156
ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik Oleh : Sela Selvia NIM 6661130156 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Januari 2018

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN

DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh :

Sela Selvia

NIM 6661130156

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Januari 2018

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 3: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 4: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

ABSTRAK

Sela Selvia. NIM. 6661130156. Alternatif Strategi Pengembangan Taman

Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr.

Ayuning Budiati, MPPM; Dosen Pembimbing II, Leo Agustino Ph.D

Taman Hutan Raya (Tahura) Banten memiliki daya tarik yang khas berupa flora

maupun fauna endemik yang berada di dalam lingkungan Tahura. Penelitian ini

dilatar belakangi oleh masih adanya permasalahan mengenai strategi

pengembangan Tahura yang menghambat pelaksanaan pengembangan Tahura

diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di

lokasi Tahura, kurangnya peran aktif pemerintah dan pengelola dalam

pengelolaan sarana dan prasarana Tahura, lemahnya strategi pengembangan

kawasan berupa promosi untuk menarik minat wisatawan mengunjungi kawasan

Tahura. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam

pengembangan Tahura Banten. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan

pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam

penentuan strategi yang dibangun menggunakan Matrik TOWS sebagai alat guna

membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang dibagi kedalam key informan

dan secondary informan. Pengumpulan data yaitu dengan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi menggali potensi wisata alam dan

buatan Tahura Banten untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi promosi

Tahura melalui media eletronik/pameran, Strategi memotivasi kelompok kegiatan

usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung Tahura, Strategi mengoptimalkan

aksesibilitas menuju Tahura dan lokasi obyek wisata, Strategi Membangun

koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Tahura dengan Pemerintah

Daerah, Strategi menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan

Tahura, Menguatkan kelembagaan masyarakat dengan yang berperan dalam

pengembangan Tahura yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan

Kelompok Pencinta Alam, Strategi memaksimalkan sarana dan prasarana

pendukung wisata di Tahura.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Tahura.

Page 5: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

ABSTRACT

Sela Sela. NIM. 6661130156. Alternative Strategy of Forest Park

Development (Tahura) Banten in Carita Pandeglang District. The Science of

Public Administration Program. Faculty of Social Science and Political

Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I, Dr. Ayuning

Budiati, MPPM; Supervisor II, Leo Agustino Ph.D

Forest Park (Tahura) Banten has a unique attraction of flora and fauna endemic in

the environment Tahura. This reasearch is based on the problem of Tahura

development strategy which impedes the implementation of Tahura development

which is not optimal in the procurement of facilities and infrastructure in Tahura

location, lack of active role of government and managers in Tahura facilities and

infrastructure management, the weakness of regional development strategy in the

from of promotion for attract tourists visiting the Tahura area. This study aims to

analyze appropriate strategies in the development of Tahura Banten. This study

uses a theory based on SWOT analysis proposed by Hunger and Wheleen in the

determination of strategy built using the TOWS Matrix as a tool to build a

strategy that considers the results of the SWOT analysis. The method used in this

research is qualitative with descriptive approach. Informants in this study

amounted to 15 people divided into key informants and secondary informants.

Data collection is by in-depth interview. The result of the research show that the

strategy of exploring the natural and artificial tourism potential of Tahura Banten

to increase tourist attraction, Tahura promotion strategy through

electronicmedia/exhibition, strategy tto motivate groups of community tourism

business activities as Tahura support, Strategy to optimize accessibility to Tahura

and location of tourism object, Strategy establish good coordination and

communication between Tahura managers and local government, Strategy to

strengthen community institutions in developing Tahura, Strengthening

community institutions with role in developing Tahura Community Empowerment

Institution (LPM) and Nature Lovers Group, Strategy to maximize the supporting

faciilities and infrastructures in Tahura.

Keywords: Strategy, Development of Tahura.

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,

rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada

nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya

pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

berjudul penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Alternatif Strategi

Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) Banten di Kecamatan

Carita Kabupaten Pandeglang” Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai

dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu

membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka pada

kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima

kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4. Iman Mukhroman, S. Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak

sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat

membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini

selesai dengan sebaik-baiknya.

8. Leo Agustino Ph.D sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing II

yang memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan serta

memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari

awal hingga akhir.

9. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

10. Ema dan Almarhum Ayah yang selalu memberikan dukungan secara moril

dan materil serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-

anaknya di masa depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa

memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.

11. Kakak-kakak ku Meli Amiati dan Hilman Firman yang selalu sabar, baik,

dan memberikan dukungan secara moril dan materil selama ini.

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

12. Teman-teman khusunya kelas A Program Studi Ilmu Administrasi Publik

2013 terimakasih untuk dukungan dan doanya selama ini.

13. Kakak-kakak angkatan 2012 Fatwa, Wiwi, Jen, dan Nafis yang selalu setia

menemani sejak awal semester 5 Program Studi Ilmu Administrasi Publik

hingga penyelesaian skripsi.

14. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan

skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan

skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti

sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, 24 Januari 2018

Sela Selvia

NIM. 6661130156

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................9

1.3 Batasan Masalah...............................................................................................9

1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................10

1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................................10

1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................................10

1.7 Sistematika Penulisan......................................................................................11

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori................................................................................................14

2.1.1 Pengertian Strategi.............................................................................14

2.1.1.1 Metode Perumusan Strategi................................................16

2.1.2 Analisis SWOT.....................................................................................17

2.1.3 Konsep Pariwisata..............................................................................21

2.1.3.1 Pengertian Pariwisata...........................................................21

2.1.3.2 Pengembangan Pariwisata...................................................24

2.1.3.3 Pengelolaan Pariwisata........................................................25

2.1.4 Konsep Taman Hutan Raya.................................................................27

2.1.4.1 Pengertian Taman Hutan Raya.............................................27

2.1.4.2 Sasaran Pengelolaan Taman Hutan Raya.............................29

2.1.4.3 Manfaat Taman Hutan Raya.................................................30

2.2 Penelitian Terdahulu.......................................................................................31

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian........................................................................35

2.4 Asumsi Dasar...................................................................................................38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian................................................................39

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian.....................................................................40

3.3 Lokasi Penelitian..............................................................................................40

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

3.4 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................40

3.4.1 Sumber Data Primer...........................................................................41

3.4.2 Sumber Data Sekunder.......................................................................43

3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................44

3.6 Informan Penelitian.........................................................................................45

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data..............................................................46

3.8 Uji Kreadibilitas Data......................................................................................49

3.9 Jadwal Penelitian…..........................................................................................51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian...............................................................................52

4.1.1 Keadaan Wilayah Tahura Banten.......................................................52

4.1.1.1 Sejarah Tahura Banten............................................................52

4.1.1.2 Kondisi Fisik...........................................................................56

4.1.2 Visi dan Misi Tahura Banten..............................................................62

4.1.3 Keadaan Penduduk di Kawasan Tahura Banten.................................62

4.1.4 Potensi Wisata di Kawasan Tahura Banten........................................65

4.1.5 Sarana dan Prasarana Taman Hutan Raya..........................................68

4.2 Deskripsi Data..................................................................................................69

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian....................................................................69

4.2.2 Data Informan Penelitian...................................................................72

4.3 Pembahasan....................................................................................................73

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.3.1 Strengths (kekuatan)..........................................................................73

4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)...................................................................77

4.3.3 Opportunities (Peluang)......................................................................80

4.3.4 Threats (ancaman)..............................................................................84

4.3.5 Analisis Faktor Internal.......................................................................86

4.3.6 Analisis Faktor Eksternal....................................................................90

4.3.7 Matriks Analisis SWOT......................................................................94

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................................99

5.2 Saran.............................................................................................................101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

DAFTAR TABEL

HALAMAN

1.1 Daftar Taman Hutan Raya Di Indonesia........................................................2

1.2 Sarana Dan Prasarana Di Lokasi

Taman Hutan Raya (Tahura) Banten..............................................................5

2.1 Matrik TOWS...............................................................................................20

3.1 Informan Penelitian......................................................................................46

4.1 Vegetasi di Kawasan Tahura Banten............................................................58

4.2 Jenis Satwa Liar di Kawasan Tahura Banten...............................................61

4.3 Sarana dan Prasarana di Tahura Banten.......................................................68

4.4 Informan Penelitian......................................................................................72

4.5 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal....................................................93

4.6 Matriks SWOT..............................................................................................94

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

2.1 Alur Kerangka Berpikir...............................................................................................37

3.1 Analisis Data Model Interaktif....................................................................................47

4.1 Analisis SWOT............................................................................................................96

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN III Pedoman Wawancara

LAMPIRAN IV Member check

LAMPIRAN V Matriks Wawancara

LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN VII Data Pendukung Penelitian

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber hutan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus

selalu dijaga dan dimanfaatkan secara lestari guna kesejahteraan masyarakat,

karena hutan menyediakan pelayanan ekosistem yang mendasar bagi penghidupan

dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Untuk meningkatkan fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam,

menjaga keseimbangan lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam hayati dan

ekosistem dan mengembangkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, serta

mengembangkan wisata alam, pendidikan dan pendukung kegiatan budidaya,

taman hutan raya perlu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, lestari, selaras,

serasi, dan seimbang serta berkelanjutan.

Salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya adalah Tahan

Hutan Raya. Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli

dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Hutan Raya merupakan bagian dari jenis kawasan konservasi di

Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990. Adapun kriteria yang

ditetapkan sebagai penunjukan kawasan Taman Hutan Raya, adalah merupakan

kawasan yang memiliki suatu ciri khas tersendiri, baik asli maupun buatan yang

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

mana bisa terdapat pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan

yang ekosistemnya sudah berubah, memiliki keindahan alam dan atau mempunyai

gejala alam, misalnya ada terdapat sumber air panas bumi, dan mempunyai luas

yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik

jenis asli dan ataupun bukan asli.

Kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini di

Indonesia dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan dikelola dengan

upaya pengawetan keanekaragaman hayati dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu

kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang

disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan sosial

budaya.

Tujuan Pengelolaan Tahura adalah agar pengelolaan Tahura dapat lebih

terarah, sistematis sesuai dengan tingkat kebutuhan pengelolaan, perkembangan

wilayah dan dinamika masyarakat, terintegrasi dan berkesinambungan sehingga

kelestarian kawasan beserta ekosistem di dalamnya dapat terjamin keutuhannya

dalam jangka panjang dan adanya manfaat ekonomi yang dapat digunakan bagi

pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berikut ini daftar Taman Hutan Raya (Tahura) yang ada di Indonesia:

Tabel 1.1

Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia

No Nama hutan Lokasi

Luas areal

(ha)

1 Tahura Pecut Merah Intan Nangroe Aceh Darussalam 6,300.00

2 Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara 51,600.00

3 Tahura Dr. Mohammad Hatta Sumatera Barat 12,100.00

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4 Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau 6,172.00

5 Tahura Thaha Syarifuddin Jambi 15,830.00

6 Tahura Rejo Lelo Bengkulu 1,122.00

7 Tahura Wan Abdul Rachman Lampung 22,245.50

8. Tahura Carita Banten 1,595.90

9 Tahura Ir H. Juanda Jawa Barat 590.00

10 Tahura Pancoran Mas Depok Jawa Barat 6.00

11 Tahura Gunung Palasari Jawa Barat 35.81

12 Tahura Ngargoyoso Jawa Tengah 231.30

13 Tahura Gunung Bunder Yogyakarta 617.00

14 Tahura R. Suryo Jawa Timur 27,828.30

15 Tahura Ngurah Rai Bali 1,392.00

16 Tahura Nuraksa Nusa Tenggara Barat 3,155.00

17

Tahura Prof. Ir Herman

Yohanes Nusa Tenggara Timur 1,900.00

18 Tahura Sultan Adam Kalimantan Selatan 112,000.00

19 Tahura Bukit Suharto Kalimantan Timur 67,766.00

20 Tahura Sulteng Sulawesi Tengah 7,128.00

21 Tahura Bontobahari Sulawesi Selatan 3,475.00

22 Tahura Sinjai Sulawesi Selatan 720.00

23 Tahura Murhum Sulawesi Tenggara 7,877.00

Sumber : Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014

Provinsi Banten telah memiliki Taman Hutan Raya (Tahura) yang diberi

nama Tahura Carita dengan luas ±1,590.00 Ha sesuai Keputusan Menteri

Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.221/Menhut-II/2012 tanggal 4 Mei

2012 tentang Perubahan Fungsi antar Fungsi Pokok dari Kawasan Hutan Produksi

Terbatas seluas ±833 Ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas ±662 Ha serta

perubahan fungsi dalam fungsi pokok dari Taman Wisata Alam Carita seluas ±95

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Ha menjadi Kawasan Hutan Konservasi dengan fungsi Taman Hutan Raya seluas

±1.950 Ha yang terletak di kelompok Hutan Gunung Aseupan Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten dengan nama Tahura Banten.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor SK.3108/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 25 April 2014,

tentang Penetapan Kawasan Hutan Konservasi Taman Hutan Raya Banten seluas

1,595.90 hektar di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, maka luas definitif

kawasan Tahura Banten tersebut adalah 1,595.90 Ha.

Tahura Banten meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Carita yang

terdiri dari Desa Sukarame, Desa Sukanagara, Desa Cinoyong, dan Desa

Kawoyang.

Tahura memiliki potensi sumber daya alam berupa hutan yang bernilai

ekonomi dan ekologi cukup tinggi karena memiliki kekhasan ekosistem serta

tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi antara lain seperti

berbagai jenis flora yang baik endemik maupun eksotik (tanaman lokal tipe

pegunungan, koleksi jenis-jenis Meranti dari seluruh Indonesia, dan lain-lain) dan

berbagai jenis fauna yang sudah langka dan atau dilindungi (Burung Paok, Burung

Anis, dan Trenggiling). Semua potensi tersebut mempunyai peranan penting bagi

pengembangan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

budaya, pariwisata dan rekreasi.

Bedasarkan observasi dan wawancara awal yang peneliti lakukan kepada

pengurus Tahura Banten bahwasannya dalam pengembangan Tahura Banten saat

ini sangatlah memprihatinkan, kurangnya perhatian Pemerintah Provinsi Banten

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten yang ditunjuk

sebagai pengelolaan Tahura Banten dalam pengembangan Tahura Banten masih

banyak menimbulkan permasalahan.

Setelah peneliti melakukan observasi awal pada lokasi penelitian, ada

beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan Tahura Banten,

diantaranya adalah :

Pertama, Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi para

pengunjung yang datang ke kawasan Tahura Banten.

Berikut tabel 1.2 sarana dan prasarana yang dimiliki Tahura Banten saat

ini:

Tabel 1.2

SARANA DAN PRASARANA YANG DIMILIKI TAHURA BANTEN

Sarana Dan Prasarana yang Dimiliki Tahura Banten

1. Bendungan 1 bendungan

2. Camping Ground 4 Titik Lokasi

3. Balai Informasi 1 Balai

4. Tempat Ibadah (Mushola) 1 mushola

5. Tempat Sampah Minim

6. Tempat Peristirahatan Minim

7. Warung/Kantin Tersedia

8. Toilet Tersedia

9. Lahan Parkir Minim

10. Pos Penjagaan Minim

11. Listrik Belum Tersedia

Sumber: Peneliti, 2016

Dari observasi awal yang peneliti lakukan, terlihat jelas bahwa sarana dan

prasarana yang terdapat pada Tahura Banten masih memprihatinkan, dimana:

1. Terdapat satu bendungan yang berfungsi untuk mengairi sawah milik

masyarakat sekitar Tahura Banten

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

2. 4 titik lokasi camping ground yang dipergunakan untuk pengunjung

yang akan melakukan penelitian dan bermalam di kawasan Tahura

Banten, 4 titik lokasi tersebut dikelompokan berdasarkan luas dan

tingkat kegunaan, yaitu blok A diperuntukan untuk anak-anak SD

karena masih berdekatan dengan kantor balai pengelolaa sehingga

sinar lampu masih tersedia, blok B diperuntukan untuk anak-anak SMP

hingga SMA, blok C diperuntukan untuk mahasiswa dan umum, dan

blok D untuk mahasiswa dan umum.

3. Balai informasi yang berguna untuk memberikan pelayanan informasi

kepada pengunjung yang ingin bertanya seputar Tahura Banten

4. Tempat ibadah (mushola) yang terletak di pintu masuk Tahura

5. Tempat sampah yang minim dengan luas lokasi Tahura Banten

±1.595.90 Ha terdapat 4 tempat sampah disepanjang jalan sehingga

masih banyaknya pengunjung yang membuang bekas pembungkus

makanannya secara sembarangan disepanjang jalan.

