SKRIPSI Seminar

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Setiap Organisasi baik yang memiliki orientasi mencari keuntungan ataupun tidak, tidak dapat dipungkiri citra atau image organisasi merupakan satu-satunya alat yang digunakan untuk membangun kepercayaan. Kepercayaan yang diperoleh oleh sebuah organisasi merupakan modal dasar organisasi untuk menciptakan image positif atau goodwill. Citibank sebagai institusi yang memiliki ijin untuk melakukan banyak aktivitas keuangan, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan, dalam menjalankan aktivitas untuk memperoleh pendapatan, Citibank dihadapkan pada resiko melekat pada seluruh aktifitasnya, dimana seluruh aktivitas bank, produk, layanan bank terkait dengan uang. Sehingga dari seluruh kegiatan tersebut, Citibank menciptakan berbagai jenis produk, salah satu contohnya yaitu penerbitan kartu kredit platinum Citybank. Didalam menjaga dan memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Timbullah ide yangmana dapat digunakan sebagai daya tarik tersendiri bagi calon nasabah, maka terciptalah layanan Executive Padma Lounge di bandara Ngurah Rai Bali dan lounge-lounge lain di seluruh bandara yang ada di Indonesia. Konsep yang terpenting adalah layanan yang dibuat mampu memiliki kemampuan untuk memberikan suatu kepuasan dan menciptakan rasa nyaman dari

1

nasabah. Tatkala menunggu keberangkatan pesawat udara yang digunakan sebagai sarana transportasi udara oleh nasabah. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seorang nasabah yang muncul setelah membandingkan produk yang digunakan dengan kualitas layanan yang diberikan (Katler & Amstrong 2007:177) yang mana jika nasabah telah memperoleh kepuasan setelah menikmati layanan Executive Lounge, cenderung akan memberikan tanggapan yang positif. Dimana nasabah cenderung bersikap kritis dalam menentukan pilihan untuk memilih jasa yang dinginkan, terutama terhadap keunggulan kualitas produk . Dalam dunia bisnis Jasa Boga (Executive Lounge), kualitas jasa adalah hal

utama yang harus selalu dijaga konsistensinya serta selalu lebih unggul dari para pesaing. Kualitas jasa yang ditawarkan harus berada diatas pesaing dan lebih hebat dari harapan nasabah, sehingga kualitas jasa yang sesuai harapan akan memberikan kepuasan kepada pelanggan.

2

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebelumnya, dapat dirumuskan rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah Pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan nasabah Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali? 2) Bagaimanakah pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali? 3) Bagaimanakah pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali yang di moderasi oleh kepuasan pelanggan nasabah Citibank pada Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali? 1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan nasabah Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali.2) Untuk mengetahui pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah

Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali. 3) Untuk mengetahui pengaruh loyalitas jasa terhadap loyalitas nasabah Citibank di Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali yang

3

di moderasi oleh kepuasan pelanggan pada Executive Padma Lounge Bandar Udara Ngurah Rai Bali.

1.3.2 Kegunaan penelitian 1). Kegunaan Teoritis a. Diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang tentang keterikatan variabel kualitas jasa, kepuasan serta loyalitas pelanggan/nasabah. b. Semoga menjadi referensi bagi para peneliti yang melakukan penelitian dengan onjek yang sama atau sejenis. 2). Kegunaan Empiris a. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori teori yang diterima dibangku perkuliahan khususnya mengenai pengaruh kepuasan konsumen terhadap keberlangsungan perusahaan. b. Bagi Operasional Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pihak perusahaan terutama dalam menjaga loyalitas pelanggan/nasabah Citibank terkait dengan kepuasan yang didapat melalui pelayanan yang diberikan perusahaan.

4

1.4. Sistematika penulisan Penelitian ini disusun secara sistematis, dengan penyajian sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian yang kemudian dirumuskan kedalam rumusan masalah disertai dengan tujuan dan kegunaan penelitian Bab II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan landasan teori yang dapat mendukung tujuan penelitian ini. Disamping itu juga diuraikan mengenai hipotesis penelitian. Bab III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metodelogi penelitian yang meliputi lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V SIMPULAN & SARAN Dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.l.1 Economic value added (EVA). Manajemen berdasarkan EVA awalnya diterapkan oleh perusahaan perusahaan di Eropa dan diperkenalkan pertama oleh Stern Steward. EVA merupakan salah satu dari sekian alat pengukuran kinerja yang berorientasi pada nilai perusahaan. Secara sederhana EVA diperoleh dengan mengurangi laba operasi setelah pajak dengan biaya modal (Joel Stern & John Shiely, 2001 : 15). Kelebihan dari manajemen EVA adalah dalam mengkaji tingkat pengembalian atas modal investasi (Return On Invested Capital), memasukkan unsur biaya modal (cost of capital) keseluruhan dalam perhitungannya. Angka nilai bersih dalam laporan laba rugi hanya mempertimbangkan jenis biaya modal yang mudah dilihat atau eksplisit saja seperti bunga sementara mengabaikan biaya implisit seperti biaya ekuitas dan biaya hutang. EVA sebagai penilaian kinerja berorientasi pada nilai, selalu dihadapkan pada elemen penggerak nilainya terutama penggerak nilai dari perspektif keuangan. Analisis DuPont merumuskan EVA dengan mengurangi RONA dengan WACC .

EVA = RONA WACC ..........................................................................(1)

EVA = ROI WACC ..........................................................................(2)

6

Keterangan : EVA ROl RONA WACC = = = = Nilai Tambah Ekonomis Tingkat Pengembalian Investasi Return On Net Assets Biaya Modal Rata - Rata Tertimbang

RONA (Return On Net Assets) atau yang lebih dikenal sebagai ROI (Return On Investment) diperoleh dengan mengalikan Margin Laba dengan Perputaran Aktiva Total. Sedangkan WACC mewakili biaya modal yang merupakan biaya rata - rata tertimbang dari biaya hutang dan biaya modal sendiri. Apabila terjadi EVA positif, ini berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai bagi pemilik modal. Sedangkan bila EVA negatif, menandakan berkurangnya nilai perusahaan sebagai akibat dari tingkat

pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan investor/pemilik saham. 2.1.2 ROI (Return On Investment) Setiap pemegang saham atau pemilik perusahaan akan sangat memperhatikan tingkat pengembalian atas setiap modal yang diinvestasikannya, dan adalah tugas manajer keuangan untuk meyakinkan para pemegang saham bahwa adalah tepat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Untuk menghitung tingkat pengembalian atas investasi terhadap satu perusahaan atau sekuritas tertentu, digunakan perhitungan ROl (Martono & Harjito, 2005 : 60). DuPont merumuskan ROl sebagai hasil kali dari Net Profit Margin (NPM) dan

7

Total Assets Turn Over (TATO). Sedangkan NPM diperoleh dengan membandingkan EAT dengan Net Sales dan TATO diperoleh dengan membagi Net Sales dengan Total Assets.NPM = EAT .........................(3) NetSales ROI = TATO = NetSales ....................(4) TotalAsset s EAT ......(5) TotalAsset s

Keterangan : NPM EAT = = Marjin Laba Laba Setelah Pajak Perputaran Aktiva Total Tingkat pengembalian Investasi

TATO = ROl =

2.1.3 Biaya modal Setiap penggunaan dari sumber dana baik yang berasal dari luar perusahaan maupun dalam perusahaan akan menimbulkan biaya modal. Dana dari hutang akan menimbulkan biaya hutang sedangkan dana dari modal sendiri akan menimbulkan biaya modal sendiri sebesar keuntungan yang diminta oleh pemegang saham (Agus Sartono, 2001: 215). Dengan demikian biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang harus diperhitungkan oleh perusahaan dalam menggunakan dana untuk mendanai pelaksanaan operasional perusahaan sehingga dapat mempertahankan nilai tambah ekonomis perusahaan. Dalam bukunya The EVA Challenge (2001 : 15), Joel M. Stern & John Shiely

