54
INTRODUCTION TO LOGIC Copi M. Irving Chapter: 11, 12, 13 TUGAS MKU METODOLOGI PENELITIAN

Presentasi kelompok 2 induction

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1. INTRODUCTION TO LOGIC Copi M. Irving Chapter: 11, 12, 13 TUGAS MKU METODOLOGI PENELITIAN

2. Topic Chapter 11: Analogy and Probable Inference Chapter 12: Causal Connections; Mills methods of Experimental Inquiry Chapter 13: Science and Hypothesis 3. Analogy and Probable Inference 4. PENALARAN INDUKTIF Definisi Penalaran yang mendasarkan pada penyataan- pernyataan yang khusus untuk menghasilkan simpulan yang bersifat umum Hasil Kesimpulan Penalaran Induktif Dilihat dari sudut pandang Kuat atau Lemah bukan dari sahih atau tidaknya 5. Contoh Penalaran Induktif Indonesia mengandalkan minyak sebagai penggerak roda perekonomian utama Arab Saudi mengandalkan minyak sebagai penggerak roda perekonomian utama Venezuela mengandalkan minyak sebagai penggerak roda perekonomian utama Kesimpulan: Setiap negara mengandalkan minyak sebagai penggerak roda perekonomian utama 6. Jenis Penalaran Induksi Generalisasi Analogi Hubungan Akibat Sebab 7. Analogi analogi = kiasan Definisi suatu pengambilan kesimpulan berdasarkan persamaan principal (mendasar) yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Penilaian validitas analogi mendasarkan ketentuan- ketentuan sbb: 8. Validitas Analogi Jumlah entitas atau peristiwa sejenis yang dianalogikan Jumlah aspek yang sama yang menjadi dasar analogi Kesimpulan relatif berdasarkan peristiwa yang ada dalam analogi Disanalogi Mempertimbangkan ada tidaknya unsur yang berbeda dalam analogi Semakin banyak pertimbangan terhadap unsur-unsur yang berbeda semakin kuat keterpercayaannya terhadap analoginnya. Relevan atau tidaknya variabel yang dianalogikan 9. Contoh Analogi Amerika telah mengembangkan shale gas dan mengakibatkan harga gas turun drastis dan membuat negara tersebut berhasil mengurangi ketergantungannya terhadap pemanfaatan minyak. Dengan konsep analogi maka Indonesia, yang juga memiliki sumber daya shale gas, dapat meniru cara tersebut yaitu memanfaatkan shale gas untuk mengurangi krisis energi. 10. Jumlah Entitas atau Peristiwa Sejenis yang Dianalogikan Pekerjaan tukang laundry ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka saya atas dasar analogi akan mengatakan kepada teman semua teman saya untuk tidak mengantarkan pakaiannya pada tukang laundry yang sama. Analogi akan semakin kuat apabila beberapa teman saya yang lain baik si B juga mengalami hal yang sama atas pakaiannya yang di-laundry oleh tukang laundry yang sama, maka analogi saya semakin kuat. Apalagi jika si C, D, E, F, bahkan G juga mengalami hal yang sama analogi saya pasti semakin kuat 11. Jumlah Aspek yang Sama yang Menjadi Dasar Analogi Sepasang sepatu baru yang telah kita beli di sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja saya beli akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dahulu saya beli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini lebih kuat lagi jika diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya. 12. Disanalogi Kesimpulan yang akan kita ambil akan sangat ragu-ragu bahwa si A mengemudi mobilnya dengan kecepatan 25 km per jam, sementara itu si B mengemudi dengan kecepatan 80 km per jam. Ini merupakan disanalogi. Kesimpulannya sangat lemah dan argumen yang diberikan mereduksi kemungkinan dari kesimpulan. 13. Mempertimbangkan Ada Tidaknya Unsur yang Berbeda Dalam Analogi Joe adalah pendatang baru di universitas X akan menjadi serjana ulung karena beberapa lulusan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini akan menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan yang sebelumnya. A, B, C, D, E, memiliki latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SMA, daerah, agama, pekerjaan orang tua tetap merupakan sarjana yang ulung. 