Sack Paper yang diteliti hanya
focus pada 2 jenis tipe yaitu :
1. Sack Paper Tipe 1
2. Sack Paper Tipe 2
3. Sack Paper Tipe 3
2.9.2 Data Komposisi Bahan Baku
Berikut merupakan data dari komposisi bahan baku yang diperlukan untuk
memproduksi produk per 100 pieces.
Tabel 2.9.1 Komposisi bahan baku per 100 pieces
No. Bahan Baku
Sack Paper
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
1 Kertas outline layer 6.9 Roll 0.8 Roll 0.08 Roll
2 Kertas Inner Layer 6.9 Roll 0.8 Roll 0.08 Roll
3 Plastik 6.7 Roll 0.75 Roll 0.08 Roll
4 Lem 10.1 L 2.5 L 0.35 L
5 Benang 3.72 M
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai
2.9.3 data Ketersediaan Bahan Baku
Berikut merupakan data dari ketersediaan bahan baku yang dibatasi untuk
pembuatan Sack Paper pada PT. Cikal Jaya Permai.
Tabel 2.9.2 Data Ketersediaan Bahan Baku
No. Bahan Baku
Ketersediaan Bahan
Baku Satuan
1 Kertas outline layer 150000 Roll
2 Kertas Inner Layer 150000 Roll
3 Plastik 140000 Roll
4 Lem 345000 Liter
5 Benang 41830 Meter
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai
2.10 Perencaan Produksi Dengan Metode Linear Programming
2.10.1 Penentuan Variabel Keputusan
Variabel Keputusan dalam penelitian ini adalah kombinasi jumlah unit produk
yaitu Sack Paper yang harus diproduksi, terdiri dari :
X1 = Sack Paper Tipe 1
X2 = Sack Paper Tipe 2
X3 = Sack Paper Tipe 3
2.10.2 Penentuan Fungsi Tujuan
Dari semua ini, Tujuan daripada perusahaan adalah mendapatkan keuntungan
dimana denganlah adanya keuntungan ini atau yang disebut provit maka perusahaan
dapat terus menjalankan kegiatan operasional perusahaannya. PT. Cikal Jaya Permai
juga memiliki tujuan memaksimalkan profit dengan persamaan berikut :
Z = C1X1 + C2X2 + …….. + CjXj
Dimana,
Z : Total Keuntungan maksimum
Cj : Keuntungan per unit produk yang diproduksi untuk setiap xj
Xj : Variabel keputusan ke-j
Berikut merupakan table harga per Sack Paper yang dijual dari masing masing
tipe.
Tabel 2.10.1 Harga jual masing-masing sack paper
Jenis Produk Harga per sack paper
Sack Paper Tipe 1 7500
Sack Paper Tipe 2 2300
Sack Paper Tipe 3 1000
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai
Dari harga tersebut, diketahui juga keuntungan dari masing-masing facial wash
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.10.2 Keuntungan masing-masing Sack Paper
Jenis Produk Keuntungan per sack paper
Sack Paper Tipe 1 2500
Sack Paper Tipe 2 800
Sack Paper Tipe 3 300
Sumber : PT. Cikal Jaya Permai
Sehingga persamaan untuk fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pada PT.
Cikal Jaya Permai adalah sebagai berikut :
Z = 2500 X1 + 17500X2 + 16800X3
Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat dianalisis bahwa :
- Setiap adanya kenaikan X1 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami kenaikan
sebesar 2500
- Setiap adanya penurunan X1 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami
penurunan sebesar 2500
- Setiap adanya kenaikan X2 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami kenaikan
sebesar 800
- Setiap adanya penurunan X2 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami
penurunan sebesar 800
- Setiap adanya kenaikan X3 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami kenaikan
sebesar 300
- Setiap adanya penurunan X3 sebesar 1 satuan, maka Z akan mengalami
penurunan sebesar 300
2.10.3 Penentuan Fungsi Kendala
1. Kendala Kapasitas Produksi
- Mesin pembuatan Sack Paper yang tersedia = 3 Mesin
- produksi per hari = 23000 Sack Paper
23000 x 260 (asumsi 52 minggu x 5 hari ) = 17940000 Sack Paper / tahun
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diperoleh persamaan kapasitas produksi Sack
Paper per tahunnya, yaitu sebagai berikut :
X1 + X2 + X3 ≤ 17940000 Sack Paper / tahun
2. Kendala Bahan Baku
- Kertas Outline Layer
6.9 X1 + 0.8 X2 + 0.08 X3 ≤ 150000
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa :
Jumlah bahan baku kertas outline layer pada PT. Cikal Jaya Permai yang digunakan
untuk membuat 6.9 sack paper tipe 1 (X1) ditambah 0.8 sack paper tipe 2 (X2)
ditambah 0.08 sack paper tipe 3 (X3) adalah kurang dari atau sama dengan 150000 Roll.
