Upload
andi-ammank
View
4.185
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
BAB I
KONSEP DASAR PROFESI KEGURUAN
A. Pengertian Profesi
Secara etimologi ,istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu Profession atau
Bahasa Latin Profecus,yang artinya mengakui,adanya pengakuan,menyatakan mampu atau
ahli dalam melakukan pekerjaan.Sedangkan secara terminologi ,profesi berarti suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental,yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk
melakukan perbuatan praktis,bukan pekerjaan manual.(Danin,2002).Jadi suatu profesi harus
memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan,keahlian,dan persiapan akademik.
Menelaah pengertian profesi tersebut ,dapat dipahami bahwa profesi adalah
pekerjaan atau jabatan khusus yang dilakukan untuk melayani masyarakat.Pengertian profesi
senada dengan pengertian diatas ,Sanusi,dkk(1991) mengutarakan ciri-ciri utama suatu
profesi yaitu:
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan
(cruzial)
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
3. Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunkan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmuyang jelas sistematik dan
eksplisit bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama .
B. Syarat-syarat Profesi Keguruan.
Nasional Education Association menyusun sejumlah syarat atau criteria yang mesti
ada dalam jabatan guru, yaitu jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, jabatan yang
mengeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus, jabatan yang memerlukan persiapan
professional yang lama, jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan, jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen,
jabatan yang menentukan standarnya sendiri, jabatan yang lebih mementingkan layanan
diatas keuntungan pribadi, dan jabatan yang mempunyai organisasi profesi yang kuat dan
terjalin erat.
Adapun gambaran syarat-syarat jabatan guru adalah sebagai berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
C. Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan
Pada awalnya, orang – orang diangkat menjadi guru belum berpendidikan khusus
keguruan, dan secara perlahan- lahan tenaga guru ditambah dengan mengangkat dari lulusan
Sekolah Guru (Kweeksschool) yang pertama kali didirikan di Solo pada tahun 1852.Tetapi
karena kebutuhan penambahan jumlah guru yang semakin mendesaak, maka pemerintah
Hindia Belanda mengangkat 5 macam guru yakni sebagai berikut:
1. Guru lulusan Sekolah Guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan lulusan Sekolah Guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru,
3. Guru bantu, yang lulus ujian guru bantu,
4. Guru yang dimagangkan kepada guru senior, yang merupakancalon guru, dan
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari warga
yang pernah mengecap pendidikan.
Sejalan dengan pendirian sekolah- sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari
sekolah umum seprti Hollands Inlandse School (HIS),Meer Uitgebreid LagereOnderwijis
(MULO), Hogere Burgeshcool (HBS), dan, Algemene Middelelbare School(AMS),secara
berangsunr-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus penyiapan
guru; seperti Hogere Kweekschool (HKS)untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk
calon kepalah sekolah.
Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal perang
kemerdekaan.Secara perlahan namun pasti, pendidika guru meningkatkan jenjang kualifikasi
dan mutunya.Saat ini lembaga tunggal untuk pendidikan guru, yakni Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK).
D. Kode Etik Profesi keguruan
Setiap profesi harus mempunyai kode etik yang disebut dengan kode etik profesi.
Jadi kode etik profesi adalah serangkaian peraturan professional yang harus digunakan para
anggota profesi dalam pelaksanaan praktik profesionalnya. Menurut UU no.8 Tahun 1974
tentang pokok-pokok kepegawaian pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil
mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di
larkedinasan”.Artinya bahwa dengan adanya kode etik ini,Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoan sikap, tingkah laku
dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya srta dalam pergaulanya sehari-hari.
Adapun isi kode etik guru Indonesia yang dirumuskan pada kongres XIII persatuan
guru Republik Indonesia (PGRI) tentang profesi keguruan pada tahun 1973 di Jakarta
yang telah disemprnakan pada kongres XIV PGRI tahun 1989 di Jakarta yang menyatakan
guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap tuhan Yang
Maha Esa, bangsa, Negara, serta kemanusiaan
E. Pengembangan Profesi Keguruan
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan(pasal 39 ayat 1).
Ada beberapa persyaratan keilmiahan atau pengetahuan yang harus dimliki oleh
guru adalah:
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi,
Memahami ilmu pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam
tugas sebagai pendidik,
Memahami, menguasai, dan mencintai ilmu pengetahuan yang diajarkan
Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang lainnya,
Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian profesi, baik secara etimologi maupun terminology !
Jawab : Secara etimologi ,istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu Profession
atau Bahasa Latin Profecus,yang artinya mengakui,adanya
pengakuan,menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan
pekerjaan.Sedangkan secara terminologi ,profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental.
2. Sebutkan minimal 5 ciri-ciri utama suatu profesi!
Jawab : Ciri-ciri utama suatu profesi yaitu:
Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (cruzial)
Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunkan teori dan metode ilmiah.
Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmuyang jelas
sistematik dan eksplisit bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan
waktu yang cukup lama .
3. Sebutkan 4 syarat-syarat jabatan guru !
Jawab : Syarat-syarat jabatan guru adalah sebagai berikut:
Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama.
Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
4. Bagaimanakah sejarah awal perkembangang profesi keguruan?
Jawab: Pada awalnya, orang – orang diangkat menjadi guru belum berpendidikan
khusus keguruan, dan secara perlahan- lahan tenaga guru ditambah dengan
mengangkat dari lulusan Sekolah Guru (Kweeksschool) yang pertama kali
didirikan di Solo pada tahun 1852.Tetapi karena kebutuhan penambahan
jumlah guru yang semakin mendesaak, maka pemerintah Hindia Belanda
mengangkat 5 macam guru . Sejalan dengan pendirian sekolah- sekolah yang
lebih tinggi tingkatannya dari sekolah umum. secara berangsunr-angsur
didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus penyiapan guru;
seperti Hogere Kweekschool (HKS)untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte
(HA) untuk calon kepalah sekolah. Saat ini lembaga tunggal untuk
pendidikan guru, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
5. Bagaimanakah kode etik profesi guru yang diatur dalam Undang-Undang?
Jawab :Menurut UU no.8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian pasal 28
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap,tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di
larkedinasan”.Artinya bahwa dengan adanya kode etik ini,Pegawai Negeri
Sipil sebagai aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat mempunyai
pedoan sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya srta
dalam pergaulanya sehari-hari.
BAB II
RANAH PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN
A. Penyediaan Guru
Guru harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan
bersertifikat pendidik. Pada sisi lain, baik UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
maupun PP no.74 tentang guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang
berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat
sebagai guru.
Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel.Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap
tahun ditetapkan oleh Menteri.Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji
kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan
ujian kinerja sesuai standar kompetensi.Ketujuh, ujian tertulis dilaksanankan komprehensif
yang mencakup penguasaan 1.wawasan atau landasan kependidikan,2.materi pelajaran secara
luas,3. Konsep disiplin keilmuan. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik.
B. Induksi Guru Pemula
Lahirnya UU No.14 Tahun 2005 dan PP No.74 tahun 2008 seperti dimaksudkan
diatas mengisyarakatkan bahwa ke depan, hanya lulusan S1/D-IV yang memiliki sertifikat
pendidiklah yang akan direkrut menjadi guru. Namun demikian, sekalipun guru yang direkrut
telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum
dilegitimasi.
Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula terhitung mulai dari
pertama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak
dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.
C. Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga
Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan merupakan proses yang ditempuh oleh
guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam
dan berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan sikap,
pemahaman dan performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan di masa mendatang. Di
banyak negara, saat ini berkembang kecendrungan – kecendrungan baru. Kecendrungan-
kencendrungan baru yang dimaksud adalah berbasis pada program penelitian, menyiapkan
guru untuk menguji dan mengases kemampuan praktis dirinya, diorganisasikan dengan
pendekatan kolegialitas, berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan
mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah dan membantu guru-guru yang dipandang
masih lemah pada beberapa aspek.
D. Profesionalisasi Guru Berbasis Individu
Untuk menjadi guru yang profesional, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan
penyiapan calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir
hingga menjadi guru profesional.Dengan demikian, dari sisi kepribadian untuk tumbuh
menjalani profesionalisasi, ciri-ciri umum guru profesional adalah: melakukan
profesionalisasi guru, memotivasi guru, memiliki disiplin, mengevaluasi diri, memiliki
kesadaran diri, melakukan pengembangan diri, menjadi pembelajar, melakukan hubungan
efektif, berempati tinggi, dan taat asat pada kode etik.
Guru profesional pun adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik
dalam bekerja. Sejalan dengan uraian sebelumnya, guru profesional bercirikan sebagai
berikut :
- Mempunyai kemampuan profesionalnya dan siap di uji atas kemampuannya itu
- Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi”
dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial
- Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi
Pertanyaan :
1. Jelaskan yang manakah yang dimaksud dengan guru yang berkualafikasi?
Jawab : Guru harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan
bersertifikat pendidik. Pada sisi lain, baik UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen maupun PP no.74 tentang guru, telah mengamanatkan
bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan
dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru.
2. Apa yang dimaksud dengan induksi guru pemula?
Jawab : Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula terhitung mulai
dari pertama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan
hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan
pembelajaran secara mandiri.
3. Bagaimana yang dimaksud dengan profesionalisasi guru berbasis lembaga?
Jawab : Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan merupakan proses yang
ditempuh oleh guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini
diorganisasikan secara beragam dan berspektrum luas dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi, keterampilan sikap, pemahaman dan
performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan di masa mendatang.
4. Sebutkan ciri-ciri guru professional !
Jawab : guru profesional bercirikan sebagai berikut :
Mempunyai kemampuan profesionalnya dan siap di uji atas
kemampuannya itu
Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang
“seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial
Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi
5. Bagaimanakah kesesuaian antara teori mngenai guru yang professional dengan
realitas yang ada di lapangan saat ini?
Jawab : Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang
menjalani profesionalisasi atas prakarsa institusi atau lembaga. Kenyataan
di lapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses.
BAB III
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan salahsatu bentuk pelayanan pendidikan yang
dilakukan oleh guru pembimbing (konselor), guna membantusiswa dalam memenuhi
kebutuhannya di sekolah. Dalam memenuhi kebutuhan siswa, teruatama dalam proses belajar
mengajar, guru pembimbing hendaknya bekerja sama dengan staf sekolah, khususnya dengan
guru mata pelajaran. Perlunya kerjasama tersebut didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan:
1. Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tugas mengajarnya, menitikberatkan pada
pengembangan intelek siswa.
2. Perhatian guru di kelas lebih banyak tertuju kepada siswa sebagai bagian dari kelompok
(pendekatan klasikal) daripada sebagai pribadi. Sedangkan guru pembimbing
perhatiannya tertuju pada pendekatan individual/ pribadi.
A. Landasan Legalistik
Surat Keputusan (SK) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 026 tahun 1989
menyatakan secara eksplisit bahwa pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan
pekerjaan mengajar, satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar. Dalam SK tersebut
dicantumkan bahwa seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau
kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang Pendidikan
Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang pendidikan Menengah). Di kedua peratuan
pemerintah itu dicantumkan bahwa:
a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan
pribadi, mengenal lingkugan, dan merencanakan masa depan.
b. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Lebih lanjut PP No. 29 tahun 1990 secara rinci menyatakan sebagai berikut:
a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu
siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membantu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah
yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karirnya di masa
depan..
B. Landasan Filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa yunani: philos artinya cinta, dan shopos
artinya bijaksana. Lebih luas, kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa
filsafat merupakan ilmu yang memepelajari kekuatan yang didasari proses berpikir dan
bertingkah laku, teoi tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum data yang mengatur alam
semesta serta mendasari semua alam semesta dan pengetahuan, dan kenyataan, termasuk
didalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan sebagainya. Dengan kata
lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam dalamnya, seluas luasnya, setinggi-
tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya tentang sesuatu.
C. Landasani Religius
Prayitno (1999) mengemukakan landasan religious bagi layanan bimbingan dan
konseling perlu ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan
yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
Dalam UUD 1945, agama dituliskan dalam bab tersendiri. Dalam sistem pendidikan
nasional pentingnya peranan agama itu tertuang dalam rumusan tujuan yang hendak dicapai
oleh tujuan pendidikan, yaitu tujuan yang menyangkut manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
D. Landasan Psikologis
Landasan psikologis alam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting
karena bidang garapan bimbingan dan koneling adalah tingkah laku klien, yaitu tingah laku
yng perlu diubah atau dikembangkan dalam upaya mengatai masalah yang dihadapi klien
atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling, sejumlah daerah kajian dalam
bidangpsikologi perlu kuasai, yatu tentang : (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dasar
dan lingkungan, (c) perkembangan individu, (d) belajar, balikan dan penguatan, dan (e)
kepribadian (Prayitno, 1999).
Di bawah ini dikemukakan secara ringkas bidang psikologi yang dimaksud, yaitu :
a. Motif dan Motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini
hidup pada diri seseorang an setiap kali mengusik serta menggerakkan orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri.
Dengan demikian, suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat
sembarangan atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang
mendasarinya.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa kondisi fisik dan mental tertentu,
yang sering disebut dengan pembawaan. Dalam arti yang luas, pembawaan meliputi berbagai
hal, seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah, kecendurang
pertumbuhan fisik, minat dan bakat khusus, kecerdasan, kecenderungan ciri-ciri kepribadian
tertentu. Pembawaan dan lingkungn masing-masing individu tidak sama. Pembawaan yang
diwariskan sejak lahir, berupa bakat, minat, inteligensi/kecerdasan, dan kemampuan lainnya
berbeda-berbeda. Demikian pula dengan lingkungan.
c. Perkembangan Individu
Havighurst (Hurlock, 1989) mengemukakan tugas-tugas perkembangn tersusun
menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait. Tugas-tugas perkembengan
tersebt dibentuk oleh unsur-unsur biologis, psikologis, dan cultural yang ada pada diri dan
lingkungan individu. Berikut dikemukakan tugas-tugas perkembangan manusia (individu)
remaja (12-18 tahun), yaitu :
a. Mencapai hubungan-hubungan yng baru dan lebih matang dengn teman sebaya antar
jenis kelamin yang sama dan berbeda.
b. Mencapau peranan sosial sebagai pria dan wanita.
c. Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan menggunakannya secara efektif..
d. Belajar, Balikan, dan Penguatan
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkab apa yang sudah adapada diri individu. Individu yang belajar dapat dilihat pada
beberapa indikator, yaitu: Pertama, terjadinya perubahan dan/atau tercapainya seuatu yang
baru pada diri individu yang tidak berlangsung dengan sendirinya, melainkan harus
diupayakan. Kedua, proses belajar tidak terjadi di dalam kekosongan, melainkan dalam suatu
kondisi tertentu. Ketiga, hasil belajar yang diharapkan adalah sesuatu yang baru, baik dalm
kawasan. Keempat, kegiatan belajar seringkali memerlukan sejumlah sarana, baik peralatan
maupun suasana hati dan hubungan social-emosional. Kelima, hasil yang diperoleh dari
kegiatan belajar hendaknya dapat diketahui dan diukur, baik oleh individu yang belajar
maupun oleh orang. Keenam, upaya belajar merupakan upaya yang berkesinambungan.
E. Landasan Sosial Budaya
Sesuai dengan dimensi kesosialannya, individi individu saling berkomunikasidan
menyesuaikan diri. Komunikasi dan penyesuaian diri antar-individu yang berasal dari latar
belakang budaya yang sama cenderung lebih mudah daripada mereka yang berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda. Ada lima sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi dan proses penyesuaian diri antar budaya.
Inti proses pelayanan bimbingan dan konseling adalah komunikasi antar klien dan
konselor atau antara guru pembimbing dan siswa. Dalam proses pelayanan bimbingan dan
konseling yang bersifat antar budaya klien ( konselor) diperlukan pengatahuan dan
pemahaman budaya masing –masing. Jika klien dan konselor berasal dari latar belakang
sesial budaya yang berbeda maka terdapat kemungkinan terjadi hambatan dalam
berkomunikasi. Misalnya,perbedaan dalam latar ras atau etnis, kelas ekonomi dan pola
bahasa dapat menimbulkan masalah dalam hubungan konseling. Oleh karena itu guru
pembimbing / konselor ditantang untuk mempelajari aneka ragam budaya di Indonesia
sekaligus penerapannya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseing.
Pertanyaan :
1. Sebutkan lima sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan proses
penyesuaian diri antar budaya ?
Jawab :
a. Sumber sumber yang berkenaan dengan perbedaan bahasa.
b. Komunikasi nonverbal.
c. Stereotip.
d. Kecenderungan menilai.
e. Kecemasan .
2. Jelaskan pemahaman anda tentang belajar ?
Jawab : Belajar merupakan salah satu konsep dari psikologi yang amat mendasar.
Peristiwa belajar terentang dari bentuk-bentuk belajar yang ditandai oleh
perubahan tingkah laku yang amat sederhana sebagai hasil latihan singkat
sampai dengan proses mental tingkat tinggi.
3. Sebutkan 5 diantaranya perkembangan individu (remaja) ?
Jawab :
a. Mencapai hubungan-hubungan yng baru dan lebih matang dengn teman sebaya
antar jenis kelamin yang sama dan berbeda.
b. Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita.
c. Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan menggunakannya secara
efektif.
d. Mencapau kemerdekaan emosional terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya.
e. Mencapai keadaan yang dimilikinya sebagai jaminan untuk kemerdekaan
ekonomi.
4. Jelaskan pengertian Bimbingan dan Konseling ?
Jawab : Bimbingan dan konseling merupakan salahsatu bentuk pelayanan pendidikan
yang dilakukan oleh guru pembimbing (konselor), guna membantu siswa dalam
memenuhi kebutuhannya di sekolah.
5. Sebutkan beberapa pertimbangan yang melandasi mengapa bimbingan dan konseling
diperlukan keberadaannya di sekolah !
Jawab : Landasan filosofis, religious, psikologis, legislative, dan social budaya.
BAB IV
HAKEKAT BIMBNGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) merupakan dua istilah yang sering
digunakan bagaikan kata majemuk. Para ahli mengemukakan pengertian bimbingan dan
konseling sesuai dengan sudut sududt tinjauan masing-masing.
1) Menurut Jones (1963) “guidance is the helpgiven by one person to another in making
choice and adjustment and in solving problems”. Maksud pengertian tersebut adalah
bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada individu lain
untuk membuat pilihan dan penyesuaian diri dalam memecahkan masalahnya.
2) Schertzer & Stone (1966) mengartikan “guidance as the process of helping an
individual understand himself and his world”. Bimbingan ialah proses menolong
individu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
Beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan adalah
a) Suatu proses yang berkesinambungan
b) Suatu proses membantu individu
c) Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan/potensinya,
d) Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
a. Pengertian Konseling
Dalam Ensiklopedi Pendidikan (Winkel; 1991)dikemukakan bahwa konseling adalah
suatu usaha dari pihakpimpinan suatu lembaga pendidikan untuk membantu siswa secara
perseoranagn, Konseling dilaksanakan melalui wawancara atau pembicaraan dimana siswa
dibantu untuk menentukan keputusan-keputusan serta pilihan-pilihannya (dibatasi pada
konseling sekolah).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,dapat disimpulkan bahwa kegiatan konseling itu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pada umumnya dilaksanakan secara individual
2) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan ornag yang ahli
b. Tujuan Bimbingan
Secara umum dan luas, bimbingan dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu individu
dalam mencapai:
a) Kebahagiaan hidup pribadi;
b) Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarkat;
c) Hidup bersama dengan individu-individu lain,
c. Fungsi Bimbingan Dan Konseling
Prayitno (1997) mengemukakan ada empat fungsi bimbingan yakni:
a. Fungsi Pemahaman
b. Fungsi Pencegahan, c. Fungsi Pengentasand. Fungsi Pemeliharaan Dan Pengembangan
2. Prinsip, Asas, Orientasi, dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
a. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip, yaitu:
1) Prinsip-Prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, bimbingan dan konseling:
2) Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu, bimbingan dan konseling
3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan, bimbingan, dan konseling
4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling
b. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling disamping dimuati oleh fungsi
dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut memenuhi asas-asas bimbingan.
Asas-asas tersebut adalah:
1) Asas kerahasiaan, yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya data dan keterangan
tentang peserta didik yang menjadi sasaran layanan.
2) Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik untuk mengikuti layanan yang diperuntukkan baginya.
3) Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi
layanan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
4) Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki peserta didik menjadi sasaran layanan
berpartisipasi dalam bimbingan.
5) Asas kemandirian, yaitu asas pada tujuan umum bimbingan dan konseling sebagai
sasaran layanan yang diharapkan menjadi individu mandiri.
c. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling memiliki orientasi tertentu. Sikap dasar pekerjaan
bimbingan adalah individual, artinya melayani klien(siswa/peserta didik) secara individual.
Layanan bimbingan hendaknya berfokus pada perkembangan individu. Hal ini berarti bahwa
layanan bimbingan dan konseling harus berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh klien
saat ini. Berdasarkan pendapat- pendapat tersebut disimpulkan bahwa layanan bimbingan
dan konseling hendaknya menekankan pada
1) Orientasi individual
2) Orientasi perkembangan
3) Orientasi masalah
d. Ruang Lingkup Layangan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting baik bagi individu
yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan
bimbinggan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang kusus.
1) Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan dan konseling dan bidang-bidang
lainnya.
Terdapat 3 bidang pelayanan pendidikan yang masing-masing mempunyai tugas tersendiri
yaitu:
a. Bidang kurikulum dan pengajaran, meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum
dan pelaksanaan pengajaran.
b. Bidang administrasi dan kepemimpinan,meliputi berbagai fungsi yang berkenaan
dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan.
c. Bidang kesiswaan,meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada bakat,
potensi dan minat-minatnya.
2) Tanggung jawab guru pembimbing/ Konselor
Sebagai guru pembimbing yang mengendalikan dan melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling, menimbulkan tanggung jawab terhadap beberapa pihak yang dapat
menunjang pencapaian tujuan.
a. Tanggung jawab kepada siswa
b. Tanggung jawab kepada orang tua siswa
c. Tanggung jawab kepada teman sejawat
d. Tanggung jawab kepada profesi
3) Bidang, Jenis Layanan, Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling.
(2) Bimbingan Sosial
Pelayanan bimbingan ini berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi
pekerti luhur, tanggun jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dirinci menjadi
pokok-pokok berikut:
(a) Pemantapan kemampuan berkomunikasi
(b) Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta beragumentasi
secara dinamis, kreatif, dan produktif.
(c) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial
(3) Bimbingan Belajar
Pelayanan ini membantu siswa mengembangkan diri serta menguasai pengetahuan dan
keterampilan, dan menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
3. Kode Etik
Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat, berisi
petunjuk bagi para anggota profesi tentang tata cara melaksanakan profesinya.
Menurut Bimo Walgito tentang rumusan kode etik bimbingan dan konseling yaitu:
a. Membimbing dan memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus
memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
b. Pembimbing berusaha untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan
membatasi diri pada keahliannya.
c. Pekerjaan pembimbing langsung dengan kehidupan pribadi
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan angota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan, 1979):
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian kode etik profesi ?
Jawab : Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat, berisi petunjuk bagi para anggota profesi tentang tata cara
melaksanakan profesinya.
2. Tuliskan tujuan secara umum mengadakan kode etik ?
Jawab :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
3. Sebutkan tiga bidang layanan pendidikan dalam bimbingan konseling ?
jawab :
a. Bidang kurikulum dan pengajaran, meliputi semua bentuk pengembangan
kurikulum dan pelaksanaan pengajaran.
b. Bidang administrasi dan kepemimpinan,meliputi berbagai fungsi yang
berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan.
c. Bidang kesiswaan,meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada
bakat, potensi dan minat-minatnya.
4. Sebutkan 4 fungsi bimbingan dan konseling ?
Jawab : fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan dan
pengembangan
5. Jelaskan tujuan bimbingan ?
Jawab :
a. Kebahagiaan hidup pribadi;
b. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarkat;
c. Hidup bersama dengan individu-individu lain,
d. Harmoni antara cita-cita individu dengan kemampuan yang dimilkinya
BAB VI
Pengelolaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah ditunjang oleh adanya
organisasi, para pelaksanaan, program pelaksanaan dan operasionalisasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
A. Organisasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi segenap unsur di
sekolah.
1. Organisasi Pelayanan BK dan SMU
2. Personil Pelaksana
3. Program Pelayanan
B. Peranan Guru Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling
1. Peran Guru Pada Umumnya
Guru mempunyai peranan pentingdlam keseluruhan proses pendiidkan terutama dalam
pendidikan formal, bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya.
Surakhmad (1969), mengingatkan pentingnya peranan guru dalam pembangunan bahwa
kekuatan dan mutu pendidkan sesuatu Negara dapat dinilai denagn mempergunakan factor
guru sebagai salah satu indeks utama. Itulah salah satu sebab mengapa guru merupakan factor
yang mutlak di dalm pembangunan. Dalam keadaan semacam ini, guru seyogyanya memiliki
kualifikasi sesuai dengan bidangnya. Sehubungan denga kualifikasi dan tugas guru itu, guru
mengemban sekurang-kurangnya tiga tugas pokok, yaitu:
a. Tugas Professional (professional task), yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya.
Tugas ini mencakup tugas mendidik, mengajar, melatih, dan mengelola ketertiban
sekolah sebagai penunjang ketahanan sekolah.
b. Tugas manusiawi (human responsibility), yaitu tugasnyya sebagai manusia. Daloam hal
ini guru bertugas mewujudkan dirinya, dalam arti merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya, sesuai denagn martabat manusia.
c. Tugas kemasyarakatan (civic mission), yaitu tugas guru sebagai anggota masyarakat
dan warga Negara. Daloam hal ini, guru berfungsi sebagai perancang masa depan dan
penggerak kemajuan.
Untuk ini, menurut Bernard ada beberapa syarat bagi guru, diantaranya yaitu:
a. Memiliki mental yang sehat.
b. Menguasai cara-cara untuk menghindari pengaruh negative terhadap siswa, terutama
menyingkirkan pengartuh negative dari masa kanak-kanaknya yang mungkin ditularkan
kepada siswa secxar tidak sadar.
c. Memperlakukan siswa sebagai yang unik.
d. Menghindari ucapan-ucapan yang melukai perasaan serta hargai harga diri siswa.
Dalam hubungannya ini, Natawijaya (1988) mengemukaakan pendapat Erick Hoyle
bahwa seperangkat perana yang guru di dalam kelas, yaitu sebagai berikut :
a. Wakil masyarakat (termasuk pandangan moralnya),
b. Hakim (member nilai).
c. Sumber (proses, pengetahuan dan keterampilan).
2. Peran Bimbingan Dalam Pembelajaran
Peran bimbingan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kompetensi guru
yang terpadu dalm keseluruhan kompetensi penyesuaian interaksional, yang merupakan
kemampuan guru untuk menesuaikan diri dengan karakteristik siswa dan suasan belajar
sisiwa. Dalam hal ini, Bolton (Natawijaya, 1988) mengemuukakan tiga factor situasional
yang dapat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru yaitu, karakteristik :
a) Karakteristik siswa, termasuk hal-hal seperti sikap, minat, motivasi, semangat, dan
hasil belajar pada waktu yang lau.
b) Karakteristik kepala sekolah, termasuk sikap dan orientasinya terhadap perubahan,
kemampuan, dan minat membantu guru, kemampuan dan hubungan manusiawi dan
dalam berorganisai, dan gaya kepemimpinan serta cara mengambil keputusan.
c) Karakteristik teman sejawat, ialah guru-guru lain di sekolah yang bersangkutan.
Termasuk kedalamnya ialah semanagat kesatuan, sikap mereka terhadap para pendatang
baru dan terhadap perubahan, kesedian membantu guru yang baru, dan kesedian mereka
untuk bekerja sama dalam merencanakan program kerja.
3. Peranan Guru Dalam Bimbingan Di Kelas
Hasil penelitian Milfred McQueen (Natawijaya, 1988), menunjukkan bahwa peranan
guru dalam bimbingan di sekolah adalah : (1) memahami siswa, (2) membantu siswa
mengembangkan kepribadian sehat, dan (3) menyajikan informasi tentang upaya bimbingan
dan informasi tentang pekerjaan.
Walaupun masalah penyesuaian diri merupakan bagian dari upaya bimbingan yang sulit
dipahami dan membutuhkan kemampuan teknis yang kompleks, sesungguhnya sebagian
besar dari pelayanan bimbingan kepada itu siswa itu tidaklah merupakan misteri dan tidak
pula membutuhkan kemampuan teknis yang tinggi.
Pertanyaan
1. Kemukakan tiga factor situasional yang dapat mempengaruhi penampilan dan efektivitas
guru !
Jawab :
1. Karakteristik siswa, termasuk hal-hal seperti sikap, minat, motivasi, semangat, dan
hasil belajar pada waktu yang lau.
2. Karakteristik kepala sekolah, termasuk sikap dan orientasinya terhadap perubahan,
kemampuan, dan minat membantu guru, kemampuan dan hubungan manusiawi
dan dalam berorganisai, dan gaya kepemimpinan serta cara mengambil keputusan.
3. Karakteristik teman sejawat, ialah guru-guru lain di sekolah yang bersangkutan.
Termasuk kedalamnya ialah semanagat kesatuan, sikap mereka terhadap para
pendatang baru dan terhadap perubahan, kesedian membantu guru yang baru, dan
kesedian mereka untuk bekerja sama dalam merencanakan program kerja.
2. Tuliskan peranan guru dalam bimbingan di sekolah !
Jawab : (1) memahami siswa, (2) membantu siswa mengembangkan kepribadian sehat,
dan (3) menyajikan informasi tentang upaya bimbingan dan informasi tentang
pekerjaan.
3. Kemukakan pendapat Erick Hoyle tentang perangkat peranan yang guru di dalam kelas !
Jawab :
a. Wakil masyarakat (termasuk pandangan moralnya),
b. Hakim (member nilai).
c. Sumber (proses, pengetahuan dan keterampilan).
d. Penolong (member bimbingan bagi kesulitan siswa).
e. Detektif (menemukan pelanggar aturan).
f. Pelerai (menyelesaikan perselisihan di antara siswa).
4. Sebutkan unsur-unsur pelayanan bimbingan dan konseling yang terdapat di sekolah !
Jawab :
a. Organisasi Pelayanan BK dan SMU
b. Personil Pelaksana
c. Program Pelayanan
5. Sehubungan dengan kualifikasi dan tugas guru, tuliskan tiga tugas pokok guru !
Jawab :
a. Tugas Professional (professional task),.
b. Tugas manusiawi (human responsibility),
c. Tugas kemasyarakatan (civic mission),
BAB VII
Keprofesian Bidang Kepengawasan Sekolah
A. Jabatan Supervisor Sekolah
Dalam skema peraturan pemerintah No.74 tahun 2008, Tentang guru. Pengawas
sekolah Esensinya adalah guru, yaitu guru dalam jabatan pengawas. Sebutan pengawas
sering dikenal sebagai Supervisor. Supervisor tersebut tugasnya melakukan supervisi sekolah.
Fungsi dari supervisi itu antara lain dilakukan oleh pengawas yang dalam konteks UU No.20
Tahun 2003, Tentang system pendidikan Nasional masuk dalam Rumpun Tenaga
kependidikan. Di dalam peraturan ini yang dimaksud dengan pengawas sekolah adalah guru
yang berstatus PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) yang diberi tugas untuk malakukan pengawasan
dan pembinaan dari segi tehnis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan anak usia
dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah
atas (SMA).
Sebagai tenaga fungsional kependidikan jabatan pengawas selanjutnya di buat
penjenjangan sebagaimana jabatan guru. Dengan demikian jabatan pengawas telah diakui
secara resmisebagai jabatan funsional. Jabatan tersebut mencerminkan kompetensi dan
profesionalitas dalam pelaksanaan tugas sebagaimana jabatan funsinal lainnya. Dalam
peratran pemerintah No.74 tahun 2008 pada prinsipnya guru itu ada “tiga”, yaitu :
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah
c. Guru dalam jabatan pengawas yang melaaksanakan sepervisi sekolah
Dalam peraturan pemerintah No 74 tahun 2008 disebutkan guru yang diangkat dalam
jabatan pengawas satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi guru apabila yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas pendidik yang :
1. Berpengalaman sebagai guru sekuarng kurangnya pembimbingan dan pelatihan
professional 8 tahun atau kepala sekolah sekurang kurangnya 4 tahun.
2. Memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
3. Memiliki sertivikat pendidik
4. Melakukan tugas guru dan tugas pengawasan.
B. Tugas Pokok Pengawas Sekolah
Tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yaitu
1) Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan
penugasannya pada jenjang pendidikan anak usia dini formal sampai dengan usia
menengah;
2) Meningkatkan kuaitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar siswa
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
C. Fungsi Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervise akademik maupun
manajerial. Menurut Depdiknas (2006), supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang
berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan professional guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah.
Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam:
1. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan
3. Menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan
4. Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran
5. Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada siswa
6. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan atau
bimbingan
D. Kewenangan Pengawas Sekolah
Sebagai tenaga profesional, pengawas sekolah memiliki tugas pokok dan fungsi yang
khas. Karenanya, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas sekolah,
setiap pengawas memiliki kewenagan dan hak-hak yang melekat pada jabatannya. Beberapa
kewenagan yang ada pada pengawas adalah kewengan untuk
a. Bersama kepala sekolah dan guru dibinanya, menentukan program peningkatan mutu
pendidikan.
b. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah binaanya dan
membiarakannya dengan kepala sekolah dan guru pada sekolah yang bersangkutan.
c. Menentukan metode kerja untuk perapaian hasil optimal berdasarkan program kerja yang
telah disusun.
d. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan guna
peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas.
E. Kompetensi Pengawas Sekolah
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi juga dapat didefinisikan
sebagai spesifikasi pengatahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan dunia kerja. Bagaimana kompetensi ideal pengawas setuan pendidikn?
Secara akdemik standar kompetensi pengawas sekolah dikelompokkan ke dalam tiga
komponen, yaitu:
1. Komponen Kompetensi Profesional
a. Sub komponen kompetensi pengawas sekolah terdiri dari unit-unit kompetensi
b. Sub komponen kompetensi wawasan kependidikan terdiri dari unit-unit kompetensi
c. Sub komponen kompetensi akademik dan pengembangan profesi
d. Sub komponen kompetensi akademik/vokasional
Terdiri dari unit-unit kompetensi sesuai dengan substansi materi pelajaran yang diawasi dan
dibana atau sesuai dengan bidang bimbingan atau konseling bagi pengawas sekolah bidang
bimbingan dan konseling.
2. Komponen kompetensi personal
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berakhalk mulia
c. Jiwa kepemimpinan
d. Pengendalian emosi
e. Keterbukaan
3. Komponen kompetensi sosial, terdiri dari unit kompetensi
a. bekerjasama dalam melaksanakan tugas
b. berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan
c. berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
F. Kualifikasi Pengawas Sekolah
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan bagi pengawas dan calon pengawas satuan
pendidikan terdiri atas kualifikasi umum dan khusus.
1. Umum (berlaku untuk semua pengawas satuan pendidikan):
a. Memiliki pangkat minimal Penata golongan ruang III/c
b. Berusia maksimal 50 tahun sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan.
c. Pernah menyandang predikat guru atau kepala sekolah berprestasi
d. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan
e. Menempuh pendidikan profesi pengawas
2. Khusus
a. Pengawas TK/RA/BA, SD/MI:
1. Berlatar belakang pendidikan minimal S1 diutamakan S2 kependidikan dengan
keahlian pendidikan ke-TK/SD-an.
2. Guru TK/SD bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau
Kepala Sekolah TK/SD berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
b. Pengawas Pendidikan Khusus (PLB):
1. Berpendidikan minimal S1 kependidikan diutamakan S2 kependidikan dalam rumpun
mata pelajaran pendidikan khusus.
2. Guru PLB bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun atau
Kepala Sekolah PLB berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
c. Pengawas SMP/MTs:
1. Berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1
non-kependidikan plus Akta dalam rumpun mata pelajaran MIPA, IPS, Bahasa,
Olahraga-Kesehatan dan rumpun Seni Budaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Guru SMP/MTs bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun
atau Kepala Sekolah SMP/MTs berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
d. Pengawas SMA/MA:
a. Berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1
non-kependidikan plus Akta dalam rumpun mata pelajaran MIPA, IPS, Bahasa,
Olahraga-Kesehatan dan rumpun Seni Budaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Guru SMA/MA bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun
atau Kepala Sekolah SMA/MA berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun.
e. Pengawas SMK/MAK:
1. Berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan atau S1
non-kependidikan plus Akta dalam rumpun pertanian dan kehutanan, teknologi dan
industri, bisnis dan manajemen, kesejahteraan masyarakat, Pariwisata dan rumpun
seni dan kerajinan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Guru SMK/MAK bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan) tahun
atau Kepala Sekolah SMK/MAK berpengalaman kerja minimal 4 (empat) tahun..
Pertanyaan :
1. Tuliskan kualifikasi pengawas ditingkat SMA !
Jawab :
a. Berpendidikan minimal S2 kependidikan dengan berbasis S1 kependidikan
atau S1 non-kependidikan plus Akta dalam rumpun mata pelajaran MIPA, IPS,
Bahasa, Olahraga-Kesehatan dan rumpun Seni Budaya sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
b. Guru SMA/MA bersertifikat dengan pengalaman kerja minimal 8 (delapan)
tahun atau Kepala Sekolah SMA/MA berpengalaman kerja minimal 4 (empat)
tahun.
2. Sebutkan sub-sub komponen dalam kompetensi professional ?
Jawab :
a. Sub komponen kompetensi pengawas sekolah terdiri dari unit-unit kompetensi
b. Sub komponen kompetensi wawasan kependidikan terdiri dari unit-unit
kompetensi
c. Sub komponen kompetensi akademik dan pengembangan profesi
d. Sub komponen kompetensi akademik/vokasional
3. Jelaskan pengertian kompetensi ?
Jawab : Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi juga
dapat didefinisikan sebagai spesifikasi pengatahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar
kinerja yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja.
4. Jelaskan wewenang seorang pengawas sekolah ?
Jawab :
a. Bersama kepala sekolah dan guru dibinanya, menentukan program peningkatan
mutu pendidikan.
b. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada sekolah binaanya
dan membiarakannya dengan kepala sekolah dan guru pada sekolah yang
bersangkutan.
c. Menentukan metode kerja untuk perapaian hasil optimal berdasarkan program
kerja yang telah disusun.
d. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga kependidikan
guna peningkatan kualitas diri dan layanan pengawas.
5. Tuliskan tiga prinsip guru menurut PP No.74 tahun 2008 !
Jawab :
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah
c. Guru dalam jabatan pengawas yang melaaksanakan sepervisi sekolah
BAB VIII
SUPERVISI
A. Supervisi klinis
Seorang supervisor pembelajaran yang professional mampu melakukan pendekatan
klinis dalam pelaksanaan tugasnya. Kajian dan diskusi mengenai supervise klinis di bidang
pendidikan makin intensif akhir-akhir ini. Hal ini membersitkan kuatnya pengakuan atas
status supervisor klinis sebagai profesi atau setidaknya subkeahlian dari supervisor
pembelajaran. Khususnya Indonesia seharusnya pengawasan memenuhi angka kredit untuk
naik jabatan fungsional tertentu membuktikan pengakuan Negara atas profesi ini, meski
sangat mungkin substansi masih layak di perdebatkan. Upaya untuk menemukan model atau
teknik supervise pembelajaran terbaik akan terus dilakukan, meski sangat mungkin tidak akan
benar-benar berhasil menemukannya.
Perwujudan supervisi klinis memang tidak melulu terfokus pada pengembangan
professonal guru, melainkan berkaitan juga dengan kesejahtraan, proteksi atas profesi, dan
peningkatan hasil belajar siswa.
B. Definisi Supervisi Klinis
Apa suvervisi klinis itu? suvervisi klinis adalah bantuan professional kesejawatan oleh
supervisor kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar yang
bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis,
dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan prilaku guru mengajar, analis perilaku, dan
tindak lanjut. Supervisi klinis adalah proses bantuan atau terapi professional yang berfokus
pada upaya perbaikan pembelajaran melalui proses siklikal yang sistematis dimulai dari
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan guru dengan tujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bordersr et al. (1991) merumuskan, “clinical
supervision is the construction of individualized learning plans for supervisees working with
clients.” Supervisi klinis adalah konstruksi rencana pembelajaran individual bagi yang
supervisi agar bisa bekerja efektif dengan kliennya.
C. Ciri-ciri Supervisi Klinis
Perilaku supervisi memandang masalah klien sebagai masalah belajar. Karenanya, hal
itu memerlukan dua keahlian. Pertama, identifikasi masalah. Kedua, menyeleksi teknik
belajar yang tepat (Leddick & Bernard, 1980). Guru yang disupervisi dapat berpartisipasi
sebgai ko-terapi untuk melakukan penguatan. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi
pembelajaran. Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaanya
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran dan kemudian langsung diusahakan perbaikan
D. Karakteristik Supervisi Klinis
1. Perbaikan proses pembelajaran mengharuskan gruru mempelajarari kemampuan
intelektual dan keterampilan teknis. Supervisor mendorong guru berprilaku berdasarkan
kemampuan intelektual dan keterampilan teknis yang dimilikinya.
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa kemampuan dan
keterampilan seperti : (1) kemampuan dan keterampilan menganalisis proses
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) kemampuan dan keterampilan
mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) Kemampuan dan
keterampilan dalam proses pembelajaran, (4) Kemampuan dan keterampilan guru
melakukan evaluasi dan tindak lanjut
3. Berfokus pada (1) Perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran, (2) Perbaikan kinerja
guru pada hal-hal spesifik yang masih memerlukan kesempurnaan, dan(3) Upaya
perbaikan di dasari atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
4. Hubungan pembantuan antara supervisor dengan yang disupervisor mengedepankan
dimensi kolegialitas.
5. Tindakan supervisor menemukan kelemahan atau kekurangan guru semata-mata untuk
diperuntukan bagi upaya perbaikan, buakan utuk keperluan penilaian atas prestasi
individual guru.
E. Urgensi Supervisi klinis
1. Mengindarkan guru dari jebakan penurunan motivasi dan kinerja dalam melakukan
proses pembelajaran.
2. Menghindarkan guru dan upaya menutupi kelemahannya sendiri melalui cara-cara
dialok terbuka dengan supervisornya.
3. Menghindara ketiadaan respon dari supervisor atau praktik profesionalyang telah
memenuhi standar kompetensi dank ode etik atau yang masih dibawa standar.
4. Mendorong guru untuk selalu daptif terhadap kemajuan iptek dalam proses
pembelajaran.
5. Menjaga konsistensi guru agar tidak kehilangan identitas diri sebagai penyanggang
profesi yang terhormat dan bermanfaat bagi kemajuan generasi
F. Tujuan Supervisi Klinis
1. Menjaga konsinstensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran
2. Mendororng keterbukaan guru kepada supervisior mengenai kelemahannya sendiri dalam
melaksanakan pembelajaran
3. Menciptakan kondisi agar guru terus menjaga dan meningkatkan mutu praktik
professional sesuai standar kompetensi dank ode etik yang telah ditetapkan
4. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang berkualitas, baik proses maupun hasilnya
5. Membantu guru untuk senaantiasa memperbaiki dan meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, wawasan umum dan keterampilan khusus yang diperlukan
dalam pembelajaran
6. Membantu guru untuk dpat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam
proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas
G. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
a. Hubungan supervisor dengan guru disadari sangat kolegialitas yang taat asas.
b. Setiap kelemahan dan kesalahan guru semata-mata digunkan untuk tindakan perbaikan,
tanpa secara eksplisit melabeli guru belum professional
c. Menumbuhkembangkan posisi guru, mulai dari tidak professional sampai professional
sungguhan
d. Hubungan antara supervisor dengan guru dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel
H. Bagaimana prosedur supervisi klinis?
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap
berikut :
Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. menciptakan suasana yang intim dan terbuka
b. mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media,
evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
c. menentukan fokus obsevasi,
Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain:
1. harus luwes,
2. tidak mengganggu proses pembelajaran,
3. tidak bersifat menilai,
4. mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai
kesepakatan bersama, dan
5. menentukan teknik pelaksanaan observasi.
Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain:
1. memberi penguatan;
2. mengulas kembali tujuan pembelajara.
3. mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama,
4. mengkaji data hasil pengamatan,
5. tidak bersifat menyalahkan,
6. data hasil pengamatan tidak disebarluaskan,
7. penyimpulan,
8. hindari saran secara langsung, dan
9. merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses
perbaikan.
I. Komunikasi Klinis
Ada dua sikapsupervisor pembelajaran yang mempengaruhi proses berkomunikasi,
yaitu sikap yang memnghambat dan sikap yang membantu. Dua sikap pengirim pesan yang
menghambat dan membantu proses komunikasi menurut Jack R. Gibb (1970) dalam “journal
of Communication” dituangkan berkit ini.
a. Evaluasi-Deskripsib. Penguasaan-Permasalahanc. Manipulasi-Spontanitasd. Tidak memperhatikan-Memperhatikane. Bersikap-Menyamakan dirif. Kaku-Luwes
Ketidakmampuan supervisor pembelajaran tersebut akan menyebabkan dia maupun
guru tidak memperoleh kepuasan akibat tidak adanya perasaan saling mempercayai nsatu
sama lain. Factor-factor yang menyebabkan komunikasi antara supervisor pembelajaran dan
guru adalah:
1. factor psikologis, yaitu persepsi dan penapsiran guru yang dibina terhadap stimulus
yang ada dari supervisor ditentukan oleh tingkatan emosi dan sifat pribadi seorang
supervisornya
2. factor biofisikal,
3. factor psikofisikal
4. factor sosiokultural
Pertanyaan
1. Tuliskan Factor-factor yang menyebabkan komunikasi antara supervisor pembelajaran
dan guru !
Jawab :
a. factor psikologis, yaitu persepsi dan penapsiran guru yang dibina terhadap
stimulus yang ada dari supervisor ditentukan oleh tingkatan emosi dan
sifat pribadi seorang supervisornya.
b. factor biofisikal,
c. factor psikofisikal
d. factor sosiokultural
2. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang prosedur supervise klinis
khususnya pada tahap awal !
Jawab :
a. menciptakan suasana yang intim dan terbuka
b. mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media,
evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
c. menentukan fokus obsevasi
3. Jelaskan prinsip-prinsip supervise klinis ?
Jawab :
a. Hubungan supervisor dengan guru disadari sangat kolegialitas yang taat asas.
b. Setiap kelemahan dan kesalahan guru semata-mata digunkan untuk tindakan
perbaikan, tanpa secara eksplisit melabeli guru belum professional
c. Menumbuhkembangkan posisi guru, mulai dari tidak professional sampai
professional sungguhan
d. Hubungan antara supervisor dengan guru dilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel
e. Diskusi dan pengkajian atas umpan balik yang segera atau yang diketahui
kemudian bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan
4. Jelaskan Perbedaan dilihat dari prosedurnya dengan supervisi Klinis dengan supervisi
yang lainnya ?
Jawab : supervise klinis, Prosedur pelaksanaanya ditekankan kepada mencari sebab-
sebab atau kelemahan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran,
sedangkan supervise yang lain kebalikannya.
5. jelaskan pengertian supervise Klinis ?
Jawab : Supervisi klinis adalah bantuan professional kesejawatan oleh supervisor
kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar yang
bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang
sistematis, dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan prilaku guru mengajar,
analis perilaku, dan tindak lanjut
BAB IX
TUGAS KEPROFESIAN UNTUK IMPLEMENTASI
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
A.Defenisi dan Prinsip
Bagi guru dan kepala sekolah, KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman
pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah. Dalam naskah yang dikeluarkan oleh BNSP
disebutkan bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Sejalan dengan itu, BNSP juga menyusun acuan operasional penyusunan KTSP.
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
3. Keragaman potensi dan kerakteristikdaerah dan lingkungan.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja.
6. Perkenbangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama.
8. Dinamika perkembangan global.
B. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lanjut.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Struktur dan muatan
KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam SI meliputi lima mata
pelajaran yaitu a). Agama dan akhlak mulia, Kewarganegaraan dan kepribadian, Ilmu
pengetahuan dan teknologi, Estetika, dan Jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada struktur kurikulum ysng tercsntum dalam
SI.
C.Pengembangan Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi poko/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Prinsip pengembangan silabus disajikan berikut in.
1. Ilmiah. Keseluruhan materi dan kegiatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggun jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan. Cakupan dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai tingkat
perkembangan peserta didik.
3. Sistematis. Komponen-kompnen silabus sasling terkait satu sama lain.
4. Konsisten.
5. Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian menunjang pencapaian kompetensi dasar.
D.Unit Waktu dan Pengembangan Silabus
Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu disediakan untuk
mata pelajran selama penyelanggaraan pendidikandi tingkat satuan pendidikan dengan
memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok
dalam sebuah sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.
E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
a. Mengkaji Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran sebagai mana
tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran yang dirancang untuk memmberikan
pengalaman belajar melalui beberapa interaksi dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar.
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi. Indikator merupakan penanda
pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keteramplan.
e. Penentuan Jenis Penilaian. Penilaian pencapaian dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dengan menggunakan tes dan non tesdalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
F. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
1. Analisis Konteks
2. Mekanisme Penyusunan
Tim penyusun KTSP terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota yang melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak
lain yang terkait. Di surervisi dilakukan oleh Dinas yyang bertanggun jawab di tingkat
kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK. Tim
penyusun kurikulum tingkat satuan MI, MTs, MA, dan MAK terdiri atas guru,
konselor, dan kepala sekolah merangkap anggota. Tim penyusun kurikulum tingkat
satuan pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor,
kepala sekolah merangkap anggota.
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah
setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat
kabupaten/kota.
Pertanyaan :
1. Tuliskan dua tekhnik pelaksanaan penyusunan KTSP ?
Jawab :
a. Analisis Konteks
b. Mekanisme Penyusunan
2. jelaskan tiga diantaranya langkah-langkah pengembangan silabus ?
Jawab :
a. Mengkaji Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran sebagai
mana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran yang dirancang untuk memmberikan
pengalaman belajar melalui beberapa interaksi dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar.
3. jelaskan dua Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
Jawab :
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan yaitu meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Struktur dan
muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam SI meliputi
lima mata pelajaran yaitu a). Agama dan akhlak mulia, Kewarganegaraan dan
kepribadian, Ilmu pengetahuan dan teknologi, Estetika, dan Jasmani, olahraga,
dan kesehatan.
4. Jelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan KTSP ?
Jawab :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
3. Keragaman potensi dan kerakteristikdaerah dan lingkungan.
5. Jelaskan prinsip-primsip pengembangan KTSP ?
Jawab :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Profesi Keguruan
Rangkuman materI
DISUSUN OLEH:
NAMA : MARDHIYYATIN NAQIYAH
NIM : 1112040005
KELAS : PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2011/2012