Upload
eligatu
View
25
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisis kulaitatif
Citation preview
Proses Berpikir Pembentukan Konsep
A. Analisis dan Pembahasan Proses Berpikir Pembentukan Konsep
Data wawancara dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berikut akan dibahas ketiga tahap
tersebut.
1. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses menyeleksi,
menajamkan, memfokuskan, dan menyederhanakan data yang diperoleh,
serta membuang data yang tidak diperlukan dari hasil wawancara.
Penyeleksian data didasarkan pada keterkaitan isi wawancara dengan
aspek yang diamati, yaitu aspek yang ditunjukkan oleh subjek selama
proses wawancara sebagai sebuah cerminan proses berpikir subjek dalam
pembentukan konsep. Proses berpikir tersebut terinci ke dalam empat
tahap utama, yaitu mengingat kembali, mempertimbangkan, membuat
argumen, dan menarik kesimpulan sebuah konsep.
Data yang dapat mencerminkan proses berpikir subjeklah yang akan
dipilih untuk dianalisis sedangkan data di itu kemudian dibuang. Data
tersebut dibagi menjadi empat komponen pembentukan konsep, yaitu
klarifikasi konsep, definisi konsep, non contoh konsep, dan gambar
konsep.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan dan menyusun
data menjadi informasi bermakna sehingga mudah untuk menarik
kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk cuplikan hasil wawancara
dengan format berikut:
P1J1-ijk P : Percakapan pada urutan ke-ijk oleh peneliti
P1J1-ijk S : Percakapan pada urutan ke-ijk oleh subjek penelitian
Lalu analisis dan pembahasan atas cuplikan hasil wawancara
tersebut disajikan dalam bentuk tabel ditinjau dari empat tahap proses
berpikir yang telah dijelaskan di atas.
a) Proses Berpikir pada Komponen Klasifikasi Konsep
Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk
menggali proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan konsep:
P1JI 001 P:Pilih model bangun manakah yang berbentuk
jajargenjang?
P1JI 002 S: (Subjek memulai melihat kelompok bangun segiempat
dari baris paling bawah, yang dekat dengan subjek
(002-a). Subjek memilih K-29, kemudian subjek
mengukur panjang dua sisi yang berdekatan, lalu
mengukur panjang sepasang sisi sejajar (002-b).
Jajargenjang yang dipilih dikumpulkan jadi satu (002-
c))
P1JI 003 P: Mengapa H-5 tadi sempat kamu pegang dan amati
sejenak bahkan sedikit kamu angkat, tetapi tidak jadi
kamu pilih?
P1JI 004 S: Tadinya saya ragu, setelah saya lihat sebentar dia
bangun belah ketupat.
Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan S1, dapat
dikemukakan proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan
konsep sebagai berikut:
Tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam
mengklasifikasikan konsep:
Tinjauan
Apek
Analisis Pembahasan
Mengingat
kembali
Subjek
memulai
Subjek berusaha memilih model-model
bangun segiempat yang merupakan
Lanjutan tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek
dalam mengklasifikasikan konsep:
Tinjauan
Aspek
Analisis Pembahasan
melihat
kelompok
bangun
segiempat dari
baris paling
bawah, yang
dekat dengan
subjek
(PIJI 001-a S)
jajargenjang. Subjek mengumpulkan
informasi dengan mengingat kembali
sifat-sifat yang dimiliki oleh
jajargenjang, lalu menyesuaikannya
dengan sifat-sifat pada kumpulan
segiempat yang telah disediakan. Lalu
subjek memilih segiempat yang
memiliki kesamaan dengan sifat-sifat
jajargenjang yang sebelumnya telah
tertanam dalam benak subjek.
Mempertim-
bangkan
Subjek
memilih K-29,
kemudian
subjek
mengukur
panjang dua
sisi yang
berdekatan,
lalu mengukur
panjang
sepasang sisi
sejajar
(PIJI 001-b S)
Subjek melakukan aktivitas untuk
mendukung pembuatan argumennya
bahwa segiempat yang ia pilih
merupakan jajargenjang. Subjek
mengukur panjang sisi-sisi segiempat.
