35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berubahnya sistem pendekatan pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan, memasuki abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Pada abad ini diperlukan individu- individu yang menguasai keterampilan-keterampilan, yang meliputi: cerdas intelektual, cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual. Oleh karena itu tantangan pendidik adalah menjadikan peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu cerdas yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan di abad 21. Sehingga inovasi dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Inovasi tersebut dapat diawali dengan mengubah paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada kualitas pendidik sebagai pemeran utama. Dalam hal ini pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai 1

Kecakapan Berpikir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendidikan

Citation preview

Page 1: Kecakapan Berpikir

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berubahnya sistem pendekatan pembelajaran dan bergesernya

tujuan pendidikan, memasuki abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki

pengaruh dalam proses pembelajaran. Pada abad ini diperlukan individu-individu

yang menguasai keterampilan-keterampilan, yang meliputi: cerdas intelektual,

cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual. Oleh

karena itu tantangan pendidik adalah menjadikan peserta didik di sekolah saat ini

menjadi individu cerdas yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan

di abad 21. Sehingga inovasi dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Inovasi

tersebut dapat diawali dengan mengubah paradigma  mengenai pendidikan itu

sendiri ke arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada kualitas pendidik

sebagai pemeran utama. Dalam hal ini pendidik memiliki peran yang sangat vital

dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik

dalam proses pembelajaran  (Davies dan Ellison, 1992).

Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya manusia

dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama,

berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu

berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life long leaning) (Smith,

2000). Johnson (2002) mengemukakan bahwa, pada abad pengetahuan, modal

intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking),

merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal. Semua pendapat para

ahli ini mendukung pendapat John Dewey (Johnson, 2002) yang sejak awal

mengharapkan agar siswa diajarkan kecakapan berpikir. Oleh karena itu,

penanganan kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam

setiap mata pelajaran.

Agar membantu siswa mengembangkan potensi intelektual mereka, salah

satunya dengan menerapkan pembelajaran kontekstual (Johnson, 2002).

Pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar melalui langkah-langkah yang

dapat digunakan dalam berpikir kritis dan kreatif serta memberikan kesempatan

1

Page 2: Kecakapan Berpikir

untuk menggunakan keahlian berpikir tingkat tinggi ini, dalam menghadapi

kehidupan nyata. Menggunakan keahlian berpikir tingkat tinggi dalam kehidupan

sehari-hari, memungkinkan siswa mempunyai kebiasaan berpikir mendalam dan

kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang dan dapat

dipertanggungjawabkan (Sizer, 1992 dalam Jonhson 2002).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam hal ini adalah berpikir kritis dan

kreatif, memberikan arah yang jelas bagi siswa di era globalisasi ini yang arah dan

perkembangan pemikiran orang tidak pernah urut dan runtut melainkan acak dan

tidak dapat diduga sebelumnya. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan siswa

untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berbagai masalah

dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif dan merancang

solusi orisinal. Apabila anak-anak diberikan kesempatan untuk menggunakan

kemampuan berpikir tingkat tinggi pada berbagai tingkatan kelas, memungkinkan

mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan

dan kenyataan, fakta dan opini serta pengetahuan dan keyakinan. Dengan

demikian secara alami siswa akan membangun argument dengan menggunakan

bukti yang dapat dipercaya dengan logika yang masuk akal. Beberapa uraian

diatas menjadi latar belakang kami menyusun makalah dengan judul “Kecakapan

Berpikir”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian kecakapan berfikir?

2. Bagaimanakah macam-macam kecakapan berpikir?

3. Bagaimanakah kerangka kerja kecakapan berpikir?

4. Bagaimanakah penilaian kecakapan berpikir?

2

Page 3: Kecakapan Berpikir

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Kecakapan Berpikir

Pengertian berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan

merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model simbolik internal

(Gilhooly, 1982).

Model-model tersebut di antaranya adalah:

Wujud ciptaan yang mewakili suatu kenyataan.

Kenyataan hasil membayangkan sesuatu peristiwa tertentu.

Model abstrak yang dilukiskan dalam pikiran dan perasaan.

Kecakapan berpikir pada dasarnya merupakan kecakapan menggunakan

pikiran/ rasio kita secara optimal. Kecakapan berpikir mencakup antara lain

kecakapan menggali dan menemukan informasi (information

searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan secara

cerdas (information processing and decision making skills), serta kecakapan

memecahkan masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill) .

1. Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan kecakapan dasar,

yaitu membaca, menghitung dan melakukan observasi. Oleh karena itu, anak

belajar membaca bukan sekedar “membunyikan huruf dan kalimat”, tetapi

mengerti maknanya, sehingga yang bersangkutan dapat mengerti informasi apa

yang terkandung dalam bacaan tersebut. Siswa yang belajar berhitung,

hendaknya bukan sekedar belajar secara mekanistik menerapkan kalkulasi

angka dan bangun, tetapi mengartikan apa informasi yang diperoleh dari

kalkulasi itu. Oleh karena itu kontekstualisasi Matematika atau mata pelajaran

lainnya menjadi sangat penting, agar siswa mengerti makna dari apa yang

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, sebagai suatu informasi.

