Upload
tejo-wijayanto
View
94
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
RANGKUMAN
MATERI KAROGRAFI TEMATIK
Disusuna Memenuhi Tugas Mata Kulaih Kartografi Tematik
Dosen Pengampu Drs. Partoso Hadi, M. Si
Disusun Oleh :
AJI ARIFINK5409003
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
Sebaran Penduduk Kecamatan Tasikmadu
Tahun 2007
Peta sebaran penduduk adalah peta yang menyajikan, memvisualisasikan,
data kuantitatif sebaran penduduk disuatu daerah. Pada peta tersebut pembuat peta
ditulis “Disalin Oleh”, namun yang benar adalah “Dibuat Oleh”. Dalam
pembuatan peta penulisan pembuat peta “Disalin Oleh” digunakan apabila
pembuat peta menyalin dari peta lain. Misalnya peta penggunaan lahan Kecamatan
Tasikmadu, pembuat peta menyalin dari peta RBI, maka pembuat peta ditulis
“Disalin Oleh”. Sedangkan penulisan pembuat peta “Dibuat Oleh” digunakan
apabila pembuat peta membuat peta sendiri.
Pada peta tersebut dijelaskan pada judul peta, yaitu tahun berlakunya peta,
lokasi, dan tema yang dipetakan. Peta tematik kuantitatif selalu berubah-ubah,
karena selalu ada perubahan dan perkembangan. Pada Peta Sebaran Penduduk
Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007, hanya berlaku pada tahun 2007 saja. Tahun
pada peta tersebut merupakan berlakunya peta tersebut. Lokasi yang dipetakan
pada peta tersebut adalah Kecamatan Tasikmadu. Lokasi menunjukkan daerah
yang dipetakan dengan batas-batas administrasi, misalnya desa, kecamatan,
kabupaten. Tema yang ingin disajikan adalah sebaran penduduk, yang berarti pada
peta tersebut menampilkan sebaran penduduk di suatu daerah pada tahun tertentu.
Sebaran penduduk pada peta tersebut menggunakan diagream batang.
Untuk presentasi penduduk menggunakan simbol titik / dot untuk penyebaran
sehingga lebih mewakili penyebaran. Untuk penyebaran penduduk dengan simbol
dot / titik pada peta bisa digambarkan batas-batas permukiman untuk orientasi
sebaran. Namun, perlu diperhatikan nilai dot yang besar kurang mewakili
persebaran, kesannya jarang penduduk. Nilai dot yang kecil lebih mewakili,
namun kesannya padat penduduk. Besar kecilnya dot sesuai dengan luas wilayah
dan jumlah penduduk.
Skala yang digunakan adalah skala grafis, yaitu garis yang dipotong-potong
dengan nilai yang sama. Lay out pada informasi peta akan lebih baik apabila pada
setiap informasi diberikan garis pembatas, seperti judul dengan skala maka ada
pembatasnya. Penulisan sumber peta dalam peta ini dituliskan nama dan nomor
lembar peta, karena dengan menuliskan digit nomor lembar peta dapat diketahui
skalanya. Karena dalam penulisan nomor sudah ada pembakuan. Namun tidak
dituliskan tahunnya, sehingga tidak diketahui tahun peta yang dijadikan sebagai
sumber.
Untuk coropleth dengan visualisasi gradasi warna digunakan
padakepadatan penduduk dengan tingkat kecerahan warna yang bertingkat, namun
bila digunakan pada peta sebaran penduduk kurang tepat. Karena peta sebaran
penduduk menggambarkan sebaran / agihan penduduk, sedangkan untuk coropleth
digunakan untuk tingkatan, misalnya kepadatan penduduk.
Peta sebaran penduduk ini sangat membantu dalam pembangunan suatu
daerah. Dengan mengetahui persebaran penduduk suatu daerah maka pemerintah
dapat mengambil kebijakan yang akan membantu perkembangan daerah tersebut.
Misalnya dalam hal tata ruang, pembangunan industri akankah menitikberatkan
pada tenaga kerja atau SDA.
Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
Peta kepadatan penduduk menggambarkan sebaran kepadatan penduduk.
