Upload
qoyumiahqoyumiah
View
221
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skizofrenia
Citation preview
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Januari 1975
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Palmeriam GG. V/37 RT 16/08 Matraman Jaktim
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan Terakhir : Sarjana Teknik
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal masuk RS : 2 Februari 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis : 24 Februari 2015
Autoanamnesis : 24 Februari 2015
A. Keluhan Utama
Pasien sering marah-marah sejak 3 hari SMRS.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesis
Sejak 3 hari SMRS pasien mengamuk dan membanting piring serta
memukul orang tua pasien. Pasien selalu mengamuk apabila permintaan os
tidak dipenuhi orang tua. Permintaan os macam – macam, mulai dari os minta
menikah, pekerjaan hingga os meminta uang. Pasien juga sempat ingin
menggadaikan sertifikat rumah untuk dibelikan mobil. Pasien juga sering
meminta uang tetangga dan marah dan menendang nendang serta merusak
kaca rumah tetanngga apabila permintaan os tidak dituruti. Menurut Pasien,
orang tua pasien merupakan orang tua yang mampu yang dapat membeli
1
segalanya. Sehingga pasien merasa semua permintaannya harus dipenuhi.
Biasanya perilaku os seperti ini jika pasien tidak minum obat. Jika pasien
minum obat perilaku pasien lebih mendingan, seperti bila pasien meminta
uang 50 ribu tetapi ayahnya hanya memberi 20 ribu, pasien tidak akan protes
dan marah.
Orang tua pasien sering mengamati bahwa pasien sering tertawa sendiri
dan berbicara sendiri. Bila ditanya berbicara dengan siapa pasien tidak
menjawab.
5 hari smrs pasien juga sering uring – uringan mondar mandir. Pasien
merasa ada orang yang datang ke rumahnya dan pasien tidak senang dengan
kedatangannya. Pasien menyuruh ayah pasien untuk mengusir orang tersebut
dan menutup pintu. Orang tua mengaku tidak ada orang yang datang.
Orang tua pasien sudah merawat pasien selama kurang lebih 25 tahun.
Awalnya pasien sadar ia sakit dan pasien patuh minum obat dapat bekerja dan
menyelesaikan kuliah. Semakin kesini ketika pasien sudah tidak bekerja dan
hanya di rumah pasien makin sering malas minum obat dan marah marah.
Setelah tidak bekerja pasien hanya dikamar bermain laptop dan mengetik.
Hubungan pasien dengan orang tua dan kakak adiknya cukup baik.
Adakalanya pasien menelepon kakak adiknya untuk menanyakan kabar
mereka.
Autoanamnesis
Pasien mengaku datang atas keinginan sendiri dan tujuan datang kemari
adalah untuk beristirahat dan menenangkan diri. Pasien menyangkal bahwa
pasien marah – marah, memecahkan piring dan menendang – nendang pintu.
Pasien mengaku tidak minum obat karena obatnya tidak ada dan pasien
merasa tidak bisa tidur selama tiga malam. Pasien merasa pasien belum punya
penghasilan yang cukup. Untuk mendapatkan penghasilan yang cukup pasien
merasa harus cepat menyelesaikan S-2 dan segera bekerja.
2
Pasien merasa ada pihak lain yang iri terhadap keberhasilan keluarga
pasien. Sehingga, pihak tersebut berusaha menekan dan menyingkirkan pasien
dan membuat hidup pasien terhambat.
Pasien merupakan seorang kolonel TNI AU lulusan AAU. Pasien
mengaku sedang ada proyek pengadaan senjata yang bekerjasama dengan TNI
dan Polri. Pasien sedang membuat senjata rudal yang berisi virus H5N1.
Ketika ditanya dimana senjatanya pasien mengaku sedang
menyembunyikannya dan akan memperlihatkannya jika sudah jadi.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah mengalami gangguan jiwa sejak 1993. Pasien
didiagnosis Skizofrenia. Pasien tahu bahwa dirinya sedang sakit dan harus
minum obat rutin.