6. Tempat peristirahatan yang masih minim karena hanya ada satu tempat

peristirahatan berupa pendopo berukuran kecil tetapi tidak terdapat

kursi di sepanjang jalan Tahura Banten.

7. Warung/Kantin yang tersedia di area lahan parkir kendaraan

pengunjung.

8. Toilet bagi pengunjung tersedia di lingkungan mushola dan di dalam

balai informasi.

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

9. Lahan parkir yang tidak layak karena masih banyak kendaraan yang

terparkir disepanjang jalan Tahura Banten.

10. Pos penjagaan keamanan yang masih minim bagi pengunjung yang

terkena musibah di Tahura Banten.

11. Listrik yang belum tersedia membuat pengunjung yang bermalam di

Tahura Banten merasa tidak nyaman dengan kondisi yang gelap tanpa

cahaya bantuan dari lampu (observasi, 27 November 2016).

Kedua, Kurangnya peran aktif Pemerintah dan Pengelola dalam

pengelolaan kawasan Tahura Banten. Dari hasil wawancara awal dengan Bapak

Frengki selaku koordinator lapangan Tahura Banten mengatakan bahwa masih

sering terjadi pembalakan liar yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan

Tahura. Kejadian tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali dalam satu tahun,

pembalakan liar bukan dilakukan oleh masyarakat kecil melainkan oleh oknum

swasta yang memanfaatkan keadaan demi meraih defisa tinggi bagi

perusahaannya. Belum ada tindakan oleh pemerintah dan pengelola terhadap

tindakan tersebut.

Ketiga, Lemahnya strategi pengembangan kawasan untuk menarik minat

pengunjung mengunjungi kawasan Tahura Banten. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pengelola Balai. Dari

hasil observasi dan wawancara awal yang peneliti lakukan terlihat bahwa masih

sedikitnya pengunjung yang berasal dari luar daerah untuk berkunjung ke

kawasan Tahura. Yang peneliti jumpai di kawasan tersebut hanya pengunjung

lokal yang berada di lingkungan Tahura saja, sedangkan pengunjung luar daerah

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

bahkan mancan negara hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Banyak dari

pengunjung yang berkata mereka mengetahui Tahura Banten dari teman, keluarga,

dan sahabat yang berdomisili di Carita. Pihak pengelola saat ini menggunakan

sistem promosi berupa pamflet, brosur, dan media sosial yaitu Instagram yang

beralamatkan @tahurabanten. Hal tersebut terbukti bahwa lemahnya strategi

pengembangan yang pengelola lakukan untuk menarik minat pengunjung untuk

berkunjung ke kawasan Tahura.

Dari uraian diatas perlu disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten yang sangat berperan penting

dalam mengembangkan Tahura Banten. Solusi-solusi yang dimaksud dalam hal

ini adalah strategi terkait dengan pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura)

Banten agar dapat lebih berdaya saing dalam menarik pengunjung. Strategi

sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan melestarikan

kawasan wisata dengan menggunakan dimensi-dimensi strategi yang menciptakan

strategi yang sesuai dengan pengembangan Tahura Banten ini. Sehingga dengan

demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi

Banten dapat mengambil langkah yang strategis dari pilihan yang ada.

Strategi menjadi sangat penting bagi pengembangan sebuah

organisasi/perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan, baik tujuan jangka pendek

maupun jangka panjang. Analisa dalam pengembangan strategi berdasarkan

dimensi-dimensi strategi yang digunakan yaitu Tujuan, Kebijakan dan Program

(Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal : 2003). Oleh karena itu, penyusunan

strategi merupakan langkah taktis yang bersifat sistematis dalam pencapaian

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

tujuan organisasi. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti begitu tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di

Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses untuk mengenali dan membuat asumsi-

asumsi berdasarkan observasi maupun studi pendahuluan pada lokus penelitian

yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi dan membatasi ruang lingkup

faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi munculnya suatu kondisi yang

menarik perhatian untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dalam penelitian ini

dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu :

1. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi para pengunjung yang

datang ke kawasan Tahura Banten.

2. Kurangnya peran aktif Pemerintah dan Pengelola dalam pengelolaan

kawasan Tahura Banten

3. Lemahnya strategi pengembangan kawasan untuk menarik minat

pengunjung mengunjungi kawasan Tahura Banten

1.3 Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada

pengembangan Tahura Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang

sangatlah kompleks, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak dapat

melakukan penelitian pada semua masalah tersebut sehingga peneliti membatasi

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

ruang lingkup permasalahan pada Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan

Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas yang telah dipaparkan, maka

sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah Alternatif strategi apakah yang

paling tepat untuk dikembangkan pada Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di

Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hal-hal yang ingin dicapai dalam penelitian.

Tujuan penelitian ini merupakan kelanjutan atau jawaban dari apa yang telah di

kemukakan di dalam identifikasi masalah. Dengan demikian tujuan penelitian

merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Bertolak dari definisi tersebut

dan permasalahan diatas maka, penelitian ini mempunyai tujuan untuk hal yang

berkaitan terhadap Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura)

Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang yaitu untuk mengetahui

alternatif strategi pengembangan apakah yang tepat untuk dikembangkan pada

Tahura Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran

dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan alternatif strategi

pengembangan Tahura Banten.

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

1.6.2 Secara Praktis

1. Bagi Peneliti

1) Bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya

ilmiah dalam menganalisis permasalahan di lapangan.

2) Sebagai masukan pengetahuan bagi peneliti tentang upaya

pengembangan Tamna Hutan Raya (Tahura) Banten.

3) Menambah wawasan dengan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan

dan mencoba menemukan sesuatu yang baru yang belum pernah

diperoleh dari pendidikan formal.

2. Bagi Jurusan Administrasi Publik

Dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi Pemerintah

1) Rujukan bagi pengelola dalam pengembangan Taman Hutan Raya

(Tahura) Banten.

2) Memberikan masukan kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk

dapat memperbaiki dan menambah fasilitas sarana dan prasarana

Taman Hutan Raya (Tahura) Banten.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah yang menerapkan ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang

paling umum sehingga menukik kemasalah paling khusus atau spesifik. Kemudian

selanjutnya yaitu identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul

penelitian atau masalah. Pembatasan masalah dan perumusan masalah dari hasil

identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan

judul penelitian. Maksud dan tujuan, dalam hal ini mengungkapkan tentang

sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat

juga kegunaan penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika

penulisan yang menjelaskan ini dari bab per bab yang ada dalam penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji

tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir

sedangkan kerangka berfikir menceritakan alur pemikiran peneliti dalam

penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari metode penelitian yang menjelskan tentang penggunaan

metode yang digunakan. Instrumen penelitian menjelskan tentang proses

penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Populasi dan sampel penelitian

menjelaskan wilayah generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan

generalisasinya. Teknik pengolahan dan analisa berperan dalam menjelaskan

tentang tempat dan waktu penelitian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai Deskripsi Objek Penelitian, Gamabran

Umum Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya (Tahura) Banten, Deskripsi dan

Analisis Data, Informasi Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti menjelskan mengenai: kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat

konstruktif pada instansi yang terkait dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam

penelitian.

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang

berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Alternatif Strategi Pengembangan

Taman Hutan Raya (TAHURA) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten

Pandeglang, yang akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup

Administrasi Publik untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu:

Strategi, Analisis SWOT, Analisis Pengembangan Kawasan Taman Hutan Raya,

serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan

kajian dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategis (stratos : militer, dan ag

: pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral, dimana

jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat

selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan

untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara

atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam mencapai

tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebuut dapat dicapai. Sedangkan

secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan

terus-menerus. Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007:2)

mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil

akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang

sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi

atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu

memperhitungkan kendala lingkungan yang pasti dihadapi.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja

tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Fred R. David (2010)

mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi

memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu

mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi

perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan pola

umum yang terdiri dari tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara

pelaksanaan dan langkah sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu.

Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

tindakan untuk pembuatan tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua

perencanaan dari suatu kegiatan tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai

dengan strategi yang telah tersusun dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan

kriteria strategi dalam mencapai suatu tujuan yaitu:

a. Strategi pemberdayaan masyarakat

b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya

c. Strategi perlindungan sosial

d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan

2.1.1.1 Metode Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan

suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi

dilakukan berdasarkan :

a. Pengembangan strategi (strategic development)

b. Penyempurnaan (refinement)

c. Evaluasi

Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka

pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan

elaborasi strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan

untuk mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi

dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih,

dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling

sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang

ditentukan.

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana

dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga

disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan

tertungkap.

Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data

strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan.

Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan

(ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan

dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan

dan tantangan).

2.1.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para

pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis

organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif

diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi

(kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).

Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi

serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat,

asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain

dari strategi yang berhasil (Pearce and Robinson, 2011:200).

Dari bahasan analisis SWOT, maka peluang-peluang dan ancaman-

ancaman dari hasil analisis eksternal, bersama dengan kekuatan-kekuatan dan

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

kelemahan-kelemahan organisasi dari hasil analisis internal akan menjadi

masukan dalam menyusun analisis SWOT. Strengths merupakan faktor-faktor

kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang meliputi ketrampilan, produk ,

atau sebagainya dalam mencapai tujuan organisasi. Weaknesses yang terdapat

dalam tubuh suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber, ketrampilan

dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja

organisasi yang memuaskan. Threats merupakan faktor-faktor lingkungan yang

tidak menguntungkan, sedangkan Opportunities merupakan sebagian situasi

lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi.

Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan

eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan

bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi

yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus

mengejar semua peluang yang ada, tetapi perusahaan dapat membangun suatu

keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa

depan yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang

mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.

TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan

SWOT) mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan

eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi,

sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif

strategi (Wheelen and Hunger, 2012:230).

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (Strenght-

Weaknesses-Opportunities-Threats) SWOT adalah alat pencocokan yang penting

yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO

(Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST (Kekuatan-

Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan faktor-faktor

eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan

Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik – dan tidak ada satu pun

paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327).

Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi

untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya

menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal

dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian

eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT

untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika

sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang

untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah

organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha

untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,

peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal

yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi

untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan

berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara

langsung didalam lingkungan eksternal.

Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan

untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan

internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya,

perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup,

melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.

Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat.

2.1 Tabel

Matrik TOWS

Faktor-faktor

Internal

Faktor-faktor

Eksternal

Kekuatan (S)

Daftarkan 5-10 kekuatan

internal disini

Kelemahan (W)

Daftarkan 5-10 kekuatan

internal disini

Peluang (O)

Daftarkan 5-10

kekuatan eksternal

disini

Strategi S-O

Buat strategi disini yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi W-O

Buat strategi disini yang

memanfaatkan peluang

untuk mengatasi

kelemahan

Ancaman (T)

Daftarkan 5-10

kekuatan eksternal

disini

Strategi S-T

Buat strategi disini yang

menggunakan kekuatan

untuk menghindari

ancaman

Strategi W-T

Buat strategi disini yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi kelemahan

3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk mengatasi/mengurangi

dampak dari ancaman

4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar tidak

rentan terhadap ancaman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT merupakan

teknik para pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai

situasi strategis organisasi. Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak

kemungkinan strategi yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus

berani memilih beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar

bagi kemajuan organisasi. Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi

yang sesuai dengan nilai- nilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi

terhadap lingkungan sekitar (social responsibility). Dengan mempertimbangkan

hal-hal diatas maka akan diperoleh strategi yang diterima oleh anggota

masyarakat.

2.1.3 Konsep Pariwisata

2.1.3.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan lalu

lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu yang

terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi, akomodasi, dan

objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata merupakan

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu

menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).

Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata

adalah

“... a composite of activities, services and industries that delivers a travel

experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment,

shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for

individuals or group that are away from home”.

WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai

“the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual

environment for not more than one concecutive year for leisure, business and

other purposes”.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah

keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi

serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara

serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1).

Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009:46)

mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung beberapa

unsur pokok yaitu :

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat

ke tempat lain.

2. Adanya unsur “tinggal sementara” ditempat yang bukan merupakan tempat

tinggal yang biasanya; dan

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari

penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju.

Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa

pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan

sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung

atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi

diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola

secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.

Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari

kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam

atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam pemakaian

jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa makan/minum,

jasa angkutan dan lain-lain.

2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor – sektor ekonomi yang lain

“saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa

contoh pertanyaan sebagai berikut:

1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan dampak

produksi di segala sektor?

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada

peningkatan jumlah impor?

3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada

kesempatan lapangan kerja?

4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara tidak

langsung terhadap pajak?

3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi

berpengaruh secara signifikan, sebab:

1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

a) Transportasi;

b) Akomodasi, makan, dan minum

c) Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa

Negara. (Muljadi, 2012:119-120)

Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yang dijabarkan Muljadi bahwa

pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik

pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang

terpenting adalah menambah devisa Negara.

2.1.3.2 Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3)

sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai

tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta

prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19):

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

“Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik

bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan

yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat

dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi,

keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya

kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata”.

Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf

perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan

untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik dari tempat

wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam

perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan

pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah

yang ada.

2.1.3.3 Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu

“management”. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80)

pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi

yang melekat pada peran tersebut.

Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama

mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut

George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan),

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Organizing (pengorganisasian) Actuating (penggerakkan), Controlling

(pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal

dengan singkatan POCCC, yaitu Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian),

Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi

manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,

Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting).

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,

komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan

wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox

dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan

prinsip-prinsip berikut :

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada

kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan

peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi

basis pengembangan kawasan pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah

budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan

lingkungan lokal.

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi

sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata tersebut

jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau

akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan

masayarakat.

Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-

prinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode

pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.

Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta

(2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut :

a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan

b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata

c. Penyusunan kebijakan

d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus

e. Penyediaan fasilitas dan operasi

f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif

g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat

2.1.4 Konsep Taman Hutan Raya

2.1.4.1 Pengertian Taman Hutan Raya

Taman hutan raya merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya

dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya. Taman Hutan

Raya sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 108

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011

tentang pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam adalah

Kawasan Pelestarian Alam (KPA) untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa

yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang tidak

invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Sedangkan

manfaat lain yang didapat dari keberadaan

Taman Hutan Raya adalah sebagai penyediaan lingkungan yang sehat

merupakan faktor-faktor utama pendukung keberlangsungan kehidupan manusia.

Beberapa kriteria lingkungan hidup yang baik bagi kehidupan manusia adalah

tersedianya sumber air yang sehat, layak untuk dikonsumsi, terdapat habitat

hunian yang sehat dan tersedianya udara segar. Selain itu untuk keperluan

lingkungan lainnya, seperti ketersediaan lahan pertanian yang layak untuk aneka

usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan gatra usaha lain.

2.1.4.2 Sasaran Pengelolaan Taman Hutan Raya

1. Kemantapan Kawasan

1) Dalam jangka waktu pengelolaan 10 tahun pertama diharapkan telah

dicapai kemantapan kawasan, baik kemantapan kawasan secara de jure

(aspek legal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku) maupun

de facto (diakui oleh para pihak).

2) Teratasi secara efektif perambahan kawasan dan penyelesaian program

pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

3) Terbangunnya kolaborasi pengelolaan dengan parapihak yang memiliki

minat, kepedulian, atau kepentingan dengan upaya konservasi kawasan

pelestarian alam, antara lain Lembaga pemerintah pusat, Lembaga

pemerintah daerah, masyarakat setempat, LSM, BUMN, BUMD, swasta

nasional, perorangan maupun Perguruan Tinggi/Universitas/Lembaga

Pendidikan danmasyarakat internasional.

2. Terjaminnya Fungsi Ekosistem

1) Terbentuknya blok-blok pengelolaan yang dapat menjamin

terpeliharanya proses-proses ekologis secara efektif dalam jangka

panjang.

2) Terpeliharanya struktur dan fungsi ekosistem hutan dataran rendah di

dalam kawasan.

3) Terpeliharanya fungsi hidro-orologis kawasan sebagai upaya pelestarian

sistem penyangga kehidupan.

4) Terpulihkannya fungsi ekosistem yang terdegradasi melalui upaya

rehabilitasi hutan dan pengembangan koleksi tanaman sebagai upaya

pelestarian plasma nutfah.

