28
BAB I STATUS PASIEN Identitas Nama : Ny. EN Umur : 45 tahun Alamat : Kelurahan Wawonggole, Kec. Unaaha Kab. Konawe Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SLTA Suku : Sunda Agama : Islam Tanggal Masuk RS : 15 April 2013 Ruang Perawatan : Anggrek E1 ANAMNESIS a. Keluhan utama: Pusing berputar b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh pusing berputar, dirasakan sejak 6 hari SMRS. Pusing yang dirasakan seperti sekitarnya berputar pada saat badan berubah posisi yaitu pada saat berbalik badan, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya, dan saat sedang berjalan, . 1

PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kasus Coass

Citation preview

Page 1: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

BAB I

STATUS PASIEN

Identitas

Nama : Ny. EN

Umur : 45 tahun

Alamat : Kelurahan Wawonggole, Kec. Unaaha Kab. Konawe

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SLTA

Suku : Sunda

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 15 April 2013

Ruang Perawatan : Anggrek E1

ANAMNESIS

a. Keluhan utama:

Pusing berputar

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh pusing berputar, dirasakan sejak 6 hari SMRS. Pusing

yang dirasakan seperti sekitarnya berputar pada saat badan berubah posisi yaitu

pada saat berbalik badan, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya, dan

saat sedang berjalan, .

Berdasarkan auto dan alloanamnesis, pasien telah mengalami kecelakaan

lalu lintas 7 hari SMRS yaitu jatuh dari motor, saat itu pasien tidak memakai

helem. Pasien sempat mengalami pingsan ± 5 menit dan sadar kembali di

tempat kejadian tersebut, kemudian dibawa ke UGD RS kabupaten Unaaha

pada siang hari itu juga, pada saat itu pasien merasakan nyeri kepala, tidak ada

keluhan mual dan muntah, sore harinya pasien pulang ke rumah. Keesokan

harinya pasien masuk kembali ke RS Kabupaten Unaaha dengan keluhan

1

Page 2: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

pusing berputar dan mendapat perawatan rawat inap selama 4 hari, karena

masih merasa pusing pasien di rujuk ke dokter spesialis saraf RSU Bahteramas.

c. Riwayat penyakit dahulu

Terdapat riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan kanan (-11) serta riwayat

hipertensi, tidak ada riwayat DM, merokok, konsumsi alkohol, kelumpuhan

badan, tumor, infeksi telinga.

d. Riwayat penyakit keluarga

Terdapat riwayat hipertensi di dalam keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalisata

1. Keadaan Umum: sedang

Terdapat bekas luka di bagian leher, lutut kiri dan kanan

2. Tanda vital

Tanggal 15 April 2013

o TD : 120/80 mmHg

o FN : 60x / menit

o FP : 20x / menit

o S : 360C

b. Status Neurologis

1. Kesadaran

- GCS : E4M6V5 = 15, Compos Mentis

2. Tanda rangsang meningeal

- Kaku kuduk (-), Lasegue sign (-), Kernig sign (-)

3. Pupil

- Bulat, isokor, ᴓ 3 mm

- Refleks cahaya langsung +/+

2

Page 3: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

- Refleks cahaya tidak langsung +/+

4. Nervus kranialis

- N. I : normosmia

- N. II : visus baik dengan koreksi kacamata, lapangan pandang

baik.

- N. III, IV, VI : ptosis tidak ada, diplopia tidak ada.

- N. V : sensibilitas wajah baik

- N. VII : wajah simetris

- N. VIII : ketajaman pendengaran baik, terdapat vertigo, terdapat

kehilangan keseimbangan (tes Romberg +), nistagmus (+).