14. HUBUNGAN KAUSAL (Metode Mill, Penyelidikan Eksperimental) 15. HUBUNGAN KAUSAL (Metode Mill, Penyelidikan Eksperimental) Definisi Basis dalam berfikir induktif, dimana suatu fakta merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih sebab. Tidak ada satu kejadian tanpa dapat dijelaskan penyebabnya. Dasar dalam berfikir induktif, dimana suatu fakta merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih sebab. Tidak ada satu kejadian tanpa dapat dijelaskan penyebabnya. 16. Dua Bentuk PENYEBAB Kondisi yang perlu (Necessary Condition), yang harus selalu ada agar sebuah peristiwa terjadi. Kondisi yang perlu atau mutlak, pasti menimbulkan sebab. Contoh : Oksigen merupakan sebab adanya kebakaran. Tanpa adanya oksigen tidak mungkin kebakaran, tetapi ada oksigen kebakaran tidak harus terjadi. Kondisi yang memadai (Sufficient Condition), yang keberadaannya tetap diperlukan namun tidak harus ada. Kondisi yang memadai hanya dapat dikatakan tentu akan menimbulkan akibat. Contoh : Dua kondisi yang hadir secara sendiri-sendiri hanya sebagai kondisi yang memadai, namun jika terjadi secara bersama-sama dapat menjadi kondisi yang mutlak. 17. Metode MILL Definisi Satu metode klasik yang mendasari penarikan kesimpulan dalam logika induktif adalah yang dikembangkan oleh Jon Stuart Mill. 5 BentukMetode Mill: metode persamaan, metode perbedaan, metode gabungan, metode residu atau sisa, dan metode variasi. 18. Metode MILL Ini adalah metode penarikan kesimpulan induktif yang sangat dasar, dan menjadi basis berbagai metode ilmiah. Metode Mill gagal untuk memenuhi klaim kebenaran yang dibuatnya sendiri, dan kurang cukup untuk menarik kesimpulan bagi metode ilmiah. Dua prinsip penting dalam hubungan kausalitas, yaitu upaya untuk menyingkap (discovering) dan membuktikan atau menunjukkan (proving or demonstrating) penyebabnya, telah gagal dicapai dengan metode Mill ini. 19. Kegagalan dalam menyingkap penyebab Tidak bisa membedakan antara analisis yang tepat atau tidak (a proper and an improper analysis). Metode Kesamaan (Method of Agreement) Metode Perbedaan (Method of Difference) Metode Gabungan Persamaan dan Perbedaan (Joint Method of Agreement and Difference) Metode Residu (Method of Residues) Metode Variasi Keseiringan (Metode of Concomitant Variation) 20. Metode Kesamaan Beberapa penghuni sebuah asrama menderita sakit perut dan mual. Hendak diketahui peyebab sakit, maka setengah lusin dari penghuni yang sakit ditanya untuk mengetahui apa yang telah mereka makan pada hari ketika penyakit itu mulai terjadi. Penghuni 1 : sup, roti mentega, salad, sayur dan apel kalengan. Penghuni 2: sup, roti mentega, sayur dan apel kalengan. Penghuni 3: sup sandwich daging, salad dan apel kalengan. Penghuni 4: roti mentega, salad, sandwich daging, sayur dan apel kalengan. Penghuni 5: sup, salad, sayur dan apel kalengan. Penghuni 6: roti mentega, sayur dan apel kalengan. 21. sup dilambangkan dengan huruf A, roti mentega dengan huruf B, salad dengan huruf C, sandwich daging dengan huruf D, sayur dengan huruf E apel kalengan dengan huruf F. huruf s kecil untuk menunjukkan adanya gejala yang berupa menderita sakit 22. Kejadian Keadaan Yang Mendahului Gejala 1 A B C E F s 2 A B E F s 3 A C D F s 4 B C D E F s 5 A C E F s 6 B E F s 23. Kesimpulan keadaan F adalah sebab dari gejala s artinya bahwa sakit itu disebabkan oleh memakan apel kalengan. Seperti pada argumen induktif lainnya, pernyataan- pernyataan ini tidak membuktikan kesimpulan melainkan menetapkannya sebagai hal yang mungkin. Secara skematis Metode kesamaan dapat diungkapkan sebagai berikut, huruf besar melambangkan keadaan dan huruf kecil melambangkan gejala. A B C D terjadi bersamaan dengan a b c d A B C D terjadi bersamaan dengan a e f d -------------------------------------------------------------- Karena itu, A adalah sebab (atau akibat) dari a 24. Metode Perbedaan Metode Perbedaan digunakan bila datanya tidak memungkinkan penggunaan Metode Kesamaan. Jika pada penyelidikan lebih jauh di asrama itu kita menemukan seorang siswa yang pada hari banyak orang menjadi sakit telah makan hanya sup, roti mentega, salad saja dan dia tidak sakit maka akan berguna sekali untuk membandingkankasus ini dengan kasus siswa pertama yang telah dipaparkan di atas. 25. Maka dari data yang baru ini sekali lagi dapat dismpulkan bahwa keadaan F adalah sebab dari gejala s, artinya menjadi sakit karena memakan apel kalengan. Secara skematis, Metode Perbedaan dapat diungkapkan sebagai berikut : A B C D terjadi bersamaan dengan a b c d B C D terjadi bersamaan dengan b c d -------------------------------------------------------------- Karena itu, A adalah sebab (atau akibat) dari a 26. Metode Gabungan Metode gabungan Kesamaan dan Perbedaan sering dipandang sebagai penggunaan dari Metode Kesamaan dan Perbedaan sehingga dapat diterapkan hanya jika kedua metode yang pertama dapat diterapkan secara terpisah. Secara skematis pola dari Metode Gabungan dapat digambarkan seperti berikut : A B C - a b c X Y - x y A B E a d e U V u v Karenaitu A adalah akibat (atau sebab atau bagian tak terpisahkan dari sebab) a 27. Metode Residu Pola penarikan inferensi deduktif ini dapat digunakan untuk penelaahan hanya satu kasus. Sebuah kesimpulan yang ditarik berdasarkan metode residu hanyalah bersifat mungkin dan tidak dapat secara valid dideduksi dari premis-premisnya. Metode ini berguna dalam penemuan ilmiah, misalnya penemuan planet neptunus. 28. Contoh Metode Residu Penggunaan berbagai jenis mautan (cargo) terutama untuk truk. Truk ditimbang pada waktu kosong dan kemudian ditimbang lagi pada waktu sudah mengisi muatan. Gejala totalnya adalah pergerakan skala penunjuk melewati angka-angka yang tercantum pada piringan skalanya. Antesedennya ada dua yaitu truk dan muatannya. Bagian dari gejala yang terdiri dari bergeraknya penunjuk skala ke atas menuju pada angka yang sesuai dengan bobot berat dari truk kosong dikenal sebagai disebabkan oleh truk itu sendiri. Dengan demikian residu dari gejala, jumlah yang penunjuk skalanya bergerak melampaui angka yang menunjukkan bobot berat dari truk kosong disimpulkan sbegai akibat dari muatan dan karena itu adalah sebuah ukuran dari bobot beratnya 29. Skema Metode Residu A B C - a b c B dikenal sebagia sebab dari b C dikenal sebagai sebab dari c Karenaitu, A adalahsebab dari a 30. Metode Variasi Keseiringan Metode ini memanfaatkan kemmapuan kita untuk mengamati perubahan-perubahan derajat pada situasi dan gejala serta terbuka untuk suatu jumlah data sebagai pembuktian yang lebih besar. Metode ini juga penting sebagai metode kuantitatif pertama dari inferensi induktif sedangkan metode- metode sebelumnya semuanya bersifat kualitatif. 31. Skema Metode Variasi Keseiringan A B C -- a b c A + B D -- a b d A - B C -- a b c Karena itu A dan a, berkaitan kausal 32. Pembelaan Nama Metode Mill membela diri : pada hakekatnya metode Mill hanya dapat digunakan dengan hipotesis, yaitu bila kondisi lingkungan yang disebutkan adalah relevan. Jika tidak relevan ia hanya akan menjadi sebuah kebetulan belaka (kesalahan spouriusnes). Hipotesis yang tepat, yang diterima secara pengetahuan, merupakan syarat penting untuk menjalankan metode Mill ini. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan eksakta atau ilmu alam, terbukti metode Mill telah cukup banyak membantu, sampai saat ini. 33. Hukum kausalitas atau preposisi umum tidak pernah mampu disingkap oleh Metode Mill, serta juga tidak mampu menunjukkannya dengan mudah dan tepat. Metode Mill telah membantu dalam menyediakan pola dasar untuk usaha apapun untuk mendapat kesimpulan yang bisa dikonfirmasi atau tidak. Semua pekerjaan keilmuan membutuhkan hipotesis, dan itulah syarat yang sangat penting dalam logika induktif. 34. Dari banyak sebab yang bisa dikumpulkan, satu metode untuk menentukan manakah sebab yang paling tepat adalah dengan melihat karakter kejauhannya (remote) dan kedekatannya (proximate). Sebab yang lebih dekat, karena posisinya lebih langsung, merupakan sebab yang diyakini sebagai sebab sesungguhnya dari satu peristiwa. Suatu kejadian merupakan hasil dari serangkaian sebab akibat yang panjang, namun sebab yang sesungguhnya dari kondisi yang menjadi objek pokok adalah sebab yang langsung saja. 35. Science and Hypothesis 36. Science and Hypothesis Bagaimana perumusan dan pengevaluasian suatu hipotesa ilmiah. Hukum alam didirikan dalam lagak hipotetis, dan terdapat cara untuk membedakan antara hipotesis yang bermanfaat dengan hipotesis yang tidak bermanfaat. 37. Perumusan dan Pengevaluasian Suatu Hipotesa Ilmiah Memahami nilai-nilai praktis dari penyelidikan ilmiah. Membedakan antara hipotetis atau penjelasan ilmiah (scientific explanation) yang secara empiris dapat diverifikasi-dengan penjelasan dogmatis (dogmatis explanation) yang tidak ilmiah Mengevaluasi hipotesis menggunakan lima kriteria: Relevansi, Testability, Kompatibilitas, kekuatan prediktif, dan Kesederhanaan (simplicity). Mengidentifikasi tujuh tahap penyelidikan ilmiah (scientific investigation). Memahami bagaimana eksperimen krusial digunakan. Membedakan hipotesis ad hoc. Mengenali bagaimana klasifikasi sebagai suatu instrumen ilmiah yang berharga. 38. Explanation Definisi Sekelompok pernyataan sehingga suatu kejadian (atau hal) secara logis dapat disimpulkan atau diinferensikan, dan penerimaannya menghapus problematik dari suatu kejadian. Inferensi yang dibuat dari explanation mengakibatkan kesimpulan bersifat probablitas dan non- deduktif. Karena itu Inferensi dan explanation terkait erat. Kriteria mengevaluasi explanation adalah relevansi. Relevansi suatu penjelasan terkait kogensi (validitas ) argumen dan inferensi. Kriteria tambahan dalam mengevaluasi explanation adalah bahwa explanation haruslah benar (true). 39. Setiap explanation dalam sains diajukan sebagai tentatif dan sementara. Setiap explanation ilmiah dianggap sebagai hipotesis, atau probabilitas berdasar fakta-fakta yang ada atau bukti yang relevan. Sains adalah empiris, ia menempatkan eksperimen atau observasi sebagai test of truth. Oleh karena itu, esensi dari explanation ilmiah adalah bahwa ia dapat diuji dengan observasi. 40. Tiga Kriteria Umum Mengevaluasi Hipotesis a) Kompatibilitas dengan hipotesis sebelumnya yang sudah mapan b) Prediktif atau daya penjelas c) Kesederhanaan 41. Kompatibilatas dengan Hipotesis Sebelumnya Sains berusaha untuk menjaring lebih banyak fakta dengan menciptakan sistem explanatory hypothesis. Sistem ini berupa satu set proposisi yang konsisten dan nonkontradiktori. Idealnya, setiap hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis lama yang sudah pernah dikonfirmasi 42. Daya Penjelas Berbagai fakta observasi yang dapat dideduksi darinya. Jika salah satu dari dua hipotesis memiliki lebih banyak fakta observasi daripada yang lain, maka hipotesis tersebut memiliki daya prediksi atau penjelas yang lebih besar. 43. Kesederhanaan Dua hipotesis bisa sama relevan, testable, cocok dengan teori, dan bahkan sama-sama memiliki daya prediktif. Dalam kondisi demikian, hipotesis yang lebih sederhana yang kita pilihmisalnya hipotesis dengan asumsi paling sedikit. 44. Tujuh Tahap atau Pola Investigasi Ilmiah 1) Mengidentifikasi Masalah 2) Melengkapi Hypotheses Awal 3) Mengumpulkan Fakta-fakta tambahan 4) Memformulasikan Explanatory Hypothesis 5) Mendeduksi Konsekuensi-konsekuensi 6) Menguji Konsekuensi 7) Mengaplikasikan Teori 45. Tahap Pertama Mengidentifikasi Masalah Ahli biologi ingin tahu bagaimana pesan genetik disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada tahun 1944, penelitian telah memungkinkan para ilmuwan untuk menafikan lemak, gula dan pati sebagai media untuk pesan genetik. Penelitian selanjutnya didasarkan pada asumsi bahwa pesan dibawa dalam media protein, namun terbukti sia-sia. 46. Tahap Kedua Hipotesis Awal Kegagalan pencarian protein menarik minat James Watson dan Francis Crick untuk meneliti tentang asam nukleat. Hipotesis awal mereka adalah bahwa pesan genetik dibawa dalam struktur asam deoksiribonukleat, atau DNA. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang DNA, mereka lebih lanjut membuat hipotesis bahwa struktur berbentuk spiral atau helix. 47. Tahap Ketiga Mengumpulkan Fakta- fakta Tambahan Asam nukleat dikenal memiliki rantai" panjang yang terdiri unit-unit molekuler. Setiap tiga potong unit dalam rantai itu disebut nukleotida. Masalah umum tentang pesan genetik kemudian mengerucut menjadi masalah spesifik bagaimana nukleotida saling susun membentuk DNA. 48. Tahap Keempat Memformulasikan Explanatory Hipotesis yang lebih detail. Hipotesis akhir harus mengusulkan suatu struktur DNA tiga dimensi, konsisten dengan fakta dan teori yang ada, menyediakan coding untuk detail kehidupan, dan bahwa coding bisa mereplikasi diri dari generasi ke generasi. Melalui perhitungan dan manipulasi model, Watson dan Crick menentukan bahwa konstituen DNA terikat dalam rantai pasangan komplementer. Rantai ini terpisah di tengah, memiliki mekanisme replikasi yang elegan. Hipotesis akhir menyatakan, bahwa bentuk struktur DNA adalah double helix di mana molekul basis terikat dalam pasangan komplementer. 49. Tahap Kelima, Keenam Mendeduksi dan Menguji Konsekuensi Deduksi atas hipotesis yakni harus dimungkinkan membangun sebuah model tiga dimensi di mana molekul basis akan cocok secara internal, dengan sudut spiral serta fitur lain rantai memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh penelitian sebelumnya. Untuk setiap deduksi teoritis tambahan, pengujian terbukti berhasil. Sehingga Hipotesis terkonfirmasi dengan baik. 50. Tahap Ketujuh Aplikasi. Teori Watson dan Crick tentang struktur dan fungsi DNA menimbulkan dampak yang sangat luas, merevolusi ilmu biologi dan kedokteran. Teknik untuk memotong dan me-rekombinasikan rantai DNA kemudian digunakan dalam pembuatan obat-obatan dan vaksin. Dan berkat penelitian selanjutnya atas teori mereka, peta lengkap seluruh genom manusia saat ini tersedia. 51. Eksperimen Krusial Jika hipotesis baru tidak konsisten dengan beberapa teori sebelumnya, maka sulit untuk menentukan mana alternatif yang benar. Dua (atau lebih) hipotesis yang saling bersaing dapat diuji melalui eksperimen krusial, yakni suatu eksperimen yang hasilnya diklaim untuk menetapkan kepalsuan (falsehood) dari salah satu dari dua hipotesis ilmiah yang bersaing, menunjukkan hipotesis mana yang tidak konsisten. 52. Hipotesis Ad Hoc Jika suatu hipotesis diajukan untuk menjelaskan suatu fakta tertentu, dan tidak menjelaskan fakta lainnya, dan hipotesis tersebut tidak dapat diuji lebih lanjut, maka dikatakan hipotesis tersebut hipotesis ad hoc. Hipotesis ad hoc terbatas pada passage yang deskriptif, tidak memiliki daya penjelas (explanatory power) ataupun lingkup, sehingga tidak bermanfaat. 53. Klasifikasi Sebagai Hipotesis Telah menjadi anggapan umum bahwa hipotesis memainkan peran penting hanya dalam ilmu-ilmu yang lebih maju seperti fisika, kimia, dan astronomi. Mungkin biologi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial hanya deskriptif. Namun demikian, deskripsi seorang sejarawan tentang masa lalu adalah particular hypothesis, yakni saat ini menyajikan data tentang masa lalu. Data sejarawan meliputi bukti untuk mendukung hipotesis partikular. Sejarawan menggunakan metode-metode sains ketika memilah bukti untuk mendukung deskripsi tentang masa lalu. Deskripsi data oleh ahli biologi tidak kausal, namun deskripsi tersebut sistematis. Dengan demikian, klasifikasi dan deskripsi adalah sejajar. Untuk menjelaskan hewan adalah mengklasifikasikannya; untuk mengklasifikasikan adalah menjelaskannya. Klasifikasi dapat praktis atau teoritis. 54. THE END