5) Terjaganya integritas ekosistem yang dimanfaatkan.

3. Terjaminnya Fungsi Ekonomi

1) Tersedianya manfaat ekonomi bagi pembangunan wilayah.

2) Tersedianya insentif ekonomi bagi pelaku konservasi.

3) Tersedianya akses pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk kepentingan

budidaya.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4) Tersedianya pemanfaatan jasa lingkungan dalam bentuk kegiatan

ekowisata dan carbon trade/biorights serta jasa air.

4. Terjaminnya fungsi sosial budaya

1) Tergalangnya hubungan harmonis masyarakat dengan pengelolaan

sumberdaya alam di dalam kawasan.

2) Terbangunnya ruang kelola masyarakat secara mutual benefit

berbasiskan pemanfaatan secara lestari terhadap sumberdaya alam.

5. Terjaminnya fungsi pendidikan dan penelitian

1) Terwujudnya kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

tentang hutan hujan tropika dataran rendah dan keanekaragaman hayati

bagi kehidupan.

2) Terbangunnya laboratorium alam dalam aspek-aspek:

a) ekosistem hutan tropika dataran rendah

b) hidrologi (kualitas air dan neraca air)

c) konservasi keanekaragaman hayati, terutama jenis asli hutan hujan

dataran rendah di Provinsi Banten

d) medicinal plants/bioprospecting dan tanaman buah-buahan asli

Indonesia

e) dinamika karbon

f) pendidikan konservasi alam dan lingkungan.

2.1.4.3 Manfaat Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sebagaimana

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 108 tahun 2015 tentang

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang pengelolaan

kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam Pasal 36 ayat 1 dan 2 yaitu :

(1) Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:

a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;

c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;

d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air,

angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam;

e. pemanfaatan tumbuhan dan Satwa Liar dalam rangka menunjang

budidaya dalam bentuk penyediaan Plasma Nutfah;

f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan

g. pembinaan populasi melalui Penangkaran dalam rangka

pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan

dalam lingkungan yang semi alami.

(2) Pemanfaatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f

dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya

tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak

dilindungi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian “Alternatif Strategi Pengembangan Taman

Hutan Raya (TAHURA) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang”.

Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, baik berupa skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema yang

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil tiga penelitian terdahulu sebagai

pembanding dengan penelitian yang dilakukan.

Pertama, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan

Desa Wisata Pancoh Sebagai Desa Ekowisata Di Kabupaten Sleman” oleh Dea

Eka Marshita Tahun 2014 Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis (1) potensi wisata di Desa Wisata Pancoh dan (2)

strategi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata di Kabupaten

Sleman. Penelitian ini menentukan potensi wisata yang layak dikembangkan di

Desa Wisata Pancoh dan strategi pengembangannya dengan menyesuaikan

konsep ekowisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitataif. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis SWOT yang

sebelumnya masing-masisng faktornya telah dievaluasi IFAS (Internal Factor

Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary). Hasil dari

penelitian ini adalah : (1) Desa Wisata Pancoh memeiliki potensi berbasis alam

yang hasrus dikembangkan dengan konsep ekowisata karena memiliki kondisi

alam khas lereng Gunung Merapi, yang harus dijaga dan dilestarikan. Selain

potensi alam, Desa Wisata Pancoh juga memiliki potensi budaya dan sejarah yang

dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. (2) Faktor- faktor internal dan faktor

eksternal memiliki pengaruh besar untuk mengembangkan Desa Wisata Pancoh.

(3) Evaluasi melalui IFAS dan EFAS membuktikan bahwa Desa Wisata Pancoh

memiliki kesempatan untuk berkembang. Persamaan penelitian ini dengan penulis

yaitu fokus yang sama mendeskripsikan strategi pengembangan, sehingga dapat

memeberikan gambaran kepada penulis dalam mengembangkan penelitiannya.

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu lokus. Peneliti memilih lokus

penelitian Taman Hutan Raya di Desa Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten.

Kedua, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Pantai

Lontar Indah di Kabupaten Serang” yang dilakukan oleh Mita Fitriani pada tahun

2011 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui strategi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dalam

mengelola Pariwisata pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan

kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktor-faktor

yang mempengaruhi analisis SWOT menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut

adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik

analisa data menggunakan teknik analisa interaktif Miles and Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga

Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di

Kabupaten Serang cukup baik tetapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi

yang belum maksimal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan

karena pengelolaan pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang sampai

dengan penelitia ini masih pasif, belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama

dengan pihak lain, dimana pihak lain dimaksud tersebut tidak berbentuk badan

hokum melainkan diserahkan kepada individu (perseorangan) dan pihak swasta.

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Faktor-faktor internal yang mempengaruhinya antara lain: satu tidak adanya

program dalam upaya perkembangan pariwisata berkelanjutan. Kedua kurangnya

pegawai baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan.

Ketiga tidak adanya sarana informasi seperti website untuk mempromosikan

obyek wisata. keempat hubungan kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Serang dengan masyarakat sadar pariwisata (DARWIS)

masih belum terjalin dengan baik karena tidak diadakannya pertemuan baik yang

bersifat formal maupun informal. Persamaan dengan penelitian ini adalah

menggunakan analisis SWOT dalam menjabarkan pilihan strateginya. Sehingga

membantu peneliti dalam memaparkan pengamatannya dengan dipaparkan

menggunakan analisis SWOT. Perbedaan penelitian ini adalah lokus. Pada lokus

peneliti memilih penelitian Taman Hutan Raya di Desa Sukarame, Kecamatan

Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Ketiga, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan

Pariwisata Di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” yang dilakukan

oleh Yunita pada tahun 2015 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Pariwisata

di Desa Sawarna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan

pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam

penentuan alternatif strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang

tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pariwisata Desa Sawarna adalah

Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

meningkatkan daya tarik wisata, Strategi menyusun pemodelan kawasan desa

Sawarna yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah

lingkungan, strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam

membangun pariwisata di Desa Sawarna, dan strategi penguatan kesadaran

masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Persamaan

dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis SWOT dalam menjabarkan

pilihan strateginya. Sehingga membantu peneliti dalam memaparkan

pengamatannya dengan dipaparkan menggunakan analisis SWOT. Perbedaan

penelitian ini adalah lokus. Pada lokus peneliti memilih penelitian Taman Hutan

Raya di Desa Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Banten.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah tentang alternatif strategi

pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) di Kecamatan Carita, Kabupaten

Pandeglang. Latar belakang dari penelitian ini yaitu kurangnya sarana dan

prasarana pendukung, pengelolaan yang kurang efektif, lemahnya strategi

pengembangan.

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Identifikasi masalahnya antara lain yaitu belum optimalnya dalam

pengadaan sarana dan prasarana di lokasi Tahura, kurangnya koordinasi antara

Pengelola Tahura dengan Pemerintah Daerah, lemahnya strategi pengembangan

menarik minat wisatawan.

Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan untuk pengembangan

Tahura maka peneliti menggunakan teknik Analisis SWOT. Adapun Teknik

Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan

eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam mengoptimalkan usaha yang

lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor internal akan menentukan aspek-

aspek yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan

faktor eksternal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang

(opportunities) dan ancaman (threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan

berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan dalam

pengembangan Tahura. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam

penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah ini :

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Gambar 2.1

Alur Kerangka Berpikir

Input :

Masalah:

1. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi para pengunjung

yang datang ke kawasan Tahura Banten.

2. Kurangnya peran aktif Pemerintah dan Pengelola dalam pengelolaan

kawasan Tahura Banten.

3. Lemahnya strategi pengembangan kawasan untuk menarik minat

pengunjung mengunjungi kawasan Tahura Banten.

Proses :

Analisis SWOT

Strengths

Weaknesses

Opportunities

Threats

(Hunger and Wheelen, 2003:231)

Output :

Diperoleh gambaran umum dan pilihan strategi yang tepat dalam pengembangan

Taman Hutan Raya (Tahura) Banten.

Feedback :

Menarik minat pengunjung untuk melakukan riset, pendidikan, budidaya, rekseasi

di Tahura Banten

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Berdasarkan asumsi dasar penelitian yang dipaparkan serta observasi yang

peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa

penelitian mengenai Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya

(TAHURA) Banten masih belum terrealisasi dengan baik dan belum memiliki

pemilihan strategi yang tepat dalam mencapai keberhasilannya. Hal ini didasarkan

dengan masih adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam Alternatif

Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) Banten.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi

satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Metode penelitian

adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengukur dan melakukan

analisis data sehingga dapat menjawab masalah-masalah dalam penelitian.

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif- kualitatif yaitu penelitian tentang data yang ditentukan dan dinyatakan

dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya

kalimat wawancara antara peneliti dan informan.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi

yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan

observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat

utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun

kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang

diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai

partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan

penelitiannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif,

yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai

Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang. Informasi yang digali lewat wawancara

mendalam terhadap informan (Pemerintah Daerah, Kepala Desa, dan Pengelola

Tahura/Masyarakat Lokal, Pengunjung). Teknik kualitatif dipakai sebagai

pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas

rasional sebagai realitas subjektif manfaat hutan bagi kehidupan. Proses observasi

dan wawancara bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi

dan wawancara diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di dalam

Pengembangan Tahura Banten, guna mengetahui guna mengevaluasi kerja

stakeholder yang terkait dalam pengembangan Tahura di Kecamatan Carita

Kabupaten Pandeglang.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah Alternatif Strategi

Pengembangan Taman Hutan Raya Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang

dengan dilihat dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang

Provinsi Banten. Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Carita Kabupaten

Pandeglang karena Kecamatan Carita merupakan lokasi Taman Hutan Raya

(Tahura) yang dimiliki oleh Provinsi Banten.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,

2012:63).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai

berikut

3.4.1 Sumber data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

1. Observasi

Sedangkan observasi menurut Moloeng (2007) adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian,

perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Menurutnya, observasi

diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara yang tidak

berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi

sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari

kelompok yang diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat

hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.

Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah observasi tanpa

berperan serta atau disebut observasi tidak berstruktur dengan mengamati dari

jauh. Peneliti hanya sebagai pengamat saja tanpa menjadi anggota resmi

organisasi yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewancara dan

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth

interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-

orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan

penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang

diperlukan selama proses penelitian.

Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan

komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam rangka memperoleh

informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi. Dalam

melakukan wawancara peneliti menggunakan metode wawancara semi terstruktur,

dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah

untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat dan memberi informasi mengenai startegi

pengembangan desa wisata. Sebagaimana yang disarankan oleh (Esterberg: 2002)

dalam Sugiyono (2008:73) peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat

apa yang akan dikemukakan oleh informan (Esterberg: 2002) dalam Sugiyono

(2008:73).

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu

berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan,

dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami

peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-

hal sebagai berikut:

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.

b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.

c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara.

d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.

Peneliti menyusun pedoman wawancara mengenai hal-hal yang nantinya

menjadi acuan dalam wawancara kepada informan untuk mendapatkan informasi

yang akurat. Secara garis besar pedoman wawancara yang digunakan untuk

memperoleh informasi.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun

jurnal ilmiah.

2. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161)

dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber

dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:82).

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari

informan penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data

sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu

melalui data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan

hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,

serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu,

peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation

(Moleong, 2007:9). Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan

teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal

memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jadi, peneliti mempunyai peran yang

sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan

kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh

sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan

untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk

merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan

melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data.

Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara

mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview)

adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang

pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan

penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama

proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini

juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan

observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya

juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber

data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai

Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di

Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini penentuan informann menggunakan Teknik

purposive. Teknik purposive adalah informan yang secara sengaja dipilih oleh

peneliti, Karena dianggap memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat memperkaya data

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

penelitian (Irawan, 2006:17). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini

berjumlah 15 orang pada tabel 3.1 yaitu:

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No Informan Keterangan Kode Informan (I)

1

2

3

4

5

6

7

Kepala Balai Pengelolaan Tahura

Banten

Kepala Sub-Bagian Tata Usaha

Tahura Banten

Kepala Seksi Pengembangan dan

Pemanfaatan Tahura Banten

Kepala Seksi Seksi Perlindungan

dan Rehabilitasi Tahura Banten

Pegawai Pelaksana PNS Tahura

Banten

Pegawai TKK Tahura Banten

Pegawai Lapangan Tahura Banten

Key informan

I1-1

I1-2

I1-3

I1-4

I1-5

I1-6

I1-7

8

9

10

11

12

13

14

15

Kepala Desa Sukarame

Pegawai Desa Sukarame

Ketua RW Desa Sukarame

Ketua RT Desa Cinoyong

Ketua RT Desa Sukarame

Ketua RT Desa Sukanagara

Ketua Komunitas Pecinta Alam

Pengunjung

Secondary

informan

I2-1

I2-2

I2-3

I2-4

I2-5

I2-6

I2-7

I2-8

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012:88).

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,

mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta

menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan

model analisis interaktif dari Sugiyono 2012, seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Analisis Data Model Interaktif

(Sumber : Sugiyono, 2012:88)

Pengumpulan

Data Reduksi Data

Penarikan

Kesimpulan

Penyajian

Data

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan

melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus

dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai

masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

2. Reduksi Data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan

yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di reduksi, di

rangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, di fokuskan untuk dipilih yang

terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan,

pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama

proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian

disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam

penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.

3. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi

peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam

suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data

tersebut kemudian dipilih- pilih dan disisikan untuk disortir menurut

kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk

ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk

kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan mencatat

keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan terus berubah selama

proses pengumpulan data masih terus berlangsung dan tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan

tetapi apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsistensi peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8 Uji Kreadibilitas Data

Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009:121).

Pada penelitian ini, dalam menguji kreadibilitas data peneliti melakukan

triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.

1. Triangulasi

Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya.

Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi

teknik, dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi

sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber berarti untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari

beberapa sumber melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan

mewawancarai lebih dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang

yang berbeda. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang

sama.

Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi

tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini dimaksudkan

dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang kemudian dari hasil

pengamatan tersebut di ambil benang merah yang menghubungkan diantara

keduanya.

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data (Sugiyono, 2009:129).

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

3.10 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Alternatif Strategi

Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita

Kabupaten Pandeglang.

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

N

o. Keterangan Waktu Pelaksanaan

2016 2017

Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Ags Des Jan

1

Pengajuan

Judul

2

Bimbingan

Awal

3

Pra

penelitian

4

Penyusunan

BAB 1

5

Bimbingan

BAB 1

6

Penyusunan

BAB 2

7

Bimbingan

BAB 2

8

Penyusunan

BAB 3

9

Bimbingan

BAB 3

10 Acc Proposal

11

Seminar

Proposal

12

Acc

Lapangan

13

Penyusunan

BAB 4

14

Bimbingan

BAB 4

15

Penyusunan

BAB 5

16

Bimbingan

BAB 5

17 Acc Sidang

18 Sidang

(sumber: Peneliti 2017)

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

Tahura Banten. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

4.1.1 Keadaan Wilayah Tahura Banten

4.1.1.1 Sejarah Tahura Banten

Taman Hutan Raya Banten berada pada wilayah Desa Sukarame, Desa

Sukanagara, Desa Cinoyong dan Desa Kawoyang Kecamatan CaritaKabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis berada pada koordinat

105o49’49” - 105o52’53” BT dan 6o14’32” - 6o17’38” LS.

Untuk menuju ke lokasi Tahura Banten dapat melalui rute sebagai berikut:

a) Jakarta – Serang – Pandeglang – Labuan – Lokasi (160 km);

b) Jakarta – Serang – Cilegon – Anyer – Lokasi (170 km);

c) Bogor – Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan – Lokasi (150 km).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.3108/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 25 April 2014, tentang Penetapan

Kawasan Hutan Konservasi Taman Hutan Raya Banten seluas 1.595,90 (seribu

lima ratus sembilan luluh lima dan sembiln puluh perseratus) hektar di kabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten, maka luas definitif kawasan Tahura Banten tersebut

adalah 1.595.90 Ha.

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Kawasan Tahura Banten termasuk dalam kawasan hutan Gunung Aseupan

dan merupakan hasil perubahan fungsi kawasan hutan dari fungsi hutan produksi

(kawasan hutan dengan tujuan khusus penelitian Carita) dan kawasan Taman

Wisata Alam Carita.