- N. IX, X : baik

- N. XI : mengangkat bahu baik, menoleh baik

- N. XII : baik

5. Motorik

P n n T n n K 5555 5555

n n n n 5555 5555

Refleks fisiologis Refleks Patologis

- R. Biceps n/n - R. Babinsky (-)/(-)

- R. Triceps n/n - R. Tromner (-)/(-)

- R. Patella n/n - R. Hoffman (-)/(-)

- R. Achilles n/n

6. Sensibilitas : baik

7. Saraf otonom : BAB dan BAK lancar, keringat (+)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

3

Page 4: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

- Darah rutin : Leukosit 9,8 x 103/ul, Hb 12,5 g/dl, Trombosit 387 x

103/u;

- Kimia darah : Trigliserida 141 mg/dl, Glukosa 114 mg/dl, urea 19,2

mg/dl, Creatinine 1,29 mg/dl, Asam urat 4,2 mg/dl, kolesterol 200 mg/dl.

Diagnosa Kerja

- Obs. Vertigo post trauma kapitis

Diagnosa Banding

- Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

- Vertigo Okular

Rencana Pemeriksaan Lanjutan

- Foto rontgen kepala

- ENG (Elektronistagmografi)

Rencana Tatalaksana

- Rehidrasi: Intravenous Fluid Drips (Nacl 0,9 %)

- Neuroboransia (vitamin B1 B6 B12)

- Anti vertigo (Betahistin 3 x 8 mg per hari)

- Terapi rehabilitasi : Brandt-Daroff

Komplikasi

- Tidak ada komplikasi

Prognosis

Ad vitam : Bonam

Ad fungsionam : Bonam

Ad sanationam : Bonam

4

Page 5: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Vertigo adalah suatu istilah yang bersumber dari bahasa latin vertere

yang artinya memutar. Vertigo merupakan keluhan subyektif dalam bentuk

rasa berputar dari tubuh/kepala atau lingkungan disekitarnya. Vertigo dapat

merupakan gejala mandiri tanpa ada gejala lain tetapi dapat juga merupakan

kumpulan gejala (sindroma). Sindroma vertigo biasanya terdiri dari gejala

vertigo, mual, muntah, nistagmus dan unsteadiness (rasa goyah) (Joesoef dan

Kusumastuti, 2002).

2. Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan

prevalensi sebesar 7 %. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih

banyak ditemukan pada wanita di banding pria (2:1),sekitar 88% pasien

mengalami episode rekuren (Lempert T, 2009).

3. Etiologi

Di tingkat pusat, iskemia vertebra-basiler merupakan penyebab yang

sering dari vertigo. Vertigo dapat juga disebabkan oleh lesi di serebelum dan

lobus temporalis. Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus dapat

pula menyebabkan lesi di nervus vestibularis. Berikut ini dikemukakan

penyebab yang sering dijumpai (Lumbantobing, 2010).

Gangguan jenis perifer

- Neuronitis vestibular

- Vertigo posisional benigna

- Mabuk kendaraan (motion sickness)

- Trauma

- Obat-obatan, misalnya streptomisin

- Labirinitis

5

Page 6: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

- Penyakit Meniere

- Tumor difossa posterior, misalnya neuroma akustik

- Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus, dapat pula menyebabkan

lesi di nervus vestibularis.

Gangguan jenis sentral

- Stroke atau iskemia batang otak (vertebra-basiler)

- Migren basilar

- Trauma

- Perdarahan atau lesi di serebelum

- Lesi lobus temporalis

- Neoplasma

Lain-lain

- Toksik (misalnya antikonvulsan fenitoin, sedatif)

- Infeksi

- Hipotiroidi

4. Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum

atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular) (Turner B,

2010).

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi

dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan

somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara

lain :

Mabuk gerakan (motion sickness)

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual

surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya.

Mabuk gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah

dengan gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain

duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.

6

Page 7: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat

(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari

keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.

Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan

lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh,

dang gejala-gejala vegetatif.

2. Patologik : - sentral

- perifer

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi (Lempert T, 2009):

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak,

cerebellum, atau serebral

b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus

cranialis vestibulocochlear (N. VIII)

c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah ,

gula darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan

atau infeksi sistemik.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral

Lesi Sistem vestibuler (telinga

dalam, saraf perifer)

Sistem vertebrobasiler dan

gangguan vaskular (otak,

batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional

paroksismal jinak (BPPV),

penyakit maniere, neuronitis

vestibuler, labirintis,

neuroma akustik, trauma

iskemik batang otak,

vertebrobasiler insufisiensi,

neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan

SSP

Tidak ada Diantaranya :diplopia,

parestesi, gangguan

sensibilitas dan fungsi

motorik, disartria, gangguan

7

Page 8: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

serebelar

Intensitas

vertigo

Berat Ringan

Telinga

berdenging dan

atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Nistagmus

spontan

+ -

Vertigo Sentral

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak

atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah

terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya

diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah

(Mardjono M dan Sidharta, 2008).

