14
Proses Berpikir Pembentukan Konsep A. Analisis dan Pembahasan Proses Berpikir Pembentukan Konsep Data wawancara dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berikut akan dibahas ketiga tahap tersebut. 1. Reduksi data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses menyeleksi, menajamkan, memfokuskan, dan menyederhanakan data yang diperoleh, serta membuang data yang tidak diperlukan dari hasil wawancara. Penyeleksian data didasarkan pada keterkaitan isi wawancara dengan aspek yang diamati, yaitu aspek yang ditunjukkan oleh subjek selama proses wawancara sebagai sebuah cerminan proses berpikir subjek dalam pembentukan konsep. Proses berpikir tersebut terinci ke dalam empat tahap utama, yaitu mengingat kembali, mempertimbangkan, membuat argumen, dan menarik kesimpulan sebuah konsep. Data yang dapat mencerminkan proses berpikir subjeklah yang akan dipilih untuk dianalisis sedangkan data di itu kemudian dibuang. Data tersebut dibagi menjadi empat komponen pembentukan konsep, yaitu klarifikasi konsep, definisi konsep, non contoh konsep, dan gambar konsep. 2. Penyajian data Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan dan menyusun data menjadi informasi bermakna sehingga mudah untuk menarik

Proses Berpikir Pembentukan Konsep (Alvita)

  • Upload
    eligatu

  • View
    25

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis kulaitatif

Citation preview

  • Proses Berpikir Pembentukan Konsep

    A. Analisis dan Pembahasan Proses Berpikir Pembentukan Konsep

    Data wawancara dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berikut akan dibahas ketiga tahap

    tersebut.

    1. Reduksi data

    Reduksi data dapat diartikan sebagai proses menyeleksi,

    menajamkan, memfokuskan, dan menyederhanakan data yang diperoleh,

    serta membuang data yang tidak diperlukan dari hasil wawancara.

    Penyeleksian data didasarkan pada keterkaitan isi wawancara dengan

    aspek yang diamati, yaitu aspek yang ditunjukkan oleh subjek selama

    proses wawancara sebagai sebuah cerminan proses berpikir subjek dalam

    pembentukan konsep. Proses berpikir tersebut terinci ke dalam empat

    tahap utama, yaitu mengingat kembali, mempertimbangkan, membuat

    argumen, dan menarik kesimpulan sebuah konsep.

    Data yang dapat mencerminkan proses berpikir subjeklah yang akan

    dipilih untuk dianalisis sedangkan data di itu kemudian dibuang. Data

    tersebut dibagi menjadi empat komponen pembentukan konsep, yaitu

    klarifikasi konsep, definisi konsep, non contoh konsep, dan gambar

    konsep.

    2. Penyajian data

    Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan dan menyusun

    data menjadi informasi bermakna sehingga mudah untuk menarik

  • kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk cuplikan hasil wawancara

    dengan format berikut:

    P1J1-ijk P : Percakapan pada urutan ke-ijk oleh peneliti

    P1J1-ijk S : Percakapan pada urutan ke-ijk oleh subjek penelitian

    Lalu analisis dan pembahasan atas cuplikan hasil wawancara

    tersebut disajikan dalam bentuk tabel ditinjau dari empat tahap proses

    berpikir yang telah dijelaskan di atas.

    a) Proses Berpikir pada Komponen Klasifikasi Konsep

    Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk

    menggali proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan konsep:

    P1JI 001 P:Pilih model bangun manakah yang berbentuk

    jajargenjang?

    P1JI 002 S: (Subjek memulai melihat kelompok bangun segiempat

    dari baris paling bawah, yang dekat dengan subjek

    (002-a). Subjek memilih K-29, kemudian subjek

    mengukur panjang dua sisi yang berdekatan, lalu

    mengukur panjang sepasang sisi sejajar (002-b).

    Jajargenjang yang dipilih dikumpulkan jadi satu (002-

    c))

    P1JI 003 P: Mengapa H-5 tadi sempat kamu pegang dan amati

    sejenak bahkan sedikit kamu angkat, tetapi tidak jadi

    kamu pilih?