8

menyebutkan bahwa pada EVA biaya modal menyangkut biaya hutang (debt) dan biaya modal sendiri (equity). Adapun komponen - komponen dan biaya modal perusahaan yaitu: 1). Biaya Modal Sendiri (Cost Of Equity) Biaya modal sendiri menunjukkan keuntungan yang disyaratkan oleh

pemilik modal sendiri tersebut ke perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya modal sendiri menurut Suad Husnan(1996 : 301) adalah sebagai berikut:Ke = EPS .....................................(6) P

Keterangan : Ke EPS P = = = Biaya Modal Sendiri Earning Per Share Harga Saham

2). Biaya Hutang (Cost Of Debt) Biaya hutang menunjukkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang dapat dihitung dengan rumus (Agus Sartono, 2001 : 235) sebagai berikut:Kd = EBIT (1 t ) EAT ..............................(7) B

Keterangan : Kd EBIT = = biaya hutang jangka panjang sebelum pajak Laba operasi sebelum bunga dan pajak

9

t B

= =

Pajak Jumlah hutang jangka panjang

3). Biaya Modal Rata - Rata Tertimbang (WACC) Suatu investasi yang dibiayai dengan berbagai sumber dana sedangkan masing - masing sumber dana tersebut mempunyai biaya yang berbeda maka perlu dihitung biaya modal rata - rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut : (Agus Sartono, 2001 : 235) S B WACC = Ke + Kd (1 t ) ..........................(8) B+S B+S

Keterangan : WACC = Ke = Biaya modal rata - rata tertimbang Biaya modal sendiri biaya hutang jangka panjang setelah pajak Jumlah modal sendiri Jumlah hutang jangka panjang Pajak

Kd( 1-t) = S B t = = =

2.1.4 Pengertian modal kerja Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan modal kerja baik untuk memberikan persekot pembelian bahan baku, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya, dimana dana atau uang yang dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi

10

selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 94) modal kerja adalah besarnya hutang lancar yang harus segera dibayar. Serupa dengan pengertian tadi, Martono & Agus Harjito (2005 : 72) mendefinisikan modal kerja sebagai manajemen dari elemen - elemen aktiva lancar dan elemen - elemen hutang lancar yang mana kebijakan dari modal kerja tersebut akan menunjukkan keputusan - keputusan mendasar mengenai target masing - masing elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva tersebut dibelanjai. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 57) modal kerja terdiri dari beberapa konsep yaitu: 1). Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). 2). Konsep Kualitatif Konsep ini mengaitkan kebutuhan modal kerja dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi

11

kewajiban financial yang harus segera dilunasi. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital).

3). Konsep Fungsionil Dalam konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada pula penggunaan dana dalam periode accounting saat ini menghasilkan pendapatan pada periode periode berikutnya (future income). Dalam konsep ini, modal kerja merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income. 2.1.5 Jenis-jenis modal kerja Menurut Martono & Agus Marjito (2005 72), jenis-jenis modal kerja terbagi atas: 1). Modal kerja permanen (permanent working capital) Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk tetap dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer (primary working capital) Merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjainin kontinuitas usahanya.

12

b.

Modal kerja normal (normal working capital) Merupakan jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2). Modal kerja variabel (variabel working capital) Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan menjadi: a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja sikilis (cyclical working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah - ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (emergency working capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, seperti pemogokan buruh, banjir dan perubahan keadaan ekonomi yang mendadak. 2.1.6 Unsur-unsur modal kerja Modal kerja dalam perusahaan dapat berupa aktiva lancar maupun hutang lancar. Adapun unsur unsur dan modal kerja adalah sebagai berikut: 1) Kas. Kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha menjaga kelancaran operasi perusahaan. Jumlah kas yang kurang maupun berlebihan keduanya

13

memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Kekurangan kas dapat berakibat pada tidak terbayarnya berbagai kewajiban seperti hutang gaji dan bunga bank, hutang dagang dan sebagainya. Sedangkan kelebihan kas mengakibatkan penyerapan dana modal kerja yang langka dan mahal, sehingga menaikkan beban pada perusahaan. Bambang Riyanto (2001 : 94) menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Menurut S. Munawir (2002 : 29), kas adalah semua mata uang kertas dan logam baik mata uang dalam negeri serta semua surat-surat yang mempunyai sifat-sifat segera dapat digunakan untuk melakukan pembayaran pada setiap saat dikehendaki. Martono & Agus Harjito (2005 : 72) mendefinisikan kas sebagai salah satu bagian dan aktiva yang memiliki sifat paling lancar/liquid dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Dari beberapa termin yang mendefinisikan kas diatas, dapat disimpulkan bahwa kas adalah sesuatu yang dapat diterima sebagai alat tukar dan merupakan unsur dari modal kerja dengan liquiditas tertinggi yang paling mudah berpindah tangan sekaligus dilain pihak berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan. Suad Husnan (2002 : 181) mengatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas yaitu: a. Motif transaksi Adalah suatu motif dimana perusahaan menyediakan kas untuk membayar berbagai transaksi dalam membiayai seluruh biaya yang timbul karena operasi perusahaan.

14

b.

Motif berjaga-jaga Adalah suatu motif yang dilakukan untuk mempertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga atau insidental.

c.

Motif spekulasi Adalah motif yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan memiliki atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid.

2). Piutang Pemberian kredit kepada pelanggan dari pihak perusahaan tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi akan menimbulkan piutang dan setelah jatuh tempo terjadi aliran kas masuk. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu : Kas Persediaan Piutang Kas. Dalam keadaan yang normal dan

dimana penjualan dilakukan secara kredit, piutang mempunyai likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan (inventory), karena perputaran dari piutang ke kas hanya membutuhkan satu langkah saja. Martono & Agus Harjito (2005 : 95) mendefinisikan piutang sebagai tagihan perusahaan kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan dan piutang ini timbul dari penjualan kredit.

15

Dahlan (2005:356) menyatakan dalam memberikan kredit terhadap pihak lain harus menjalankan prinsip perkreditan yang juga disebut dengan prinsip 5C. Pada dasarnya konsep 5C dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut: a. Penilaian watak (Character). Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kejujuran dan itikat baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. b. Penilaian kemampuan (Capacity). Penilaian kemampuan dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur yang dapat membayar semua kewajibannya ( ability to pray ) tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit dan berkaitan dengan kemampuan debitur mengelola usahanya sehingga dapat berkembang dengan memanfaatkan kredit bank. c. Penilaian terhadap modal (Capital). Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara

kelangsungan usahanya.

16

d.

Penilaian terhadap anggunan (Collateral). Penilaian barang jaminan (Collateral) yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejumlah mana nilai barang jaminan atau agunan tersebut dapat menutupi risiko kegagalan pengambilan kewajiban-kewajiban debitur.

e.

Penilaian terhadap prospek usaha nasabah (Condition of Economy). Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi, yaitu berkaitan dengan keadaan perekonomian pada saat tertentu, saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur.

3). Persediaan Menurut Bambang Riyanto (2001:69), persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang merupakan elemen yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus mengalami perubahan. Persediaan berupa persediaan barang yang selalu berputar yang selalu dibeli dan dijual dengan setelah atau tanpa mengalami perubahan. Persediaan merupakan suatu unsur yang penting dalam usaha mencapai tingkat penjualan yang dikehendaki tergantung dari sifat perusahaan, persediaan yang disimpan perusahaan mungkin terdiri dan barang - barang tahan lama, barang yang mudah rusak atau barang yang murah dan barang yang mahal. Dengan menyimpan persediaan, perusahaan memiliki suatu bantalan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur proses pembelian, produksi dan

17

penjualan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan baru akan melakukan pembelian bilamana barang harus diproduksi dan dijual. 2.1.7 Perputaran kas (Cash Turn Over) Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya.