Vertigo Perifer

Lamanya vertigo berlangsung (Kovar M, 2006):

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat

dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan

kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),

namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di

telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala

menghilang secara spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.

Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran

menurun (tuli), vertigo dan tinitus.

c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit

darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang

8

Page 9: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa

hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada

neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai

nistagmus.

Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut

sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika

berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita

tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa

macam yaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori (Turner B,

2010).

5. Patogenesis / patofisiologi

Secara umum vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan

tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi

aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat

(pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah

susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus

menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang

berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang

menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan

vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk

keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan

proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu

lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil

kontribusinya adalah proprioseptik (Kovar M, 2006).

Pada Vertigo post trauma dapat terjadi akibat kerusakan telinga dalam,

N.VIII atau hubungan vertibular sentral atau adanya salah pilih antara input

sensoris yang dibutuhkan untuk keseimbangan yang sempurna. Mekanisme

vertigo post trauma kepala adalah trauma kepala penetrasi seperti luka

tembak yang merupakan penyebab utamanya, 40% mengenai tulang

temporal dan pada penderita yang hidup kerusakan labirin dan N. VIII

9

Page 10: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

menyebabkan kerusakan permanen fungsi kohlea dan vertibular ; fraktur

tulang tempora peka terhadap trauma karena ia padat terletak pada dasar

tengkorak dan mengandung rongga labyrin; komosio labyrin yaitu perdarahan

mikroskopis kohlea dan labyrin, terjadi paling sering sesudah trauma

oksipital; komosio serebri dimana vertigo disebabkan perubahan otak

mikroskopis yang difus yang menyertai komosio ringan, mekanisme paling

sering kerusakan otak akibat trauma kepala tumpul adalah gerakan dan

deformitas otak pada waktu gerakan kepala yang cepat tiba-tiba dihentikan,

bagian viskoelastik otak menyebabkan ia tetap bergerak, dengan rotasi di

sekitar sumbu batang otak sehingga dapat menyebabkan keruskaan saraf

cranial, termasuk N.VIII; dan fistula perilympatik sebagai akibat rupture

membrane “oval or round window” (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

6. Diagnosis

Diagnosis vertigo sentral dan perifer ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

Pemeriksaan fisik terdiri dari nistagmus; pemeriksaan neurologis dengan

perhatian khusus pada: tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test,

maneuver nylen-barany atau dix-hallpike, tes kalori, saraf-saraf cranial,

fungsi saraf motorik dan sensorik.

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium (darah

lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostatis), foto rontgen servikal,

neurofisiologi sesuai indikasi EEG (Elektroensefalografi), ENG

(Elektronistagmografi), EMG (Elektromigrafi) Brainstream Auditory Evoked

Potential dan audimetri, neuroimaging: CT-Scan, MRI, arteriografi (Dewanto

et al, 2009).

Pada vertigo post trauma (VPT) kebanyakan akibat trauma kepala,

trauma leher atau baro trauma. Sindroma VPT dapat berupa: vertigo

posisional benigna tipe paroksismal akibat trauma kepala ringan, vertigo akut

akibat komosio labyrin, sindroma neurologis yang berat akibat trauma kepala

berat dengan vertigo dan ataxia karena kerusakan batang otak dan serebelum,

10

Page 11: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

Gejala trauma kepala tumpul tanpa fraktur sering didapat gangguan vestibular

disertai tuli persepsi bilateral akibat komosio labyrin. Ada 2 sindom labyrin

yang menonjol:

1) vertigo posisional benigna tipe paroksismal merupakan sindrom

terbanyak, penderita mengalami serangan vertigo dan nystagmus yang

mendadak, singkat yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala.

Prognosa baik tapi dapat kambuh selama beberapa tahun.

2) Vertigo post trauma akut akibat gangguan vestibuler perifer: onset

mendadak setelah trauma kepala dengan gejala vertigo mual muntah yang

akut dengan atau tanpa tuli persepsi. Prognosa baik dimana biasanya

vertigo menghilang spontan dalam beberapa hari dan sembuh total secara

bertahap dalam beberapa minggu (1-3 bulan). Bila terdapat tuli persepsi

biasanya permanen.

Gangguan vestibuler perifer yang khas bila ditemukan nystagmus

vestibuler spontan ke arah telinga yang normal (Joesoef dan Kusumastuti,

2002).

7. Diagnosis Banding

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) adalah

salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai,

ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. BPPV bukan

suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit

pada telinga dalam. Etiologi Idiopatik (50%) dan simtomatik (pasca trauma,

pasca-labirintitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, maniere, pasca-operasi,

ototoksisitas, mastoiditis kronik. Gejala klinis adalah vertigo timbul

mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu

berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali

badan, menunduk atau menengadah, serangan berlangsung kurang dari 30

detik, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah (Joesoef dan

Kusumastuti, 2002).

11

Page 12: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

VERTIGO OKULAR timbul sebagai akibat dari ketidakcocokan visual-

vestibular oleh karena gangguan penglihatan pada kelainan refraksi atau

paresis okulomotor. Vertigo ocular pada kelainan refraksi bisa berlangsung

lebih lama pada penggunaan kacamata berdioptri tinggi, pasca operasi katarak

untuk mengoreksi gangguan visus yang berat. Pada keadaan ini adaptasi

dengan refleks okulo-vestibular berjalan lambat atau tidak bisa mencukupi

terutama pada orang tua. Terapi ocular akibat kelainan refraksi bisa hilang

tanpa terapi dan bersifat sementara, oleh karena adanya kompensasi sentral

(Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

PENYAKIT MENIERE, hidrops endolimfatik yang ditandai oleh berbagai

kumpulan gejala berupa vertigo yang episodic; gangguan pendengaran,

tinnitus dan rasa penuh atau tertekan di dalam telinga. Faktor yang dapat

menimbulkan penyakit ini adalah gangguan lokal keseimbangan garam dan

air yang menyebabkan edema endolimf, gangguan regulasi otonom sistem

endolimf, alergi local telinga dalam, yang menyebabkan edema dan gangguan

control otonom, gangguan vaskularisasi telinga dalam terutama stria

vaskularis. Gangguan duktus atau sakus endolimfatik yang mengganggu

absobrsi endolimf, dll. Gejala dan tanda khas yaitu serangan pertama sangat

berat berupa vertigo yang episodic, gangguan pendengaran yang berfluktuasi,

tinitus, serta rasa penuh dan tertekan di dalam telinga.tes gliserin yang

membuktikan adanya hidrops (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

LABIRINTITIS adalah proses inflamasi dari elemen membrane telinga

bagian dalam yang dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Labirintitis

supuratifa gejalanya sekret purulenta, tinnitus, kehilangan pendengaran dan

berhubungan dengan vertigo. Penatalaksanaan dengan mastoidektomi atau

labirintektomi darurat diindikasikan untuk mencegah secara potensial

komplikasi intracranial yang mematikan (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

