Upload
enli
View
62
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sebuah review mengenai buku berjudul Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970) Jilid I karya J. Van Baal yang ditulis oleh Dhevi Enlivena IRM sebagai tugas mata kuliah Antropologi Seni II, Pengkajian Seni, Institut Seni Indonesia.
Citation preview
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 1
REVIEW
SEJARAH DAN PERTUMBUHAN TEORI
ANTROPOLOGI BUDAYA (Hingga Dekade 1970)
Jilid I
KARYA J. VAN BAAL
Sebagai Tugas Mata Kuliah Antropologi Seni II
oleh :
DHEVI ENLIVENA IRM
NIM. 492/S2/KS/11
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2012
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 2
I. Rangkuman
Buku Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga
Dekade 1970) merupakan karya Prof. Dr. J. van Baal seorang ahli antropologi
yang pernah ditunjuk sebagai gubernur di Irian Jaya semasa pemerintahan
Negeri Belanda. Buku dengan tebal 227 halaman tersebut merupakan jilid
pertama yang terdiri dari 10 bab pertama dari buku diktat aslinya yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Menarik kiranya pendapat Selo Soemardjan mengenai buku ini, yang
beliau tulis dalam kata pengantarnya, Buku Prof. van Baal ini tidak dimaksudkan
untuk mendalam, akan tetapi buku ini memberi petunjuk tentang adanya teori-
teori di bidang antropologi budaya dan perkembangannya sampai kira-kira 1970.
Para pembaca diperkenalkan dengan pemikir-pemikir besar serta ilmuwan-
ilmuwan lainnya yang berjasa di bidang antropologi. . . Di dalam buku ini dengan
singkat, tetapi jelas, diketengahkan berbagai teori pokok, misalnya tentang
kontrak sosial, religi, fungsionalisme, dan strukturalisme, yang semuanya penting
untuk diketahui buat landasan studi lanjutan. (Baal, 1987:x)
Pada bab pertama, Baal mengawalinya dengan perkenalan tentang
antropologi budaya. Di mana yang menjadi masalah dalam antropologi budaya
adalah perbedaan-perbedaan antara kebudayaan bangsa-bangsa yang sangat
berlain-lainan, dan juga sejumlah pertanyaan tentang manusia. Bagaimana
antropologi budaya adalah ilmu pengetahuan empiris, yang mengambil data-
datanya dari penyelidikan, namun juga memikirkan data-data tersebut, yang
pada akhirnya menjawab pertanyaan tentang manusia.
Selanjutnya Baal juga memaparkan mengenai beberapa macam
antropologi yang berbeda satu sama lain hasil pendekatan berberapa ahli.
Beberapa di antaranya antropologi budaya, antropogi sosial, antropologi fisis,
dan antropologi falsafi, juga sejumlah istilah lain seperti antropologi (tanpa
penentu lebih lanjut), etnografi, etnologi, dan ilmu bangsa-bangsa.
Dari beberapa istilah tersebut, Baal memberikan perhatian khusus
terhadap salah satu cabang antropologi, yakni antropologi fisis. Di mana
antropologi fisis tersebut adalah suatu ilmu biologi yang menyelidiki bentuk-
bentuk penampilan lahiriah (anatomi perbandingan, morfologi) dan gejala-gejala
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 3
hidup (fisiologi, neurologi, dan psikologi empiris) manusia dalam ketetapan
keturunannya (genetika).
Selanjutnya Baal juga membahas hal yang berkaitan erat dengan
antropologi, yakni kultur. Baal dalam awal tulisannya mengenai kultur
menyebutkan bahwa kultur adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan
keseluruhan keterampilan, kebiasaan, dan pengertian yang dipaparkan dari
belajar, yang berlaku untuk kelompok tertentu. Sebagai ahli antropologi, kata
kultur dapat digunakan dengan dua cara, yakni :
1. Secara umum untuk menunjukkan apa saja yang diperoleh manusia
dengan belajar dan pengembangannya dalam pengetahuan,
kelembagaan, kebiasaan, keterampilan, dan seterusnya.
2. Secara khusus sebagai suatu istilah yang mencakup kesemuanya itu
untuk menunjukkan bentuk kehidupan secara total dari para anggota
suatu kelompok tertentu.
