Upload
joko-sadiyanto
View
33
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pkn
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, hampir semua negara-negara di dunia menamakan sistem
politiknya dengan “negara demokrasi”. Namun demikian tidak semua negara
mampu menterjemahkan kata demokrasi yang sejalan dengan kata perlindungan
terhadap hak asasi manusia, menjunjung tinggi hukum, tunduk terhadap kemauan
orang banyak tanpa mengabaikan hak golongan kecil, agar tidak timbul diktatur
mayoritas.
Dalam Ilmu Politik, awal pembahasan tentang demokrasi dapat ditarik
semenjak zaman Yunani kuno ketika Pericles menerapkan sistem pemerintahan
demokrasi dan kemudian mulai dikenalnya praktek pemilu yang dilaksanakan
secara langsung dalam city state di Athena. Perkembangan selanjutnya pada
zaman modern sekarang ini, pembahasan tentang demokrasi dipandang sebagai
konsep barat yang ideal dan lebih baik dari konsep lainnya, meskipun hal ini perlu
dipertanyakan lagi. Setidaknya dianggap lebih baik dibandingkan bentuk
otoritarian yang ada di Amerika Latin.
Konsep demokrasi yang berkembang di barat merupakan konsep yang
lahir dari masyarakat bawah yang kemudian memberikan bentuk demokrasi barat
itu sendiri. Ketika konsep yang dianggap ideal dan berkembang di barat ini
diterapkan di negara berkembang, terjadi pertanyaan baru tentang bagaimana
sebenarnya konsep, teori dan karakteristik dari demokrasi tersebut. Hal ini
dikarenakan konsep demokrasi adalah produk barat yang dipaksakan untuk
diterapkan di negara berkembang dan yang belum tentu sesuai dengan kondisi
masyarakat. Masyarakat barat adalah masyarakat modern dengan tingkat
pemahaman yang lebih baik dan tingkat ekonomi yang telah maju dibandingkan
masyarakat di negara berkembang yang masih termasuk dalam kategori
masyarakat tradisional dengan ekonomi dalam bidang agraris. Sehingga tidak
heran negara berkembang masih banyak sedang mencari bentuk demokrasi itu
sendiri.
Terlepas dari paparan tentang demokrasi di negara berkembang tersebut di
atas, makalah ini akan membahas tentang demokrasi yang ada di Amerika Serikat.
Mengambil contoh Amerika Serikat dikarenakan amerika selama ini dikenal dunia
sebagai negara empunya demokrasi, bahkan sering disebut sebagai negara paling
hebat demokrasinya. Demokrasi menjadi satu dari dua asas ideologi Amerika
Serikat. Dasar lainnya adalah ekonomi liberal yang tercermin dalam bentuk
kapitalisme. Meskipun hal tersebut perlu dianalisa lagi kebenarannya dengan
berbagai kondisi saat ini. Namun setidaknya praktik demokrasi tersebut dapat
dilihat di Amerika Serikat dan memang negara inilah yang dianggap motor
penerapan demokrasi di dunia khususnya di barat yang selanjutnya diharapkan
menjadi acuan negara berkembang dalam penerapan demokrasi di negaranya.
BAB II
PEMBAHASAN
DEMOKRASI LIBERAL
A. Pengertian Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik
yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang
kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan
pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum
dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh
penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-
Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak
belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang
demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi
langsung atau demokrasi partisipasi.
B. Asas Demokrasi Liberal
Kapitalisme yang menjadi ideologi dalam pemerintahan demokrasi liberal
berdiri atas akidah sekulerisme. Akidah sekulerisme adalah memisahkan agama
dari kehidupan(pemerintahan dan politik). Atas asas tersebut mereka menganggap
bahwa pembuat aturan/hukum di masyarakat adalah manusia, bukan yang lainnya.
Rakyat dalam demokrasi liberal dianggap sebagai sumber hukum. Kemudian
rakyat jugalah yang membuat perundang-undangan untuk kepentingan mereka
sendiri.
C. Konsep Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal memiliki konsep-konsep yang sangat menonjol
diantaranya dalah :
1) Individualisme.
Demokrasi Liberal yang ideologinya adalah kapitalisme memandang
bahwa masyarakat terbentuk dari individu-individu. Ideologi kapitalisme ini tidak
memprioritaskan pandangannya ke masyarakat sebagai satu kesatuan utuh.
Pemerintah selaku pelaksana amanah kekuasaan dari rakyat harus bisa
menjamin seriap individu agar bisa menyalurkan seluruh kebutuhan hidupnya,
baik itu kebutuhan rohani maupun jasmani. Setiap individu dalam demokrasi
liberal bisa memaksimalkan keinginan dan kemauannya secara bebas tanpa
batasan apapun.
2) Kebebasan.
Kebebasan atau liberalisme menjadi hal yang sangat pokok dalam
demokrasi liberal. Pemerintah harus bisa menjamin keamanan dan ketentraman
bagi setiap rakyat di lingkungan khusus maupun umum. Hak Asasi Manusia juga
harus dijaga dari gangguan pihak manapun.