Komplek Gunung Aseupan dikukuhkan sebagai kawasan hutan pada bulan

Agustus 1915 oleh Gubernur Hindia Belanda yang didalamnya terdapat Taman

Wisata Alam Carita. Pada Tahun 1938, kawasan hutan Banten ditunjuk sebagai

Recreatie bos seluas 94,50 Ha yang didalamnya terdapat hutan alam, hutan

tanaman serta tanah kosong. Pada Tahun 1939, dibangun Pesanggrahan dengan

bangunan semi permanen seluas 224 m2. Pada Tahun 1955 sebagian hutan

rekreasi seluas 50 Ha dipinjampakaikan kepada Balai Penyelidikan Kehutanan

Bogor untuk kebun percobaan tanaman kayu.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

440/Kpts/Um/7/1978 tanggal 15 Juli 1978 tentang penunjukan sebagian komplek

Gunung Aseupan seluas ± 95 Ha yang terletak di Daerah Tingkat II Pandeglang,

Daerah Tingkat I Jawa Barat sebagai Taman Wisata. Taman Wisata Alam tersebut

selanjutnya diberi nama Taman Wisata Alam Carita. Sebagai Taman Wisata Alam

yang mempunyai fungsi sebagai kawasan konservasi yang mempunyai fungsi

perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan, maka berdasarkan Keputusan

Direktur Jenderal PHKA Nomor 42/Kpts/DJ-VI/1995 tanggal 27 Maret 1995 telah

ditunjuk Blok Pemanfaatan Taman Wisata Alam Carita seluas ± 30 (tiga puluh)

Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat.

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Hutan Penelitian Carita KHDTK

Penelitian Carita ditetapkan statusnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 dan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan No. 291/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003

tentang Penunjukan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Seluas ± 3.000 Ha

yang terletak di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

sebagai Hutan Penelitian Carita.

Sebelum ditunjuk sebagai KHDTK Hutan Penelitian Carita, Pada Tahun

1937 P3HKA telah membangun kawasan tersebut sebagai Hutan Penelitian untuk

tempat penelitian kayu hutan dengan jenis Dipterokarpa. Selanjutnya pada Tahun

1955, Hutan penelitian resmi dibangun dengan wilayah seluas ± 10 Ha. Pada

tahun 1958 telah dilakukan penambahan tanaman seluas ± 40 Ha (Banten II) yang

terletak di wilayah RPH Banten, BKPH Pandeglang, KPH Banten.

Adapun kronologis penataan dan pengelolaan di kawasan hutan yang

menjadi Tahura Banten adalah sebagai berikut:

1. 1915 Kompleks hutan Gunung Aseupan ditunjuk sebagai kawasan

hutanoleh Gubernur Hindia-Belanda;

2. 1938 Kawasan Banten dijadikan sebagai Recreatie bos (Hutan wisata)

oleh Gubernur Hindia-Belanda;

3. 1955 Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor menggunakannya sebagai

lokasi riset. Dilakukan pembangunan koleksi pohon famili

Dipterocarpaceae;

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4. 1978 Kawasan hutan pantai Carita ditunjuk sebagai Taman Wisata

Alam (TWA) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

440/Kpts/Um/7/1978 tanggal 1 Juli 1978, seluas 95 ha;

5. 1990 Pemberian Hak Pengelolaan pariwisata Alam selama 20 (dua

puluh) tahun pada 9 lokasi TWA di Pulau Jawa kepada Perum

Perhutani berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan No. 284/Menhut-

II/1990 tanggal 4 Juni 1990 (salah satunya TWA Carita);

6. 1993 Penunjukan beberapa lokasi di kawasan hutan sebagai kebun

percobaan dan pos penelitian pada kawasan yang dikelola Perum

Perhutani melalui SK Menteri Kehutanan No. 569/Kpts-II/1993

tanggal 29 September 1993. Salah satu lokasi yang ditunjuk adalah

Banten, tepatnya di RPH Carita BKPH Pandeglang;

7. 1995 Penetapan blok pengelolaan TWA Carita melalui SK Dirjen

PHPA No.42/Kpts/DJVI/1995 seluas 30 Ha menjadi Blok Pemanfaatan

dan sisanya merupakan blok perlindungan;

8. 1999 Kerjasama riset antara Perum Perhutani, Universitas Gadjah

Mada dan ITTO dalam pengembangan tanaman Meranti;

9. 2003 Penunjukan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) seluas ±3.000 ha berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 290/Kpts-II/2003;

10. 2006 Penataan batas KHDTK Hutan Penelitian Carita oleh BPKH

XI Yogyakarta;

11. 2011 Penandaan batas IPPA

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.1.1.2 Kondisi Fisik

1. Potensi Hayati dan Non Hayati

a. Ekosistem Hutan

Kawasan Tahura seluas 1.595.9 ha merupakan tipe ekosistem hutan hujan

dataran rendah berdasarkan klasifikasi van Steenis dalam Soerianegara dan Andri,

I (1985) atau hutan dipterokarpa dataran rendah/lowland dipterocarp forest

menurut klasifikasi Whitmore (1975) atau hutan pernah yang masih tersisa di

Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Ismayadi S. dkk, 2009). Secara umum,

keberadaan tipe ekosistem tersebut mulai mengalami ancaman akibat tingginya

tingkat perambahan dan konversi lahan hutan menjadi kebun oleh masyarakat di

sekitarnya.

Pada hutan primer terganggu ditemukan 116 jenis tumbuhan yang tercakup

dalam 61 suku, dan di hutan sekunder tua ditemukan 66 jenis tumbuhan yang

tercakup dalam 44 suku. Jenis yang mendominasi regenerasi lengkap pada setiap

strata terdapat di hutan primer. Untuk tingkat pohon didominasi oleh jenis Puspa

(Schima wallichii DC) dan tingkat semai didominasi oleh jenis Kapinango

(Dysoxylum densiflorum Blume) Miq. Jenis tumbuhan dominan pada hutan primer

terganggu adalah Castanopsis accuminatissima (Blume) A. DC. dan Glochidioll

rubrum BI untuk tingkat semai. Pada hutan sekunder tua, jenis yang mendominasi

pada tingkat pohon adalah Vernonia arborea Buch-Ham, tingkat belta adalah jenis

Lithocarpus elegans (Blume), dan untuk tingkat semai adalah jenis Archidendron

jiringa (Jack) Nielsen.

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Potensi sumber daya hutan pada kawasan Tahura memiliki kekhasan

ekosistem dan tingkat keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang masih cukup

tinggi, antara lain berbagai jenis flora baik endemic maupun exotic dan berbagai

jenis fauna yang sudah langka dan atau dilindungi. Jenis flora didominasi oleh

jenis Dipterocarpaceae, antara lain Dipterocarpus hasseltii, Hopea odorata,

Shorea leprosula, Shorea ovalis, Vatica sumatrana, Shorea compressa, Shorea

strenoptera, dan jenis non Dipterocarpaceae diantaranya Accia auriculiformis,

Instia bijuga, Khaya grandifolia, Lagerstroemia dupereana, Podocarpus blumei,

Araucaria cunninghamii, Durio zibethinus, Hymenaea courbaril, Melia excelsa,

Pinus caribaea, Pinus merkusii, Schima wallichii, Swietenia mahagoni.

Sedangkan jenis fauna yang masih sering dijumpai, antara lain monyet (Macaca

fascicularis), biawak (Varanus sp.), trenggiling (Manis javalicus), dan berbagai

jenis burung, seperti elang (Haliacetus leucogastrea), pelatuk dan kutilang.

b. Struktur dan Komposisi Tumbuhan

Berdasarkan hasil analisis vegetasi di 3 (tiga) lokasi yaitu lokasi yang

mewakili kondisi hutan dengan tingkat gangguan tinggi dibagian barat laut, lokasi

yang mewakili kondisi hutan dengan tingkat gangguan sedang di bagian timur laut

dan lokasi yang mewakili kondisi hutan dengan tingkat gangguan rendah di

bagian barat kawasan Tahura, secara umum menunjukan bahwa kondisi hutan

yang memiliki tingkat gangguan ringan mempunyai 19 jenis dengan jumlah famili

sebanyak 18, sedangkan pada lokasi hutan dengan tingkat gangguan sedang

mempunyai 11 jenis dengan 10 jumlah famili. Data hasil analisis vegetasi di tiga

lokasi tersebut disajikan pada Tabel 4.1

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Tabel 4.1

Vegetasi di Kawasan Tahura Banten

Lokasi Plot Basal Area Kerapatan Jumlah Jumlah

m² per 0.1 ha Individu 0.1 ha Jenis Famili

Hutan dengan tingkat

gangguan tinggi

1,92 32 12 10

Hutan dengan tngkat

gangguan sedang

1,19 25 11 10

Hutan dengan tingkat

gangguan rendah

3,27 45 19 18

Sumber: Laporan Tim Terpadu Perubahan Fungsi Kawasan Hutan 2016

a) Hutan Dengan Tingkat Gangguan Tinggi

Pada areal Tahura Banten yang dikatagorikan hutan dengan tingkat

kerusakan tinggi, jenis tumbuhan yang dijumpai umumnya adalah tanaman yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi, antara lain: melinjo (Gnetum gnemon), durian

(Durio zibetinus), kelapa (Cocos nucifera) dan jati (Tectona grandis), serta jenis

buah lokal yaitu kecapi (Sandoricum koetjape). Kondisi kawasan hutan yang

terganggu cukup serius ini pohon-pohon yang ada sangat jarang dengan kerapatan

sekitar 32 pohon per 0,1 ha.

Di lokasi ini jumlah anak pohon dan jenis seedlingnya sedikit. Adapaun

jenis tanaman herba yang tumbuh liar ataupun yang ditanam oleh masyarakat

adalah pungpurutan (Urena lobata Becne), asahan (Tetracera scanden (L.) Merr.),

sadagori, temulawak, kilalayu, lempuyang, kirinyu, lajagoha, sagu (Marantha

arundinaceae L.), harendong, saliara (Lantana Camara), babadotan, harendong

bulu dan kibau. Jumlah jenis tercatat sebanyak 12 dengan kerapatan 32 pohon per

0,1 ha, atau sama dengan 320 pohon per hektar. Apabila dibandingkan dengan

penelitian yang sudah dilakukan oleh Murniati (2007), jumlah jenis dan kerapatan

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

pohon dilokasi ini tingkat gangguannya lebih rendah. Sebagian besar jenis

tanaman yang tumbuh adalah tanaman budidaya, tidak ada satupun jenis

tumbuhan asli (jenis yang ada dihutan).

b) Hutan Dengan Tingkat Gangguan Sedang

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa di lokasi ini sudah pernah

ditebang dan merupakan hutan sekunder dengan tingkat kerapatan 25 pohon per

0,1 ha dengan basal area 1,18 m2 per 0,1 ha. Umumnya ditumbuhi jenis Shorea

leprosula, Shorea javanica, Maesopsis Emenii (Kayu Afrika), mahoni (Swietenia

mahagony), Vitex pubescens dan lainnya. Namun, disela-selanya masih dijumpai

tanaman jengkol yang mendominasi diikuti oleh Shorea Leprosula dengan.

Jumlah jenis pohon tercatat sebanyak 11 jenis, dengan total jumlah 25 jenis

tumbuhan baik pohon, anak pohon dan seedling. Kerapatan anak pohon tingkat

pancang sebanyak 48 per 0,1 ha. Jenis tumbuhan herba dan seedingnya antara lain

kekopian (Psychotria malayana Jack), kitores, gompong (Radarmechera gigantea

(Bl.) Miq.), huru minyak (Litsea lanceaolata (Bl.) Kosterm), durian (Durio

zibethinus) dan lainnya. Hutan dengan tingkat gangguan sedang ini mempunyai

pola persebaran pohon lebih sedikit tetapi tajuk penutupannya lebih tertutup.

c) Hutan Dengan Tingkat Gangguan Ringan

Kawasan hutan ini mempunyai lantai hutan cukup terbuka, tidak banyak

terdapat tanaman penutup tanah. Lantai hutannya tertutup serasah dengan

ketebalan sekitar 1 – 5 cm. Kerapatan jenisnya cukup tinggi yaitu 45 pohon per

0,1 ha atau sekitar 450 pohon perhektar.

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Hutan ini kondisinya masih cukup bagus untuk kepentingan konservasinya

karena masih dapat dijumpai jenis jenis tumbuhan hutan yang merupakan

kekayaan hayati wilayah Banten. Untuk anak pohon tercatat sebanyak 136 anak

pohon, dengan jumlah jenisnya sebanyak 20 jenis. Jenis tumbuhan dominan

adalah Schima wallichii dengan urutan ke dua adalah sigung, dengan urutan ketiga

adalah kimoklak. Kondisi penutupan tajuk dan pancang cukup rapat dan lantai

hutan yang cukup bersih dan penumpukan bahan organik yang cukup tebal.

c. Satwa Liar

Keragaman jenis satwa liar di kawasan Tahura Banten adalah sebagai

berikut: a) satwa liar yang dijumpai secara langsung, meliputi jenis mamalia:

monyet (Macaca fascicularis), trenggiling (Manis javanicus), kelelawar

(Cynopterus sp.), ular tanah (Callo selasma rhodostoma), dan jenis aves: elang

(Haliacetus leucogastrea), puyuh (Coturnix chinensis), pelatuk (Picus sp.), Anis

(Zoothera sp.), serta jenis reptilia, yaitu Biawak (Varanus salvator), b)

teridentifikasi melalui jejak, yaitu babi hutan (Sus scrofa), dan c) teridentifikasi

melalui suara, antara lain: kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan Punai

(Chalcopaps indica) yang tergolong Aves.

Selain itu, masih sering dijumpai satwa liar seperti surili (Presbytis

comata), ular sanca (Phyton sp.) ,bajing tanah (Lariscus sp.) dan beberapa jenis

burung seperti: tekukur (Streptopelia cinensis), perkutut (Geoperlia striata),

jogjlog (Pycnonotus goivaier), burung madu (Aethopiga exima), ciblek (Primia

familiaris), kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan lainnya.Keberadaan berbagai

jenis satwa liar di kawasan Tahura ini mengindikasikan bahwa kawasan ini

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

merupakan habitat berbagai jenis satwa penting dan sebagian diantaranya masuk

dalam katagori dilindungi. Jenis satwa liar yang teridentifikasi di kawasan Tahura

Banten disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Jenis Satwa Liar di Kawasan Tahura Banten

No. Jenis Satwa Liar Sta

tus

Lokasi Keterangan

A B C

A. Mamalia

1. Kera ekor panjang

(Macaca fascicularis)

DL + + Jumpa langsung

2. Kelelawar (cynopterus

sp.)

+ Jumpa langsung

3. Trenggiling (manis

javanicus)

DL + Jejak

4. Babi hutan (sus scrofa) + Jejak

5. Surili (presbytis

comata)

DL + Informasi penduduk

6. Bajing tanah + Informasi penduduk

7. Jenis lainnya Belum terinventarisir

B. Aves

1. Elang (haliacetus

leucogastrea)

DL + Suara

2. Punai (chalcopaps

indica)

+ + Suara

3. Kutilang (pycnonotus

aurigaster)

+ + Informasi penduduk

4. Jogjog (pycnonotus

goivaier)

+ Informasi penduduk

5. Tekukur + Informasi penduduk

6. Perkutut + Informasi penduduk

7. Burung madu + Informasi penduduk

8. Ciblek + Informasi penduduk

9. Jenis lainnya Belum terinventarisir

C. Reptilia

1. Biawak (varanus

salvator)

DL + Jumpa langsung

2. Ular tanah + Jumpa langsung

3. Ular sanca (phyton sp.) + Informasi penduduk

4. Jenis lainnya Belum terinventarisir

Keterangan: DL (dilindungi); A (hutan alam); B (hutan tanaman); C (kebun)

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Sumber: Laporan Tim Terpadu Perubahan Fungsi Hutan 2016

4.1.2 Visi dan Misi Tahura Banten

a. Visi

"Terbangunnya Kawasan Tahura Banten sebagai Kawasan Konservasi dan

Edu-ecoturism untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat"

b. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut disusun lima misi yaitu:

1. Membangun dan menata kawasan sebagai dasar pengelolaan;

2. Mengembangkan dan memanfaatkan potensi kawasan Tahura Banten

yang dapat berkontribusi pada ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi;

3. Meningkatkan pengamanan kawasan, rehabilitasi dan pekayaan

tanaman yang dapat meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam;

4. Membangu dan mengembangkan peran serta masyarakat untuk

mendukung pengelolaan Tahura secara lestari dan optimal; dan

5. Mengembangkan pengelolaan kolaboratif dalam upaya optimalisasi

pengelolaan Tahura Banten

4.1.3 Keadaan Penduduk di Kawasan Tahura Banten

4.1.3.1 Sosial Ekonomi dan Budaya

Kawasan Tahura Banten dikelilingi oleh 4 desa yaitu Desa Sukarame,

Desa Sukanagara, Desa Kawoyang dan Desa Cinoyong yang tercakup dalam

Kecamatan Carita. Dari keempat desa yang mengelilingi kawasan Tahura Banten,

Desa Kawoyang memiliki wilayah paling luas dengan luas 6,07Ha. Sedangkan

Desa Sukarame merupakan desa terkecil dengan luas wilayah 1,76 Ha.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Berdasarkan data dari Kecamatan Carita Dalam Angka (BPS, 2015),

kondisi sosial ekonomi dan budaya di keempat desa tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Demografi

Sebaran penduduk per desa di Kecamatan Carita relative tidak merata

Desa Kawoyang merupakan desa dengan penduduk terjarang dengan rata-rata

sebanyak 303 jiwa/km2.

Sedangkan Desa Sukarame merupakan desa dengan penduduk terpadat

dengan rata-rata 3051 jiwa/km2. Desa Sukarame dihuni oleh 1276 Kepala

Keluarga dengan total penduduk 5370 orang yang terdiri atas 2684 orang laki-laki

dan 2686 orang perempuan.

Desa Sukanagara dihuni oleh 1085 Kepala Keluarga dengan total

penduduk 4256 orang yang terdiri atas 2211 orang laki-laki dan 2045 orang

perempuan. Desa Kawoyang dihuni 513 Kepala Keluarga dengan total penduduk

1841 orang yang terdiri atas 967 orang laki-laki dan 874 orang perempuan.

Sedangkan Desa Cinoyong dihuni oleh 627 Kepala Keluarga dengan total

penduduk 2110 orang yang terdiri atas 1103 orang laki-laki dan 1007 orang

perempuan.

b. Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Sukarame, Desa Sukanagara, Desa

Kawoyang dan Desa Cinoyong mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK),

Sekolah Dasar (SD) sederajat, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sederajat. Di Desa Sukarame terdapat 3 SD dan 1 SLTP. Di Desa Sukanagara

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

terdapat 1 SD dan 1 SLTP. Di Desa Kawoyang hanya terdapat 1 SD. Sedangkan

di Desa Cinoyong terdapat 1 SD dan 1 SLTP.

c. Keagamaan

Sebagian besar masyarakat di Desa Sukarame, Desa Sukanagara, Desa

Kawoyang dan Desa Cinoyong menganut agama islam yaitu sebesar 99,97%.

Hanya terdapat 3 orang masyarakat Desa Sukarame yang beragama katolik.

Di keempat desa tersebut terdapat total 54 sarana peribadatan yang terdiri

atas 22 mesjid dan 32 mushola/langgar. Sedangkan sarana peribadatan untuk non

muslim tidak ada.

d. Kesehatan

Di Desa Sukarame, Desa Sukanagara dan Desa Cinoyong telah tersedia

sarana kesehatan berupa Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Puskesmas Pembantu terletak di Desa Sukanagara dan Cinoyong. Puskesmas

Keliling terdapat di Desa Sukarame dan Desa Sukanagara. Sedangkan di Desa

Kawoyang belum terdapat sarana kesehatan.

Tenaga kesehatan yang berada di keempat desa tersebut terdiri atas 4

orang bidan dan 2 orang perawat. Untuk mendapat perawatan dokter, biasanya

masyarakat harus menuju puskesmas di kecamatan Carita.

Jenis-jenis penyakit yang biasanya diderita masyarakat di keempat desa

tersebut adalah influenza, penyakit kulit, ISPA, penyakit tukak/lambung,

Diare/disentri dan TBC.

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.1.4 Potensi Wisata di Kawasan Tahura Banten

a. Air Terjun Curug Gendang

Air Terjun Curug Gendang berada kawasan Tahura Banten dengan posisi

koordinat 105° 51' 34'' BT dan 6° 16' 38,9'' LS pada ketinggian 225 m dpl dan

berasal dari hulu mata air Gunung Aseupan. Dinamai Curug Gendang karena

suara air terjunnya mirip dengan suara gendang atau tambur. Lokasinya terletak

sekitar 4,3 km dari pintu gerbang. Aksesibilitas untuk menuju Air Terjun Curug

Gendang dapat menggunakan kendaraan roda empat sampai akhir jalan dan

dilanjutkan berjalan kaki menelusuri jalan setapak yang berliku-liku berupa jalan

tanah sebagian berbatu sekitar 2 km.

Daya tarik Air Terjun Curug Gendang adalah merupakan perpaduan dari

hutan lebat, jalan setapak yang berliku dan kadang naik turun, serta tebing dan

jurang disisi kiri-kanannya, dan air yang jernih. Air Terjun Curug Gendang

mempunyai ketinggian ± 7 m dengan diameter permukaan ± 5,5 m dan kedalaman

± 13 m berbentuk cekungan dalam.

b. Air Terjun Curug Puteri

Air Terjun Curug Puteri berada pada posisi koordinat 105° 51' 48,4'' BT

dan 6° 16' 36,9'' LS pada ketinggian 237,5 meter dpl. Lokasinya terletak sekitar

500 meter ke arah hulu Air Terjun Curug Gendang. Aksesibilitas untuk menuju

Air Terjun Curug Puteri belum tersedia jalan setapak sehingga dari Air Terjun

Curug Gendang harus ditempuh melewati Sungai Curug Gendang dengan kondisi

berbatu dan licin.

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Keindahan Air Terjun Curug Puteri diwarnai dengan keberadaan batuan

cadas yang indah di kanan-kiri sungai dengan ketinggian sekitar 8-10 meter dan

aliran air dari atas seperti air terjun. Kondisi aliran air tersebut menjadi semakin

besar apabila musim hujan sehingga menambah daya tarik keindahan alam

disamping Air Terjun Puteri.

Air Terjun Curug Puteri mempunyai ketinggian ± 7.5 m dengan

kedalaman cekungan (kolam) sekitar 2 meter. Keindahan Air Terjun Curug Puteri

juga dilengkapi dengan panorama goa. Gambar 6 memperlihatkan keindahan

sungai yang berbatu S. Curug Gendang, dinding cadas dan Air Terjun Curug

Puteri.

c. Cadasngampar

Cadasngampar merupakan areal bebatuan yang datar dimana terletak di

pinggiran sungai sehingga mempunyai eksotisme visual yang khas antara

bebatuan dan gemercik air sungai yang memberikan ketenangan dan kesejukan.

Lokasi Cadasngampar terletak disebelah selatan Curug Gendang yang merupakan

jalur tracking ke arah curug.

Topografi relative datar hingga bergelombang dan didominasi oleh hutan

hujan tropis dan tanaman masyarakat dengan kerapatan vegetasi jarang hingga

sedang. Di wilayah ini dapat dijumpai satwa antara lain babi hutan, monyet ekor

panjang, lutung, ular python dan beberapa jenis burung.

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

d. Bendungan

Bendungan ini merupakan bendungan yang diperuntukan untuk pengairan

masayarakat. lokasi ini sangat mudah diakses dari perkampunga sekitarnya,

sehingga mempunyia kasebilitas yang tinggi dan berpotensi untuk wisata tirta.

Lokasi ini berkonfigurasi topografi bergelombang ringan dengan vegetasi

dominan tanaman Multipurpose Tree Spesies dan tanaman bambu dengan view

yang indah.

e. Camping Ground

Camping ground yang dapat dikembangkan ada 4 lokasi yaitu : Camping

groud (1) terletak dekat dengan curug gendang dengan kofigurasi topografi

bergelombang ringan dengn vegetasi dominan Laban dan mempunyai

pemandangan yang indah; Camping ground (2) topografi bergelombang ringan,

dengan vegetasi dominan Mahoni dan Meranti, luas areal terbuka 0.1 - 0.5 Ha dan

dekan pesanggrahan perum perhutani. Camping ground (3) topografi

bergelombang ringan, dengan vegetasi dominan Mahoni dan Meranti dengan luas

0,1 Ha dan Camping ground (4) topografi bergelombang ringan, dengan vegetasi

dominan Mahoni dan Meranti, luas areal terbuka 0.125 - 0.15 Ha,

f. Gunung Tompo

Topografi wilayah tersebut bervariasi mulai landai hingga bergelombang.

Namun sebagian besar wilayahnya bergelombang dan curam dengan puncak

tertinggi Gunung Tompo (500 dpl). Di puncak Gunung Tompo ini terdapat

makam yang dianggap keramat karena merupakan makam kyai (penyebar agama

islam).

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Vegetasi didominasi oleh hutan hujan tropis seperti mahoni, meranti dan

beberapa tanaman masyarakat seperti melinjo, kelapa, kopi, nangka, jengkol, kopi

dll. Di wilayah ini banyak dijumpai beberapa lahan garapan masyarakat di dalam

kawasan karena letaknya yang berbatasan langsung dengan masyarakat desa

Sukanegara. Di wilayah ini pun banyak dijumpai area yang memiliki panorama

alam yang indah namun lokasinya curam seperti kawasan Kalimorot.

4.1.5 Sarana dan Prasarana Taman Hutan Raya

Berikut sarana dan prasarana yang telah ada di Tahura Banten pada tabel

4.3

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana di Tahura Banten

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Loket Penjualan Karcis 2 unit

2 Jalan Masuk 800 meter

3 Tempat Parkir 2 lokasi

4 Pusat Informasi 1 unit

5 Panggung Terbuka 1 unit

6 Shelter dan Meja Piknik 7 unit

7 Menara Pandang 1 unit

8 Pesanggrahan 1 unit

9 Rumah Naga 3 unit

10 Lapangan Tenis 1 unit

11 Pos Jaga 1 unit

12 Pondok Jaga 1 unit

13 MCK 3 unit

14 Musholla 1 unit

15 Kios 42 unit

16 Pondok Kerja 1 unit

17 Jalan Setapak 3,5 km

18 Papan Interpretasi 7 unit

19 Pagar Pengaman 100 meter

20 Camping ground 0,5 ha

21 Rumah Kaca 2 unit

22 Bak Penampungan Air 2 unit

23 Instalasi Air Bersih 2 unit

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

24 Rumah Dinas 1 unit

Sumber: RKL PPA TWA Banten dalam Dinas Hutbun Banten, 2008

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskrpsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan

menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai

Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten, peneliti

menggunakan analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang

berguna atas komponen- komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh

pimpinan organisasi untuk menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi.

Strategi yang efektif mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari

faktor-faktor strategis yaitu strengths, weaknesses, opportunities, threats dari

sebuah organisasi.

Langkah penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan faktor-

faktor yang termasuk dalam strengths, weaknesses, opportunities, threats dari

sebuah organisasi pengelola Tahura. Kedua, peneliti mencocokan peluang-

peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu

dengan kekuatan dan kelemahan internal dalam Matriks SWOT (dikenal juga

dengan TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis.

Analisis internal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memaksimalkan

kekuatan dan meminimalkan kelemahan.

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil

dokumentasi lainnya. Kata-kata dan tindakan informan merupakan sumber utama

penelitian. Sumber data dari informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan

direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data

sekunder yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen

Profil Tahura Banten, pengembangan Tahura Banten yang merupakan data

mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-

foto terebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Tahura

Banten.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan

polanya serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban

yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta

dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode

pada aspek tertentu, yaitu :

a) Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.

b) Kode dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.

c) Kode I menunjukkan informan.

Kode I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, I1-5, I1-6, dan I1-7 menunjukkan daftar urutan informan

dari kategori Instansi yang terdiri dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi

Banten, dan Balai Pengelolaan Tahura Banten.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Kode I2-1, I2-2, I2-3, I2-4, I2-5, I2-6, I2-7, dan I2-8 menunjukkan daftar urutan

informan kategori masyarakat yaitu dari masyarakat lokal dan pengunjung.

d) Kode P menunjukkan Peneliti

Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah selanjutnya

adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk

dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data

penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir

menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk

ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk

kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data

dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan

peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil

ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.

4.2.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Alternatif Strategi Pengembangan Taman

Hutan Raya (Tahura) Banten Adapun informan-informan yang peneliti tentukan,

merupakan orang- orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik

Pemerintah Daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana langsung

Tahura Banten, serta pihak lainnya yang terlibat dalam pengembangan Tahura

Banten.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Pelaksana langsung yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah

Pemerintah Daerah yang terkait dalam penelitian ini sebagai informan adalah

Kepala Balai Pengelolaan Tahura Banten, Kepala Sub-Bagian Tata Usaha Tahura

Banten, Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan Tahura Banten, Kepala

Seksi Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Tahura Banten, Pegawai Pelaksana

PNS Tahura Banten, Pegawai TKK Tahura Banten, dan Pegawai Lapangan

Tahura Banten. Masyarakat lokal yang menjadi informan adalah masyarakat yang

mendukung kegiatan Tahura yaitu Kepala Desa Sukarame, Pegawai Desa

Sukarame, Ketua RW Desa Sukarame, Ketua RT Desa Cinoyong, Ketua RT Desa

Sukarame, Ketua RT Desa Sukanagara, Ketua Komunitas Pecinta Alam, dan

Pengunjung.

Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tebel

berikut ini:

Tabel 4.4

Informan Penelitian

No Informan Status Informan Jenis

Kelamin

Usia Kode

Infor

man

1. Ir. Ena

Suhena,MM

Kepala Balai

Pengelolaan Tahura

Banten

Laki-laki 41 I1-1

2. Drs. Agus

Kurnia, MA

Kepala Sub-Bagian

Tata Usaha Tahura

Banten

Laki-laki 47 I1-2

3. Deni Krisnadi

K, BScF, SP,

MM

Kepala Seksi

Pengembangan dan

Pemanfaatan Tahura

Banten

Laki-laki 45 I1-3

4. Rosdiana S.

Hut

Kepala Seksi

Perlindungan dan

Rehabilitasi Tahura

Banten

Laki-laki 40 I1-4

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

5. Hari Sunandar Pelaksana PNS (Seksi

Perlindungan dan

Rehabilitasi)

Laki-laki 40 I1-5

6. EA Supriadi

Frengky, SH

Pegawai TKK Tahura

Banten

Laki-laki 39 I1-6

7. Satiri Pegawai Lapangan

Tahura Banten

Laki-laki 35 I1-7

8. Jaenal Kepala Desa Sukarame Laki-laki 48 I2-1

9. Sarkawi Pegawai Desa

Sukarame

Laki-laki 45 I2-2

10. H. Masra Ketua RW Desa

Sukarame

Laki-laki 70 I2-3

11. Isa Astajaya Ketua RT Desa

Cinoyong

Laki-laki 39 I2-4

12. Udin Saepudin Ketua RT Desa

Sukarame

Laki-laki 43 I2-5

13. M. Arief

Asenie

Ketua RT Desa

Sukanagara

Laki-laki 39 I2-6

14. Lukmanul

Hakim

Ketua Pecinta Alam

Desa Sukarame

Perempuan 22 I2-7

15. Novita

Kusumawati

Pengunjung Perempuan 21 I2-8

Sumber: Peneliti 2017

4.3 Pembahasan

Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat

menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengembangan Tahura

Banten Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif untuk

mengembangkan Tahura Banten.

4.3.1 Strengths (kekuatan)

Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,

proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor

yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari

luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber

Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan

dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat

mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan

organisasi tersebut.

Lokasi Tahura sangat Strategis dalam Pengembangan Pariwisata Tahura

Banten dengan luas ±1.595,9 Ha memilki potensi flora dan fauna sebagai

megabiodeversity. Merupakan lokasi syarat efisiensi dalam Pengembangan

Pariwisata. Tahura Banten memiliki keanekaragaman hayati maupun ekosistem

yang terjaga kekhasannya dapat dijumpai jenis flora dan fauna diantaranya pohon

meranti shorea, sp, pohon burahol stelechocarpus, sp, elang laut

haliaeetusleucogaster, sp, burung paok pitta guajana, sp, lutung trachypitheus

auratus, sp, surili presbytis comata, sp, gagak hitam, kera ekor panjang,

trenggiling, dan burung hantu. Suasana hutan yang masih asri dan alami membuat

daya tarik tersendiri untuk wisatawan lokal, luar daerah, dan mancan negara yang

berkunjung untuk tujuan penelitian, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Seperti

yang disampaikan oleh I1-6 sebagai berikut:

“flora dan fauna endemik seperti burung paok itu se Indonesia yang masih

ada di Tahura Banten ini, surili, burung hantu, trenggiling ini yang sering

dikunjungi dan dicari oleh orang mancan negara sampai dia siap kehutan jam

04.00 pagi sudah di dalam hutan sebelum adzan subuh dia sampai jam 23.00

malam baru pulang kalo panas hari kan dia pulang dan sore hari kembali kehutan

hanya untuk melihat burung hantu ini, kalo burung paok pagi sih itu pun ga semua

orang bisa menemukan burung paok itu padahal banyak anehnya kalo dicari suka

susah”.(Wawancara, di Balai Pusat Informasi Tahura Banten, tanggal 29

September 2017 pukul 13.45)

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Jenis flora dan fauna yang khas menjadi daya tarik utama wisatawan untuk

datang berkunjung dan melihat langsung flora dan fauna yang masih dimiliki

Tahura Banten karena jenis-jenis tersebut hanya ada di Tahura Banten.

Keberadaan masyarakat sekitar kawasan Tahura. Program yang diberikan

kepada masyarakat untuk mengembangkan dan melestarikan hutan oleh Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten yaitu:

1. Program penanaman pohon berupa pohon bambu

2. Program Lebah Madu di Desa Cinoyong, Desa Sukanagara, Desa

Sukarame, dan Desa Kawoyang

Program yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi

Banten, seperti yang disampaikan oleh I1-7 adalah sebagai berikut:

“Masyarakat ada aja yang minta bantuan bibit atau pun pupuk cuma untuk

saat ini kan Tahura itu balai sendiri bukan kaya balai pertanian yang suka

ngeluarin bantuan apa ke masyarakat kalo tahura bukan seperti kaya gitu namanya

juga masih merangkak maju tapi alhamdulillah sih waktu itu masyarakat minta

bantuan lebah madu difasilitasi sama tahura masalah kedepannya berkembang apa

ga tinggal masyarakat yang mengelola dan juga penanaman pohon bambu Tahura

memfasilitasi polibek dan bibit bambu untuk masyarakat” (wawancara, di Balai

Pusat Informasi Tahura Banten, tanggal 29 September 2017 pukul 13.45)

Peran Pemerintah membantu untuk melestarikan hutan dengan pengadaan

program-program yang diberikan kepada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat tidak merusak fungsi hutan, karena pentingnya hutan untuk sumber

kehidupan manusia, seperti yang disampaikan I1-7 adalah sebagai berikut:

“harapan tahura ke masyarakat ingin masyarakat tuh beralih fungsi

walaupun ga 100% beralih fungsi dari hutan ke kampung cuman berharap

masyarakat melupakan hutan berfikir seperti itu karena apa hutan ini kan boleh

dikatakan turun temurun kebunnya bisa dikatakan orang tuanya ninggal ada

anaknya dan anaknya ninggal ada cucunya tahura ingin masyarakat melupakan

hutan yang biasa seminggu tujuh kali kita bikin seminggu satu kali setelah satu

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

kali kita bikin gimana caranya biar satu bulan cuma satu kali setelah satu bulan

sekali gimana caranya dia liat panennya doang karena apa karena menurut aturan

jangankan nebang pohon masuknya pun kedalam hutan ga boleh kan diaturan

undang-undang ini mah kadang kita udah terbentuk seperti ini Tahura ga semudah

membalikan telapak tangan untuk mengeluarkan masyarakat dari hutan”

(wawancara, di Balai Pusat Informasi Tahura Banten, tanggal 29 September 2017

pukul 13.45).

Potensi wisata berupa panorama alam yang indah air terjun, camping

ground, outbond, hiking, watching bird, dan prasarana lainnya seperti yang

disampaikan I1-3 adalah sebagai berikut:

“di Tahura Banten ini memiliki potensi wisata alam yang indah tidak kalah

saing dengan Tahura lain yang ada di Indonesia, seperti yang bisa dilihat di lokasi

Tahura Banten terdapat air terjun yang terdiri dari air terjun curug gendang dan

ada satu lagi yang disebut green canyon Banten yaitu curug putri, banyak dari

pengunjung yang datang bukan hanya untuk rekreasi tetapi juga untuk riset terkait

hewan dan tumbuhan yang ada di lokasi Tahura Banten sehingga pengunjung

bermalam di area camping ground sambil mendirikan tenda”. (wawancara, di

Balai Pusat Informasi Tahura Banten, tanggal 11 Oktober 2017 pukul 13.45).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 bahwa potensi alam yang

terdapat di Tahura Banten dapat menarik minat pengunjung untuk melakukan riset

dan rekreasi di Kawasan Tahura Banten.

Ketersediaan Anggaran dari APBD Provinsi dan DAK Bidang Kehutanan.

Pembangunan dan pengelolaan Tahura Banten membutuhkan pendanaan yang

relatif besar. Pendanaan pengelolaan Tahura Banten dalam jangka pendek adalah

dengan cara mempertahankan sumber-sumber pendanaan rutin, sedangkan untuk

jangka panjang akan dikembangkan sumber-sumber pendanaan lain yang tidak

mengikat yang berasal dari sumber-sumber pendanaan dari pihak-pihak yang

memiliki kepedulian terhadap konservasi dan pendanaan internasional dari

mekanisme-mekanisme pendanaan yang terkait dengan isu-isu global konservasi.

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Pengalokasian dana yang bersumber dari APBN baik melalui Dana

Alokasi Khusus, Dana Tugas Pembantuan maupun dana Kementerian yang

langsung dialokasikan langsung terhadap pengembangan Tahura Banten

merupakan suatu suplemen bagi pengembangan spesifik sektor untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Pengalokasian dana yang bersumber dari APBD untuk kegiatan-kegiatan

pembangunan Tahura merupakan investasi pemerintah daerah dalam mendapatkan

manfaat dari Tahura terhadap pembangunan daerah.

4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)

Kelemahan merupakan kondiis kekurangan yang terdapat didalam

organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam

tubuh organisasi. Kelemahan Tahura Banten dilihat dari kekurangan yang ada

dalam pengelolaan dan pengembangan Tahura Banten yang dapat menghambat

pengembangan Tahura Banten.

Sarana dan Prasarana UPTD/Balai Tahura belum lengkap. Pengadaan

sarana dan prasarana di Tahura Banten merupakan kegiatan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Provinsi Banten dalam pelaksanaannya belum optimal, seperti yang

disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:

“Bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang tersedia disini belum

lengkap, masih banyak kurangnya tapi sedikit demi sedikit pihak kami akan

menambahkan sarana dan prasarana di Balai Tahura.”(Wawancara di lokasi

Tahura, tanggal 30 September 2017 pukul 09.00 WIB)

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 bahwa kurangnya pengadaan

sarana dan prasarana yang terdapat di UPT/Balai Tahura belum lengkap.

Selanjutnya pendapat yang disampaikan dari I1-1 adalah sebagai berikut:

“Untuk pengadaan sarana dan prasarana kita akan adakan pos penjagaan

keamanan, ada juga pengadaan tempat sampah. Kita belum bisa ngasih

pembangunan sarana di kawasan tahura dengan maksimal balik lagi pengadaan

pendanaan anggaran yang dikit yang kita punya.” (wawancara di Balai Pusat

Informasi, tanggal 30 September 2017 pukul 09.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 belum maksimal dalam

pengadaan sarana dan prasarana untuk Tahura Banten dikarenakan anggaran dana

yang terbatas. Pengembangan Tahura Banten pada hakekatnya tidak merubah apa

yang sudah ada di Tahura dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga

menarik untuk dijadikan tempat wisata. Pengembangan fisik yang dilakukan

dalam rangka pengembangan Tahura seperti penambahan sarana jalan setapak,

penyediaan rumah pohon, penyediaan alat pengintai untuk melihat jenis hewan,

penyediaan MCK, untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga

Tahura Banten dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan.

Masyarakat sekitar kawasan Tahura Banten belum berperan secara aktif

dalam pengelolaan Tahura Banten. Masyarakat yang belum siap dalam

pengembangan Tahura Banten. Seperti yang disampaikan I1-5 adalah sebagai

berikut:

“masyarakat sini sangat mendukung dengan pengembangan Tahura, tapi

masih ada beberapa orang yang belum siap dalam pengembangan Tahura. Ini

disebabkan mereka yang lebih memilih bekerja sebagai nelayan dari pada di

bidang kehutanan”.(wawancara, di Balai Tahura Banten, tanggal 30 September

pukul 11.00 WIB)

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-5 bahwa masyarakat desa masih

ada yang belum siap dalam pengembangan Tahura Banten, karena

keterbatasannya kemampuan mereka dan mereka lebih memilih mencari

penghasilan di bidang lain yang lebih menjanjikan untuk peningkatan

perekonomiannya.

Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dalam

pengelolaan Tahura Banten, terlihat bahwa kemampuan SDM yang terbatas

tentang pengelolaan Tahura Banten menjadi kesulitan tersendiri bagi pengelola

Tahura Banten dalam memberdayakan pegawai. Pelaksanakan pembinaan dan

pelatihan bagi pegawai Tahura Banten belum berjalan dengan baik. Seperti yang

disampaikan oleh I1-4 adalah sebagai berikut:

“Kalau pembinaan kita pernah ada dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Provinsi Banten, tapi tidak terlalu sering dalam setahun paling cuma beberapa kali

aja itu juga kalau kita mau kedatengan wisatawan asing ke Tahura. Pembinaan

yang dikasih kaya cara penanaman pohon yang baik dan benar, tebang tanam yang

baik agar tidak terjadi longsor. Tapi kalo menurut saya kurang pembinaan dan

pelatihan yang diberikan, kita disini mencoba memaksimalkan pegawai yang

pernah ikut pembinaan buat ngebantu pegawai lain yang kurang paham tentang

pengembangan Tahura.”(Wawancara di Balai Tahura Banten 10 Oktober 2017

pukul 14.52 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4 bahwa kurangnya pembinaan dan

pelatihan yang didapatkan pengelola Tahura Banten dari Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Provinsi Banten. Perlunya pembinaan yang didapatkan pengelola

Tahura Banten agar pengelolaan dan pengembangan Tahura Banten di lapangan

dapat membantu mengembangkan Tahura Banten dengan baik.

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.3.3 Opportunities (Peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan

datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri

misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekita.

Melalui penataan dan pengembangan Tahura Banten didalam upaya

meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para pengunjung baik

domestik maupun mancanegara berkunjung ke Tahura Banten di Kabupaten

Pandeglang. Tahura Banten secara terus menerus melaksanakan pengembangan

dan menggali potensi wisata yang ada di Tahura Banten dengan pengembangan

destinasi objek wisata merupakan langkah-langkah yang ditempuh, agar dapat

memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga kelangsungan

pembangunan Tahura Banten berjalan sesuai dengan tuntutan pengembangan

daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tingginya minat wisata berbasis alam. Kegiatan wisata di alam terbuka

dan alami banyak diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini terlihat antara

lain dari tingginya minat masyarakat untuk berwisata ke tempat-tempat yang

masih alami, seperti alam rimba, pegunungan, pesisir dan lautan yang memiliki

kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna yang unik, khas, langka,

indah dan beranekaragam. Adanya minat masyarakat yang cukup besar untuk

berwisata ke alam merupakan faktor pendorong bagi dikembangkannya pariwisata

yang berorientasi pada lingkungan alam.

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Luasnya hutan yang dimiliki Tahura Banten menjadikan lahan untuk

menarik minat pengunjung untuk melakukan penelitian terhadap hewan dan

tumbuhan serta rekreasi disekitar kawasan Tahura Banten. Seperti yang

disampaikan oleh I1-3 adalah sebagai berikut:

“pengunjung dari berbagai penjuru datang ke Tahura Banten itu berbeda-

beda tujuannya, ada yang untuk melihat hewan yang ada di Tahura Banten seperti

burung, monyet, dan lainnya, ada juga yang meneliti pepohonan yang terdapat

disini, ada juga yang untuk rekreasi menikmati wisata alam seperti curug gendang

dan curug putri, sekarang sudah ada cadasngampar jadi makin terasa wisata

alamnya”. (wawancara di Balai Tahura Banten, tanggal 11 Oktober 2017 pukul

10.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 bahwa tingginya minat wisata

berbasis alam oleh pengunjung menjadikan peluang untuk berkembangnya Tahura

Banten.

Keterlibatan Perguruan Tinggi dan Badan Litbang serta instansi terkait

dalam pendidikan dan penelitian dalam pengembangan kehutanan. Pengembangan

pariwisata dilakukan dengan mengikutsertakan pihak ketiga, dalam hal ini akan

dibuat kerjasama pengelolaan sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No. 36

tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman

Nasional,Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam), baik dengan koperasi,

BUMN maupun pihak swasta dan dilakukan secara profesional. Pengembangan

koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak yang meliputi pada:

Bidang kelestarian fungsi ekosistem kawasan, pemanfaatan sumberdaya

alam serta pemanfaatan sumber daya plasma nutfah. Koordinasi dan kerjasama

akan meningkatkan kegiatan pengembangan kegiatan wisata, perlindungan dan

pemanfaatan plasma nutfah flora maupun fauna.

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Bidang pengembangan sosial masyarakat, meliputi program untuk

pengembangan masyarakat (community development) dalam rangka

mengembangkan alternatif sumber pendapatan masyarakat baik berupa pengalihan

sumber mata pencaharian masyarakat dari pemanfaatan sumberdaya hutan kepada

sumber-sumber lain atau peningkatan kesadaran dalam pemanfataan lestari

sumberdaya hutan. Kegiatan ilmiah penelitian dari berbagai aspek baik yang

berhubungan langsung dengan sumberdaya alam kawasan maupun masyarakat

sekitar kawasan.

Bidang Priwisata. Koordinasi dan kerjasama dalam meningkatan

pembangunan kepariwisataan di wilayah pantai barat. Bidang Pertanian.

Koordinasi dan kerjasama dalam meningkatkan pengelolaan lahan pertanian

masyarakat serta pengembangan usaha budidaya. Bidang Lingkungan Hidup.

Koordinasi dan kerjasama dalam pengawasan pembangunan untuk menjaga

kualitas lingkungan hidup sehingga tidak berdampak terhadap kawasan Tahura.

Bidang Ketenagakerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan serta pelatihan

keterampilan masyarakat dalam pengembangan industri kecil-menengah, dapat

memberi alternatif kegiatan perekonomian masyarakat dari pemanfaatan

sumberdaya hutan. Bidang Perindustrian dan Perdagangan. Peningkatan industri

hulu berbasis produk komoditas lokal unggulan serta usaha kecil – menengah

masyarakat memerlukan pendampingan dan pembinaan dalam bidang promosi

dan pemasaran. Bidang Pendidikan. Pembinaan masyarakat baik secara formal

melalui sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT) maupun luar sekolah sehingga

meningkatkan kesadartahuan masyarakat.

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Koordinasi dan kerjasama yang dikembangkan dilakukan bersama badan

usaha baik milik pemerintah (pusat dan daerah) maupun swasta yang

dititikberatkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bentuk kemitraan yang

dikembangkan dengan badan usaha ini diantaranya menjadi pemodal,

pembinaan/pendampingan usaha, promosi dan pemasaran, serta pelatihan

manajemen usaha.

Koordinasi dan kerjasama yang dikembangkan bersama Lembaga

Swadaya Masyarakat dan masyarakat luas berbentuk program pengembangan

masyarakat (community development). Pendampingan masyarakat akan nilai dari

Tahura serta arti pentingnya kelestarian sumberdaya alam kawasan Tahura.

Koordinasi dan kerjasama yang dikembangkan bersama perguruan tinggi

dan lembaga penelitian, dan LIPI yaitu pengembangan kegiatan penelitian baik

yang terkait langsung dengan sumberdaya alam kawasan Tahura maupun sosial

masyarakat di sekitar kawasan.

Pengelola Tahura adalah masyarakat yang tinggal di lingkungan Tahura

Banten yang bertugas sebagai pelaksana perkembangan Tahura yang ada

didaerahnya dengan berpedoman pada kebijakan yang dibuat Pemerintah Daerah.

Koordinasi antar/lintas instansi yang optimal membuat pelaksanaan kegiatan

dapat berjalan dengan efektif. Permasalahan yang dihadapi adalah belum

optimalnya koordinasi antar Pemerintah Daerah dengan pengelola Tahura Banten.

Seperti yang disampaikan oleh I2-1 sebagai Kepala Desa Sukarame adalah sebagai

berikut:

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

“Koordinasi yang dilakukan pihak Tahura dengan mengundang kita rapat

dikasih pemberitahuan emang kalau dari desa mah karena Tahura masuk wilayah

Desa Sukarame tapi tanahnya itu tanah Pemerintah, pihak Pahura sering

koordinasi baik dari media ataupun rapat-rapat.” (Wawancara di Kantor Desa

Sukarame, tanggal 29 September 2017 pukul 09.37 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 bahwa koordinasi yang dilakukan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten dan Balai Pengelolaan Tahura

Banten dengan pihak Desa Sukarame belum optimal. Hal ini menjadi peluang

bagi pelaksana pengembangan Tahura Banten. Pada level birokrasi yang selama

ini dilakukan Pemerintah Daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya

kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan Tahura Banten dan usulan

penetapan forum komunikasi obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan

menjembatani hubungan antara masyarakat, lembaga desa, perguruan tinggi, dan

dunia usaha/swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Provinsi Banten perlu lebih mengintensifkan pertemuan bagi forum komunikasi

obyek wisata agar benar-benar dapat memberikan manfaat dalam rangka

koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman.

Mendorong peningkatan investasi dan pengunjung di Tahura Banten

melalui promosi-promosi

4.3.4 Threats (ancaman)

Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi itu sendiri. Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari

luar organisasi itu sendiri, misalnya kopetitor, kebijakan pemerintah, kondisi

lingkungan sekita.

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Masih adanya penggarap dalam kawasan Tahura eks PHBM seperti yang

disampaikan I1-7 adalah sebagai berikut:

“pembalakan liar masih sering terjadi didalam kawasan Tahura Banten, hal

tersebut bukan dilakukan oleh masyarakat sekitar tetapi dilakukan oleh oknum

yang ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya demi kesejahteraan

perusahaannya, tapi dari pihak kami sudah menindaklanjutin masalah ini, jika hal

ini masih terjadi maka akan ada sanksi tegas dari Pemerintah Daerah”.

(wawancara di Balai Tahura Banten, tanggal 11 Oktober 2017 pukul 13.42 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-7 bahwa masih adanya penggarap

dalam kawasan Tahura Banten. Tetapi hak mereka sudah menindak lanjutin

masalah ini sehingga diharapkan tidak terjadi pembalakan liar.

Adanya sebagian masyarakat atau LSM yang belum memahami tentang

Tahura. Pengembangan Tahura Banten selain memberikan dampak positif dalam

pengembangan kesejahteraan masyarakat sekita juga terdapat dampak negatif

yaitu dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung baik dari wisatawan lokal

maupun wisatawan mancanegara dapat membawa budaya buruk yang dapat

mempengaruhi masyarakat Desa Sukarame. Seperti yang disampaikan I2-3 adalah

sebagai berikut:

“Dampak negatif buat warga disini yaitu budaya dari luar yang bisa

mempengaruhi orang sini, apalagi buat para remaja-remaja kita. Engga sedikit

wisatawan yang dateng kesini membawa perilaku buruk kaya minum-minuman,

terus yang bule juga ada yang memakai bikini”. (wawancara, di Kantor Desa

Sukarame tanggal 30 September pukul 11.00 WIB)

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.3.5 Analisis Faktor Internal

Strengths (Kekuatan)

1. Potensi Alam yang Indah

Tahura memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat dari

kondisi alam dan obyek wisata berupa pepohonan yang rindang, curug gendang,

curug putri, dan cadas ngampar. Potensi alam yang indah menjadi daya tarik

tersendiri untuk wisatawan lokal maupun mancan negara untuk menikmati

suasana yang berbeda dari perkotaan.

2. Lingkungan yang asri dan nyaman

Tahura memiliki suasana yang asri dan nyaman berupa pepohonan yang

tinggi dan besar, serta berung-burung yang terlihat sesekali melintas diatas pohon

sehingga menjadi kekuatan untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung.

Pembangunan dan pengembangan Tahura didasarkan pada kearifan lokal dan

special local sense yang mereflesikan keunikan lingkungan.

3. Peningkatan penelitian dan pengembangan flora dan fauna

Peningkatan penelitian dan pengembangan flora dan fauna perlu

ditingkatkan agar pengunjung yang melakukan penelitian mendapatkan hasil yang

maksimal.

4. Peningkatan koordinasi dengan Perguruan Tinggi, Badan Litbang dan

instansi terkait dalam penelitian dan pengembangan Tahura

Peningkatan koordinasi dengan Perguruan Tinggi, Badan Litbang dan

instansi terkait dalam penelitian dan pengembangan Tahura perlu ditingkatkan,

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

agar banyak pengunjung yang melakukan fungsi penelitian, pendidikan, budidaya

di kawasan Tahura Banten.

5. Pengembangan koleksi tumbuhan dan atau satwa di Tahura Banten

Pengembangan koleksi tumbuhan dan atau satwa di Tahura Banten

diarahkan untuk melestarikan jenis-jenis asli, jenis langka yang dilindungi dan

jenis tumbuhan dan atau satwa serbaguna serta jenis-jenis yang bernilai ekonomi

tinggi.

6. Pengembangan produk lokal dan pariwisata di sekitar Tahura

Dengan adanya Tahura Banten di Desa Sukarame sangat memberikan

dampak positif untuk masyarakat lokal yaitu usaha kegiatan masyarakat lokal

meningkat dan pemerataan yang rata untuk masyarakat.

Alternatif Strategi yang dihasilkan yaitu menyusun pemodelan kawasan

Tahura Banten yang didasari pembangunan yang berkelanjutan/ramah

lingkungan.program yang dapat dikembangkan adalah memotifasi kelompok

kegiatan usaha pariwisata lokal dengan memberikan permodalan dan fasilitas

untuk membangun Tahura Banten yang mendasari kearifan lokal,

mengoptimalkan aksesibilitas menuju tahura dan lokasi obyek wisata dengan

memperbaiki akses jalan menuju tahura dan memberikan keamanan dan ketertiban

kepada wisatawan untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan menuju

Tahura Banten.

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Weaknesses (Kelemahan)

1. Data Base flora dan fauna pada kawasan Tahura masih minim

Data base flora dan fauna yang terdapat di Tahura Banten masih minim

sehingga kesulitan untuk menjawab pertanyaan bila ada pengunjung yang

berkunjung ke Tahura Banten.

2. Kondisi sarana dan prasarana wisata kurang memadai

Sarana dan prasarana bagi pengunjung Tahura yang berkunjung diantaranya

adalah tidak adanya toilet umum gratis untuk pengunjung, lahan parkir yang

kurang, tidak adanya Mushola, dan tempat sampah yang minim disekitar lokasi

tahura.

3. Sistem promosi yang masih kurang

Tidak adanya promosi pada media elektronik sepertia via website resmi

yang dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Tahura Banten menjadi

kelemahan Tahura Banten pada sistem pemasaran melalui promosi.

Alternatif Strategi dalam menggali potensi wisata alam dan buatan Tahura

Banten untuk meningkatkan daya tarik wisata. Program yang dapat dikembangkan

pada Tahura Banten adalah melakukan promosi melalui media online atau

pameran di Tingkat Provinsi, Nasional, dan Internasional. Meningkatkan

dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan

masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan Tahura

Banten. Meningkatkan kualitas manajemen pengembangan Tahura Banten.

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4. Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan Pemerintah Daerah

seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan

pengembangan tahura dan usulan penetapan forum komunikasi obyek wisata

sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antar masyarakat,

lembaga desa, perguruan tinggi, dan dunia usaha/wisata.

Alternatif Strategi untuk meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat

dalam membangun Tahura Banten. Program yang dapat dikembangkan adalah

komunikasi secara berskala dengan pengelola Tahura Banten dan masyarakat

lokal baik secara formal maupun informal, meningkatkan hubungan kelembagaan

masyarakat yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Komunitas

Pencinta Alam, mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis

kerakyatan.

5. Rendahnya kuantitas dan kualitas SDM pengelola Tahura

Rendahnya kuantitas dan kualitas SDM pengelola Tahura membuat

terhambatnya pengembangan Tahura Banten sehingga perlu adanya pembinaan

SDM agar susuai dengan yang diharapkan oleh Tahura Banten.

6. Kurangnya sosialisasi tentang Tahura kepada masyarakat sekitar

Tahura dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Kurangnya sosialisasi tentang Tahura kepada masyarakat sekitar Tahura dan

Lembaga Swadaya Masyarakat membuat banyak dari masyarakat dan LSM tidak

mengetahui keberadaan Tahura Banten dan fungsi utama dari Tahura.

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

4.3.6 Analisis Faktor Eksternal

Opprtunities (peluang)

1. Satu-satunya Taman Hutan Raya di Provinsi Banten

Tahura merupakan satu-satunya Taman Hutan Raya di Provinsi Banten, air

terjun di Banten bukan hanya ada Curug di Padarincang saja tetapi juga ada Curug

Putri di Tahura yang memiliki air terjun yang tinggi dan masih asri. Curug Putri

terkenal dengan tebing di sisi kiri dan kanan menuju air terjun.

2. Keterlibatan Perguruan Tinggi dan Badan Litbang serta instansi

terkait dalam pendidikan dan penelitian dalam pengembangan

kehutanan

Keterlibatan Perguruan Tinggi dan Badan Litbang serta instansi terkait

dalam pendidikan dan penelitian dalam pengembangan kehutanan diperuntukan

agar fungsi Tahura dapat berjalan dengan susuai tujuannya.

3. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian kawasan hutan cukup

tinggi

Untuk melestarikan Tahura Banten masyarakat juga berpartirsipasi untuk

kelestarian Tahura Banten agar Tahura Banten tetap terjaga kelestariannya.

4. Tingginya minat wisata berbasis alam

Para pengunjung yang berkunjung ke Tahura Banten didominasi oleh

pengunjung yang senang dengan wisata berbasis alam, lingkungan hutan yang asri

dan nyaman sehingga membuat pengunjung senang dan menikmati sejuknya

pepohonan yang ada disekitar lokasi Tahura Banten.

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

5. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Tahura

Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Tahura dilakukan agar

masyarakat berkembang dan memiliki wawasan tentang hutan.

6. Peningkatan investasi dan pengunjung di Tahura melalui promosi-

promosi

Peningkatan investasi dan pengunjung di Tahura melalui promosi-promosi

yang dilakukan Balai Pengelolaan Tahura Banten berhasil menarik minat

wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Tahura Banten.

Threats (Ancaman)

1. Daya dukung program pengembangan tidak berkelanjutan

Program kegiatan yang tidak berkelanjutan juga menjadi suatu hambatan

bagi pengembangan tahura sehingga pengelola tahura harus memanfaatkan dana

yang ada tahun kemarin untuk pengembangannya ditahun sekarang ini agar terus

maju dan tidak mengandalkan Pemerintah Daerah.

2. Akses angkutan umum menuju lokasi Tahura jarang dijumpai

Akses angkutan umum untuk menuju lokasi Tahura Banten masih jarang

dijumpai, pengunjung yang ingin mengunjungi Tahura disarankan untuk

membawa kendaraan pribadi.

3. Akses jalan Tahura masih licin

Akses masuk menuju lokasi Tahura Banten perlu dioptimalkan lagi dan

dibutuhkan keamanan di sekitar jalanan menuju lokasi karena kondisi desa yang

relatif sepi. Tahura bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus

melakukan perbaikan jalan menuju lokasi obyek wisata, masyarakat juga

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun akses jalan menuju lokasi Tahura

Banten.

4. Penduduk sekitar kawasan Tahura relatif masih miskin

Sebagian besar penduduk Kecamatan Carita memiliki mata pencaharian

sebagai petani. Begitu pula dengan penduduk Desa Desa Sukarame, Desa

Sukanagara, Desa Kawoyang dan Desa Cinoyong yang mayoritas penduduknya

adalah petani baik petani di sawah maupun kebun/ladang.

5. Pembalakan liar disekitar kawasan Tahura

Pembalakan liar masih sering terjadi di kawasan Tahura Banten, hal ini

terjadi karena masyarakat yang hidupnya masih bergantung pada hasil hutan yang

ada di Tahura Banten.

6. Kesejahteraan masyarakat dari hasil hutan

Kesejahteraan masyarakat yang berasal dari hutan dengan cara mengambil

hasil hutan berupa kayu bakar, buah-buahan dari hutan, dan memanfaatkan

kawasan Tahura Banten.

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Tabel 4.5

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

NO. FAKTOR INTERNAL

STRENGTHS WEAKNESSES

S1 Potensi alam yang indah W1 Data Base flora dan fauna pada

kawasan Tahura masih minim

S2 Lingkungan yang asri dan

nyaman

W2 Kondisi sarana dan prasarana

penelitiann kurang memadai

S3 Peningkatan penelitian dan

pengembangan flora dan fauna

W3 Sistem promosi yang masih

kurang

S4 Peningkatan koordinasi dengan

Perguruan Tinggi, Badan

Litbang dan instansi terkait

dalam penelitian dan

pengembangan Tahura

W4 Kurangnya koordinasi dengan

Pemerintah Daerah

S5 Pengembangan koleksi

tumbuhan dan atau satwa di

Tahura Banten

W5 Rendahnya kuantitas dan

kualitas SDM pengelola Tahura

S6 Pengembangan produk lokal

dan pariwisata di sekitar

Tahura

W6 Kurangnya sosialisasi tentang

Tahura kepada masyarakat

sekitar Tahura dan Lembaga

Swadaya Masyarakat

NO. FAKTOR EKSTERNAL

OPPORTUNITIES THREATS

O1 Satu-satunya Taman Hutan

Raya di Provinsi Banten

T1 Daya dukung program

pengembangan tidak

berkelanjutan

O2 Keterlibatan Perguruan Tinggi

dan Badan Litbang serta

instansi terkait dalam

pendidikan dan penelitian

dalam pengembangan

kehutanan

T2 Akses angkutan umum menuju

lokasi Tahura jarang dijumpai

O3 Kepedulian masyarakat

terhadap kelestarian kawasan

hutan cukup tinggi

T3 Akses jalan Tahura masih licin

O4 Tingginya minat wisata

berbasis alam

T4 Penduduk sekitar kawasan

Tahura relatif masih miskin

O5 Pemberdayaan masyarakat

sekitar kawasan Tahura

T5 Pembalakan liar disekitar

kawasan Tahura

O6 Peningkatan investasi dan

pengunjung di Tahura melalui

promosi-promosi

T6 Kesejahteraan masyarakat dari

hasil hutan

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

6.3.7 Matriks Analisis SWOT

Tabel 4.6

Matriks SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

a. Potensi alam yang

indah

b. Lingkungan yang asri

dan nyaman

c. Peningkatan

penelitian dan

pengembangan flora

dan fauna

d. Peningkatan

koordinasi dengan

Perguruan Tinggi,

Badan Litbang dan

instansi terkait dalam

penelitian dan

pengembangan

Tahura

e. Pengembangan

koleksi tumbuhan dan

atau satwa di Tahura

Banten

f. Pengembangan

produk lokal dan

pariwisata di sekitar

Tahura

a. Data Base flora dan

fauna pada kawasan

Tahura masih minim

b. Kondisi sarana dan

prasarana wisata

kurang memadai

c. Sistem promosi yang

masih kurang

d. Kurangnya

koordinasi dengan

Pemerintah Daerah

e. Rendahnya kuantitas

dan kualitas SDM

pengelola Tahura

f. Kurangnya sosialisasi

tentang Tahura

kepada masyarakat

sekitar Tahura dan

Lembaga Swadaya

Masyarakat

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

a. Satu-satunya Taman

Hutan Raya di

Provinsi Banten

b. Keterlibatan

Perguruan Tinggi

dan Badan Litbang

serta instansi terkait

dalam pendidikan

dan penelitian dalam

pengembangan

kehutanan

c. Kepedulian

masyarakat terhadap

kelestarian kawasan hutan cukup tinggi

a. Menggali potensi

wisata alam untuk

meningkatkan daya

tarik wisata

b. Melakukan promosi

tahura melalui media

eletronik/pameran

c. Melakukan

Koordinasi dengan

Perguruan Tinggi,

Badan Litbang serta

instansi terkait

a. Membangun

koordinasi dan

komunikasi yang baik

antar pengelola

Tahura dengan

Pemerintah Daerah

b. Meningkatkan

kuantitas dan kualitas

SDM pengelola

Tahura

c. Melakukan sosialisasi

tentang Tahura

kepada masyarakat

dan LSM

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

d. Pemberdayaan

masyarakat sekitar

kawasan Tahura

e. Peningkatan

investasi dan

pengunjung di

Tahura melalui

promosi-promosi

Threats (T) Strategi ST Strategi WT

a. Daya dukung

program

pengembangan tidak

berkelanjutan

b. Akses angkutan

umum menuju

lokasi Tahura jarang

dijumpai

c. Akses jalan Tahura

masih licin

d. Penduduk sekitar

kawasan Tahura

relatif masih miskin

e. Pembalakan liar

disekitar kawasan

Tahura

f. Kesejahteraan

masyarakat dari

hasil hutan

a. Memotivasi

kelompok kegiatan

usaha masyarakat

sebagai pendukung

wisata tahura

b. Mengoptimalkan

akses akngkutan

umum menuju lokasi

Tahura

c. Memelihara jalan

masuk kawasan

Tahura

d. Memberi sanksi

terhadap pihak yang

melakukan

pembalakan liar di

dalam kawasan

Tahura

a. Meningkatkan

pemahaman,

dukungan, dan

prioritas masyarakat

lokal

b. Mengoptimalkan

pembinaan dan

pelatihan ketrampilan

pada masyarakat

lokal

c. Memaksimalkan

sarana dan prasarana

pendukung wisata di

Tahura

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Gambar 4.1

Analisis SWOT

(Sumber : Rangkuti, 2005:20)

Penjelasan Diagram Silang Analisis SWOT :

1. Kuadran I : Mendukung Strategi SO

Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan

menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan Tahura Banten

berdasarkan strategi SO (Strengths – Opportunities) alternatif strategi yang dapat

dilakukan diantaranya : Menggali potensi wisata alam dan buatan Tahura Banten

untuk meningkatkan daya tarik wisata, menggali potensi wisata dengan

membangun potensi wisata alam dan buatan dengan cara penataan obyek wisata.

Melakukan promosi Tahura melalui media eletronik/pameran, melakukan promosi

3. Mendukung strategi turnarona 1. Mendukung strategi agresif

Berbagai Peluang

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Berbagai Ancaman

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Tahura melalui media eletronik dan pameran tingkat Provinsi dan Nasional dan

secara berkesinambungan dengan memperkenalkan daya tarik wisata, dengan

adanya promosi yang kuat dapat meningkatkan minat wisatawan untuk

berkunjung dan memberikan informasi mengenai pengembangan Tahura.

2. Kuadran II : Mendukung Strategi ST

Meskipun menghadapi ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan

dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diverifikasi

(produk/pasar). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan

teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan Tahura Banten, strategi ST

(Strengths – Thretas) alternatif strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung

Tahura, dengan cara memberikan modal atau kebutuhan perlengkapan dalam

penunjang usaha pariwisata masyarakat. Mengoptimalkan aksesibilitas menuju

Tahura dan lokasi obyek wisata.

3. Kuadran III : Mendukung Strategi WO

Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak

organisasi menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Berdasarkan hasil

penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi

pengembangan Tahura Banten, strategi WO (Weakneses – Opportunities)

alternatif strategi yang dapat dilakukan diantaranya : Membangun koordinasi dan

komunikasi yang baik antar pengelola Tahura dengan Pemerintah Daerah,

Koordinasi dan komunikasi dilakukan secara berskala terkait perkembangan

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Tahura, melakukan pertemuan baik secara formal maupun non formal.

Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Tahura, Menguatkan

kelembagaan masyarakat dengan yang berperan dalam pengembangan tahura

yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kelompok Pencinta Alam.

4. Kuadran IV : Mendukung Strategi WT

Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan,

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Organisasi harus

melakukan strategi bertahan (defensive) agar organisasi tetap eksis, dengan

melakukan berbagai pembenahan internal guna mengahadapi ancaman yang akan

datang. Contoh strategi defensive : manager mengurangi hutang dengan menjual

salah satu divisi mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pegawai

(rasionalisasi). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara bahwa strategi pengembangan Tahura Banten, strategi WT

(Weaknesses – Threats) alternatif strategi yang harus dilakukan diantaranya :

Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di tahura, dengan

memberikan sarana dan prasarana berupa perbaikan jalan, penambahan rumah

pohon bagi pengunjung yang akan melakukan riset, dan lahan parkir.

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai alternatif strategi pengembangan tahura

Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang yang di dalamnya

menggunakan teknik analisis SWOT yang menyatakan adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai tujuannya. Berdasarkan

hasil analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan, maka alternatif stratgei

yang dapat dijadikan rumusan strategi dalam pengembangan Tahura Banten

adalah sebagai berikut:

a. Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Tahura Banten untuk

meningkatkan daya tarik wisata. Program yang dapat dikembangkan pada

Tahura Banten adalah melakukan promosi melalui media online atau

pameran di tingkat Provinsi, Nasional, dan Internasional. Meningkatkan

dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan

masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan

tahura. Meningkatkan kualitas manajemen pengembangan tahura.

b. Strategi menyusun pemodelan kawasan tahura yang didasari pembangunan

yang berkelanjutan/ramah lingkungan.program yang dapat dikembangkan

adalah memotifasi kelompok kegiatan usaha pariwisata lokal dengan

memberikan permodalan dan fasilitas untuk membangun Tahura Banten

yang mendasari kearifan lokal, mengoptimalkan aksesibilitas menuju

tahura dan lokasi obyek wisata dengan memperbaiki akses jalan menuju

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

tahura dan memberikan keamanan dan ketertiban kepada wisatawan untuk

memberikan kenyamanan dan kemudahan menuju Tahura Banten.

c. Strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun

Tahura Banten. Program yang dapat dikembangkan adalah komunikasi

secara berskala dengan pengelola Tahura Banten dan masyarakat lokal

baik secara formal maupun informal, meningkatkan hubungan

kelembagaan masyarakat yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dan Komunitas Pencinta Alam, mendorong pertumbuhan ekonomi

masyarakat berbasis kerakyatan.

d. Strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan

Tahura Banten. Program yang dapat dikembangkan adalah meningkatkan

pemahaman masyarakat melalui sosialisasi secara berskala,

mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan keterampilan pada masyarakat

lokal berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga hutan, dan

pelatihan pengelolaan tahura. Meningkatkan pengadaan sarana dan

prasarana pariwisata berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan

(mushola), dan tempat pembuangan sampah.

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenaialternatif strategi pengembangan

tahura Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang, maka peneliti

mencobamemberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam

melaksanakan pengembangan Tahura Banten, adalah sebagai berikut:

1. Pemeliharaan lingkungan disekitar lokasi tahura sebaiknya dilakukan

secara rutin, sehingga tahura akan terlihat bersih, asri, dan nyaman.

2. Perlunya pengoptimalan pengadaan sarana dan prasarana di lokasi tahura

berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan (mushola), dan

tempat pembuangan sampah.

3. Memaksimalkan aksesibilitas dan akomodasi disekitar tahura untuk

menarik perhatian kunjungan wisatawan dan wisatawan dapat berkunjung

dengan nyaman dan memberikan kesan baik.

4. Perlunya pemberdayaan masyarakat di lingkungan tahura guna

mengembangkan sama-sama tahura, pemberdayaan yang dapat dilakukan

yaitu melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan tahura seperti

meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dengan cara mengadakan

pelatihan keterampilan usaha dan jasa serta menyediakan sarana dan

prasarana untuk penunjang kegiatan usaha masyarakat.

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 118: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 119: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

PEDOMAN WAWANCARA ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN

DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

Analisis Fakto Internal

No Faktor Indikator Pernyataan Kode Informan

1. Kekuatan Sumber Daya

Manusia

a. Bagaimana tingkat

pendidikan

pegawai Dishubun?

b. Bagaimana

pemahaman tugas

pokok dan fungsi

pegawai

Dishutbun?

c. Adakah pelatihan

yang didapatkan

pegawai dan

pengelola Tahura?

d. Pelatihan apa saja

yang didapatkan

pegawai dan

pengelola Tahura?

,

,

Anggaran Bagaimana anggaran

untuk pengembangan

Tahura?

,

Pemasaran a. Bagaimana

pemasaran yang

dilakukan dalam

mengembangkan

Tahura?

b. Promosi apa yang

dilakukan?

,

,

Bagaimana potensi

alam dan buatan yang

dimiliki Tahura?

2. Weaknesses Kelemahan

Sumber Daya

Manusia

Bagaimana dengan

ketidakpahaman SDM

Dishutbun tentang

Tahura?

Kelemahan

Anggaran

Bagaimana

kekurangan anggaran

pada Tahura?

,

Kelemahan

Promosi

Promosi apa yang

belum dikembangkan?

Kelemahan

sarana dan

prasarana

Bagaimana pengadaan

sarana dan prasarana

di Tahura?

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Analisis Faktor Eksternal

3. Opportunitis Lingkungan Manfaat apa yang

didapatkan

masyarakat lokal

dan pengunjung dari

pengembangan

Tahura?

Sosial a. Bagaimana

hubungan

masyarakat dalam

pengembangan

Tahura?

b. Sejauhmana

tingkat

partisipasi/dukun

gan masyarakat

dalam

pengembangan

Tahura?

Kebijakan

Pemerintah

Dukungan apa yang

diberikan

Pemerintah Pusat

dan Daerah dalam

pengembangan

Tahura?

Prestasi a. Prestasi apa yang

didapatkan

Tahura?

b. Keunggulan apa

yang dimiliki

Tahura?

,

,

4. Threats Kebijakan

Pemerintah

Bagaimana dengan

Kebijakan

Pemerintah yang

tidak berkelanjutan?

,

Masalah

Sosial

Dampak apa yang

ditimbulkan dari

pengembangan

Thaura?

sumber: Peneliti 2017

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Informan :

1. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten

2. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Banten

3. Seksi Pengadaan Sarana dan Prasarana Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Provinsi Banten

4. Kepala Balai Pengelola Tahura

Pedoman Wawancara

1. Strengths

a. Bagaimana kemampuan SDM bidang Tahura di Dishutbun dalam

pengembangan pariwisata?

b. Bagaimana pemahaman SDM bidang Tahura di Dishutbun dalam

pengembangan pariwisata?

c. Bagaimana anggaran dalam program pengembangan Tahura?

d. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan Tahura?

e. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dishutbun dalam pengembangan

Tahura?

f. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Tahura?

g. Program apa yang dikembangkan Dinas dalam pengembangan Tahura?

h. Kekuatan apa yang dimiliki dinas dalam pengembangan Tahura?

2. Weaknesses

a. Kelemahan apa yang dimiliki Dinas dalam pengembangan Tahura?

Page 122: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

b. Pelatihan apa yang diadakan Dinas untuk meningkatkan kemampuan

pengelola Tahura?

c. Bagaimana pengelolaan anggaran pengembangan pariwisata di

Tahura?

d. Kendala apa yang dimiliki Dinas dalam mempromosikan pariwisata

khususnya Tahura?

e. Bagaimana dengan fasilitas pendukung pariwisata di Tahura?

3. Opportunities

a. Bagaimana potensi alam yang dimiliki Tahura?

b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Tahura?

c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam

pengembangan pariwisata di Tahura?

d. Bagaimana hubungan dengan masyarakat dalam pengembangan

Tahura?

e. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan dari masyarakat?

f. Kebijakan apa yang diberikan Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk

pengembangan Tahura?

g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan

Tahura?

4. Threats

a. Bagaimana dukungan Pemerintah yang tidak berkelanjutan?

b. Ancaman apa yang didapatkan terkait pengembangan Tahura?

c. Bagaimana dengan persaingan dalam mempromosikan Tahura?

Page 123: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

d. Bagaimana dengan daya dukung masyarakat yang kurang?

e. Bagaimana cara mengatasi ancaman dalam pengambangan Tahura?

f. Strategi apa yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang dan

meredam ancaman?

Informan :

1. Kepala Desa

2. Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

Pedoman Wawancara:

1. Strengths

a. Bagaimana peran Dishutbun Prov Banten dalam pengembangan

Tahura?

b. Program apa saja yang didapatkan dari Dishutbun dalam

pengembangan Tahura?

c. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan di Tahura?

d. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan

Tahura?

e. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Tahura?

2. Weaknesses

a. Pelatihan atau pembinaan apa saja yang didapatkan pengelola Tahura

terkait pengembangan Tahura dari Dishutbun Prov Banten?

b. Fasilitas apa saja yang didapatkan Desa dalam pengembangan Tahura

dari Dishutbun Prov Banten? bagaimana kondisinya?

Page 124: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

c. Bagaimana koordinasi dari Dishutbun dan Disbudpar dalam

pengembangan Tahura?

3. Opportunities

a. Potensi alam apa yang dimiliki Tahura?

b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Tahura?

c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan

pariwisata di Tahura?

d. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Desa terkait pengembangan

Desanya dengan adanya Tahura?

e. Dukungan apa yang didapat dari Pemerintah Daerah maupun Pusat

untuk pengembangan Tahura?

f. Program apa yang dilakukan Pemerintah Desa dalam pengembangan

pariwisata di Tahura?

g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pariwisata di

Tahura?

h. Prestasi apa yang didapatkan Desa terkait pengembangan Tahura?

4. Threats

a. Bagaimana dengan kebijakan Pemerintah yang tidak berlanjutan?

b. Ancaman apa yang didapatkan terkait menghambat pengembangan

Tahura?

c. Cara apa yang dilakukan untuk meminimalisir ancaman yang datang

dalam pengembangan Tahura?

Informan :

Page 125: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

1. Masyarakat

2. Wisatawan

Pedoman Wawancara

1. Strengths

a. Program bantuan Dishutbun apa yang didapatkan masyarakat dalam

pengembangan Tahura?

b. Sarana dan Prasarana apa saja yang sudah ada di Tahura sebagai

pendukung pariwisata?

2. Weaknesses

a. Apakah pernah mendapatkan pembinaan atau pelatihan dari Dishutbun

Prov Banten?

b. Fasilitas pariwisata apa yang tidak ada atau kondisi tidak baik di

Tahura?

c. Bagaimanakah pengelolaan pariwisata yang didapatkan di Tahura?

3. Opportunities

a. Dukungan apa yang diberikan untuk pengembangan Tahura?

b. Potensi pariwisata apa yang diunggulkan oleh masyarakat Desa?

c. Manfaat apa yang didapatkan dari pengembangan Tahura?

d. Dapat informasi dari mana tentang Tahura?

e. Daya tarik apa yang dimiliki Tahura?

f. Bagaimana sikap masyarakat dalam menyambut wisatawan?

4. Threats

Page 126: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

a. Dampak negatif apa yang didapatkan masyarakat lokal dari

pengembangan Tahura?

b. Ancaman apa yang didapatkan Desa dalam pengembangan Tahura?

Page 127: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 128: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 129: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 130: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 131: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 132: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 133: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 134: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 135: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 136: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 137: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 138: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 139: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 140: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 141: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 142: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 143: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 144: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 145: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 146: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 147: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 148: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 149: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 150: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 151: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 152: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 153: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

Struktur Organisasi

Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten

Kepala Balai Pengelolaan

Tahura Banten Ir. Ena Suhena, MM

NIP. 196202011990031010

Kepala Sub-Bagian

Tata Usaha Drs. Agus Kurnia, MA

NIP.........................................

Kepala Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Tahura

Banten Rosdiana, S. Hut

NIP....................................................

Kepala Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan

Tahura Banten

Deni Krisnadi K, BScF, SP, MM

NIP.1960052619900031004

Page 154: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Sela Selvia

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 19 Februari 1995

Agama : Islam

Alamat : Kp. Kubangawan Rt/Rw 002/002

Desa Citerep Kecamatan Ciruas

Kabupaten Serang Banten 42182

Nomor Telepon : 085316147495

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Formal:

1. 2001 – 2007 : SD Negeri Tegal jetak

2. 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Ciruas

3. 2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Ciruas

Jurusan : IPS

4. 2013 – 2018 : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang

Program Studi : Administrasi Publik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik NIM : 6661130156

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hormat saya,

Sela Selvia

Page 155: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …
Page 156: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS …