26
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH OLI BEKAS (OIL TRAP) PADA WORKSHOP TAMBANG BATUBARA PT. X KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL SKRIPSI PROGRAM STUDI SI PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA TENGGARONG – KALIMANTAN TIMUR 2015 Oleh : RUDIANTO SIHOMBING NPM : 07.11.108.701602.000192

Presentase Skripsi Seminar 1

Embed Size (px)

Citation preview

Slide 1

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH OLI BEKAS (OIL TRAP) PADA WORKSHOP TAMBANG BATUBARA PT. X KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMURPROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI SI PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARATENGGARONG KALIMANTAN TIMUR2015Oleh :RUDIANTO SIHOMBINGNPM : 07.11.108.701602.000192

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pertambangan kian pesat seiring dengan lajunya perkembangan sektor lainnya, hal ini tentu saja diikuti pula dengan adanya kenaikan yang signifikan terhadap permintaan bahan bakar industri. Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam khususnya mineral yang sangat melimpah yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kepulauan Kalimantan. Dalam pembangunan industri sektor pertambangan batubara,Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi yang paling banyak mengelola industri pertambangan tersebut. Dalam proses pembangunan industri batubara tentu akan menimbulkan limbah B3, oleh karena itu perlu adanya penanganan limbah B3 secara tepat. Limbah di buang langsung tentunya bukan bagian dari minimasi limbah, karena hal ini akan menambah volume limbah yang ada di tempat pembuangan. Untuk itu cara untuk meminimasi limbah yang timbul dapat di olah terlebih dahulu seperti dengan daur ulang, sistem pengolahan limbah tertentu sebelum akhirnya limbah tersebut di buang sehingga tidak akan mencemari lingkungan ( Nastiti, 2004 )Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan keselamatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan limbah pada umumnya, terutama karena sifatnya yang tidak stabil. Kestabilan limbah B3 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti temperatur, tekanan atau gesekan, tercampur dengan bahan lain. Sehingga dapat memicu sifat limbah B3 seperti sifat reaktif, eksplosif, mudah terbakar atau sifat racunnya. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah B3 yang seminimal mungkin dan mencegah masuknya limbah B3 ke lingkungan kerja (PP 18 tahun 1999 ).

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dan TujuanAdapun maksud dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui hal dan kegiatan apa saja yang di lakukan PT. X dalam menangani masalah pengelolaan limbah oli bekas pada oil trap.

Tujuan dari penelitian skripsi adalah : 1.Mengevaluasi proses penanganan oli bekas hasil timbulan kegiatan workshop. 2. Mengevaluasi mekanisme pelaksanaan sistem pengelolaan limbah oli bekas pada oil trap. 3. Mengetahui pH air pada kolam pengendap

1.3. Rumusan Masalah1. Berapa jumlah timbulan limbah oli bekas yang dihasilkan dari workshop PT. X.2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sistem pengelolaan limbah oli bekas pada oil trap.3. Berapa pH air yang di hasilkan pada kolam pengendap.

1.4. Batasan MasalahDalam penulisan proposal penelitian ini batasan masalah di batasi hanya mengenai pada tahapan proses pengelolaan limbah oli bekas hasil dari workshop sampai pengelolaan pada oil trap.

BAB IIDASAR TEORI

2.1. Definisi LimbahMenurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

2.2. Oli (Pelumas)Pelumas atau oli merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai pelicin, pelindung,dan pembersih bagi bagian dalam mesin. Kode pengenal Oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers.

2.3. Kontaminasi OliKontaminasi terjadi dengan adanya benda-benda asing atau partikel pencemar di dalam oli. macam-macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni :Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga, besi, chrominium, alumnium,, timah, molybdenum,silikon, nikel, atau magnesium. Kotoran atau jelaga, kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara lewat sela-sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni dinding selinder. Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. Kepulan asam hitam dan kotornya filter udara menandai terjadinya jelaga.Bahan BakarAir

2.4. Oli Bekas Termasuk Limbah B3Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, oli bekas termasuk kategori limbah B3.Meski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bilatidak dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan

2.5. Penyimpanan Oli BekasPenyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

2.6. Pengangkutan Oli BekasPengangkut oli bekas adalah orang yang mengangkut oli bekas, mengumpulkan oli bekas lebih dari satu penghasil oli bekas dan mengangkut oli bekas tersebut, mengoperasikan atau memiliki fasilitas transfer oli bekas. Pengecualian dari definisi di atas terjadi apabila:Seseorang/suatu perusahaan mengangkut oli bekas tersebut dalam sistem jaringan on-siteSeseorang/suatu perusahaan adalah penghasil oli bekas dan mengangkut oli bekas tersebut dalam jumlah kurang dari 55 galon per hari.

2.7. Pembuangan dan Penimbunan Oli BekasPembuangan oli bekas secara sembarangan akan merusak lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah

2.8. Pembuatan dan Penggunaan Oil TrapLimbah bahan berbahaya dan beracun yang di hasilkan oleh setiap kegiatan operasional membutuhkan penanganan agar tidak merusak kondisi lingkungan. Setiap perusahaan apapun bidangnya yang di jalankan perlu dilakukan penanganan baik berupa limbah berbahaya dan beracun maupun lain-lainnya. Oil trap merupakan sarana untuk memisahkan oli dari air buangan sebelum air buangan masuk ke settling pond/kolam pengendap atau badan air lain. Oil trap biasanya di buat sesuai dengan kapasitas pembuangan limbah dari workshop (Service Bays) sehingga air yang mengalir kesungai mempunyai kadar minyak yg sangat rendah.

2.9. Pengolahan Limbah Oli Bekas Pada Oil TrapPada tahap awal pengolahan limbah oli dilakukan di oil trap ini adalah unit pemisahan minyak. Pada tahap ini terdiri dari pengolahan awal (primary treatment) yakni proses awal pemisahan minyak dan penghilangan pasir (grit removal) kemudian proses pemisahan minyak dengan cara fisika-kimia (physico-chemical oil seperation) dilanjutkan dengan pengolahan sekunder menggunakan proses biologis misalnya biofilter. Proses pemisahan minyak tersebut sangat penting untuk dilakukan karena jika konsentrasi minyak di dalam air limbah masih tinggi maka dapat mengganggu proses pengolahan air limbah secara biologis serta mengakibatkan biaya pengolahan menjadi mahal

2.10. Proses Pengontrolan PHpH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam berbagai cairan proses adalah pH, yaitu pengukuran ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah dinamakan asam sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan basa. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral). Nilai ini menunjukkan konsentrasi ion H+ dan ion OH- di dalam air.

2.11. Pengukuran PHpH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH). Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan dengan elektroda potensiometrik. Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan.

BAB IIIMetodologi Penelitian.

3.1. Metodologi Penelitian Adapun metode yang di lakukan dalam penelitian ini adalah :* Studi litelatur, tahap ini merupakan awal dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Tahap ini dilakukan studi pustaka atau mencari refrensi berupa buku tambang, jurnal, informasi serta laporan sebagai pendukung kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.* Observasi Lapangan, yaitu dengan cara peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan terhadap objek kajian yang sedang berlangsung yang berkaitan dengan pengolahan limbah oli bekas pada PT . X.

*Pengambilan data :- Data Primer.-Data Sekunder*Pengumpulan Data*Pengolahan Data*Analisis data

3.2. Evaluasi dan Penyelesaian masalah Cara penyelesaian masalah dalam pengelolaan limbah B3 adalah sebagai berikut :Mengidentifikasi sumber serta menghitung jumlah limbah oli bekas yang dihasilkan dari workshop PT. X Menganalisis mekanisme pelaksanaan sistem pengelolaan limbah oli bekas hasil dari workshop sampai pada pengolahannya pada oil trap. Memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan mengenai pengelolaan limbah B3 (oil trap) yang optimal

BAB IVPenutup

4.1. KesimpulanDari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah B3 harus memenuhi syarat serta izin pengelolaan dari instansi atau perundang-undangan terkait, sebab pencemaran lingkungan oleh limbah B3 sangat mengancam kelestarian lingkungan hidup dan kesehatan manusia.

Evaluasi tentang pengelolaan limbah B3 di PT. XObservasi LapanganStudi LiteraturPengambilan DataData Sekunder :1.Peta Situasi workshop..Data pH air awal.Data Pemakaian Oli.4.Undang-undang terkait pengelolaan limbah B3.Data Primer :1. Jumlah Limbah Oli Bekas. 2. Dimensi Oil Trap.3. Data pH air setelah setelah pengelolaan oil trap.

Akuisi DataPengolahan Data :

Dengan melakukan Penyusunan dan Perhitungan Data. Penyusunan dan perhitungan data dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa komputer/laptop.

Hasil

Diagram Alir Penelitian

TERIMAKASIH