Kebebasan berakidah (bebas memilih agama dan keyakinan sesuai dengan
kehendak) dan kebebasan ekonomi adalah 2 kebebasan yang dibangga-banggakan
dalam demokrasi liberal. Setiap individu berhak untuk berpidah-pindah agama.
Dalam roda perekonomian setiap individu berhak mengelola semua kepemilikan,
bahkan sumber air atau sumberdaya alam berhak dikelola atau dimonopoli oleh
individu.
3) Kesetaraan.
Demokrasi liberal yang memiliki akidah sekulerisme memandang bahwa
setiap manusia memiliki kesetaraan dalam semua hal, baik mengenai hak dan
kewajiban. Kesetaraan ini tidak memandang laki-laki atau perempuan, kaya atau
miskin, pejabat atau rakyat atau yang lainnya.
D. Komponen Khusus Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal memiliki beberapa komponen khusus sebagai berikut:
1. Kontrol terhadap negara, keputusan-keputusan dan alokasi-alokasi sumber
dayanya dilakukan secara faktual maupun teoritik oleh para pejabat publik
yang terpilih. Dalam hal ini kekuasaan militer berada di bawah subordinasi
para pejabat sipil yang terpilih.
2. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional dan faktual, oleh
kekuasaan otonom institusi-institusi pemerintahan lain (seperti peradilan
independen, parlemen dan mekanisme-mekanisme akuntabilitas horizontal
lainnya).
3. Selain hasil pemilu tidak dapat diprediksi, suara oposisi yang signifikan
dan peluang bagi setiap partai untuk memerintah, demokrasi liberal juga
mengakui hak kelompok yang tunduk pada prinsip-prinsip
konstitusionalisme untuk membentuk partai dan mengakui pemilu.
4. Demokrasi liberal tidak melarang kelompok-kelompok minoritas kultural,
etnik, agama dan lainnya untuk mengungkapkan kepentingannya dalam
proses politik atau untuk berbicara dengan bahasanya dan mempraktikkan
budayanya.
5. Di luar pemilu dan partai, warga negara mempunyai berbagai saluran
artikulasi dan representasi dari kepentingan-kepentingan serta nilai-nilai
mereka, termasuk kebebasan membentuk dan bergabung dengan beragam
perkumpulan dan gerakan independen.
6. Demokrasi liberal menyediakan sumber-sumber informasi alternatif
(termasuk media independen) agar warga negara memiliki akses yang
tidak terkekang secara politik.
7. Setiap individu juga memiliki kebebasan beragama, berpendapat,
berdiskusi, berbicara, publikasi, berserikat, berdemonstrasi dan
menyampaikan petisi.
8. Setiap warga negara memiliki kedaulatan yang setara di hadapan hukum
(walaupun bisa dipastikan setiap warga negara tidak memiliki kedudukan
yang setara dari segi pemilikan sumber-sumber daya politik).
9. Kebebasan individu dan kelompok dilindungi secara efektif oleh sebuah
peradilan yang independen dan tidak diskriminatif, yang keputusan-
keputusannya ditegakkan dan dihormati pusat-pusat kekuasaan lainnya.
10. Rule of law melindungi warga negara terhadap penahanan yang tidak sah,
pengucilan, teror, penyiksaan dan campur tangan yang tidak sepantasnya
dalam kehidupan pribadi baik oleh negara maupun oleh kekuatan
terorganisasi non-negara dan anti negara.
Demokrasi di Amerika Serikat
A. Sejarah Demokrasi di Amerika Serikat
Akar sosial demokrasi AS berasal dari rasa kesataraan para kaum imigran
Eropa di pesisir New England. Dalam perkembangan sejarahnya, Amerika Serikat
merupakan negara yang terbentuk dari kumpulan imigran dari Eropa yang lari dari
kekuasaan feodal. Menurut Tocqueville (dalam Stone dan Menhell, 2005), dalam
sistem feodal sebelumnya semua anggota masyarakat diikat oleh jejaring yang
sudah baku, dalam sistem baru Amerika Serikat, Individualisme menjadi pilihan.
Dalam sistem baru ini, para individu menjadi diri yang bebas, komunalisme
berganti dengan Individualisme. Persamaan menjadi basis dari sistem masyarakat
di Amerika serikat.
Anglo-Amerika adalah bangsa pertama yang cukup senang untuk
menyingkirkan kekuasaan absolut, mereka mendapatkan kesempatan ini berkat
keadaan, asal ususl, kecerdasan dan perasaan moral mereka, yang menjaga
kedaulatan rakyat.
Amerika Serikat diterapkan demokrasi liberal dengan beberapa
karakteristik tentunya. Demokrasi Amerika Serikat menganut sistem pluralisme.
Teori pluralisme menyatakan bahwa sistem politik Amerika Serikat tersusun atas
sejumlah kekuatan yang masing-masing berdiri sebagai sebuah kelompok. Model
demokrasi pluralis (pluralist model of democracy) bahkan menafsirkan istilah
demokrasi sebagai ‘pemerintahan oleh orang banyak’ (government by the people),
dan hal tersebut ditafsirkan sebagai pemerintahan yang beroperasi atas dasar
kepentingan-kepentingan setiap warganya.