Dengan demikian, semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan berarti semakin rendah tingkat perputarannya. Hal ini mencerminkan adanya over investment dalam kas, begitu pula sebaliknya. Cara untuk mengetahui perputaran kas menurut Riyanto (2001 : 98) adalah membandingkan antara sales (penjualan) dengan jumlah kas rata-rata. Perputaran kas = 2.1.8Penjualan Bersih .....(10) Rata - rata Kas

Perputaran piutang (Receivable Turn Over) Perputaran piutang adalah masa berputarnya piutang dalam satu

kali produksi untuk kembali menjadi kas sebagai unsur modal kerja. Riyanto (2001:90) menjelaskan rasio perputaran piutang atau receivable turn over (RTO) dapat dihitung dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang yang sama. RTO = 2.1.9 Penjualan Kredit (11) Rata - rata Piutang

Perputaran persediaan (Inventory Turn Over) Persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja

merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar yang secara terus-

18

menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan dan kontinuitas perusahaan (Allien & Fraser, 2004 : 183). Perputaran persediaan adalah periode berputarnya persediaan perusahaan untuk kembali lagi menjadi kas sebagai salah satu unsur modal kerja. Perputaran Persediaan =Penjualan ........................(12) Rata - rata Persediaan

2.1.10 Return on working capital Salah satu pertimbangan bagi investor yang ingin

menginvestasikan dananya adalah banyaknya tingkat pengembalian yang dihasilkan atas investasi tersebut. Return on working capital adalah rasio yang memperhitungkan seberapa besar tingkat pengembalian yang dihasilkan atas investasi pada modal kerja. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan laba operasi dengan total aktiva dengan satuan persen. Semakin tinggi nilai dari rasio ini mengindikasikan bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerjanya secara tepat guna. Dengan penggunaan modal kerja yang optimal, perusahaan akan dapat memaksimalkan produksinya dan dapat meningkatkan laba operasi yang diperoleh. Husnan dkk (2002:124) merumuskan rasio return on working capital yaitu : Return on Working Capital =Laba Operasi x 100%.............................(13) Aktiva Lancar

19

2.1.11 Hubungan perputaran kas dengan EVA Dalam suatu periode produksi keberadaan kas sebagai modal kerja adalah sangat penting. Perputaran kas mencerminkan seberapa lama atau seberapa cepat kas yang diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Perputaran kas yang tinggi akan menjaga kemungkinan keterlambatan produksi dan akan mampu meningkatkan laba operasi perusahaan. Dengan laba operasi yang meningkat, akan meningkatkan nilai ROI yang dalam konsep EVA nilai ROI yang meningkat akan meningkatkan nilai EVA pula.

2.1.12 Hubungan perputaran piutang dengan EVA Perputaran piutang mencerminkan besarnya modal yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin kecil modal yang tertanam dalam piutang sehingga dapat memperlancar produksi dan meningkatkan laba operasi. Dengan laba operasi yang meningkat, akan meningkatkan nilai ROI yang dalam konsep EVA nilai ROI yang meningkat akan meningkatkan nilai EVA pula. 2.1.13 Hubungan perputaran persediaan dengan EVA Sama halnya dengan perputaran kas dan perputaran piutang, perputaran persediaan juga memiliki hubungan positif dengan EVA. Pernyataan tadi didasari pada pertimbangan dengan tingginya perputaran persediaan tidak akan terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan sehingga perusahaan dapat

20

mengoptimalkan produksinya dan meningkatkan laba operasi perusahaan. Dengan laba operasi yang meningkat, akan meningkatkan nilai ROI yang dalam konsep EVA nilai ROI yang meningkat akan meningkatkan nilai EVA pula. 2.1.14 Hubungan return on working capital dengan EVA Semakin tinggi nilai dari rasio ini mengindikasikan bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerjanya secara tepat guna. Dengan penggunaan modal kerja yang optimal, perusahaan akan dapat memaksimalkan produksinya dan dapat meningkatkan laba operasi, dimana meningkatnya laba operasi ini akan meningkatkan nilai ROI dalam perhitungan EVA sehingga akan mampu meningkatkan nilai tambah ekonomis perusahaan (EVA). 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan memiliki keterkaitan dengan penelitian ini adalah: 1). Asti Lamriama Sianturi, meneliti tentang Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang terdaftar Di BEI. Perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas suatu perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yang menunjukkan t-hitung sebesar 2,143 dengan nilai signifikan 0,035 sedangkan t-tabel sebesar 1,984723 sehingga t-hitung > t-tabel. Artinya bahwa semakin meningkat perputaran persediaan, maka semakin

meningkat pula likuiditas suatu perusahaan, yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya. Demikian juga sebaliknya apabila

21

semakin berkurang perputaran persediaan, maka semakin rendah pula likuiditas suatu perusahaan, yang berarti semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti perputaran persediaan dan tempat penelitian yang sama. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel terikatnya. 2). I Putu Yadnya, (2003) meneliti tentang Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan dan Nilai Tambah Ekonomis Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa beberapa rasio keuangan seperti debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER), dan return on assets (ROA) berpengaruh terhadap return saham dan melakukan analisis pada hasil yang dicapai. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 1997 sampai dengan 2001 dengan sampel diambil secara proportional random sampling berdasarkan bidang usahanya. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Data diolah dengan bantuan Statistic Program fo social Science (SPSS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas debt to equity ratio, price earnings ratio, return on assets dan economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan sampel periode 1997 sampai dengan 2001. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan EVA

22

sebagai variabel penelitiannya. Sedangkan perbedaannya terdapat pada tahun penelitiannya. 3). Desak Putu Carmapura, (1997) meneliti tentang Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Likuiditas Intern dan Likuiditas Ekstern Di KUD Sukawati Gianyar. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap likuiditas intern dan likuiditas ekstern di KUD Sukawati. Hasil dari analisis ini bahwa pengaruh perputaran kas terhadap likuiditas intern sebesar 7persen dan 93persen lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Kemudian apabila dilihat dari pengaruh perputaran kas terhadap likuiditas eksternnya sebesar 46persen dan sisanya lagi sebesar 54persen dipengaruhi oleh faktor luar perputaran kas yang tidak diteliti dalam penelitian sebelumnya. Kedua hasil analisis tersebut setelah di uji dengan menggunakan uji t test ternyata di tolak, ini berarti perputaran kas terhadap likuiditas baik intern maupun ekstern di KUD Sukawati tidak berpengaruh nyata. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tenteng perputaran kas. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel terikat dan tempat penelitiannya. 4) Noer Sasongko & Nila Wulandari, (2006) meneliti tentang Pengaruh EVA Dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kembali pengaruh EVA ( Economic Value Added) dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return ON Equity), ROS ( Return On Sales), EPS (Earning Per

23

Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001-2002. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda atau multiple regression untuk mengkaji pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS, BEP dan EVA terhadap harga saham. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5persen (p< 0,005). Variabel-variabel lain seperti ROA, ROE, ROS, BAP, dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikan 5persen (p> 0,005). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menghitung Nilai Tambah Ekonomis dan sama-sama

menggunakan teknik analisis data regresi linier berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

menggunakan EVA dalam variabel penelitiannya. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel terikat penelitian. 5) Rachman Fitrianto, meneliti tentang Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Economic Value Added. Metode yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah metode komparatif. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan 5 perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode EVA dan Konvensional serta uji statistik dengan metode

24

independent simple t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode konvensional dan metode economic value added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Laba yang dihitung yang dihitung dengan metode konvensional lebik baik dari pada menggunakan metode EVA. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti EVA. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tempat penelitiannya. 6) Dr. Anil K. Sharma, (2010) meneliti tentang Economic Value Added (EVA) - Literature Review and Relevant Issues. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan sebuah kajian narasi literature dari 112 makalah yang diterbitkan EVA 1994-2008. Ini menyediakan skema klasifikasi,

mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur yang ada dan menunjukkan arah untuk masa depan penelitian. Jurnal ini menyajikan literatur yang komprehensif dan analisis yang kritis untuk bergerak kearah yang kemajuan dalam EVA. Persamaan dalam jurnal dengan penelitian ini adalah samasama meneliti EVA. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini dengan jurnal terdapat pada tempat penelitiannya. 7) Daibi W. Dagogo, Walter G. Ollor, (2009) meneliti tentang The Effect Of Venture Capital Financing On The Economic Value Added Profile Of Nigerian SMEs. Penelitian ini mengkaji penggunaaan Modal Ventura, pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah pembangunan di Nigeria dengan membandingkan nilai tambah ekonomis (EVA) dari modal usaha