Pertama subjek mengukur panjang dua
sisi yang berdekatan, lalu mengukur
panjang sepasang sisi yang sejajar. Hal
ini dilakukan subjek untuk dapat
mengklasifikasikan segiempat yang
telah ia pilih telah memenuhi sifat-sifat
jajargenjang atau tidak. Sifat-sifat
jajargenjang menurut subjek adalah
panjang dua sisi yang berdekatan tidak
sama, serta sepasang sisi yang sejajar
memiliki panjang yang sama.
Membuat
Argumen
Subjek
memegang,
mengamati
sejenak, dan
sedikit
mengangkat
H-5, tetapi
tidak jadi
dipilih
(PIJI 003 P)
Subjek menyatakan sempat ragu untuk
mengklasifikasikan bangun H-5 sebagai
jajargenjang atau bukan. Hal ini
dikarenakan subjek mengamati adanya
sebagian sifat-sifat jajargenjang yang ia
temukan pada bangun H-5, yaitu
sepasang sisi yang sejajar memiliki
panjang yang sama. Namun dengan
pengamatan lebih lanjut, subjek
menyadari bahwa bangun tersebut
memiliki sisi-sisi yang sama panjang,
sehingga tidak sesuai dengan sifat
jajargenjang bahwa panjang dua sisi
yang berdekatan tidak sama. Subjek
menyatakan bahwa bangun tersebut
adalah belah ketupat, bukan jajar
genjang. Subjek telah mengaitkan
konsep jajargenjang dengan konsep
belah ketupat dengan mengidentifikasi
kesamaan sifat yang dimiliki, serta sifat
Lanjutan tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek
dalam mengklasifikasikan konsep:
Tinjauan
Aspek
Analisis Pembahasan
yang ditemukan pada bangun belah
ketupat tetapi dianggap tidak
seharusnya dimiliki oleh jajargenjang.
Menarik
Kesimpulan
Jajargenjang
yang dipilih
dikumpulkan
jadi satu
(PIJI 002-c S)
Dengan berdasar pada sifat-sifat
jajargenjang yang dimiliki, subjek
mengklasifikasikan bangun K-29
sebagai jajargenjang dan bangun H-5
bukanlah jajargenjang.
b) Proses Berpikir pada Komponen Definisi Konsep
Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk
menggali proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep:
P1JI 005 P :Apa yang kamu pikirkan saat pertama kali memilih
model bangun tersebut merupakan jajargenjang?
P1JI 006 S :Tidak mempunyai sudut 90o
P1JI 007 P :Lalu apalagi yang kamu pikirkan?
P1JI 008 S :Punya dua pasang sisi yang panjangnya berbeda.
P1JI 009 P :Mengapa tadi setelah kamu ukur panjang sisi yang
berdekatan, kamu ukur panjang sisi yang berhadapan?
P1JI 010 S :Untuk memastikan Bu, bahwa panjang sisi
pasangannya sama.
P1JI 011 P :Coba jelaskan apa itu jajargenjang?
P1JI 012 S :Bangun yang memiliki empat sisi, dan sisi serta sudut
yang berhadapan sama panjang dan sama besa,
mempunyai dua pasang sudut lancip dan sudut tumpul
serta dua pasang sisi yang sejajar.
P1JI 013 P :Apakah belah ketupat mempunyai ciri-ciri
jajargenjang?
P1JI 014 S : Belah ketupat mempunyai ciri-ciri jajargenjang, tetapi
belah ketupat empat sisinya sama panjang.
P1JI 015 P :Misal besar sudut lancipnya adalah xo, bagaimana
menentukan besar sudut yang lainnya tanpa busur
derajat?
P1JI 016 S :Sudut yang ini dan yang ini sehadap maka besar
sudutnya sama.
P1JI 017 P :Bisakah kamu menjelaskan jajargenjang lebih
sederhana lagi?
P1JI 018 S :Jajargenjang adalah salah satu bangun segiempat
yang mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar dan sudut
yang berhadapan sama besar, serta panjang sisi yang
berhadapan sama panjang.
Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat
dikemukakan proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan
konsep sebagai berikut:
Tabel 2: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam
mendefinisikan konsep:
Tinjauan
Apek
Analisis Pembahasan
Mengingat
kembali
Subjek
menyebutkan
sifat-sifat
jajrgenjang,
yaitu tidak
mempunyai
sudut 90o
(PIJI 006 S),
mempunyai
dua pasang sisi
yang tidak
sama panjang
(PIJI 008 S),
dan sisi-sisi
yang
berhadapan
sama panjang
(PIJI 010 S)
Subjek menyebutkan sifat-sifat bangun
datar yang sudah dikelompokkan yaitu
sifat-sifat dari jajargenjang. Sifat-sifat
jajargenjang di antaranya: tidak
memiliki sudut siku-siku, mempunyai
dua pasang sisi yang tidak sama
panjang, dan sisi-sisi yang berhadapan
sama panjang. Dari ketiga sifat tersebut,
hanya satu sifat yang benar, yaitu sisi-
sisi yang berhadapan sama panjang.
Tetapi sebaliknya, menurut subjek, yang
menjadi sifat utama dari jajargenjang
adalah dua sifat pertama. Ketika kedua
sifat tersebut telah dipenuhi, barulah
sifat ketiga dicek dipenuhi tidaknya oleh
bangun datar. Kesalahan konsep ini
telah tertanam dalam benak subjek
sebelum diadakan penelitian.
Mempertim-
bangkan
Subjek
menjelaskan
bahwa
jajargenjang
memiliki
empat sisi, sisi
serta sudut
yang
berhadapan
sama panjang
dan besar,
mempunyai
sudut lancip
dan sudut
tumpul, serta
dua pasang sisi
yang sejajar
(PIJI 012 S)
Belah ketupat
mempunyai
Subjek mendefinisikan jajargenjang
dengan mengugurkan sifat yang
dianggap tidak essensial, yaitu dengan
menghilangkan sifat bahwa jajargenjang
harus memiliki dua pasang sisi yang
tidak sama panjang. Tetapi sayangnya,
subjek masih tetap mempertahankan
sifat yang menyatakan bahwa
jajargenjang tidak memiliki sudut siku-
siku.
Tetapi dengan berdasar pada sifat-sifat
jajargenjang yang telah direduksi,
subjek dapat mengaitkan konsep
jajargenjang dengan kosep belah
ketupat. Subjek dapat menunjukkan
bahwa sifat-sifat jajargenjang dipenuhi
pula oleh belah ketupat, hanya saja
belah ketupat memiliki sifat yang lebih
khusus, yaitu ke empat sisinya sama
panjang. Namun demikian, subjek tetap
Lanjutan tabel 2: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek
dalam mendefinisikan konsep:
Tinjauan
Aspek
Analisis Pembahasan
ciri-ciri
jajargenjang,
dan sisinya
sama panjang
(PIJI 014 S).
tidak mendefinisikan bahwa belah
ketupat merupakan jajargenjang.
Membuat
Argumen
Subjek
membuat
argumen
berdasarkan
sifat
jajargenjang
bahwa sudut-
sudut yang
berhadapan
sama besar.
(PIJI 016 S).
Berdasarkan sifat-sifat yang telah
dipilih dan diidentifikasikan
sebelumnya, subjek dapat membuat
sebuah argumen yang menyatakan
bahwa bila sebuah sudut lancip pada
jajargenjang berderajat xo, maka sudut
yang berhadapan dengan sudut tersebut
memiliki besar sudut yang sama.
Menarik
Kesimpulan
Subjek
menyimpulkan
bahwa
jajargenjang
adalah bangun
segiempat
yang
mempunyai 2
pasang sisi
sejajar, sudut
yang
berhadapan
sama besar,
serta panjang
sisi yang
berhadapan
sama panjang
(PIJI 018 S).
Subjek mendefinisikan konsep
jajargenjang berdasarkan pada syarat
perlu dan syarat cukup. Meskipun
pendefinisian konsep jajargenjang oleh
subjek tidak efisien, yang berarti sifat
yang ditunjukkan terlalu berlebihan,
namun pada pedefinisian akhir, subjek
mampu mendefinisikan jajargenjang
berdasarkan sifat-sifatnya.
c) Proses Berpikir pada Komponen non Contoh Konsep
Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk
menggali proses berpikir subjek dalam memberikan contoh non
konsep:
P1JI 019 P :Pilih model bangun manakah yang berbentuk
jajargenjang?
P1JI 020 S : (Subjek memilih K-44, subjek mengukur panjang sisi
yang berdekatan dan dikembalikan lagi dalam
kelompok segiempat yang ada di depannya)
P1JI 021 P :Berikan contoh bangun yang bukan jajargenjang!
P1JI 022 S :Belah ketupat, trapesium, layang-layang
P1JI 023 P :Mengapa contoh bangun yang bukan jajargenjag yang
kamu pilih adalah belah ketupat?
P1JI 024 S :Karena panjang sisinya sama.
Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat
dikemukakan proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh
konsep sebagai berikut:
Tabel 3: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam
memberikan non contoh konsep:
Tinjauan
Apek
Analisis Pembahasan
Mengingat
kembali
Subjek
memilih K-44,
subjek, lalu
mengukur
panjang sisi
yang
berdekatan
(PIJI 020 S)
Subjek mengingat kembali sifat esensial
yang melekat pada konsep jajargenjang,
yang telah tertanam pada benak subjek
sejak lama. Sifat tersebut adalah bahwa
sisi-sisi yang berdekatan pada
jajargenjang tidak sama panjang.
Mempertim-
bangkan
Subjek
memilih K-44,
dan
dikembalikan
lagi dalam
kelompok
segiempat
yang ada di
depannya
(PIJI 020 S)
Dengan mempertimbangkan sifat yang
tidak sesuai dengan konsep, subjek
menyatakan bahwa K-44 merupakan
non contoh dari konsep jajargenjang.
Hal ini didasarkan pada hasil
pengukuran yang menyatakan bahwa
panjang dua sisi yang berdekatan pada
K-44 adalah sama. Hasil pengukuran
tersebut tidak sesuai dengan sifat
esensial yang telah diidentifikasi
sebelumnya bahwa sisi-sisi yang
berdekatan tidak sama panjang.
Membuat
Argumen
Subjek
menyatakan
bahwa belah
ketupat
bukanlah
jajargenjang
karena sisi-
sisinya sama
Subjek membuat sebuah argumen
berdasarkan sifat yang tidak sesuai.
Subjek mengidentifikasi bahwa belah
ketupat memiliki sisi-sisi yang sama
panjang, sementara ia meyakini bahwa
jajargenjang memilki sifat memiliki dua
pasang sisi yang tidak sama panjang.
Dengan ketidaksesuaian sifat ini, maka
Lanjutan tabel 3: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek
dalam memberikan non contoh konsep:
Tinjauan
Aspek
Analisis Pembahasan
panjang.
(PIJI 024 S).
subjek memberikan argumen yang
menyatakan bahwa belah ketupat
merupakan non contoh dari konsep
jajargenjang.
Menarik
Kesimpulan
Subjek
memberikan
contoh bangun
bukan
jajargenjang di
antaranya
belah ketupat,
trapesium,
layang-layang
(PIJI 022 S).
Dengan berdasar pada sifat-sifat
jajargenjang, subjek memberikan non
contoh dari konsep jajargenjang berupa
bangun datar yang memiliki sifat yang
tidak selaras dengan sifat jajargenjang.
d) Proses Berpikir pada komponen gambar konsep
Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk
menggali proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan konsep:
P1JI 025 P :Coba gambarkan jajargenjang dengan ukuran
sesukamu. Beri nomor urutan caramu menggambar!
P1JI 026 S : (Subjek menggambar sisi-sisi sejajar dengan
menggunakan lebar penggaris (1) dan (2), panjang
sisinya sudah subjek tentukan ukurannya, lalu
mengukur sudut lancip (2a) dengan menggunakan
busur derajar kemudian menggambar sisi (3). Subjek
mengukur besar sudut (3a) dengan busur derajat
dilanjutkan dengan menggambar sisi (4). Subjek
mengukur panjang sisi (3) dan sisi (4).
P1JI 027 P :Apakah gambar yang kamu buat sesuai dengan
penjelasanmu?
