18
Judul makalah : Islam Dalam Lintasan Teologi Oleh : Khoiril Anwar NIM : 1110012000007 A.Pengantar ه ي ل وإ ه اّ ل له إ إ , لا ولّ لط إ ي ذ اب ق ع ل دإ دي! , ش وب نّ إلد ل ب ا وق ب نّ ر إلد ف ا م, غ ي ل ع ل اح إ ت ف ل له إ مد ل ح ل إ ه ي ل غ مّ شل له و ى إلّ صل وله, س ده ور ت ع دإّ م ح مّ E نG هد إ! شG له, وإJ ك رب! ش وحده لا له اإلّ ل له إ إ لاE نG هد إ! شG إP. ر صي م ل إً دإ يG إE ن حيّ ل ك ى ف مّ ر ك و P فّ ر! ش له, و وإ. Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang pada saat itu sebagai ajaran juga agama yang baru. Namun tidaklah begitu, karena sebenarnya telah ada pada masa sebelumnya suatu ajaran dengan prinsip yang sama dengan islam itu sendiri yaitu pengabdian dengan mengesakan Allah, yang dikenal adalah agama tauhid atau monotheis. Akan tetapi terdapat perbedaan dari agama pra kenabian Muhammad juga pasca kenabian Muhammad. Islam mengamandemen atas agama sebelumnya dalam hal hubungan manusia dengan Allah (hablum-minallah), serta hubungan manusia dengan sesamanya (hablum-minannas) dengan yang lebih baru dan lebih mudah bagi umatnya, sehingga islam menjadi agama tauhid yang rahmatan lil’alamin. Islam dari masa ke masa ternyata terus berkembang dan semakin berani untuk melakukan perubahan, baik dari segi keilmuan, pemikiran, budaya, teknologi, bahkan bahasa

PSI irul (teologi).doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PSI irul (teologi).doc

Judul makalah : Islam Dalam Lintasan Teologi

Oleh : Khoiril Anwar

NIM : 1110012000007

A.Pengantar

, , , الّط�ول ذي شديدالعقاب الّذ�نوب وقابل الّذ�نب غافر العليم الفتاح لله الحمد

, . محم�دا أّن� وأشهد له الشريك وحده الله إال� آلإله أّن أشهد المصير هوإليه إال� آلإله

, , / أبدا حين كل� في م وكر� وشر�ف وآله عليه وسل�م الله صل�ى ورسوله .عبده

Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang pada

saat itu sebagai ajaran juga agama yang baru. Namun tidaklah begitu, karena

sebenarnya telah ada pada masa sebelumnya suatu ajaran dengan prinsip yang

sama dengan islam itu sendiri yaitu pengabdian dengan mengesakan Allah, yang

dikenal adalah agama tauhid atau monotheis. Akan tetapi terdapat perbedaan

dari agama pra kenabian Muhammad juga pasca kenabian Muhammad.

Islam mengamandemen atas agama sebelumnya dalam hal hubungan

manusia dengan Allah (hablum-minallah), serta hubungan manusia dengan

sesamanya (hablum-minannas) dengan yang lebih baru dan lebih mudah bagi

umatnya, sehingga islam menjadi agama tauhid yang rahmatan lil’alamin.

Islam dari masa ke masa ternyata terus berkembang dan semakin berani

untuk melakukan perubahan, baik dari segi keilmuan, pemikiran, budaya,

teknologi, bahkan bahasa sekalipun terus mengalami perubahan yang tentu hal itu

ditunjang dengan bertambah dan meningkatnya moral, keimanan, dan

ketakwaan.

Itulah sedikit gambaran yang selanjutnya akan dijelaskan dalam uraian

makalah ini yang berjudul islam dalam lintasan teologi.

Selanjutnya saya mohon maaf apabila makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak kesalahan, sehingga saya mohon koreksi atas

kesalahan tersebut.

B.Pengertian Teologi (Ilmu Kalam)

Sebelum kita memasuki pembahasan lebih jauh mengenai keislaman dalam

lintasan teologi, alangkah baiknya kita mengenal apa teologi itu sendiri.

Page 2: PSI irul (teologi).doc

Teologi biasa disebut juga dengan ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu ushuluddin,

bahkan imam Abu Hanifah menyebutnya dengan fiqh al-akbar1.

