Upload
voltvoltics
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
presus
Citation preview
PORTOFOLIO
Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) Positif
OLEH :
Dr. Only Pricilia
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS SWADANA KOTABUMI II
KOTABUMI LAMPUNG UTARA
PERIODE 7 OKTOBER 2014 – 7 FEBRUARI 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala pimpinan-Nya
serta berkat limpahan Rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan portofolio dengan judul
”Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) Positif” dengan baik. Penulisan portofolio ini
penulis laksanakan dalam rangka pelaporan tinjauan kasus di puskesmas kotabumi II.
Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak berjasa dalam memberikan bantuan baik ilmu, pengalaman dan pelajaran, teristimewa kepada :
1. Kepala Puskesmas Kotabumi II sekaligus pendamping intership, dr. Yoane Lisa, DK
2. Para dokter di Puskesmas Kotabumi II, dr.Shinta Amelia, dr.Dewi Anggraini, dan drg. Noor Afia
3. Para staf pegawai Puskesmas Kotabumi II
4. Teman-teman sejawat dokter Intership
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, dan memiliki kelemahan dan
keterbatasan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini, dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan Rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
Kotabumi, Desember 2014
Penulis
FORMAT PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Only Pricilia
Nama Wahana : Puskesmas Swadana Kotabumi II Lampung Utara
Topik : Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) Positif
Tanggal (kasus) : 25 November 2014 Presenter : dr. Only Pricilia
Tanggal Presentasi :
Desember 2014
Pendamping :
dr. Yoane Lisa, DK
Tempat presentasi : Puskesmas Swadana Kotabumi II Lampung Utara
Obyektif presentasi:
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi Anak □ Remaja Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Seorang laki-laki, usia 57 tahun, dengan keluhan batuk berdahak ± 1,5 bulan, disertai riwayat batuk
berdarah, demam, berat badan menurun tetapi nafsu makan masih sama seperti biasanya
□ Tujuan :
Dapat mengetahui penyebab tuberkulosis paru, dapat mengetahui transmisi penyakit tuberkulosis
paru, dapat menentukan penatalaksanaan penyakit tuberkulosis paru, dan mengetahui cara pencegahan
penyakit tuberkulosis paru.
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos
Data pasien : Nama : Tn.B Umur : 57 Tahun
Tanggal lahir : 6 Agustus 1955
No. Reg : A2.55 Alamat : jl.Raden Intan no.41
Bernah, Kota Alam
Tanggal berobat : 18 Agustus
2014
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis :
Batuk berdahak ±1,5 bulan, riwayat batuk berdarah, deman, berat badan menurun namun nafsu
makan seperti biasanya.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum menerima pengobatan apapun
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak ada riwayat alergi makanan atau obat. Pasien telah mendapatkan imunisasi BCG
(dilihat dari jaringan parut pada bagian lengan atas kanan)
4. Riwayat keluarga/masyarakat :
Tidak ada keluarga atau tetangga yang mengalami sakit seperti pasien
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai wiraswasta
6. Riwayat Lingkungan Rumah :
Setelah dikunjungi, rumah pasien di Kota Alam, berukuran ± 7 x 12 m2, dengan halaman depan
yang luas dan ada warung kecil yang digunakan pasien untuk berjualan. Ketika masuk ke dalam
rumah pasien, lantai terbuat dari keramik, tertata rapi, terdapat 2 ruang tamu di bagian depan, 1
ruang TV di bagian tengah, dan disamping kanan terdapat 3 kamar tidur. Ventilasi setiap ruangan
kurang baik dan banyak debu yang menempel. Pada bagian ventilasi dipasangi kawat saringan
yang terlihat jarang dibersihkan. Jendela pada rumah pasien jarang dibuka sehingga pertukaran
udara kurang baik dan sebagian jendela tertutup oleh gorden. Penerangan dalam rumah pun kurang
baik karena sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah. Pada bagian atap rumah tertutup
genteng dan plafon. Sedangkan, pada bagian belakang rumah, terdapat 1 ruang makan yang
bergabung dengan dapur. Di dapur, alat-alat makan diletakkan rapi dan bersih di rak piring. Air
untuk minum menggunakan galon isi ulang, makanan ditutup dengan tutup saji. Dan menu
makanan cukup bervariasi. Di halaman belakang, terdapat sumur dan kamar mandi. Sumur
menggunakan penutup, penggunaan air sumur melalui pompa air. Kamar mandi digunakan untuk
mandi, MCK, dan mencuci pakaian. Terdapat jamban dengan saluran pembuangannya ke dalam
tanah yang dicor, dengan jarak >10 m. Pasien merupakan masyarakat dari kalangan ekonomi
menengah.
Daftar Pustaka:
1. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
volume 5 edisi 1. Tahun 2007.
2. Kanwil Depkes Propinsi DKI Jakarta. Pelatihan Program Pemberantasan Penyakit
Tuberkulosis Tingkat Puskesmas- Modul 1. Tahun 1999 / 2002.
3. Depkes RI. Pedoman kerja puskesmas jilid III tahun 1991-1992 hal G-28.
4. Departemen Kesehatan RI. 2008 . Modul IV Pengobatan Pasien TB di UPK. Pelatihan
Penanggulangan TB Bagi Pengelola Program TB.
5. Departemen Kesehatan RI. 2008 . Modul VI Pemantauan dan Evaluasi Penerapan Strategi
DOTS di UPK. Penanggulangan TB Bagi Pengelola Program TB.
6. W.Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K.M dan Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam (Tuberkulosis paru). Pusat Penerbitan IPD Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007; Edisi IV(Jilid I).h.(988-993)
7. Mansjoer A,Triyanti K,Savitri S,Ika Wardhani W,Setiowulan W.Tuberkulosis paru.Kapita
Selekta Kedokteran.ed 3.Jakarta;2008.h.472-47
Hasil pembelajaran:
1. Dapat mengetahui penyebab tuberkulosis paru
2. Dapat mengetahui transmisi penyakit tuberkulosis paru
3. Dapat menentukan penatalaksanaan penyakit tuberkulosis paru
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit tuberkulosis paru
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
a) Subjektif
Pasien datang dengan keluhan demam dan batuk berdahak selama ±1,5 bulan yang tak kunjung
sembuh. Dahak berwarna putih dan tidak bertambah banyak. Namun, pasien mengatakan pernah
mengalami batuk dengan dahak berwarna merah sebelumnya. Pasien juga mengeluh berat badannya
menurun namun nafsu makan masih seperti biasanya. Riwayat keringat dingin saat malam hari
disangkal oleh pasien. Pasien mengaku baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Menurut
pengakuan pasien, tidak ada riwayat keluarga yang pernah menjalani pengobatan rutin selama 6 bulan
dan saat ini pun tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien. Riwayat alergi makanan
dan obat di sangkal oleh pasien.
b) Objektif
Berat badan sebelum sakit : 57 kg
Berat badan sekarang : 54 kg
Tinggi badan : 160 cm
Status Gizi : 21,2 kg/m2 (normal)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit, teratur, isi cukup.
RR : 22 x/menit, teratur
Suhu : 36,7 0C (axilla)
Mata : Conjunctiva anemis -/-
Hidung : Mukosa hiperemis -/-, sekret -/-, napas cuping hidung -/-
Mulut : Mukosa bibir basah, lidah tidak kotor dan tidak tremor, faring tidak
hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Thoraks
Inspeksi : Normochest, simetris, tidak ada retraksi, pada thoraks posterior tidak
ditemukan adanya gibbus
Palpasi : nyeri tekan -/-,tulang costae dan sternum dalam keadaan baik
Paru
Inspeksi : Pernapasan abdominalthoracal, simetris kiri dan kanan saat simetris dan
dinamis
Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Palpasi : fremitus taktil simetris pada kedua lapang paru baik depan maupun
belakang
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra intercosta v
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Abdomen : datar, BU +/normal, supel, nyeri tekan tidak ada, turgor kembali cepat
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik
c) Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang bersifat menahun, disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa. Sebahagian besar penyakit ini menyerang paru-paru. Di Indonesia,
penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru
diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga
didunia dalam masalah penyakit TB. 1,2 Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang/basil
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. TB disebut juga Koch
Pulmonum (KP).
Pola transmisinya dipengaruhi lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah
perkotaan biasanya lebih mempermudah proses penularan. Proses terjadinya infeksi oleh
M.tuberkulosis biasanya secara inhalasi ,sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis paling
sering dibandingkan dengan organ lainnya. Penularan sebahagian besar oleh inhalasi basil yang
mengandungi droplet nuklei. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama 1-2 jam tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, kelembapan,ventilasi yang baik.
Risiko penularan setiap tahun diukur dari angka Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI). Untuk
angka ARTI yang besarnya 1 % bererti untuk setiap tahunnya diantara 100 penduduk, 10 orang akan
terinfeksi. Dari penduduk yang terinfeksi tersebut 10% akan menjadi penderita TB.3
Tempat implantasi yang paling sering adalah pada permukaan alveolar dari parenkim paru pada
bagian bawah lobus. Penyakit dapat menyebar ke sistem peredaran darah dan saluran limfe. Daya
penularan ditentukan banyakknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Masuknya Mycobacterium
tuberculosis ke dalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, terjadi pertumbuhan koloni
bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru
berusaha menghambat bakteri TB ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut.
Akibatnya bakteri TB tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel
pada pemeriksaan X-ray atau foto rontgen.1-5
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memiliki sistem kekebelan tubuh rendah atau
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang
inilah yang menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya
memproduksi sputum dan didapati Mycobacterium tuberculosis disebut sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TB. 4-7 Keluhan dapat bermacam-macam dan bisa juga
tanpa keluhan. Keluhan yang terbanyak termasuklah demam, biasanya subfebril menyerupai demam
influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41⁰C. Serangan pertama dapat
sembuh sebentar kemudian timbul kembali. Gejala batuk/batuk berdarah juga banyak
ditemukan .Batuk terjadi kerana adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
dan setelah timbul peradangan menjadi produktif dan batuk berdarah apabila sudah ada pembuluh
darah yang pecah. Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bahagian dari paru-paru. Nyeri dada timbul bila ada pleuritis. Gejala malaise yang
ditemukan sering berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dan sebagainya. TB paru lebih cepat mengganas pada bayi dan anak kecil kerana mereka
tidak dapat mengeluarkan dahak. Berkembangnya penyakit TB di Indonesia ini tidak lain berkaitan
dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. 3,5
Pengobatan Penyakit TBC saat ini digunakan paket OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang
digunakan oleh satu pasien TB sampai selesai masa pengobatannya yaitu sejak pengobatan tahap
intensif/awal sampai tahap lanjutan. Paket OAT kategori 1 terdiri atas 2 bagian, yaitu :
Pengobatan tahap intensif/awal, berisi kaplet RHZE (rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pirazinamid 400 mg, dan etambutol 275 mg) untuk digunakan selama 2 bulan
Pengobatan tahap lanjutan, berisi tablet RH (rifampisin 150 mg, dan isoniazid 150 mg) untuk
digunakan selama 4 bulan
Berat badan pasien TB
30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg
2 tablet 3 tablet 4 tablet 5 tablet
Untuk pasien kurang dari 30 kg, digunakan dosis anak sebagai acuan
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu :5
Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh menanggulangi TBC.
Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis
Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara langsung oleh
PMO (Pengawas Menelan Obat)
Tersedianya paduan obat anti-TBC jangka pendek secara konsisten.
Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TBC sesuai standar.
Pengobatan untuk penderita suspek TB dengan pemeriksaan sputum SPS pertama egatif,
diberikan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan
kuinolon. Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus. Menurut Dep.Kes (2003)
komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut: 1) Hemoptisis berat
(perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik
atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3) Bronkiectasis dan
fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru. 5)
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6)
Insufisiensi Kardio Pulmoner.6,7 Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
50% meninggal
25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
d) Plan
Diagnosis :
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan mikroskopik kuman
TB (Basil Tahan Asam/BTA) dari spesimen sputum didapatkan hasi S (++) P(++) S(++). Maka
diagnosis pasien ini adalah tuberculosis paru dengan BTA + (ICD 10 : A15)
Pengobatan :
Pada pasien ini pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) kategori 1. Saat ini digunakan
pengobatan secara internasional yaitu penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Pada pasien
ini pengobatan yang diberikan untuk pengobatan tahap intensif/awal yaitu KDT yang berisi
RHZE (Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg).
berdasarkan berat badan pasien (54 kg), maka dibutuhkan rifampisin 540mg, isoniazid 270 mg,
pirazinamid 810 mg dan etambutol 810 mg. atau setara dengan 4 tablet KDT intensif, dan
diberikan selama 2 bulan diminum setiap hari.
Pendidikan
Dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien untuk membantu proses penyembuhan dan
pencegahan tuberculosis paru.
Vaksinasi BCG pada bayi usia 1 bulan
Melakukan pemeriksaan screening pada semua angota keluarga
Membersihkan ventilasi minimal seminggu 2 kali
Membuka jendela pada pagi hingga sore hari untuk pertukaran udara dan penyinaran
sinar matahari yang baik
Saat batuk tutup mulut dengan sarung tangan atau kain sekali pakai (tissue) atau dengan
tangan
Membuang dahak tidak disembarangan tempat (buang pada bagian kloset lalu disiram
dengan air, jika membuang dahak di tanah sebelumnya di buat lubang dulu kemudian
ditimbun dengan tanah)
Menggunakan masker atau penutup mulut minimal selama pengobatan fase intensif
Rutin mengkonsumsi obat yang telah diberikan dan tidak ada hari yang terlewat
Makan makanan tinggi kalori tinggi protein
Bila ada gejala-gejala TBC segera ke puskesmas/RS agar dapat diketahui secara dini
Konsultasi
Konsultasi ke bagian sanitasi
Rujukan
Bawa ke dokter / tenaga kesehatan bila terdapat tanda-tanda atau masalah lainnya seperti :
Batuk berdarah yang masif atau banyak
Kejang
Kaku kuduk
Sesak nafas
Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura
Gibbus, koksitis