P1JI 028 S :Sudah Bu, punya dua pasang sisi berhadapan sejajar
dan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar.
(1)
(2)
(3) (4)
(2a)
(3a)
Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat
dikemukakan proses berpikir subjek dalam menggambar konsep
sebagai berikut:
Tabel 4: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam
menggambar konsep:
Tinjauan
Apek
Analisis Pembahasan
Mengingat
kembali
Subjek
menggambar
sisi-sisi sejajar
dengan
panjang
sisinya sudah
ditentukan
terlebih dahulu
(PIJI 026 S)
Subjek mengingat kembali sifat esensial
yang melekat pada konsep jajargenjang
sebelum menggambarnya, yaitu
memiliki dua pasang sisi yang sejajar
dan memiliki ukuran yang sama. Selain
itu subjek juga memastikan bahwa
sudut-sudut yang berhadapan sama
besar.
Mempertim-
bangkan
Subjek
menggambar
sisi-sisi sejajar
(1) dan (2),
lalu mengukur
sudut lancip
(2a) kemudian
menggambar
sisi (3). Subjek
mengukur
besar sudut
(3a)
dilanjutkan
dengan
menggambar
sisi (4).
(PIJI 026 S)
Berdasarkan sifat-sifat esensial dari
konsep jajargenjang yang diidentifikasi
sebelumnya, subjek melakukan aktivitas
secara bertahap untuk menggambar
jajargenjang yang tetap konsisten
dengan sifat-sifatnya.
Membuat
Argumen
Subjek
menyatakan
bahwa gambar
yang ia buat
memiliki dua
pasang sisi
berhadapan
sejajar dan
sama panjang,
sudut yang
berhadapan
sama besar
(PIJI 024 S).
Subjek membuat sebuah argumen
berdasarkan sifat esensial dari konsep
jajargenjang. Argumen tersebut berupa
pernyataan subjek mengenai keajegan
konsep yang telah digambar oleh subjek
dengan sifat-sifat esensial dari konsep
jajargenjang.
Lanjutan tabel 4: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek
dalam menggambar konsep:
Tinjauan
Aspek
Analisis Pembahasan
Menarik
Kesimpulan
Subjek
menggambar
jajargenjang
(PIJI 022 S).
Sebelumnya subjek telah
mendefinisikan jajargenjang adalah
bangun segiempat yang mempunyai 2
pasang sisi sejajar, sudut yang
berhadapan sama besar, serta panjang
sisi yang berhadapan sama panjang.
Gambar jajargenjang yang
dipresentasikan oleh subjek sesuai
dengan definisi yang telah dibuat, yakni
memenuhi setiap kriteria atau sifat yang
telah diidentifikasi sebelumnya.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul,
yakni kesimpulan tentang proses berpikir pembentukan konsep, masing-
masing pada empat komponen pembentukan konsep, di antaranya
klasifikasi konsep, definisi konsep, non contoh konsep, dan gambar
konsep.
Kesimpulan:
a) Proses berpikir subjek dalam pengklasifikasian konsep
Proses berpikir subjek dalam pengklasifikasian sebuah konsep,
misal konsep A, dimulai dengan mengingat kembali sifat-sifat
konsep A yang pernah didapatkan sebelumnya. Subjek
mengumpulkan informasi dengan memilih model beberapa konsep
yang memiliki kemiripian sifat dengan konsep A.
Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan apa
yang ia amati. Subjek melakukan aktivitas untuk mendukung
pembuatan argumen seperti mengecek terpenuhinya sifat-sifat
konsep A pada model beberapa konsep. Setelah melakukan
pengeccekan, subjek melakukan klasifikasi dengan membandingkan
hasil pengecekan dengan sifat konsep A.
Dalam mengklasifikasikan konsep A, subjek mengaitkannya
dengan konsep-konsep lain. Subjek berargumen bahwa konsep A
dan konsep-konsep lain adalah dua konsep yang berbeda, dan tak
dapat sebuah objek dapat diklasifikasikan sebagai anggota konsep A
dan anggota konsep lain. Subjek telah mengaitkan konsep A dengan
konsep lain dengan mengidentifikasi kesamaan sifat yang dimiliki,
serta sifat yang ditemukan pada salah satu konsep namun dianggap
tidak seharusnya dimiliki oleh konsep yang lain.
Terakhir, subjek menarik kesimpulan dengan
mengklasifikasikan bahwa sebuah model konsep merupakan bagian
dari konsep A atau bukan dengan berdasar pada sifat-sifat konsep A.
b) Proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep
Proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep A dimulai
menyebutkan sifat-sifat konsep A. Namun subjek kurang tepat dalam
mengidentifikasi sifat-sifat pada konsep A. Selain itu, subjek tak
dapat menentukan sifat yang esensial dan tidak. Kesalahan konsep
ini telah tertanam dalam benak subjek sebelum diadakan penelitian.
Proses berpikir dilanjutkan dengan mengugurkan sifat yang
dianggap tidak essensial. Sayangnya, subjek masih tetap
mempertahankan sifat tidak esensial dalam konsep A. Tetapi dengan
berdasar pada sifat-sifat konsep A yang telah direduksi, subjek dapat
mengaitkan konsep A dengan konsep lain. Subjek dapat
menunjukkan bahwa sifat-sifat A dapat dipenuhi pula oleh konsep
lain, hanya saja dimungkinkan konsep lain memiliki sifat yang lebih
khusus. Namun demikian, subjek tetap tidak dapat mendefinisikan
bahwa kon sep lain tersebut termasuk pula konsep A.
Berdasarkan sifat-sifat konsep A yang telah dipilih dan
diidentifikasikan sebelumnya, subjek dapat membuat sebuah
argumen mengenai konsep A dengan kaitannya dalam sebuah
penyelesaian masalah.
Terakhir, subjek menarik kesimpulan dengan mendefinisikan
konsep A berdasarkan pada syarat perlu dan syarat cukup. Namun
dalam hal ini, pendefinisian konsep A oleh subjek tidak efisien, yang
berarti sifat yang ditunjukkan terlalu berlebihan. Meskipun
demikian, pada pedefinisian akhir, subjek mampu mendefinisikan
konsep A berdasarkan sifat-sifatnya.
c) Proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh konsep
Proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh konsep
dimulai dengan mengingat kembali sifat esensial yang melekat pada
konsep A, yang telah tertanam pada benak subjek sejak lama.
Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan sifat
yang tidak sesuai dengan konsep. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, subjek dapat menyatakan bahwa sebuah objek merupakan
non contoh dari konsep A. Hal ini didasarkan pada hasil pengecekan
sifat konsep A yang tidak dipenuhi oleh objek tersebut.
Subjek membuat sebuah argumen berdasarkan sifat pada sebuah
objek yang tidak sesuai dengan sifat konsep A. Dengan
ketidaksesuaian sifat tersebut, maka subjek memberikan argumen
yang menyatakan bahwa objek tersebut merupakan non contoh dari
konsep A.
Terkahir, dengan berdasar pada sifat-sifat konsep A, subjek
memberikan non contoh dari konsep A berupa sebuah objek yang
memiliki sifat yang tidak selaras dengan sifat konsep A.
d) Proses berpikir subjek dalam menggambar konsep
Proses berpikir subjek dalam menggambar konsep dimulai
dengan mengingat kembali sifat esensial yang melekat pada konsep
Asebelum menggambarnya.
Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan apa
yang ia amati. Berdasarkan sifat-sifat esensial dari konsep A yang
diidentifikasi sebelumnya, subjek melakukan aktivitas secara
bertahap untuk menggambar konsep A yang tetap konsisten dengan
sifat-sifatnya.
Subjek membuat sebuah argumen berdasarkan sifat esensial dari
konsep A. Argumen tersebut berupa pernyataan subjek mengenai
keajegan konsep A yang telah digambar oleh subjek dengan sifat-
sifat esensial dari konsep tersebut.
Terkahir, subjek menarik kesimpulan dengan berdasar pada
definisi konsep A yang sebelumnya telah dibuat. Gambar konsep A
yang dipresentasikan oleh subjek sesuai dengan definisi yang telah
dibuat, yakni memenuhi setiap kriteria atau sifat yang telah
diidentifikasi sebelumnya.