    P1JI 004 S: Tadinya saya ragu, setelah saya lihat sebentar dia

    bangun belah ketupat.

    Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan S1, dapat

    dikemukakan proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan

    konsep sebagai berikut:

    Tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam

    mengklasifikasikan konsep:

    Tinjauan

    Apek

    Analisis Pembahasan

    Mengingat

    kembali

    Subjek

    memulai

    Subjek berusaha memilih model-model

    bangun segiempat yang merupakan

  • Lanjutan tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek

    dalam mengklasifikasikan konsep:

    Tinjauan

    Aspek

    Analisis Pembahasan

    melihat

    kelompok

    bangun

    segiempat dari

    baris paling

    bawah, yang

    dekat dengan

    subjek

    (PIJI 001-a S)

    jajargenjang. Subjek mengumpulkan

    informasi dengan mengingat kembali

    sifat-sifat yang dimiliki oleh

    jajargenjang, lalu menyesuaikannya

    dengan sifat-sifat pada kumpulan

    segiempat yang telah disediakan. Lalu

    subjek memilih segiempat yang

    memiliki kesamaan dengan sifat-sifat

    jajargenjang yang sebelumnya telah

    tertanam dalam benak subjek.

    Mempertim-

    bangkan

    Subjek

    memilih K-29,

    kemudian

    subjek

    mengukur

    panjang dua

    sisi yang

    berdekatan,

    lalu mengukur

    panjang

    sepasang sisi

    sejajar

    (PIJI 001-b S)

    Subjek melakukan aktivitas untuk

    mendukung pembuatan argumennya

    bahwa segiempat yang ia pilih

    merupakan jajargenjang. Subjek

    mengukur panjang sisi-sisi segiempat.

    Pertama subjek mengukur panjang dua

    sisi yang berdekatan, lalu mengukur

    panjang sepasang sisi yang sejajar. Hal

    ini dilakukan subjek untuk dapat

    mengklasifikasikan segiempat yang

    telah ia pilih telah memenuhi sifat-sifat

    jajargenjang atau tidak. Sifat-sifat

    jajargenjang menurut subjek adalah

    panjang dua sisi yang berdekatan tidak

    sama, serta sepasang sisi yang sejajar

    memiliki panjang yang sama.

    Membuat

    Argumen

    Subjek

    memegang,

    mengamati

    sejenak, dan

    sedikit

    mengangkat

    H-5, tetapi

    tidak jadi

    dipilih

    (PIJI 003 P)

    Subjek menyatakan sempat ragu untuk

    mengklasifikasikan bangun H-5 sebagai

    jajargenjang atau bukan. Hal ini

    dikarenakan subjek mengamati adanya

    sebagian sifat-sifat jajargenjang yang ia

    temukan pada bangun H-5, yaitu

    sepasang sisi yang sejajar memiliki

    panjang yang sama. Namun dengan

    pengamatan lebih lanjut, subjek

    menyadari bahwa bangun tersebut

    memiliki sisi-sisi yang sama panjang,

    sehingga tidak sesuai dengan sifat

    jajargenjang bahwa panjang dua sisi

    yang berdekatan tidak sama. Subjek

    menyatakan bahwa bangun tersebut

    adalah belah ketupat, bukan jajar

    genjang. Subjek telah mengaitkan

    konsep jajargenjang dengan konsep

    belah ketupat dengan mengidentifikasi

    kesamaan sifat yang dimiliki, serta sifat

  • Lanjutan tabel 1: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek

    dalam mengklasifikasikan konsep:

    Tinjauan

    Aspek

    Analisis Pembahasan

    yang ditemukan pada bangun belah

    ketupat tetapi dianggap tidak

    seharusnya dimiliki oleh jajargenjang.

    Menarik

    Kesimpulan

    Jajargenjang

    yang dipilih

    dikumpulkan

    jadi satu

    (PIJI 002-c S)

    Dengan berdasar pada sifat-sifat

    jajargenjang yang dimiliki, subjek

    mengklasifikasikan bangun K-29

    sebagai jajargenjang dan bangun H-5

    bukanlah jajargenjang.

    b) Proses Berpikir pada Komponen Definisi Konsep

    Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk

    menggali proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep:

    P1JI 005 P :Apa yang kamu pikirkan saat pertama kali memilih

    model bangun tersebut merupakan jajargenjang?