2. Kecakapan melakukan observasi sangat penting dalam upaya menggali

informasi. Observasi dapat dilakukan melalui pengamatan fenomena alam

lingkungan, melalui berbagai kejadian sehari-hari, peristiwa yang teramati

langsung maupun dari berbagai media cetak dan elektronik, termasuk internet.

Seringkali kita melihat banyak hal, tetapi apa yang kita lihat tidak menjadi

3

Page 4: Kecakapan Berpikir

informasi yang bermakna, karena kita sekedar melihat dan tidak memaknai apa

yang kita lihat. Melihat dengan cermat dan memaknai apa yang dilihat itulah

yang disebut observasi. Kata-kata bijak: “siapa yang menguasai informasi akan

memenangkan suatu kompetisi” perlu dikembangkan dalam pendidikan.

3. Agar informasi yang terkumpul lebih bermakna harus diolah. Hasil olahan

itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu, kecakapan

berpikir tahap berikutnya adalah kecakapan mengolah informasi. Mengolah

informasi artinya memproses informasi tersebut menjadi simpulan. Sebagai

contoh, jika kita memiliki banyak informasi tentang harga buku yang sedang

kita cari, kita harus mengolahnya menjadi simpulan buku di toko mana yang

paling murah, yang mutunya paling baik, yang mudah dicapai dari tempat

tinggal, dan sebagainya. Untuk dapat mengolah suatu informasi diperlukan

kemampuan membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat

analogi, sampai membuat analisis sesuai dengan informasi yang diolah maupun

tingkatan simpulan yang diharapkan. Oleh karena itu kemampuan-kemampuan

tersebut penting untuk dikembangkan melalui mata pelajaran yang sesuai.

Melalui mata pelajaran Biologi, siswa dapat mengolah informasi tentang buah-

buahan, sehingga siswa dapat menyimpulkan buah apa yang kandungan

vitaminnya banyak, harganya relatif murah dan mudah didapat. Dengan prinsip

serupa, mata pelajaran lainnya juga dapat mengembangkan kecakapan

mengolah informasi.

4. Jika informasi telah diolah menjadi suatu simpulan, maka tahap berikutnya

orang harus mengambil keputusan berdasarkan simpulan-simpulan tersebut.

Fakta menunjukkan seringkali orang takut mengambil keputusan karena takut

menghadapi risiko yang muncul, pada hal informasi untuk dasar pengambilan

keputusan telah tersedia.

B. Macam Kecakapan Berpikir

Kecakapan berfikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat

dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah

agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat

mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi

4

Page 5: Kecakapan Berpikir

perseptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957), dan

mampu mengantisipasi hasil-hasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah

(tryal and error).

Terdapat dua jenis berpikir, yaitu :

1. Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan bagian dari keterampilan berpikir, yang

berhubungan dengan apa yang seharusnya dipercaya atau dilakukan disetiap

situasi atau peristiwa. Warnick(2006) mengatakan bahwa sesungguhnya berpikir

kritis adalah suatu proses keterampilan berpikir yang terjadi pada diri seseorang

serta bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang rasional mengenai

sesuatu yang dapat diyakini kebenarannya. Jadi, keterampilan berpikir kritis tidak

lain merupakan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah (problem

solving) yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya. Sehingga, ada dua

hal tanda utama berpikir kritis. Pertama, berpikir kritis adalah berpikir layak,

memandu ke arah berpikir deduksi dan pengambilan keputusan yang benar dan

didukung oleh bukti-bukti yang benar. Kedua, berpikir kritis adalah berpikir

reflektif yang menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah-langkah berpikir

yang mengarah kepada deduksi dan pengambilan keputusan.

Menurut Nickerson et al (1987), dan Muijs & Reynolds (2008), ada empat

macam program utama yang terkait dengan keterampilan berpikir, yaitu;

pendekatan keterampilan problem-solving atau disebut pendekatan heuristik yaitu

dengan mengurai masalah agar lebih mudah dikerjakan, metacognitive atau

refleksi diri tentang pikirannya, open-ended yaitu mengembangkan keterampilan

tingkat tinggi, dan berpikir formal yaitu untuk membantu siswa menjalani transisi

antara tahap perkembangan dengan lebih mudah.

Berpikir kritis adalah proses dimana seseorang mencoba menjawab

pertanyaan yang sulit yang informasinya tidak ditemukan pada saat ini secara

rasional. Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik

dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah

dengan menganalisis dan menginterpretasikan data dalam kegiatan inkuiri ilmiah

(Johnson, 2002). Berkenaan dengan berpikir kritis, pendidik/dosen seharusnya

5

Page 6: Kecakapan Berpikir

mengajar mahasiswa bagaimana berpikir (how to think) bukan mengajarnya apa

yang dipikirkan (what to think). Dengan demikian peserta didik akan menjadi

pemikir kritis/critical thinker dan pemikir independent/independent thinker

(Johnson, 2002).

Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni

(1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita

terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar

penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan, (3)

menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk

menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi

yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu

penilaian.