- Kertas Inner Layer
6.9 X1 + 0.8 X2 + 0.08 X3 ≤ 150000
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa :
Jumlah bahan baku kertas Inner layer pada PT. Cikal Jaya Permai yang digunakan
untuk membuat 6.9 sack paper tipe 1 (X1) ditambah 0.8 sack paper tipe 2 (X2)
ditambah 0.08 sack paper tipe 3 (X3) adalah kurang dari atau sama dengan 150000 Roll.
- Plastik
6.7 X1 + 0.75 X2 + 0.08 X3 ≤ 140000
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa :
Jumlah bahan baku plastik pada PT. Cikal Jaya Permai yang digunakan untuk membuat
6.7 sack paper tipe 1 (X1) ditambah 0.75 sack paper tipe 2 (X2) ditambah 0.08 sack
paper tipe 3 (X3) adalah kurang dari atau sama dengan 140000 Roll.
- Lem
10.1 X1 + 2.5 X2 + 0.35 X3 ≤ 345000
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa :
Jumlah bahan baku kertas outline layer pada PT. Cikal Jaya Permai yang digunakan
untuk membuat 10.1 sack paper tipe 1 (X1) ditambah 2.5 sack paper tipe 2 (X2)
ditambah 0.35 sack paper tipe 3 (X3) adalah kurang dari atau sama dengan 345000
Liter.
- Benang
3.72 X1 ≤ 41830
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa :
Jumlah bahan baku kertas outline layer pada PT. Cikal Jaya Permai yang digunakan
untuk membuat 3.72 sack paper tipe 1 (X1) adalah kurang dari atau sama dengan 41830
Meter.
3. Kendala Permintaan Produk
Kendala permintaan diperoleh berdasarkan hasil peramalan permintaan tahun 2020,
sebagai berikut :
X1 = 1127256 (karenakan perhitungan bahan baku dalam 100 pcs maka menjadi
11272.56)
X2 = 7957639 (karenakan perhitungan bahan baku dalam 100 pcs maka menjadi
79576.39)
X3 = 9296875 (karenakan perhitungan bahan baku dalam 100 pcs maka menjadi
92968.75)
Keterangan :
- X1 = X1 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe 1
- X2 = X2 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe 2
- X3 = X3 yang merupakan variabel yang menyimbolkan produk Sack paper
tipe3
- B = merupakan kendala yang terdapat dalam melakukan kegiatan dalam
tujuan mencapai fungsi tujuan yang ada
- B1 = Kendala / terbatasnya Kertas Outer Layer dalam memproduksi produk
X1,2,3
- B2 = Kendala / terbatasnya Kertas Inner Layer dalam memproduksi produk
X1,2,3
- B3 = Kendala / terbatasnya Plastik dalam memproduksi produk X1,2,3
- B4 = Kendala / terbatasnya Kertas Lem dalam memproduksi produk X1,2,3
- B5 = Kendala / terbatasnya Kertas Benang dalam memproduksi produk X1
- B6 = Kendala / terbatasnya Mesin dalam memproduksi produk X1,2,3
2.10.
2.10. Kerangka Pemikiran
Produksi merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam operasi
perusahaan. Produksi merupakan suatu proses mengubah masukan (input) menjadi
keluaran (output) yang memiliki nilai guna. Setiap perusahaan berusaha untuk
menghasilkan keuntungan maksimum dengan biaya yang minimum dalam memproduksi
tingkat output tertentu.
Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat dengan efisiensi dalam
berproduksi. Penggunaan sumber daya yang efisien turut mempengaruhi tingkat
keuntungan, jika salah satu sumber daya tidak manfaatkan secara maksimal akan
menyebabkan inefesiensi biaya sehingga keuntungan perusahaan tidak maksimal.
Produksi yang optimal dapat diselesaikan menggunakan model linear
programming dengan metode simpleks. Metode tersebut dapat menyelesaikan persoalan
program linear yang memiliki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua.
Hasil ouput dari pengolahan data akan memberikan kombinasi yang kemudian
dibandingkan dengan kegiatan produksi aktual dan dievaluasi untuk melihat apakah
kegiatan produksi yang selama ini dilakukan sudah optimal atau belum. Apabila
kegiatan produksi belum optimal, maka dicari alternatif kegiatan produksi yang optimal
sehingga dicapai keuntungan yang maksimal.
alur dari kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Produksi Biaya Penerimaan
Analisis Forecasting dan Analisis Linear
Programming
Maksimalisasi Keuntungan
Alokasi Input Optimal
Evaluasi dan kebijakan perusahaan
Gambar 2.9.1 Kerangka Pemikiran
Adanya
Masalah
Managerial
Gambar 2.9.2 Kerangka Berpikir
Permintaan
Sack Paper
Adanya
keterbatasan Bahan
Baku
Melakukan peramalan permintaan
untuk periode berikutnya dan
Menentukan kombinasi produk yang
optimal, dengan menggunakan Analisa
Linear Programming dengan POM QM
for Windows 5
Hasil Input yang optimal, over
production berkurang
Evaluasi Maksimasi Profit