    P1JI 006 S :Tidak mempunyai sudut 90o

    P1JI 007 P :Lalu apalagi yang kamu pikirkan?

    P1JI 008 S :Punya dua pasang sisi yang panjangnya berbeda.

    P1JI 009 P :Mengapa tadi setelah kamu ukur panjang sisi yang

    berdekatan, kamu ukur panjang sisi yang berhadapan?

    P1JI 010 S :Untuk memastikan Bu, bahwa panjang sisi

    pasangannya sama.

    P1JI 011 P :Coba jelaskan apa itu jajargenjang?

    P1JI 012 S :Bangun yang memiliki empat sisi, dan sisi serta sudut

    yang berhadapan sama panjang dan sama besa,

    mempunyai dua pasang sudut lancip dan sudut tumpul

    serta dua pasang sisi yang sejajar.

    P1JI 013 P :Apakah belah ketupat mempunyai ciri-ciri

    jajargenjang?

    P1JI 014 S : Belah ketupat mempunyai ciri-ciri jajargenjang, tetapi

    belah ketupat empat sisinya sama panjang.

    P1JI 015 P :Misal besar sudut lancipnya adalah xo, bagaimana

    menentukan besar sudut yang lainnya tanpa busur

    derajat?

    P1JI 016 S :Sudut yang ini dan yang ini sehadap maka besar

    sudutnya sama.

    P1JI 017 P :Bisakah kamu menjelaskan jajargenjang lebih

    sederhana lagi?

    P1JI 018 S :Jajargenjang adalah salah satu bangun segiempat

    yang mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar dan sudut

    yang berhadapan sama besar, serta panjang sisi yang

    berhadapan sama panjang.

  • Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat

    dikemukakan proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan

    konsep sebagai berikut:

    Tabel 2: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam

    mendefinisikan konsep:

    Tinjauan

    Apek

    Analisis Pembahasan

    Mengingat

    kembali

    Subjek

    menyebutkan

    sifat-sifat

    jajrgenjang,

    yaitu tidak

    mempunyai

    sudut 90o

    (PIJI 006 S),

    mempunyai

    dua pasang sisi

    yang tidak

    sama panjang

    (PIJI 008 S),

    dan sisi-sisi

    yang

    berhadapan

    sama panjang

    (PIJI 010 S)

    Subjek menyebutkan sifat-sifat bangun

    datar yang sudah dikelompokkan yaitu

    sifat-sifat dari jajargenjang. Sifat-sifat

    jajargenjang di antaranya: tidak

    memiliki sudut siku-siku, mempunyai

    dua pasang sisi yang tidak sama

    panjang, dan sisi-sisi yang berhadapan

    sama panjang. Dari ketiga sifat tersebut,

    hanya satu sifat yang benar, yaitu sisi-

    sisi yang berhadapan sama panjang.

    Tetapi sebaliknya, menurut subjek, yang

    menjadi sifat utama dari jajargenjang

    adalah dua sifat pertama. Ketika kedua

    sifat tersebut telah dipenuhi, barulah

    sifat ketiga dicek dipenuhi tidaknya oleh

    bangun datar. Kesalahan konsep ini

    telah tertanam dalam benak subjek

    sebelum diadakan penelitian.

    Mempertim-

    bangkan

    Subjek

    menjelaskan

    bahwa

    jajargenjang

    memiliki

    empat sisi, sisi

    serta sudut

    yang

    berhadapan

    sama panjang

    dan besar,

    mempunyai

    sudut lancip

    dan sudut

    tumpul, serta

    dua pasang sisi

    yang sejajar

    (PIJI 012 S)

    Belah ketupat

    mempunyai

    Subjek mendefinisikan jajargenjang

    dengan mengugurkan sifat yang

    dianggap tidak essensial, yaitu dengan

    menghilangkan sifat bahwa jajargenjang

    harus memiliki dua pasang sisi yang

    tidak sama panjang. Tetapi sayangnya,

    subjek masih tetap mempertahankan

    sifat yang menyatakan bahwa

    jajargenjang tidak memiliki sudut siku-

    siku.