Keterampilan berpikir kritis dan komponennya dapat dikembangkan dan

digunakan dengan baik ketika mempelajari suatu pengetahuan. Guru/dosen dan

instruktur perlu meminta mahasiswa untuk menggunakan keterampilan ini yang

mencakup berpikir kritis, analisis, sintesis, dan evaluasi pada kegiatan

pembelajaran, meliputi: diskusi, kegiatan lapangan, praktikum, dan mahasiswa

mengevaluasi sendiri keterampilan itu (Mustaji, 2013).

2. Berpikir Kreatif

Nelson (1992), menyatakan bahwa kecakapan berpikir kreatif adalah

keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru,

ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan

keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut

pandang). Pemecahan masalah akan selalu berkaitan dengan kemampuan berpikir

kreatif, untuk mampu berpikir kreatif haruslah dilalui beberapa tingkatan atau

tahapan dalam proses kreatif itu sendiri (Osborne, J.W. 1999) .

Pentingnya kreativitas bagi untuk pemecahan masalah. Perumusan suatu

masalah seringkali lebih penting daripada penyelesaiannya yang mungkin hanya

merupakan persoalan ketrampilan matematis dan eksperimental semata.

Pemecahan masalah selain berorientasi pada perumusannya juga diartikan

penyelesaian masalahnya, perbedaan pendapat diungkapkan secara jelas. Berpikir

6

Page 7: Kecakapan Berpikir

kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan

penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai

saat ini masih kurang mendapatkan perhatian dalam pendidikan formal.

Kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan, perilaku,

dan proses.

a. Sebuah kemampuan

Kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan

sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru dengan cara

mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah

ada.

b. Sebuah perilaku

Kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan,

kemampuan bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai

kemungkinan, cara pandang yang fleksibel, dan kebiasaan menikmati sesuatu.

c. Sebuah proses

Kreativitas adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam

menghasilkan gagasan dan pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu

berusaha untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik.

Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif

biasanya (1) sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah,

(2) mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun

tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari

berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual,

bukannya secara universal atau absolut, (5) biasanya melakukan pendekatan trial

and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif,

berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi

suatu kemajuan.

Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang

harus: (1) bekerja di ujung kompetensi bukan ditengahnya, (2) tinjau ulang ide,

(3) melakukan sesuatu karena dorongan internal dan bukan karena dorongan

eksternal, (4) pola pikir divergen/ menyebar, (5) pola pikir lateral/ imajinatif.

7

Page 8: Kecakapan Berpikir

Menurut Guilford (dalam Hudgins, 1983) tentang kreativitas berkaitan

dengan berfikir divergen yang faktor utamanya adalah fluency, flexibility, dan

elaboration. Torrance (dalam Hudgins,1983) menambahkan faktor originality

sebagai konsep yang fundamental dalam berfikir divergen.

Menurut Costa (2001) komponen berfikir divergen terdiri atas problem

sensitivity, fluency, flexibility, dan originality dengan penjelasan sebagai berikut :

problem sensitivity (kepekaan masalah) adalah kemampuan mengenal adanya

suatu masalah atau mengabaikan fakta yang kurang sesuai untuk mengenal

masalah yang sebenarnya. Fluency (kelancaran) adalah kemampuan membangun

banyak ide. Semakin banyak ide yang didapat berpeluang untuk mendapatkan ide

yang bagus. Flexibility (keluwesan) adalah kemampuan membangun ide yang

beragam, yaitu kemampuan untuk mencoba berbagai pendekatan dalam

memecahkan masalah. (4) originality (keaslian) adalah kemampuan untuk

menghasilkan ide-ide yang luar biasa yang tidak umum.

C. Kerangka Kerja Kecakapan Berpikir

Robert Marzano (2000), mengembangkan kerangka kerja kecakapan

berpikir yang memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas, mempengaruhi

bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan teori berbasis riset untuk membantu

para guru memperbaiki kecakapan berpikir para siswanya.

Kerangka kerja kecakapan berpikir yang dikembangkan Marzano dibuat

dari tiga sistem dan Domain Pengetahuan, yang kesemuanya penting untuk

berpikir dan belajar. Ketiga sistem tersebut adalah Sistem-Diri (Self-System),

Sistem Metakognitif, dan Sistem Kognitif. Sewaktu berhadapan dengan pilihan

untuk memulai tugas baru, Sistem-Diri memutuskan apakah melanjutkan

kebiasaan yang dijalankan saat ini atau masuk dalam aktivitas baru; Sistem

Metakognitif mengatur berbagai tujuan dan menjaga tingkat pencapaian tujuan-

tujuan tersebut; Sistem Kognitif memroses seluruh informasi yang dibutuhkan,

dan Domain Pengetahuan menyediakan isinya.

Berikut adalah gambaran mengenai kerangka kerja kecakapan berpikir

yang dikemukakan oleh Robert Marzano.