Hal ini memang ditopang oleh Konstitusi Amerika yang menjadi
legitimasi dari pluralisme. Empat gagasan politik yang menjadi pilar Konstitusi
1787 adalah:
1. Republikanisme yang bersumber dari pemikiran Aristoteles yang ingin
memadukan sistem demokrasi langsung ala Yunani dengan sistem
oligarki, bahwa pemerintahan Amerika merupakan kumpulan individu
terpilih yang oleh rakyat diserahi kedaulatan dan kekuasaan untuk
mengatur demi kebaikan dan kepentingan bersama.
2. Federalisme yang bersumber dari pemikiran para founding fathers
Amerika yang membagi kekuasaan secara vertikal dari pemerintahan
pusat/federal, negara bagian, dan lokal.
3. Separation of powers yang bersumber dari pemikiran John Locke dan
Charles-Louis de Secondat Montesquieu bahwa tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan kekuasaan untuk setiap tingkat pemerintahan (federal,
negara bagian, dan lokal) dipecah lagi menjadi beberapa cabang
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
4. Checks and balances yang bersumber dari pemikiran Henry St. John
Bolingbroke dan William Blackstone. bahwa masing-masing cabang dan
tingkat pemerintahan diwajibkan untuk senantiasa saling mengawasi dan
mengontrol.
B. Ciri-Ciri Demokrasi Amerika
1. Warga-warganya cenderung membentuk perkumpulan.
Ciri-ciri utama masyarakat AS adalah negara dimana warga negaranya
suka berkumpul hal inilah yang menjadikan Amerika disebut sebagai negara yang
memiliki tatanan sosial yang bersifat demokratis. Orang-orang Amerika Serikat
dari segala usia kondisi, dan kecenderuangan senantiasa membentuk
perkumpulan. Perkumpulan bukan hanya perkumpulan serikat pegawai, namun
juga perkumpulan agama, dan komunitas hiburan. Orang Amerika membentuk
perkumpulan untuk mencari hiburan, mendirikan lembaga pendidikan,
membangun penginapan, membangun geraja dan lain lain.
2. Agama berbaur dengan kebiasaan bangsa.
Mengingat masyarakat Amerika sering berkumpul dan salah satunya
adalah berkumpul dalam aktivitas keagamaan, hal ini menurut Tocqueville dalam
menunjukkan bahwa Amerika merupakan negara yang agamis. Agamalah yang
melahirkan masyarakat Anglo-Amerika. Dengan demikian, di Amerika Serikat
agama berbaur dengan kebiasaan bangsa itu dan bersatu dengan rasa patriotisme.
3. Aristokrasi tidak menjadi dasar prinsip hidup.
Menurut Tocqueville di Amerika Serikat, aristokrasi tidak menjadi dasar
prinsip hidup masyarakatnya. Sehingga tingkatan dan perbedaan status sejak lahir
secara logis menjadi tidak ada, sehingga posisi individu sama dengan individu
lainnya. Hal ini mengakibatkan negara cenderung membentuk sebuah tirani baru,
yaitu tirani mayoritas. Dalam sistem masyarakat di AS menurut Tocqueville,
unsur-unsur aristokrasi selalu lemah saat kelahiran manusia di sana. Sebaliknya,
prinsip demokrasi telah memperoleh begitu banyak kekuatan seiring dengan
perkembangan waktu, peristiwa dan produk hukum.
4. Yang kuat yang menjadi pemimpin.
Jika ditinjau dari kehidupan sosialnya, masyarakat aristrokrasi senantiasa
berisi sejumlah kecil warga yang kuat dan kaya, dan masing-masing mampu
merampungkan pekerjaan besar sendirian. Dalam masyarakat aristokrasi, orang
tak perlu bergabung untuk bisa bertindak karena mereka sangat terikat bersama.
Setiap warga yang kaya dan kuat senantiasa berpeluang menjadi pemimpin
perkumpulan wajib, dimana para anggotanya dituntut patuh dengan keputusan
yang dirancang.
Hal ini berbeda dengan prinsip tatanan sosial warga AS. Menurut
Tocqueville di negara demokratis, semua warganya independen dan lemah.
Mereka nyaris tidak dapat berbuat apapun sendirian, dan tiada seorang pun yang
dapat menuntut sesamanya untuk mengulurkan bantuan. Dengan demikian, tidak
ada perintah untuk membantu sesama. Negara demoraktis harus dengan
sendirinya menumbuhkan kesadaran untuk menjadi warga negara yang
mempunya prinsip empati dan saling membantu dengan sukarela. Hal ini lebih
lanjut akan menjadi masalah besar sekaligus tantangan besar bagi setiap negara
demokrasi, yang mana nantinya akan menjadikan negara tersebut Individualis atau
corperatif.
5. Individulais sangat kuat.
Dengan demikian, dalam kehidupan sosialnya, Amerika Serikat
memperlihatkan fenomena yang paling luar biasa. Orang hidup disana dinilai
berdasarkan kesetaraan yang lebih besar dalam hal kekayaaan dan kepintaran.
