80
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI CIREUNDEU 02 TAHUN 2016 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh Nadia Atika NIM: 1113103000014 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

  • Upload
    vominh

  • View
    231

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN

DIARE PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI

CIREUNDEU 02 TAHUN 2016

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh

Nadia Atika

NIM: 1113103000014

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

Page 2: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

ii

Page 3: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

iii

Page 4: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

iv

Page 5: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan penelitian ini yang berjudul “Prevalensi dan Faktor Risiko

Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016”.

Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini, penulis telah memperoleh

bimbingan dan pencerahan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Kaprodi

PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Riva Auda, SpA, M.Kes dan dr. Risahmawati, Ph.D selaku Pembimbing 1

dan Pembimbing 2 yang telah memberikan banyak masukan dan nasihat kepada

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr. Yanti Susianti, SpA (K) dan dr. Cut Warnaini, MPH selaku penguji pada

sidang yang memberi banyak masukan untuk perbaikan laporan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset.

5. Kedua orang tua penulis, dr. Zulfikri, SpA dan drg. Yumul Yezennonny(alm.)

yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang tak terbatas kepada

penulis.

6. Zahra Asysyahidah, Fathinah Nuha, dan Muhammad Hammam adik-adik

penulis yang senantiasa memberi dukungan dan semangat kepada penulis untuk

pantang menyerah. Serta seluruh anggota keluarga yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan

dukungan yang tak henti mengalir selama penulis menjalani masa pendidikan.

7. Pihak administrasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu dalam proses pembuatan

surat persetujuan dan perizinan penelitian.

Page 6: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

vi

Kepala sekolah SDN Cireundeu 02 dan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah

Page 7: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

vii

ABSTRAK

Nadia Atika. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Prevalensi dan

Faktor Risiko Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

Tahun 2016. 2016.

Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia. Provinsi Banten menduduki peringkat kelima dengan prevalensi diare

>9%. Pada anak dengan usia 5-14 tahun prevalensi kejadian diare sebesar 10,3%.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi diare dan

menganalisis faktor risiko diare pada siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu

02. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini

sebesar 100 responden yang diambil dengan cara stratified random sampling.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji Chi

square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden sebanyak 63 anak

(63%) mengalami diare dan 37 anak (37%) tidak mengalami diare dalam 6 bulan

terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan

antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare (p = 0,019). Sementara faktor lain

(jenis kelamin, tempat membeli jajanan yang dikonsumsi di sekolah, orang yang

mempersiapkan bekal/makanan, sumber air minum, dan ketersediaan jamban di

dalam rumah) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian diare.

Kesimpulan dari penelitian adalah prevalensi diare sebesar 63% dengan faktor

risiko yang berhubungan secara signifikan yaitu perilaku cuci tangan.

Kata kunci: Diare pada anak, prevalensi, faktor risiko.

Page 8: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

viii

ABSTRACT

Nadia Atika. Study Profession Program and Medical Education. Prevalence

and Risk Factor Diarrhea Incidence on Student Primary School State

Cireundeu 02 Year 2016. 2016.

Diarrhea is a disease that remains as a major public health problem in Indonesia.

Banten Province occupy fifth rank with prevalence of diarrhea >9%. The

prevalance in children aged 5-14 years old are 10.3%. The aim of this study is to

determine the prevalence of diarrhea and analyze the associated risk factors among

student grade 4th, 5th and 6th SDN Cireundeu 02 (Primary School State Cireundeu

02 Year 2016). This study used cross sectional design. The study consisted of 100

subjects decided by stratified random sampling. The data collected bythe

questionnaire and the analysis was carried out using Chi square Test. The results

showed among 100 subjects, 63 childs (63%) experience diarrhea and 37 children

(37%) did not experience diarrhea in the last 6 months. The results of the bivariate

analysis showed a significant correlation between handwashing habits with the

incidence of diarrhea (p = 0.019). While the other factors (gender, place to buy

snacks consumed in schools, the people who prepares the meals,water, and

availability of latrines inside the house) did not show any significant correlation

with the incidence of diarrhea. The conclusion of the study is the prevalence of

diarrhea by 63% with associated risk factors, which is hand washing habits.

Keywords: Diarrhea in children, prevalence, risk factors.

Page 9: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.3.3 Manfaat ............................................................................................. 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan .................................................. 6

2.1.1 Proses Pencernaan Dasar................................................................... 8

2.1.2 Organ Saluran Cerna ......................................................................... 9

2.2 Diare ........................................................................................................... 12

2.2.1 Pengertian ........................................................................................ 12

2.2.2 Epidemiologi ................................................................................... 13

2.2.3 Klasifikasi dan Etiologi ................................................................... 14

2.2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................... 17

2.2.5 Diagnosis ......................................................................................... 18

2.3 Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian diare ...................................... 22

Page 10: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

x

2.3.1 Karakterikstik responden ................................................................ 22

2.3.2 Perilaku cuci tangan ........................................................................ 23

2.3.3 Higiene sanitasi makanan dan minuman ......................................... 24

2.3.4 Sarana sanitasi lingkungan .............................................................. 25

2.4 Kerangka teori ............................................................................................ 28

2.5 Kerangka konsep ........................................................................................ 29

BAB III ................................................................................................................. 33

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 33

3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 33

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian ...................................................................... 33

3.3 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 33

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 33

3.4.1 Populasi ............................................................................................... 33

3.4.2 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel ................................................... 34

3.4.3 Perkiraan Besar Sampel ...................................................................... 34

3.5 Kriteria Penelitian ...................................................................................... 36

3.6 Kriteria Inklusi (kriteria yang layak diteliti) dan Eksklusi......................... 36

3.6 Variable penelitian ..................................................................................... 36

3.6.1 Variabel bebas..................................................................................... 36

3.6.2 Variabel terikat ................................................................................... 37

3.7 Cara kerja penelitian .................................................................................. 37

3.7.1 Alur penelitian .................................................................................... 37

3.8 Manajemen data ......................................................................................... 37

3.9 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 38

3.9.1 Analisis univariat ................................................................................ 38

3.9.2 Analisis bivariat .................................................................................. 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 40

4.1 Hasil dan Pembahasan................................................................................ 40

4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 40

4.1.2 Analisis Univariat ............................................................................... 40

4.1.2.1 Gambaran karakteristik siswa kelas 4-6 SDN Cireundeu 02 .......... 40

4.1.2.3 Cuci Tangan ................................................................................ 44

Page 11: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xi

4.1.2.4 Jamban ......................................................................................... 46

4.2.1.5 Ibu ................................................................................................ 47

4.1.3 Analisis Bivariat ................................................................................. 48

4.2 Kelebihan Penelitian .................................................................................. 53

4.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 54

BAB V ................................................................................................................... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 55

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 55

5.2 Saran ........................................................................................................... 56

Page 12: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR...................................... 19

Tabel 2.2 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 ................................. 20

Tabel 2.3 Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan-Maurice King

.............................................................................................................. 21

Tabel 2.4 Defenisi operasional .............................................................................. 30

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 Tahun 2016 ...................................................................................... 40

Tabel 4.2 Distribusi makanan yang dikonsumsi siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ........................................................ 42

Tabel 4.3 Distribusi air minum yang dikonsumsi sehari-hari oleh siswa kelas 4-6

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ................................ 42

Tabel 4.4 Distribusi minat jajan siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 Tahun 2016 ...................................................................................... 43

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi jajan siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 Tahun 2016 .................................................................... 44

Tabel 4. 6 Distribusi pengetahuan mencuci tangan yang baik dan benar pada anak

kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016............. 44

Tabel 4.7 Distribusi perilaku mencuci tangan pada anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ........................................................ 45

Tabel 4.8 Distribusi jamban di sekolah menurut anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ........................................................ 46

Tabel 4.9 Distribusi jamban di rumah menurut anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ........................................................ 46

Tabel 4.10 Distribusi pemeliharaan jamban di rumah menurut anak kelas 4-6 di

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ................................ 47

Tabel 4.11 Distribusi pekerjaan ibu pada anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 Tahun 2016 .................................................................... 47

Tabel 4.12 Distribusi yang menyiapkan bekal/makanan pada anak kelas 4-6 di

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016 ................................ 48

Page 13: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xiii

Tabel 4.13 Hasil analisis hubungan jenis kelamin terhadap kejadian diare pada anak

kelas 4-6 Sekolah Negeri Cireundeu 02 ............................................... 48

Tabel 4.14 Hasil analisis hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap kejadian

diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 ........... 49

Tabel 4.15 Hasil analisis hubungan tempat membeli jajan yang dikonsumsi di

sekolah terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 ............................................................................. 50

Tabel 4.16 Hasil analisis hubungan orang yang mempersiapkan bekal/makanan

terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 ........................................................................................ 51

Tabel 4.17 Hasil analisis hubungan sumber air minum terhadap kejadian diare pada

anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 ............................ 52

Tabel 4.18 Hasil analisis hubungan ketersediaan jamban di dalam rumah terhadap

kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

.............................................................................................................. 53

Page 14: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Pencernaan................................................................................. 7

Page 15: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Validasi.........................61

Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian......................62

Lampiran 3: Lembar Penjelasan Kepada Responden............................................63

Lampiran 4: Riwayat Hidup..................................................................................64

Page 16: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Depkes = Departemen Kesehatan

RI = Republik Indonesia

NAD = Nanggroe Aceh Darussalam

SDN = Sekolah Dasar Negeri

KLB = Kejadian Luar Biasa

STP = Surveilans Terpadu Penyakit

CFR = Case Fatality Rate

TB = Tuberkulosis

DBD = Demam Berdarah Dengue

BAB = Buang Air Besar

BAK = Buang Air Kecil

ADP = Adenosin Difosfat

ATP = Adenosin Trifosfat

WHO = World Health Organization

MMWR = Morb Mortal Wkly Rep

FAO = Food and Agriculture Organization

STBM = Sanitasi Total Berbasis Masyarak

Page 17: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare menurut Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI)

adalah suatu kondisi saat seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau

cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali

atau lebih) dalam satu hari.1 Diare masih merupakan penyakit pencernaan yang

menjadi masalah yang terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Angka morbiditas dan mortalitas diare masih tinggi.2

Berdasarkan survei yang sudah dilakukan oleh Sub Director Pengendalian

Diare, Depkes RI dari tahun 2000-2010 kasus diare terus menerus meningkat.2

Puncak kasus diare ialah Kejadian Luar Biasa (KLB) diare pada tahun 2008 pada

69 kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8133 orang, dengan kematian

sebanyak 239 orang yang menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) pada diare

juga masih tinggi. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber

data KLB (STP KLB) pada tahun 2010 diare menempati tempat ke-6 setelah

Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, keracunan makanan, Difteri, dan

Campak.2 Berdasarkan laporan tersebut provinsi yang paling sering mengalami

KLB pada tahun 2010 adalah Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur.2

