Response to "IT Doesn't Matter"

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A response to the article IT Doesn't Matter

Citation preview

Paper Title (use style: paper title)

IT Doesnt MatterReview dan Analisis Mengenai Artikel

R Dhika Ahmad Aulia1006686181Fakultas Ilmu KomputerUniversitas IndonesiaDepok, Jawa [email protected]

AbstrakIT sempat menjadi sebuah sumber daya yang memiliki nilai strategis tinggi dan membuat perusahaan yang menggunakannya lebih kompetitif. Namun, saat ini IT sudah sangat bebas dan mudah didapatkan. Hal ini mengakibatkan menurunnya nilai IT dari komponen utama kesuksesan menjadi sebuah komponen komoditas yang dapat dimiliki semua pihak. IT menjadi tidak terlalu penting lagi.Kata KunciIT, nilai strategis, perusahaan, teknologiRingkasanPada tahun 1968, seorang ilmuwan dari Intel menemukan sebuah cara agar komponen yang dibutuhkan untuk suatu proses komputasi muat dalam sebuah tempat kecil terbuat dari silikon. Penemuan microprocessor ini memancing sejumlah terobosan lainnya di dunia IT. Dengan meningkatnya popularitas dan manfaat IT yang sangat pesat, perusahaan mulai melihat IT sebagai salah satu kunci kesuksesan. Hal ini dapat dilihat dari pola pengeluaran perusahaan-perusahaan tersebut yang menunjukkan peningkatan signifikan sejak komputer personal diperkenalkan pada sekitar tahun 1980.Meningkatnya jumlah belanja IT ini juga mengubah pandangan top management. Dahulu, banyak kalangan eksekutif yang merendahkan komputer, hanya pekerja rendah seperti sekertaris, analis, teknisi, atau juru ketik saja yang menggunakannya. Jarang para eksekutif mau menyentuh papan keyboard. Saat ini, hal tersebut berubah drastis, para eksekutif lebih sering membicarakan nilai strategis dari IT dan bagaimana untuk memanfaatkan IT untuk meningkatkan atau mengubah model bisnis mereka. Banyak perusahaan mulai merekrut konsultan IT untuk memberikan saran bagi investasi IT mereka.Namun, dengan meningkatnya nilai startegis dari IT malah membuat IT kehilangan nilai strategisnya. Yang membuat sebuah sumber daya memberikan nilai strategis bagi sebuah perusahaan dikarenakan sumber daya tersebut tidak dimiliki oleh perusahaan lain sehingga perusahaan yang memiliki sumber daya tersebut memiliki competitive advantage lebih dibanding yang lain. Saat ini, fungsi utama dari IT seperti data storage, data processing, dan data transport sudah tersedia secara bebas dan dapat dimiliki oleh siapapun. Hal ini mengubah IT dari sebuah sumber daya yang memiliki nilai strategis tinggi menjadi barang komoditas.Sebuah contoh sumber daya yang memiliki nilai strategis yang tinggi adalah paten. Paten hanya dapat dimiliki oleh satu perusahaan dan hal ini menjadi pembeda antara perusahaan yang memiliki paten tertentu dan yang tidak memiliki paten tersebut. Perusahaan yang memiliki paten dapat dengan bebas memproduksi barang yang dipatenkannya tersebut, namun perusahaan lain harus membayar jika ingin memproduksi barang yang dipatenkan tersebut. IT sempat menjadi sebuah sumber daya yang dapat memberikan nilai strategis terhadap perusahaan dikarenakan jarangnya perusahaan yang memanfaatkan IT pada saat ini. Contohnya seperti yang dilakukan American Hospital Supply (AHS) pada tahun 1976. Saat itu, AHS memperkenalkan sebuah sistem dimana rumah sakit dapat melakukan pemesanan secara elektronik. Teknologi ini memberikan nilai strategis yang tinggi karena dapat mematikan kompetitor lainnya. AHS mendapatkan keuntungan tertingginya dari tahun 1978 hingga 1983. Namun, nilai strategis tersebut hilang ketika munculnya personal computer dan sejak itu AHS mulai mengalami penurunan keuntungan dikarenakan teknologi yang digunakan AHS sudah mulai ketinggalan zaman.IT saat ini sudah menjadi sebuah barang komoditas. Mudah didapatkan dan sangat rentan diduplikasi. Tidak hanya itu, banyak model bisnis yang sangat tergantung pada IT, hal ini menyebabkan model bisnis tersebut juga mudah diduplikasi. Tidak banyak perusahaan yang membuat programnya sendiri untuk model bisnisnya, umumnya perusahaan-perusahaan tersebut membeli sebuah software yang generic sehingga perusahaan-perusahaan yang menggunakan software tersebut memiliki model bisnis yang serupa.IT sekarang sangat dibutuhkan untuk dapat berkompetisi dengan perusahaan lain, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap strategi perusahaan dikarenakan berkurangnya nilai strategis dari IT seperti yang dijelaskan sebelumnya. Untuk menangani fenomena ini, perusahaan sebaiknya lebih fokus terhadap resiko yang ditimbulkan oleh IT dibanding manfaatnya. Misalnya saja jika kita memiliki sebuah perusahaan IT dan banyak dari kompetitor menggunakan teknologi cloud, kita jangan terlalu fokus untuk meningkatkan manfaat dari cloud ini namun harus lebih fokus terhadap resikonya seperti kehilangan data jika server tiba-tiba rusak dan down untuk beberapa jam. Pada saat itu, para kompetitor tidak akan bisa menjalankan model bisnisnya, namun karena kita sudah fokus terhadap resiko dari cloud dan sudah mempersiapkan rencana cadangan, maka perusahaan kita akan menjadi satu-satunya perusahaan yang tetap bisa menjalankan kegiatannya sementara kompetitor lain tidak. Dengan begitu, IT akan tetap memiliki nilai strategisnya dibanding dengan perusahaan lain.Banyak perusahaan yang tidak teliti dan terburu-buru dalam menginvestasikan keuntungannya untuk IT dengan alasan tidak ingin ketinggalan zaman. Sayangnya, investasi di IT ini terkadang tidak membuahkan hasil yang diinginkan, malah dalam beberapa kasus merugikan perusahaan. Perusahaan sering berinvestasi untuk IT padahal tidak tahu bagaimana untuk dapat memaksimalkan potensi dari IT itu sendiri. Manajemen IT seharusnya tidak hanya untuk memaksimalkan IT di perusahaannya dengan mengorbankan uang dan waktu untuk penelitian. Manajemen IT juga seharusnya berfokus untuk mengelola waktu dan uang sehingga dapat memanfaatkan IT secukupnya dan tidak berinvestasi terlalu banyak pada IT.AnalisisDalam artikel IT Doesnt Matter ini penulis mengutarakan opini dan berbagai fakta yang mengatakan bahwa IT tidak lagi penting pada saat ini. Penulis mengemukakan gagasan vanishing advantage dimana nilai strategis dari IT perlahan mulai menurun seiring perkembangan zaman. Penurunan nilai ini disebabkan berpindahnya IT dari proprietary technology menjadi infrastructural technology. proprietary technology adalah dimana teknologi yang dapat membedakan perusahaan yang menggunakan teknologi tersebut dan dengan yang tidak. Perbedaan ini membuat perusahaan memiliki competitive advantage dibanding perusahaan lainnya. Pada zaman dahulu ketika IT hanya digunakan oleh perusahaan skala besar saja, IT menjadi sebuah proprietary technology dimana perusahaan yang menerapkan IT dapat memimpin dan mengalahkan kompetitornya. Namun, pada saat ini ketika IT mudah didapatkan oleh siapa saja, dan hampir semua perusahaan menggunakan IT untuk mendukung model bisnisnya, IT berubah menjadi infrastructural technology dan tidak lagi memberikan perbedaan antara perusahaan yang menggunakan IT dengan yang tidak.Gagasan ini tidak sepenuhnya benar namun juga tidak sepenuhnya salah. Memang benar sekarang IT sudah diterapkan oleh hampir setiap perusahaan, bahkan yang kecil sekalipun. Namun, hal tersebut hanya berlaku pada fungsi utama IT saja seperti data storage, data processing, dan data transport. IT tidak akan memberikan sebuah nilai strategis jika perusahaan hanya menerapkan IT sebatas itu saja. Jika perusahaan mau berinvestasi lebih, IT masih dapat menjadi proprietary technology untuk perusahaan. Contohnya, ketika Twitter merilis layanan microblogging. Twitter pastinya menerapkan fungsi dasar IT seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, namun yang membedakan Twitter dengan kompetitor lainnya adalah ide yang original pada saat itu dan dengan penerapan IT yang baik, Twitter berhasil menjadi salah satu yang terdepan pada bidang microblogging ini.Penulis juga mengemukakan gagasan komidifikasi IT dimana IT sudah menjadi seperti barang komoditas yang mudah didapatkan dan mudah direplikasi. Banyak perusahaan yang sudah menerapkan IT dan membutuhkan software tertentu untuk mendukung model bisnisnya. Namun, untuk memangkas pengeluaran, kebanyakan perusahaan memutuskan untuk membeli software yang sesuai dengan model bisnisnya. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang memiliki model bisnis serupa menggunakan software yang sama yang berarti perusahaan-perusahaan tersebut menjalankan model bisnisnya dengan cara dan metode yang sama. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan tersebut tidak saling memiliki competitive advantage terhadap kompetitornya.Saya setuju dengan gagasan ini, namun hal tersebut tidak berarti perusahaan-perusahaan yang menggunakan software serupa tersebut tidak memiliki competitive advantage sama sekali. Banyak digital agency yang memanfaatkan content management system sebagai sarana pendukung model bisnisnya. Walaupun produk yang dihasilkan sama, namun perusahaan-perusahaan tersebut tetap memiliki competitive advantage karena cara pemanfaatan teknologi yang berbeda-beda. Dengan memfokuskan produknya di segi desain, algoritma, ataupun konten yang menarik , perusahaan masih dapat membedakan dirinya dengan yang lain.Disini penulis menganalogikan IT dengan infrastruktur lainnya seperti rel kereta dan listrik. Pada bagian ini, penulis hanya melihat IT sebatas infrastruktur yang mendukung jalannya sebuah perusahaan, seperti halnya rel kereta sebagai infrastruktur yang mendukung perusahaan yang menggunakannya untuk mengantarkan barang jadi maupun mentah. Pemahaman penulis terhadap IT masih terlalu lemah untuk menganalogikan IT dengan rel kereta karena IT tidak hanya sebatas itu saja. IT dapat berupa infrastruktur namun IT juga dapat menjadi core business pada sebuah perusahaan. IT dapat diterapkan pada bidang apapun sehingga membuka banyak peluang ide yang mungkin dapat dilakukan oleh IT. IT masih berkembang dan memunculkan banyak cabang, tidak seperti kereta api yang hanya dapat mengantarkan barang dari satu titik ke titik lainnya, atau seperti listrik yang hanya sebatas menghidupkan barang elektronik.Di akhir artikel, penulis memberi saran bagi perusahaan untuk tidak berinvestasi terlalu banyak untuk IT karena terkadang IT tidak selalu memberikan manfaat yang banyak karena perusahaan membayar lebih untuk IT. Saya setuju namun hal tersebut tidak selalu benar. Hal ini terjadi jika perusahaan tidak teliti dan terburu-buru dalam berinvestasi untuk IT. Banyak perusahaan yang membayar lebih untuk sesuatu yang sebenarnya tidak dipelukan atau kualitas yang tidak mencukupi. Investasi IT ini tergantung kepada keseriusan perusahaan untuk menerapkan IT. Jika perusahaan serius dan teliti, hal-hal seperti kualistas IT yang buruk atau membayar lebih untuk hal yang tidak dibutuhkan tidak akan terjadi.Selain itu, penulis juga menyarankan untuk lebih fokus terhadap resiko dibanding manfaat dari IT. Saran ini akan sangat berguna bagi perusahaan yang menggunakan IT hanya sebatas layanannya saja. Hampir semua perusahaan menggunakan layanan IT sehinga tidak memberikan suatu competitive advantage. Namun, jika perusahaan tersebut memperhitungkan resiko yang ditimbulkan dari layanan IT tersebut dan memilik rencana cadangan untuk menangani resiko tersebut, perusahaan akan memiliki competitive advantage dimana jika resiko tersebut terjadi, perusahaan sudah memiliki langkah penanganan yang sudah direncanakan sebelumnya sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh resiko tersebut.Bagi perusahaan yang memanfaatkan IT sebagai core business-nya, apa salahnya berinvestasi untuk memaksimalkan manfaat IT? Dengan manajemen IT yang baik, rasanya hal-hal seperti yang disebutkan sebelumnya tidak akan terjadi. Walaupun begitu, resiko dari IT tidak boleh dihindari karena resiko selalu ada dan suatu saat pasti akan terjadi.KesimpulanArtikel ini memberikan opini yang tidak salah dan dengan menyertakan fakta-fakta yang benar. Namun, pernyataan dan gagasan yang diungkapkan oleh penulis masih terlalu dangkal dan hanya memandang IT hanya sebatas infrastruktur saja. Banyak yang dapat dilakukan dengan IT dan faktanya banyak perusahaan yang memiliki IT sebagai core business. Penulis juga memandang layanan IT semua sama, namun pada nyatanya IT sangat fleksibel dan dapat dimodifikasi menyesuaikan dengan tujuan perusahaan. Layanan IT dapat disesuaikan dan hal ini berarti layanan IT pada setiap perusahaan tidak selalu sama.Manfaat IT dapat dimaksimalkan dengan melakukan manajemen IT dengan baik dan mengawasi setiap investasi yang dikeluarkan untuk IT. Hal ini menuntut keseriusan dari perusahaan untuk menerapkan IT, jika perusahaan menerapkan IT hanya sebagai keharusan agar tidak ketinggalan zaman, maka hal-hal yang disebutkan penulis akan benar-benar terjadi dan sayangnya banyak perusahaan yang melakukan hal tersebut dan nilai strategis dari IT menjadi minimal. Dengan begitu, IT Does Matter bagi perusahaan yang serius untuk menggunakan IT namun tidak bagi perusahaan yang hanya ikut-ikutan.Referensi

[1] N. G. Carr, IT Doesn't Matter, HRB At Large, 2003.