Lebih lanjut dalam hal ini, sistem persamaan dalam konteks masyarakat komersial
cenderung membuat individu hanya mencari kebahagiaan sesaat, bersaing mencari
kebahagiaan sesaat, dan bersaing mencari keuntungannya sendiri. Masyarakat
akan berisi manusia tanpa keagungan aristrokrasi. Yang terpenting adalah
perdamaian dan kesejahteraan dan sebuah siituasi di mana anggota-anggotanya
dapat bekerja dengan tenang mencari hidup dan kebahagiaan.
Dengan plus dan minus yang dimiliki oleh negara yang menganut sistem
demokrasi, budi pekerti masyarakat Amerika Serikat adalah menjadi sebab nyata
yang menjadikan satu-satunya alat yang membuat rakyat diseluruh AS mampu
mendukung pemerintahan yang demokratis, dan pengaruh budi pekertilah yang
menghasilkan derajat-derajat keteraturan dan kemakmuran di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat.
C. Prinsip-Prinsip Demokrasi Yang Diterapkan Di Amerika Serikat
Prinsip-prinsip demokrasi yang diterapkan di Amerika Serkat dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Pemilihan Umum yang demokratis,
Di Amerika Serikat, Kongres membentuk Federal Election Commission
(FEC) yang bertugas melaksanakan pemilihan umum dan badan ini murni
independen sehingga tidak ada kemungkinan dicampuri atau diintervensi oleh
pemerintah. Pengurusnya dipilih setiap enam tahun sekali dan tugas yang paling
penting ialah pengawasan terhadap pengelolaan sumber dana (yang dipakai untuk
pembiayaan kampanye) dari setiap calon kandidat, kelengkapan administrasi
kandidat serta penghitungan suara hasil pemilu.
Pada tingkat nasional, pemilu diadakan dua kali yaitu pemilihan presiden
dan anggota kongres dengan rentang waktu yang berbeda. Presiden setiap empat
tahun sekali sedangkan kongres ada dua macam yaitu HoR untuk masa bakti dua
tahun dan Senat untuk periode enam tahun. Terlepas dari itu, yang menarik
sebelum seseorang bertarung untuk memperebutkan kursi di HoR di tingkat
negara bagian, seseorang harus dipilih melalui pemilihan primary. Primary adalah
pemilihan di antara pendukung partai yang sama untuk memilih kandidat partai
yang akan bertarung memenangkan kursi di negara bagian.
Mengenai pengisian jabatan publik berdasarkan kapabilitas yang dimiliki
individu tersebut, bukan hal yang baru di Amerika Serikat karena masalah
kapabilitas ini sudah menjadi keharusan bagi seseorang jika ia akan memegang
satu jabatan. Selintas dapat dilihat bahwa Amerika dalam pengisian jabatan publik
lebih menerapkan sistem merit yang menitikberatkan pada profesionalisme
seseorang. Misalnya, Ketua HoR di Amerika Serikat tidak bisa langsung diangkat
atau dipilih kalau jam terbang karirnya memimpin belum ada sama sekali. Dia
harus pernah memimpin komisi, memimpin fraksi, pernah memangku jabatan
politik dalam state legislature atau jabatan politik di negara bagian. Perkembangan
sistem merit ini di Amerika Serikat dipengaruhi secara mendalam oleh aspirasi
demokrasi dan mobilitas sosial dari masyarakatnya, terutama dipengaruhi oleh
pemikiran tentang persamaan kesempatan.
Kembali mengenai pemilu yang demokratis, di Amerika Serikat,
pemilihan yang bebas dan adil adalah hal yang penting dalam menjamin pondasi
politik demokratis. Untuk beberapa alasan kebanyak warga Amerika percaya
secara keseluruhan sistem elektoral adalah adil dan jujur. Beberapa hal yang dapat
dicatat antara lain bahwa frekuensi pemilihan-pemilihan bermakna tak ada partai
atau faksi di dalam sebuah partai yang punya jaminan untuk selamanya berkuasa,
yang mendapat suara mayoritas tidak mungkin selalu mendapat suara mayoritas
pada pemilihan berikutnya. Ini berarti mayoritas adalah sesuatu yang berubah-
ubah. Di samping itu, mayoritas bersifat sementara mengingat sistem elektoral
melindungi hak-hak untuk berkompetisi. Akhirnya, pemilihan-pemilihan di
Amerika Serikat merangkaikan pemberi suara dengan pemegang jabatan di
pemerintahan. Ini berarti rakyat menilai pejabat-pejabat terpilih sebagai agen
mereka, mendapat kewenangan untuk bertindak atas nama mereka. Pemilihan-
pemilihan di Amerika Serikat menjadikan pejabat-pejabat publik sebagai abdi
rakyat daripada menjadikan rakyat abdi pemerintah.
2. Sistem peradilan yang independen,
Lembaga yudikatif di Amerika Serikat adalah lembaga hukum yang
independen. Ia terdiri dari Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga peradilan
tertinggi. MA membawahi badan Peradilan Banding tingkat federal dan di tingkat
lebih bawah lagi terdapat badan Peradilan tingkat distrik.
MA di Amerika Serikat merupakan satu-satunya produk yudikatif dari
konstitusi. Keputusan MA tidak dapat ditandingi oleh lembaga peradilan lainnya.
Meskipun kongres memiliki kewenangan untuk menentukan jumlah hakim yang
akan duduk dalam MA dan kadangkala menentukan kasus apa yang harus
diselesaikan, namun tidak memiliki kewenangan untuk menjatuhkan kekuasaan
MA. MA menangani kasus yang melibatkan orang penting dari negara lain dan
negara bagian Amerika Serikat serta kasus-kasus banding dari pengadilan di
bawahnya. Di samping itu MA juga berfungsi untuk menginterpretasikan hukum
yang akan disahkan oleh Kongres dan juga Peraturan Pemerintah agar tidak
menyimpang dari konsitusi.
Pengadilan bisa menjadi sangat kuat dalam demokrasi, dan melalui banyak
cara ia adalah tangan yang menafsirkan dan memberlakukan aturan-aturan yang
ada di konstitusi. Di Amerika Serikat, pengadilan bisa menyatakan bahwa
tindakan kongres dan badan parlemen di tingkat negara bagian tidak sah karena
bertentangan dengan konstitusi dan bisa memerintahkan suatu tindakan oleh
kepresidenan atas alasan yang sama. Pembela terbesar hak-hak individu di
Amerika Serikat adalah sistem pengadilan; hal ini dimungkinkan karena
kebanyakan hakim memiliki masa jabatan seumur hidup dan dapat memusatkan
perhatian tanpa terganggu oleh politik. Meski tidak semua pengadilan yang
berdasarkan pada konstitusi sama bentuknya, harus ada sebuah lembaga yang
punya kewenangan untuk menentukan apa yang dikatakan konstitusi saat cabang-
cabang dalam pemerintahan melampaui kekuasaan mereka.
Ditambahkan lagi, lembaga hukum di Amerika Serikat yang independen
ini bertugas mengawasi serta menjustifikasi dan memberikan keputusan hukum
atas segala bentuk pelanggaran hukum. Dalam putusannya, lembaga ini tidak
dapat dipengaruhi ataupun diintervensi oleh lembaga manapun. Di samping itu,
independensi peradilan meyakinkan dewan elektoral bahwa Mahkamah hampir
selalu akan mendasarkan keputusannya pada hukum daripada keberpihakan
politik; pada prinsip-prinsip demokrasi yang tak lapuk oleh zaman daripada
kehendak yang muncul saat itu. Tak bisa dibantah, peran peradilan independen
adalah untuk melaksanakan keyakinan Amerika bahwa mayoritas yang berkuasa
hanyalah satu aspek dari demokrasi yang nyata. Demokrasi juga terdapat dalam
perlindungan hak-hak individu, menyediakan perlindungan tersebut adalah tugas
utama peradilan federal.
3. Kekuasaan lembaga kepresidenan
Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden berdasarkan konstitusi.
Konstitusi juga mengatur pemilihan Wakil Presiden termasuk wewenang
sementara untuk menggantikan presiden jika presiden meninggal dunia,
mengundurkan diri atau diberhentikan. Di samping itu, Konstitusi juga mengatur
tugas dan kewenangan presiden secara detail yang tidak dapat didelegasikan
kepada siapapun termasuk Wakil Presiden, kabinet presidensial atau pegawai
pemerintah federal lainnya. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif terpusat pada
Presiden. Mengenai kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden ini secara
konstitusional terdapat dalam Pasal II Konstitusi Amerika Serikat, yang
menetapkan adanya seorang presiden, menentukan cara pemilihan dan
menetapkan masa jabatan presiden selama empat tahun.
Dalam hubungannya dengan Parlemen, Presiden mempunyai hak veto.
Pertama, veto biasa digolongkan sebagai “veto negatif” yang terjadi pada masa
sidang. Veto ini bisa dikesampingkan jika dua pertiga dari jumlah HoR dan Senat
menolak veto tersebut. Kedua, veto yang secara konstitusional tidak diatur tetapi
berlaku sehingga disebut “pocket veto”. Veto jenis ini bisa dikatakan veto absolut
karena tidak bisa ditolak. Hal ini disebabkan kongres tidak sedang dalam masa
sidang, sehingga veto tersebut tidak bisa diimbangi oleh Kongres.
Ditambahkan lagi, antar lembaga negara di Amerika Serikat dikenal
sebuah sistem pengawasan dan perimbangan yang dirancang untuk
memperbolehkan tiap lembaga negara membatasi kekuasaan yang lain. Presiden
bisa memveto langkah-langkah Kongres baik dalam tataran konstitusional
maupun kebijakan dan vetonya tidak bisa diruntuhkan seperti di sampaikan di
atas. Hal ini tidak saja memberi presiden kesempatan untuk mengawasi Kongres,
namun juga memungkinkannya untuk lebih dulu mengimbangi kepentingan
legislatif. Namun pengawasan dan perimbangan juga membatasi prerogatif
kepresidenan. Perintah eksekutif kepresidenan, misalnya saja, harus sesuai dengan
UU atau ia tak akan bisa diberlakukan oleh pengadilan federal. Penunjukkan yang
dilakukan presiden untuk jabatan-jabatan tinggi harus disetujui mayoritas suara
senat.
Hal terpenting dari pengawasan terhadap presiden berupa impeachment
dan pemecatan karena kejahatan berat dan perbuatan tercela. Dalam sistem
konstitusional Amerika tidak ada pemecatan karena mendapat mosi tak percaya
dari dewan legislatif, seorang presiden di-impeach oleh suara mayoritas dari
parlemen. Selanjutnya ia disidangkan di Senat, dengan pimpinan sidang kepala
MA Amerika Serikat dengan hukuman terberatnya hanyalah pemecatan dari
jabatan sekalipun seorang presiden bisa dituduh dan diadili di pengadilan biasa
untuk membuktikan apakah ia terbukti bersalah atau terbebas dari tuduhan dalam
impeachment yang jatuh padanya.
4. Peran media yang bebas,
Hal yang berkaitan erat dengan hak publik untuk tahu adalah media yang
bebas (surat kabar, radio dan televisi) yang bisa menginvestigasi jalannya
pemerintahan dan melaporkannya tanpa takut adanya penuntutan. Dalam hal ini,
pers dianggap sebagai penjaga yang baik dari demokrasi dan merupakan
pengganti warga, melaporkan kembali melalui media cetak dan penyiaran apa
yang sudah ditemukannya sehingga masyarakat bisa bertindak berdasarkan
pengetahuan itu. Dalam demokrasi, masyarakat bergantung pada pers untuk
memberantas korupsi, untuk memaparkan kesalahan penerapan hukum atau
ketidakefisienan kerja sebuah lembaga pemerintah. Tak ada negara yang bisa
bebas tanpa adanya pers bebas dan satu pertanpa kediktatoran adalah
pembungkaman media.
Tidak semua negara demokrasi memiliki semangat yang sama dengan
Amerika Serikat untuk pers yang leluasa bergerak dan bahkan pengadilan
Amerika sekalipun condong untuk secara progresif memberi kebebasan lebih
banyak kepada media, tidak dengan tetap mendukung kebebasan mengeluarkan
pendapat sepenuhnya. Sebuah negara yang demokratis, ia harus siap memberikan
perlindungan substansial untuk ide-ide pengeluaran pendapat media.
5. Peran kelompok-kelompok kepentingan,
Dengan semakin kompleksnya permasalahan dan bertambah banyaknya
jumlah penduduk yang sangat plural tidak mengherankan jumlah kelompok-
kelompok kepentindan di Amerika Serikat yang berfungsi menyuarakan aspirasi
masyarakat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ada banyak organisasi di
luar pemerintah yang independen dari negara, misalnya GOPAC yang merupakan
insitusi independen yang bergerak dalam bidang penyediaan informasi politik
penting dan strategis bagi keperluan pendidikan, research maupun bisnis. Ia bukan
hanya diperlukan oleh kalangan politisi saja tapi juga masyarakat awam dan
pelaku bisnis. Di samping itu, juga ada Public Opinion Strategies (POS) yang
merupakan institusi independen yang menekankan research kemasyarakatan dan
pelayanan masyarakat sebagai misi utamanya.
Meskipun kedua institusi di atas menyatakan dirinya independen namun
tidak dapat dipungkiri dua institusi tersebut lebih merupakan organisasi yang
dibiayai oleh Partai Republik. Namun di samping itu, masih banyak kelompok-
kelompok kepentingan lainnya seperti Asosiasi Nasional Pengusaha Manufaktur
dan Kamar Dagang Amerika Serikat yang menjadi juru bicara bagi seluruh
komunitas bisnis, ada perserikatan-perserikatan buruh, asosiasi-asosiasi kaum
profesional seperti Asosiasi Dokter Amerika dan Asosiasi Pengacara Amerika dan
banyak lagi kelompok-kelompok kepentingan lainnya yang benar-benar
independen dari negara.
Setidaknya, disadari di Amerika Serikat bahwa ciri khas masyarakat
demokratis adalah adanya ruang bagi warga untuk menciptakan sumber daya
politik alternatif yang bisa mereka mobilisir saat mereka membutuhkannya.
Dengan demikian, kelompok-kelompok kepentingan yang terorganisir memainkan
peran mendasar; mereka membantu warga agar dapat memanfaatkan sumber daya
yang mereka miliki secara lebih efektif seperti suara, kebebasan berbicara,
perserikatan serta proses hukum.
6. Melindungi hak-hak minoritas,
Memang harus diakui, meskipun Amerika Serikat dianggap sebagai negara
demokratis, namun sejarah perlindungan terhadap kaum minoritas di Amerika
Serikat sangat buruk sekali. Hal ini bukan hanya perlakuan yang diskriminatif
terhadap masyarakat Afrika Amerika (kulit hitam) tapi juga masyarakat Indian.
Setidaknya dalam perkembangan dewasa ini, perjuangan ke arah penghapusan
terhadap diskriminasi tersebut telah dilakukan. Memang perjuangan untuk
mengakhiri diskriminasi terhadap kaum minoritas di Amerika Serikat kebanyakan
mengambil tempat di meja hijau dan di Kongres serta dewan legislatif di negara-
negara bagian.
Upaya-upaya tersebut telah terbukti berhasil dengan dua alasan,
Pertama, kekuasaan hukum dan keyakinan yang terus hidup di masyarakat
Amerika Serikat bahwa sekalipun terdapat individu-individu maupun kelompok-
kelompok yang tidak sepakat dengan penyelesaian dari pengadilan atau pihak-
pihak legislatif dalam pembentukan kebijakan-kebijakan, para warga negara
terikat untuk tunduk pada kebijakan tersebut. Apabila mereka tidak setuju dengan
kebijakan atau peraturan tersebut, mereka akan melobi pihak legislatif dan
mengajukan tuntutan ke pengadilan ketimbang membanjiri jalan-jalan.
Kedua, kepercayaan sipil masyarakat Amerika Serikat seperti tertera
dalam Konstitus, Deklarasi Kemerdekaan dan tradisi panjang yang berlangsung di
legislatif dan pengadilan, memegang teguh bahwa semua orang diciptakan setara
dan berhak untuk mendapatkan perlindungan yang setara di bawah hukum. Jadi
prinsip umumnya adalah semua individu mesti mendapatkan perlakuan yang
setara di bawah hukum. Apabila tidak, maka bangsa ini menggali kuburnya
sendiri menuju pertikaian antar kelas di masyarakat sipil.
7. Kontrol sipil atas militer,
Pada masa awal berdirinya negara Amerika Serikat, ada empat premis
dasar tentang bagaimana Amerika melihat kontrol sipil atas militer. Pertama,
kekuatan militer berskala besar dipandang sebagai ancaman terhadap
kemerdekaan. Kedua, kekuatan-kekuatan militer yang besar mengancam
demokrasi Amerika. Ketiga, kekuatan-kekuatan militer yang besar mengancam
kesejahteraan ekonomi, dan keempat, kekuatan-kekuatan militer berskala besar
mengancam perdamaian. Berdasarkan hal tersebutlah kemudian Amerika Serikat
tidak pernah membahas pembentukan kekuatan militer yang sifatnya permanen
dalam Konstitusinya. Selanjutnya dijadikan komandan militer yang mengatur
kekuatan militer di Amerika.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengalaman Amerika Serikat dapat
dijadikan pelajaran bagi negara-negara lain terutama dalam hal ancaman
perebutan kekuasaan oleh para pemimpin militer. Setidaknya ada dua prinsip yang
dapat mendorong kontrol oleh kaum sipil.[16] Pertama, demokrasi yang baru
muncul dapat menjadi alasan yang baik untuk meletakkan dasar-dasar
konstitusional sebagai basis dari kontrol kaum sipil terhadap kalangan militer.
Konstitusi Amerika Serikat secara jelas mendudukkan Presiden, pemimpin yang
memenangkan suara rakyat dari kaum sipil, sebagai pemenang tampuk
kepemimpinan atas angkatan bersenjata. Kedua, militer menjalani peran
administratif bukan pembuatan keputusan. Namun hambatan yang dapat
menghambat kontrol kaum sipil atas kalangan militer adalah budaya yang
terkadang mendewa-dewakan kalangan militer. Memang sulit menghapus budaya
ini namun perlu untuk dilakukan apabila ingin menempatkan kalangan militer di
bawah kontrol kaum sipil.
D. Hukum Demokrasi di Amerika Serikat
Adanya demokrasi di Amerika Serikat selain menyebabkan rakyat lebih
mementingkan kesenangan sesaat, selain itu orang juga enggan untuk
mengorbankan dirinya untuk orang lain, namun memperlihatkan rasa iba akan
sesamanya. Hal ini dapat dilihat dari sistem hukum yang ada. Amerika serikat
pada abad ke 19 hampir menghapuskan semua hukuman berat penuh dari kitab
pidana mereka. Berkaitan dengan hal hukum tersebut, dikarenakan warga AS
dalam hak istimewa tidak lebih unggul dari pada warga lainnya, akan berdampak
pada anggapan setiap individu warga negara bahwa mereka tidak harus mematuhi
atau menghormati warga negara yang lain, mereka hanya bersatu dalam urusan
pengadilan, pemerintahan, dan urusan urusan yang berkaitan dengan
kesejahteraan bersama.
Orang Amerika yang begitu bersemangat untuk berkumpul dalam rapat
politik dan sidang pengadilan, sebaliknya dapat memisahkan diri dari lingkaran-
lingkaran kecil untuk menikmati kehidupan pribadinya. Setiap orang mengakui
bahwa setiap warga negara adalah sederajat, namun mereka hanya sedikit saja rela
untuk menerima teman sebagai tamu.
E. Keuntungan Demokrasi di Amerika
Demokrasi Amerika memiliki keuntungan-keuntungan yang menyebabkan
Amerika Serikat menjadi negara demokrasi yang maju, yaitu berasal dari 3 faktor.
Faktor tersebut adalah :
a. faktor geografi,
b. sistem politik dan,
c. faktor adat-istiadat.
Dalam masalah geografi, Amerika adalah benua baru yang menjanjikan
kecukupan dan kemakmuran dari para penduduknya. Penduduk Amerika tidak
khawatir dengan adanya tekanan berarti dari bangsa lain.
Sistem Amerika Serikat menganut sistem federasi, dimana keputusan-
keputusan tidak diambil oleh pemerintah pusat namun terdesentralisasi kepada
pemerintah lokal, sehingga warga negara menjadi terakomodasi dan dapat
memenuhi keinginannya melalui penyampaian pada pemerintah federal masing-
masing negara bagain. Sistem ini pulalah yang mendorong semangat partisipatoris
di AS. Tocqueville mengamati bahwa masyarakat AS terlibat pada acara-cara
sosial, perkumpulan-perkumpulan keagamaan dan politik. Semangat seperti
tersebut diatas merupakan alat counter-balance yang positif terhadap
kecenderungan negatif yang melekat pada demokrasi dan sistem persamaan.
Akibat tidak langsung dari sistem desentralisasi dan federasi adalah
adanya sistem politik yang berbentuk Uni. Di AS, kepentingan warga negara
mendapatkan perhatian dalam bentuk Uni, sehingga warga negara menjadi terikat
kepadanya. Subjek dari Uni bukanlah negara-negara bagian, melainkan dari warga
negara biasa. Terlepas dari keuntungan yang dimiliki oleh Uni yang bersatu dalam
sistem federal, menurut Tocqueville, konstitusi AS memiliki masalah dikarenakan
rumitnya perangkat yang digunakan.
E. Masalah dalam Tatanan Demokratis Amerika Serikat
Amerika adalah negara dimana prinsip kesetaraan dalam hak lahir dan
kepemilikan bergabung dengan paham dan tujuan warga negara AS yaitu
kebebasan. Ketika setiap masyarakat tidak berbeda satu sama lain, tiada
seorangpun yang dapat menjalankan tirani, manusia akan bebas secara sempurna.
Menuju keadaan ideal inilah negara demokratis terarah. Oleh karena itu,
kesetaraan akan mencapai tingkat terjauh, nantinya akan dikacaukan dengan
kebebasan. Menurut Tocqueville menyatakan bahwa, pada prinsipnya, kesetaraan
dan kebebasan adalah dua prinsip yang berbeda. Dan inilan yaang menurut
Tocqueville menjadi masalah bagi negara demokratis. Individualisme Amerika
akan membawa negara tersebut kejurang kebebasan yang nantinya menjadikan
antar warga negara menjadi tidak setara, dalam hal ekonomi, pendidikan dan
partisipasi politik. Meskipun dalam hal ini, negara demokratis terlebih AS,
memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap warga negaranya.
Diantara negara demokratis dimana setiap warga negara setara, tak ada
ikatan ikatan nyata yang menghubungkan orang bersama, atau membuat orang
diam diposisi mereka. Tidak ada individu yang memiliki kekuasaan untuk
memberikan perintah, tidak ada individu yang menuntut untuk patuh. Namun
setiap orang yang merasa memiliki pendidikan dan sumber daya, mungkin
memilih jalannya sendiri dan bergerak terpisah dari sesamanya.
BAB IV
PENUTUP
Amerika Serikat termasuk negara demokratis yang tergambar dari apa
yang menjadi tiga cara yang memperlihatkan satu negara itu demokratis atau tidak
telah terpenuhi, yaitu pemilu telah dilaksanakan secara bebas dan adil dimana
Pemilu dikoordinir oleh satu lembaga yang independen dari negara dan telah
memberikan keleluasaan bagi sipil dalam menyalurkan hak pilihnya.
Ditambahkan lagi, baik atau tidaknya jalan pemerintahan semua tergantung dari
berjalannya rule of law dalam masyarakat dan masyarakat sendiri yang
menentukan nasibnya.
Amerika Serikat juga secara jelas memperlihatkan negara tersebut negara
yang menganut demokrasi liberal. Negara ini tidak menginginkan adanya
kekuasaan yang berlebihan dari kalangan militer baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam pengisian jabatan publik baik dalam birokrasi maupun dalam
bidang politik, Amerika Serikat selalu menitikberatkan pada kemampuan individu
atau kapabilitas seseorang terhadap jabatan yang akan diisinya. Hal ini
dikarenakan Amerika Serikat menetapkan sistem merit dalam pengisian jabatan
publiknya. Akuntabilitas ini tidak hanya diperlihatkan dalam kaitan antara
penguasa dengan rakyatnya tetapi juga antar lembaga negara yang ada. Dalam
artian, akuntabilitasnya sebagai pejabat yang memang memiliki kelebihan
dibandingkan rakyat yang akan dipimpinnya maupun dalam hubungan
kelembagaan untuk saling melakukan pengawasan dan perimbangan dengan
lembaga negara yang lainnya.