Data yang digunakan dalam pemetaan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
merupakan data kuantitatif. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian peta sebaran
penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007,bahwa judul peta menunjukkan
lokasi, waktu, dan tema. Namun pada peta Kepadatan Penduduk Kota Surakarta
tidak dicantumkan tahun, sehingga peta ini kurang ideal. Tahun menunjukkan
berlakunya peta. Karena peta dengan data kuantitatif selalu berubah-ubah. Kalau
peta tersebut tidadk ada tahunnya maka akan membuat salah persepsi bahwa peta
tersebut berlaku terus menerus. Padahal peta dengan data kuantitatif selalu
berubah.
Peta tersebut merupakan peta dengan data kuantitatif, sehingga dalam
penyajiannya dengan pemetaan coropleth. Pemetaan coropleth menggunakan
gradasi warna (tingkatan) yang menggambarkan semakin padat penduduk
warnanya semakin gelap, dan semakin jarang penduduk warnanya semakin terang.
Klasifikasi kepadatan penduduk dapat menggunakan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan metode kelas interval teratur, berdasarkan hitungan aritmatik,
hitungan geometrik, dengan hitungan standard deviasi, dan dengan cara kuantil.
Peta kepadatan penduduk seharusnya menampilkan sebaran kepadatan
penduduk. Pemetaan pada peta ini menggunakan unit administrasi kecamatan,
namun akan lebih mewakili bila menggunakan unit administrasi kelurahan / desa
yang dipetakan. Peta kepadatan penduduk Kota Surakarta dengan peta Sebaran
Penduduk Kota Tasikmadu Tahun 2007 sama-sama memiliki skala yang sama,
namun Peta Kepadatan Penduduk Kota Surakarta sungai digambarkan dan
sebarannya tidak. Hal ini berkaitan dengan detil topografi yang bergantung skala,
yang bisa diperkecil, digeneralisasi sehingga bisa digambarkan / tidak asal tidak
mengganggu data tematik yang dipetakan.
Simbol yang digunakan dalam pemetaan tersebut ada tiga, yaitu simbol
titik, garis, dan simbol bidang. Simbol titik digunakan untuk menggambarkan
kantor walikota dan kantor kecamatan. Simbol garis menggambarkan jalan, jalan
kereta api, sungai. Serta simbol bidang menggambarkan luasan kepadatan
penduduk. Tampilan peta pada peta tersebut cukup baik, namun akan lebih baik
apabila ukuran ketebalan grid / gratikul lebih tipis. Dengan gratikul yang terlalu
tebal maka akan mengurangi tampilan informasi yang disampaikan.
Data disajikan dalam simbol bidang dengan gradasi warna. Dari peta dapat
diambil informasi bahwa Kota Surakarta tingkat kepadatannya ada tiga yaitu
rendah, sedang, dan tinggi.
Sumber peta pada peta tersebut ada dua, yaitu dari peta RBI lembar 1408-
343 Skala 1:25.000 dan Surakarta Dalam Angka 2006. Surakarta dalam Angka
2006 dapat diambil kesimpulan bahwa data tersebut berasal dari BPS. Sedangkan
dalam penulisan sumber dari peta RBI tahun tidak dicantumkan. Padahal tahun
menunjukkan tahun berlakunya peta tersebut. Apabila tahun sumber peta tidak
dicantumkan pada peta maka sumber peta tersebut kurang valid. Untuk penulisan
skala akan lebih baik apabila tidak dicantumkan. Karena dengan melihat nomor
lembar peta maka pembaca peta akan mengetahui skala peta. Karena nomor
lembar peta 7 digit maka skalanya adalah 1:25.000.
Kemacetan Lalu Lintas Tiap POS Polisi
Kota Surakarta
Peta Kemacetan Lalu Lintas Tiap Pos Polisi Kota Surakarta
memvisualisasikan data tingkat kepadatan lalu lintas pada setiap pos polisi. Data
yang digunakan dalam pemetaan tersebut adalah dat kuantitatif. Dari judul sudah
dapat ‘di baca karena danya tingkatan, sehingga menunjukkan angka. Namun,
dalam peta tersebut tidak menunjukkan adanya besaran atau jumlah tingkat
kemacetan, sehingga yang dapat diambil dari peta tersebut hanya tingkatan dalam
bentuk kualitatif. Akan lebih menarik dan lebih baik apabila dalam penyajian peta
tersebut terdapat dua jenis data yaitu kuantitaif yang menunjukkan besaran jumlah
kemacetan dan kualitatif yang menunjukkan tingkatan. Kemacetan lalulintas pada
tiap jalan meiliki tingkat kepadatan yang bervariasi, yaitu :
: memvisualisasikan tingkat kepadatan rendah.
: memvisualisasikan tingkat kepadatan sedang.
: memvisualisasikan tingkat kepadatan tinggi.
Pemberian simbol pada jalan utama menimbulkan interpretasi yaitu dua
jalur yang berlawanan mempunyai tingkat kepadatan yang sama, namun pada
kenyataanya dua jalur yang berlawanan tersebut berbeda tingkat kepadatannya.
Pada judul peta tidak terdapat tahun pembuatan, Pada judul peta tidak disertakan
tahun pembuatan peta. Dalam suatu peta yang baik harus menyertakan tahun
pembuatan agar sesuai dengan kaidah kartografis. Tahun peta menunjukkan kapan
berlakunya peta tersebut.
Lay out merupakan hal yang penting dalam pembuatan peta. Karena lay out
menentukan apakah tata letak peta tersebut sesuai dengan kaidah kertografis atau
tidak. Lay out peta dalam penempatan inset kurang baik, karena inset tersebut
menutupi grid dan koordinat peta.
Persebaran Puskesmas Terhadap Permukiman
Wilayah Pesisir Di Kabupaten Pati Tahun 2006
Judul padap peta Persebaran Puskesmas Terhadap Permukiman Wilayah
Pesisir Di Kabupaten Pati Tahun 2006 menggambarkan penyebaran puskesmas.
Namun, berbeda dengan yang digambarkan pada legenda / keterangan yang
menggambarkan jangkauan layanan puskesmas 3000 meter. Apabila dilihat dari
judul dan legenda, peta tersebut dapat dikatakan tidak berhubungan. Karena pada
judul hanya menerangkan tentang persebaran puskesmas terhadap pemukiman.
Seharusnya judul dengan legenda harus sinkron, sehingga apa yang digambarkan
legenda sesuai dengan judul. Judul yang sesuai untuk peta tersebut adalah
Jangkauan layanan Puskesmas Terhadap Permukiman Wilayah Pesisir Di
Kabupaten Pati Tahun 2006.
Dari peta tersebut pembaca peta dapat mengetahui dan dapat mengambil
informasi dari peta, informasi yang dapat di ambil yaitu jangkauan layanan
puskesmas yang dapat menjangkau 3000 meter. Kelemahan dari peta ini adalah
apakah jangkauan tersebut masyarakat yang datang ke puskesmas atau fasilitas
puskesmas yang menjangkau masyarakat. Karea mengingat, bahwa sekarang
sudah ada puskesmas keliling, tidak menutup kemungkinan masyakarakt yang
menjangkau puskesmas atau puskesmas yang menjangkau masyarakat. Desain
simbol pada peta tersebut ada tiga, yaitu simbol titik untuk puskesma, simbol garis
untuk batas administrasi, jalan dan sungai, dan simbol area untuk permukiman.
Jangkauan layanan pada peta divisualisasikan dengan simbol dot lingkaran
yang menjelaskan Buffer, yaitu jarak agtau jangkauan tertentu yang dapat
dijangkau oleh puskesmas. Pada peta tersebut keterangan ketinggian seperti titik
tinggi, kontur tidak digambarkan. Hal ini mengingat detil topografi karena skala
yang digunakan relatif kecil. Apabila titik tinggi dan kontur digambarkan maka
akan membuat tampilan peta menjadi ruwet dan mengurangi kaidah kartografis.
Berbeda dengan skala yang besar, memungkinkan titik tinggi dan kontur
digambarkan.
Peta Situasi Jalur Bus Solo-Sragen Tahun 2008
Peta tersebut adalah peta yang memvisualisasikan situasi atau keadaan
jalur bus jurusan Solo-Sragen Tahun 2008. Jalur bus divisualisasikan dengan
simbol garis dengan warna kuning yang menghubungkan antara terminal bus yang
satu dengan yang terminal bus lain dan juga halte bus.
Dalam visualisasi peta ini hampir sama dengan peta Persebaran Puskesmas
Terhadap Permukiman Wilayah Pesisir Di Kabupaten Pati Tahun 2006. Dalam
peta ini menggambarkan jangkauan penumpang bus tiap terminal dengan satuan
kilometer. Jangkauan atau bisa disebut dengan buffer tergantung dari jumlah
penduduk dan juga aksesbilitas halte maupun terminal. Misalnya dalam
penempatan halte-halte berdekatan dengan sekolah.
Peta ini termasuk peta kuantitatif, karena menggambarkan banyaknya
penumpang digambarkan dengan grafik disamping peta. Grafik ini menjelaskan
rata – rata jumlah penumpang bus pada waktu jam sibuk dan jam senggang. Untuk
membaca peta tersebut dibutuhkan ketelitian dan kejelian. Karena peta tersebut
sulit untuk dipahami. Terdapat banyak aspek yang ditonjolkan, seperti penggunaan
lahan, jumlah penumpang bus, dan jangkauan penumpang bus.
Peta tematik merupakan peta dengan tema yang khusus,yang
divisualisasikan dipeta tematik juga merupakan data khusus. Bila dilihat dari peta
tersebutt kurang spesifik, namun darilay out maupun tampilan peta sudah bagus.
PETA STRUKTUR RUANG BWK
IBU KOTA KABUPATEN KUPANG
Pada Peta Struktur Ruang BWK Ibu Kota Kabupaten Kupang,
memvisualisasikan informasi struktur ruang BWK Ibu Kota Kabupaten Kupang.
Peta diatas merupakan peta kualitatif karena menyajikan data berupa presentasi di
tiap batas wilayah kawasan. Pada peta tersebut pada judul terdapat beberapa
kerancuan, karena ada keterangan yang ditulis yang posisinya berada diatas,
sehingga bagi pembaca peta yang awam menyulitkan membaca mana judul yang
digunakan.
Skala yang digunakan ialah skala grafis. Skala grafis digambarkan dalam
bentuk unit batang disertai nilai per unit. Simbol yang digunakan dalam peta
tersebut ialah simbol bidang dengan warna, atau sering disebut dengan metode
chorocromatic. Simbol titik digunakan untuk menunjukkan lokasi pemerintahan
seperti desa dan kelurahan. Pada simbol titik tersebut kurang menjelaskan
keterangan pada peta. Karena pada legenda hanya dituliskan “kota” sehingga tidak
diketahui apakah titik tersebut menjelaskan mengenai pusat desa, kecamatan
ataupun kabupaten. Serta simbol garis yang digunakan menggambarkan batas
administrasi, jalan dan sungai.
Pada judul peta tidak disertakan tahun pembuatan peta. Dalam suatu peta
yang baik harus menyertakan tahun pembuatan agar sesuai dengan kaidah
kartografis. Tahun peta menunjukkan kapan berlakunya peta tersebut. Dari segi
simbol peta tersebut kurang baik, karena simbol area yang digunakan
menggunakan warna juga menggunakan garis. Sehingga persepsi yang
ditimbulkan membuat peta tersebut terlihat ruwet. Seharusnya apabila
menggunakan simbol area dengan warna tidak perlu menggunakan garis-garis.
Selain itu pada muka peta tersebut terdapat keterangan rencana pembangunan
kota. Dengan keterangan tersebut sebenarnya kurang mewakili untuk
menunjukkan lokasi yang akan dibangun. Akan lebih baik apabila
divisuualisasikan dengan simbol dan dijelaskan pada legenda.
Dari gambar disamping dapa diambil dua kesimpulan yaitu kelebihan dan
kekurangan dari peta Struktur Ruang BWK Ibu Kota Kabupaten Kupang. Salah
kelemahan pada peta tersebut adalah dalam penulisan sumber peta. Sumber peta
berasal dari Peta RBI Skala 1:25.000 Bakosurtanal, Indonesia. Seharusnya
penulisan sumber yang tepat cukup dituliskan nama lembar, nomor, dan tahun.
Dari ketiga unsure tersebut sudah mewakili mulai dari skala dan pembuat. Namun,
apabila penulisannya seperti yang telah dijelaskan tadi kurang mewakili skala dan
nomor lembar peta.
Inset memiliki tujuan untuk memudahkan menunjukkan mencari lokasi
yang dipetakan dalam ruang lingkup yang lebih besar. Selain itu, terdapat 2 inset
pada peta. Inset yang pertama menjelaskan letak Kabupaten Kupang dalam
lingkup Provinsi, yaitu terletak di Nusa Tenggara Timur. Kemudian Inset yang
kedua menjelaskan letak Nusa Tenggara Timur dalam lingkup Negara.