Berkaitan dengan hal itu, teologi yang dalam bahasa inggris berarti theology,

dengan mengutip William L. Reese mengatakan “Theology to be descipline resting

on revealed truth and independent of both philosophy and science”, yang jika

diartikan secara bebas berarti teologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang

membicarakan tentang kebenaran petunjuk wahyu serta kebebasan filsafat dan

ilmu pengetahuan.2

Kemudian selain dari pada itu Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam

sebagai berikut:

�ة العقلي �ة باألدل �ة اإليماني عن الحّج�اج يتضم�ن Cعلم هو

Artinya: Ilmu kalam itu adalah disiplin ilmu yang mengandung arti berbagai

argumentasi tentang akidah keimanan yang dipekuat dengan dalil-dalil rasional.3

Adapun menurut Harun Nasution, ilmu kalam itu merupakan ilmu tentang

pemikiran dasar islam yang membahas tuhan dan hubungan manusia dengan

tuhan,perbuatan manusia, perbuatan dan sifat tuhan, yang membahas soal

akidah.4

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwasanya ilmu

kalam adalah ilmu yang cakupannya membahas tentang ketuhanan dengan

menggunakan argumentasi logika berdasarkan doktrin keislaman itu sendiri.

C. Sumber-sumber ilmu kalam dalam islam

Adapun sumber-sumber ilmu kalam itu diantaranya:

1. Al-Qur’an

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak mengungkapkan hal-hal yang

berkenaan dengan masalah ketuhanan yang isinya menyangkut zat, sifat, asma,

perbuatan, tuntunan, dan hal-hal lain yang yang berkaitan dengan eksistensi

ketuhanan, namun penjelasan secara rincinya tidaklah ditemukan sehingga butuh

para ahli untuk menginterpretasikan akan rincian ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggung dengan masalah ketuhanan

diantaranya pada Q.S Al-Ikhlas ayat 1- 4. Ayat ini menjelaskan tentang Allah itu 1 Abdul Rozak, Rosihan anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003, hlm 13.2 William L. Reese, Dictionary of Phylosophy and Religion, tejemah. Humanities Press Ltd, 1980, hlm.28.3Rozak, Anwar, op. cit., hlm 14-15.4 Lihat Harun Nasution, Islam Rasional, UI press, Jakarta, 1998, hlm. 368.

Page 3: PSI irul (teologi).doc

Maha Esa, tempat bergantungnya sesuatu kepadaNya, tidak beranak juga

diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun di dunia ini yang sekutu denganNya.

Tentang asbabunnuzul turunnya ayat tersebut dalam suatu riwayat

dikemukakan bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah

kepada Rasulullah saw. dengan berkata: "Jelaskan kepada kami sifat-sifat

Tuhanmu? ". Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai tuntunan

untuk menjawab permintaan kaum musyrikin.5

2. Al-Hadits

Hadits yang merupakan segala perbuatan, perkataan,juga penetapan Nabi

Muhammad SAW dalam masa kehidupan beliau adalah bagian daripada sumber

hukum ilmu kalam.

Diantaranya hadits Nabi yang menerangkan tentang iman, islam, dan ihsan.6

Ketika itu Nabi ditanya oleh Malaikat Jibril yang menyamar menjadi sahabat,

kemudian bertanya tentang apa yang dimaksud dengan iman?, apa yang

dimaksud dengan islam?, dan apa yang dimaksud dengan ihsan?. Nabi menjawab

bahwasanya iman adalah percaya kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab Allah

yang diturunkan melalui utusanNya, hari akhir berupa pertemuan denganNya,

para RosulNya, dan hari kebangkitan. Kemudian Nabi menuturkan kembali bahwa

islam adalah pengabdian diri kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya

dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat yang difardukan, mengeluarkan zakat,

serta berpuasa di bulan Ramadhan. Dilanjutkan Nabi menuturkan bahwasanya

ihsan itu adalah beribadah kepada Allah seakan dia melihat Allah, jika tidak

ketahuilah bahwasanya Allah melihat dan memperhatikannya.

Itulah sebagian dari hadits yang menjelaskan tentang ketuhanan, dan masih

banyak hadits lain yang membahas hal tersebut seperti tantang perpecahan umat

islam, sifat-sifat Allah, dan perihal lainnya.

3. Pemikiran dan gagasan manusia7

Mangenai rasio atau pemikiran manusia ini dapat berupa pemikiran dari umat

islam maupun dari pemikiran non islam.

