Upload
nd
View
100
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
TAMAN VERTIKULTUR DI SEKITAR TIANG LAMPU MERAH UNTUK
MENGURANGI POLUSI UDARA DI JALAN RAYA KOTA SURABAYA
BIDANG KEGIATAN :PKM-GT
Diusulkan oleh:
Farihatus Solikhah 1512100072 Angkatan 2012
Nikita Danniswara 1512100075 Angkatan 2012
Shella Dessima N 1510100022 Angkatan 2010
Esther Mega Stefia 1512100073 Angkatan 2012
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis kami tepat waktu. Banyak rintangan yang telah kami lalui untuk
menyelesaikan karya tulis ini, tetapi kami tetap berusaha mengerjakan karya tulis ini
dengan sebaik-baiknya.
Banyak ide yang muncul dalam pikiran kami tetapi penulis kali ini memilih tema
Polusi. Tema tersebut dipilih karena di kehidupan sehari-sehari penulis, mulai kecil
sampai dewasa, masalah polusi di Surabaya adalah masalah yang berkelanjutan dan
belum ada solusi yang efektif. Oleh sebab itu karya tulis ini memberikan suatu gagasan
tentang taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya.
Gagasan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya mengurangi
polusi yang ada di Kota Surabaya.
Tak ada gading yang tak retak, penulis sadar kesempurnaan masih sangat jauh
dari karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ini di kemudian hari.
Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 15 Desember 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
Lembar judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Ringkasan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
GAGASAN
Vertikultur
Efektivitas Tanaman Penyerap Polutan
Tiang Lampu Merah Sebagai Media Vertikultur
Kondisi Kekinian
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Pihak-Pihak yang Akan Mengimplementasikan
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Teknik Implementasi Gagasan
Prediksi Keberhasilan Gagasan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Indeks Standar Polusi Kota Surabaya
Gambar 2. Kendaraan Bermotor Tahun 2008 – 2010
3
Gambar 3. Konsep Vertikultur Pada Tiang Lampu Merah
RINGKASAN
Bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya
menyebabkan masalah polusi yang ada di Kota Surabaya semakin berada pada level
yang mengkhawatirkan. Selain itu, asap dari pabrik juga turut memberikan kontribusi
yang besar terhadap polusi. Kondisi yang demikian menimbulkan berbagai dampak
negatif di antaranya membuat suhu udara semakin panas dan mengganggu kesehatan
pernapasan pada manusia.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu kegiatan penghijauan namun
dari solusi yang pernah dilaksanakan belum ada yang berkerja secara optimal dan
efektif. Gagasan yang diajukan dalam karya tulis ini adalah taman vertikultur di sekitar
tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya. Vertikultur merupakan teknik
penanaman yang tidak memerlukan lahan yang luas karena penanamannya
menggunakan teknik penanaman bertingkat. Sehingga lahan yang tersedia dapat
digunakan secara optimal dan efektif. Taman vertikultur ini menggunakan tanaman
Sansevieria dan puring (Codiaeum variegatum) karena berdasarkan hasil penelitian,
tanaman-tanaman tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap gas-gas buangan
emisi kendaraan bermotor.
Implementasi program ini akan dapat dilakukan apabila izin telah diberikan oleh
Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang untuk melaksanakan
pembuatan taman vertikultur ini, dan melakukan sosisalisasi kepada masyarakat.
Sosialisasi dapat dilakukan melakukan penyuluhan oleh pihak BLH Surabaya agar
secara berangsur-angsur mengubah pola pikir serta perilaku masyarakat untuk mencintai
lingkungannya. Serta dibutuhkan juga komitmen pemerintah untuk melaksanakan
program ini dan peran mahasiswa untuk melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
sehingga tujuan dari program ini dapat tercapai.
4
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan penduduk perkotaan baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk
maupun akibat urbanisasi telah memberikan masalah perkotaan yang serius.
Diantaranya adalah pencemaran udara yang disebabkan oleh polusi dari alat transportasi
dan asap pabrik. Kondisi yang demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan
ekosistem perkotaan dengan meningkatnya suhu udara di perkotaan. Saat ini dampak
polusi udara semakin hari terasa semakin parah. Pada siang hari suhu udara dari hari ke
hari semakin panas. Ini terjadi karena atmosfer bumi sekarang terkontaminasi diluar
batas toleransi dan menyebabkan berbagai dampak polusi udara, khususnya masalah
kesehatan pernafasan pada manusia. Sebagian besar penyebab pencemaran udara terjadi
karena asap kendaraan dan asap pabrik seperti yang terlihat di kota-kota besar. Semakin
hari jumlah kendaraan semakin banyak dan kesadaran penanaman pohon makin
berkurang.
Langkah awal dalam mengatasi pencemaran udara adalah dengan cara
melakukan kegiatan penghijauan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
menanam tanaman di tempat-tempat yang sekiranya terdapat kadar polusi yang cukup
tinggi, seperti di jalan-jalan raya kota besar. Hal ini dilakukan agar dapat terwujud udara
yang bersih dari udara yang tercemar akibat asap kendaraan dan asap pabrik yang
membahayakan bumi dan makhluk hidup yang tinggal didalamnya.
Tanaman adalah penyerap emisi CO2 yang efektif. Namun penanaman tanaman
penyerap polusi menghadapi kendala semakin sempitnya lahan. Penyempitan lahan
terutama terjadi di wilayah perkotaan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat
menyebabkan kebutuhan akan permukiman juga bertambah, sehingga lahan yang
tersedia untuk menanam pohon semakin sempit dan terbatas. Untuk itu, diperlukan
inovasi cerdas yang bisa menghemat lahan sekaligus mengurangi emisi CO2. Media
taman vertikultur adalah solusinya. Taman vertikultur adalah taman yang disusun secara
5
vertikal yang berisi tanaman penyerap polutan (karbondioksida, karbonmonoksida, dan
emisi lainnya).
Oleh karena itu gagasan penulisan ini bertujuan untuk mengurangi dampak
polusi dengan adanya taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya kota
Surabaya.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk menggalakkan program penghijauan melalui
penerapan vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Melalui vertikultur ini, diharapkan
dapat berpartisipasi dalam mengurangi polusi udara akibat emisi gas kendaraan
bermotor.
Manfaat
Manfaat penulisan ini bagi pemerintah ialah memberikan solusi kepada pemerintah
untuk mengurangi polusi udara terutama di kota besar seperti Surabaya. Selain itu,
dengan adanya taman vertikultur ini dapat memperindah tata kota sehingga mempunyai
nilai estetis. Bagi masyarakat ialah terciptanya kesadaran dalam melakukan penghijauan
melalui taman vertikultur yang ditanam di sekitar tiang lampu merah jalan-jalan kota
Surabaya Masyarakat dapat berperan aktif dalam menanam dan menjaga taman
vertikultur mengingat semakin sempitnya lahan yang dapat digunakan untuk melakukan
penghijauan. Sedangkan manfaat bagi mahasiswa ialah media pengembangan serta
penerapan ilmu dan teknologi dari disiplin ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan. Selain itu, dapat menumbuhkan dan meningkatkan jiwa sosial serta
kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan sekitar.
6
GAGASAN
Vertikultur
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata "vertical" dan
"culture" yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal, sehingga
penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Teknik ini berawal dari gagasan
"vertical garden" yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun
1945 yang lalu. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan
sempit seoptimal mungkin (Andoko, 2004).
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal
sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak
memerlukan lahan yang luas. Teknik ini dapat diterapkan di sekitar tiang-tiang lampu
merah yang ada di jalan raya. Tanaman vertikultur diharapkan mampu mengurangi
polusi yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor. Ada beberapa tanaman yang
dapat memenuhi fungsi tersebut, antara lain Sansevieria, Clorophytum, Aglaonema,
Dracaena, Phylodendron, dan Syngonium. Secara estetika, taman vertikultur berguna
sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang
yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Selain itu, taman
vertikultur ini dapat memperindah tata kota agar terkesan asri.
Efektivitas Tanaman Penyerap Polutan
Tanaman yang dapat digunakan sebagai penyerap polutan antara lain Sansevieria
dan puring (Codiaeum variegatum). Sansevieria mengandung polifenol, saponin dan
kardenolin. Selain itu terdapat pula bahan aktif yang disebut pregname glikosid.
Fungsinya adalah mereduksi polutan menjadi gula dan asam organik. Menurut NASA,
di antara 15 tanaman antipolusi yang diteliti, Sansevieria lah yang dapat menyerap
lebih dari 107 unsur polutan dan bahan-bahan kimia seperti bahan pembersih, asap
rokok, produk petrokimia, cat, pernis, tinta dan pewarna kain. Setiap helai daunnya
7
dapat menyerap 0,938 mikrogram per jam formaldehid. Artinya, untuk membersihkan
polutan dalam daerah dengan luas 75 m2, hanya diperlukan empat lembar daun
(Nathalia, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Ir. Suparwoko dan Ir. Feris dari
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, puring merupakan tanaman yang memiliki
daun paling baik dalam menyerap unsur timah hitam, sebanyak 2,05 mg/liter. Timbal
termasuk salah satu logam berat yang bisa menyebabkan kerusakan otak, darah, ginjal,
dan hati yang tidak dapat disembuhkan (Nathalia, 2012).
Tiang Lampu Merah Sebagai Media Vertikultur
Pemilihan tiang lampu merah sebagai media dimaksudkan untuk
memaksimalkan penyerapan kadar polusi di jalan raya kota besar. Pada siang hari,
tanaman vertikultur dapat mengggunakan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
sehingga tanaman bisa menyerap lebih banyak CO2 dan menghasilkan lebih banyak O2.
Dengan keberadaan cahaya, bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau bisa
menghasilkan bahan organik dan oksigen yang merupakan hasil olahan dari
karbondioksida dan air. Menurut Campbell et al. (2002) O2 adalah produk hasil
fotosintesis yang bisa menggantikan oksigen di atmosfer yang telah dikonsumsi selama
respirasi seluler. Pada tiang lampu merah dipasang kawat-kawat penyangga melingkar
untuk meletakkan pot-pot yang berisi tanaman. Pot-pot yang berisi tanaman penyerap
polutan tersebut dipasang secara bertingkat sesuai dengan pola kawat yang dibentuk.
Selain menjalankan fungsinya sebagai penyerap polutan, taman vertikultur ini juga
memberikan nilai estetika.
Penggunaan teknik vertikultur dalam pembuatan taman di sekitar tiang lampu
merah ini mempunyai kelebihan, antara lain efisiensi penggunaan lahan karena
tumbuhan yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional,
penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, kemungkinan tumbuhnya rumput dan
gulma lebih kecil, dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam
wadah tertentu, mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman. Selain mempunyai
kelebihan, teknik vertikultur ini mempunyai kekurangan, antara lain rawan terhadap
serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi
8
tanaman dan sistem penyiraman harus kontinu, serta diperlukan beberapa peralatan
tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.
Gambar 3. Konsep Vertikultur Pada Tiang Lampu Merah
Kondisi Kekinian
Terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menggiring kualitas udara
Surabaya ke level mengkhawatirkan. Bahkan, bila pemerintah jadi merealisasikan
‘pengharaman’ bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk mobil plat hitam, kondisi bisa
makin berbahaya karena makin banyak sepeda motor berkeliaran. Untuk diketahui,
pakar penyumbang terbesar polusi sekitar 70% adalah sepeda motor (Anonim2, 2009).
Gambar 1. Indeks Standar Polutan Kota Surabaya
9
Gambar 2. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2008 - 2010
“Yang jelas, polusi di Surabaya dikarenakan kendaraan bermotor,” ungkap ahli
transportasi dan tata perkotaan, Prof Haryo Sulistyarso. Polutan gas yang biasanya
diproduksi kendaraan, yakni hasil pembakaran mesin baik solar maupun premium
karena pembakarannya menghasilkan gas karbondioksida (CO2) (Anonim1, 2012)
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa menanggulangi
penyebabnya. Mempertimbangan sektor transportasi sebagai kontributor utama
pencemaran udara, maka sektor ini harus mendapat perhatian utama, yaitu dengan
menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi yang ada saat
ini, dengan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan terjangkau oleh publik.
Prioritas utama harus diberikan pada sistem transportasi massal dan tidak berbasis
kendaraan pribadi. Pemerintah juga mencanangkan Car Free Day yang biasa dilakukan
saat akhir pekan. Tetapi solusi tersebut masih dinilai kurang efektif untuk mengurangi
polusi karena masyarakat yang kurang aktif berpartisipasi dalam penyelengaraan
kegiatan tersebut. Selain itu, hanya disediakan waktu yang sangat terbatas di pagi hari
dan hanya dilaksanakan di tempat-tempat tertentu saja.
Pemerintah telah mencanangkan kegiatan penanaman pohon-pohon yang
berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-
sudut kota. Upaya untuk meminimalisir peningkatan emisi gas CO2 juga dilakukan
dengan cara membangun kawasan hutan perkotaan. Hal ini dikarenakan hutan kota
dianggap lebih efektif dalam meminimalisir peningkatan emisi gas CO2 dibanding
dengan taman kota. Pembangunan kawasan hutan perkotaan menurut inmendagri No. 14
10
tahun 1988 tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yaitu 40% dari
wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan
terbangun. Namun dalam hal ini sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia belum
memenuhi syarat untuk membangun kawasan hutan perkotaan. Luas kawasan terbangun
lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang akan dibangun kawasan hutan
perkotaan. Solusi tersebut kurang efektif karena diperlukan lahan yang luas untuk
menanam pohon-pohon di pinggir jalan dan membuat hutan perkotaan. Bila
dibandingkan dengan taman vertikultur, penanaman dengan jumlah tanaman yang
banyak tidak memerlukan tempat yang luas.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan, maka
upaya untuk mengurangi polusi udara di jalan raya Kota Surabaya dapat dilakukan
dengan adanya taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Vertikultur merupakan
teknik penanaman secara bertingkat sehingga dapat menghemat lahan penanaman.
Tanaman yang digunakan dalam vertikultur ini ialah tanaman yang mempunyai
kemampuan untuk menyerap gas-gas buangan emisi kendaraan bermotor seperti
Sansevieria dan puring (Codiaeum variegatum). Dengan adanya vertikultur pada tiang
lampu merah dapat mengurangi polusi udara di jalan raya Kota Surabaya sehingga
masyarakat dapat menghirup udara bersih kembali.
Pihak-Pihak yang Akan Mengimplementasikan
Polusi di Kota Surabaya kebanyakan berasal dari asap kendaraan bermotor dan
asap dari pabrik. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan kegiatan penghijauan
melalui program taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah. Program ini
membutuhkan dukungan dari pihak-pihak yang dapat mewujudkan program ini, antara
lain:
1. Pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang berperan dalam pengaturan dan penataan taman
vertikultur pada tiang lampu merah sehingga mempunyai nilai estetika selain
menjalankan fungsinya sebagai penyerap polutan.
11
2. Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya berperan dalam hal perizinan pemakaian
tiang lampu merah sebagai pengatur lalu lintas kendaraan yang kemudian
digunakan sebagai media taman vertikultur.
3. Pihak LSM yaitu Badan Lingkungan Hidup Surabaya, berperan dengan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya taman vertikultur
pada tiang lampu merah untuk mengurangi kadar polusi udara di jalan raya Kota
Surabaya.
4. Mahasiswa berperan dalam penyediaan alat dan bahan serta konsep yang
diperlukan. Mahasiswa juga berperan dalam monitoring pelaksanaan bersama
dengan LSM yang terkait.
5. Pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar berpartisipasi aktif dalam penanaman
dan ikut menjaga dan merawat tanaman penyerap polutan dalam taman vertikultur
agar tujuan dari program ini dapat terlaksana dengan baik.
Langkah-Langkah Stategis Implementasi Gagasan
Gagasan taman vertikultur ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila
didukung oleh hal-hal strategis sebagai berikut:
1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Surabaya berkerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya
menyetujui dan memberi izin dilaksanakannya proyek pembuatan taman vertikultur
di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Surabaya.
2. Pemerintah segera menganggarkan dana untuk pembuatan taman vertikultur ini.
3. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya taman
vertikultur ini untuk menyerap polusi dan mengajak peran serta masyarakat untuk
turut mendukung taman vertikultur ini dengan ikut merawat dan tidak merusak
taman vertikultur yang telah terpasang di sekitar tiang lampu merah di jalan raya
Kota Surabaya. Selain itu juga menjelaskan keuntungan dari taman vertikultur ini
bagi pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar apabila program ini berjalan
dengan lancar.
12
4. Komitmen pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya dalam pelaksanaan taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah guna
mencapai tujuan dari program ini.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Gagasan taman vertikultur ini pada dasarnya merupakan sebuah solusi baru
untuk mengurangi dampak polusi udara di jalan raya Kota Surabaya. Tanaman-tanaman
penyerap polutan disusun secara bertingkat dalam pot yang mengitari tiang lampu
merah jalan raya Kota Surabaya. Tanaman penyerap polutan tersebut memiliki
keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde,
dan trichloroethylene. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa tanaman ini secara alami
mampu mengurangi kadar polusi udara di jalan raya.
Teknik Implementasi Gagasan
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan taman vertikultur di
sekitar tiang lampu merah untuk mengurangi polusi udara ini adalah :
1. Identifikasi kadar polusi udara tiap daerah sesuai skala prioritas.
2. Melakukan kemitraan strategis dengan pemerintah dan lembaga-lembaga yang
menaungi konservasi alam dan tata letak kota sebagai modal awal pengembangan.
3. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada tokoh masyarakat
sebagai awal pelaksanaan kerjasama dengan masyarakat.
4. Penanaman kepercayaan kepada masyarakat bahwa dengan adanya taman
vertikultur di sekitar jalan raya ini dapat mengurangi kadar polusi udara sehingga
masyarakat dapat menghirup udara segar kembali.
5. Melakukan mekanisme koordinasi dengan membagi tugas secara jelas.
13
6. Mobilisasi warga untuk melaksanakan program yang di sepakati bersama.
7. Melakukan mekanisme monitoring dan evaluasi secara periodik dan professional.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Program ini memerlukan suatu peran serta pemerintah khususnya Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kota Surabaya, aparat Negara, LSM yaitu Badan Lingkungan Hidup Surabaya,
mahasiswa dan para pengguna jalan dan masyarakat sekitar. Program ini memiliki
peluang diantaranya adalah meminimalisir lahan yang dipakai teknik penanamannya
yang vertikal sehingga tanaman yang dipakai bisa lebih banyak, menghemat
penggunaan pupuk, kemungkinan adanya gulma dan rumput lebih kecil dan sebagai
penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang
menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Jakarta:
Penebar Swadaya
Anonim1. 2012. Polusi Surabaya ‘Lampu Kuning’. Disadur dari
www.surabayapost.co.id diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 14.50
WIB
Anonim2. 2009. Surabaya Peringkat Tiga Kota Terpolusi di Asia. Disadur dari
www.greenradio.fm diakses pada 24 November 2012 pukul 17.45 WIB
Campbell, et al. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Nathalia. 2012. Ular Sontak itu Ternyata Pemangsa Polutan. Disadur dari
www.green.kompasiana.com diakses tanggal 14 Desember 2012 pukul 15.00
WIB
15