Prevalensi kejadian diare di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) berdasarkan pola penyebab kematian semua umur diare berada di

peringkat ke-13, sementara berdasarkan penyakit menular berada di peringkat ke-3

penyebab kematian setelah tuberculosis (TB) dan pneumonia.2 Berdasarkan

kelompok usia yaitu, pada usia <1 tahun dengan persentase 16,5 %, usia 1-4 tahun

dengan persentase 16,7%, usia 5-14 tahun dengan persentase 9%, usia 15-24 tahun

dengan persentase 7,2%, usia 25-34 tahun dengan persentase 7,3%, usia 35-44

tahun dengan persentase 7,8%, usia 45-54 tahun dengan persentase 8,4%, usia 55-

Page 18: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

2

64 tahun dengan persentase 8,9%, usia 65-74 dengan persentase 9,5%, dan usia >75

tahun dengan persentase 10,4%.2

Sub Director Pengendalian Diare, dan infeksi saluran pencernaan juga

melaporkan bahwa pada tahun 2002 sampai dengan Desember 2010 faktor risiko

tertinggi yang menyebabkan KLB adalah rendahnya cakupan higiene sanitasi.2 Ada

beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu faktor perilaku

kesadaran dan pengetahuan masyarakat, ketersediaan sumber air bersih,

ketersediaan jamban keluarga, dan jangkauan layanan kesehatan.2

Provinsi Banten berada di posisi kelima dengan prevalensi diare tertinggi

pada tahun 2007.3 Data dari laporan Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi

diare di Provinsi Banten pada anak usia 5-14 tahun yang pernah didiagnosis diare

oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%, sementara anak yang

menyatakan pernah ketika ditanya apakah pernah dalam satu bulan menderita

buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi lembek atau

cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare dan sudah minum oralit atau air gula

garam sebesar 33,8%.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brilliant (2013) terdapat 141

(66.8%) dari 211 siswa sekolah dasar pernah mengalami kejadian diare pada 3

bulan terakhir.5 Pada penelitian yang dilakukan oleh Alif (2014) mengenai faktor

perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada SDN 02 Ciputat didapatkan

angka kejadian diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 45 anak dari 56 responden

yang diteliti.6 Penelitian ini dikhususkan untuk kelompok usia 5-14 tahun karena

pada usia tersebut anak sudah mulai sekolah dan banyak melakukan aktivitas di luar

rumah. Pada rentang usia tersebut kemungkinan anak akan kurang menjaga

kebersihan baik diri maupun lingkungan sekitarnya. Sehingga cenderung anak akan

mengkonsumsi makanan (jajanan) di sekitar sekolah tanpa memperhatikan

kebersihan baik kebersihan makanan maupun kebersihan diri sendiri.

Page 19: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

3

Penelitian terhadap prevalensi dan faktor risiko diare pada siswa sekolah

dasar di Cireundeu masih belum ada data. Padahal prevalensi diare pada siswa

sekolah dasar berdasarkan penelitian di atas cukup tinggi. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian tentang prevalensi dan faktor risiko diare pada siswa sekolah

dasar negeri di Cireundeu.

Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian prevalensi dan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian diare pada

anak kelas 4, 5, dan 6 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 di Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 yang pernah mengalami diare dalam 6 bulan terakhir

(September 2015-Februari 2016)?

2. Apakah terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kejadian

diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02?

3. Apakah terdapat hubungan antara faktor perilaku cuci tangan pada saat

sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar dengan kejadian

diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02?

4. Apakah terdapat hubungan antara faktor tempat membeli jajanan di kantin

sekolah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02?

5. Apakah terdapat hubungan antara faktor ibu sebagai orang yang

mempersiapkan bekal/makanan dengan kejadian diare pada siswa-siswi di

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02?

6. Apakah terdapat hubungan antara faktor sumber air minum yang dimasak

dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02?

7. Apakah terdapat hubungan antara faktor ketersediaan Jamban di dalam

rumah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02?

Page 20: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

4

8. Apakah faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan kejadian

diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi kejadian diare dan mengetahui faktor risiko

yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare pada siswa-siswi kelas 4,5, dan

6 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 yang pernah mengalami diare dalam 6 bulan

terakhir (September 2015-Februari 2016)

2. Mengetahui hubungan faktor jenis kelamin dengan kejadian diare

pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

3. Mengetahui hubungan antara faktor perilaku cuci tangan pada saat

sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar dengan

kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02

4. Mengetahui hubungan antara faktor tempat membeli jajanan di

kantin sekolah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah

Dasar Negeri Cireundeu 02

5. Mengetahui hubungan antara faktor ibu sebagai orang yang

mempersiapkan bekal/makanan dengan kejadian diare pada siswa-

siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

6. Mengetahui hubungan antara faktor sumber air minum yang

dimasak dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02

Page 21: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

5

7. Mengetahui hubungan antara faktor ketersediaan Jamban di dalam

rumah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02

8. Mengetahui faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan

kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02

1.3.3 Manfaat

1. Bagi Profesi Kedokteran

Sebagai informasi tambahan untuk pengembangan program

pembelajaran kedokteran komunitas khususnya di tingkat sekolah

dasar.

2. Bagi SDN Cireundeu 02

Sebagai informasi tambahan yang dapat diperoleh dan dijadikan

masukan bagi guru tentang angka kejadian diare pada siswa dan juga

dapat dijadikan acuan untuk evaluasi dan perencanaan program yang

berkaitan dengan faktor-faktor risiko kejadian diare khususnya di

sekolah.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Informasi yang ada dapat dijadikan masukan bagi pelayanan

kesehatan untuk dapat memberikan penyuluhan mengenai PHBS di

sekolah terkait dengan angka kejadian diare yang tinggi pada

sekolah dasar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 22: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Fungsi utama dari sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan

elektrolit dari makanan yang ditelan ke dalam tubuh sehingga dapat menjadi sumber

energi atau bahan bakar esensial untuk tubuh. Dapat digunakan untuk membentuk

sumber energi berupa Adenosin Difosfat (ADP) yang akan diubah menjadi

Adenosin Trifosfat (ATP) yang akan berfungsi sebagai pelaksana berbagai aktivitas

yang membutuhkan energi.7

Sistem pencernaan terdiri dari saluran cerna (traktus digestivus) dan dengan

organ pencernaan tambahan. Saluran cerna yang ada mencakup organ-organ

berikut7:

1. Mulut

2. Faring (orofaring, laringofaring)

3. Esofagus

4. Lambung (kardia, fundus, korpus, pilorus)

5. Usus halus (duodenum, jejunum, ileum)

6. Usus besar (apendiks, sekum, tiga kolon, dan rectum)

Organ pencernaan tambahan adalah organ eksokrin diluar saluran cerna

yang mensekresikan produknya ke dalam lumen saluran cerna, terdiri atas8:

1. Kelenjar saliva (parotis, sublingual, submandibular)

2. Pankreas eksokrin

3. Sistem empedu (hati & kandung empedu)

Page 23: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

7

Gambar 1. Sistem Pencernaan

Sumber : Martini F, 20138

Struktur umum dinding saluran cerna berdasarkan histologinya memiliki

struktur yang sama pada seluruh panjangnya mulai dari esofagus sampai dengan

anus, yaitu7:

1. Mukosa (epitel, lamina propria, muskularis mukosa)

2. Submukosa (kelenjar submukosa pada esophagus & duodenum)

3. Muskularis eksterna (sirkular & longitudinal)

4. Tunika Adventisia

Pancreas

Secretion of bile (important for lipid digestion), storage of nutrients, many other

vital functions

Liver

Salivary glands

Accessory Organs of the

Digestve System

Secretion of lubricat-ing fluid containing enzymes that break down

carbohydrates

Gallbladder

Storage and concentration of bile

Exorine cells create buffers and disgestiv enzymes: endocrine cells secrete hormones

Stomach

Muscular propulsion of materials

into the esophagus

Pharynx

Oral Cavity, Teeth, Tongue

Major Subdivisions of the Digestive Tract

Mechanical processing, moistening, mixing with salivary secretions

Esophagus

Transport of materials to the stomach

Chemical breakdown of materials by acid and enzymes; mechanical processing through musculasr contraction

Small Intestine

Enzymatic digestion and absorption of water, organic substrates, vitamins, and ions

Large Intestine

Dehydration and compaction of indisgestible materials in preparation for elimination

Page 24: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

8

2.1.1 Proses Pencernaan Dasar

2.1.1.1 Motilitas

Motilitas merupakan suatu kegiatan kontraksi otot atau aktivitas tonus otot

yang terdiri dari dua tipe dasar motilitas saluran cerna: gerakan propulsif

(mendorong maju) dan gerakan mencampur (meningkatkan pencernaan dan

mempermudah penyerapan).7

2.1.1.2 Sekresi

Sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik

spesifik yang penting dalam saluran pencernaan. Dalam proses sekresi terdapat dua

kelenjar yang bekerja baik kelenjar endokrin maupun eksokrin dengan masing-

masing memiliki fungsi tertentu.7

1. Kelenjar endokrin, mensekresikan hormon ke dalam darah dan

berfungsi untuk mengontrol motilitas dan mengontrol sekresi kelenjar

eksokrin.

2. Kelenjar eksokrin, menghasilkan enzim, garam empedu, dan mukus

yang berfungsi untuk mempermudah pencernaan.

2.1.1.3 Pencernaan

Manusia mengkonsumsi 3 kategori biokimiawi bahan makanan yang kaya

akan energi: karbohidrat, protein, dan lemak. Molekul besar seperti itu tidak dapat

langsung diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe sehingga harus

diuraikan dari struktur yang kompleks menjadi satuan-satuan yang lebih kecil

sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim yang ada dalam sistem pencernaan.7

1. Karbohidrat

Merupakan polisakarida dengan molekul yang besar, lalu dipecah

menjadi disakarida, dipecah lagi menjadi monosakarida (glukosa,

fruktosa, galaktosa).

Page 25: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

9

2. Protein

Akan dipecah menjadi polipeptida kecil dan asam amino.

3. Lemak

Trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan monogliserida.

2.1.1.4 Penyerapan (absorpsi)

Pada proses penyerapan, unit-unit kecil makanan yang dapat diserap yang

dihasilkan dari proses pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, akan

dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe.7

2.1.2 Organ Saluran Cerna

2.1.2.1 Mulut

Mulut berfungsi sebagai pintu masuk ke saluran cerna. Terdapat beberapa

proses yang terjadi di dalam mulut7:

1. Motilitas

Mengunyah (pengirisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran

makanan). Fungsinya agar makanan mudah ditelan dan untuk dicampur

dengan liur.7

2. Sekresi

Liur (saliva), didalamnya terdapat: 1) Amilase, untuk memulai

pencernaan karbohidrat. 2) Mukus, untuk mempermudah menelan dan

mencampur makanan. (3) Lisozim, untuk menghancurkan bakteri. Refleks

liur untuk disekresikan ada 2, yaitu refleks liur sederhana dan refleks liur

terkondisi.7

3. Pencernaan

Di mulut itu terjadi pencernaan karbohidrat, yaitu dari polisakarida

menjadi disakarida.7

4. Penyerapan

Tidak terjadi penyerapan di dalam mulut.7

Page 26: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

10

2.1.2.2 Faring dan Esofagus

Pada faring dan esofagus terdapat proses pencernaan yang terjadi, yaitu7:

1. Motilitas

Menelan bolus (gumpalan makanan) yang melibatkan pusat menelan

di medula. Terdapat dua tahap ketika menelan, yaitu tahap orofaring dan

tahap esofagus.7

2. Sekresi

Mukus, tugasnya yaitu untuk melindungi esofagus.7

3. Pencernaan dan Penyerapan

Tidak ada.7

2.1.2.3 Lambung

Lambung mempunyai fungsi antara lain; (1). Menyimpan makanan sampai

makanan bisa masuk ke usus halus. (2). Memulai pencernaan protein dengan

mengeluarkan HCl dan enzimnya. (3). Menghasilkan kimus dengan gerakan

mencampur. Proses pencernaan yang terjadi di dalam lambung:

1. Motilitas

Lambung memiliki 4 aspek dalam motilitasnya, yaitu pengisian

lambung, penyimpanan, pencampuran makanan, dan pengosongan

lambung.7

2. Sekresi

Lambung mensekresikan sekitar 2 liter getah lambung. Lambung

memiliki 2 jenis kelenjar yaitu, kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.7

3. Pencernaan dan Penyerapan

Tidak ada.7

2.1.2.4 Usus Halus (Duodenum, Jejunum, Ileum)

Pada usus halus baik di duodenum, yeyunum, dan ileum ada beberapa

proses pencernaan yang terjadi.7

Page 27: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

11

1. Motilitas

a. Segmentasi (utama)

Terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan

berbentuk di sepanjang usus halus. Segmen yang semula berkontraksi

akan melemas dan bagian yang semula melemas akan berkontraksi.