25

UKM yang didukung dan orang-orang non-modal yang didukung UKM. Tiga variabel independen yang telah ditentukan yaitu : keuangan ekuitas, dukungan manajemen, dan dukungan teknis. Hasilnya pasangan t-test untuk signifikan perbedaan berarti bebas dan terikatnya. Sedangkan f-uji signifikan R2 dan t-test untuk signifikan koefisien regresi individu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menelii nilai tambah ekonomis (EVA). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tempat penelitiannya. 8) Henry I.Silvermen, (2010) meneliti tentang Valuing Technology Stocks With EVA : A Bridge Too Far?. Economic Value Added (EVA) kerangka telah menimbulkan banyak perhatian dari perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa, konsultan, akuntan, analis keamanan, fund manager dan media untuk utilitas diakui dalam akurat menilai perusahaan publik. Pada tahun 1996, misalnya, Fortune Magazine melenguh bahwa ratusan perusahaan baru saja "meninggalkan" laba per saham dalam mendukung EVA sebagai alat pengukuran kinerja dan menyetir harga saham. Selama tahun 1990-an, investor menyaksikan pertumbuhan belum pernah terjadi sebelumnya di harga ekuitas AS, khususnya untuk perusahaan teknologi. Studi kasus ini secara kritis mengkaji Economic Value Added EVA kerangka dan upaya untuk merasionalisasi pasar bull saham teknologi dengan menggunakan EVA untuk memperkirakan nilai intrinsik sebagian besar sektor teknologi AS pada 1999 dan membandingkan ini angka dengan nilai pasar kontemporer untuk hal yang sama. Kami menemukan perbedaan nyata

26

antara EVA perkiraan Present Value dan nilai pasar sebenarnya untuk sektor ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah samasama meneliti EVA, sedangkan perbedaannya terdapat pada tempat penelitiannya. 9) Haibo Hu, (2010) meneliti tentang Primary Research Of The Advantages and The Cost Control Of The ABC & EVA Integrated System. Produk terpadu Kegiatan-Based Costing (ABC) dan Economic Value Added (EVA) adalah ABC &EV sistem, yaitu sistem biaya yang terintegrasi. Tradisional metode ABC memberikan prioritas kepada rantai aktivitas interior perusahaan untuk melaksanakan analisis biaya, tetapi mengabaikan biaya modal, sehingga akuntansi biaya tidak lengkap. The ABC & EVA sistem membawa biaya modal ke dalam manajemen biaya, yang tidak bisa hanya terbuka keluar yang nyata nilai ekonomi yang diciptakan oleh obyek biaya, tetapi memperpanjang perhitungan biaya murni ABC untuk kinerja evaluasi. Berdasarkan prinsip dari sistem ABC & EVA, strategi biaya perusahaan kontrol di bawah biaya sistem terpadu yang diusulkan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti EVA, sedangkan perbedaannya terdapat pada tempat penelitiannya. 10) Dimitrios I. Maditinos, Zeljko Sevic, Georgios N. Theriou (2006) meneliti tentang The Introduction of Economic Value Added (EVA) in The Corporate World. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan konsep Economic Value Added (EVA) dalam konteks Yunani dan untuk memberikan penjelasan atas penggunaan baik pendapatan dan EVA di ASE

27

tersebut. Penelitian ini menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari analisis dilakukan berdasarkan data keuangan sekunder yang berkaitan dengan periode 1995-2001. Pendukung EVA bukti yang diberikan untuk membangun metode ini sebagai pengukuran kinerja yang unggul dan sistem insentif kompensasi dan menyatakan bahwa itu benar-benar baik menggunakan EVA daripada ukuran kinerja akuntansi tradisional seperti laba, EPS, ROI atau ROE (lihat: Stewart, 1991 ; Tully 1993;. Stern et al, 1995; Ehrbar, 1998). Banyak sarjana lain, seperti Milunovich dan Tseui (1996), Lehn dan Makhija (1996, 1997), dan Forker dan Powell (2004) telah menerbitkan studi yang mendukung keunggulan EVA. Namun, penelitian difokuskan pada apakah EVA adalah lebih tinggi terkait dengan pendapatan saham daripada ukuran kinerja lainnya memberi hasil beragam dan kontroversial. Penelitian ini menggunakan pooled time-series, cross sectional data perusahaan yang terdaftar di ASE selama periode 1995 - 2001 untuk menguji apakah EVA atau laba per saham (EPS) dikaitkan lebih kuat dengan return saham. Kedua pendekatan konten relatif dan inkremental telah diuji. Informasi tes Relatif konten mengungkapkan bahwa return saham lebih erat terkait dengan EPS dari EVA. Di sisi lain, tes informasi tambahan konten memberikan bukti bahwa EVA menambahkan kekuatan penjelas yang signifikan terhadap EPS dalam menjelaskan return saham. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti EVA, sedangkan perbedaannya terdapat pada tempat penelitiannya. 2.3 Rumusan Hipotesis

28

Mengacu pada kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1). Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan return on working capital, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009. 2). Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan return on working capital secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportion Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Transportation Service yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (PT.BEI). Alasan dilakukan penelitian di

29

perusahaan Transportation Services yang terdaftar di PT.BEI adalah karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang cukup homogen dengan laporan keuangan yang lengkap dibandingkan sektor lainnya. Selain itu, populasi yang besar memudahkan dalam menentukan sampel sesuai dengan kriteria yang diperlukan. 3.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah EVA (Nilai Tambah Ekonomis ) pada perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI untuk periode 20002009. 3.3 Identifikasi Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian asosiatif yang meneliti hubungan antar variabel, penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. 1) Variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah EVA ( Nilai Tambah Ekonomis ). 2) Variabel bebas (X), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat yang dalam penelitian ini digunakan perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3) dan return on working capital (X4). 3.4 Definisi Operasional Variabel Untuk memperjelas definisi masing - masing variabel yang diteliti sebagai pokok permasalahan yang dibahas, maka perlu diuraikan beberapa hal sebagai berikut:

30

1). EVA (Y) Dalam penelitian ini EVA atau nilai tambah ekonomis adalah EVA pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI untuk periode 2000-2009 yang diperoleh berdasarkan rumus EVA dengan analisis DuPont yaitu:

EVA = RONA WACC

EVA = ROI WACCDimana RONA/ROl mewakili tingkat pengembalian investasi dari pemegang saham. WACC adalah biaya modal rata - rata tertimbang yang mewakili biaya modal total (David Young & Stephen, 2001 : 42). Dalam analisis regresi, satuan nilai EVA yang digunakan adalah persen. 2). Perputaran Kas (X1) Perputaran Kas yang diteliti adalah periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI untuk periode 2000-2009 (Riyanto, 2001:98): Perputaran kas =Penjualan Bersih Rata - rata Kas

Dalam analisis regresi, satuan nilai perputaran kas yang digunakan adalah persen. 3). Perputaran Piutang (X2)

31

Variabel Perputaran Piutang yang diteliti adalah perputaran piutang pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI untuk periode 2000-2009 dan diperoleh dengan menggunakan rumus (Riyanto, 2001:334): Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Rata - rata Piutang

Dalam analisis regresi, satuan nilai perputaran piutang yang digunakan adalah persen. 4). Perputaran Persediaan (X3) Perputaran Persediaan yang diteliti pada penelitian ini adalah perputaran piutang pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEi untuk periode 2000-2009 dan diperoleh dengan menggunakan rumus

(Riyanto, 2001:334): Perputaran Persediaan =Harga Pokok Penjualan Rata - rata Persediaan

Dalam analisis regresi, satuan nilai perputaran persediaan yang digunakan adalah persen.

5). Return On Working Capital (X4) Dalam penelitian ini return on working capital adalah return on working capital pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di BEI periode 2000-2009 2002:124): Return on Working Capital =Laba Operasi x 100% Aktiva Lancar

dengan satuan persen dan diperoleh dengan

rumus (Husnan,

32

3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung dan berupa angka - angka seperti laporan keuangan, perhitungan EVA, perhitungan perputaran modal kerja dan return on working capital. 3.5.2 Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan pihak lain sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi laporan keuangan perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI yang telah dipublikasikan melalui situs internet WWW.IDX.CO.ID. Dan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.6 Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

Transportation Services yang terdaftar di PT.BEI periode 2000-2009 yang berjumlah 13 perusahaan terdaftar. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan nonprobability sampling, khususnya metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel secara tidak acak dengan berdasarkan atas tujuan dan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan adalah : a. Perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam populasi sektor Perusahaan Transportation Services yang terdaftar di PT BEI.

33

b. Perusahaan Transportation Service yang secara konsisten menerbitkan laporan keuangannya dari tahun 2000-2009. c. Perusahaan Transpotation Service yang dalam laporan keuangannya terdapat terdapat data-data yang akan digunakan dalam penelitian. Dari 13 perusahaan yang terdaftar selam tahun 2000-2009, terdapat 3 perusahaan yang hanya mengeluarkan laporan keuangan yang mempunyai kriteria di atas diantaranya yaitu PT. Humpuss Intermoda Transportation Tbk. (HITS), PT. Mira Rajasa Tbk. (MIRA), PT. Samudera Indonesia Tbk. (SMDR). 3.7 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonpartisipan observasion yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap obyek dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas obyek yang diteliti (Sugiyono, 2007: 194). Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati, mencatat serta mempelajari uraian-uraian dari buku, majalah, jurnal, penelitian sebelumnya dan dokumen-dokumen yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0 for windows. Adapun penjelasan teknik analisis yang dimaksud adalah : 1). Teknik Analisis Regresi Linear Berganda.

34

Teknik analisis data yang digunakan dalam memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda/majemuk dengan instrumen berupa progam SPSS (satistic package for social science). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio return on working capital terhadap variabel terikat EVA pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009. Menurut Suyana Utama ( 2004 : 52), model regresi linear berganda ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut: = a + b1 1 + b2 2 + b3 3 + b4 4 + ei .....................(14) Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 a = EVA (Nilai Tambah Ekonomis) = Perputaran Kas = Perputaran Piutang = Perputaran Persediaan = Return On Working Capital = Konstanta

b1- b4 = Koefisian regresi X1-X4 ei = Variabel pengganggu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh pada Y tetapi tidak dimasukan dalam model.

35

Dari model regresi linear tersebut, agar model dapat diregresi serta untuk memperoleh penafsiran yang tidak bias linear terbaik (BLUE) dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut: a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terjadi problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang bebas problem multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF (Varians Inflation Faktor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 10persen. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan lainnya. Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya tidak minimum, sehingga tidak efisien. Biasa nya terjadi pada serangkaian pengamatan berdasarkan rangkaian waktu atau time series. Rumus untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson.

Gambar 3.1 Uji Durbin Watson

36

Terjadi Daerah autokorelasi keragupositif raguan dl du Kriteria penentuan : d > dl dl d du du < d < 4-du 4-du d 4-dl 4-dl < d c.

Daerah bebas 0

Daerah keraguraguan 4-du 4-dl

Terjadi autokorelasi negatif

: : : : :

terjadi autokorelasi positif dalam model jatuh pada daerah keragu-raguan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif jatuh pada daerah keragu-raguan terjadi autokorelasi negatif dalam model

Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk menditeksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan varian bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak akan ada heterokedastisitas.

d.

Uji normalitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk menditeksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan varian bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak akan ada heterokedastisitas.

37

2). Uji Simultan (F - test) Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas perputaran kas (Xl), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3) dan return on working capital (X4) terhadap variabel terikat EVA (Y) pada perusahaan Transportation Service yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara simultan atau serempak. Langkah - langkah dalam menguji hipotesis yang pertama ini adalah: a. Merumuskan hipotesis H0 : b1 b4 = 0 (artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat ) H1 : paling sedikit salah satu bi 0 (i=1-4) artinya paling sedikit salah satu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. b. Kriteria pengujian Perhitungan F tabel dengan penentuan taraf nyata ( ) = 5 persen dan df = (k-1) (n k ); Dengan demikian F tabel adalah sebesar Fd (k-1) (n k ) c. Menentukan F hitung Secara matematis F hitung dapat diperoleh dengan rumus : F hitung = R / K-1 ................................................ (15)

(1- R ) / ( n k ) Dengan R = Koefisien determinasi d. Uji Hipotesis

38

Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel Jika F hitung F tabel atau signifikansi (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika F hitung > F tabel atau signifikansi < (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Gambar 3.2 Kurve Distribusi F

Daerah penolakan Daerah penerimaan

Sumber : Wirawan (2002 : 215)

Ftabel

3). Uji Parsial (t - test) Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas perputaran kas (Xl), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3) dan return on working capital (X4) terhadap variabel terikat EVA (Y) pada perusahaan Transportation Service yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Langkah - Iangkah dalam menguji hipotesis yang kedua ini adalah:

39

a.

Merumuskan hipotesis H0 : bi = 0 (artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat ) H1 : bi 0 (artinya paling sedikit salah satu variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat )

b.

Menentukan t tabel dengan penentuan taraf nyata () = 5persen/2 = 0,025 dan penentuan derajat bebas (df) = n- k Dengan demikian t tabel adalah sebesar t / 2 (df )

c.

Menentukan t hitung ti = bi i S bi Dimana : bi = Koefisien regresi parsial yang ke-1 dari regresi sampel ... (16)

i S bi d.

= =

Koefisien parsial yang ke- 1 dari regresi populasi Kesalahan standar (standar error ) koefisien sampel.

Uji hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t tabel t hitung t tabel atau signifikansi (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak . Jika t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel atau signifikansi < (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Gambar 3.3 Kurva Distribusi t

40

Daerah penolakan

Daerah penerimaan

Daerah penolakan

-t tabel 0 t Sumber : Wirawan (2002 : 215)

t tabel

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk adalah perusahaan pelayaran pertama nasional yang memiliki dan mengoperasikan beberapa armada kapal tanker

41

Minyak, LNG, kimia, kapal angkut petikemas, kapal tunda dan tongkang perseroan juga juga merupakan perusahaan pelayaran pertama di tanah air yang aktif dalam transportasi LNG. Pada awalnya, PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk merupakan divisi LNG dari PT Humpuss yang bertujuan untuk melayani pengangkutan LNG. Sejalan dengan rencana pengembangan usaha perseroan membentuk strategic Business Unit (SBU) yaitu : Divisi gas transportasi, Divisi Tanker, Divisi Crewing Management Services, Divisi Ship Agency, Divisi Industrial Coal Supplay Chan dan Devisi Technical Ship Management. Divisi-divisi tersebut merupakan strategi manajemen untuk lebih memfokuskan bisnis perseroan dalam rangka meningkatkan pendapatan. 4.1.2 PT. Mitra Rajasa Tbk PT Mitra Rajasa Tbk. adalah perusahaan yang didirikan pada tanggal 24 April 1979 dengan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang Jasa Transportasi Darat. Usaha Perseroan diawali dengan melayani angkutan semen untuk semen hasil produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penunjukan dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ini dimulai dari tahun 1979, dan kerja sama ini terus berlanjut hingga saat ini dan tetap merupakan pendapatan terbesar bagi Perseroan, dan diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan produksi semen dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Perseroan berkeyakinan bahwa kerja sama ini akan terus berlanjut mengingat Indocement sangat membutuhkan suatu armada pengangkutan yang besar yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya, mengingat sensitifnya harga semen. 4.1.3 PT. Samudera Indonesia Tbk.

42

Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1964. Bisnis utama perusahaan adalah menyediakan jasa pelayanan transportasi barang yang lengkap dan terintegrasi sehingga mampu memberikan jasa intermoda terpadu, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Sejak tahun 1999, perusahaan telah menjadi perusahaan publik dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam waktu 43 tahun perusahaan telah mengembangkan usahanya sehingga memiliki layanan transportasi barang yang lengkap meliputi pelayanan peti kemas, tanker, kegiatan lepas pantai, transportasi darat, untuk alat-alat berat dan peti kemas, penyimpanan dan perbaikan peti kemas, pergudangan, bongkar muat barang, terminal operator serta layanan transportasi terpadu.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Perputaran kas Perputaran kas diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan rata rata kas. Hasil perhitungan perputaran kas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 : Perputaran Kas Pada Perusahaan Transportation Service yang Terdaftar di PT. BEI Periode 2000-2009 Tahun Penjualan Rata - Rata Kas (Jutaan Rupiah) Perputaran Kas (%)

Perusahaan

43

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Samudera Indonesia Tbk.

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

573.212 751.175 688.362 670.226 711.960 816.400 846.745 690.303 930.316 985.686 87.525 98.396 91.674 67.031 74.551 82.619 116.123 133.847 1.196.766 2.714.465 2.663.574 3.246.046 2.962.972 2.836.922 3.540.965 4.524.013 4.332.625 4.097.783 5.105.015 4.262.047

116.823,5 205.277,5 201.503,5 138.197,5 89.668,0 99.313,0 106.348,0 165.606,5 238.401,0 140.469,5 1.215,0 3.305,5 3.094,0 1.501,0 1.775,5 1.469,5 1.552,0 40.125,0 459.406,5 754.113,0 436.528,0 430.363,0 377.057,5 317.469,5 420.975,0 789.756,0 905.324,5 871.549,5 985.346,5 815.809,5

409,66 365,93 341,61 484,98 794,00 822,05 796,20 416,83 390,23 701,71 7.203,70 2.976,74 2.962,96 4.465,76 4.198,87 5.662,25 7.482,15 333,58 260,50 395,95 610,10 754,26 785,81 893,60 841,13 572,84 487,57 470,17 518,09 522,43

Sumber : Lampiran 1 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui terjadi fluktuasi perputaran kas pada periode penelitian tahun 2000 sampai 2009. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2000 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 7.203,70persen. Sedangkan perputaran terendah ada pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk sebanyak 409,66persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2001 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 2.976,74persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yaitu sebanyak 365,93persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2002 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak

44

2.962,74persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yaitu sebanyak 341,61persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2003 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 4.465,76persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. yaitu sebanyak 484,98persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2004 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk. yakni sebanyak 4.198,87persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yaitu sebanyak 794,00persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2005 dicapai PT. Intermoda Transportasi Tbk. yakni sebanyak 5.622,25persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 572,84persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2006 dicapai PT. Mitra Rajasa Tbk. yakni sebanyak 7.482,15persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 478,57persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2007 dicapai PT. Samudera Indonesia Tbk. yakni sebanyak 470,17persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebanyak 333,58persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2008 dicapai PT. Samudera Indonesia Tbk. yakni sebanyak 518,09persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebanyak 260,50persen. Perputaran kas tertinggi pada tahun 2009 dicapai PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. yakni sebanyak 701,71persen. Sedangkan perputaran kas terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebanyak 359,95persen. Penurunan yang terjadi lebih dikarenakan penambahan jumlah kas dalam modal kerja yang mengakibatkan tingginya rata rata kas sebagai unsur penyebut dalam perhitungan perputaran kas.

45

Sedangkan peningkatan terjadi sebagai akibat meningkatnya penjualan perusahaan atau rendahnya nilai rata kas perusahaan.

4.2.2

Perputaran piutang Perputaran piutang diperoleh dengan membandingkan penjualan kredit

dengan rata rata piutang. Hasil perhitungan perputaran piutang disajikan pada Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 : Perputaran Piutang Pada Perusahaan Transportation Service yang Terdaftar di PT. BEI Periode 2000-2009Tahun 2000 2001 2002 2003 Penjualan Kredit (Jutaan Rupiah) 98.664 143.050 127.122 107.688 Piutang Rata Rata (Jutaan Rupiah) 120.857,0 135.086,0 117.405,0 80.289,5 Perputaran Piutang (%) 118,36 94,10 91,72 65,88

Perusahaan

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

46

PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Samudera Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

52.891 71.843 57.192 50.755 58.451 93.951 16.534 14.956 15.858 4.916 5.623 9.576 10.003 28.143 529.224 456.073 470.471 593.209 512.695 478.496 602.281 647.505 552.166 636.376 723.055 604.460

62.367,0 64.517,5 53.973,5 54.493,5 58.341,5 76.201,0 15.979,5 15.745,0 15.407,0 10.387,0 5.269,5 7.599,5 9.789,5 19.073,0 278.683,5 492.648,5 371.136,0 531.840,0 525.952,0 495.595,5 540.388,5 624.893,0 599.835,5 594.271,0 679.715,5 663.757,5

115,19 88,85 94,04 106,86 100,19 123,29 103,47 94,99 102,93 47,33 106,71 126,01 102,18 147,55 189,90 92,58 126,77 111,54 92,72 96,15 111,45 103,62 92,05 107,09 106,38 91,07

Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat adanya fluktuasi perputaran piutang selama periode 2000-2009. Perputaran piutang tertinggi tahun 2000 diperoleh PT. Samudera Indonesia sebanyak 126,77persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 103,47persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2001 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk sebanyak 111,54persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebanyak 94,10persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2002 diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 102,93persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Humpuss

47

Intermoda Transportasi Tbk yakni sebanyak 91,72persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2003 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk sebanyak 96,55persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 47,33persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2004 diperoleh PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk sebanyak 115,19persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Mitra Rajasa Tbk yakni sebanyak 106,71persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2005 diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 126,01persen. Sedangkan Perputaran piutang terendah adalah pada PT. Humpuss Intermoda Internasional Tbk yakni sebanyak 88,65 persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2006 diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 102,18persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Samudera Indonesia Tbk yakni sebanyak 92,05persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2007 diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 147,55persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebanyak 106,86persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2008 diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 189,90persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebanyak 100,19persen. Perputaran piutang tertinggi tahun 2009 diperoleh PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk sebanyak 123,29persen. Sedangkan perputaran piutang terendah adalah pada Pt. Samudera Indonesia Tbk yakni sebanyak 91,07persen. Penurunan yang terjadi lebih dikarenakan penambahan jumlah piutang perusahaan sebagai unsur penyebut dalam perhitungan perputaran piutang. Sedangkan

48

peningkatan terjadi sebagai akibat meningkatnya penjualan kredit yang dilakukan perusahaan sebagai unsur pembilang dalam perhitungan perputaran piutang.

4.2.3

Perputaran persediaan Perputaran persediaan diperoleh dengan membandingkan penjualan

dengan rata rata persediaan. Hasil perhitungan perputaran persediaan disajikan pada Tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 : Perputaran Persediaan Pada Perusahaan Transportation Service yang Terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009Tahun 2000 2001 2002 2003 Harga Pokok Penjualan (Jutaan Rupiah) 271.886 367.717 335.893 351.862 Rata - Rata Persediaan (Jutaan Rupiah) 2.938,5 2.779,0 2.915,0 3.576,0 Perputaran Persediaan (%) 5.252,54 13.231,99 11.522,92 9.839,54

Perusahaan

PT. Humpuss Intermoda Internasional Tbk

49

PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Samudera Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

389.412 483.037 550.141 404.569 693.799 917.346 73.294 76.818 82.677 66.647 65.865 67.009 96.786 108.272 864.480 1.974.275 2.319.542 2.939.425 2.599.806 2.536.868 2.908.587 3.677.387 3.850.152 3.495.877 4.305.523 3.880.951

4.267,0 6.908,5 8.062,5 7.617,5 8.910,5 8.087,0 3.784,0 3.751,0 3.434,0 2.969,0 2.925,0 2.953,5 2.683,0 2.109,5 105.463,0 198.540,0 5.068,5 6.549,5 7.442,0 9.269,0 12.704,5 14.875,5 17.021,5 20.837,5 23.559,0 26.619,5

9.126,13 6.991,92 6.823,45 5.311,05 7.786,31 11.343,46 1.936,95 2.047,93 2.407,60 2.244,76 2.251,79 2.268,80 3.607,38 5.132,59 819,70 994,40 45.763,87 44.880,14 34.934,24 27.369,38 22.894,25 24.721,10 22.619,35 16.766,55 18.275,49 14.579,35

Sumber : Lampiran 3 Sama halnya dengan perputaran piutang dan perputaran kas, fluktuasi juga terjadi pada perputaran persediaan. Perputaran persediaan tertinggi pada tahun 2000 yaitu sebanyak 45.763,87persen di PT. Samudera Indonesia Tbk. Sedangkan perputaran persediaan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 1.936,95persen. Perputaran persediaan tertinggi pada tahun 2001 yaitu sebanyak 44.880,14persen di PT. Samudera Indonesia Tbk. Sedangkan perputaran persediaan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 2.047,93persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2002 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 34.934,24persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak

50

2.407,60persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2003 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 27.369,38persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 2.244,76persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2004 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 22.894,15persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 2.251,79persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2005 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 24.721,10persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 2.268,80persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2006 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 22.619,35persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 3.607,38persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2007 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 16.776,85persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 5.132,59persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2008 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 369,71 persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 819,70persen. Perputaran persediaan tertinggi tahun 2008 diperoleh PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebanyak 14.579,35persen dan terendah pada PT. Mitra Rajasa Tbk sebanyak 994,40persen. Secara umum PT. Samudera Indonesia Tbk memiliki perputaran yang tinggi diantara dua perusahaan lainnya dan PT. Mitra Rajasa Tbk memiliki perputaran persediaan yang rendah. Kenaikan perputaran persediaan dikarenakan meningkatnya penjualan kredit perusahaan sedangkan penurunan terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah persediaan pada satu masa produksi.

51

4.2.4

Return on working capital Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pada modal

kerja. Diperoleh dengan membandingkan laba operasi dengan aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio return on working capital ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 : Return On Working Capital Pada Perusahaan Transportation Service yang Terdaftar di PT. BEI Periode 2000-2009Tahun 2000 2001 2002 2003 Laba operasi (Jutaan Rupiah) 243.247 327.489 300.469 265.261 Total Aktiva Lancar (Jutaan Rupiah) 509.373 501.737 476.282 415.858 Return On Working Capital (%) 47,75 65,27 63,09 63,79

Perusahaan

PT. Humpuss IntermodaTransportasi Tbk

52

PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Samudera Indonesia Tbk

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

260.081 266.958 224.271 199.008 99.750 163.686 7.008 11.991 -386 -10.767 1.257 7.414 8.753 10.713 58.463 180.340 191.264 128.102 158.058 97.727 351.140 541.607 154.555 280.118 406.575 22.003

460.476 392.283 299.260 506.176 565.055 244.169 31.309 33.524 27.677 16.880 16.892 21.741 22.942 164.262 1.790.062 1.757.129 1.010.156 1.065.477 986.796 897.513 1.474.496 1.982.279 1.575.750 1.797.750 1.959.034 1.486.763

56,48 68,05 74,94 39,32 17,65 67,04 22,38 35,77 -1,39 -63,79 7,44 34,10 38,15 6,52 3,27 10,26 18,93 12,02 16,02 10,89 23,81 27,32 12,35 15,58 20,75 1,48

Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan adanya fluktuasi nilai return on working capital selama periode 2000-2009. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2000 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 47,75persen dan nilai terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebesar 18,93persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2001 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 65,27persen dan nilai terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebesar 12,02persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2002 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 63,09persen dan nilai terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebesar -1,39persen. Nilai rasio

53

return on working capital tertinggi pada periode 2003 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 63,79persen dan nilai terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebesar -63,79persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2004 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 56,48persen dan nilai terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebesar 7,44persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2005 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 68,05persen dan nilai terendah ada pada PT. samudera Indonesia Tbk yaitu sebesar 27,32persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2006 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 74,44persen dan nilai terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebesar 12,35persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2007 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 39,32persen dan nilai terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebesar 6,552persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2008 adalah pada PT. Samudera Indonesia Tbk yakni sebesar 20,75persen dan nilai terendah ada pada PT. Mitra Rajasa Tbk yaitu sebesar 3,27persen. Nilai rasio return on working capital tertinggi pada periode 2008 adalah pada Humpusss Intermoda Transportasi Tbk yakni sebesar 67,04persen dan nilai terendah ada pada PT. Samudera Indonesia Tbk yaitu sebesar 1,48persen. Penurunan hingga angka negatif pada PT. Mitra Rajasa Tbk dikarenakan dalam periode tersebut perusahaan menghasilkan laba operasi yang negatif atau dengan kata lain perusahaan merugi. Sedangkan peningkatan terjadi

54

karena meningkatnya laba operasi maupun berkurangnya proporsi aktiva lancar perusahaan.

4.2.5

Nilai tambah ekonomis (EVA) EVA merupakan salah satu penilaian kinerja berorientasi nilai yang

diperoleh dengan rumus : EVA = ROI WACC . Hasil perhitungan EVA ( nilai tambah ekonomis ) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 1996 2005 disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 : EVA ( Nilai Tambah Ekonomis) Pada Perusahaan Transportation Service yang Terdaftar di PT. BEI Periode 200--2009Tahun 2000 2001 ROI (%) 17 8,16 WACC (%) 1,50 0,67 EVA (%) 15,50 7,49

Perusahaan PT. Humpusss Intermoda

55

Transportasi Tbk

PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Samudera Indonesia Tbk

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

6,3 7,33 6,33 5,97 7,48 11,72 -2,25 0,06 -8,89 1,25 8,62 -32,79 1,17 0,86 1,38 2,11 -3,7 -29,41 4,68 3,59 3,96 2,1 7,79 10,6 1,72 3,41 2,85 -027

0,42 0,30 0,14 0,14 0,08 0,05 0,02 0,05 -0,04 0,18 0,67 -2,60 0,06 0,09 0,12 0,01 -0,17 -2,53 0,30 0,18 0,22 0,08 0,31 0,25 0,06 0,15 0,38 -0,2

5,88 7,03 6,19 5,83 7,40 11,67 -2,27 0,01 -8,85 1,07 7,95 -30,19 1,11 0,59 1,26 2,10 -3,53 -26,88 4,38 3,41 3,74 0,02 7,48 10,35 1,66 3,29 2,47 -0,25

Sumber : Lampiran 5-6 Perhitungan pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai EVA yang sangat berfluktuasi. Nilai EVA tertinggi adalah pada PT. Humpusss Intermoda Tbk tahun 2000 yakni sebesar 15,50persen. Sedangkan nilai EVA terendah diperoleh PT. Mitra Rajasa Tbk tahun 2009 sebesar -26,88persen. Apabila terjadi EVA positif, ini berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai bagi pemilik modal. Sedangkan bila EVA negatif, menandakan berkurangnya nilai perusahaan sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan investor/pemilik saham. Kenaikan nilai EVA diakibatkan meningkatnya nilai ROI atau menurunnya WACC, sedangkan sebaliknya,

56

penurunan EVA disebabkan naiknya WACC ataupun turunnya nilai ROI. Nilai EVA negatif terjadi bila nilai ROI lebih kecil dari nilai WACC atau dengan kata lain perusahaan memiliki tingkat pengembalian investasi yang lebih rendah

dibandingkan dengan biaya modalnya. 4.2.6 Uji asumsi klasik a. Uji Multikolinearitas Deteksi terjadinya multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai VIF pada hasil output SPSS tabel coefficients yang masing masing tidak lebih dari 10 dengan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Pada model regresi ini memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model regresi ini dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi ini dapat dipakai dalam penelitian.

Tabel 4.6 : Output SPSS, Coefficients ( a )

Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 Kas Piutang Persediaan ROWC a. Dependent Variable: EVA Tolerance .666 .789 .848 .884 VIF 1.502 1.267 1.179 1.131

Sumber : Lampiran 7

b.

Uji Autokorelasi

57

Uji autokolerasi dilakukan terhadap nilai Durbin-Watson dengan tingkat keyakinan = 5 persen. Bila dw terletak pada du dan (4-du) atau du ttabel ( 2,968 > 2,385 ), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Ini berarti bahwa perputaran kas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada perusahaan Transportation Service di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009. b) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Nilai Tambah Ekonomis (EVA)

64

Dari persamaan regresi pada tabel 4.10 diketahui koefisien risiko (b2) sebesar 0,177 ini dapat diartikan bahwa jika perputaran piutang meningkat 1 persen dengan asumsi variabel perputaran kas, perputaran persediaan dan return on working capital konstan, maka nilai tambah ekonomis (EVA) perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,177 atau 17,7 persen. Antara perputaran piutang dan nilai tambah ekonomis terdapat korelasi negatif yang berarti bila terjadi peningkatan perputaran piutang maka nilai tambah ekonomis akan mengalami penurunan. Hasil uji t (t-test) untuk risiko (X2) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,027 dengan () = 5 persen (0,040 < 0,05). Dan dengan /2 = 2,5 persen dan df = n-k = 30-5 = 25, maka nilai ttabel yaitu t(/2;df) = t (0,025;25) = 2,385. Karena nilai thitung > ttabel ( -2,341 > -2,385 ), maka Ho ditolak dan Hi diterima. Ini berarti bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada perusahaan Transportation service di bursa efek Indonesia periode 2000-2009. c) Pengaruh Perputaran persediaan Dari persamaan regresi pada tabel 4.10 diketahui koefisien perputaran persediaan (b3) sebesar 4,603 ini dapat diartikan bahwa jika perputaran persediaan meningkat 1 persen dengan asumsi variabel perputaran kas, perputaran piutang dan return on working capital konstan, maka nilai tambah ekonomis (EVA) perusahaan mengalami peningkatan sebesar 4,603 atau 4,6 persen. Antara perputaran persediaan dan nilai tambah ekonimis terdapat korelasi positif yang berarti bila terjadi peningkatan perputaran

65

piutang maka nilai tambah ekonomis akan mengalami peningkatan. Hasil uji t (t-test) untuk perputaran persediaan (X3) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,617 dengan () = 5 persen (0,617 > 0,05). Dan dengan /2 = 2,5 persen dan df = n-k = 30-5 = 25, maka nilai ttabel yaitu t(/2;df) = t (0,025;25) = 2,385 . Karena nilai thitung < ttabel ( 0,507 < 2,385 ), maka Ho diterima dan Hi ditolak. Ini berarti bahwa perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada perusahaan Transportation Service di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009. d) Pengaruh Return On working Capital Dari persamaan regresi pada tabel 4.10 diketahui koefisien return on working capital (b4) sebesar 0,126 ini dapat diartikan bahwa jika perputaran persediaan meningkat 1 persen dengan asumsi variabel perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaaan konstan, maka nilai tambah ekonomis (EVA) perusahaan mengalami peningkatan sebesar 0,126 atau 12,6 persen. Antara return on working capital dan nilai tambah ekonimis terdapat korelasi positif yang berarti bila terjadi peningkatan perputaran piutang maka nilai tambah ekonomis akan mengalami peningkatan. Hasil uji t (t-test) untuk return on working capital (X4) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,039 dengan () = 5 persen (0,617 > 0,05). Dan dengan /2 = 2,5 persen dan df = n-k = 30-5 = 25, maka nilai ttabel yaitu t(/2;df) = t (0,025;25) = 2,385 . Karena nilai thitung < ttabel ( 2,184 < 2,385 ), maka Ho diterima dan Hi ditolak. Ini berarti bahwa perputaran persediaan secara

66

parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada perusahaan Transportation Service di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009. Intepretasi hasil penelitan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial, diperoleh hasil bahwa perputaran kas secara parsial berpengaruh dan signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000 2009 dan memiliki hubungan positif atau searah. Hubungan positif mengindikasikan bahwa penjualan tunai dengan kas memberi pengaruh positif terhadap EVA. Hasil yang signifikan ini mengindikasikan bahwa dalam penelitian ini pengaruh perputaran kas terhadap EVA lebih besar/tinggi dari variabel lain yang diteliti. Hasil pengujian secara parsial yang kedua memperoleh hasil bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000 2009 dengan slope negatif atau hubungan yang berlawanan arah. Walaupun secara konseptual seharusnya hubungan antara perputaran piutang terhadap EVA adalah hubungan positif, namun kenyataannya dalam penelitian ini yang terjadi adalah hubungan negatif. Hubungan negatif berarti bila perputaran piutang naik, maka nilai EVA akan turun. Demikian pula sebaliknya apabila perputaran piutang turun, maka nilai EVA akan meningkat. Dengan kata lain dengan rata rata piutang yang besar akan menyebabkan turunnya perputaran piutang dan berdampak pada meningkatnya nilai EVA. Sebaliknya, dengan jumlah

67

rata rata piutang yang rendah akan menyebabkan tingginya perputaran piutang dan dengan meningkatnya perputaran piutang, maka nilai EVA akan menurun. Hubungan yang berlawanan arah ini mengindikasikan bahwa dengan penjualan kredit yang menghasilkan piutang akan mampu meningkatkan nilai EVA. Hasil pengujian hipotesis secara parsial, diperoleh hasil bahwa perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009 dan memiliki hubungan positif atau searah. Hubungan positif mengindikasikan bahwa harga pokok penjualan dengan persediaan tidak memberi pengaruh positif terhadap EVA. Hasil yang tidak signifikan ini mengindikasikan bahwa dalam penelitian ini pengaruh perputaran persediaan terhadap EVA lebih kecil/rendah dari variabel lain yang diteliti. Hasil uji parsial yang keempat menghasilkan bahwa rasio return on working capital secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000 2009. Tidak berpengaruh signifikannya hasil uji ini menandakan tingkat pengembalian modal kerja secara keseluruhan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EVA.

68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio return on working capital secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000 2009 dengan signifikansi (Fsig) 0,001 dan nilai adjusted R Square 46persen yang berarti bahwa variasi perputaran kas,

perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio return on working capital berpengaruh sebesar 46persen terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000

69

2009 dan sisanya sebesar 54persen dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. 2). Variabel yang berpengaruh secara parsial terhadap nilai tambah ekonomis (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009 adalah variabel perputaran kas dan perputaran piutang. Variabel perputaran kas memiliki hubungan positif atau searah terhadap EVA dengan signifikansi (tsig) sebesar 0,007 dan variabel perputaran piutang

memiliki hubungan negatif atau berlawanan arah terhadap EVA dengan signifikansi (tsig) sebesar 0,027. Sedangkan variabel perputaran persediaan dan rasio return on working capital tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap (EVA) pada Perusahaan Transportation Service yang terdaftar di PT. BEI periode 2000-2009. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan sebelumnya, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : Dari pembahasan penelitian diketahui bahwa perputaran kas berpengaruh dominan terhadap EVA, hendaknya perusahaan lebih memperhatikan manajemen kas khususnya dalam peningkatan perputaran kas, karena dengan peningkatan

perputaran kas akan menyebabkan peningkatan EVA secara signifikan.

70