Sebelum masuknya filsafat yunani dan lainnya berkembang di dunia islam,

umat islam sendiri sudah mampu menganalogikan pemikiran rasionalnya untuk

5 K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D. Dahlan, Asbabun nuzul - Latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al –Qur’an, 2004, Info@alqur’andigital.com. Al-Qur’an digital.6 Al-Arba’in An-Nawawi, Daar Al-Ihya Al-Arobiyyah.7 Muhsin Abdul Hamid, Tajdid Al-Fikr Al-Islami, Daar Ash-Shahwah li An-Nasyr, Mesir, hlm. 24-26.

Page 4: PSI irul (teologi).doc

menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an terutama yang

belum jelas maknanya (mutasyabihat).

Keharusan untuk menggunakan rasio ini mendapat pijakan dari beberapa

ayat Al-Qur’an, yang diantara semuanya itu terdapat kata-kata tafakkur, tadabbur,

tadzakkar, ulul ‘ilmi, ulul abshar, ulin nuha, dan masih banyak lagi yang

menyangkut anjuran dan motivasi dalam menggunakan rasionya.8

4. Naluri atau insting9

Secara naluriah manusia selalu ingin bertuhan. Oleh karenanya kepercayaan

tehadap adanya tuhan telah berkembang sejak awal mula manusia di muka bumi

ini yaitu Nabi Adam as. Lain halnya seperti keberadaan mitos berupa pemujaan

tehadap benda-benda mati (dinamisme), nenek moyang (animisme), benda-

benda alam (totemisme), dan bentuk pemujaan lain yang semakin lama

berkembang lagi menjadi kepercayaan adanya keabadian dan balasan bagi yang

melakukan perbuatan baik.

D.Dasar-dasar Teologi

Adapun dasar-dasar teologi meliputi tentang :

1. Khalik

Adalah yang Maha menciptakan yaitu Allah SWT. Allah adalah tuhan

semesta alam, prinsip awal dari segala yang ada (maujudat) sedangkan yang

selainnya mungkin adanya. Dialah Allah yang bersifat immateri dan Maha Suci.

Namun tidaklah baik bahwa manusia membahas tentang ketuhanan itu

melalui dzatNya secara mendalam, karena hakikatnya tidaklah mungkin hal itu

dapat dilakukan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yang artinya bahwa

janganlah manusia memikirkan, tafakkur akan hal dzat Allah, melainkan pikirkan

dan tafakkurkanlah akan hal ciptaan Allah.

2. Makhluk

8 Berkat ayat-ayat tersebut umat islam termotivasi untuk melakukan kajian sehinggga pada masa pertengahan, umat islam mencapai masa keemasan. Bahkan, bangsa Eropa pada masa itu adalah murid-murid yang setia pada umat islam. Namun, mereka tidak mengetahui akan terima kasih kepada umat islam, sehingga mereka menyangkal atas teori-teori keilmuan itu milik merka sendiri. Lihat Omar Amir Hosein, Kultur Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1981, hlm. 57.9 Lihat Abbas Mahmoud Al-Akkad, Ketuhanan Sepanjang Ajaran Agama-agama dan Pemikiran Manusia. Terj. A. Hanafi, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 32.

Page 5: PSI irul (teologi).doc

Adalah segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT yang mungkin

keberadaannya yang diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepadaNya.

Manusia sebagai makhluk yang paling disoroti dalam hal ini memiliki konsep

tentang ketuhanan betapapun canggihnya harus di pandang relatif, dan bisa

berkembang atau dikembangkan sesuai dengan perkembangan manusia secara

positif.

Sebagai makhluk fisik, manusia adalah makhluk paling maju dan sempurna

secara biologis yang merupakan puncak evolusi alam. Dengan memiliki jiwa

rasional yang memungkinkannya mampu mengambil premis rasional dan

membimbing daya-daya dari jiwa yang lebih rendah. Karenanya manusia di

karuniai roh oleh tuhan yang menyebabkan manusia punya dua dimensi yang

membentuk sebuah entitas yang disebut diri (al-nafs), kedua unsur itu berupa

unsur jasmani dan rohani.10

E. Sejarah munculnya persoalan kalam dalam islam

Sejarah dalam perkembangan pemikiran islam menemukan bahwa

kemunculan persoalan mengenai kalam bermuara pada persoalan politik dalam

islam. Memanglah aneh mengapa hal itu bisa terjadi dalam islam yang notabenya

merupakan agama yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama sebelumnya.