    Tetapi dengan berdasar pada sifat-sifat

    jajargenjang yang telah direduksi,

    subjek dapat mengaitkan konsep

    jajargenjang dengan kosep belah

    ketupat. Subjek dapat menunjukkan

    bahwa sifat-sifat jajargenjang dipenuhi

    pula oleh belah ketupat, hanya saja

    belah ketupat memiliki sifat yang lebih

    khusus, yaitu ke empat sisinya sama

    panjang. Namun demikian, subjek tetap

  • Lanjutan tabel 2: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek

    dalam mendefinisikan konsep:

    Tinjauan

    Aspek

    Analisis Pembahasan

    ciri-ciri

    jajargenjang,

    dan sisinya

    sama panjang

    (PIJI 014 S).

    tidak mendefinisikan bahwa belah

    ketupat merupakan jajargenjang.

    Membuat

    Argumen

    Subjek

    membuat

    argumen

    berdasarkan

    sifat

    jajargenjang

    bahwa sudut-

    sudut yang

    berhadapan

    sama besar.

    (PIJI 016 S).

    Berdasarkan sifat-sifat yang telah

    dipilih dan diidentifikasikan

    sebelumnya, subjek dapat membuat

    sebuah argumen yang menyatakan

    bahwa bila sebuah sudut lancip pada

    jajargenjang berderajat xo, maka sudut

    yang berhadapan dengan sudut tersebut

    memiliki besar sudut yang sama.

    Menarik

    Kesimpulan

    Subjek

    menyimpulkan

    bahwa

    jajargenjang

    adalah bangun

    segiempat

    yang

    mempunyai 2

    pasang sisi

    sejajar, sudut

    yang

    berhadapan

    sama besar,

    serta panjang

    sisi yang

    berhadapan

    sama panjang

    (PIJI 018 S).

    Subjek mendefinisikan konsep

    jajargenjang berdasarkan pada syarat

    perlu dan syarat cukup. Meskipun

    pendefinisian konsep jajargenjang oleh

    subjek tidak efisien, yang berarti sifat

    yang ditunjukkan terlalu berlebihan,

    namun pada pedefinisian akhir, subjek

    mampu mendefinisikan jajargenjang

    berdasarkan sifat-sifatnya.

    c) Proses Berpikir pada Komponen non Contoh Konsep

    Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk

    menggali proses berpikir subjek dalam memberikan contoh non

    konsep:

  • P1JI 019 P :Pilih model bangun manakah yang berbentuk

    jajargenjang?

    P1JI 020 S : (Subjek memilih K-44, subjek mengukur panjang sisi

    yang berdekatan dan dikembalikan lagi dalam

    kelompok segiempat yang ada di depannya)

    P1JI 021 P :Berikan contoh bangun yang bukan jajargenjang!

    P1JI 022 S :Belah ketupat, trapesium, layang-layang

    P1JI 023 P :Mengapa contoh bangun yang bukan jajargenjag yang

    kamu pilih adalah belah ketupat?

    P1JI 024 S :Karena panjang sisinya sama.

    Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat

    dikemukakan proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh

    konsep sebagai berikut:

    Tabel 3: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam

    memberikan non contoh konsep:

    Tinjauan

    Apek

    Analisis Pembahasan

    Mengingat

    kembali

    Subjek

    memilih K-44,

    subjek, lalu

    mengukur

    panjang sisi

    yang

    berdekatan

    (PIJI 020 S)

    Subjek mengingat kembali sifat esensial

    yang melekat pada konsep jajargenjang,

    yang telah tertanam pada benak subjek

    sejak lama. Sifat tersebut adalah bahwa

    sisi-sisi yang berdekatan pada

    jajargenjang tidak sama panjang.