Orang tua pasien mengaku pasien rutin kontrol dan patuh meminum
obat. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan S1 dan bekerja.
4 tahun SMRS ketika pasien sudah tidak bekerja pasien mulai tidak
patuh minum obat dan mulai bolak balik dirawat di paviliun Amino.
2. Riwayat Medik Umum
Orang tua pasien mengaku saat STM os pernah dikeroyok dan
menyebabkan os kejang dan koma dan dirawat di ICU. Pasien mengaku
memiliki riwayat sakit liver sejak tahun 2002 dan diberikan obat curcuma.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Saat STM pasien pernah menghisap 20 linting ganja dan pasien
merasa badannya enteng.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal. Pasien merupakan
anak ketiga. Saat bayi pasien dirawat oleh ayah dan ibunya.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
3
Menurut ayah pasien, tumbuh kembang pasien sama dengan anak
sebayanya, imunisasi lengka.
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Menurut Ayah pasien, pasien merupakan anak yang berprestasi, rajin dan
pintar. Pasien selalu mendapatkan ranking 5 besar disekolahnya. Karena
itu orang tua tidak terlalu memperhatikan pasien karena dianggap bisa.
Pasien tidak dimanja.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien merupakan anak yang
berprestasi. Pasien mendapatkan beasiswa di Sekolah Teknik Mesin Budi
Oetomo. Menurut orang tua pasien, pasien sering bermain bola. Pasien
tidak ikut serta dalam organisasi. Saat SMA pasien sering mendapatkan
beasiswa. Pasien juga pacaran saat SMA tetapi tidak serius. Pasien
merupakan orang yang penurut, bila dinasehati dan mudah bergaul. Pasien
memiliki cita- cita untuk kuliah dan bekerja. Pasien tidak mau menjadi
tentara seperti ayahnya karena untuk masuk tentara menggunakan cara
yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran pasien.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien merupakan lulusan STM 1 Boedi Utomo Jakarta. Lalu
melanjutkan kuliah Teknik Mesin di Sekolah Teknik Mesin Budi
Oetomo. .
b. Riwayat Pekerjaan
Saat kuliah tahun 1997 pasien pernah bekerjadi TMII sebagai front
officer. Pasien bekerja selama setahun dan pasien keluar akibat pasien
merasa pekerjaannya mengganggu kuliahnya. Pasien pernah bekerja di
Bank Lippo, ABN Amro, Intisurya, dan Krakatau Steel. Pasien
mengaku sering pindah akibat pasien tidak betah bekerja. Pekerjaan
terakhir pasien 4 tahun SMRS sebagai Mechanical Engineer di PT.
Krakatau Steel Cirebon.
4
e. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali pada tahun 2004 dan pasien belum dikaruniai
anak. Pasien ditinggal oleh istrinya pada tahun 2008.
f. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama islam dan semenjak pasien sakit, pasien sudah jarang
shalat.
g. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual heteroseksual. Pasien mengaku
pernah berpacaran 1 kali dengan perawat ketika pasien bekerja di
bagian ICU. Pada saat itu ayah pasien setuju dan merestui pasien
untuk menikah akan tetapi ketika pasien ingin melamar, pihak
keluarga perempuan menolak pasien. Hal tersebut membuat pasien
sangat sedih. Semenjak saat itu, pasien mulai terlihat sering merenung,
berdiam diri dikamar dan tidak bisa tidur. Pasien kemudian dijodohkan
dengan istrinya yang sempat dinikahinya.
h. Aktivitas Sosial
Menurut ayah pasien, dahulu pasien mudah bergaul dengan
lingkungannya. Saat ini, pasien mudah marah terhadap keluarga dan
tetangganya apabila permintaannya tidak dipenuhi.
i. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun
berurusan dengan pihak berwajib.
j. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Ayah pasien
merupakan mantan anggota AURI akan tetapi sudah pensiun dan
sekarang menganggur. Ibu pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga. Pasien memiliki satu orang adik laki-laki dan empat orang adik
perempuan. Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki
gangguan jiwa.
5
k. Situasi Kehidupan Sekarang
Sekarang pasien tinggal di Komplek AU Dwikora no 47, Cibinong
dengan kedua orang tuanya. Adik-adik pasien sudah berkeluarga dan
tinggal terpisah dari orang tuanya.
l. Persepsi
i. Pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien menganggap bahwa dirinya adalah ilmuwan yang bisa
menciptakan banyak alat teknologi dari bahan apapun termasuk
rumput.
ii. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Ayah pasien menggambarkan pasien sebagai anak yang cerdas,
pendiam dan tertutup.
iii. Mimpi, fantasi dan nilai-nilai
6
Pasien mengaku pernah bermimpi ikut perang dan tertembak di
bagian perutnya hingga saat terbangun terdapat darah yang berceceran
di tempat tidur. Pasien memiliki keinginan membuat robot yang bisa
terbang untuk membantu pesta barbeque yang akan diadakan pasien di
Paviliun Amino. Pasien juga ingin membuat roket dari rumput dan
membuat berbagai macam softwere dengan energi foton. Pasien
memiliki prinsip “everything can make everything from everything”.
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 20 Februari 2015
a. Deskripsi Umum :
i. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 47 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia, kulit berwarna sawo matang, berambut hitam, pendek
beruban. Pada saat wawancara pasien menggunakan kaos berkerah
berwarna abu-abu kotak-kotak dan celana pendek dan menggunakan
sandal jepit. Perawatan diri cukup baik.
ii. Perilaku dan akitivitas psikomotor
Secara umum perilaku pasien aktif dan suka berbicara. Selama wawancara
pasien duduk tenang di kursi didalam bangsal amino. Kontak mata dengan
pemeriksa baik. Komunikasi antara pasien dengan pasien lain berjalan
baik.
iii. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa walaupun terkadang cerita pasien cenderung
melompat-lompat dengan tema lain yang tidak berhubungan dengan
sebelumnya.
b. Mood dan Afek
i. Mood : Eutim
7
ii. Afek : Luas
iii.Keserasian : Serasi
c. Pembicaraan
Pasien mampu berbicara dengan lancar, volume sedang, artikulasi jelas,
intonasi cukup dan irama teratur. Pasien dapat menjawab pertanyaan akan tetapi
jawaban pasien terkadang tidak masuk akal dan melompat-lompat.
d. Gangguan Persepsi
Gangguan Persepsi Ada / tidak
Halusinasi Visual AdaHalusinasi Auditorik AdaHalusinasi Olfaktorik Tidak adaHalusinasi Gustatorik Tidak adaHalusinasi Taktil AdaIlusi Tidak ada
e. Pikiran
i. Bentuk pikiran : Non-Realistik
ii. Isi pikiran
1). Ditemukan waham bizzare : pasien yakin dapat membuat robot, membuat
roket dari rumput dan dapat dibuat hanya dengan menuliskan rumus-
rumus dalam kertas.
2). Ditemukan waham kebesaran : Pasien yakin bahwa dirinya bisa
menciptakan alat-alat teknologi yang terbuat dari rumput
iii. Proses Pikir : Dereisme
iv. Bentuk Pikir : Asosiasi Longgar
f. Sensorium dan kognitif
i. Taraf kesadaran dan kesiagaan
8
1). Kesadaran : compos mentis
2). Kualitas : baik
3). Respon buka mata : spontan membuka mata
4). Respon motorik : mengikuti perintah
5). Respon verbal : berorientasi dengan baik
ii. Orientasi
1). Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan
malam pasien juga dapat mengetahui tanggal, hari, dan jam
2). Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RSPAD
Gatot Soebroto
3). Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa, koas,
perawat, teman-teman sebangsalnya dan anggota keluarganya.
iii.Daya ingat
1). Jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir, dimana
pasien bersekolah, nama-nama anggota keluarganya
2). Jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat aktivitas yang dilakukan
dalam seminggu terakhir dan mampu mengingat
siapa nama dokter muda yang ngobrol dengan
pasien.
3). Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi
sebelum wawancara.
4). Jangka Segera : Baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa dengan baik dan berurutan
iv. Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan
penjumlahan dan pengurangan.
v. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat menulis nama dan alamatnya sendiri serta dapat
membaca ulang tulisannya sendiri dengan baik.
vi. Kemampuan visuospasial
9
Pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum
panjang dan jarum pendek dengan baik.
vii. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan peribahasa sederhana yang diberikan
oleh pemeriksa “Besar pasak daripada tiang”.
viii. Intelegenesia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan
nama presiden pertama RI.
g. Pengendalian impuls
Pengendalian impuls pasien baik, pasien dapat mengendalikan diri
dengan berperilaku baik dan sopan.
h. Daya nilai dan tilikan
i. Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh
penghuni Paviliun Amino
ii. Penilaian Realita
Penilaian realita terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan
antara hal yang nyata dan tidak nyata.
iii. Tilikan
Derajat 1 pasien menyangkal sedang sakit, pasien mengaku di bawa ke
RSPAD karena tidak mau membocorkan pasword software
iv. Reliabilitas
Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun
autoanamnesis.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
Keadaan umum : baik
10
Kesadaran : kompos mentis
Status gizi : BB = 60 kg, TB = 155cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : afebris
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ditemukan kelainan
THT : sekret (-), palpasi pada daerah sinus maksilaris tidak
dirasakan nyeri
Mulut : stomatitis (-), gigi rapi, terlihat agak kekuningan
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB dan pembesaran tiroid.
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-), whezzing (-)
Jantung : BJ 1- BJII reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Cembung, supel, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, tidak ada edema
Kulit : dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS : 15
Tanda Rangsangan Meningeal : negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : tidak ditemukan
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : dalam batas normal
V.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 40 tahun, tidak bekerja dengan status lajang.
Pemeriksaan dilakukan di Bangsal Paviliun Amino RSPAD Gatot Subroto pada
11
tanggal 24 Februari 2015. Pasien dirawat pada tanggal 2 Februari 2015 dengan
keluhan utama mengamuk jika permintaannya tidak dikabulkan. Berdasarkan
alloanamnesis pasien sering terlihat tertawa sendiri dan berbicara sendiri. Pasien juga
menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit keturunan sehingga pasien melihat
orang tuanya tidak sakit jiwa dan menganggap dirinya tidak sakit jiwa. Sehingga
pasien mulai tidak rutin minum obat.
Pasien menyadari dirinya memilii gangguan jiwa skizofrenia sejak 1993 dan harus
meminum obat setiap hari. Pasien rutin minum obat dan pasien dapat menyelesaikan
kuliah dan bekerja. Sampai 4 tahun smrs tidak bekerja pasien mulai tidak patuh
minum obat dan sering dirawat di paviliun amino akibat tidak patuh minum obat.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 24 Februari 2015 ditemukan waham bizzare,
kejar dan grandiose. Proses pikir dereisme dan bentuk pikir sirkumtansial. Artikulasi
bicara pasien terganggu Hasil RTA didapatkan terganggu.
VII.FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu
gangguan jiwa.(1)
Anamnesis, riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan
disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya,
gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak
didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala
penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan
adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-19).
12
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual.
Gangguan isi pikir yaitu waham bizzare, waham kebesaran. Gejala tersebut
dialami pasien selama kurang lebih dari 19 tahun, sehingga dapat digolongkan
kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20). Dalam kurun waktu
tersebut pasien telah mengalami sekitar sepuluh kali episode yang tidak ada akhir
yang jelas di masa lalu dengan gejala-gejala yang kurang lebih hampir sama.
Maka dari itu, berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah
Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.0).(1-2)
Aksis II
Tidak ditemukan kelainan.(1)
Aksis III
Suspek Sirosis Hepar
Aksis IV
Pada aksis IV ditemukan adanya masalah yang berkaitan dengan
Psikoseksual dan Masalah Pekerjaan dan Masalah interaksi dengan sosial. s
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assessment Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF
tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) didapatkan jika 60-51 yakni beberapa
gejala ringan, menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik. Untuk
saat ini 70-61 dengan gejala sedang (moderete), disabilitas sedang.(1)
VII EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00)
Aksis II : Belum dapat didiagnosis, diduga ciri kepribadian Skizoid
Aksis III : Belum ditemukan diagnosis
Aksis IV : Masalah dalam keluarga
Aksis V : GAF saat ini 60-51, HLYP 70-61
13
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Diagnosis Banding : - F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
- F00-F09 Gangguan Mental Organik
- F10-F19 Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif
IX. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan
B. Psikologik
i. Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik dan visual dan halusinasi
taktil
ii. Proses pikir : Flight of Ideas, Dereisme
iii. Isi pikir : Waham bizzare dan waham kebesaran
iv. Bentuk pikir : Asosiasi longgar
v. RTA : Terganggu
vi. Tilikan : Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Lingkungan keluarga, riwayat kehidupan berkeluarga di masa lalu dan
lingkungan pekerjaan mempengaruhi keadaan psikologis pasien
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
14
XI. RENCANA TERAPI
a. Farmakologi
1). Aripiprazole 1x10 mg
2). Clozapine 1x100 mg
b. Non-Farmakologi
Terhadap pasien:
Psikoterapi suportif:
1). Memberikan penjelasaan pada pasien yang bersifat komunikatif, edukatif
dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat menjaga
kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan juga
menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang dideritanya
disadari oleh faktor psikologis
2). Mengembalikan pasien pada fungsi optimal terutama dalam kehidupan
sosioekonomi, minimal pasien bisa menjalani aktivitas sehari-hari dan
merawat kebersihan diri dengan baik.
Kepada keluarga
1). Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif
mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang
memberatkan. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan
pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
2). Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol
minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk memantau
perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan yang didapat
pasien.
XII. DISKUSI
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
15
21
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.(3)
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :
a. Isi Pikiran
1) ”thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
2) ”thought insertion or withdrawl” = isi pikiran yang asing dari luar
masukke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
3) ”thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) ”delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
2) ”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
3) ”delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
4) “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
16
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, mislanya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
c. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
d. Gejala gejala ”negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
response emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam
diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial.(1)
Skizofrenia diklasifikasikan menjadi 5 yaitu katatonik, hebefrenik, residual,
paranoid, dan yang tak terdefinisi. Skizofrenia paranoid sendiri merupakan salah satu
17
sub tipe dari Skizofrenia. Kriteria diagnosis untuk Skizofrenia paranoid menerut
PPDGJ III :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Sebagai tambahan:
1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam,
adalah yang paling khas
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif nyata/ tidak menonjol.
Untuk pengobatan psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini
adalah pemberian Aripiprazole dan Clozapine. Kedua obat tersebut termasuk kedalam
obat antipsikotik golongan atipikal. Mekanisme kerja obat golongan atipikal adalah
dengan memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khusunya
di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif.
Obat ini juga efektif untuk gejala negatif dengan berafinitas juga terhadap reseptor
serotonin (5HT2). Efek sampingnya dapat berupa sedasi, gangguan otonomik
(hipotensi, mulut kering), gangguan ekstrapiramidal (Parkinson-like Syndrome yaitu
tremor dan rigiditas). Namun, efek samping antipsikotik atipikal lebih minimal dari
antipsikotik tipikal.(2)
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III dan DSM V),
Cetakan kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2. Maslim, Rusdi. (2007). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik,
edisi ketiga. : Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
3. Sadock BJ, Sadock VA. (2013). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC,
4. Agus, Dharmady. Psikopatologi. (2003). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Perilaku Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
19