NEURONITIS VESTIBULARIS adalah suatu bentuk penyakit organik

yang terbatas pada apparatus vestibular. Terlokalisir pada perjalanan saraf

peripheral ke atas dan mencakup nuclei vestibular pada batang otak. Pada

12

Page 13: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

keadaan ini muncul vertigo dengan sprektum luas disertai sakit kepala yang

bermula dari pandangan gelap sesaat sampai ketidakseimbangan yang kronis,

disertai kelainan tes unilateral maupun bilateral. Nistagmus spontan dapat

dijumpai pada 80% kasus (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

KELAINAN VESTIBULER YANG DISEBABKAN OLEH OBAT-

OBATAN. Gejala gait ataxia dan oscillopsia adalah gejala utama akibat

kelainan vestibular bilateral, gejala lain ketidakstabilan postur kepala dan

kelainan psikologis. Pada ototoksisitas streptomysin terjadi kelainan

keseimbangan dan juga kehilangan orientasi lingkungan, kadang-kadang

dalam bentuk perasaan pusing. Pada pasien yang mengalami kehilangan

fungsi vestibular bilateral lebih mengeluh kaburnya pandangan atau diplopia

daripada mengeluh oscillopsia. Etiologinya adalah adanya amino glycosides,

cis-diamino-dichloroplatinum (cisplatin) (ototoxic), salicytes dan chloroquine

(cochleotoxic, vestibulotoxic). Gentamicin, streptomycin, dan tobramycin

merupakan vestibulotoxic aminoglycosides yang terjadi pada tubuh manusia.

Dihydrostreptomycin, kanamycin, neomycin, dan amikacin adalah

cochleotoxic yang paling dominan (Joesoef dan Kusumastuti, 2002).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan vertigo terdiri atas (Dewanto et al, 2009):

1. Terapi kausal

2. Terapi simptomatik

3. Terapi rehabilitasi: menggunakan metode Brandtt-Daroff

4. Terapi operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis

tidak berhasil

Obat antivertigo:

- Ca-entry blocker: Flunarzin 5-10 mg 1x1, sinarisin 25 mg 3x1

Mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamate,

menekan aktivitas NMDA special channel, bekerja langsung sebagai

depresor labirin.

13

Page 14: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

- Antihistamin: Prometasin 25-50 mg 3x1, Dimenhidrinat50 mg 3x1

Efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminersik dengan

akibat inhibisi n. vestibularis.

- Histaminik: Betahistine 8 mg 3x1

Inhibisi neuron polisinaptik pada n. vestibularis lateralis.

- Phenotiazine: Proklorperasin 3 mg 3x1, Klorpromasin 25 mg 3x1

Pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di Medula Oblongata.

- Benzodiazepin: Diazepam 2-5 mg 3x1

Menurunkan resting activity neuron pada n. vestibularis.

- Antiepileptik: Karbamazepin 200 mg 3x1, Fenitoin 100 mg 3x1

Bila ada tanda kelainan epilepsy dan kelaianan EEC.

Neuroboransia

Vitamin B kompleks, mengandung vitamin B1 (Thiamine mononitrat

100 mg) yang berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keto dan

berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 (Pyridoxol

hydrokloride 100 mg) di dalam tubuh berubah menjadi pyridoxal fosfat dan

piridoksamin fosfat yang berperan dalam metabolisme protein dan asam

amino. Vitamin B12 (Kobalamin 5000 mcg) berperan dalam sintesa asam

nukleat dan berpengaruh pada kematangan sel dan memelihara integritas

jaringan saraf (Info Kesehatan, 2013).

14

Page 15: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

BAB III

RESUME DAN ANALISIS KASUS

1. Resume

Pasien perempuan berusia 54 tahun masuk di RS Bahteramas dengan

keluhan vertigo sejak 6 hari SMRS. Pusing yang dirasakan seperti sekitarnya

berputar pada saat badan berubah posisi yaitu pada saat berbalik badan saat

sedang baring di tempat tidur, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya,

dan saat sedang berjalan. Berdasarkan auto dan alloanamnesis, pasien telah

mengalami kecelakaan lalu lintas 7 hari SMRS yaitu jatuh dari motor, pada saat

itu pasien tidak memakai helem. Pasien sempat mengalami pingsan ± 5 menit di

tempat kejadian kll, kemudian dibawa ke UGD RS kabupaten Unaaha, pada saat

itu pasien merasakan nyeri kepala, tidak terdapat keluhan mual dan muntah.

Pasien mengeluh pusing pada hari kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Terdapat

riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan kanan (-11) serta riwayat hipertensi pada

pasien dan keluarganya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit

sedang. Tanda vital terdiri atas TD : 120/80 mmHg, FN: 60x/menit, FP: 20

x/menit, S : 360C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan GCS 15 = kesadaran

composmentis, tidak terdapat tanda rangsang meningeal, pupil dalam batas

normal, pada pemeriksaan nervus kranialis ditemukan nistagmus dan tes

romberg positif menunjukkan adanya lesi nervus VIII, hasil pemeriksaan

motorik, refleks fisiologis dan patologis, sensibilitas dan saraf otonom dalam

batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan ditemukan

hasil pemeriksaan darah rutin dan kimia darah dalam batas normal, namun

terdapat peningkatan kadar trombosit, kreatinin dan kolesterol dengan

peningkatan yang tidak cukup spesifik.

15

Page 16: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

2. Analisis Kasus

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien

adalah obs. vertigo post trauma kapitis, sesuai dengan keluhan utama vertigo

dengan riwayat mengalami kecelakaan lalu lintas 7 hari SMRS. Juga pada

pemeriksaan neurologis nervus kranialis ditemukan nistagmus dan tes romberg

positif menunjukkan adanya lesi di nervus VIII. Salah satu penyebab terjadinya

vertigo ialah kelainan di perifer dimana terdapat lesi di nervus vestibularis.

Diagnosis banding pasienadalah benign paroksismal posisional vertigo (BPPV)

sesuai keluhan pusing yang dirasakan seperti sekitarnya berputar pada saat

badan berubah posisi yaitu pada saat berbalik badan saat sedang baring di tempat

tidur, saat mau berbaring dari duduk atau sebaliknya, dan saat sedang berjalan.

BPPV merupakan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit pada telinga

dalam, salah satu etiologinya yaitu pasca trauma, gejala klinisnya adalah vertigo

timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada

waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan

kembali badan, menunduk atau menengadah, serangan berlangsung kurang dari

30 detik. Diagnosis banding selanjutnya yaitu vertigo okular, sesuai riwayat

penyakit terdahulu pasien yaitu terdapat riwayat miopi pada mata kiri (-9) dan

kanan (-11). Vertigo Okular timbul sebagai akibat dari ketidakcocokan visual-

vestibular oleh karena gangguan penglihatan pada kelainan refraksi atau paresis

okulomotor. Vertigo ocular pada kelainan refraksi bisa berlangsung lebih lama

pada penggunaan kacamata berdioptri tinggi. Pada keadaan ini adaptasi dengan

refleks okulo-vestibular berjalan lambat atau tidak bisa mencukupi terutama

pada orang tua.

Rencana pemeriksaan yang dapat diberikan terdiri atas foto rontgen kepala

dan ENG. Foto rontgen kepala untuk mengetahui adanya fraktur, dislokasi dan

abnormalitas tulang terutama lokasi kelainan tersebut yang dapat mendukung

diagnosis. ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat mengidentifikasi

vestibular asimetris (seperti yang disebabkan oleh neuronitis vestibular) dan

16

Page 17: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

membuktikan nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan oleh

BPPV).

Rencana tatalaksana yang akan diberikan yaitu IVFD Nacl 0,9 % untuk

menyediakan atau memelihara kecukupan air dan elektrolit, Vitamin B1 B6 B12

sebagai neuroboransia, Betahistine sebagai antivertigo (Inhibisi neuron

polisinaptik pada n. vestibularis lateralis). Terapi rehabilitasi Brandt-Daroff,

terapi rehalibitasi vestibular merupakan terapi fisik yang menggunakan latihan

khusus dengan tujuan untuk meningkatkan kompensasi organ vestibular

terhadap gangguan keseimbangan.

17

Page 18: PRESENTASI KASUS Vertigo Post Trauma Kapitis

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto G, Suwono WJ., Riyanto B dan TuranaYuda. 2007. Diagnostik dan

Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Info Kesehatan. Fungsi obat neurobion. Available at

http://cara-mengobati.com/fungsi-obat-neurobion. Access on April, 28th

2013.

Joesoef AA dan Kusumastuti Kurnia. 2002. Neuro-Otologi Klinis: Vertigo.

Surabaya: Airlangga University Press.

Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign

Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.

December:2006

Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and

vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338

Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI. 2010.

Turner, B, Lewis, NE. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed

for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-

23.

18