    Mempertim-

    bangkan

    Subjek

    memilih K-44,

    dan

    dikembalikan

    lagi dalam

    kelompok

    segiempat

    yang ada di

    depannya

    (PIJI 020 S)

    Dengan mempertimbangkan sifat yang

    tidak sesuai dengan konsep, subjek

    menyatakan bahwa K-44 merupakan

    non contoh dari konsep jajargenjang.

    Hal ini didasarkan pada hasil

    pengukuran yang menyatakan bahwa

    panjang dua sisi yang berdekatan pada

    K-44 adalah sama. Hasil pengukuran

    tersebut tidak sesuai dengan sifat

    esensial yang telah diidentifikasi

    sebelumnya bahwa sisi-sisi yang

    berdekatan tidak sama panjang.

    Membuat

    Argumen

    Subjek

    menyatakan

    bahwa belah

    ketupat

    bukanlah

    jajargenjang

    karena sisi-

    sisinya sama

    Subjek membuat sebuah argumen

    berdasarkan sifat yang tidak sesuai.

    Subjek mengidentifikasi bahwa belah

    ketupat memiliki sisi-sisi yang sama

    panjang, sementara ia meyakini bahwa

    jajargenjang memilki sifat memiliki dua

    pasang sisi yang tidak sama panjang.

    Dengan ketidaksesuaian sifat ini, maka

  • Lanjutan tabel 3: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek

    dalam memberikan non contoh konsep:

    Tinjauan

    Aspek

    Analisis Pembahasan

    panjang.

    (PIJI 024 S).

    subjek memberikan argumen yang

    menyatakan bahwa belah ketupat

    merupakan non contoh dari konsep

    jajargenjang.

    Menarik

    Kesimpulan

    Subjek

    memberikan

    contoh bangun

    bukan

    jajargenjang di

    antaranya

    belah ketupat,

    trapesium,

    layang-layang

    (PIJI 022 S).

    Dengan berdasar pada sifat-sifat

    jajargenjang, subjek memberikan non

    contoh dari konsep jajargenjang berupa

    bangun datar yang memiliki sifat yang

    tidak selaras dengan sifat jajargenjang.

    d) Proses Berpikir pada komponen gambar konsep

    Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan subjek untuk

    menggali proses berpikir subjek dalam mengklasifikasikan konsep:

    P1JI 025 P :Coba gambarkan jajargenjang dengan ukuran

    sesukamu. Beri nomor urutan caramu menggambar!

    P1JI 026 S : (Subjek menggambar sisi-sisi sejajar dengan

    menggunakan lebar penggaris (1) dan (2), panjang

    sisinya sudah subjek tentukan ukurannya, lalu

    mengukur sudut lancip (2a) dengan menggunakan

    busur derajar kemudian menggambar sisi (3). Subjek

    mengukur besar sudut (3a) dengan busur derajat

    dilanjutkan dengan menggambar sisi (4). Subjek

    mengukur panjang sisi (3) dan sisi (4).

    P1JI 027 P :Apakah gambar yang kamu buat sesuai dengan

    penjelasanmu?

    P1JI 028 S :Sudah Bu, punya dua pasang sisi berhadapan sejajar

    dan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar.

    (1)

    (2)

    (3) (4)

    (2a)

    (3a)

  • Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara dengan subjek, dapat

    dikemukakan proses berpikir subjek dalam menggambar konsep

    sebagai berikut:

    Tabel 4: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek dalam

    menggambar konsep:

    Tinjauan

    Apek

    Analisis Pembahasan

    Mengingat

    kembali

    Subjek

    menggambar

    sisi-sisi sejajar

    dengan

    panjang

    sisinya sudah

    ditentukan

    terlebih dahulu

    (PIJI 026 S)

    Subjek mengingat kembali sifat esensial

    yang melekat pada konsep jajargenjang

    sebelum menggambarnya, yaitu

    memiliki dua pasang sisi yang sejajar

    dan memiliki ukuran yang sama. Selain

    itu subjek juga memastikan bahwa

    sudut-sudut yang berhadapan sama

    besar.

