Upload
eki-rizki-ramadhan
View
663
Download
109
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal Radiologi
Citation preview
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
TEKNIK PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN CT-SCAN PADA FEMORALIS
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Kelulusan Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi
Disusun oleh :
ANUGRAH PRAWIRA
1010070140058
PROGRAM STUDI DIII
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN TERAPI
UNIVERSITAS BAITURAHMAH
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan masalah yang berkaitan dengan kesehatan manusia dewasa ini
sangat lah cepat, baik bersifat degeneratif maupun non generatif, sehingga mrmerlukan
penanganan secara medis yang lebih intensif. Penegakan diagnosa suatu penyakit saat ini
sangat bergantung pada bantuan berbagai peralatan penunjang diagnosa. Salah satunya
adalah Computed Tomografhy (CT scan) yang merupakan teknik pencitraan imaging
yang memenfaatkan computer dengan teknik irisan-irisan tubuh yang berbeda dengan
tujuan memperlihatkan gamban organ tubuh dari beberapa potongan pembentukan tubuh
manusia.
Dalam radiologi anatomi yang di amati sering tertutup oleh jaringan lainnya,
sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh jaringan yang tidak di
inginkan, hal ini membingungkan para dokter untuk mendignosa organ tubuh tersebut.
Untuk mengatasi keterbatasan radiografi tersebut, maka dikembangkan teknologi yang
lebih canggih yaitu CT scan, dengan adanya CT scan inin citra gambaran organ-organ
tubuh tertentu akan terlihat lebih jelas dan informatif.
Pemeriksaan CT scan dapat memperlihatkan beberapa gambaran organ tubuh
salah satunya adalah pemerikasaan femoralis. Oleh karena itu penulis melakukan
penelitian dengan judul “TEKNIK PENATALAKASANAN PEMERIKSAAN CT-
SCAN PADA FEMORALIS”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1.Bagaimana tata laksanaan CT scan femoralis ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Diketahuinya pemeriksaan CT scan femoralis.
1.4 Manfaat dari Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan semua ilmu pengetahuan yang selama ini
di dapat kan di bangku kuliah dan menambah pengetahuan dan wawasan penulis
tentang pemeriksaan CT scan femoralis.
1.4.2 Bagi Institusi
Menambahkan pengetahuan khususnya mahasiswa dan dosen di
perpustakaan program studi DIII teknik radiodiagnostik dan Radioterapi
Universitas Baiturrahmah Padang.
1.4.3 Bagi Radiografer
Dapat memperoleh informasi tentang penatalaksanan CT scan pada femoralis.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Memperkaya wawasan para mahasiswa Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
1.5 BATASAN MASALAH
Untuk menjaga agar penelitiaanini selalu terarah dan tidak terjadi penyimpangan
dari tujuan yang diharapkan, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan supaya
jangkauan pemecahan masalah tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan di
bahas.
Adapun batasan yang di maksud adalah penelitian yang penulis lakukan hanya
sebatas Teknik penatalaksanaan pemeriksaan CT scan pada femoralis dengan tujuan
mengetahui bagaimana penatalaksanaan CT scan femoralis dengan baik sehingga,
mendapatkan gambaran yang bagus.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang berisikan yang memuat latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian dan sistematika.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tinjauan pustaka yang memuat tentang bahan pustaka dan literature
yang di gunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan metodologi penelitian yang memuat tentang lokasi penelitian, tatacara
penelitian dan cara pelaksanaan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang hasil penelitian yang telah di laksanaan penulis dan
pembahasannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai penutup tentang kesimpulan yang telah diterima selama penelitian dan
juga memuat beberapa saran yang dapat di berikan penulis berdasarkan atas
penelitian yang di lakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 SINAR- X
2.1.1 SEJARAH SINAR X
Sinar-x prrtama kali di temukan oleh fisikawan berkebangsaan jerman yaitu Wilhem
Conrad Roentgen pada tanggl 8 november 1895. Pada saat itu roentgen melakukan penelitian
mengenai sinar katoda , dalam penelitian roentgen menggunakan tabung crookes yang di tutupi
oleh kotak hitam untuk menutupi pendaran fluoresensi agar selalu berada dalam gelas. Saat
tabung tersambung, beberapa Kristal dari screen yang dilapisi barium platino-cyanide yang
berada dimeja didekat tabung tersebut menjadi berpendar dan mengeluarkan sejenis sinar yang
tidak di ketahui. Tetapi jika ada benda yang terbuat dari Logam di letakkanantara tabung dan
screen, maka tidak ada pendaran. Karena sinar ini tidak dapat didefinisikan dan sebelum nya
tidak di kenal maka diberi nama sinar-x atau sering juga di sebut dengan sinar roentgen.
Radiograf pertama di dunia menggunakan tangan manusia sebagai objeknya, yaitu tangan
dari istri roentgen sewndiri. Radiograf pertama kali merupakan dasar bagi dunia kedokteran
teruatama bidang radiologi untuk selanjutnya berkembang hingga sekarang dan digunakan untuk
menegakkan sebuah diagnosa dengan tepat tanpa melakukan pembedahan terlebih dahulu.
2.1.2 Proses terjadinya sinar-x
Tabung sinar-x merupakan sebuah tabung yang terbuat dari bahan gelas yang hampa
udara. Di dalam tabung sinar-x ini terdapat dua diode yaitu katoda (bermuatan negatif) dan
anoda (bermuatan positif). Saat filament yang berada di katoda dim panaskan, filament semakin
banyak, sehingga terbentuk awan elektron.
Kemudian antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang sangat tinggi minimal 40
Kv (40.000) volt, sehingga elektron yang berada di katoda akan bergerak dengan sangat cepat
menuju anoda. Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan sangat cepat ini akan
menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target. Pada kejadian ini jumlah elektron
secara tepat di control oleh energy kenetik. Sebagai contoh 100 mA, sejumlah 6x 1017 elektron
mengalir dari katoda ke anoda pada tabung sinar x setiap detik.jarak antara filament dan target
hanya sekitar 1-3 cm. Bayangan intensitas dari gaya percepatan yang di butuhkan untuk
mencapai kecepatan elektron dari nol sampai setengah dari kecepatan cahaya pada jarak sedekat
itu.
Elektron yang bergerak dari katoda ke anoda pada gtabung hampa biasa disebut dengan
elektron proyektil. Saat elektron proyektil ini berbenturan dengan atom logam berat dari target,
elektron berinteraksi dengan atom-atom ini dan mentransfer energi kinetiknya ke target. Interaksi
ini terjadi pada kedalaman yang sedikit target. Saat terjadi hal tersebut, proyektil elektron
melambat dan akhirnya sampai berhenti.
Proyektil elektron berinteraksi dengan elektron lintasan atau inti dari atom target.
Interaksi tersebut menghasilkan konversi energy kinetik menjadi energi panas dan energi
elektromagnetik kedalam bentuk sinar x. Kemudian hampir semua energy kinetic dari proyektil
elektron dikonversi menjadi panas. Proyektil elektron berinteraksi dengan elektron dari kulit
terluar dari atom target tetapi tidak memberi energi yang cukup pada elektron kulit terluar ini
untuk mengionisasinya. Lalu, akibat energi ini menyebabkan elektron kulit terluar ini untuk
tereksitasi. Elektron kulit luar terluar ini akan langsung kembali ke status energi normal.
Kejadian eksitasi terjadi kembali ke posisi semula akan menyebabkan panas pada anoda di
tabung sinar x. Secara umum lebih dari 99% energi kinetik dari proyektil elektron ini di ubah
menjadi energi panas dan menyisakan kurang dari 1% yang berubah menjadi sinar-x.
2.1.3 Sifat-Sifat Sinar-X
Sinar-x sebagaimana gelombang elektromagnetik lainnya mempunyai sifat, sifat-
sifat sinar-x tersebut adalah :
a. Mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek yaitu antara 10-13 s/d 10-10
m.
b. Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara 104 s/d 105 eV sehingga
sinar-x mempunyai daya tembus yang besar pula.
c. Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai bahan.
d. Tidak terlihat, tidak terasa dan tidak berbau.
e. Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tententu (biasanya bahan fospor).
f. Tidak berpengaruh terhadap medan magnet maupun medan listrik.
g. Dapat menghitamkan emulsi.
h. Mempunyai efek terhadap sel-sel hidup, efek ini bias bersifat negative tetapi
ada juga yang bersifat positif.
i. Apbila mengenai suatu bahan/materi akan terjadi tiga hal yaitu :
1. Dipantulkan (dengan energy yang lebih lemah)
2. Diserap
3. Diteruskan
2.2. CT Scan
2.2.1 Sejarah CT scan
Pada tahun 1969 Tn.Goodfrey Newbold Houndsfield dari Electrik and Musical Industri
( EMI) Limited di Inggris, mengembangkan teknologi komputer untuk bidang radiografi yang
kemudian dikenal dengan nama EMI scanner yang pada saat itu baru bias dipakai untuk
pemeriksaan kepala (1970). Jejak EMI ini diikuti oleh perusahaan elektromedik sambil terus
disempurnakan dan sampai saat ini beberapa perusahaan telah memproduksi CT scan untuk
pemeriksaan seluruh tubuh ( whole body scanner).
2.2.2 Perkembangan CT scaN
1. CT scan generasi pertama
Generasi pertama dari CT scan hanya menggunakan detektor tunggal yang akan
menangkap sinar-x berbentuk pensil, pergerakannya translasi-rotasi. Objek akan di scan
pada arah translasi kemudian akan di putar sebesar 60 derajat dan bergerak kearah
translasi dan seterusnya. Karena hanya menggunakan detektor tunggal, maka dengan
sendirinya proses scanning sampai menghsilkan gambar memerlukan waktu yang cukup
lama yaitu 1 slice sekitar 4,5 menit.
2.CT scan generasi kedua
Setiap generasi mengalami perkembangan yang sangt pesat, namun perkerakannya sama
dengan generasi pertama yaitu translasi rotasi. Pancaran berkas sina-x yang di hasilkan
adalah model kipas angin dengan jumlah detektor 30 buah serta waktu scan sangat
pendek yaitu 15 detik untuk 1 slice atau 10 menit untuk 40 slice.
3.CT scan generasi ketiga
Generasi ketiga menggunakan detektor yang jauh lebih banyak yaitu > 300 buah dengan
bentuk pisang (banana shape) Menghasilkan 1 slice selama 1 detik, sehingga daerah yang
terkena paparan sinar X jauh lkebih lebar dengan demikian jumlah data gambar yang
dihasilkan jauh lebih banyak, waktu untuk menghasilkan gambar juga bias lebih
dipersingkat. Pergerakannya tidak lagi tranlasi – rotasi tetapi rotasi – rotasi dan rotasi-
continue. Rotasi-rotasi artinya sistem akan berputar balik dan menghasilkan gambar,
untuk supply tegangan operasional digunakan tabel tegangan tinggi. Rotasi-continue
artinya sistem akan berputar terus (searah jarum atau sebaliknya) sambil menghasilkan
gambar. Supply tegangan dari luar kedalam sistem yang menggunakan slip Ring yang
akan turut berputar dengan sistem dan carbon brush sebagai media kontaknya,
sedangkan untuk komunikasi data gambar digunakan sistem transmitter-receiver
4.CT scan genarasi keempat
CT scan generasi keempat disebut dengan CT helical atau CT spiral. Kelebihannya
pengambaran organ akan lebih cepat dan dapat diolah menjadi gambar tiga dimensi
melalui pengelohan komputer. Generasi ini menggunakan teknologi fixed-ring yang
mempunyai 4.800 detektor. Saat pemeriksaan tabung sinar-X berputar 360 mengelilingi
detektor yang diam dengan waktu scanning sama dengan CT scan generasi ketiga.
2.2.3 Dasar-dasar CT-Scan
CT-Scan adalah suatu pencintraan radiodignostik yang dapat menghasilkan gambar dan
irisan atau bidang tertentu tubuh pasien dan member informasi diolah komputer sintesa dari
sinar-x dengan data yang di tampilkan pada video display.
CT-Scan diperkenalkan pertama kali pada kongres tahunan di British institusi Radiologi
bulan April 1972, oleh seorang ilmuan senior bernama G.N Hounsfield yang bekerja untuk EMI
Limited di Midldilesex Inggris.
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televise sehingga
mampu menampilkan gambar anatomi tubuh bagian dalam anatomi tubuh bagian dalam manusia
bentuk irisan atau slice (Rasad : 1992)
2.2.4 Parameter CT scan
Dalam CT scan dikenal bebrapa parameter untuk mengontrol eksposi dan output gambar
yang optimal diantaranya :
1. Scanogram
Merupakan langkah awal dalam scanning untuk menentukan posisi pada slice. Pada
operator consule, pengaturan scanogram dengan pilihan top view yaitu scanogram
dengan posisi AP ( Antero posterior) atau PA (Postero Anterior) dan slice view yaitu
scanogram dengan posisi (lateral) dalam scanoscope.
2. Range
Range adalah kombinisi dari beberapa slice thicknes untuk mendapatkan ketebalan
irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan.
3. Slice thickness
Tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Pada umum nya ukuran
yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya yang
tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail tinggi. Nilai dapat dipilih antara 1-
10 mm sesuai dengan keperluan klinis.
4. Waktu scan
Waktu scan yang terbaik adalah wktu scan yang cepat dan utamanya bermamfaat
pada scan pediatric atau pada pasien yang tidak dapat tahan nafas.
5. Pengaturan mA (Mili Ampere)
Pengaturan mA akan menghasilkan perubahan ukuran focus dan kuantitas sinar-x
yang dihasilkan. Pilihan penggunaan mA disesuaikan dengan ukuran pasien, posisi
scan thickness.
6. Field of View (FoV)
FoV adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkontruksi, besarnya
berfariasi antara rentang 12-50 cm. FoV yang kecil akan meningatkan resolusi
gambaran karena FoV yang kecil dapat memproduksi ukuran picture element (pixel),
sehingga dalam FoV terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk
keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
7. Gantry Tilt
Gantry Tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung
sinar-x dan detektor), rentang penyudutan antara -20 sampai + 20. Tujuan penyudutan
adalah untuk keperluan diagnose dari masing-masing kasus yang harus dihadapi.
8. Rekontruksi Matriks
Rekontruksi matriks adalah deretan baris dan kolom pada pixel dalam proses
perenkonstruksian gambar. Pada umunya matriks yang digunakan berukuran 512x512
(5122) yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekontruksi matriks ini berpengaruh terhadap
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka
semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
9. Rekontruksi algororitma
Rekontruksi algoritma adalah prosedur matematis (algoritma) yang digunakan untuk
merekontrusi gambar. Hasil dan karakteristik gambar CT scan tergantung pda kuat
lemahnya algoritma yang dipilih, maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang
akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang,soft tissue
dan jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
10. Windows Level
Windows level adalah nilai tengah dari windows yang digunakan untuk
menampakkan gambar. Nilai dapat dipilih tergantung pada karektristik perlemahan
dari struktur objek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar yang
akan dihasilkan.
11. Window width
Window width adalah rentang nilai CT yang di komversi menjadi gray scale untuk
ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar
melalui rekontruksi matriks dan algoritma maka hasilnya akan dikonversi menjadi
skala numerik yang dikenal dengan nama CT number, nilai ini mempunyai satuan
Hounsfield Unit (HU).