Penggunaan yang kedua adalah penggunaan yang paling kongkret, oleh
karena kultur itu hanya ada sebagai kultur dari suatu kelompok tertentu. (Baal,
1987:17)
Pada bab kedua, Permulaan Renungan Ilmiah tentang Agama sebagai
Gejala Budaya, Baal mencoba mengupas tentang agama dari sudut pandang
serta kaitannya dalam antropologi budaya. Menarik kiranya, pendapat Baal
bahwa Antropologi budaya baru bisa muncul, ketika orang mulai
mempertanyakan kebudayaannya sendiri, artinya ketika orang mulai meragukan
berbagai-bagai hal, yang sebelumnya diterimanya begitu saja tanpa memerlukan
penjelasan. (Baal, 1987:21)
Selanjutnya Baal lebih banyak mengupas mengenai gejala budaya yang
berkaitan dengan religi dan gagasan tentang negara. Bagaimana reformasi dan
keterbukaan memberi andil dalam memutar roda sejarah. Bahwa dengan
keterbukaan, orang mulai bersentuhan dengan orang-orang dan kebiasaan-
kebiasaan hidup yang sama sekali berlainan. Bahwa setiap orang harus
mengenal lebih baik satu sama lain, mulai mengenal model-model tata hidup dan
agama lain dan model-model lain itu memberikan inspirasi untuk pemikiran yang
lebih mendalam. Karena pengetahuan akan perbedaan itulah yang menimbulkan
gagasan mengenai negara.
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 4
Selanjutnya Baal berusaha mendefinisikan pengertian religi dengan
pembahasan yang cukup panjang yang terangkum pada catatan di akhir
paragraf. Bahwa religi dapat dibicarakan dengan dua cara: sebagai religi pada
umumnya atau sebagai gejala manusiawi yang muncul secara umum, tetapi bisa
juga sebagai suatu kompleks gagasan dan kebiasaan yang muncul pada suatu
kelompokmanusia tertentu (gereja, sekte, suku). Lalu hal itu disebutnya sebagai
suatu religi. Karena itu religi. Karena itu religi selamanya seperti juga
kebudayaan (dan religi termasuk di dalamnya) terikat pad kelompok meskipun
dalam bentuk metafisika yang belum menentu batasnya dengan kemungkinan
individualism yang sangat ekstrem. (Baal, 1987:35)
Pada bagian akhir tulisannya di bab kedua ini, Baal turut menyertakan
studi-studi ilmiah pertama tentang religi dan kultur. Dimana pembahasan berawal
dari zaman pencerahan yang memiliki gagasan dasarnya sendiri tentang religi,
gagasan yang lebih banyak merupakan hasil renungan falsafi daripada hasil
penyelidikan ilmu atau penyelidikan empiris. Gagasan tersebut antara lain :
1. Bahwa religi adalah bagian hidup kesusilaan manusia dan memiliki
nilai susila yang tinggi.
2. Bahwa religi adalah masalah yang tergolong dalam alam manusia
Uraian mengenai Fetisyisme atau pemujaan pada binatang atau
barang-barang tak bernyawa yang dijadikan dewa juga turut dimasukkan.
Terutama studinya oleh De Brosses hingga Meiners menjadi penutup dari bab
ini.
Pada bab ketiga, Baal lebih banyak mengupas tentang mitos. Diawali
dengan latar belakang sejarahnya pada abad ke-18, yang pada waktu itu mulai
timbul reaksi terhadap pemikiran rasionalisme dari zaman pencerahan. Di mana
perasaan dalam kehidupan manusia mulai mendapat perhatian.
Kemudian Baal juga membahas mengenai sejumlah besar aneka macam
cerita yang ad sedikit banyak hubungannya dengan cerita-cerita yang dinamakan
mitos. Dalam antropologi budaya sebenarnya cerita sejenis itu tidak banyak yang
dapat dipergunakan, sehingga peristilahannya harus dibatasi. Karena sudah
biasa dianggap cukup dengan membedakannya dalam mitos dan folktale. Mitos
sendiri adalah pernyataan kepercayaan keagamaan dalam bentuk cerita, sering
berhubungan erat dengan masalah ritual dan dengan pandangan yang dimiliki
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 5
seseorang tentang sifat tersembunyi dunia yang mengelilinginya, baik yang
bersifat religius maupun yang bersifat duniawi. Cerita tersebut kadang-kadang
dianggap serius, kadang-kadang tidak, sekali-kali berisikan sejarah yang
sebenarnya, sekali-kali fantasi semata-mata. Tetapi folktale selalu merupakan
pernyataan bangsa dan budaya yang benar, seperti halnya mitos merupakan
sumber penting untuk mendapatkan informasi tentang pikiran manusia, yang
entah dengan cara bagaimana merasa terserap oleh nilai cerita-cerita tersebut.
(Baal, 1987:48)
Pada akhir paparannya mengenai studi mitos, Baal menyebutkan
mengenai Max Muller atau Friedrich Max Muller (1823-1903) seseorang yang
amat gigih membawa studi mitologi ke dalam diskudi ilmiah pada zamannya.
Beberapa pemikirannya antara lain :
1. Bahwa asal-usul mitos menurut Muller bukanlah religius, melainkan
terjadi berkat penyakit anak-anak dalam bahasa. Hal tersebut
tertuang dalam bukunya Comparative Mythology.
2. Mitos-mitos itu primer puisi, fantasi. Sedang mitos itu sendiri bukan
religi, meski bias saja menjadi religi. Hal itu terjadi bilamana dalam
tokoh-tokohnya dirasakan adanya sesuatu yang abadi.
3. Permulaan religi dimulai bilamana keabadian itu terwujud dalam
pandangan tentang hal-hal yang dilihat dan tentang makhluk-makhluk
yang dibicarakan. Sama halnya dengan yang dijelaskan dalam On the
Origin and Growth of the Religion as Illustrated by the Religion of
India (1878).
Pada bab keempat, Baal mulai mengupas mengenai kekerabatan, tulisan
di dalamnya terkait prasejarah mengenai studi tentang segi-segi kebudayaan
masyarakat serta pengantar tentang kekerabatan. Di awal tulisan, Baal lebih
banyak mengupas mengenai latar belakang pemikiran untuk mempelajari
sejarah, tentang ras manusia hingga teori evolusi oleh Darwin.
Selanjutnya Baal menulis mengenai pengaruh dari sumber sejarah
hukum. Dalam tulisannya ini, Baal menuliskan beberapa tokoh ahli sejarah
hukum. Ada dua ilmuwan yang diulas dalam tulisan Baal yakni Fustel de
Coulanges dan Sir Henry Maine. Dimana kedua tokoh tersebut tidak saja penting
bagi ilmu hukum, tetapi juga bagi munculnya antropologi budaya sebagai ilmu,
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 6
karena mereka juga mempertanyakan masalah-masalah yang penting artinya
bagi ilmu antropologi budaya.
Menarik dari kedua tokoh tersebut adalah mereka menerangkan tentang
pentingnya kelompok-kelompok asal-usul. Dengan demikian unsur lain
dimasukkan dalam diskusi mereka, yakni unsur kekerabatan dalam arti pertalian
darah atau pertalian keluarga. Ulasan akhir dari tulisan mengenai kedua tokoh
tersebut, kemudian menjadi pijakan Baal untuk mengulas penggunaan
pengertian kekerabatan pada tulisan selanjutnya.
Kekerabatan dalam tulisan Baal ini dibedakan dalam kerabat karena
pertalian darah dan kerabat karena perkawinan. Merupakan pokok yang begitu
pentingnya dalam antropologi budaya, karena membicarakan karya para ahli
teori yang berusaha mendapatkan wawasan tentang prasejarah pergaulan hidup
manusia. Wawasan tersebut selanjutnya akan berguna untuk mengetahui hakikat
logika dari gejala kekerabatan.
Kekerabatan pada dasarnya termasuk dalam konteks hubungan yang
lestari antara suami-istri, yang secara sosial diakui dengan ciri-ciri :
1. Pergaulan kelamin yang berkelanjutan
2. Hidup bersama dan kerja sama ekonomi
3. Pemeliharaan anak-anak yang dilahirkan oleh si istri karena
hubungan suami-istri.
Selanjutnya, Baal turut mencantumkan gambar sistem kekerabatan
disertai dengan penjelasan yang terperinci terkait sistem kekerabatan tersebut.
Sebagai penutup bab keempat ini, Baal mengulas teori-teori awal tentang
perkawinan dan kekerabatan. Dimana tokoh-tokoh yang terkemuka mengenai hal
tersebut adalah dua orang ahli hokum, Bachofen dan Mc Lennan. Selain paparan
mengenai kedua tokoh tersebut, Baal juga menulis mengenai beberapa istilah
yang berkaitan dengan kekerabatan, antara lain :
1. Patrilokal berarti tempat menetap pada ayah (ialah ayah suami).
2. Matrilokal berarti tempat menetap pada ibu (ibu istri).
3. Virilokal menetap di desa pemuda.
4. Uxorilokal menetap di desa pemudinya.
5. Neolokat sama dengan di masyarakat modern.
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 7
6. Vunkulokat ,menetap di desa saudara lelaki ibu.
7. Levirat janda menikah dengan saudara suaminya yang telah
meninggal.
8. Sororat perkawinan antar seorang duda dengan adik perempuan
dari istrinya yang sudah meninggal.
9. Poligine perkawinan seorang lelaki dengan adik perempuan istrinya.
10. Eksogami larangan untuk kawin dalam lingkungan kelompok
eksogam dimana ia menjadi anggotanya.
11. Endogami perintah untuk kawin dalam kelompoknya sendiri, misal
dalam suatu suku atau kasta.
Di akhir paparannya dalam bab ini, Baal juga turut mengupas mengenai
pemikiran Lewis H. Morgan mengenai permulaan ilmu pengetahuan. Salah satu
yang menarik adalah pemikirannya terkait perkembangan masyarakat yang
dibaginya dalam tiga tahap, dengan dua diantaranya terbagi menjadi tiga sub-
tahap, yakni lower, middle, dan upper.
Pada bab kelima, Baal mencoba mengurai beberapa aliran klasik dalam
antropologi budaya. Beberapa hal yang menjadi topik bahasan dalam tulisan di
bab ini antara lain :
1. Pemikiran Tylor mengenai animisme
2. Pemikiran Tylor tentang perkawinan dan kekerabatan
3. Totemisme
Di mana totemisme dapat didefinisikan sebagai kepercayaan akan
adanya hubungan gaib antara sekelompok orang sesekali dengan
seseorang dan segolongan binatang atau tanaman atau benda
materi.
4. Pemikiran W. Robert Smith mengenai arti ritual
Di mana religi menurut Robertson Smith adalah suatu pertalian antara
para anggota persekutuan bersama dan suatu kekuasaan, yang
memperhatikan kesejahteraan persekutuan dan melindungi hukum-
hukum dan ketertiban susilanya.
5. Pemikiran Sir James George Frazer dan studinya tentang magi.
Dalam pandangannya, magi bertopang pada dua prinsip, yakni Law of
Similarity (Hukum Persamaan) dan Law of Contact (hukum kontak).
Menurut pengertiannya, magi adalah sejenis ilmu yang tetap dan pasti
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 8
Pada bab selanjutnya, Baal menulis mengenai permulaan perlawanan
terhadap evolusionisme garis-lurus aliran klasik yang diwakili oleh Morgan dan
Tylor yang dibahas pada bab sebelumnya. Beberapa paparan awal serta latar
belakang oposisi dari kaum evolusionis, menjadi awal dari tulisan Baal pada bab
keenam ini. Paparan tersebut kemudian disambung dengan tulisan Baal
mengenai Edward Westermarck yang pemikirannya banyak mengkritisi pemikiran
para evolusionis. Selanjutnya, Baal turut mengupas mengenai gejala-gejala
realisme lain dalam penilaian gejala-gejala sosial, juga pemikiran Andrew Lang
dan W.James terkait keraguan dalam mempertimbangkan gejala religi.
Pada akhir tulisannya di bab keenam ini, Baal menengahi dengan
tulisannya bahwa bagaimanapun juga dapat dimengerti bahwa pada abad kedua
puluh muncul berbagai reaksi dalam bentuk titik-tolak teori yang baru. Di Amerika
dan Jerman reaksi itu mengikuti arah kritik terhadap pemikiran evolusi dan
tekanan pada perspektif sejarah yang murni; di Prancis, tekanannya pada unsur-
unsur perilaku sosial (dan budaya) manusia. Disamping itu timbul perhatian yang
lebih besar pada kebutuhan emosional manusia dalam kehidupan budayanya,
yang mendapatkan kepuasan dalam religi.
Pada bab ketujuh, Baal mengangkat tentang kepercayaan pada
kekuasaan gaib dan peran rasa ketidaktergantungan dalam religi. Pada awal
tulisannya, Baal membicarakan tentang mana, yakni sesuatu yang
mempengaruhi semua hal, yang melampaui kekuasaan manusia, dan yang
berada di luar jalur yang normal dan wajar pemikiran tentang mana sendiri
diperkenalkan oleh R.H. Codrington.
Selain Codrington, Baal juga memasukan nama R.R.Marett dalam
pembahasannya. Meskipun pemikirannya terlalu berhati-hati, namun tetap
membantu dalam dua masalah, yakni : (1) studi yang lebih mendalam mengenai
pengertian mana; dan (2) suatu usaha untuk menjelaskan religi dari segi kesan
dan motif-motif emosional.
Pemikiran tokoh-tokoh lainnya yang turut dibahas Baal dalam bab ini
antara lain :
1. Teori Albert C. Kruyt mengenai bentuk-bentuk kepercayaan lain
tentang mana.
2. Pemikiran K.Th. Preusz
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 9
3. Pemikiran Heilbringer terkait kekuasaan dan makhluk tertinggi. Juga
pemikiran Nathan Soderblom terkait tiga sumber religi, yakni
animisme, kekuasaan, dan urheber (para arsitek jaman purba
primeval).
Pada akhir paparan bab ini, Baal juga memasukkan tulisan tentang
fenomenologi agama juga lanjutan pemaparan mengenai pemikiran K.Th.
Preusz. Menarik kiranya, pandangan Preusz mengenai kepercayaan religius,
bahwa hal tersebut bukanlah suatu produk pertimbangan logis, melainkan
merupakan pengalaman mistik dalam batin. Selain hal tersebut, beberapa
pandangan Preusz antara lain terkait makhluk tertinggi, pemikiran tentang mati
dan pemujaan terhadap orang mati, serta mitos.
Dalam bab kedelapan, Baal memfokuskan bahasannya pada antropologi
yang berkembang di Jerman. Baal dalam pengantar bab ini, memaparkan
beberapa tokoh-tokoh Jerman beserta pemikiran-pemikirannya yang memberikan
pengaruh pada perkembangan ilmu antropologi, beberapa diantaranya adalah :
Adolf Bastain, Wilhelm Wundt, hingga Friederich Ratzel.
Ulasan Baal selanjutnya adalah terkait terjadinya aliran yang
memperkenalkan dirinya sebagai aliran historis dalam antropologi. Beberapa
tokoh yang dibahas pemikirannya dalam tulisan tersebut, antara lain : Leo
Frobenius, F. Graebner, dan B. Ankermann. Kemudian bahasan dilanjutkan
dengan pemaparan pandangan dari tokoh P. Wilhelm Schmidt S.V.D yang lebih
banyak membahas tentang religi.
Pada akhir bab kedelapan, Baal menulis tentang Pan-Babylonisme dan
Pan-Egyptianlisme serta sedikit ulasan tentang pembahasan aspek sejarah
dalam antropologi Amerika. Bahasan tentang para ahli antropologi Amerika
dimulai dari Boas yang sudah menaruh perhatian yang besar terhadap problema
sejarah. Mereka melakukan penelitian yang rinci tentang penyebaran unsur-
unsur budaya di seluruh dunia.
Terkait antropologi Amerika, dilanjutkan oleh Baal pada bab selanjutnya
dengan mengangkat tentang antropologi Amerika di bawah pengaruh Franz
Boas, juga debat antara Kroeber dan Rivers. Pada awal paparannya dalam bab
ini, Baal menulis tentang riwayat tokoh sentral dalam terciptanya aliran Amerika,
yakni Franz Boas. Dimana dua jasa besarnya, antara lain: (1) kualitas
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 10
pengamatan yang dilakukannya; dan (2) pengaruh Boas yang memberikan
inspirasi pada murid-muridnya diantaranya Swanton, Lowie, dan Kroeber.
Tulisan lalu berlanjut dengan murid Boas, yakni Alfred L. Kroeber. Ia
terkenal karena karya lapangannya di antara orang-orang Indian Amerika Utara,
studinya mengenai pengertian kultur, dan perjuangannya melawan pendapat-
pendapat tentang kekerabatan berdasarkan evolusi.
Paparan selanjutnya adalah tentang W.H.R Rivers, dimana Ia
mengembangkan penelitian terkait problema kekerabatan. Beberapa pandangan
Rivers terkait kekerabatan beserta gambar sistem kekerabatan juga turut
disertakan. Selanjutnya, sebagai penutup, diulas pula mengenai murid Boas
yang lain Robert H. Lowie, kritik A.A. Goldenweiser atas pengertian Totenisme,
dan pemikiran Paul Radin tentang religi yang selangkah lebih maju dibandingkan
pemikiran Lowie sebelumnya.