8

Page 9: Kecakapan Berpikir

Kerangka Kerja Kecakapan Berpikir

Sistem DiriKeyakinan tentang Pentingnya Pengetahuan

Keyakinan tentang Keefektifan

Emosi yang berhubungan dengan Pengetahuan

Sistem MetakognisiPenentuan Berbagai Tujuan Belajar

Pemantauan dari Pengetahuan

Pemantauan Kejelasan

Pemantauan Ketepatan

Sistem KognitifPenarikan Kembali

Pemahaman Analisis Pemanfaatan Pengetahuan

Mengingat kembali

Sintesa Kecocokan Pengambilan Keputusan

Keterwakilan Pengklasifikasian Pemecahan Masalah

Analisis KesalahanPertanyaan Percobaan

Generalisasi PenyelidikanSpesifikasi

Domain PengetahuanInformasi Beragam Prosedur

MentalBeragam Prosedur Fisik

1. Sistem Diri

Sistem Diri meliputi berbagai sikap, keyakinan dan perasaan yang

menentukan motivasi seseorang untuk menyelesaikan tugas. Berbagai faktor yang

berkontribusi untuk motivasi adalah: kepentingan, keefektifan dan emosi.

a. Kepentingan

Saat seorang siswa berhadapan dengan sebuah tugas pelajaran, satu dari

berbagai tanggapannya adalah untuk menentukan bagaiman pentingnya tugas

tersebut untuknya. Apakah ini sesuatu yang ingin ia pelajari atau sesuatu yang ia

yakini ia butuhkan untuk dipelajari? Akankah pelajaran membantunya

menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan di awal?

b. Keefektifan

Keefektifan, sebagaimana dijelaskan oleh seorang pembuat teori pelajaran

sosial, Albert Bandura (1994), mengacu pada keyakinan banyak orang mengenai

9

Page 10: Kecakapan Berpikir

kemampun mereka menyelesaikan sebuah tugas dengan sukses. Siswa dengan

tingkat kefektifan yang tinggi menghadapi berbagai tugas yang menantang,

dengan keyakinan bahwa meraka memiliki berbagai sumber untuk sukses. Para

siswa menjadi terlibat secara mendalam pada tugas-tugas ini, fokus pada

pengerjaan tugas, dan mengatasi berbagai tantangan.

Bandura menjelaskan beberapa cara dimana para siswa dapat

mengembangkan berbagai perasaan keefektifan diri sendiri. Cara yang paling kuat

adalah melalui berbagai pengalaman sukses. Pengalaman terlalu sulit atau terlalu

mudah. Mengulang kesalahan melemahkan keefektifan diri sendiri, tetapi sukses

yang berlebihan pada berbagai tugas sederhana menggagalkan rasa dari

fleksibilitas yang dibutuhkan untuk tetap fokus pada berbagai tugas yang sulit.

c. Emosi

Meskipun para siswa tidak dapat mengendalikan emosinya yang

berhubungan dengan pengalaman belajar, perasaan ini memiliki dampak besar

pada motivasi. Pelajar yang efektif menggunakan kecakapan metakognitifnya

untuk membantu mereka berdamai dengan berbagai tanggapan emosional dan

mengambil keuntungan dari berbagai tanggapan positif. Sebagai contoh, seorang

siswa dengan emosi negatif yang membaca berbagai materi teknis dapat

memutuskan untuk membaca buku teks kimianya saat terjaga, lebih daripada

sesaat sebelum ia tidur.

2. Sistem Metakognitif

Sistem Metakognitif adalah “pengendalian misi” dari proses berpikir dan

mengatur semua sistem lainnya. Sistem ini menentukan berbagai tujuan dan

membuat berbagai keputusan tentang informasi apa yang dibutuhkan dan proses

kognitif apa yang sangat sesuai dengan tujuan. Ia kemudian memantau berbagai

proses dan membuat perubahan sebagaimana yang dibutuhkan. Penelitian atas

metakognisi, khususnya dalam sastra dan matematika, membuat sebuah kasus

meyakinkan yang mengarahkan dan mendukung dalam pengendalian dan

pengaturan berbagai proses berpikir dapat memiliki dampak yang kuat atas

pencapaian (Paris, Wasik, turner, 1991; Schoenfeld, 1992).

10

Page 11: Kecakapan Berpikir

3. Sistem Kognitif

Proses mental dalam Sistem Kognitif dilaksanakan dari domain

pengetahuan. Proses ini memberi banyak orang akses informasi dan prosedur

dalam ingatan mereka dan membantunya memanipulasi dan menggunakan

pengetahuan ini. Marzano memecah Sistem Kognitif ke dalam empat komponen:

penarikan pengetahuan, pemahaman, analisis, dan penggunaan pengetahuan.

Setiap proses terbentuk dari seluruh proses sebelumnya. Pemahaman, sebagai

contoh, membutuhkan penarikan pengetahuan; analisis membutuhkan

pemahaman, dan seterusnya.

a. Penarikan Pengetahuan

Seperti komponen pengetahuan dari Taksonomi Bloom, Penarikan

Pengetahuan melibatkan pemanggilan kembali informasi dari ingatan tetap. Pada

tingkat pemahaman ini, siswa lebih banyak memanggil berbagai fakta, urutan,

atau proses tepat saat mereka ada.

b. Pemahaman

Pada tingkat yang lebih tnggi, Pemahaman menuntut identifikasi apa yang

penting untuk diingat dan menempatkan informasi ke dalam berbagai kategori

yang sesuai. Oleh karena itu, kecakapan awal dari pemahaman, sintesis,

membutuhkan identifikasi dari komponen-komponen paling penting dari sebuah

konsep dan penghilangan semua hal yang tidak signifikan. Sebagai contoh, siswa

yang belajar tentang ekspedisi Lewis dan Clark seharusnya sulit untuk mengingat

rute yang diambil para penjelajah tetapi tidak sulit untuk mengingat berapa

banyak senjata yang mereka bawa. Tentu saja, apa yang penting untuk

dipertimbangkan dari berbagai konsep tergantung pada konteks yang dipelajari,

jadi informasi yang masuk tentang sebuah topik akan bervariasi terhadap situasi

dan siswa.

Melalui perwakilan, informasi diatur dalam berbagai kategori yang

membuatnya lebih efisien untuk dicari dan digunakan. Grafik Organiser, seperti

peta dan tabel, mendorong proses kognitif ini. Alat bantu berpikir interaktif

seperti misalnya Alat Bantu Ranking Visual yang mengijinkan siswa untuk

membandingkan pengujian mereka dengan yang lain, Alat Bantu Melihat Alasan

11

Page 12: Kecakapan Berpikir

yang membantu siswa membuat peta sistem, dan Alat Bantu Menunjukkan Bukti,

yang mendukung pembuatan argumen yang baik, juga memberikan tujuan dari

mewakili pengetahuan.

c. Analisis

Lebih kompleks dibanding pemahaman sederhana, lima proses kognitif

dalam Analisis adalah penyesuaian, pengklasifikasian, analisis kesalahan, dan

Spesifikasi. Dengan terlibat dalam proses-proses ini, para pelajar dapat

menggunakan apa yang mereka pelajari untuk menghasilkan berbagai wawasan

baru dan menemukan berbagai cara menggunakan apa yang telah mereka pelajari

dalam berbagai situasi baru.

d. Penggunaan Pengetahuan

Tingkat akhir dari proses kognitif membahas penggunaan pengetahuan.

Marzano menyebut berbagai proses ini sebagai Penggunaan Pengetahuan, atau

Menggunakan Pengetahuan. Proses menggunakan pengetahuan adalah

penggunaan secara khusus berbagai komponen penting dari berpikir untuk

pelajaran berbasis proyek, mereka memasukkan berbagai proses yang digunakan

oleh banyak orang saat mereka ingin menyelesaikan sebuah tugas tertentu.

Pengambilan keputusan, sebuah proses kognitif melibatkan pengujian

berbagai pilihan untuk menentukan latihan yang paling sesuai untuk tindakan.

Pemecahan Masalah terjadi saat sebuah rintangan ditemui dalam pencapaian

sebuah tujuan. Sub-kecakapan untuk proses ini memuat identifikasi dan analisis

masalah.

Pertanyaan percobaan melibatkan pembangunan berbagai hipotesis tentang

fenomena fisik atau psikologis, membuat berbagai percobaan, dan menganalisa

hasil. Siswa kelas tiga yang merancang percobaan tanaman kacang dan

menganalisa kondisi-kondisi ideal untuk pertumbuhan adalah membuat

pertanyaan percobaan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai proyek ini, lihat

Unit Plan, Ras Kacang Terbaik.

Investigasi mirip dengan pertanyaan percobaan tetapi melibatkan berbagai

kejadian masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Tidak seperti pertanyaan

percobaan yang memiliki berbagai aturan tertentu untuk bukti berdasar pada

12

Page 13: Kecakapan Berpikir

analisis statistik, investigasi membutuhkan berbagai argumen yang logis. Dalam

sebuah pertanyaan percobaan, para pelajar mengamati dan mencatat langsung data

tentang fenomena. Dalam investigasi, informasi tidak didapat langsung. Ia datang

dari penelitian dan berbagai opini orang lain melalui tulisan, pembicaraan, dan

pekerjaan lain. Siswa fisika SMA yang meneliti berbagai isu fisika saat ini dan

menggunakan apa yang mereka pelajari untuk mengajak para pembuat undang-

undang untuk mendanai berbagai jenis penelitian tertentu adalah membuat

investigasi.

4. Domain Pengetahuan

Secara tradisional, fokus dari sebagian besar pengajaran adalah komponen

pengetahuan. Para siswa diasumsikan membutuhkan sejumlah besar pengetahuan

sebelum mereka dapat berpikir secara serius tentang sebuah mata pelajaran.

Sayangnya, dalam ruang kelas tradisional, pengajaran jarang didorong untuk

dapat lebih daripada sekedar penumpukan pengetahuan, menjadikan para siswa

bermental “filing cabinet” yang penuh dengan beragam fakta, yang sebagian besar

dengan cepat terlupakan setelah ujian akhir.

Pengetahuan adalah sebuah faktor penting dalam berpikir. Tanpa adanya

kecukupan informasi tentang mata pelajaran, sistem-sistem yang lain hanya

bekerja sedikit sekali dan tidak akan dapat merekayasa proses belajar dengan

sukses. Sebuah mobil bertenaga tinggi dengan semua fitur teknologi terakhir

tetaplah membutuhkan bahan bakar untuk menjadikannya berfungsi. Pengetahuan

adalah bahan bakar yang memberi tenaga pada proses berpikir.

Marzano mengidentifikasikan tiga kategori dari pengetahuan: informasi,

prosedur mental dan prosedur fisik. Secara sederhana, bayangkanlah informasi

adalah sebagai “apa” dari pengetahuan, dan berbagai prosedur terkait adalah

“bagaimana caranya”.

a. Informasi

Informasi terdiri dari pengorganisasian beragam gagasan, seperti prinsip-

prinsip, penyederhanaan, dan rincian, seperti kamus istilah dan fakta-fakta.

Berbagai prinsip dan penyederhanaan tersebut penting karena hal-hal tersebutlah

yang memungkinkan kita untuk dapat menyimpan lebih banyak informasi dengan

13

Page 14: Kecakapan Berpikir

usaha yang lebih sedikit dengan menempatkan beragam konsep ke dalam berbagai

kategori. Sebagai contoh, seseorang dapat saja tidak pernah mendengar tentang

seekor akbash, tetapi begitu seseorang mengetahui bahwa hewan itu tergolong

seekor anjing, maka dia setidaknya akan mengetahui sedikit tentang akbash

tersebut.

b. Prosedur Mental

Berbagai prosedur mental dapat mencakup mulai dari beragam proses

yang rumit, seperti menulis sebuah kertas kerja yang penuh istilah sampai kepada

tugas-tugas yang lebih sederhana seperti taktik, algoritma, dan juga aturan-aturan

tunggal. Taktik, sebagaimana membaca peta, terdiri atas sekumpulan kegiatan

yang tidak perlu dilakukan dalam keteraturan yang khusus. Algoritma,

sebagaimana divisi penghitung yang panjang, mengikuti sebuah aturan kaku yang

tidak berubah oleh situasi. Aturan-aturan tunggal, seperti yang mencakup aturan

permodalan, hanya berlaku secara khusus untuk beberapa instansi khusus pula.

c. Prosedur Fisik

Tingkatan prosedur fisik dalam proses belajar bervariasi tergantung mata

pelajaran. Kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk membaca buku, sebagai

contoh, tidak lebih dari gerakan mata kiri ke mata kanan dan koordinasi minimum

yang dibutuhkan untuk membalikkan halaman buku. Di sisi lain, pendidikan

jasmani dan kejuruan membutuhkan beragam proses fisik yang luas dan canggih,

seperti bermain tennis atau membuat seperangkat mebel. Berbagai faktor yang

berkontribusi untuk proses-proses fisik yang efektif termasuk di dalamnya adalah

kekuatan, keseimbangan, keterampilan, ketangkasan, kecekatan, dan juga

kelincahan serta kecepatan bergerak. Banyak pula ragam kegiatan yang dapat

siswa nikmati di waktu senggangnya seperti berolahraga atau memainkan

permainan elektronik membutuhkan prosedur fisik yang lebih halus.

D. Penilaian Kecakapan Berpikir

Fungsi penilaian selain sebagai alat evaluasi proses pembelajaran,

feedback pembelajaran, dan meningkatkan motivasi, juga dapat melatih

keterampilan berpikir apabila penilaian (assessment) tepat penerapan dan

14

Page 15: Kecakapan Berpikir

jenisnya. Penilaian kecakapan berpikir bisa menggunakan berbagai perangkat

assessment yang sudah ada kemudian dimodifikasi sebagai perangkat assessment

untuk kecakapan berpikir. Kecakapan berpikir dapat diukur menggunakan

assessment portofolio, peer assessment, angket (questionnare), dan lain

sebagainya tergantung pembelajaran yang hendak dilakukan.

Marzano (1992 dalam Rahmat, 2007) dalam lima dimensi belajarnya,

yaitu: (1) Positive Attitudes and Perceptions About Learning, (2) Acquiring and

Integrating, (3) Extending and Refining Knowledge, (4) Using Knowledge, dan

(5) Productive Habits of Mind, membagi habits of mind ke dalam tiga kategori

yaitu:

1. Self regulation, meliputi:

a. Menyadari pemikirannya sendiri

b. Membuat rencana secara efektif

c. Menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan

d. Sensitif terhadap umpan balik dan

e. Mengevaluasi keefektifan tindakan

2. Critical thinking, meliputi:

a. Akurat dan mencari akurasi

b. Jelas dan mencari kejelasan

c. Bersifat terbuka

d. Menahan diri dari sifat impulsive

e. Mampu menempatkan diri

f. Bersifat sensitif dan tahu kemampuan temannya.

3. Creative thinking, meliputi:

a. Dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak

segera nampak

b. Melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya

c. Membuat, menggunakan, memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya

sendiri

d. Menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang

berlaku pada umumnya

15

Page 16: Kecakapan Berpikir

Kelima dimensi belajar tersebut termasuk Habits of mind dapat digunakan

sebagai landasan dalam merancang suatu silabus/perencanaan pembelajaran. Hal

ini dimungkinkan karena dalam setiap dimensi terkandung pernyataan yang dapat

menuntun pendidik dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran yang harus

diberikan untuk mengakomodasi seluruh aspek yang terlibat dala proses belajar.

Selain hal tersebut, dengan menggunakan dimensi belajar pendidik juga dapat

mengembangkan system asesmen (Rahmat, 2007).

Peserta didik dapat dikatakan paling efektif belajar bila peserta didik

tersebut telah dapat mengembangkan kebiasaan berpikir yang mengantarkan

mereka sehingga dapat berpikir secara kritis, berpikir kreatif, dan dapat mengatur

perilakunya sendiri. Sehingga beberapa komponen Habits of mind tersebut dapat

dijadikan acuan dalam melakukan penilaian terhadap kecakapan berpikir yang

dapat memberikan informasi yang berguna mengenai:

a. Siswa memikirkan berbagai macam ide yang berbeda

b. Siswa melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda

c. Siswa membuat beberapa kemungkinan solusi dari sebuah masalah

d. Siswa memikirkan beberapa cara untuk mencapai tujuan

Berikut ini adalah contoh model instrumen penilaian kecakapan berpikir

kritis yang dapat dikembangkan dari beberapa komponen Habits of mind

Marzano, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Model Instrumen Penilaian Berpikir

No.

Variabel Indikator Skor Indikator Operasional Skor

1 Tujuan Tingkat pemahaman mengenai tujuan berpikir.

4Merumuskan dengan sangat jelas tentang tujuan pembuatan tugas

33

Merumuskan dengan jelas tentang tujuan pembuatan tugas

2Merumuskan tujuan pembuatan tugas kurang jelas.

1Merumuskan tujuan pembuatan tugas tidak jelas.

2 Kata kunci permasalahan

Mengidentikasi kata kunci permasalahan

4Mendefinisikan masalah sangat jelas.

43

Mendefinisikan masalah dengan jelas.

2Mendefinisikan masalah kurang jelas.

1 Mendefinisikan masalah tidak

16

Page 17: Kecakapan Berpikir

jelas.3 Kata kunci

permasalahanMendefinisikan masalah utama

4Mengidentifikasi masalah utama dengan sangat akurat

23

Mengidentifikasi masalah utama dengan akurat

2Mengidentifikasi masalah utama dengan kurang akurat

1Mengidentifikasi masalah utama dengan tidak akurat

4 Kata kunci permasalahan

Pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah

4

Menunjukkan pemahaman yang sangat baik terhadap kedalaman dan keluasan masalah

4

3Menunjukkan pemahaman yang baik terhadap kedalaman dan keluasan masalah

2

Menunjukkan pemahaman yang kurang terhadap kedalaman dan keluasan masalah

1

Tidak menunjukkan pemahaman yang terhadap kedalaman dan keluasan masalah

5 Menyikapi masalah

Teknik menyikapi masalah

4Menyikapi masalah sangat objektif.

03

Menyikapi masalah dengan objektif.

2Menyikapi masalah kurang objektif.

1Menyikapi masalah tidak objektif.

6 Sudut pandang Menentukan sudut pandang terhadap masalah

4Mengidentifikasi, berempati, adil, dan menghargai seluruh sudut pandang yang relavan.

23

Mengidentifikasi, berempati, adil terhadap seluruh sudut pandang yang relavan.

2Mengidentifikasi, berempati terhadap seluruh sudut pandang yang relavan.

1Mengidentifikasi sudut pandang yang kurang jelas.

7 Sudut pandang Menguji sudut pandang yang sama

4

Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menguji ketepatan sudut pandang dengan sangat jelas.

33

Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menguji ketepatan sudut pandang dengan jelas.

2

Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menguji ketepatan sudut pandang kurang jelas.

1 Mengidentifikasi,

17

Page 18: Kecakapan Berpikir

mengevaluasi, dan menguji ketepatan sudut pandang tidak jelas.

8 Sudut pandang Sikap terhadap sudut pandang yang berbeda

4Mengindentifikasi sudut pandang yang berbeda secara objektif dari segala aspek

43

Mengidentifikasi sudut pandang yang berbeda secara objektif dari aspek tertentu

2Kurang memperhatikan sudut pandang yang berbeda secara objektif

1Tidak memperhatikan sudut pandang yang berbeda

9 Informasi Memiliki informasi yang relevan 4

Memiliki informasi yang sangat lengkap dalam bentuk hasil observasi, pernyataan, data, fakta, deskripsi sangat mendukung argumen

43

Memiliki sejumlah informasi yang lengkap hasil observasi, pernyataan, data, fakta, deskripsi yang mendukung argumen

2

Memiliki informasi hasil observasi, pernyataan, data, fakta, deskripsi yang terbatas sehingga kurang mendukung argumen

1Tidak memiliki Informasi yang mendukung argumen

10 Informasi Membedakan informasi dengan pendapat secara kritis.

4

Membedakan dengan sangat jelas antara informasi dan pendapat dalam menggunakan informasi.

43

Membedakan dengan jelas antara informasi dan pendapat dalam menggunakan informasi

2Kurang jelas membedakan informasi dan pendapat dalam menggunakan informasi

1Tidak membedakan informasi dan pendapat dalam menggunakan informasi

11 Konsep Identifikasi konsep

4

Mengindentifikasi dan menjelaskan konsep-konsep yang mendasari secara sistematis, akurat, dan mendalam.

3

3

Mengindentifikasi dan menjelaskan konsep-konsep yang mendasari secara sistematis dan akurat.

2 Mengindentifikasi dan menjelaskan konsep-konsep yang mendasari secara

18

Page 19: Kecakapan Berpikir

sistematis.

1TIdak mampu mengidentifikasi dan menjelasakan konsep yang mendasari permasalahan

12 Interpretasi, Inferensi

Pengumpulan fakta dan argumen

4Mengumpulkan fakta dan argumen yang relevan

2

3Mengumpulkan fakta dan argumen yang kurang relevan

2Mengumpulkan fakta dan argumen yang dangkal, sederhana serta tidak relevan

1Tidak mampu mengumpulkan fakta dan argument yang relevan

13 Alternatif pemecahan masalah

Merumuskan alternatif

pemecahan masalah

4

Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis, berdasarkan konsep, dan data empirik.

33

Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis dan berdasarkan konsep.

2Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis.

1Tidak memiliki sejumlah alternatif pemecahan masalah.

14 Interpretasi, Inferensi

Penarikan kesimpulan

4

Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, berlandaskan argumen yang rasional, kreatif, dan bijaksana

33

Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, berlandaskan argumen yang rasional, dan kreatif.

2

Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, berlandaskan argumen yang rasional.

1Tidak mampu menarik kesimpulan dan menghasilkan solusi yang relevan

15 Implikasi, Konsekuensi

Implikasi dan konsekuensi menetapkan solusi 4

Mengidentifikasi implikasi dan konsekuensi dengan sangat jelas dan mendalam dalam menetapkan pemecahan masalah.

3

3

Mengidentifikasi implikasi dan konsekuensi dengan jelas dan mendalam dalam menetapkan pemecahan masalah.

2 Kurang begitu jelas dalam mengidentifikasi implikasi dan konsekuensi menetapkan

19

Page 20: Kecakapan Berpikir

pemecahan masalah.

1Tidak dapat mengidentifikasi implikasi dan konsekuensi pemecahan masalah

16 Implikasi, Konsekuensi

Probabilitas implikasi

4

Membedakan implikasi dengan sangat jelas mengenai yang mungkin dan yang mustahil secara rasional, akurat dan detail.

33

Membedakan implikasi dengan jelas mengenai yang mungkin dan yang mustahil secara rasional, akurat dan detail.

2

Kurang jelas membedakan implikasi mengenai yang mungkin dan yang mustahil secara rasional.

1Tidak membedakan implikasi dengan jelas mengenai yang mungkin dan yang mustahil .

Sumber: gurupembaharu.com (diakses 30 Agustus 2015)

20

Page 21: Kecakapan Berpikir

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu:

1. Kecakapan berpikir pada dasarnya merupakan kecakapan menggunakan pikiran/ rasio kita secara optimal. Kecakapan berpikir mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan secara cerdas (information processing and decision making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill).

2. Kecakapan berpikir terdiri dari dua jenis yaitu kecakapan berpikir kritis dan kecakapan berpikir kreatif. Kecakapan berpikir kritis merupakan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah (problem solving) yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya. Kecakapan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang).

3. Kerangka kerja kecakapan berpikir dikembangkan oleh Robert Marzano (2000), yang memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas, mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan teori berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para siswanya. Kerangka kerja kecakapan berpikir oleh Marzano dibuat dari tiga sistem: 1) sistem diri, 2) sistem metakognitif, 3) Sistem Kognitif; dan Domain Pengetahuan

4. Penilaian kecakapan berpikir bisa menggunakan berbagai perangkat assessment yang sudah ada kemudian dimodifikasi sebagai perangkat assessment untuk kecakapan berpikir. Dimensi belajar Marzano dapat digunakan untuk mengembangkan system asesmen.

B. Saran Pengkajian lebih lanjut mengenai kurikulum dan sistem pendidikan yang

ada di Indonesia perlu dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan kecakapan berpikir siswa.

21

Page 22: Kecakapan Berpikir

DAFTAR RUJUKAN

Brookfield- 1987. Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey Bass Publiser

Bruner, 1957. The relevan of Education. London: George Allan&Unwin. L.td.

Davies, B. dan Ellison, L. (1992). School Development Planning. Harlow:Longman Group U.K. Ltd.

Gilhooly, K.J. (1982). Thinking, Directed, Undirected, and Creative. London: Academic Press. L.td.

here to stay. California. Corwin Press, Inc.

Hudgins, B.B. dkk.(1983). Educational Psychology. USA : F.E. Peacock Publishers, Inc.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning, what it is and why it’s

Marzano, R.J. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Marzano, R. J. 2000. Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Mustaji. 2013. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. (Online: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran, (diakses 30 Agustus 2015)

Osborne, J.W. (1999). Metacognition and Teaching for Learning,(online) http://facultystaff.Ou.edu/O/JasonW.Osborne-1/Metahome.html. (diakses 30 Agustus 2015)

Perkins,D.N. & Weber,R.J. 1992. Inventive Mind: Creative in Technology. New York: University Press

Rahmat, Adi. 2007. Learning Dimensions Based Teaching. FPMIPA UPI www.intel.co.id/content/dam/www/.../apac/.../ap-21st-century-skills.pdf (diakses 29 Agustus 2015)

Smith Jr. A.J. 2000. Authentic Assessment Advance Contextual Teaching and Learning. University Of Washington: http//www depts. Washington. Edu/ wctl /publication/ htm. Diakses Tanggal 29 Agustus 2015

Warnick, B, dan Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 Ed. Boston: Pearson Education. Inc

22