Namun memanglah itu kenyataan yang ada dalam sejarah masa lampau.

Sebagaiman diketahui, ketika Nabi membawa risalahnya pindah dari Mekkah

ke Madinah sekitar tahun 622 M, saat itu Nabi tidak hanya sebagai pemimpin

agama, melainkan sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan dengan mendirikan

kekuasaan politik yang dipatuhi di kota Madinah, padahal sebelumnya di Madinah

belum pernah ada kekuasaan politik.

Karena kenyataan yang nyata Nabi sebagai pemimpin pemerintahan, maka

perhatian umat ketika beliau wafat terpusat pada masalah pengganti beliau dalam

memimpin pemerintahan. Hal itu dibuktikan dengan proses pemakaman Nabi

yang baru terlaksana setalah proses persoalan politik ini selesai, pengganti kepala

pemerintahan rampung dimusyawarahkan. Dari sinilah awal timbulnya persoalan

khilafah, pengganti Nabi sebagai kepala pemerintahan yang dalam masa

perkembangannya dari masa ke masa melahirkan berbagai macam pandangan

dikalangan tokoh politik di dunia islam.

10 Lihat Harun Nasution, Teologi Islam Rasional, 2002, hlm 105.

Page 6: PSI irul (teologi).doc

Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab roda pemerintahan

dalam islam dapat dikatakan cukup tenang, teutama paruh kedua dari 12 tahun

masa pemerintahannya.

Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan berbeda dengan dua khalifah

pendahulunya. Namun sayangnya, keluarga Usman dari golongan Bani Umayah

terus merongrong sehingga Usman sendiri ternyata lemah dalam menghadapi

rongrongan yang penuh dengan ambisi tersebut, dengan keadaan terpaksa ia

memberikan fasilitas dan kedudukan itu kepada mereka, diantaranya mengangkat

mereka sebagai gubernur-gubernur di daerah yang sudah dikuasai oleh umat

islam. Akibat atas tindakan yang telah dilakukan Usman, ternyata muncullah pihak

yang memprotes dan menolak atas hal itu, sehingga berbuntut pada terbunuhnya

khalifah Usman bin Affan.

Sepeninggal Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib terpilih dan dibai’at sebagai

khalifah keempat. Namun situasi politik yang dihadapinya terlanjur sudah

terganggu bahkan lebh buruk dari kondisi sebelumnya. Naiknya kepemimpinan Ali

ternyata tidak disetujui oleh berbagai pihak, yaitu pelawanan dari pihak Thalhah

dan Zubair yang mendapat dukungan dari Aisyah dan ditambah lagi dari pihak

Mu’awiyah sebagai Gubenur Damaskus, dengan didukung keluarga dekat Usman

bin Affan.

Ketegangan antara Ali dengan Thalhah, Zubair dan Aisyah semakin menjadi

dengan adanya perang jamal pada tahun 656 M di Irak, pertempuran itu

dimenangkan oleh pihak Ali. Disusul dengan ketegangan antara Ali dan

Mu’awiyah yang dibantu pihak keluarga Usman kemudian mengkristal menjadi

perang shiffin pada tahun 658 M, yang berakhir dengan keputusan tahkim

(arbitrase). Sikap Ali dalam menerima tahkim yang saat itu mengutus Abu Musa

al-Asy’ari, sungguhpun dalam keadaan terpaksa dan tidak menyetujuinya,

ternyata tipu muslihat belaka yang dilakukan Amr bin ‘Ash utusan Mu’awiyah

dalam tahkim. Akhirnya saat itu Ali turun dalam kekhalifahan digantikan oleh

Mu’awiyah bin Abi Sufyan11.

Akibat dari kejadian itu ternyata ada segolongan yang tidak setuju atas

tindakan Ali, mereka berpendapat bahwasanya persoalan yang terjadi saat itu

tidak dapat diputuskan melalui tahkim, tetapi putusan itu hanya datang dari Allah

dengan mengembalikan sepenuhnya kepada hukum-hukum Allah yang ada dalam

11 Tarikh At-Tabari, Kairo, terjemah, Daar al-Ma’arif, 1963, jilid V, hlm 7.

Page 7: PSI irul (teologi).doc

Al-Qur’an إالالله ) ,( الحكم itulah semboyan yang digemborkan oleh mereka.

Mereka memandang atas apa yang dilakukan oleh Ali adalah perbuatan yang

salah sehingga mereka meninggalkan barisannya dan mengatasnamakan

khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dan memisahkan diri. Dilain pihak

ternyata terdapat sebagian golongan lain yang tetap mendukung Ali yang

kemudian kelak berkembang menjadi kelompok syi’ah.

Kelompok khawarij memandang bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam

peristiwa tahkim yaitu Ali, Mu’awiyah, Abu Musa al- Asy’ari, Amr bin ‘Ash, dan

pasukan-pasukan lainnya telah melakukan dosa besar dan dianggap kafir

berdasarkan atas firman Allah:

12

Inilah awal sejarah munculnya persoalan kalam dalam diskusi umat islam,

pernyataan kaum khawarij yang semula lahir ditengah perkembangan politik,

mulai membicarakan soal kalam. Setelah itu berkembanglah berbagai aliran

teologi dalam islam.

F. Kelahiran berbagai aliran ilmu kalam dalam islam

Pembicaraan politik yang tenyata menjalar dan terus berkembang menjadi

persoalan kalam, ternyata menimbulkan beberapa aliran kalam dalam islam,

diantaranya:

1. Aliran Khawarij

Istilah khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Ada yang

berpendapat pemberian nama itu didasarkan atas surat An-Nisa ayat 100 yang

didalamnya disebutkan, “Keluar dari rumah lari kepada Allah dan RosulNya”.

Sedangkan dalam konsep ilmu kalam, penamaan tersebut disandangkan

kepada mereka maksudnya adalah kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib yang

keluar dari barisan perang karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang

menerima tahkim dalam perang shiffin dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi

Sufyan tentang persengketaan khalifah.13

Pernyataan mereka menegaskan bahwa orang yang berdosa besar itu

adalah kafir, dalam arti telah keluar dari islam, atau murtad, serta wajib untuk

dibunuh.12 Q.S Al-Maidah ayat 44, “ Barang siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang telah ditentukan Allah adalah kafir.”13Lihat Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI press, 2002, hlm 13.

Page 8: PSI irul (teologi).doc

Ajaran-ajaran pokoknya:

Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mutasyabihat,

khalifah harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam, tanpa harus dari

keturunan orang arab, yang dipilih secara permanen selama bersikap adil dan

menjalankan syariat islam dengan baik, dan harus dijatuhkan apabila

malakukan perbuatan zalim,14

khalifah Ali dan Usman adalah tidak sah dan dianggap kafir, sebagaimana

pula mereka yang ikut dalam perang jamal dan perang shiffin,15

seseorang yang berdosa besar tidak disebut muslim kembali, melainkan telah

kafir dan harus dibunuh,

amar ma’ruf dan nahi munkar, serta manusia bebas memutuskan

perbuatannya bukan dari tuhan.16

2. Aliran Syi’ah

Dilihat dari segi bahasa syi’ah berati pengikut, pendukung setia. Sedangkan

secara terminologi ilmu kalam sendiri, syi’ah itu sebagian dari kelompok muslim

yang perujukan bidang spiritual dan keagamaannya pada Nabi Muhammad SAW

dan keturunannya (ahl al-bait), serta menolak petunjuk-petunjuk keagamaan lain

yang bersumber dari para sahabat, pengikutnya yang bukan ahl al-bait.17

Asal-usul kemunculan untuk pertama kalinya muncul berkaitan dengan

pengganti Nabi setelah wafat, mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar,

dan Usman. Mereka beranggapan bahwa yang berhak menggantikan

kekhalifahan saat itu adalah Ali.

Ajaran-ajaran pokoknya:

At-tauhid (kepercayaan pada keesaan Allah),

an-nubuwwah (kepercayaan pada kenabian),

al-ma’ad (kepercayaan adanya hidup di akhirat),

al-imamah (kepercayaan adanya imamah atau pemimpin yang merupakan

hak ahl al-bait),18

al-‘adl (keadilan ilahi).

14 Rozak, Anwar, op. cit., hlm 51.15 Nurcholis madjid, Khazanah Intelektual Islam, cet. II, jakarta 1995, hlm 12.16 Ibid.17 Rozak, Anwar, op. cit., hlm 89.18 Ajaran inilah yang membedakan antara syi’ah dan sunni, (Lihat Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1998, hlm 904.

Page 9: PSI irul (teologi).doc

3. Aliran Murji’ah

Istilah murji’ah berasal dari kata arja’a yang beratikan menunda,

mengharapkan. Maksud dari pada hal tersebut bahwasanya kelahiran aliran ini

merupakan mereka yang tidak ikut campur tangan dalam pelbagai polemik saat

itu, tentang siapa yang benar, dan siapa yang salah. Gerakan ini dimotori oleh

cucu Ali bin Abi Thalib dari pernikahan kedua setalah Fatimah wafat yaitu Hasan

bin Muhammad Al-Hanafiyah.

Mereka menggunakan pegangan dalil dari Al-Qur’an surat At-Taubah 106

yang artinya “Dan ada orang-orang lain yang ditangguhkan sampai adanya

keputusan Allah, adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah

akan menerima taubat mereka.”

Ajaran-ajaran pokoknya:

Dasar keselamatan hanya berdasar pada iman semata,

mengakui amal perbuatan manusia,

penilaian tehadap seseorang itu cukup dilihat dari hatinya saja, dan

menyerahkan sepenuhnya kepada Allah,

orang mukmin yang melakukan dosa besar masih tetap mukmin dan bukan

kafir, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.19

4. Aliran Qadariyah

Kata qadariyah berasal dari akar kata qadara yang berarti mampu atau kuat.

Sedang menurut pengertian terminologi adalah suatu kaum yang tidak mengakui

adanya qadar bagi tuhan, bahwasanya tiap-tiap menusia itu pencipta bagi segala

perbuatannya, dengan dapat berbuat sesuatu atau meninggalkann kehendaknya

sendiri.

Aliran ini dibawa oleh Ma’bad al-Jauhani dan temannya Ghailan al-Dimasyqi,

karena terpengaruh dari agama Nasrani dengan faham free will-nya dan reaksi

atas paham jabariyah yang pada saat itu dianut oleh pemerintahan.

Ajaran-ajaran pokoknya:

Keyakinan atas kekuasaan manusia itu tanpa adanya campur tangan Allah,

dengan artian manusia bebas berkehendak atas segala sesuatu,20

19 Nasution, Teologi Islam, op. cit., hlm 22-23.20 Berpijak pada ayat Al-Qur’an yang mendukung ajaran tersebut, diantaranya Q. S Ar-Ra’du ayat 11, artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Page 10: PSI irul (teologi).doc

takdir yang ditentukan oleh Allah bagi alam semesta dan seluruh isinya itu ada

sejak zaman azali, yaitu sunnatullah.21

5. Aliran Jabariyah

Aliran ini dalam istilah asing dikenal dengan fatalisme atau predestination

dan dalam bahasa arab itu berasal dari kata jabara yang berarti memaksa.

Sedangkan dalam pengertiannya adalah paham yang menyandarkan segala

perbuatan manusia itu kepada tuhan, dengan artian manusia itu tidak kuasa atas

sesuatu dengan tidak diberikannya sifat mampu (istitho’ah).

Benih atas pemahaman ini sebenarnya telah ada jauh hari pada masa Nabi

Muhammad dan masa sahabat (Khulafa al-Rasyidin), kemudian berkembang dan

mencuat pada masa Bani Umayah dan terbukti menjadi bagian dari sebuah

madzhab.

Diantara para pemuka yang membawa paham ini diantaranya, Ja’ad bin

Dirham ( Maulana bin Hakim), Jahm bin Shafwan (Abu Mahrus Jahm bin

Shafwan), An-Najjar ( Husain An-Najjar), dan Ad-Dhirar (Dhirar bin Amr).

Ajaran-ajarannya:

Kalam tuhan (Al-Qur’an) adalah makhluk,

surga dan neraka itu tidak kekal,

Allah tidak memiliki sifat yang sama dengan makhluk,

tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, sehingga manusia tidak

berkuasa penuh, hanya dapat mengambil peranan dalam melakukan sesuatu,

tuhan tidak dapat dilihat di akhirat.

Adapun pegangan mereka dalam mengambil pemahaman tersebut

diantaranya:

22

6. Aliran Mu’tazilah

Mu’tazilah mempunyai kata dasar berupa i’tazala yang berartikan

memisahkan diri. Mengapa demikian?, hal itu dikarenakan awal terbentuknya

kelompok ini adalah berpisahnya segolongan yaitu Washil bin Atho’ dengan rekan-

rekannya dari kelompok majlis ilmu Hasan al-Bashri, karena adanya perbedaan

pendapat yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh gurunya. Kemudian

Washil memisahkan diri dan membentuk kelompok baru yang kemudian bernama 21 Yunan Yusuf, Alam pikiran Islam, Jakarta, 1999.22 Artinya, “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila Allah menghendaki”. Q.S Al-Insan 30.

Page 11: PSI irul (teologi).doc

mu’tazilah. Dapat dikatakan pula bahwasanya konsep yang diterapkan dalam

kelompok ini merupakan pembaharuan dari konsep ajaran Qadariyah. 23

Ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab ini yakni

penegasannya bahwa orang yang melakukan dosa besar itu bukan sebagai kafir,

tetapi bukan pula sebagai orang mukmin. Mereka mengambil posisi diantara

mukmin dan kafir.

Ajaran-ajaran mu’tazilah, yang biasa juga disebut dengan Al-Usul al-

Khamsah, diantaranya:

At-tauhid (mengesakan allah),

al-‘adl (keadilan),

al-amru bil ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar (menganjurkan berbuat baik dan

mencegah kemunkaran),

al-wa’du wal-wa’id (janji dan ancaman), bahwa perbuatan manusia diwujudkan

oleh manusia sendiri dan akan mendapat hasil sebagaimana atas apa yang

dilakukannya dan yang telah dijanjikan oleh tuhan,

al-manzilah bainal manzilatain ( tempat diantara dua tempat).

7. Aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Aliran ini pada awalnya muncul atas keberanian dan usaha Abu Hasan ai-

asy’ari (875 M – 935 M) juga Abu Manshur al-Maturidi (852 M – 944 M) atas

perlawanan dari aliran Mu’tazilah.

Ajaran-ajarannya:

Keberlakuannya wahyu dalam hubungannya perbuatan baik dan buruk

dengan tidak selalu berdasarkan akal,

perbuatan manusia itu diciptakan oleh tuhan, manusia bertanggung jawab

atas perbuatannya yang bersifat pasif dalam dalam kenyataannya,

Allah mempunyai sifat-sifat yang azali dan qadim yang mana sifat-sifat

tersebut tidak disamakan dengan sifat yang ada pada manusia, karena sifat

itu bukan dari pada zatNya,24

Al-Qur’an itu qadim,

kepercayaan terhadap Allah dapat dilihat di akhirat kelak,

keadilan tuhan itu bersifat mutlak,

23 Ghufron insan, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, (Qadariyah, pemuka dan ajarannya), Pustaka Antara, Jakarta, 1996, hlm 29.24 Noorwhidah Haisyi, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, (Asy’ariyah dan pemikirannya), op. cit., hlm 92.

Page 12: PSI irul (teologi).doc

orang mukmin yang melakukan dosa besar itu tetap merupakan mukmin.

Aliran yang dibawa oleh Asy’ari dan Maturidi ini sebenarnya mengambil jalan

tengah atas berbagai macam aliran yang ada. Sehingga aliran ini masih ada

sampai zaman sekarang.

G. Kesimpulan

Teologi sebagai bagian dari khazanah islam yang membahas tentang

ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika berdasarkan doktrin

keislaman banyak sekali melahirkan pengaruh dalam perkembangan islam.

Adanya berbagai aliran yang berbeda, tidak lain hanyalah perbedaan yang

ditimbulkan atas interpretasi dalam pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits.

Walaupun demikian, kesemuanya itu tetap berpegang kepada dasar-dasar yang

dimiliki, seperti halnya yang telah disebutkan yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits, pemikiran

manusia, dan insting yang didapat oleh mereka.

Oleh karenanya, perbedaan dalam masalah teologi kita tanggapi dengan

baik dengan menelaah lebih dalam terlebih dahulu, seperti halnya perbedaan

dalam hukum islam atau fiqih. Karena hakikat pebedaan aliran tersebut tidak

keluar dari tatanan islam, sebagaimana pula yang telah disabdakan oleh nabi

bahwa perbedaan itu adalah rahmat.

Namun, memanglah rahmat yang besar bagi kita selaku generasi penerus

umat islam dalam menjumpai dan memihak kepada aliran yang sesuai dengan

jiwa dan pembawaannya yang baik dan benar.