Setelah sebelumnya dibahas mengenai antropologi di Jerman dan
Amerika, pada bab terakhir buku ini mengambil topik aliran dari sosiolog
Perancis, Emile Durkheim. Tema sentral dalam karya Emile Durkheim ialah
mempertanyakan apa yang mempersatukan masyarakat. Masyarakat secara
jelas mempunyai pengaruh yang aneh pada manusia. Masyarakat berada di luar
dan di atas manusia, tetapi menyatakan dirinya dalam diri manusia. Masyarakat,
meskipun dibentuk oleh manusia, mempunyai hidupnya sendiri. (Baal, 1987:201)
Beberapa pemikiran Durkheim yang dibahas pada bab ini antara lain
terkait: (1) bentuk masyarakat yang berkuasa atas pemikiran; (2) pemikiran
tentang arti sakral termasuk pemikiran beberapa pengikut aliran Durkheim
seperti H. Hubert dan M. Mauss; dan (3) bentuk-bentuk elementer kehidupan
religius. Pembahasan kemudian berlanjut dengan tokoh yang mendapat tempat
tersendiri di kalangan para ahli teori Perancis, yakni Lucien Levy-Bruhl.
Sebagai penutup bab terakhir sekaligus buku ini, Baal menuliskan
mengenai ikatan solidaritas dalam relasi kontrak dengan contohnya yang
paling sesuai, yakni pertukaran hadiah dalam perkawinan.
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 11
II. Komentar Kritis
Kelebihan
Buku Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga
Dekade 1970) jilid 1 ini menyajikan secara jelas dan padat mengenai berbagai
teori pokok dalam antropologi. Disajikan dengan terlebih dahulu diawali
perkenalan tokoh-tokoh yang mengembangkan pemikiran tersebut. Penulisan
semacam itu memudahkan pembaca dalam menangkap alur pikir dari setiap
tokoh dan teori yang Ia kembangkan.
Meski teori dan pemikiran yang disampaikan sangat padat, namun
penyampaian Baal dalam buku ini tidak terlalu sulit untuk dipahami. Semua
disajikan secara runtut, seperti halnya bercerita. Pembagian tiap bab dalam buku
ini juga sudah sangat cocok, disajikan berdasar pada pemikiran para tokoh yang
mempengaruhi tokoh yang lain serta berurutan sehingga dapat diketahui
perkembangan dan langkah maju yang telah dilakukan tokoh yang lebih muda.
Tidak hanya tokoh, pembagian bab juga berdasar pada tempat persebaran
perkembangan antropologi, seperti Jerman, Amerika hingga Perancis.
Di luar isi, buku ini menyertakan indeks yang memudahkan pembaca
untuk mencari topik dalam setiap halaman buku. Selain itu, kata pengantar dari
Soemardjan juga perlu mendapat poin tersendiri, karena sebelum membaca isi
buku, pembaca sedikit mendapat resensi melalui pemaparan Soemardjan
tentang karya Baal ini. Sehingga memberi gambaran bagi pembaca mengenai
poin-poin penting yang perlu diperhatikan, dan memotivasi dalam menempatkan
buku ini.sebagai landasan studi lanjutan.
Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970)Jilid 1 12
Kekurangan
Beberapa yang jelas telihat adalah adanya sub-bab lanjutan yang
beberapa kali hadir dalam buku ini. Meskipun penempatan seperti itu ada
maksudnya, tapi tetap berdampak pada kenyamanan membaca. Selain itu
karena buku ini merupakan karya terjemahan, penulis pribadi melihat terjemahan
buku ini masih kaku, sehingga perlu berpikir lama untuk memahami maksud dari
tiap kalimat.
Huruf yang kecil juga menjadi salah satu kekurangan dalam buku ini, juga
antara sub-bab satu dengan yang lain tidak ada pembeda yang mencolok. Kedua
hal tersebut membuat seakan tulisan tanpa jeda, yang membuat mata pembaca
akan terasa capek. Terlebih untuk sebuah buku dengan materi yang sangat
padat.
Sebagai tambahan, karena buku ini sebenarnya buku utuh yang dijadikan
dua jilid ketika diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Saran saya, ada baiknya jika
dalam buku ini juga menyertakan review singkat mengenai jilid keduanya.
III. Daftar Rujukan
Van Baal, J. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga
1987 Dekade 1970) Jilid I. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia