29
Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik Referat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman REHABILITASI BELOW KNEE AMPUTATION Disusun Oleh : Nevi Dwi Handayani 04.45410.00200.09 Pembimbing : dr. Edi Iwakusuma, Sp.RM Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik 0

Referat Amputasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Amputasi

Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik ReferatFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

REHABILITASI BELOW KNEE AMPUTATION

Disusun Oleh :

Nevi Dwi Handayani

04.45410.00200.09

Pembimbing :

dr. Edi Iwakusuma, Sp.RM

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik

Pada Laboratorium/SMF Ilmu Rehabilitasi Medik

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2010

0

Page 2: Referat Amputasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

Amputasi dapat terjadi oleh berbagai sebab, seperti trauma, kelainan bawaan,

infeksi, keganasan, gangguan vaskuler dengan atau tanpa diabetes mellitus. Tipe

amputasi berdasarkan tingkatan dibagi menjadi partial foot, syme, transtibial

(below knee), knee disarticulation (through knee), hip disarticulation),

transcondylar/supracondylar, transfemoral (above knee) transpelvic

(hemipelvectomy), dan translumbar ( hemicorporectomy).1,2

Prevalensi dan insiden pasti amputasi tidak diketahui. Di United States,

sekitar 43.000 amputasi baru terjadi setiap tahun. Kebanyakan terjadi karena

penyakit vaskuler, dengan 90% melibatkan kaki. Sekitar 5% merupakan amputasi

partial foot dan ankle, 50% merupakan below knee amputation, dan 35 %

merupakan above knee, dan 7-10% merupakan amputasi pada hip.3

Hilangnya sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan

seseorang dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari luas hilangnya alat gerak,

usia pasien, ketepatan operasi dan manajemen pasca operasi. Satu atau seluruh

faktor ini bertanggung jawab atas kondisi ketidakmampuan pasien untuk kembali

ke kemampuan fungsional seperti sebelumnya. Oleh karena itu, pengetahuan

mengenai penanganan rehabilitasi medik pada amputasi sangat diperlukan oleh

semua dokter.4

1.2 Tujuan

Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai penanganan

rehabilitasi amputasi bawah lutut.

1

Page 3: Referat Amputasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Amputasi berasal dari kata : amputare (latin) atau apocope (yunani), yang

berarti : " pancung " (to cut away,.,to cut off). Pemancungan dalam arti “tindakan

bedah" membuang anggota gerak (extrernitas) seluruh / bagian dalam saja,

sesuatu yang menonjol/tonjolan, atau alat (organ) tubuh.2

2.2 Prevalensi

Survei Kayne and Newman didapatkan 5830 amputasi baru yang

disebabkan oleh berbagai sebab. Mereka menemukan 70% dari amputasi

disebabkan oleh penyakit infeksi dan vaskuler, trauma, 22%; tumor, 5%; dan

deformitas congenital, 3%. Kebanyakan amputasi karena penyakit terjadi pada

usia 61-70 tahun, untuk trauma, 21-30 tahun, dan untuk tumor, 11-20 tahun.

Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2,1:1 pada penyakit, 7,2:1 pada

trauma, 1,3:1 pada tumor, dan 1,5:1 pada deformitas congenital. Perbandingan

antara amputasi ekstremitas bawah dan atas adalah 11:1. Distribusi dari amputasi

bawah lutut berdasarkan tingkatan Syme, 3%; transtibial 9%; knee disarticulation,

1%; transfemoral, 35%; dan hip disarticulation, 2%.1

2.3 Etiologi

Penyebab amputasi sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi :4

a. Defek lahir kongenital (5%)

Mayoritas tampak pada usia dari lahir hingga 16 tahun.

b. Didapat (95%), terdiri dari :

1. Penyakit oklusi arterial (Occlusive Arterial Disease) – 60%.

Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi adalah diabetes

mellitus, arteriosklerosis, dan Buerger’s Disease. Mempunyai insidensi pada usia

sekitar 60-70 tahun. 90% kasus melibatkan alat gerak bawah; 5% partial foot and

2

Page 4: Referat Amputasi

ankle amputations, 50% below knee amputation, 35% above knee amputation dan

7-10% hip amputation.1,4

2. Trauma - 30%

Paling sering terjadi pada usia antara 17-55 tahun (71% pria). Lebih

banyak mengenai alat gerak bawah, dengan ratio 10 : 1 dibandingkan dengan alat

gerak atas. Trauma dari ekstremitas melibatkan kerusakan pada vaskuler atau

nervus, luka bakar, dingin, dan fraktur yang tidak menyembuh. Ini dapat membuat

ekstremitas secara permanen kurang fungsional. Dalam kasus tersebut. amputasi

awal, dalam upaya menyelamatkan anggota badan, seringkali merupakan pilihan

terbaik.1,4

3. Tumor – 5%

Biasanya tampak pada usia sekitar 10-20 tahun. Dalam kasus keganasan,

hal itu biasa di masa lalu untuk mengamputasi proksimal bagian yang baik ke lesi

neoplastik. Kemajuan dibidang kemoterapi dan radiaoterapi dengan staging tumor

lebih baik sekarang menjadi mungkin, dalam banyak kasus, untuk melakukan

reseksi segmental ekstremitas dengan eksisi lokal luas dari tumor.1,4

2.4 Level Amputasi Pada Ekstremitas Bawah

Panjang puntung dipertahankan pada ketinggian yang baik untuk

perbaikan kembali fungsi dengan prostetik dan rehabilitasi. Untuk ekstremitas

bawah yang sering dilakukan adalah :2

a. Partial Foot

b. Symes(ankle disarticulation)

c. Transtibial (below knee)

d. Through knee (knee disarticulation)

e. Transfemoral (above knee)

f. Hip Disarticulation

g. Hemipelvectomy

2.5 Below Knee Amputation

Amputasi bawah lutut secara statistik merupakan amputasi utama yang

paling sering dikerjakan pada alat gerak bawah. Luka amputasi pada level ini akan

3

Page 5: Referat Amputasi

sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang

memerlukan ablasi alat gerak.4

Fungsi lutut sendiri bersifat sangat penting pada manajemen rehabilitasi

dengan penggunaan prostetik sehingga setiap usaha selalu dibuat untuk

menyelamatkan lutut. Amputasi bawah lutut merupakan suatu prosedur

rekonstruktif yang memerlukan perhatian yang cermat terhadap detail tekniknya.

Level ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat termasuk

pemahaman potensi penyembuhan dari alat gerak yang iskemi. Sisi pemotongan

adalah level dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung

yang dapat sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi terhadap prostetik.4

Panjang puntung sebaiknya dipertahankan setinggi 6 inchi dari tibia

plateau hingga akhir dari lapisan penyembuhan puntung. Puntung yang lebih

panjang dari ini memerlukan prostetik yang besar karena sirkumferensial disekitar

kruris lebih besar dibanding kaki yang intak. Bentuk puntung yang baik adalah

kerucut, rapat, dan tidak ada perlekatan pada tulang. Tidak ada jaringan yang

tersisa diakhir puntung. Sirkumferensial harus lebih kecil di distal dibanding

proximal.5

2.6 Indikasi dan Tujuan Operasi Amputasi

Indikasi amputasi:2,4

a. Live saving (menyelamatkan jiwa), contoh trauma disertai keadaan yang

mengancam jiwa (perdarahan dan infeksi).

b. Limb saving (memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara

maksimal), seperti pada kelainan kongenital dan keganasan.

Tujuan utama amputasi ialah penyembuhan atau menghentikan penyakit,

tetapi kebanyakan penderita juga berharap adanya perbaikan fungsi, hal ini

tergantung pada 5 faktor : kemampuan keseluruhan, mental dan fisik penderita,

ketingggian amputasi, puntung amputasi, prostetik, rehabilitasi.4

4

Page 6: Referat Amputasi

2.7 Komplikasi Amputasi dan Penatalaksanaannya

a. Masalah Kulit

Perawatan kulit merupakan hal yang penting karena adanya beberapa

lapisan jaringan yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti jaringan parut,

termasuk kulit dan lapisan subkutan, yang mudah melekat pada tulang. Sehingga

perlu diperhatikan adanya mobilisasi jaringan parut.4

Setelah insisi sembuh, lunakkan kulit dengan sebuah krim yang larut air

atau preparat lanolin tiga kali sehari. Massage secara lembut pada jaringan lunak

bagian distal akan membantu mempertahankan mobilitasnya di atas permukaan

atau ujung tulang. Tapping jaringan parut dan bagian distal jaringan lunak

sebanyak 4 kali sehari sering membantu untuk mendesensitasi area tersebut

sebelum penggunaan prostetik. Tapping dilakukan dengan ujung jari, dimulai

dengan sentuhan ringan dan kemudian tekanan ditingkatkan sekitar 5 menit

hingga timbul rasa tidak nyaman yang ringan.4

Cara membersihkan kulit yang baik juga harus diajarkan, misalnya dengan

mempergunakan sabun yang bersifat ringan, cuci kulit hingga berbusa lalu basuh

dengan air hangat. Kulit dikeringkan dengan cara ditekan dengan lembut, tidak

digosok. Pembersihan ini dilakukan setiap hari terutama pada sore hari.4

b. Infeksi

Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi

antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.3

c. Masalah tulang

Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebanan pada sistem skeletal

(bypassing weight bearing) bisa menyebabkan osteoporosis. Sisa dari periosteum

dapat berkembang menjadi bone spurs yang dapat menimbulkan tekanan pada

kulit.3

Jenis yang paling umum dari pertumbuhan tulang yang berlebihan adalah

bone spurs karena sisa-sisa periosteum kiri dipuntung pada saat operasi. Secara

umum, modifikasi socket dapat mengkompensasinya. Penarikan socket kedalam

diperlukan. Pembedahan pengangkatan spur dan periosteum kadang-kadang

diperlukan. Xeroradiography dengan pembebanan dan tanpa pembebanan dengan

5

Page 7: Referat Amputasi

prostetik akan menunjukkan kedua hubungan dari spur ke socket dan kulit dan

tepatnya bagaimana "total kontak" socket sesungguhnya.3

Skoliosis timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak

sama. Dapat diterapidengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak adanya

latihan stretching harian, scoliosis bisa menjadi menetap. Oleh karena itu.

latihan untuk range of motion disarankan untuk pertumbuhan anak.3

d. Neuroma

Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila

menyembuh. Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini di jaringan ikat

akan menyebabkan nyeri saat prostetik memberikan tekanan. Pada awalnya, nyeri

dapat dihilangkan dengan memodifikasi socket. Neuroma dapat pula diinjeksi

secara lokal dengan 50 mg lidocaine hydrochloride (xylocaine) dan 40 mg

triamcinolone actonide (Kenalog). Injeksi ini dapat dikombinasikan dengan terapi

ultrasound.4

e. Phantom Sensation

Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu

sensasi yang timbul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien

mengalami sensasi seperti dari alat gerak yang intak, yang saat ini telah hilang.

Kondisi ini dapat disertai dengan perasaan tingling atau rasa baal yang tidak

menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa sangat nyata sehingga pasien

dapat mencoba untuk berjalan dengan kaki yang telah diamputasi. Dengan

berlalunya waktu, phantom sensation cenderung menghilang tetapi juga terkadang

akan menetap untuk beberapa dekade. Biasanya sensasi terakhir yang hilang

adalah yang berasal dari jari, jari telunjuk atau ibu jari, yang terasa seolah-olah

masih menempel pada puntung.4

Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Salah

satunya adalah teori yang menyatakan bahwa karena alat gerak merupakan bagian

integral dari tubuh, maka akan secara berkelanjutan memberikan sensory cortex

rasa taktil, propriosepsi, dan terkadang stimuli nyeri yang diingat sebagian besar

di bawah sadar sebagai bagian dari body image. Setelah amputasi, persepsi yang

diingat tersebut akan menimbulkan phantom sensation.4

6

Page 8: Referat Amputasi

f. Phantom Pain

Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation.

Sebagian besar phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya

secara bertahap serta menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih

satu tahun. Bagaimanapun juga sejumlah ketidamampuan dapat timbul menyertai

rasa nyeri pada beberapa pasien amputasi.4

Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi

dalam korteks dan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh

inhibisi yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke

pusat. Sering dihubungkan dengan gangguan emosional, tetapi sulit menentukan

apakan gangguan emosional mendahului atau merupakan akibat darinya.4

Phantom pain dapat dipresipitasi atau ditingkatkan oleh setiap kontak,

tidak perlu dengan rasa nyeri saja, tetapi dapat juga dalam bentuk kontak dengan

puntung atau dengan suatu “trigger area” pada batang tubuh, kontak dengan alat

gerak kontralateral, atau kepala. Selain itu juga dapat dipicu oleh suatu fungsi

otonomik seperti miksi, defekasi, ejakulasi, angina pectoris, atau merokok

sigaret.4

Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang berbentuk

seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau shooting

dan dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus

yang berdurasi beberapa menit. Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri

seperti diputar atau distorsi dari bagian tubuh, contohnya seperti menggenggam

tangan dengan kuku menekan ke dalam telapak tangan.4

Phantom pain berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non

invasif. Pasien sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan

didorong untuk merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi

sensitivitasnya. Sejumlah modalitas dan cara telah dicoba untuk mengurangi

nyerinya seperti penggunaan prostetik, injeksi lokal pada trigger points,

penggunaan transcutaneous nerve stimulation (TENS), interferential, akupunktur,

dan ultrasound. 4

7

Page 9: Referat Amputasi

g. Edema

Edema pada puntung akan menyebabkan proses penyembuhan yang

lambat dan akan membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah

dengan berbagai macam cara seperti mempergunakan total-contact sockets,

terutama jika sifatnya inelastik, dengan penggunaan elastic bandaging, plaster

cast, air bags atau Unna dressing (dibuat seperti cast dengan mempergunakan

impregnated gauzed yang tersedia secara komersial) atau dapat pula dengan cara

immediate fit rigid dressing. Latihan pada daerah puntung, penggunaan stump

board serta peninggian ujung tempat tidur hingga bersudut kurang lebih 300 juga

akan membantu mengontrol edema.4

Beberapa cara untuk mengontrol edema pada puntung:

a. Bandaging

Bandaging merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien

dengan penyakit vaskuler, karena bandaging yang buruk akan menyebabkan

kerusakan pada puntung. Elastic bandages selain membantu mengontrol edema

tetapi juga akan mengecilkan dan membentuk alat gerak yang tersisa untuk

prostetik casting.4

Sebuah balutan selebar 4 inchi biasanya dipergunakan untuk puntung di

bawah lutut. Untuk mempertahankan bandage, sebuah balutan berbentuk angka

delapan biasanya membalut sendi proksimal yang terdekat dengan puntung.

Balutan dimulai dari proksimal (langkah 1) lalu dibawa ke ujung distal puntung

(langkah 2). Balutan lalu dibawa lagi ke proksimal (langkah 3) dan dibalutkan

membungkus sisa ujung distal (langkah 4). Tekanan yang diberikan sebaiknya

sama rata dan menurun ke arah lipat paha. Putaran harus dilakukan secara

diagonal, hindari putaran sirkuler untuk menghindari efek tourniquet yang dapat

menimbulkan edema di bagian distal.4

8

Page 10: Referat Amputasi

Gambar 2.1 Figure of eight.6

Puntung sebaiknya dibalut ulang sedikitnya tiga kali sehari (paling baik

setiap 3-4 jam sekali) dan pada kondisi bandage melonggar, menggeser atau

menggulung. Bandage harus dipergunakan sepanjang hari tetapi dilepaskan jika

mempergunakan sebuah prostetik. Pemakaiannya kurang lebih satu tahun dan

pasien beserta keluarganya harus diajarkan cara mempergunakannya secara

mandiri. Pemeriksaan kulit secara teratur harus dilakukan demikian pula dengan

pencucian kaus kaki dan bandage. Jika lutut dalam resiko terjadinya flexion

contracture, sebuah posterior plaster mid-thigh length splint dapat dipergunakan.

Pembalutan yang lebih keras secara progresif dilakukan jika luka sudah sembuh,

walaupun masih sutura belum diangkat. Penggunaan material pembalut diatas

luka harus dihentikan secepat mungkin bila pembentukan puntung yang baik telah

dicapai.4

b. Massage puntung

Centripetal massage membantu mengurangi edema, memperbaiki sirkulasi

dan mencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk melatih

puntungnya.4

h. Kontraktur sendi/deformitas

9

Page 11: Referat Amputasi

Pada alat gerak bawah, adanya kontraktur panggul sangat mengganggu

karena membuat pasien kesulitan untuk mengekstensikan panggulnya dan

mempertahankan pusat gravitasi di lokasi normalnya. Sementara itu jika pusat

gravitasi mengalami perubahan, maka akan semakin banyak energi yang

diperlukan untuk melakukan ambulasi. Adanya tendensi kontraktur fleksi lutut

terdapat pada amputasi bawah lutut yang dapat membatasi keberhasilan fitting

sebuah prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena nyeri, kerja otot dan pasien

yang duduk untuk jangka waktu lama dalam kursi roda.4

Hal tersebut diatas dapat dicegah dengan cara :

a. Positioning

Kontraktur mudah untuk dicegah tetapi sulit untuk koreksi. Pasien

amputasi tidak boleh tidur pada kasur yang terlalu lembut, menggunakan

bantal di bawah bagian belakang atau paha, atau kepala tempat tidur

ditinggikan. Berdiri dengan sisa ekstremitas transfemoral beristirahat pada tongkat

penopang harus dihindari. Semua posisi ini dapat menyebabkan kontraktur fleksi

hip. Pasien amputasi tidak boleh meletakkan bantal di antara kedua kaki, karena

ini menyebabkan kontraktur hip abduction. Pasien amputasi below knee tidak

boleh meletakkan ekstremitas yang tersisa menggantung di tepi ranjang, bantal

ditempatkan di bawah lutut, atau dengan lutut tertekuk, dan tidak boleh duduk di

kursi roda dengan lutut tertekuk, karena posisi ini menyebabkan kontraktur fleksi

genu. Pada pasien dengan amputasi di bawah lutut yang mempergunakan kursi

roda maka puntung harus disandarkan pada sebuah stump board saat pasien

duduk.1

Berjalan dengan kruk dengan atau tanpa prostetik berbagai gerak yang

baik dan, jika memungkinkan, lebih dipilih dibandingkan dengan mobilitas

menggunakan kursi roda. Pasien amputasi harus berbaring telungkup selama 15

menit tiga kali sehari untuk membantu mencegah kontraktur fleksi hip1

10

Page 12: Referat Amputasi

Gambar 2.2 Posisi yang tidak boleh dilakukan pada pasien amputasi.5

b. Latihan

Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian

proksimal alat gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot

quadriceps dapat dilakukan untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah

lutut. Latihan ini dimulai saat drain telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi.

Tingkatkan latihan mejadi aktif secara bertahap, dari latihan tanpa tekanan

kemudian menjadi latihan dengan tahanan pada puntung. Pada awalnya puntung

sangat sensitif dan pasien didorong untuk berusaha mengurangi sensitifitasnya. 11

Page 13: Referat Amputasi

Hal ini juga akan membantu pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan

menghadapi kenyataan bahwa alat geraknya sudah tidak ada.4

i. Komplikasi Respirasi dan Sirkulasi

Latihan pernafasan dan kaki (brisk foot exercise) untuk bagian yang tidak

diamputasi dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada fungsi respirasi dan

sirkulasinya. Diberikan pada hari-hari pertama paska operasi dan dilanjutkan

sampai tidak terdapat dahak dan pasien dapat berambulasi.4

2.8 Transfer, Keseimbangan, Berjalan

1. Transfer

Pasien dapat duduk di kursi roda sejak hari pertama paska operasi apabila

pasiennya sudah dalam kondisi sadar dan kooperatif. Transfer ke kursi roda dari

tempat tidur dapat dilakukan dengan cara transfer ke belakang atau ke samping

dengan bantuan sliding board. Transfer ke samping lebih mudah ke arah sisi alat

gerak yang tidak diamputasi. Pasien dengan amputasi bilateral melakukan transfer

ke depan menuju tempat tidur atau toilet karena transfer ke samping memerlukan

lebih banyak kekuatan. Saat satu metode transfer telah ditentukan, seluruh tim

rehabilitasi harus mempergunakan metode yang sama untuk menguatkannya.