Kontraksi ini menyebabkan bercampurnya kimus dengan merata di

dalam lumen usus halus.7

b. Migrating Motility Complex

Berfungsi menyapu usus hingga bersih di antara waktu makan.7

2. Sekresi

Sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan larutan

garam dan mukus yang berfungsinya untuk melindungi dan melumasi, dan

menyediakan H2O untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim.7

3. Pencernaan

Pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush-border oleh

bantuan enzim enterokinase, disakaridase (maltase, sukrase, laktase), dan

aminopeptidase.7

4. Penyerapan

Selama proses penyerapan, bahan-bahan yang tercerna maasuk ke

anyaman kapiler (karbohidrat & protein) dan lacteal sentral (lemak).7

2.1.2.5 Usus besar

Isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan, komponen empedu

yang tidak terserap dan cairan. Fungsi usus besar adalah untuk menyimpan tinja

sebelum defekasi. Berikut merupakan proses pencernaan yang terjadi di usus

besar7:

1. Motilitas

a. Kontraksi Haustra

Mirip dengan segmentasi di usus halus terdapat perbedaan waktu

di antara dua kontraksi, yaitu 30 menit sekali.7

Page 28: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

12

b. Gerakan massa

Mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar.7

c. Defekasi

Gerakan massa mendorong tinja masuk ke rektum sehingga akan

menyebabkan rektum teregang. Saat rektum teregang terjadi

perangsangan pada reseptor regang di rektum yang mengakibatkan

munculnya refleks defekasi. Refleks defekasi tersebut menyebabkan

sfingter ani internus melemas dan rektum serta kolon sigmoid

berkontraksi lebih kuat.7

2. Sekresi

Usus besar tidak mengeluarkan enzim apapun karena pencernaan

nutrien telah selesai di usus halus, tetapi usus besar mensekresikan larutan

mukus basa (NaHCO3) yang berfungsi untuk melindungi mukosa dari

cedera mekanis dan kimiawi serta mukus sebagai pelumas untuk

mempermudah feses bergerak.7

3. Pencernaan

Tidak terjadi pencernaan di usus besar karena tidak terdapat enzim

pencernaan.7

4. Penyerapan

Yang diserap: garam, H2O, elektrolit dan vitamin K (yang dihasilkan

oleh bakteri).7

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian

Diare adalah suatu kondisi saat seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih

sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1

Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara

cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap

Page 29: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

13

cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. Pada kasus yang ringan saat proses

penyerapan belum terganggu, berbagai cairan yang diberikan kepadanya dapat

mencegah dehidrasi. Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi/kekurangan

cairan secara berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami

dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa.10

2.2.2 Epidemiologi

Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia, dan juga merupakan salah

satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak. Menurut hasil Riskesdas

2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada

balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab

kematian yang ke empat (13,2%).11

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidensi meningkat. Pada

tahun 2000 insidensi penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010

menjadi 411/1000 penduduk.2

Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

penyabab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasakan

penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB

dan Pneumonia.2 Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2%-18,9%),

tertinggi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (18,9%) dan terendah di

Yogyakata (4,2%).2 Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9%

(NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).2

Menurut data Riskesdas Banten tahun 2007, didapatkan bahwa prevalensi

kejadian diare di provinsi Banten pada anak usia 5-14 tahun yang pernah

didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir yaitu sebesar

4,8%. Anak yang menyatakan pernah saat ditanyakan apakah dalam satu bulan

Page 30: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

14

tersebut pernah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan

kotoran lembek/cair sebesar 10,3%.4

2.2.3 Klasifikasi dan Etiologi

Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui

makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita

(fecal oral).12 Dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food,

Finger, Fomites) siklus penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai

berikut melalui12,13:

1. Feces (tinja)

2. Flies (lalat)

3. Food (makanan)

4. Finger (tangan/jari tangan)

5. Fomites (peralatan masak)

Frank-Briggs (2012) membagi diare berdasarkan12:

2.2.3.1 Waktu berlangsung

A. Diare akut

Diare yang terjadi secara mendadak yang berlangsung kurang dari

14 hari (paling sering kurang dari 7 hari) dan menyebabkan

seringnya pengeluaran feses cair tanpa disertai darah yang terlihat.

Kondisi diare akut dapat disertai dengan muntah dan demam.

Penyebab terjadinya diare akut yang dapat menyebabkan diare pada

manusia12:

a. Golongan Bakteri

1) Aeromonas

2) Bacillus caerus

3) Campylobacter jejuni

4) Clostridium perfringens

5) Clostridium defficile

Page 31: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

15

6) Escherichia coli

7) Plesiomonas shigeloides

8) Salmonella

9) Shigella

10) Staphylococcus aureus

11) Vibrio cholera

12) Vibrio parahaemolyticus

13) Yersinia enterocolitica

b. Golongan Virus

1) Astrovirus

2) Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

3) Enteric adenovirus

4) Coronavirus

5) Rotavirus

6) Norwalk virus

7) Herpes simplex virus*

8) Cytomegalovirus*

c. Golongan Parasit

1) Balantidium coli

2) Blastocystis homonis

3) Cryptosporidium parvum

4) Entamoeba histolytica

5) Giardia lamblia

6) Isospora belli

7) Strongyloides stercolaris

8) Trichuris trichiura

*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita

imunocompromised.12

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting

diare akut pada anak-anak yaitu: Rotavirus, E. Coli

Page 32: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

16

enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan

Cryptosporidium.12

B. Diare Persisten

Diare ini dimulai secara mendadak tapi dengan durasi yang lebih

panjang (≥ 14 hari) biasanya dimulai dengan disentri dan ditandai

dengan adanya penurunan berat badan.12

C. Diare Kronis

Diare yang durasinya panjang (lebih dari 4 minggu) yang tidak

diketahui penyebabnya dan tidak merespon terhadap pengobatan,

baik pengobatan yang spesifik ataupun tidak.12

2.2.3.2 Patofisiologi

a. Diare Sekretorik

Terjadinya sekresi air yang aktif di dalam lumen usus yang biasanya

disebabkan oleh secretagogue seperti enterotoksin bakteri (ex:

Cholera, E. Coli), garam empedu bentuk dihydroxy, serta penyakit

yang menyebabkan atrofi vili usus.12

b. Diare Osmotik

Diare ini terjadi karena penurunan fungsi absorpsi. Biasanya

disebabkan oleh konsumsi magnesium hidroksida, defisiensi

sukrase-isomaltase.12

c. Diare Inflamasi

Diare yang terjadi karena inflamasi pada intestinal yang biasanya

disebabkan oleh infeksi bakteri enteral patogen.12

d. Gangguan Motilitas

Diare yang disebabkan oleh gangguan peristaltik usus baik

peningkatan peristaltik maupun penurunan peristaltik.12

Page 33: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

17

2.2.3.3 Penyakit Sistemik

a. Penyebab Infeksi

1. Sindrom Postenteritis

2. Infeksi bakteri

3. Infeksi parasit

b. Sindrom Diare Persisten

1. Defisiensi imun

c. Respon Imun yang Abnormal

1. Celliac disease

2. Penyakit inflamasi usus (Crohn’s disease)

3. Penyerapan lemak yang buruk (Cystic Fibrosis)

2.2.3.4 Kelainan Kongenital

a. Diare kongenital sekretorik dan osmotik

2.2.3.5 Keganasan

a. Tumor Neuroendokrin

2.2.3.6 Tidak Spesifik

2.2.4 Manifestasi Klinis

Diare pada umumnya memiliki gejala berupa sering buang air besar dengan

konsistensi feses lembek sampai cair dengan selang waktu yang singkat, sakit perut

dan/atau kembung, sakit pada rektal, mual dan muntah, kehilangan berat badan, dan

demam.14

Anak dengan diare berisiko terkena dehidrasi.2,9,12,15,16 Gejala dehidrasi

dibagi berdasarkan derajat dehidrasinya.12,16 Derajat dehidrasi pada anak dapat

dilihat pada tabel 2.1, 2.2, dan 2.3 mengenai derajat dehidrasi berdasarkan kriteria

World Health Organization (WHO), Morb Mortal Wkly Rep (MMWR), dan skor

Maurice King.16

Gejala diare yang ditimbulkan oleh mikroorganisme memiliki gejala yang

berbeda-beda.12 Selain gejala diatas terdapat infeksi ekstraintestinal yang berkaitan

Page 34: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

18

dengan bakteri enteric pathogen antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih,

endocarditis, osteomyelitis, meningitis, pneumonia, hepatitits, peritonitis, dan

septik thromboplebitis.12 Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa

paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate) hipotoni, dan

kelemahan otot (C. botulinum).12 Selain itu terdapat pula manifestasi immune

mediated ektraintestinal yang biasanya terjadi setelah diarenya sembuh.12

Apabila terdapat demam, itu diakibatkan karna proses peradangan atau

proses dehidrasi. Biasanya terjadi pada diarrhea inflammatory.12 Mual dan muntah

adalah gejala yang non spesifik, akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh

mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enteric virus,

bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah

biasanya sering terjadi pada diare non inflamasi.12

Apabila organ yang terkena adalah saluran cerna bagian atas, pasien

menunjukkan gejala tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal

tidak berat, dan watery diare.12 Diare pada pasien dengan immunocompromise perlu

perhatian khusus sehingga informasi tentang adanya immunodefisiensi atau

penyakit kronis sangat penting.12

2.2.5 Diagnosis

2.2.5.1 Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lender dan darah. Bila

disertai muntah: volume dan frekuensinya.12 Buang air kecil (BAK): volume

biasanya berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.12 Makanan

dan minuman yang diberikan selama diare. Ada panas atau penyakit lain yang

menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, dan campak.12,15

2.2.5.2 Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan fisis perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.12 Selanjutnya perlu dicari

Page 35: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

19

tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan

tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung

atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau

basah.12,16

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan

ekstemitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat

dehidrasi yang terjadi.12

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara

objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.12

Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO, MMWR, Skor Maurice King,

kriteria MMWR dan lain-lain dapat dilihat pada table berikut.12

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR

Simptom

Minimal atau tanpa

dehidrasi

kehilangan BB

< 3%

Dehidrasi Ringan -

Sedang, Kehilangan

BB 3% - 9%

Dehidrasi Berat

Kehilangan BB

> 9%

Kesadaran Baik Normal, lelah,

gelisah, irritable

Apathis, letargi,

tidak sadar

Denyut

Jantung

Normal Normal-meningkat Takikardi,

bradikardia pada

kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tidak

teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan

Lidah

Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera Kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik

Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal

Page 36: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

20

Simptom

Minimal atau tanpa

dehidrasi

kehilangan BB

< 3%

Dehidrasi Ringan -

Sedang, Kehilangan

BB 3% - 9%

Dehidrasi Berat

Kehilangan BB

> 9%

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,

sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Sumber:Subagyo B, 201212

Tabel 2.2 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan

umum

Mata

Air mata

Mulut dan

lidah

Rasa haus

Baik, sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

tidak haus

*Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*Haus, ingin minum

banyak

*Lesu, lunglai atau tidak

sadar

Sangat cekung dan

kering

Sangat kering

*Malas minum atau

tidak bisa minum

Periksa: turgor

kulit

Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat

Hasil

pemeriksaan:

Tanpa dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang

Bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau lebih

tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau lebih

tanda lain

Terapi: Rencana Terapi

A

Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Sumber: Subagyo B, 201212

Page 37: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

21

Tabel 2.3 Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan-Maurice King

Bagian tubuh

yang diperikasa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng,

apatis, ngantuk

Mengigau, koma atau

syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering & sianosis

Denyut nadi/mnt Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140

Sumber: Subagyo B, 201212

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 sesuai dengan

table kemudian dijumlahkan.12,16

Nilai: 0-2 = Ringan 3-6 = Sedang 7-12 = Berat

2.2.5.3 Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat.12 Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urin

dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.12

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare

akut11:

a. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa

darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

b. Urin: urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

c. Tinja:

1. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja dilakukan pada semua

penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak

Page 38: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

22

dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya

disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh

infeksi di luar saluran gastrointestinal.12

2. Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit

dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak

anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Leukosit dalam

tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang

mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinjs

menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang

memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni,

EIEC, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan

kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides.12

2.3 Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian diare

2.3.1 Karakterikstik responden

2.3.1.1 Jenis kelamin

Berdasarkan data Riskesdas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

didapatkan prevalensi pada KLB diare tahun 2007 menurut jenis kelamin

persentase kejadian diare di Indonesia pada laki-laki dan perempuan hampir sama,

yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.2 Pada tahun 2009 persentase

kejadian diare pada perempuan sebesar 51% dan pada laki-laki sebesar 49%. Pada

tahun 2010 angka persentase diare antara laki-laki dan perempuan juga tidak

terdapat perbedaan yang signifikan yaitu sebesar 51% pada perempuan dan 49%

pada laki-laki.2 Hal ini menunjukkan bahwa penyakit diare bukan merupakan

penyakit yang dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.2 Hasil yang sama juga di

dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Listiono (2010) bahwa kejadian diare

tidak berhubungan dengan jenis kelamin.17

Page 39: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

23

Terdapat perbedaan hasil pada penilitian lain yang dilakukan oleh El Azar

(2007)18, dalam penelitiannya perempuan lebih banyak terkena diare dibandingkan

laki-laki karena perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki yaitu berupa perilaku maupun paparan.18 Perempuan lebih banyak

melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, serta

aktivitas lainnya yang menjadi sumber paparan patogen dalam rumah tangga.18

2.3.2 Perilaku cuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun merupakan suatu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air dan sabun untuk

menjadi lebih bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan

sabun juga dikenal sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini sebaiknya

dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan juga

dapat menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Baik dengan

kontak langsung maupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-

permukaan lain seperti handuk, gelas).19

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia, binatang,

ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan makanan atau minuman yang

terkontaminasi saat tidak mencuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus,

dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan.19

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare yaitu menurunkan angka kejadian diare

sebesar 47%.2,19

Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara paling efektif

untuk mencegah penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), yang

keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak.19 Perilaku cuci tangan

Page 40: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

24

dengan air saja atau dengan sabun sebelum mempersiapkan makanan, sebelum

makan, dan setelah buang air besar dapat menurunkan angka kejadian diare.20 Pada

data Riskesdas 2007 bahwa meningkatnya angka pengetahuan masyarakat tentang

higiene dan perilaku cuci tangan yang benar dapat mengurangi angka kesakitan

diare sebesar 45%.2 Hal yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Lee tahun 2004 insidensi diare menurun dengan cuci tangan sampai dengan 45%.21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Burton tahun 2011 mencuci tangan

dengan sabun antibakteri lebih efektif membunuh bakteri yang ada pada tangan

dibandingkan dengan mencuci tangan hanya dengan menggunakan air saja.22

Berbeda dengan hasil yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Manan dan Rahman tahun 2010, penelitian tersebut menyatakan bahwa perilaku

cuci tangan ibu dengan sabun setelah menceboki anak, sebelum makan, setelah dari

kamar mandi, sebelum menyuapi anak makan, dan sebelum menyiapkan makanan

tidak berhubungan dengan angka kejadian diare pada anak.23 Pada ibu yang

menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan juga tidak menunjukkan pengaruh

yang signifikan terhadap prevalensi diare pada anak.24

2.3.3 Higiene sanitasi makanan dan minuman

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan subjeknya, seperti mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan,

membuang bagian makanan yang sudah rusak, dan sebagainya sedangkan sanitasi

adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan

lingkungan dari subjeknya, seperti menyediakan air bersih untuk cuci tangan,

menyediakan tempat sampah, dan sebagainya.25 Dasar penyelenggaraan higiene

sanitasi pangan yaitu UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan pasal 70 ayat 1 dan 2.

Sanitasi pangan dilakukan agar pangan aman untuk di konsumsi dan sanitasi pangan

dilakukan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

dan/atau peredaran pangan.25

Pada saat anak berusia 6-12 tahun adalah usia anak duduk di sekolah dasar.

Anak mulai berinteraksi dengan orang-orang selain keluarganya dan mulai

Page 41: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

25

berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Hal tersebut

dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak, termasuk kebiasaan jajan.26

Makanan jajanan menurut Food and Agriculture Organization (FAO)

adalah makanan yang disediakan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir

jalan, tempat umum, atau tempat lain yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau

dimasak atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.26 Anak

sekolah biasanya membeli pangan jajanan pada penjaja pangan di luar sekolah atau

di kantin sekolah.27

Orangtua terutama ibu juga memiliki peran besar dalam hal makanan yang

dikonsumsi oleh anak. Pada anak sekolah biasanya memiliki kebiasaan membawa

bekal makanan ke sekolah. Kebiasaaan tersebut tidak terlepas dari peran ibu dalam

penentuan jumlah, jenis, dan keanekaragaman makanan. Bekal makanan disediakan

oleh ibu untuk mencukupi kebutuhan gizi anak dan untuk menghindari anak agar

tidak jajan makanan sembarangan.28

2.3.4 Sarana sanitasi lingkungan

2.3.4.1 Sumber air

Air bersih menurut Permenkes 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas air bersih harus

memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia,

dan radioaktif diikuti dengan adanya pengawasan terhadap kualitas air yang

bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat

mengganggu dan membahayakan kesehatan.29 Sumber air bersih yang tidak aman

disertai dengan sanitasi yang kurang baik meningkatkan angka kematian pada anak

yang disebabkan oleh diare sampai dengan 88%.30,31 Peningkatan ketersediaan air

bersih dapat meningkatkan perbaikan kualitas dari penderita diare sebesar 16%.30

Air yang tidak bersih dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berkembang

biaknya berbagai mikroorganisme baik virus maupun bakteri penyebab penyakit,

salah satunya adalah diare.31

Page 42: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

26

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.33 Air

minum aman bagi kesehatan jika memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,

kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib yang merupakan

persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh

penyelenggara air minum, dan parameter tambahan yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah masing-

masing.29,33,34

2.3.4.2 Jamban

Berdasarkan strategi mewujudkan lingkungan yang sehat melalui gerakan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan salah satu komponennya

adalah stop untuk buang air besar (BAB) sembarangan.35 Jenis jamban yang dapat

digunakan adalah jamban leher angsa, dan jamban cemplung.35,36

Jamban adalah suatu ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya.36 Jamban cemplung adalah jamban yang

penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan

cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang,

dan seharusnya jamban cemplung ditutup agar tidak berbau. Jamban dengan tangki

septik/leher angsa merupakan jamban berbentuk leher angsa yang

penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah

proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.35,36

Budaya perilaku BAB yang sehat dapat memutuskan alur kontaminasi

kotoran manusia yang dapat menjadi sumber penyakit yang terkait dengan sanitasi

sehingga perlu sarana BAB yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.35,37

Syarat jamban sehat yaitu, dapat mencegah kontaminasi ke badan air, mencegah

kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga

Page 43: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

27

maupun binatang lainnya, mencegah bau tidak sedap, dan konstruksi dudukan

jamban harus dibuat dengan baik dan aman serta mudah dibersihkan.37

Menurut Pebriani dalam penelitiannya terdapat hubungan yang bermakna

yaitu adanya perbedaan antara keluarga dengan jamban yang sehat dengan keluarga

yang tidak memiliki jamban sehat terhadap kejadian diare.38 Terdapat pula hasil

pada penelitian Trung pada keluarga yang tidak memiliki sarana jamban dapat

meningkatkan kasus kejadian diare.31 Berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh

Nugraheni dalam penelitian yang dilakukannya bahwa tidak terdapat perbedaan

yang berarti antara ketersediaan jamban di rumah dengan insidensi diare.39

Page 44: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

28

2.4 Kerangka teori

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel = Variabel yang tidak diteliti

Karakteristik:

jenis kelamin

Perilaku:

1. Kebiasaan

cuci tangan

2. kebiasaan

jajan

Lingkungan:

1.air minum

2.tempat

membeli

jajanan

3.ketersediaan

jamban

4. pembuat

makanan

Bakteri:

(E. coli,

Vibrio

cholera,

Salmonella,

Shigella)

Virus:

(Rotavirus)

Parasit:

(Entamoeba

histolytica)

Faktor risiko

Etiologi agen

penyebab

Diare

Diare

anak

Diare

dewasa

Diare

akut

Diare

persisten

Diare

kronis

Page 45: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

29

2.5 Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Karakteristik

responden: jenis

kelamin

Perilaku cuci tangan

Tempat membeli

jajanan yang

dikonsumsi di sekolah

Ketersediaan jamban

di dalam rumah

Sumber air minum

Orang yang

mempersiapkan

bekal/makanan

Diare

Page 46: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

30

2.6 Definisi operasional

Tabel 2.4 Defenisi operasional

No Variabel Definisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Diare Buang air

besar dengan

konsistensi

lembek atau

cair, bahkan

dapat berupa

air saja dengan

frekuensi lebih

sering

(biasanya tiga

kali atau lebih)

dalam satu

hari yang

didiagnosa

oleh dokter

atau tenaga

medis

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner 0 = tidak diare

1 = diare

Nominal

2 Jenis

Kelamin

Keadaan

tubuh secara

gender yang

dibedakan

secara fisik

Diisi oleh

responden

Kuesioner

data diri

responden

1 = laki - laki

2 =

perempuan

Nominal

3 Pengetahu

an cuci

tangan

Kemampuan

seseorang

untuk

mengingat

kembali

tentang

tindakan

sanitasi

dengan

membersihkan

tangan dan jari

jemari dengan

menggunakan

air mengalir

dan sabun

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

No. 3

0 = bukan

dengan air

mengalir dan

sabun

1 = dengan air

mengalir dn

sabun

Nominal

Page 47: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

31

No Variabel Definisi

operasional Cara

ukur Alat ukur Hasil

ukur Skala

ukur

4 Perilaku

cuci tangan Suatu

tindakan yang

dilakukan

seseorang

untuk

membersihkan

tangan dan

jari jemari

dengan

menggunakan

air mengalir

dan sabun saat

sebelum

makan,

sesudah

makan dan

sesudah buang

air besar

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda

pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

No. 2 0 = tidak

selalu

1 = selalu

Nominal

5 Jajanan

yang

dikonsumsi

di sekolah

tempat

membeli

makanan yang

dikonsumsi

oleh

responden

sehari-hari di

sekolah

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda

pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

dengan

pilihan

ganda.

0 =

jajanan di

luar

kantin

sekolah

1 =

jajanan di

kantin

sekolah

Nominal

6

Pembuat

bekal untuk

sekolah

Orang yang

menyiapkan

bekal

makanan

untuk

dikonsumsi di

sekolah

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda

pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

No. 12

0 = bukan

ibu

1 = ibu

Nominal

7 Sumber air

minum Sumber air

minum

yang

dikonsumsi

oleh

responden

sehari-hari

dirumah

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

No. 21 0 = air

yang

dimasak

1 = air

gallon

Nominal

8 Ketersediaa

n jamban di

dalamrumah

Ada atau

tidaknya

jamban di

dalam

rumah

responden

Mengisi

pertanyaan

pilihan

ganda pada

kuesioner

yang

diberikan

Kuesioner

No. 26

0 = tidak

ada

jamban di

dalam

rumah

1 = ada

jamban di

dalam

rumah

Nominal

Page 48: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

32

2.7 Hipotesis

1. Terdapat hubungan bermakna antara faktor jenis kelamin dengan

kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

dalam 6 bulan terakhir (September 2015-Februari 2016)

2. Terdapat hubungan bermakna antara faktor perilaku cuci tangan pada

saat sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar dengan

kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

3. Terdapat hubungan bermakna antara faktor tempat membeli jajanan di

kantin sekolah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02

4. Terdapat hubungan bermakna antara faktor ibu sebagai orang yang

mempersiapkan bekal/makanan dengan kejadian diare pada siswa-siswi

di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

5. Terdapat hubungan bermakna antara faktor sumber air minum yang

dimasak dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02

6. Terdapat hubungan bermakna antara faktor ketersediaan Jamban di

dalam rumah dengan kejadian diare pada siswa-siswi di Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02

Page 49: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode survey

analitik dan menggunakan desain penelitian berupa potong lintang. Penelitian

meliputi pengambilan data dengan instrumen kuesioner kepada responden,

analisisis data, dan interpretasi data hasil penelitian, dan penulisan laporan

penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan

September 2016. Pegambilan data dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 pada kelas 4, 5, dan 6.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan

telah diuji validitas dengan Pearson moment dan uji reliabilitas dengan Cronbach

Alpha menggunakan sofware IBM SPSS statistics version 22 pada siswa-siswi

kelas 4, 5, dan 6 di Madrasah ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan

menjadi sasaran akhir penelitian.40,41,42,43 Dalam penelitian ini populasi target yang

digunakan sebagai subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 dan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas 4, 5, dan 6.

Page 50: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

34

Populasi target bersifat umum dan pada penelitian klinis biasanya dibatasi

oleh karakteristik demografis. Sedangkan populasi terjangkau adalah populasi

yangmemenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari

kelompoknya.43

3.4.2 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pemilihan sampel dengan cara probability

sampling berupa stratified random sampling yaitu semua subjek memiliki

kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam penelitian.44

3.4.3 Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian dihitung dengan

menggunakan rumus rule of thumbs sebagai berikut44:

n = (10𝑥𝑉𝑏)

𝑝

n = (10𝑥6)

0,668

n = 89,82 dibulatkan menjadi 90 orang

keterangan :

n = Besar sampel

Vb = Jumlah variabel bebas yang diteliti

p = Prevalensi kejadian diare pada anak sekolah dasar

Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out, maka besar sampel

diperbesar dengan rumus sebagai berikut45:

n’ = 𝑛

1−𝑓

= 90

1−0,1

= 100

Page 51: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

35

keterangan :

n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out

n = besar sampel yang dibutuhkan

f = prediksi drop out = 10%

Pada penelitian ini diteliti 6 variabel bebas, yaitu jenis kelamin, perilaku

cuci tangan, tempat membeli jajanan yang dikonsumsi di sekolah , orang yang

mempersiapkan bekal/makanan di rumah, sumber air minum, dan jamban. Pada

penelitian sebelumnya diketahui prevalensi kejadian diare pada anak sekolah dasar

adalah sebesar 66,8% sehingga besar sampel yang dibutuhkan adalah 100 sampel.

Untuk pengambilan sampel dengan stratified random sampling yaitu proses

pemilihan sampel yang dibagi menjadi sub kelompok dan populasinya diambil

secara proporsional, yaitu dari setiap sub kelompok diambil individu yang sudah

dihitung berdasarkan persentase dari masing-masing sub kelompok, kemudian

pemilihan individunya dilakukan secara random.

Penghitungan jumlah sampel masing-masing strata dihitung secara

proporsional :

Kelas 4 = 63

184 𝑥 100 = 34

Kelas 5 = 68

184 𝑥 100 = 37

Kelas 6 = 53

184 𝑥 100 = 29

Kemudian pemilihan jumlah sampel secara random dilakukan sebagai

berikut :

a. Kelas 4, dipilih 34 orang secara random

b. Kelas 5, dipilih 37 orang secara random

c. Kelas 6, dipilih 29 orang secara random

Page 52: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

36

3.5 Kriteria Penelitian

Pengambilan data dilakukan di SDN Cireundeu 02 dikarenakan dekat

dengan kampus dan mudah dijangkau oleh peneliti. Selain itu, SDN Cireundeu 02

merupakan sekolah dengan fasilitas yang belum memadai sehingga higienitas

menjadi kurang baik. Dari seluruh siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN 02, dipilih 100 orang

sampel yang terdiri dari 34 orang siswa kelas 4, 37 orang siswa kelas 5, dan 29

orang siswa kelas 6. Pada saat pembagian kuesioner, terdapat 2 subjek yang tidak

hadir sehingga dilakukan pengambilan undian ulang pada hari pembagian

kuesioner. Dua subyek penelitian yang tidak hadir ini kemudian digantikan oleh

nomor yang keluar saat pengambilan ulang undian.

3.6 Kriteria Inklusi (kriteria yang layak diteliti) dan Eksklusi

Adapun yang termasuk kriteria inklusi kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02

2. Bersedia menjadi subyek penelitian

3. Siswa yang bisa membaca dan menulis dengan lancar

Adapun yang termasuk kriteria eksklusi kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 yang tidak hadir pada hari

pembagian kuesioner

3.6 Variable penelitian

3.6.1 Variabel bebas

1. Jenis kelamin

2. Perilaku cuci tangan

3. Tempat membeli jajanan yang dikonsumsi di sekolah

4. Pembuat bekal untuk sekolah

5. Sumber air minum

6. Ketersediaan jamban di dalam rumah

Page 53: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

37

3.6.2 Variabel terikat

1. Kejadian diare

3.7 Cara kerja penelitian

3.7.1 Alur penelitian

3.8 Manajemen data

Manajemen data adalah cara pengelolaan data yang dilakukan mulai dari

pengumpulan data sampai dengan analisis data. Tahapan dalam manajemen data

adalah sebagai berikut46,47 :

1. Editing

Kegiatan memeriksa ulang kuesioner yang telah selesai diisi oleh

responden.

Pembuatan proposal dan

kuesioner penelitian

Proposal dan kuesioner

diserahkan kepada

pembimbing penelitian

Meminta izin kepada pihak

FKIK UIN Jakarta untuk

melakukan penelitian

Melakukan uji validitas

kuesioner di Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta

Kuesioner sudah valid

Meminta izin kepada pihak

SDN Cireundeu 02 untuk

melakukan penelitian

Pembagian kuesioner

kepada siswa/i kelas 4, 5,

dan 6 SDN Cireundeu 02

Pengumpulan dan

pengelolaan data

Page 54: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

38

2. Coding

Coding merupakan pengkodean, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk memudahkan pemasukan

dan pengolahan data.

3. Data entry

Kegiatan memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang sudah dalam bentuk kode ke dalam program atau “sofware” komputer.

4. Cleaning

Kegiatan membersihkan dan memeriksa kembali data yang sudah masuk

bila ditemukan ketidaklengkapan dan kemudian dilakukan pembetulan.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah ada diolah dengan menggunakan sofware IBM SPSS

statistics version 22 dan selanjutnya dilakukan analisis dengan analisis univariat

dan bivariat.

3.9.1 Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini data berjenis kategorik,

sehingga data yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan proporsi

yang disajikan dalam bentuk tabel.46

3.9.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah kai kuadrat

(Chi square) merupakan statistik uji non parametrik. Hal ini disebabkan karena data

untuk pengujian Chi-square adalah data pada kelompok variabel

kategorik/kualitatif (nominal, ordinal) dengan variabel kategorik, dengan

menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai ρ (p value)

<0,05 maka hasil penghitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan

Page 55: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

39

adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika nilai ρ value >

0,05 berarti hasil penghitungan statistik tidak bermakna (tidak signifikan) atau

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Uji Chi-square bersifat pendekatan dan dilakukan pada data dengan sampel

besar (>40).40,41,46,47

Page 56: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner telah dilakukan pada 30 orang subyek

pada siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN. Uji validitas

dilakukan pada 32 butir pertanyaan dengan pearson moment. Hasilnya terdapat 17

pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5, 11, 14, 15, 16, 17,

18, 21, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 32 (r<0,361). Setelah membuang dan mengubah

beberapa pertanyaan yang tidak valid, dilakukan uji reliabilitas dengan Cronbach

Alpha. Hasil uji reliabilitas memberikan nilai alpha yang lebih besar daripada nilai

r tabel. Sehingga kuesioner dapat dipercaya.

4.1.2 Analisis Univariat

4.1.2.1 Gambaran karakteristik siswa kelas 4-6 SDN Cireundeu 02

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 Tahun 2016

Karakteristik Responden Frekuensi Persen

(%)

Umur

9 tahun 11 11,0

10 tahun 38 38,0

11 tahun 28 28,0

12 tahun 17 17,0

13 tahun 5 5,0

14 tahun 1 1,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 53 53,0

Perempuan 47 47,0

Kelas

Kelas 4 34 34,0

Kelas 5 37 37,0

Kelas 6 29 29,0

Page 57: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

41

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu

02 Tahun 2016

Karakteristik Responden Frekuensi Persen

(%)

Kejadian Diare

Pernah mengalami diare 6 bulan terakhir 63 63,0

Tidak pernah mengalami diare 6 bulan terakhir 37 37,0

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 11

tahun. Umur responden yang mendominasi adalah 10 tahun dengan umur termuda

9 tahun dan umur tertua 14 tahun.

Pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini adalah laki-laki (53.0%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 53 anak (53.0%) sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 47 anak (47.0%).

Pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa persebaran siswa berdasarkan kelas

adalah sebanyak 34 anak (34%) siswa kelas 4, 37 anak (37%) siswa kelas 5, dan 29

anak (29%) siswa kelas 6.

Dari tabel 4.1 didapatkan juga bahwa siswa kelas 4-6 SDN Cireundeu 02

yang mengalami diare dalam 6 bulan terakhir berjumlah 63 anak (63.0%)

sedangkan yang tidak mengalami diare selama 6 bulan terakhir berjumlah 37 anak

(37.0%). Pada penelitian Alif (2014) didapatkan yang tidak mengalami diare

sebesar 80,4% sedangkan yang mengalami diare sebesar 19,6%.6

Pada penelitian yang dilakukan oleh Alif (2014) didapatkan juga persebaran

yang sama rata antara laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 42,9% pada laki-laki

dan 57,1% pada perempuan. Berdasarkan usia responden tidak terbagi rata, dengan

usia terbanyak yaitu 11 tahun. Berdasarkan kelas didapatkan lebih banyak

responden pada kelas 5 (58,9%).6

Page 58: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

42

4.1.2.2 Gambaran Konsumsi Makanan dan Minuman Anak

a. Makanan di sekolah

Tabel 4.3 Distribusi makanan yang dikonsumsi siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Makanan yang dikonsumsi Frekuensi Persen (%)

Bekal dari rumah 51 51,0

Jajanan di kantin sekolah / luar sekolah 49 49,0

Total 100 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa banyak anak yang membawa bekal dari

rumah yaitu 51 anak (51.0%), sedangkan yang membeli jajanan di sekolah 49

anak (49.0%). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa minat siswa terhadap

jajanan di kantin sekolah maupun di luar kantin sekolah masih cukup tinggi

yang dapat dilihat dari hasil penelitian masih hampir setengah dari responden

masih memilih untuk jajan walaupun memang yang membawa bekal lebih

banyak dibanding yang memilih jajan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bondika (2011) pada siswa kelas 4-6

SDN Semarang, sebanyak 69,9% siswa yang diteliti membawa bekal ke

sekolah dengan frekuensi 1-3 kali/minggu.48 Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Andhika pada siswa kelas 5 SD Semarang didapatkan bahwa

lebih banyak yang memilih untuk jajan di sekolah (61,5%) dibandingkan

dengan membawa bekal ke sekolah (19,2%), beberapa alasan yang

menyebabkan siswa tidak membawa bekal dari rumah karena terburu-buru,

orangtua sibuk, serta membawa uang jajan ke sekolah.28,49,50

b. Air minum yang dikonsumsi sehari-hari

Tabel 4.4 Distribusi air minum yang dikonsumsi sehari-hari oleh siswa kelas

4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Makanan yang dikonsumsi Frekuensi Persen

(%)

Air galon 77 77,0

Air yang dimasak 23 23,0

Total 100 100

Page 59: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

43

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 100 responden yang diteliti

sebanyak 77 anak (77.0%) menggunakan air galon untuk konsumsi air minum

sehari-hari sedangkan 23 anak (23.0%) masih menggunakan cara tradisional

yaitu dengan memasak air dari sumber air untuk minum sehari-hari.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa cukup banyak keluarga yang

menggunakan air galon untuk konsumsi minuman sehari-hari dibandingkan

dengan air yang dimasak terlebih dahulu dan berasal dari sumber air (air keran,

sumur). Belum ditemukan data pada penelitian lain mengenai air minum yang

dikonsumsi anak sehari-hari baik air galon maupun air yang dimasak dari

sumber air.

c. Minat jajan

Tabel 4.5 Distribusi minat jajan siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 Tahun 2016

Minat jajan Frekuensi Persen (%)

Jajanan di kantin sekolah 76 76,0

Jajanan kemasan/di luar sekolah 24 24,0

Total 100 100

Pada tabel 4.4 didapatkan hasil sebanyak 76 anak (76,0%) lebih memilih

membeli makanan yang dimasak di kantin sekolah sedangkan 24 anak (24%)

lebih memilih membeli makanan kemasan maupun jajanan di luar sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa siswa kelas 4-6 SDN

Cireundeu 02 lebih memilih jajan di kantin sekolah dibanding jajan di luar

kantin sekolah. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan pada penelitian

sebelumnya oleh Nikita (2013) di SDN Depok bahwa lokasi jajan anak di

sekolah didominasi oleh kantin sekolah (85,6%).51

Page 60: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

44

d. Frekuensi jajan

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jajan siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 Tahun 2016

Jajan di kantin/luar sekolah Frekuensi Persen (%)

Setiap hari 13 13,0

Tidak setiap hari 87 87,0

Tidak pernah 0 0,0

Total 100 100

Pada tabel 4.5 menunjukkan frekuensi jajan siswa SDN Cireundeu 02 yang

didapat pada data penelitian adalah anak yang jajan setiap hari baik di kantin

maupun diluar sekolah sebanyak 13 anak (13%), 87 anak (87%) tidak setiap

hari , dan tidak ada seorangpun yang tidak pernah jajan. Belum didapatkan

persentasi frekuensi jajanan siswa SDN pada penelitian lain.

4.1.2.3 Cuci Tangan

a. Pengetahuan Mencuci tangan yang baik dan benar

Tabel 4.7 Distribusi pengetahuan mencuci tangan yang baik dan benar pada

anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Pengetahuan cara cuci tangan Frekuensi Persen (%)

Mengetahui dengan baik dan benar 96 96,0

Tidak mengetahui 4 4,0

Total 100 100

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengetahuan siswa kelas 4-6 Sekolah

Dasar Negeri Cireundeu 02 tentang cara cuci tangan yang baik dan benar yaitu

dengan menggunakan sabun dan air mengalir sudah cukup tinggi yaitu 96 anak

(96,0%), sedangkan hanya 4 anak (4,0%) yang belum mengetahui dan masih

menganggap bahwa mencuci tangan dengan air tanpa menggunakan sabun

ataupun hanya dengan hand sanitizer saja sudah termasuk mencuci tangan

yang baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh

siswa mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar yaitu dengan

menggunakan air mengalir dan sabun. Menurut Fajar (2013) bahwa dengan

Page 61: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

45

menggunakan sabun dan air mengalir sudah menurunkan jumlah kuman

dengan signifikan namun lebih efektif lagi dengan menggunakan hand

sanitizer yang memiliki kandungan alkohol sebesar 60%.52

Penelitian Saptiningsih (2014) menunjukkan bahwa 60,7% anak SDN

Padalarang mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan air

dan sabun serta menggunakan 7 langkah cara cuci tangan.53 Sebagian besar

siswa mendapatkan pengetahuan cara mencuci tangan yang baik dan benar dari

orang tua dan guru sedangkan beberapa mendapatkan dari media lainnya

seperti televisi, majalah, dan tulisan maupun poster yang ditempel ditempat

umum.

b. Kebiasaan Mencuci Tangan

Tabel 4.8 Distribusi perilaku mencuci tangan pada anak kelas 4-6 di Sekolah

Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Perilaku mencuci tangan Frekuensi Persen (%)

Selalu 43 43,0

Tidak selalu 57 57,0

Total 100 100

Pada tabel 4.7 menunjukkan kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan oleh

siswa Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 sudah cukup baik. Dari 100

responden yang ada 43 anak (43.0%) selalu mencuci tangan, dan 57 anak

(57.0%) tidak selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah

buang air besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah cukup tinggi

persentase siswa yang melakukan kebiasaan mencuci tangan sehari-hari.

Pada penelitian Saptiningsih (2014) dipaparkan bahwa juga sudah lebih

dari setengah (52,4%) anak SDN Padalarang sudah melakukan perilaku cuci

tangan.53

Kebiasaan baik ini dapat terjadi karena pihak sekolah sudah menyediakan

air yang cukup untuk mencuci tangan, namun tidak tersedia sabun untuk

Page 62: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

46

mencuci tangan di sekolah . Sehingga walaupun siswa Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 sudah memiliki kebiasaan baik mencuci tangan setiap sebelum

dan sesudah makan maupun setelah buang air besar tetapi ketika di sekolah

siswa mencuci tangan tidak menggunakan sabun.

4.1.2.4 Jamban

a. Jamban di Sekolah

Tabel 4.9 Distribusi jamban di sekolah menurut anak kelas 4-6 di Sekolah

Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Jamban Frekuensi Persen (%) Total (%)

Kecukupan jamban di sekolah

Sudah cukup 94 94,0 100%

Belum cukup 6 6,0

Kebersihan jamban

Cukup bersih 62 62,0 100%

Kotor 38 38,0

Bau jamban

Tidak bau 24 24,0 100%

Bau tidak sedap 76 76,0

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 94 anak (94,0%) menganggap

bahwa jamban di sekolah sudah cukup untuk kebutuhan di sekolah dan 6 anak

(6,0%) menyatakan belum cukup. Sebanyak 38 anak (38,0%) menganggap

jamban sekolah masih kotor dan 76 anak (76,0%) menyatakan bahwa jamban

sekolah berbau tidak sedap. Hal tersebut sama dengan hasil yang didapatkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Ineke (2015) 2 SDN di kabupaten Bantul

sudah memiliki fasilitas jamban di sekolah namun sebagian jamban kondisinya

tidak higienis.54

b. Jamban di Rumah

Tabel 4.10 Distribusi jamban di rumah menurut anak kelas 4-6 di Sekolah

Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Kepemilikan jamban Frekuensi Persen (%)

Di dalam rumah 98 98,0

Tidak punya di dalam rumah (luar rumah/jamban umum) 2 2,0

Total 100 100

Page 63: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

47

Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 98 anak (98,0%) memiliki

jamban di dalam rumah, tetapi masih ada 2 anak (2,0%) tidak memiliki jamban

di dalam rumahnya. Belum didapatkan laporan mengenai distribusi jamban di

dalam rumah pada penelitian sebelumnya.

Sementara untuk distribusi pemeliharaan jamban di rumah dapat dilihat

pada tabel 4.10.

Tabel 4.11 Distribusi pemeliharaan jamban di rumah menurut anak kelas

4-6 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Intensitas membersihkan jamban Frekuensi Persen (%)

Dibersihkan setiap hari 30 30,0

Dibersihkan 1x/minggu 56 56,0

Dibersihkan 1x/bulan 10 10,0

Tidak pernah dibersihkan 4 4,0

Total 100 100

Pada tabel 4.10 didapatkan frekuensi pemeliharan dari jamban tersebut

sebagian besar anak menggunakan jamban yang dibersihkan 1x/minggu yaitu

sebanyak 56 anak (56,0%) sementara anak yang lain membersihkan setiap hari,

1x/bulan dan bahkan ada yang tidak pernah dibersihkan menurut anak. Belum

didapatkan persentase intensitas membersihkan jamban di rumah pada

penelitian lain.

4.2.1.5 Ibu

Tabel 4.12 Distribusi pekerjaan ibu pada anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02 Tahun 2016

Pekerjaan ibu Frekuensi Persen (%)

Ibu rumah tangga 80 80,0

Selain ibu rumah tangga 20 20,0

Total 100 100

Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki ibu yang

tidak bekerja di luar rumah (ibu rumah tangga) dibanding ibu yang bekerja diluar

Page 64: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

48

rumah, yaitu 80 anak (80,0%) yang memiliki ibu berprofesi sebagai ibu rumah

tangga dan 20 anak (20,0%) yang memiliki ibu yang bekerja di luar rumah.

Sementara untuk distribusi orang yang mempersiapkan bekal/makanan di

rumah dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.13 Distribusi yang menyiapkan bekal/makanan pada anak kelas 4-6 di

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02 Tahun 2016

Orang yang mempersiapkan bekal di rumah Frekuensi Persen (%)

Ibu 85 85,0

Bukan ibu 15 15,0

Total 100 100

Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar yang menyiapkan

makanan baik dirumah untuk makan sehari-hari maupun bekal yang dibawa ke

sekolah adalah ibunya. Hanya 15 anak (15,0%) yang bekal dan makanan dirumah

bukan disiapkan oleh ibunya sedangkan 85 anak lainnya disiapkan oleh ibunya.

Belum didapatkan persentase orang yang memepersiapkan bekal untuk sekolah

anak pada penelitian sebelumnya.

4.1.3 Analisis Bivariat

4.1.3.1 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Diare

Tabel 4.14 Hasil analisis hubungan jenis kelamin terhadap kejadian diare pada anak

kelas 4-6 Sekolah Negeri Cireundeu 02

Jenis

kelamin

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % min max

Laki-laki 20 33 53 53.0

1.000 1,070 0,474 2,414 Perempuan 17 30 47 47.0

Total 37 63 100 100.0

Pada tabel 4.13 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

1.000. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin

terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 SDN Cireundeu 02. Anak laki-laki

Page 65: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

49

mempunyai kemungkinan 1,070 kali (OR : 1,070 IK 95% 0,474-2,414) untuk

mengalami diare dibandingkan anak perempuan.

Dari data yang dikeluarkan oleh Riskesdas (2010) juga menyatakan bahwa

tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian

diare.2 Dijelaskan juga bahwa penyakit diare bukan merupakan penyakit yang

dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.2 Hal ini juga sesuai dengan penelitian

Listiono (2010) yang juga menyebutkan bahwa kejadian diare tidak berhubungan

dengan perbedaan jenis kelamin (p value = 0,80).17 Temuan ini berlawanan dengan

penelitian yang dilakukan oleh El Azar (2007) yang menyatakan bahwa ada

hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diare, yaitu jenis kelamin

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.18

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, lingkungan

sosial dan ekonomi (orangtua, pengasuh, guru, dan teman-teman,), gambaran tubuh

berupa cara seseorang menjaga kebersihan dirinya, pengetahuan tentang pentingnya

kebersihan, dan motivasi dari diri sendiri untuk melakukan latihan perawatan

kebersihan diri.55 Dari beberapa hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa tiap anak

akan melakukan kebiasaan yang berbeda-beda termasuk kebiasaan dalam hal

perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya.

4.1.3.2 Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare

Tabel 4.15 Hasil analisis hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap kejadian

diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

Perilaku

Cuci

Tangan

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % min Max

Selalu 22 21 43 43.0

0.019 0,341 0,147 0,789 Tidak selalu 15 42 57 57.0

Total 37 63 100 100.0

Pada tabel 4.14 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

0.019. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap

kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02. Anak yang

Page 66: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

50

tidak selalu mencuci tangan setiap sebelum dan seseudah makan serta setelah buang

air besar mempunyai kemungkinan 0,341 kali (OR : 0,341 IK 95% 0,147-0,789)

untuk mengalami diare dibandingkan anak yang selalu mencuci tangan.

Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa mencuci tangan dengan

sabun merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare.

Mencuci tangan dengan sabun memiliki dampak yang cukup signifikan dalam

menurunkan angka kejadian diare. Dijelaskan bahwa terdapat penurunan angka

periode prevalensi diare sebesar 5,5% dari 9,0% menjadi 3,5% setelah enam kali

kampanye cuci tangan pakai sabun di Indonesia yaitu pada tahun 2008, 2009, 2010,

2011, 2012, 2013, dan 2014.19 Hal ini diperkuat dengan adanya penilitian oleh Lee

wook (2004) yang menjelaskan bahwa insidensi diare menurun dengan adanya

promosi dan edukasi tentang cuci tangan sampai dengan 45%.21

Pada penelitian ini masih banyak siswa yang selalu mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan serta setelah BAB tetapi masih mengalami diare (21%).

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh cara cuci tangan yang belum dengan cuci

tangan 7 langkah19, serta tidak dilakukan pengamatan oleh peneliti bagaimana cara

mencuci tangan yang baik dan benar pada responden sehingga tidak diketahui

responden melakukan sesuai dengan cuci tangan 7 langkah atau tidak.

4.1.3.3 Hubungan Tempat Membeli Jajanan yang Dikonsumsi di Sekolah

Terhadap Kejadian Diare

Tabel 4.16 Hasil analisis hubungan tempat membeli jajan yang dikonsumsi di

sekolah terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02

Tempat membeli

jajanan yang

dikonsumsi di sekolah

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % min Max

Jajanan di luar kantin

sekolah 7 17 24 24.0

0.503 0,631 0,234 1,704 Jajanan di kantin

sekolah 30 46 76 76.0

Total 37 63 100 100.0

Page 67: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

51

Pada tabel 4.15 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

0.503. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara tempat membeli jajanan

yang dimakan di sekolah terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu 02. Anak jajan di luar kantin sekolah mempunyai kemungkinan

0,631 kali (OR : 0,631 IK 95% 0,234-1,704) untuk mengalami diare dibandingkan

anak yang jajan di kantin sekolah. Belum didapatkan pada penelitian lain yang

menunjukkan hubungan antara tempat membeli jajanan dengan kejadian diare pada

anak.

Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya hubungan tempat membeli

jajanan dengan kejadian diare kemungkinan karena tidak dilakukan pengamatan

mengenai higienitas jajanan yang dikonsumsi baik dari tempat membeli jajanan,

cara pengolahan maupun pengemasan dari jajanan tersebut oleh peneliti.

4.1.3.4 Hubungan Orang yang Mempersiapkan Bekal/ Makanan Terhadap

Kejadian Diare

Tabel 4.17 Hasil analisis hubungan orang yang mempersiapkan bekal/makanan

terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

Orang yang

mempersiapkan

bekal/makanan

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % Min max

Bukan ibu 2 13 15 15.0

0.077 0,220 0,047 1,036 Ibu 35 50 85 85.0

Total 37 63 100 100.0

Pada tabel 4.16 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

0.077. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara orang yang

mempersiapkan bekal/makanan terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6

Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02. Anak yang tidak dipersiapkan bekal/makanan

oleh ibu mempunyai kemungkinan 0,220 kali (OR : 0,220 IK 95% 0,047-1,036)

untuk mengalami diare dibandingkan anak yang disiapkan oleh ibunya. Belum

didapatkan data mengenai hubungan antara orang yang mempersiapkan bekal

dengan kejadian diare anak pada penelitian lain.

Page 68: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

52

Pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara orang yang

mempersiapkan bekal/makanan terhadap kejadian diare kemungkinan karena tidak

ditanyakan mengenai tingkat pendidikan, pengetahuan mengenai higienitas

makanan dan minuman, dan pengamatan cara pengolahan, pembuatan dan

pengemasan baik minuman maupun makanan oleh peneliti.

4.1.3.5 Hubungan Sumber Air Minum Terhadap Kejadian Diare

Tabel 4.18 Hasil analisis hubungan sumber air minum terhadap kejadian diare

pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

Sumber Air

Minum

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % min max

Air yang

dimasak 9 14 23 23.0

1,000 1,125 0,432 2,931 Galon 28 49 77 77.0

Total 37 63 100 100.0

Pada tabel 4.17 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

1.000. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara sumber air minum

terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02.

Anak yang minum dengan air galon mempunyai kemungkinan 1,125 kali (OR :

1,125 IK 95% 0,432-2,931) untuk mengalami diare dibandingkan anak yang minum

dengan air yang dimasak terlebih dahulu.

Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara sumber air minum

dengan kejadian diare kemungkinan akibat tidak dilakukan pengamatan langsung

terhadap konsumsi air oleh peneliti karena biasanya anak SD kurang

memperhatikan minuman apa yang dikonsumsi.

Page 69: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

53

4.1.3.6 Hubungan Ketersediaan Jamban di Dalam Rumah Terhadap Kejadian

Diare

Tabel 4.19 Hasil analisis hubungan ketersediaan jamban di dalam rumah terhadap

kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri Cireundeu 02

Ketersediaan

jamban di

dalam rumah

Kejadian diare Total ρ

value OR

IK (95%)

Tidak

Diare Diare N % min max

Ada di dalam 36 62 98 93.0

0,098 4,766 0,875 25,949 Tidak ada di

dalam 1 1 2 2.0

Total 37 63 100 100.0

Pada tabel 4.18 menunjukkan hasil uji statistik mendapatkan nilai ρ value =

0.098. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara ketersediaan jamban di

dalam rumah terhadap kejadian diare pada anak kelas 4-6 Sekolah Dasar Negeri

Cireundeu 02. Anak yang tidak memiliki jamban di dalam rumah mempunyai

kemungkinan 4,766 kali (OR : 4,766 IK 95% 0,875-25,949) untuk mengalami diare

dibandingkan anak yang memiliki jamban di dalam rumah.

Hasil yang sama juga didapatkan oleh Nugraheni pada penelitiannya (2012)

bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara ketersediaan jamban di rumah

dengan insidensi diare.39

Pada penelitian ini anak yang memiliki jamban di dalam rumah (jamban

keluarga) banyak yang mengalami kejadian diare, kemungkinan karena kurangnya

observasi lebih lanjut mengenai kebersihan jamban dirumah dari tiap responden

sehingga tidak diketahui apakah jamban yang di gunakan bersih atau tidak.

4.2 Kelebihan Penelitian

Mendapatkan hubungan berbagai faktor–faktor risiko yang berhubungan

atau tidak berhubungan terhadap kejadian diare. Sehingga faktor risiko yang diteliti

baik yang berhubungan secara signifikan maupun tidak dapat digunakan sebagai

rencana strategi untuk melakukan program-program berbasis perilaku hidup bersih

dan sehat khususnya pada lingkup sekolah dasar. Sehingga dapat menjadi langkah

Page 70: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

54

awal untuk melakukan preventif terhadap penyakit menular khususnya diare pada

penelitian ini.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa keterbatasan yaitu:

1. Keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang

jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan

sesungguhnya atau responden lupa (recall bias).

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak dalam

penelitian ini hanya terdiri dari 6 variabel, yaitu jenis kelamin,

pengetahuan dan perilaku cuci tangan, tempat membeli jajanan yang

dikonsumsi di sekolah, pembuat bekal untuk sekolah, sumber air minum,

dan ketersediaan jamban di dalam rumah, sedangkan masih banyak faktor

lain yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak.

Page 71: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

55

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Prevalensi siswa-siswi SDN Cireundeu 02 kelas 4, 5, dan 6 yang

mengalami diare 6 bulan terakhir (September 2015-Februari 2016)

sebanyak 63 orang (63%).

2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor karakteristik

responden berupa jenis kelamin dengan kejadian diare pada siswa-siswi

kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 (p = 1,000).

3. Terdapat hubungan bermakna antara faktor perilaku cuci tangan pada

saat sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar dengan

kejadian diare pada siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 (p

= 0,019).

4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor tempat membeli

jajanan di kantin sekolah dengan kejadian diare pada siswa-siswi kelas

4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 (p = 0,503).

5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor ibu sebagai orang yang

mempersiapkan bekal/makanan dengan kejadian diare pada siswa-siswi

kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 (p = 0,077).

6. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor sumber air minum

yang dimasak dengan kejadian diare pada siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6

SDN Cireundeu 02 (p = 1,000).

7. Tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor ketersediaan Jamban

di dalam rumah dengan kejadian diare pada siswa-siswi kelas 4, 5, dan

6 SDN Cireundeu 02 (p = 0,098).

8. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare pada

siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SDN Cireundeu 02 adalah faktor perilaku

cuci tangan pada saat sebelum dan sesudah makan serta setelah buang

air besar.

Page 72: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

56

5.2 Saran

1. Bagi sekolah SDN Cireundeu 02 sebaiknya memberikan fasilitas untuk

memenuhi perilaku hidup bersih dan sehat seperti sabun untuk cuci

tangan di toilet sekolah, memasang poster langkah-langkah cara

mencuci tangan yang baik dan benar pada wastafel sekolah/tempat anak

biasanya mencuci tangan. Selain itu, pihak sekolah juga perlu

melakukan kerjasama dengan instansi kesehatan atau tenaga kesehatan

maupun mahasiswa kedokteran setempat untuk rutin melakukan

sosialisasi serta penerapan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

terutama di lingkungan sekolah.

2. Bagi siswa-siswi SDN Cireundeu 02 perlu dilakukan penerapan hidup

bersih dan sehat baik dalam lingkungan sekolah maupun di rumah

sehingga dapat menurunkan risiko penyakit yang menular lewat

higienitas diri dan lingkungan.

3. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat diteruskan dengan

menambahkan jumlah variabel maupun jumlah sampel.

Page 73: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare: Lima Langkah

Tuntaskan Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011. h. 1-32.

2. Kemenkes RI. Situasi DIARE di Indonesia: Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan triwulan II. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kementerian Republik Indonesia; 2011. h. 1-37.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;

2013. h. 32-75.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Banten Tahun 2007. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009. h. 68-70.

5. Sina BI. Hubungan Gambaran Kejadian Diare dengan Kebiasaan Jajan di

Sekolah pada Anak Usia Sekolah Dasar (Usia 7 Sampai Dengan 11 Tahun).

Skripsi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta; 2013.

6. Rosyidah AN. Hubungan Perilaku Cuci Tangan terhadap Kejadian Diare

Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02 [skripsi]. Tangerang

Selatan: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014. h. 1-

76.

7. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem edisi ke – 6. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. h.641-93.

8. Martini F. Fundamentals of Anatomy and Physiology 9th ed. US:Pearson

Education Inc.; 2013. h.158.

9. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of

Pediatrics 18th Edition. Philadhelpia: Elsevier Inc.; 2007. h. 459-61.

10. Hegar B. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. 2014. Available from:

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-menangani-

diare-pada-anak [cited 12 Januari 2016].

11. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia; 2014. h. 143.

12. Subagyo B, Santoso NB. BAB VI Diare Akut di IDAI UGH. Buku Ajar

Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012. h.

87.

13. Kemenkes RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral PP & PL;

2011. 1-35.

14. Kay MH. American College of Gastroenterology. 2012. Available from:

patients.gi.org/topics/diarrhea-in-children/#basics_1 [cited 1 Mei 2016].

15. Bani AP. Problem Gastroenterologi Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2003. h. 33.

Page 74: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

58

16. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah

Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health

Organization; 2009. h. 131-150.

17. Listiono. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di

Wilayah Kerja Puskesmas Lebakwangi Kecamatan Cigudeg Kabupaten

Bogor 2009 [tesis]. Depok: Pascasarjana Universitas Indonesia; 2010. h. 1-

79.

18. Grace E, El Azar. Effect of Womens Perceptions and Household Practices

on Childrens Waterborne Illnes in Low Income Community. EcoHealth.

Juni 2009;6(2):169-179.

19. Kemenkes RI. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data dan Informasi; 2014.

h. 1-7.

20. Luby SP, Halder AK, Huda T, Unicomb L, Johnston RB. The effect of

handwashing at recommended times with water alone and with soap on

child diarrhea in rural Bangladesh: An observational study. PLoS Medicine.

28 Juni 2011;8(6):1-10.

21. Wook LJ. Water, Sanitation and Hygiene Links to health. Facts and Figures,

Updated November 2004. 2005;5. Available from:

http://www.who.int/water_sanitation_health/factsfigures2005.pdf [cited 3

Juni 2016].

22. Burton M, Cobb E, Donachie P, Judah G, Curtis V, Schmidt WP. The Effect

of Handwashing with Water or Soap on Bacterial Contamination of Hands.

International Journal of Environmental Research and Public Health.

2011;8:97-104.

23. Mannan SR, Rahman A. Exploring the Link Between Food-Hygiene

Practices and Diarrhoea Among the Children of Garments Worker Mothers

in Dhaka. Anwer Khan Mod Med Coll Jorunal. 2010;1(2):4–11.

24. Takanashi K. Survey of food - hygiene practices at home and childhood

diarrhoea in Hanoi, Vietnam. J Heal Popul Nutr. 2009;27(5):602–11.

25. Yunus M. Higiene Sanitasi Pangan. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia Direktorat Penyehatan Lingkungan, Ditjen PP & PL;

2015. h. 1-42.

26. Adriani M, Wirjatmadi. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2012. h. 52-55.

27. Safriana. Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN

Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012

[skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2012. h. 1-80.

28. Meliala H, Siagian A, Nasution E. Perilaku Ibu Dalam Penyiapan Bekal

Makanan dan Sumbangannya terhadap Kecukupan Gizi Anak TK Aisyiyah

Busthanul Athfal Tanjung Sari Medan Tahun 2014 [naskah publikasi].

Kesehatan Masyarakat FKM USU. 2014:1-6.

Page 75: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

59

29. Kemenkes RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416 /

MENKES / PER / IX / 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air. 1990;(416):1–10.

30. Tumwine JK, Thompson J, Katua-Katua M, Mujwajuzi M, Johnstone N,

Porras I. Diarrhoea and effects of different water sources, sanitation and

hygiene behaviour in East Africa. Trop Med Int Health. 2002;7(9):750–6.

31. Vu Nguyen T, Le Van P, Le Huy C, Nguyen Gia K, Weintraub A. Etiology

and epidemiology of diarrhea in children in Hanoi, Vietnam. Int J Infect

Dis. 2006;10(4):298–308.

32. Carrel M, Escamilla V, Messina J, Giebultowicz S, Winston J, Yunus M, et

al. Diarrheal disease risk in rural Bangladesh decreases as tubewell density

increases: a zero-inflated and geographically weighted analysis. Int J Health

Geogr. 2011;10(1):41.

33. Kemenkes RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 492 /

MENKES / PER / IV / 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

2010;(492):1.

34. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan no 736 Tahun

2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Kualitas Air Minum; 2010.

35. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2014;(2):1.

36. Departemen Kesehatan RI. Seri Perilaku Hidup bersih dan Sehat di Rumah

Tangga: Menggunakan Jamban Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan; 2009. h. 1-10.

37. WSP-EAP. Informasi Pilihan Jamban Sehat: Water and Sanitation Program

East Asia and The Pacific. Jakarta: World bank Office; 2009. h. 1-38.

38. Pebriani IL. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Jamban

Keluarga Dalam Program Pamsimas di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

Tinggi Lima Puluh Kota [skripsi]. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas; 2013. h. 1-67.

39. Nugraheni D. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal

Hygiene dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota

Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012. h. 1-56.

40. Swarjana IK. Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis

Pembuatan Proposal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2012. h. 42.

41. Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah pengantar. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. h. 49.

42. Danim S. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2003. h. 12-17.

43. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. h. 15-25.

44. Oktavia N. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Edisi 1. Yogyakarta:

Deepublish; 2015. h. 28-29.

Page 76: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

60

45. Dahlan MS. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Salemba Medika; 2013. h. 41.

46. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta; 2012. h. 35-40.

47. Sujarweni VW. Statistika untuk Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Gava

Media; 2015. h. 12-15.

48. Aprillia BA. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan

pada Anak Sekolah Dasar [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro;

2011. h. 1-29.

49. Putra AE. Gambaran Kebiasaan Jajan di Sekolah Studi di Sekolah Dasar Hj.

Isriati Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2009. h. 1-

20.

50. Suci EST. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.

Psikobuana. 2009;1(1):29-38.

51. Dewayani N, Sukihananto. Perilaku Anak Sekolah Dalam Pemilihan

Jajanan Sekolah Tidak Dipengaruhi oleh Pengetahuan Ibu Tentang

Pedoman Umum Gizi Seimbang [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia;

2013. h. 1-11.

52. Desiyanto FA, Djannah SN. Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan

Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah

Angka Kuman. Kesehatan Masyarakat. September 2013;7(2):55-112.

53. Saptiningsih M, Wijaya YM. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Sekolah Dasar Negeri 03 Kertajaya

Padalarang; 2014. h. 1-9.

54. Feryasari, I. Pemeliharaan Sanitasi di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan

Jetis Kabupaten Bantul [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta; 2015. h. 1-109.

55. Listiyorini, W. Hubungan Antara Kebiasaan Mencuci Tangan Anak Pra

Sekolah dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pajang

Surakarta [naskah publikasi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta; 2012. h. 1-10.

Page 77: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

61

Lampiran 1

Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Validasi

Page 78: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

62

Lampiran 2

Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian

Page 79: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

63

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kepada adik-adik di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, saya ucapkan

terimakasih banyak atas waktu yang sudah diluangkan untuk membantu penelitian

saya.

Perkenalkan saya Nadia Atika, mahasiswi semester 5 Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, Jurusan Pendidikan Dokter Angkatan 2013. Saat

ini saya melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Risiko yang

Menyebabkan Kejadian Diare Pada Anak kelas 4, 5, dan 6 Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan” untuk menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran.

Oleh karena itu saya harap adik-adik bersedia untuk membantu saya, dengan

mengisi kuesioner ini dengan jujur. Kurang lebihnya saya mohon maaf.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Responden Peneliti

.................................... Nadia Atika

Page 80: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34221/1/NADIA... · Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

64

Lampiran 4

Riwayat Hidup

Nama : Nadia Atika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 2 November 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pinus barat VI blok B II No. 24 Pamulang

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. TK Islam Terpadu Siti Hajar Medan (1999-2001)

2. SD Islam Terpadu Al-Hijrah Medan (2001-2004)

3. SD Islam Terpadu Insan Cendekia (2004-2007)

4. SMP Islam Nurul Fikri Boarding School (2007-2010)

5. MAN 2 Model Pekanbaru (2010-2013)

6. Program Studi Pendidikan Dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)

Pengalaman Organisasi

1. Ketua divisi keputrian Organisasi Intra Sekolah SMPI Nurul Fikri Boarding

School 2008-2009

2. Anggota Praja Muda Karana MAN 2 Model Pekanbaru 2010-2012

3. Anggota Centre for Indonesian Medical Students Activities UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2014-2015