    Mempertim-

    bangkan

    Subjek

    menggambar

    sisi-sisi sejajar

    (1) dan (2),

    lalu mengukur

    sudut lancip

    (2a) kemudian

    menggambar

    sisi (3). Subjek

    mengukur

    besar sudut

    (3a)

    dilanjutkan

    dengan

    menggambar

    sisi (4).

    (PIJI 026 S)

    Berdasarkan sifat-sifat esensial dari

    konsep jajargenjang yang diidentifikasi

    sebelumnya, subjek melakukan aktivitas

    secara bertahap untuk menggambar

    jajargenjang yang tetap konsisten

    dengan sifat-sifatnya.

    Membuat

    Argumen

    Subjek

    menyatakan

    bahwa gambar

    yang ia buat

    memiliki dua

    pasang sisi

    berhadapan

    sejajar dan

    sama panjang,

    sudut yang

    berhadapan

    sama besar

    (PIJI 024 S).

    Subjek membuat sebuah argumen

    berdasarkan sifat esensial dari konsep

    jajargenjang. Argumen tersebut berupa

    pernyataan subjek mengenai keajegan

    konsep yang telah digambar oleh subjek

    dengan sifat-sifat esensial dari konsep

    jajargenjang.

  • Lanjutan tabel 4: Analisis dan pembahasan proses berpikir subjek

    dalam menggambar konsep:

    Tinjauan

    Aspek

    Analisis Pembahasan

    Menarik

    Kesimpulan

    Subjek

    menggambar

    jajargenjang

    (PIJI 022 S).

    Sebelumnya subjek telah

    mendefinisikan jajargenjang adalah

    bangun segiempat yang mempunyai 2

    pasang sisi sejajar, sudut yang

    berhadapan sama besar, serta panjang

    sisi yang berhadapan sama panjang.

    Gambar jajargenjang yang

    dipresentasikan oleh subjek sesuai

    dengan definisi yang telah dibuat, yakni

    memenuhi setiap kriteria atau sifat yang

    telah diidentifikasi sebelumnya.

    3. Penarikan kesimpulan

    Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul,

    yakni kesimpulan tentang proses berpikir pembentukan konsep, masing-

    masing pada empat komponen pembentukan konsep, di antaranya

    klasifikasi konsep, definisi konsep, non contoh konsep, dan gambar

    konsep.

    Kesimpulan:

    a) Proses berpikir subjek dalam pengklasifikasian konsep

    Proses berpikir subjek dalam pengklasifikasian sebuah konsep,

    misal konsep A, dimulai dengan mengingat kembali sifat-sifat

    konsep A yang pernah didapatkan sebelumnya. Subjek

    mengumpulkan informasi dengan memilih model beberapa konsep

    yang memiliki kemiripian sifat dengan konsep A.

  • Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan apa

    yang ia amati. Subjek melakukan aktivitas untuk mendukung

    pembuatan argumen seperti mengecek terpenuhinya sifat-sifat

    konsep A pada model beberapa konsep. Setelah melakukan

    pengeccekan, subjek melakukan klasifikasi dengan membandingkan

    hasil pengecekan dengan sifat konsep A.

    Dalam mengklasifikasikan konsep A, subjek mengaitkannya

    dengan konsep-konsep lain. Subjek berargumen bahwa konsep A

    dan konsep-konsep lain adalah dua konsep yang berbeda, dan tak

    dapat sebuah objek dapat diklasifikasikan sebagai anggota konsep A

    dan anggota konsep lain. Subjek telah mengaitkan konsep A dengan

    konsep lain dengan mengidentifikasi kesamaan sifat yang dimiliki,

    serta sifat yang ditemukan pada salah satu konsep namun dianggap

    tidak seharusnya dimiliki oleh konsep yang lain.

    Terakhir, subjek menarik kesimpulan dengan

    mengklasifikasikan bahwa sebuah model konsep merupakan bagian

    dari konsep A atau bukan dengan berdasar pada sifat-sifat konsep A.

    b) Proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep

    Proses berpikir subjek dalam mendefinisikan konsep A dimulai

    menyebutkan sifat-sifat konsep A. Namun subjek kurang tepat dalam

    mengidentifikasi sifat-sifat pada konsep A. Selain itu, subjek tak

    dapat menentukan sifat yang esensial dan tidak. Kesalahan konsep

    ini telah tertanam dalam benak subjek sebelum diadakan penelitian.

  • Proses berpikir dilanjutkan dengan mengugurkan sifat yang

    dianggap tidak essensial. Sayangnya, subjek masih tetap

    mempertahankan sifat tidak esensial dalam konsep A. Tetapi dengan

    berdasar pada sifat-sifat konsep A yang telah direduksi, subjek dapat

    mengaitkan konsep A dengan konsep lain. Subjek dapat

    menunjukkan bahwa sifat-sifat A dapat dipenuhi pula oleh konsep

    lain, hanya saja dimungkinkan konsep lain memiliki sifat yang lebih

    khusus. Namun demikian, subjek tetap tidak dapat mendefinisikan

    bahwa kon sep lain tersebut termasuk pula konsep A.

    Berdasarkan sifat-sifat konsep A yang telah dipilih dan

    diidentifikasikan sebelumnya, subjek dapat membuat sebuah

    argumen mengenai konsep A dengan kaitannya dalam sebuah

    penyelesaian masalah.

    Terakhir, subjek menarik kesimpulan dengan mendefinisikan

    konsep A berdasarkan pada syarat perlu dan syarat cukup. Namun

    dalam hal ini, pendefinisian konsep A oleh subjek tidak efisien, yang

    berarti sifat yang ditunjukkan terlalu berlebihan. Meskipun

    demikian, pada pedefinisian akhir, subjek mampu mendefinisikan

    konsep A berdasarkan sifat-sifatnya.

    c) Proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh konsep

    Proses berpikir subjek dalam memberikan non contoh konsep

    dimulai dengan mengingat kembali sifat esensial yang melekat pada

    konsep A, yang telah tertanam pada benak subjek sejak lama.

  • Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan sifat

    yang tidak sesuai dengan konsep. Berdasarkan pertimbangan

    tersebut, subjek dapat menyatakan bahwa sebuah objek merupakan

    non contoh dari konsep A. Hal ini didasarkan pada hasil pengecekan

    sifat konsep A yang tidak dipenuhi oleh objek tersebut.

    Subjek membuat sebuah argumen berdasarkan sifat pada sebuah

    objek yang tidak sesuai dengan sifat konsep A. Dengan

    ketidaksesuaian sifat tersebut, maka subjek memberikan argumen

    yang menyatakan bahwa objek tersebut merupakan non contoh dari

    konsep A.

    Terkahir, dengan berdasar pada sifat-sifat konsep A, subjek

    memberikan non contoh dari konsep A berupa sebuah objek yang

    memiliki sifat yang tidak selaras dengan sifat konsep A.

    d) Proses berpikir subjek dalam menggambar konsep

    Proses berpikir subjek dalam menggambar konsep dimulai

    dengan mengingat kembali sifat esensial yang melekat pada konsep

    Asebelum menggambarnya.

    Proses berpikir dilanjutkan dengan mempertimbangkan apa

    yang ia amati. Berdasarkan sifat-sifat esensial dari konsep A yang

    diidentifikasi sebelumnya, subjek melakukan aktivitas secara

    bertahap untuk menggambar konsep A yang tetap konsisten dengan

    sifat-sifatnya.

  • Subjek membuat sebuah argumen berdasarkan sifat esensial dari

    konsep A. Argumen tersebut berupa pernyataan subjek mengenai

    keajegan konsep A yang telah digambar oleh subjek dengan sifat-

    sifat esensial dari konsep tersebut.

    Terkahir, subjek menarik kesimpulan dengan berdasar pada

    definisi konsep A yang sebelumnya telah dibuat. Gambar konsep A

    yang dipresentasikan oleh subjek sesuai dengan definisi yang telah

    dibuat, yakni memenuhi setiap kriteria atau sifat yang telah

    diidentifikasi sebelumnya.