Setelah transfer, pasien kemudian diajarkan bagaimana melakukan manuver kursi

roda. Hal ini akan membuat pasien mampu berkeliling ruang perawatan dan

memberikan rasa bebas pada pasien.4

2. Latihan keseimbangan

Keseimbangan saat duduk dapat diperbaiki dengan mendorong timbulnya

reaksi keseimbangan, dengan melakukan tapping ke seluruh arah, atau dengan

stabilisasi batang tubuh jika pasien tidak stabil. Tahap berikutnya dapat diberikan

balance board (wobble board). Reedukasi keseimbangan ke arah lateral ke

anterior-posterior.4

3. Latihan berjalan

Pasien dengan amputasi kaki unilateral biasanya dapat mulai berjalan

sebelum prostetik di fitted dengan menyeimbangkan satu kaki dengan penyokong

lengan bawah atau underarm crutches. Pasien dengan amputasi bilateral dilatih

12

Page 14: Referat Amputasi

untuk melakukan transfers dengan kursi roda. Latihan melakukan partial weight

bearing dapat dilakukan pada parallel bars dengan atau tanpa alat bantu. Saat

luka telah sembuh, pasien mempunyai puntung yang cukup kuat disokong oleh

compression socks atau bandage dan latihan berjalan pun dapat dilakukan pada

parallel bars. Tergantung stabilitasnya, pasien kemudian dapat meningkatkan

latihannya dengan mempergunakan alat bantu frame atau crutches. Bentuk

mobilisasi ini bermanfaat untuk pasien agar dapat bergerak di sekitar rumah

karena lebih mudah dan lebih cepat daripada mempergunakan prostetik, selain itu

pula tidak seluruh ruangan dapat dicapai bila pasien mempergunakan kursi roda.4

2.9 Rehabilitasi Prostetik

Keberhasilan rehabilitasi prostetik tergantung dari banyak faktor. Satu

yang paling penting dan sering diperhatikan adalah keinginan dan motivasi

pasien. Hal ini tidak membuat perbedaan bagaimanapun sederhana atau

berpengalamannya prostesis jika pasien tidak memiliki usaha untuk

menggunakannya. Kebanyakan pasien pada awalnya ingin memakai prostetik

setelah amputasi; namun, setelah mereka benar-benar melihat dan menyentuhnya

dan merasa berat, mereka menjadi kurang antusias. Oleh karena itu, pasien

amputasi harus diberi kesempatan mengenal tipe prostetik dan mungkin perlu

berbicara dengan orang yang menggunakannya. Jika setelah hal ini dilakukan,

mereka termotivasi mengikuti rehabilitasi prostetik, semua faktor lainnnya harus

dipertimbangkan. Hal ini termasuk cardiovaskuler, masalah vaskuler pada

puntung, deficit cerebrovaskuler, dan masalah sensasi, penglihatan atau

pendengaran. Dengan melihat respon fisiologis pasien yang sebenarnya dalam

mengeluarkan energi dari penggunaan prosthesis, hal ini diperlukan mengukur

vital sign, heart rate, dan EKG selama dan setelah latihan dengan sepeda atau

treadmill dan mengumpulkan udara ekspirasi untuk segera dianalisis.3

Penilaian untuk peresepan prostetik ditentukan saat puntung telah sembuh,

sekitar 2-3 minggu paska operasi. Keputusan pemesanan prosthesis adalah

tanggungjawab seorang dokter, tetapi jika memungkinkan pemesanan harusnya

dilakukan oleh sebuah tim kesehatan professional yang ahli sehingga dapat

13

Page 15: Referat Amputasi

membantu dalam pemesanan. Jika telah diputuskan untuk memesan prosthesis,

peresepan yang benar harus ditulis sehingga tidak ada kesalahan atau

kesalahpahaman tentang pemesanan. Penulisan resep yang detail harus dilakukan

meliputi semua komponen termasuk bahan yang digunakan dipabrik, bentuk

socket, metode penyangga, tipe dari mekanisme lutut, cetakan, dan pemasangan

sendi ankle.3

Kategori kaki transtibia :7

1. SACH (Solid Ankle, Cushioned Heel): sederhana, aktivitas rendah/fungsi,

rigid

2. Single Axis : kaki datar cepat, meningkatkan stabilitas lutut

3. Multi-Axis : beradaptasi dengan tanah yang tidak rata, baik untuk berjalan di

luar ruangan, dapat mengurangi dampak pada kulit

4. Elastic Keel/Dynamic : smooth rollover, nyaman, responsif, tidak mungkin

mendorong

5. Energy storing : carbon keel, menyimpan energi dalam posisi awal,

memberikan kembali saat kaki diangkat, baik untuk tingkat aktivitas yang

lebih tinggi.

14

Gambar 2.3

1,7

Page 16: Referat Amputasi

15

Gambar 2.4Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7 Energy storing.7

1,7

1 1

Page 17: Referat Amputasi

2.10 Prognosis

Setelah periode segera untuk kematian secara langsung berkaitan dengan

operasi, Roon dan rekan kerja menemukan 5 tahun diharapkan tingkat

kelangsungan hidup setelah amputasi ekstremitas bawah menjadi 45%

dibandingkan dengan 85% populasi normal untuk usia yang disesuaikan. Mereka

juga melaporkan bahwa kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi nondiabetic

hampir normal sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk

amputasi diabetes hanya 39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%, 50% dan,

70%, setelah 5, 10, dan 15 tahun, masing-masing, pada mereka dengan

ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama disebabkan oleh komorbiditas

penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi merokok, diabetes, dan

hypertension. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan berkembang

pada sisa ekstremitas dalam l8% - 28% dalam waktu 2 tahun amputasi. Penderita

diabetes tidak hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga menderita

neuropati sensorik menuju ulserasi. Tindak lanjut perawatan ekstremitas

kontralateral disvasculer termasuk pemotongan kuku dan kalus, konseling tentang

perawatan kulit kaki, hanya menggunakan pisau cukur listrik untuk mencukur

kaki, dan kontrol ketat dari diabetes.1

Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5 tahun untuk osteogenic sarkoma

adalah kurang dari 20%, tapi bertahan hidup 3 tahun telah ditingkatkan menjadi

60%-85%, dengan perbaikan hidup yang sama untuk sarcoma tulang dan jaringan

lunak lainnya.1

16

Page 18: Referat Amputasi

BAB III

KESIMPULAN

1. Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

2. Indikasi amputasi: Live saving dan Limb saving.

3. Komplikasi amputasi : masalah kulit, infeksi, tulang, neuroma, phantom

sensation, phantom pain, edema, kontraktur, respirasi & sirkulasi.

4. Edema dapat diatasi dengan elastic bandage figure of eight.

5. Kontraktur sendi dapat dihindari dengan menghindari posisi fleksi genu,

abduksi hip, dan fleksi hip.

6. Hal yang harus diperhatikan pada pasien yang ingin menggunakan prostetik :

kardiovaskuler, masalah vaskuler pada puntung, defisit serebrovaskuler, dan

masalah sensasi, penglihatan dan pendengaran.

17

Page 19: Referat Amputasi

DAFTAR PUSTAKA

1. McAnelly, RD., & Virgil W. Faulker. 1996. Lower Limb Prostheses. Randall L. Braddom, et al (Eds.). Physical Medicine & Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.289-297.

2. Reksoprodjo, S. 1988. Indikasi dan Kondisi Pra/Pasca Amputasi. Naskah Lengkap Simposium Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Medik Dalam Klinik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.48-49.

3. Friedmann, LW. 1990. Rehabilitation of The Lower Extremity Amputee. Frederic J. Kottke, et al (Eds.). Krusen’s Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 4th Edition. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.1024-1068.

4. Vitriana. 2002. Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan Menggunakan Immediate Post Operative Prosthetic. [Online]. [Diakses 19 Juli 2010]. HYPERLINK http//www.pustaka.unpad.ac.id/rebilitasi_pasien_amputasi _ bawah_lutut.pdf.

5. Cumming, V. et al. 1984. Management of The Amputee. Asa P.Ruskin, et al (Eds.). Current Therapy In Physiatry Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.214-218

6. Garrison, S.J.. 1995. Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation Basics. Philadelphia : J.B Lippincolt Company.

7. Mead D, & Sharon G. 2007. Lower Extremity Amputations. [Online]. [Diakses 27 Juli 2010]. HYPERLINK http//www.fhs.mcmaster.ca/surgery/ documents/lower_extremity_amputations.pdf

18